7310040508_m
TRANSCRIPT
i
RANCANG BANGUN SISTEM MONITORING LISTRIK PRABAYAR MELALUI SISTEM
KOMUNIKASI MODEM GSM
Parulian Sebpriadi H.1, Drs. Irianto, MT.
2 Suhariningsih, S.ST, MT
2
1 Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Industri 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya – ITS
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Sering ditemukannya kecurangan – kecurangan pada pemakaian energi listrik yang dilakukan
oleh pelanggan, maka pensuplai listrik perlu mengantisipasi terjadinya pencurian energi listrik. Karena
energi listrik yang dibayar tidak sesuai dengan yang digunakan. Pada sistem listrik prabayar yang
banyak digunakan selama ini, sistem monitoring pada pemakaian energi listrik dilakukan langsung oleh
pensuplai, cara ini banyak kekurangannya dalam hal membuang waktu dan uang. Dengan alasan inilah
pensuplai listrik ingin membuat suatu sistem monitoring dan pengamanan dalam pemakaian listrik
yang hemat dan praktis. Proyek akhir ini memberikan solusi praktis untuk mengetahui kecurangan pelanggan dalam pemakaian energi listrik. Pemakaian energi listrik yang tidak sesuai akan dideteksi
melalui sensor tegangan, sensor arus, dan sensor daya. Metode penyelesaian masalah ini menggunakan
komunikasi modem GSM. Dengan adanya Rancang Bangun Sistem Monitoring Listrik Prabayar
Melalui Sistem Komunikasi Modem GSM diharapkan penggunaan energi listrik dapat dimaksimalkan
dan menekan persentase pencurian energi listrik sampai diatas 90 %, serta mengurangi biaya
pengecekan rumah – kerumah. Pada proyek akhir ini mampu menghasilkan tegangan error rata-rata
sebesar 1.15% dan arus error rata-rata sebesar 7.43%
Kata kunci: KWH Meter Prabayar, Power Measuring, Modem GSM
I. PENDAHULUAN
Sering ditemukannya kecurangan – kecurangan pada pemakaian energi listrik
yang dilakukan oleh pelanggan membuat
penyuplai listrik ingin membuat suatu sistem
pengamanan dalam pemakaian listrik. Sistem
listrik prabayar ini sebelumnya sudah ada yang
dibuat oleh PLN (Perusahaan Listrik Negara).
Sistem listrik prabayar yang dibuat oleh PLN,
pembelian voucher menggunakan kartu
prabayar yang berfungsi sebagai nomer
identitas dan alat transaksi pembelian energi
listrik.
Untuk mengaktifkan listrik pelanggan wajib membeli voucher yang telah disediakan
oleh PLN. Untuk pembelian voucher ini bisa
dilakukan di loket PLN, SMS voucher, toko
ritel, dan sejumlah bank pemerintah dan swasta.
Voucher isi ulang listrik disebut dengan token.
Token adalah 20 digit angka khusus dan berisi
informasi untuk dimasukkan ke dalam KWH
meter listrik prabayar. Listrik secara otomatis
aktif jika kode digit dimasukkan kedalam kwh
meter. Pada sistem listrik prabayar ini
memiliki kelemahan yaitu kurangnya sistem pengamanan pada pelanggan.
Untuk itu penulis ingin membuat
suatu sistem listrik prabayar dengan
pengamanan yang lebih baik. Kelebihan sistem
listrik prabayar yang dibuat penulis dari sistem
prabyar sebelumnya yaitu monitoring dapat
dilakukan setiap saat. Jadi setiap hari data arus
yang mengalir dan daya penggunaan energi
listrik dikirim melalui modem gsm ke server
atau ke penyuplai energi listrik. Jika data arus dan daya yang diterima di server tidak ada
untuk waktu tertentu maka dapat disimpulkan
bahwa ada dugaan pencurian energi listrik oleh
pelanggan.
