723 1413-1-sm

15
Reni Retnowati, S.Kep. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email: [email protected] , 08567136828 1 STRATEGI KOPING KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA PENDERITA SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT Reni Retnowati 1 , Aat Sriati 1 , Metty Widiastuti 2 1 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat 2 Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat ABSTRAK Merawat penderita skizofrenia merupakan stressor bagi keluarga. Keluarga akan melakukan strategi koping dalam mengatasi stressor tersebut yang terbagi atas problem focused coping dan emotion focused coping. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi koping keluarga dalam merawat anggota keluarga penderita skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 96 orang keluarga yang dipilih menggunakan consecutive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data dikelompokkan dalam bentuk persentase responden yang cenderung menggunakan problem focused coping, emotion focused coping, atau strategi koping keduanya. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian kecil keluarga cenderung menggunakan problem focused coping (38,5%), sebagian keluarga cenderung menggunakan emotion focused coping (48,0%), dan sangat sedikit keluarga yang cenderung menggunakan strategi koping keduanya (13,5%). Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terlalu signifikan antara kecenderungan penggunaan strategi koping tertentu. Psikoedukasi sangat dibutuhkan untuk membantu keluarga dalam menentukan strategi koping yang efektif selama merawat anggota keluarga penderita skizofrenia. Kata kunci: skizofrenia, keluarga, strategi koping ABSTRACT Care of schizophrenic patients is a stressor for the families. Families will make coping strategies in dealing with these stressor, divided into problem and emotion focused coping. This study aimed to know of coping strategies in families with schizophrenic patients from the Outpatient Installation at Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. A quantitative descriptive design was used for the study. The sample comprised of 96 families who had been selected by using consecutive sampling. Data is collected by using a questionnaire. Data are categorized in percentage of respondents who tend to use problem focused coping, emotion focused coping, or

Upload: bang-yadhi

Post on 05-Dec-2014

908 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: 723 1413-1-sm

Reni Retnowati, S.Kep.

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang)

Email: [email protected], 08567136828

1

STRATEGI KOPING KELUARGA DALAM MERAWAT

ANGGOTA KELUARGA PENDERITA SKIZOFRENIA

DI INSTALASI RAWAT JALAN

RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT

Reni Retnowati1, Aat Sriati

1, Metty Widiastuti

2

1Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat

2Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

ABSTRAK

Merawat penderita skizofrenia merupakan stressor bagi keluarga. Keluarga akan

melakukan strategi koping dalam mengatasi stressor tersebut yang terbagi atas

problem focused coping dan emotion focused coping. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui strategi koping keluarga dalam merawat anggota keluarga penderita

skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Penelitian

ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah

96 orang keluarga yang dipilih menggunakan consecutive sampling. Pengambilan

data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data dikelompokkan dalam bentuk

persentase responden yang cenderung menggunakan problem focused coping,

emotion focused coping, atau strategi koping keduanya. Berdasarkan hasil penelitian,

sebagian kecil keluarga cenderung menggunakan problem focused coping (38,5%),

sebagian keluarga cenderung menggunakan emotion focused coping (48,0%), dan

sangat sedikit keluarga yang cenderung menggunakan strategi koping keduanya

(13,5%). Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terlalu signifikan antara

kecenderungan penggunaan strategi koping tertentu. Psikoedukasi sangat dibutuhkan

untuk membantu keluarga dalam menentukan strategi koping yang efektif selama

merawat anggota keluarga penderita skizofrenia.

Kata kunci: skizofrenia, keluarga, strategi koping

ABSTRACT

Care of schizophrenic patients is a stressor for the families. Families will make

coping strategies in dealing with these stressor, divided into problem and emotion

focused coping. This study aimed to know of coping strategies in families with

schizophrenic patients from the Outpatient Installation at Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Jawa Barat. A quantitative descriptive design was used for the study. The sample

comprised of 96 families who had been selected by using consecutive sampling. Data

is collected by using a questionnaire. Data are categorized in percentage of

respondents who tend to use problem focused coping, emotion focused coping, or

Page 2: 723 1413-1-sm

Reni Retnowati, S.Kep.

