7. bab ii

48
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) 2.1.1. Definisi Puskesmas Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut Depkes RI tahun 2004, Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja. 10 Pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas merupakan pelayanan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak dari pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia. 11 2.1.2. Tujuan Puskesmas 5

Upload: mega-sii-biipzz

Post on 07-Jul-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pkm

TRANSCRIPT

Page 1: 7. BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

2.1.1. Definisi Puskesmas

Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang

merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga

membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara

menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam

bentuk kegiatan pokok. Menurut Depkes RI tahun 2004, Puskesmas

merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota yang

bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah

kerja.10

Pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas merupakan pelayanan

yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif

(pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif

(pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua

penduduk dengan tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur,

sejak dari pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia.11

2.1.2. Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh

Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan

nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup

sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar

terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.11

5

Page 2: 7. BAB II

6

2.1.3. Fungsi Puskesmas

Terdapat tiga fungsi Puskesmas, yaitu:

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan. Puskesmas

selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan

pembangunan lintas sektoral termasuk oleh masyarakat dan dunia

usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung

pembangunan kesehatan.

2. Pusat pemberdayaan masyarakat. Puskesmas selalu berupaya agar

perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat

termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan

melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif

dan memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber

pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan

memantau pelaksanaan program kesehatan.

3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Puskesmas bertanggung

jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara

menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, meliputi:

a. Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang

bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama

menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan,

tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan

penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan

untuk Puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.

b. Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang

bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan

meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa

mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah

promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan

Page 3: 7. BAB II

7

lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,

keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai

program kesehatan masyarakat lainnya.10

2.1.4. Upaya dan Azas Penyelenggaraan10

1. Upaya

a. Upaya Kesehatan Wajib

Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang

ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global

serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan

derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus

diselenggarakan oleh setiap Puskesmas yang ada di wilayah

Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut yaitu:

1) Upaya promosi kesehatan

2) Upaya kesehatan lingkungan

3) Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana

4) Upaya perbaikan gizi masyarakat

5) Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

6) Upaya pengobatan

b. Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya pengembangan Puskesmas adalah upaya yang

ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di

masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas.

Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya

kesehatan pokok Puskesmas yang telah ada yakni:

1) Upaya kesehatan sekolah

2) Upaya kesehatan olah raga

3) Upaya perawatan kesehatan masyarakat

4) Upaya kesehatan kerja

5) Upaya kesehatan gigi dan mulut

6) Upaya kesehatan jiwa

7) Upaya kesehatan mata

Page 4: 7. BAB II

8

8) Upaya kesehatan usia lanjut

9) Upaya pembinaan pengobatan tradisional

2. Azas Penyelenggaraan

a. Azas pertanggungjawaban wilayah

Azas pertanggungjawaban wilayah mengandung arti

Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk itu

Puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain

sebagai berikut.

1) Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan

sehingga berwawasan kesehatan.

2) Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap

kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

3) Membina setiap usaha kesehatan strata pertama yang

diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah

kerjanya.

4) Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer)

secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.

b. Azas pemberdayaan masyarakat

Azas pemberdayaan masyarakat mengandung arti Puskesmas

wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat agar

berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas.

Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas dalam

rangka pemberdayaan masyarakat antara lain:

1) Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, Bina

Keluarga Balita (BKB).

2) Upaya pengobatan: posyandu, Pos Obat Desa (POD).

3) Upaya perbaikan gizi: posyandu, panti pemuliaan gizi,

Keluarga sadar gizi.

Page 5: 7. BAB II

9

4) Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan

orang tua/wali.

5) murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos kesehatan pesantren

(Poskestren)

6) Upaya kesehatan lingkungan: Kelompok pemakai air

(Pokmair), Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL).

7) Upaya kesehatan usia lanjut: posyandu usila, panti wreda.

8) Upaya kesehatan kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos

UKK).

9) Upaya kesehatan jiwa: posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan

Jiwa Masyarakat (TPKJM).