II. PENGUKURAN PARAMETER
DAYA
Pengukuran parameter daya dilakukan
pada 3 parameter pokok. Yaitu tegangan, arus,
dan faktor daya dimana parameter turunan
dapat dikalkulasi berdasarkan parameter pokok
tersebut.
2.1 Sensor Tegangan
Gambar 1 Rangkaian Sensor Tegangan
Gambar 1 adalah skema
pengkondisian sinyal untuk pengukuran
tegangan. Tahap pertama pengkondisian sinyal
adalah pembagian tegangan. Pada tahap ini
tegangan AC 220 V diturunkan hingga rentang
yang dapat diterima oleh input Op-Amp. Lalu
penguatan dilakukan pada sinyal sinus
pembagi tegangan. Dengan catu daya non
180KΩ
180KΩ
ii
simetris, akan didapatkan pemotongan sinyal
keluaran.
Gambar 2 Gelombang Sinus
Dengan menghubungkan catu daya
negatif Op-Amp pada ground, maka
pemotongan sinyal keluaran akan terjadi pada
tegangan negatif. Pemotongan tersebut
memberikan efek seperti halfwave rectifier.
Selanjutnya, sinyal keluaran tersebut diberi
filter capasitor untuk menekan ripple factor
yang dapat mengganggu pembacaan pada ADC. Rangkaian tersebut memberikan hasil
pengukuran seperti pada tabel 1.
Tabel 1 Data ADC sensor tegangan
Tegangan ADC
202.5 587
203.5 590
204.5 594
2.2 Sensor Arus
Untuk pengukuran arus, digunakan IC
ACS712-30A. IC tersebut merupakan sensor
arus dengan kapasitas maksimum 30 Ampere.
IC ACS712-30A memiliki rate tegangan output yang linier terhadap arus input. Pada
0Ampere, tegangan output terukur pada
setengah dari tegangan supply. Dari tegangan
supply 5v terukur tegangan output ACS
sebesar 2,5v DC pada input 0A. Untuk arus
AC, tegangan output ACS memiliki output
sinyal sinus dengan DC refference sebesar ½
Vcc. Dengan kondisi tersebut, digunakan
rangkaian pengkondisian sinyal seperti pada
gambar 3.
Gambar 3 Rangkaian Sensor Arus
Pada rangkaian tersebut terdapat
coupling kapasitif yang dapat menghilangkan DC refrensi dari sinyal ouput ACS.
Selanjutnya sinyal tersebut dikuatkan dengan
Op-Amp tanpa catu daya negatif. Sehingga
sinyal sinus terpotong pada setiap tegangan
negatifnya. Output sinyal terlihat seperti pada
gambar 6.
Gambar 4 Output ACS+Pengkondisian sinyal
Sinyal output tersebut masih memiliki
ripple sehingga pembacaan melalui ADC akan
sulit dilakukan. Sinyal tersebut difilter dengan
kapasitor, sehingga ripple factor dapat
dihilangkan.
Hasil pengukuran arus pada ACS dapat
dilihat pada tabel 2. Dan linieritas dari pengukuran terlihat pada gambar 5.
Tabel 2 Hasil ADC Pengukuran Sensor Arus
Arus Adc
0.3 462.3
0.4 462.4
0.5 462.5
0.6 462.6
0.7 462.7
0.8 462.8
0.9 462.9
1 463
1.5 463.5
2 464
2.5 464.5
3 465
3.5 465.5
4 466
4.5 466.5
5 467
5.5 467.5
6 468
6.5 468.5
7 469
7.5 469.5
8 470
8.5 470.5
9 471
9.5 471.5
10 472
11 473
12 474
13 475
iii
Gambar 5 Grafik Linieritas Rangkaian Sensor Arus
2.3 Sensor Faktor Daya
Dari dua sensor tersebut, didapatkan
dua sinyal sinusoidal yang mewakili tegangan
maupun arus. Untuk mendapatkan parameter
faktor daya, kedua sinyal tersebut harus diolah
untuk mengambil informasi tentang beda fase antara sinyal tegangan dan sinyal arus. Untuk
mengukur beda fase, digunakan teknik
zerocrossing detection untuk mendapatkan
sinyal digital yang menandai pergeseran fasa
dengan dua level sinyal dan dibaca secara
digital oleh mikrokontroller.