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang)

Email: [email protected], 08567136828

2

both of them. The result revealed that a minority families tend to use problem focused

coping (38,5%), most families tend to use emotion focused coping (48,0%), and very

few families tend to use both of them (13,5%). This study showed that the tendency of

the use of certain coping strategies is not too significant. Psycho-education is needed

to assist families in determining the use of coping strategies for caring schizophrenic

patients.

Key words: schizophrenia, families, coping strategies

PENDAHULUAN

Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan

timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang aneh dan terganggu

yang ditandai dengan gejala-gejala positif, seperti waham, halusinasi, disorganisasi

pikiran dan bicara, serta perilaku tidak teratur, dan gejala-gejala negatif, seperti afek

datar, tidak memiliki kemauan, dan menarik diri dari masyarakat atau rasa

ketidaknyamanan (Videbeck, 2001). Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang terberat

dan terbanyak. Sekitar 99% pasien rumah sakit jiwa di Indonesia merupakan

penderita skizofrenia (Sosrosumihardjo, dalam Arif, 2006). Sama halnya dengan data

diagnose pasien pada tahun 2011 di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Jawa Barat, tercatat bahwa sebanyak 14.702 pasien gangguan jiwa, 11.206

diantaranya merupakan pasien skizofrenia.

Penderita skizofrenia yang tidak bisa berfungsi normal menyebabkan

diperlukannya caregiver, yaitu individu yang secara umum merawat dan mendukung

individu lain (pasien) dalam kehidupannya (Awad and Voruganti, 2008). Dalam hal

ini, keluarga merupakan unit yang paling dekat dan merupakan ”perawat utama” bagi

penderita. Dukungan keluarga dan pengobatan yang teratur dapat meminimalisir

Page 3: 723 1413-1-sm

Reni Retnowati, S.Kep.

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang)

Email: [email protected], 08567136828

3

gejala-gejala skizofrenia. Seiring dengan proses perawatan penderita skizofrenia,

keluarga akan mengalami kelelahan fisik dan emosional. Untuk mengatasi hal

tersebut, keluarga perlu melakukan strategi koping selama merawat penderita

skizofrenia.

Lazarus and Folkman (1984) mendefinisikan strategi koping sebagai

perubahan dari suatu kondisi ke lainnya sebagai cara untuk menghadapi situasi tak

terduga dimana secara empirical disebut proses, dan membaginya ke dalam problem

focused coping (PFC) dan emotion focused coping (EFC). Problem focused coping

terdiri atas planful problem solving, confrontative coping, dan seeking social support,

sedangkan emotion focused coping terdiri atas distancing, escape/avoidance, self

control, accepting responsibility, dan positive reappraisal.

Dapat disimpulkan bahwa strategi koping memiliki peranan penting dalam

interaksi antara situasi yang menekan dan adaptasi. Menurut Dadang Hawari (2001),

masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa penderita skizofrenia sebagai aib

atau penyakit supranatural. Untuk mencegah penderita skizofrenia melakukan

tindakan yang merugikan, langkah yang diambil seringkali berupa pemasungan.

Menurut Alma Lucyati (Kepala Dinkes Provinsi Jawa Barat) dalam acara Jambore

Nasional Kesehatan Jiwa I di Rumah Sakit Jiwa Marzoeki Mahdi di Bogor pada 10

Oktober 2011, sekitar 18.800 kasus pemasungan penderita gangguan jiwa berat

terjadi di Jawa Barat. Selama menjalani pengobatan, terdapat kecenderungan keluarga

untuk menghentikan pemberian obat kepada penderita skizofrenia karena tidak

Page 4: 723 1413-1-sm

Reni Retnowati, S.Kep.