. Gambar 6 Zero Cross Detektor Beban Resistif
Gambar 7 Zero Cross Detektor Beban Kapasitif
Gambar 8 Zero Cross Detektor Beban
Kapasitif+Resistif
Gambar 6, gambar 7, dan gambar 8
merupakan sinyal keluaran zero crossing
detector. Sinyal tegangan (atas) dan sinyal arus
(bawah) memperlihatkan beda fase yang
terjadi pada beban. Untuk mendapatkan
parameter faktor daya, diperlukan pengukuran
pergeseran fase arus terhadap fase tegangan.
Dari dua sinyal tersebut dapat diukur pergeseran fase dengan menghitung panjang
kombinasi XOR antara dua sinyal tersebut.
III. Embedded System
Gambar 9 Block Diagram Sistem
Dengan mikrokontroler AVR,
parameter-parameter pengukuran diolah.
Pengukuran tegangan dan arus dilakukan
dengan fitur ADC yang terdapat pada mikrokontroler AVR. Parameter faktor daya
juga diolah dengan menghitung kombinasi
XOR secara terprogram dalam sistem
mikrokontroler.
Selain melakukan pengukuran,
mikrokontroller pada sistem juga melakukan
pencatatan data. Data-data tersebut
dikumpulkan untuk mendapatkan laporan akhir
tentang penggunaan daya listrik. Dengan
komunikasi serial, data pada mikrokontroler
dapat dimonitor melalui sebuah PC.
3.1 Mikrokontroler
Mikrokontroler adalah sistem
mikroprosesor yang telah dikemas dalam
sebuah IC dengan beberapa fitur yang
terintegrasi. Atmel’s AVR merupakan salah
satu jenis mikrokontroler yang memiliki
banyak fitur dengan harga yang terjangkau.
Beberapa fitur dari mikrokontroler yang
digunakan dalam project ini antara lain adalah:
ADC, USART, interrupt, dll.
ADC merupakan perangkat yang dapat merubah tegangan analog DC menjadi data
digital secara linier. Dengan ADC tegangan
DC dapat dibaca dan diolah dalam
460
462
464
466
468
470
472
474
476
0 5 10 15Sensor tegang
an
Sensor arus
Micro
Contro
ller
Cos Phi phi
Modem GSM
Internet PC
US
AR
T
iv
mikrokontroler dengan berbagai operator
logika maupun matematika. Tegangan analog
yang dapat diinputkan kedalam ADC memiliki
rentang yang terbatas. Yaitu 0 hingga 5 volt
DC. Rentang tegangan tersebut dikonversikan
secara linier kedalam bentuk bilangan digital yang memiliki resolusi 8 hingga 10 bit.
USART (Universal Serial
Asynchronous Rx Tx), merupakan antarmuka
komunikasi serial dengan protokol data berupa
karakter ascii. Dengan mode 8 bit, USART
juga dapat digunakan untuk mengirimkan data
byte non ascii. Dengan mencocokkan baud rate
pada masing-masing terminal, maka akan
didapatkan transmisi data yang sinkron dengan
error yang cukup kecil.
Dengan ADC pada mikrokontroller
ATmega16, dilakukan pengukuran pada rangkaian pengkondisian sinyal yang telah
mengkonversi sinyal sinus menjadi sinyal DC
yang mewakili informasi tegangan AC jala-
jala. Pencuplikan data tegangan dan arus
dilakukan dalam frekuensi 1000Hz. Dengan
demikian dapat diambil rata-rata dari
akumulasi data tiap 500ms. Algoritma tersebut
digunakan untuk mendapatkan hasil
pengukuran yang stabil dan lebih akurat.
Pembacaan
data keypad
Baca ADC
ch 2
Arus =(( Data ADC/1023) X 5) – 2)
Arus = Arus / 66mV
Baca ADC
ch 3
Tegangan =(( Data ADC/1023) X
353.45))
Baca cos phi
Kembali
Gambar10 Flowchart program utama
Flowchart pada gambar 10 merupakan
alur pengukuran dari data ADC pada
mikrokontroler. Selain data ADC, juga diolah
data tentang frekuensi jala-jala dan cos phi
yang pengukurannya dilakukan pada rutin
interupsi timer pada mikrokontroller.
Dengan interupsi timer, dilakukan
pencacahan variabel “periode” yang nilainya
akan memberikan informasi tentang periode
satu gelombang tegangan pada jala-jala. Dari
interupsi timer juga dilakukan pencacahan
variabel “phi” yang nilainya akan dicacah setiap kali terdeteksi kondisi XOR dari sinyal
tegangan dan dinyal arus. Nilai variabel
“periode” dan “phi” akan dihapus setiap satu
gelombang. Satu gelombang ditandai dengan
permintaan interupsi eksternal.
Rutin permintaan interupsi eksternal
berfungsi untuk mengulangi penghitungan
pada timer. dimana parameter-parameter yang
bersangkutan dengan frekuensi jala-jala dan
faktor daya akan diolah pada rutin tersebut.
Setiap kali rutin tersebut terjadi, akan
didapatkan parameter akhir dari pengukuran periode gelombang dan pengukuran beda fase
yang dikonversi menjadi cos phi.
Selanjutnya, parameter-parameter dari
hasil pengukuran disimpan dalam memori
untuk diambil datanya sewaktu-waktu.
3.2 WEB
Pada awalnya aplikasi web dibangun
dengan hanya menggunakan bahasa yang
disebut HTML (HyperText Markup Langauge).
Pada perkembangan berikutnya, sejumlah skrip
dan objek dikembangkan untuk memperluas
kemampuan HTML seperti PHP dan ASP pada skrip dan Apllet pada objek. Aplikasi Web
dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu aplikasi
web statis dan dinamis.
Web statis dibentuk dengan menggunakan
HTML. Kekurangan aplikasi seperti ini
terletak pada keharusan untuk memelihara
program secara terus menerus untuk mengikuti
setiap perkembangan yang terjadi. Kelemahan
ini diatasi oleh model aplikasi web dinamis.
Pada aplikasi web dinamis, perubahan
informasi dalam halaman web dilakukan tanpa
perubahan program tetapi melalui perubahan data. Sebagai implementasi, aplikasi web dapat
dikoneksikan ke basis data sehingga perubahan
informasi dapat dilakukan oleh operator dan
tidak menjadi tanggung jawab dari webmaster.
Arsitektur aplikasi web meliputi klien, web
server, middleware dan basis data.
Klien berinteraksi dengan web server.
Secara internal, web server berkomunikasi
dengan middleware dan middleware yang
berkomunikasi dengan basis data. Contoh
middleware adalah PHP dan ASP. Pada mekanisme aplikasi web dinamis, terjadi
tambahan proses yaitu server menerjemahkan
kode PHP menjadi kode HTML. Kode PHP
yang diterjemahkan oleh mesin PHP yang akan
diterima oleh klien.
v
IV. ANALISA
Dalam tahap pengujian, terdapat beberapa
error yang mengakibatkan gangguan kinerja
dari sistem Monitoring pemakaian energi
listrik berbasis mikrokontroler secara wireless.
Beberapa kasus diantaranya adalah error pada pengukuran tegangan, error pada pengukuran
arus.
4.1 Error Pengukuran Tegangan
Sensor dikatakan ideal jika memiliki
tingkat akurasi, presisi, diskriminasi,
sensitivitas, linieritas yang tinggi dan tingkat
error (kesalahan) yang rendah.