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang)

Email: [email protected], 08567136828

4

membuahkan hasil. Bagi sebagian keluarga, meninggalkan penderita skizofrenia di

rumah sakit jiwa adalah hal yang akan membuat mereka terlepas dari aib keluarga.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Instalasi Rawat Jalan Rumah

Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, terlihat bahwa masih banyak keluarga yang

menginginkan orang dengan masalah kejiwaan (ODMK), yaitu anggota keluarganya

sendiri untuk sembuh. Berdasarkan hasil wawancara kepada enam keluarga yang

menemani orang dengan skizofrenia (ODS) berobat jalan, didapat informasi bahwa

strategi koping yang digunakan setiap keluarga berbeda. Pada saat menyadari

perilaku aneh yang dilakukan penderita skizofrenia, lima keluarga membawa

penderita berobat ke pelayanan kesehatan dan satu keluarga mengatakan bahwa

membawa penderita skizofrenia ke orang pintar karena takut terkena guna-guna.

Setelah merawat penderita skizofrenia dalam waktu lama, keluarga hanya membawa

penderita skizofrenia berobat jalan karena sulit menanggung biaya rawat inap. Satu

dari enam keluarga mengatakan bahwa ia terkadang lalai memberikan obat karena

bosan, satu keluarga mengatakan bahwa mungkin ini ujian dari Tuhan, dan empat

keluarga lainnya mengatakan bahwa mereka takut akan nasib penderita jika mereka

sakit atau meninggal.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian ini dengan tujuan diketahuinya strategi koping keluarga dalam merawat

anggota keluarga penderita skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa

Provinsi Jawa Barat.

Page 5: 723 1413-1-sm

Reni Retnowati, S.Kep.

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang)

Email: [email protected], 08567136828

5

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan variabel

strategi koping keluarga dalam merawat anggota keluarga penderita skizofrenia dan

subvariabel problem focused coping dan emotion focused coping. Sampel diambil

menggunakan teknik consecutive sampling. Penelitian dilakukan pada tanggal 30

April sampai dengan 30 Mei 2012 di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa

Provinsi Jawa Barat dan didapatkan sampel sebanyak 96 orang dengan kriteria, yaitu:

(1) keluarga yang merawat anggota keluarga yang telah menderita skizofrenia lebih

dari 2 tahun, (2) memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan

penderita skizofrenia, dan (3) tinggal satu rumah dengan penderita skizofrenia.

Instrumen penelitian ini dibuat dengan memodifikasi Ways of Coping The Revised

Version (Folkman and Lazarus, 1984). Strategi koping ini diukur dengan skala

nominal. Responden memilih 4 kemungkinan jawaban dalam bentuk skala Likert,

yaitu Tidak Pernah (1), Kadang-Kadang (2), Sering (3), dan Selalu (4).

Perhitungan analisa data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ket:

P : persentase

f : jumlah skor jawaban

n : jumlah skor maksimal (Setiadi, 2007)

Dan diterjemahkan ke dalam bentuk rumus berikut:

P

Page 6: 723 1413-1-sm

Reni Retnowati, S.Kep.

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang)

Email: [email protected], 08567136828

6

Kemudian dilihat persentase mana yang paling besar dengan kategori:

a. Jika persentase PFC > EFC, maka responden dikatakan lebih cenderung

menggunakan problem focused coping dalam merawat penderita skizofrenia.

b. Jika persentase EFC > PFC, maka responden dikatakan lebih cenderung

menggunakan emotion focused coping dalam merawat penderita skizofrenia.

c. Jika persentase PFC = EFC, maka responden dikatakan cenderung menggunakan

strategi koping keduanya dalam merawat penderita skizofrenia.

Setelah itu dilakukan perhitungan banyaknya responden yang cenderung

menggunakan PFC, EFC, atau strategi koping keduanya:

Ket:

P: persentase

f: - jumlah responden yang cenderung menggunakan PFC

- jumlah responden yang cenderung menggunakan EFC

- jumlah responden yang cenderung menggunakan keduanya

n: jumlah seluruh responden

Berdasarkan nilai persentase di atas, maka diinterpretasikan sebagai berikut:

0% = tidak seorang pun dari responden

1 – 19% = sangat sedikit responden

20 – 39% = sebagian kecil responden

40 – 59% = sebagian/setengah dari responden

Page 7: 723 1413-1-sm

Reni Retnowati, S.Kep.

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang)

Email: [email protected], 08567136828

7

60 – 79% = sebagian besar responden

80 – 99% = hampir seluruh responden

100% = seluruh responden (Al Rasyid, 1994)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam merawat anggota

keluarga penderita skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Jawa Barat ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi berikut ini:

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Strategi Koping Keluarga dalam Merawat Anggota

Keluarga Penderita Skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit

Jiwa Provinsi Jawa Barat

Strategi Koping f %

Problem Focused Coping 37 38,5

Emotion Focused Coping 46 48,0

Keduanya (PFC dan EFC) 13 13,5

TOTAL 96 100

Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa sebagian keluarga lebih cenderung

menggunakan emotion focused coping untuk mengurangi atau menghilangkan

tuntutan dan atau tekanan dalam merawat anggota keluarga penderita skizofrenia.

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Problem Focused Coping yang Dilakukan Keluarga

dalam Merawat Anggota Keluarga Penderita Skizofrenia di Instalasi

Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

Problem Focused Coping (PFC) f %

Planful problem solving 11 29,7

Confrontative coping 6 16,2

Seeking social support 20 54,1

TOTAL 37 100

Keluarga yang cenderung menggunakan problem focused coping berdasarkan

pada tabel 2, menunjukkan bahwa sebagian keluarga lebih cenderung melakukan

Page 8: 723 1413-1-sm

Reni Retnowati, S.Kep.

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang)

Email: [email protected], 08567136828

8

seeking social support dalam mengatasi tuntutan, beban, dan atau tekanan selama

merawat anggota keluarga penderita skizofrenia.

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Emotion Focused Coping yang Dilakukan Keluarga

dalam Merawat Anggota Keluarga Penderita Skizofrenia di Instalasi

Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

Emotion Focused Coping (EFC) f %

Distancing 3 6,5

Self control 6 13,0

Accepting Responsibility 12 26,1

Escape/avoidance 9 19,6

Positive reappraisal 16 34,8

TOTAL 46 100

Keluarga yang cenderung menggunakan emotion focused coping berdasarkan

pada tabel 3, menunjukkan bahwa sebagian kecil keluarga lebih cenderung

melakukan positive reappraisal dan sebagian kecil keluarga lainnya lebih cenderung

melakukan accepting responsibility dalam meregulasi tekanan emosionalnya selama

merawat anggota keluarga penderita skizofrenia.

Tabel 4 Distribusi Frekuensi PFC dan EFC yang Dilakukan Keluarga dalam

Merawat Anggota Keluarga Penderita Skizofrenia di Instalasi Rawat

Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

PFC dan EFC f %

Seeking social support & Positive reappraisal 4 30,8

Planful problem solving & Positive reappraisal 3 23,0

Confrontative coping & Accepting responsibility 2 15,4

Confrontative coping & Distancing 1 7,7

Seeking social support & Positive reappraisal, Confrontative coping &

Accepting responsibility 1

7,7

Planful problem solving & Positive reappraisal, Confrontative coping &

Accepting responsibility 1

7,7

Planful problem solving & Seeking social support & Positive reappraisal;

Confrontative coping & Accepting responsibility 1 7,7

TOTAL 13 100

Page 9: 723 1413-1-sm

Reni Retnowati, S.Kep.

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang)

Email: [email protected], 08567136828

9

Keluarga yang cenderung menggunakan strategi koping keduanya

berdasarkan pada tabel 4, menunjukkan bahwa sebagian kecil keluarga lebih

cenderung melakukan seeking social support dan positive reappraisal dan sebagian

kecil keluarga lainnya lebih cenderung melakukan planful problem solving dan

positive reappraisal secara bersamaan dalam mengatasi tekanan akibat penderita

skizofrenia dengan segala permasalahannya.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi koping

memiliki peranan penting dalam interaksi antara situasi yang menekan dan adaptasi.

Strategi koping yang dilakukan keluarga selama merawat penderita skizofrenia dalam

penelitian ini cukup menyebar. Tidak terlalu signifikan antara kecenderungan

penggunaan strategi koping tertentu. Walaupun begitu, setiap responden memiliki

kecenderungan terhadap penggunaan salah satu strategi koping atau keduanya.