Error pengukuran tegangan terjadi
dengan indikasi nonlinier pada hasil keluaran
dari sistem pengkondisian sinyal. Pada
perencanaan telah dikalkulasi nilai-nilai pada beberapa node dari rangkaian pengkondisian
sinyal, dimana secara teoritis didapatkan
perhitungan sebagai berikut.
Resistor yang dipakai dalam
pengukuran ini adalah R1 = 180 k , R2 =
220
Gambar 11 Rangkaian Sensor Tegangan
Output pengkondisian sinyal non linier
pada tegangan rendah, karena pengaruh kapasitor. Berikut adalah simulasi rangkaian
pembagi tegangan menggunakan PSIM dengan
Vin = 220 V, f = 50 Hz, R1 = 180kΩ, R2 =
220Ω, R3 = 180kΩ.
Gambar 12 Rangkaian Sensor Tegangan
Gambar 13 Bentuk Tegangan Output Pembagi
Tegangan
Gambar 14 Bentuk Tegangan Output
(Setelah Penguatan Op-Amp)
4.2 Error Pengukuran Arus
Gambar 15 Rangkaian Sensor Arus
Berikut adalah simulasi rangkaian sensor
arus menggunakan PSIM dengan Vin AC =
850 mV, Vin DC = 2.5 V, f = 50 Hz.
Gambar 16 Rangkaian Sensor Arus
Gambar 17 Bentuk Tegangan Input ACS
Output ACS menurut datasheet adalah :
66 to 185 mV/A output sensitivity
vi
Rangkaian sensor arus yang dipakai
menggunakan kopling kapasitif, yang dapat
menyebabkan penurunan tegangan. Kopling
kapasitif yang digunakan membentuk suatu
pembagi tegangan kapasitif yang berguna
untuk menurunkan tegangan dari level tegangan transmisi ke level tegangan distribusi.
Sistem kopling kapasitif (Capacitive
Coupling System / CCS), dikembangkan
menjadi suatu suplai daya didasarkan pada
suatu pembagi tegangan kapasitif yang
dihubungkan langsung pada kawat fasa saluran
udara transmisi dan merupakan input suatu
transformator penurun tegangan.
V. KESIMPULAN
1. Dari hasil pengukuran tegangan
memiliki error rata-rata sebesar 1.15% 2. Arus yang kecil umumnya memiliki
error yang cukup besar yaitu hampir
mencapai 30%. Namun jika arus
dinaikkan, maka error akan semakin
kecil. Pengukuran arus memiliki error
rata-rata sebesar 7.43%.
3. Dengan sistem ini dapat menekan
persentase pencurian energi listrik
sampai diatas 90 %, dengan pembacaan
parameter arus. Jika arus pada
pemakaian melebihi arus maksimal yang diberikan pensuplai maka dapat
dinyatakan terdapat pencurian energi
listrik.
VI. DAFTAR PUSTAKA [1] Cooper, W. D, Instrumentai Elektronik
dan Teknik Pengukuran, Erlangga, 1991.
[2] Dahono. AP, Besaran Tenaga Listrik: Definisi dan Masalahnya, Seminar
Nasional Teknik Tenaga istrik, Bandung, 2004.
[3] Frenzel, Lois E, Communications Electronics, McGraw-Hill, 1989.
[4] http/www: lem.com. [5] Jacob, J. M, Industrial Control
Electronics, Prentince Hall International, 1989
[6] Kennedy, George, Eletronic Comunication Systems, McGraw-Hill,
19861 [7] Mohan, Undeland, Robbins, Power
Electronics: Converters, Applications and Design, John Wiley & Sons, 1994
[8] Rashid, M H, Power Electronics: Circuits, Devices and Applications, Prentice Hall
International, 1993 [9] Simpson. C. D, Industrial Electronics.,
Prentince Hall International, 1996.
[10] Smith, J, Modern of Communication System, McGraw-Hill, 1986.