Distribusi data mengenai strategi koping keluarga yang terlihat dalam tabel 1

menunjukkan bahwa sebagian kecil keluarga cenderung menggunakan problem

focused coping (38,5%). Dapat disimpulkan bahwa strategi koping yang dilakukan

oleh keluarga cenderung berupa usaha-usaha untuk menanggulangi tuntutan yang

dialaminya dengan cara mencari alternatif pemecahan masalah yang dialaminya.

Keluarga yang cenderung menggunakan problem focused coping berdasarkan

pada tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian keluarga cenderung melakukan seeking

social support untuk mengurangi tekanan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian

Chadda, et al. (2007) yang menyatakan bahwa seeking social support dan planful

problem solving merupakan strategi koping yang paling sering dilakukan oleh

Page 10: 723 1413-1-sm

Reni Retnowati, S.Kep.

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang)

Email: [email protected], 08567136828

10

caregiver penderita skizofrenia. Ini menandakan bahwa dengan membagi perasaan

pada orang lain, tekanan yang dirasakan dapat berkurang dan keluarga juga

memperoleh bantuan informasi pemecahan masalah dari orang yang mereka percaya

tersebut (planful problem solving).

Selain seeking social support dan planful problem solving, keluarga juga

melakukan confrontative coping untuk mengubah keadaan dengan cara

mengekspresikan reaksi agresi berupa derajat kemarahan dan pengambilan risiko.

Tabel 2 menunjukkan bahwa sangat sedikit keluarga (16,2%) yang cenderung

melakukan confrontative coping dalam mengatasi masalahnya. Rasa lelah, jenuh, dan

biaya yang tidak sedikit, membuat keluarga merasa marah pada situasi di rumah yang

dianggap menghambat dalam melakukan peran dan kehidupannya.

Berdasarkan gambaran data yang disajikan dalam tabel 1, strategi koping yang

cenderung digunakan oleh sebagian keluarga dalam merawat penderita skizofrenia

adalah emotion focused coping (48,0%). Dapat disimpulkan bahwa strategi koping

yang dilakukan oleh keluarga cenderung berupa usaha-usaha untuk menanggulangi

tuntutan yang dialami dengan mengendalikan respon emosinya. Hasil penelitian ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan Magliano, et al. (2000), keluarga atau

caregiver yang tinggal bersama ODS (orang dengan skizofrenia) dalam waktu yang

lama cenderung mengadopsi emotion focused coping. Selama merawat penderita

skizofrenia dalam jangka waktu lama, keluarga semakin akan mengalami kesulitan

dalam hal financial, menjalankan aktivitas sehari-hari, dan terganggunya interaksi

antara keluarga (Hassan, et al., 2011).

Page 11: 723 1413-1-sm

Reni Retnowati, S.Kep.

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang)

Email: [email protected], 08567136828

11

Keluarga yang cenderung menggunakan emotion focused coping berdasarkan

pada tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian kecil keluarga lebih cenderung melakukan

positive reappraisal dan sebagian kecil keluarga lainnya lebih cenderung melakukan

accepting responsibility dalam meregulasi tekanan emosionalnya selama merawat

anggota keluarga penderita skizofrenia. Ini sejalan dengan penelitian Hassan, et al.

(2011) yang menyatakan bahwa selain self control dan escape/avoidance, positive

reappraisal juga merupakan strategi koping yang paling sering dilakukan oleh

keluarga dalam merawat penderita skizofrenia. Hasil penelitian di atas menandakan

bahwa sebagian keluarga mampu berpikir positif dan menerima situasi yang ada

sebagai cobaan dalam hidupnya.

Selain itu, keluarga terkadang berusaha untuk melarikan diri dari

permasalahan yang sedang terjadi, terutama permasalahan yang disebabkan oleh

kehadiran penderita skizofrenia dalam keluarganya (distancing). Berdasarkan tabel 3,

terlihat bahwa sangat sedikit keluarga (6,5%) yang cenderung melakukan distancing.

Menurut Hassan, et al. (2011), distancing dapat menuntun keluarga untuk

menurunkan stres. Ini terjadi karena untuk sementara waktu, keluarga tidak

disibukkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan penderita skizofrenia. Hal ini

secara tidak langsung dapat meregulasi tekanan emosional yang dirasakan anggota

keluarga. Namun, apabila keluarga terus melakukan penghindaran terhadap masalah

ini, maka masalah yang ada tidak akan pernah hilang atau terselesaikan.

Berdasarkan tabel 3, terlihat bahwa sangat sedikit keluarga (13,0%) yang

cenderung melakukan self control. Self control dilakukan keluarga untuk meregulasi

Page 12: 723 1413-1-sm

Reni Retnowati, S.Kep.

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang)

Email: [email protected], 08567136828

12

perasaan maupun tindakan. Hasil penelitian ini menandakan bahwa untuk mengontrol

masalah dan emosi tidaklah mudah. Dalam hal ini, keluarga mengalami kejenuhan

dalam merawat penderita skzofrenia di rumah, harus selalu mengontrol semua

kegiatan penderita, harus menghadapi kesulitan dalam menanggung biaya perawatan

dan pengobatan penderita dalam waktu yang lama.

Berdasarkan tabel 3, terlihat bahwa sebagian kecil keluarga (26,1%)

cenderung melakukan accepting responsibility. Hasil penelitian ini menandakan

bahwa sebagian kecil keluarga merasa bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada

anggota keluarganya yang menderita skizofrenia. Menurut Hassan, et al. (2011),

keluarga yang cenderung melakukan strategi koping ini justru akan meningkatkan

stres yang sudah ada sebelumnya. Keluarga yang cenderung mengakui peran dirinya

sebagai penyebab masalah kejiwaan yang dialami anggota keluarganya akan memiliki

rasa penyesalan yang harus selalu mereka tanggung.

Berdasarkan tabel 3, terlihat pula bahwa sebagian kecil keluarga (19,6%)

cenderung melakukan escape/avoidance. Escape/avoidance dilakukan keluarga untuk

menghindar atau melarikan diri dari permasalahan yang sedang dihadapi.Hasil

penelitian ini menandakan bahwa tidak sedikit keluarga yang tidak ingin mencampuri

atau mempedulikan permasalahannya. Keluarga lebih memilih untuk melakukan

kegiatan lain yang dianggap lebih menyenangkan. Hal ini dilakukan keluarga demi

menenangkan emosinya daripada harus memikirkan masalah yang diakibatkan oleh

penderita skizofrenia di rumah.

Page 13: 723 1413-1-sm

Reni Retnowati, S.Kep.

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang)

Email: [email protected], 08567136828

13

Berdasarkan tabel 4, diketahui bahwa sebagian kecil keluarga melakukan

seeking social support dan positive reappraisal dan sebagian kecil keluarga lainnya

melakukan planful problem solving dan positive reappraisal secara bersamaan dalam

mengatasi tekanan akibat penderita skizofrenia dengan segala permasalahannya.

Dengan mencari bantuan orang lain, keluarga akan lebih banyak mendapat informasi

untuk menyelesaikan masalah yang ada. Selain itu, keluarga yang mencoba berpikir

positif mengenai keadaannya akan memudahkan keluarga untuk berpikir secara

matang dan tenang dalam memahami masalah, serta mencari solusi yang terbaik

dalam merawat penderita skizofrenia. Berdasarkan hal tersebut, keluarga yang

cenderung menggunakan kedua strategi koping ini, dapat dikatakan sudah memiliki

kemampuan untuk memecahkan masalah yang didampingi dengan pengontrolan

emosi sehingga tingkat stres yang ada sudah mulai berkurang. Hal ini sesuai dengan

teori Lazarus and Folkman (1984) yang mengemukakan bahwa untuk mencapai

strategi koping yang efektif diperlukan penggunaan kedua strategi koping.

SIMPULAN

Strategi koping keluarga selama merawat penderita skizofrenia dalam

penelitian ini cukup menyebar.Tidak terlalu signifikan antara kecenderungan

penggunaan strategi koping yang dilakukan. Sebagian keluarga cenderung

menggunakan emotion focused coping, sebagian kecil keluarga cenderung

menggunakan problem focused coping, dan sangat sedikit keluarga yang cenderung

menggunakan kedua strategi koping tersebut. Perbedaan kecenderungan strategi

Page 14: 723 1413-1-sm

Reni Retnowati, S.Kep.

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang)

Email: [email protected], 08567136828

14

koping ini disebabkan oleh adanya penilaian kognitif yang berbeda-beda dalam setiap

keluarga, tingkat stres yang dialami keluarga, dan tergantung pada sumber daya yang

dimiliki, yaitu kesehatan fisik, keyakinan atau pandangan positif, keterampilan

memecahkan masalah, keterampilan sosial, dukungan sosial, dan materi. Untuk

mencapai strategi koping yang efektif, maka diperlukan penggunaan strategi koping

keduanya.

SARAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perawat di

Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat untuk lebih

meningkatkan pelayanan kesehatan terutama pemberian psikoedukator terhadap

keluarga, seperti memberikan informasi mengenai dosis dan efek samping obat,

mengapa tidak boleh putus obat, pentingnya berobat rutin, pengenalan gejala dari

kekambuhan, dan hal lainnya yang berkaitan dengan skizofrenia. Diharapkan

jugapihak rumah sakit dapat menyediakan ruangan khusus sebagai pusat konseling,

dimana keluarga atau pihak yang membutuhkan informasi mengenai kesehatan jiwa

dapat memanfaatkan pelayanan ini kapan pun dibutuhkan tanpa harus menunggu

program terapi keluarga yang telah ditentukan.

Bagi peneliti selanjutnya, metode pengambilan data dapat dilengkapi dengan

interviu untuk mendapat gambaran yang lebih lengkap dan disarankan juga untuk

meneliti sumber daya yang mendukung strategi koping itu sendiri.

Page 15: 723 1413-1-sm

Reni Retnowati, S.Kep.

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang)

Email: [email protected], 08567136828

15

DAFTAR PUSTAKA

Al Rasyid, H. 1994. Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Bandung:

Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran.

Arif, S.I. 2006. Skizofrenia: Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Bandung: PT

Refika Aditama.

Awad, A.G. and Voruganti, L.N.P. 2008. The Burden of Schizophrenia on

Caregivers: A Review. Pharmacoeconomics.

Chadda, R.K., Singh, T.B., and Ganguly, K.K. 2007. Caregiver burden and coping: A

prospective study of relationship between burden and coping in caregivers of

patients with schizophrenia and bipolar affective disorder. Social Psychiatry

and Psychiatric Epidemiology 42: 923–930.

Hassan, W.A.N., Mohamed, I.I., Elnaser, A.E.A., and Sayed, N.E. 2011. Burden and

coping strategies in caregivers of schizophrenic patients. Journal of American

Science 7 (5): 802-811. Available at:

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=.+Burden+and+coping+strategies+

in+caregivers+of+schizophrenic+patients.&source=web&cd=4&ved=0CGAQ

FjAD&url=http%3A%2F%2Fwww.jofamericanscience.org%2Fjournals%2Fa

m-

sci%2Fam0705%2F113_5789am0705_802_811.pdf&ei=g1T4T6jHC5DOrQe

5zLTUBg&usg=AFQjCNHRcte88ooXPZqTjuWFW5MEIYIeNg&cad=rja

(diakses 4 Juni 2012).

Hawari, D. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta:

FKUI.

Lazarus, R.S. and Folkman, S. 1984. Stress, Appraisal, and Coping. New York:

Spinger Publishing Company.

Magliano, L., Fadden, G., Economou, M., Held, T., Xavier, M., Guarneri, M., et al.

2000. Family burden and coping strategies in schizophrenia: 1-year follow-up

data from the BIOMED I study. Social Psychiatry and Psychiatric

Epidemiology 35: 109–115. Available at:

http://web.ebscohost.com/ehost/detail?sid=ec7d7745-ae76-48d7-bd1a-

31b8b1b39f7a%40sessionmgr12&vid=1&hid=15&bdata=JnNpdGU9ZWhvc3

QtbGl2ZQ%3d%3d#db=mnh&AN=10855508 (diakses 28 Desember 2011).

Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Videbeck, S.L. 2001. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Diterjemahkan oleh Komalasari,

R. dan Hany, A. 2008. Jakarta: EGC.