10) Upaya pembinaan pengobatan tradisional: Taman Obat

Keluarga (TOGA), pembinaan pengobatan tradisional (Battra).

c. Azas keterpaduan

Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta

diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya

Puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin

sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang

harus diperhatikan, yakni:

1) Keterpaduan lintas program

Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan

penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi

tanggung jawab Puskesmas, antara lain:

a) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA

dengan P2M, gizi, promosi kesehatan dan pengobatan.

b) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan

lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan,

kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan

jiwa.

c) Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan

KIA/KB, gizi, promosi kesehatan dan kesehatan gigi.

Page 6: 7. BAB II

10

d) Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M,

Kesehatan jiwa dan promosi kesehatan.

2) Keterpaduan lintas sektor

Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan

penyelenggaraan upaya Puskesmas (wajib, pengembangan dan

inovasi) dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat

kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia

usaha, antara lain:

a) Upaya kesehatan sekolah: keterpaduan sektor kesehatan

dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan dan agama.

b) Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan

dengan camat, lurah/kepala desa, agama dan pertanian.

c) Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan

dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi,

organisasi kemasyarakatan, PKK dan PLKB.

d) Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan

camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian,

koperasi, dunia usaha, PKK dan PLKB.

e) Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan

sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga

kerja, koperasi, dunia usaha dan organisasi kemasyarakatan.

d. Azas rujukan

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab

atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan

secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti dari satu strata

sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan

lainnya, maupun horizontal antar strata sarana pelayanan kesehatan

yang sama. Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang

diselenggarakan oleh Puskesmas, ada dua macam rujukan yang

dikenal, yakni:

Page 7: 7. BAB II

11

1) Rujukan upaya kesehatan perorangan

Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah

kasus penyakit. Apabila suatu Puskesmas tidak mampu

menanggulangi satu kasus penyakit tertentu, maka Puskesmas

tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang

lebih mampu. Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan

atas tiga macam, yaitu:

a) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan,

tindakan medik (misal operasi) dan lain-lain.

b) Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan

laboratorium yang lebih lengkap.

c) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga

yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga

Puskesmas dan atau menyelenggarakan pelayanan medik

spesialis di Puskesmas.

2) Rujukan upaya kesehatan masyarakat

Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah

masalah kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa,

pencemaran lingkungan dan bencana. Rujukan juga dilakukan

apabila satu Puskesmas tidak mampu menyelenggarakan upaya

kesehatan wajib dan pengembangan, padahal upaya kesehatan

masyarakat tersebut telah menjadi kebutuhan masyarakat.

Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga

macam:

a) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman

peralatan fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan,

peminjaman alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan-

bahan habis pakai dan bahan makanan.

b) Rujukan tenaga, antara lain dukungan tenaga ahli untuk

penyidikan kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian masalah

Page 8: 7. BAB II

12

hukum kesehatan dan penanggulangan gangguan kesehatan

karena bencana alam.

c) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya

kewenangan dan tanggung jawab penyelesaian masalah

kesehatan masyarakat dan atau penyelenggaraan upaya

kesehatan masyarakat (antara lain usaha kesehatan sekolah,

usaha kesehatan kerja, usaha kesehatan jiwa, pemeriksaan

contoh air bersih) kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.

2.2. Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)

2.2.1. Definisi UKBM

Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) adalah

wahana pemberdayaan masyarakat yang dibentuk atas dasar kebutuhan

masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat dengan

bimbingan dari petuga Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait.12

2.2.2. Tujuan Terbentuknya UKBM12

1. Meningkatnya jumlah dan mutu UKBM.

2. Meningkatnya kemampuan pemimpin/ Tokoh Masyarakat dalam

merintis dan mengembangkan UKBM.

3. Meningkatnya kemampuan masyarakat dan organisasi masyarakat

dalam penyelenggaraan UKBM.

4. Meningkatnya kemampuan masyarakat dan organisasi masyarakat

dalam menggali, menghimpun dan mengelola pendanaan masyarakat

untuk menumbuhkembangkan UKBM.

Page 9: 7. BAB II

13

2.2.3. Tingkat Perkembangan UKBM12

Pada umumnya, UKBM dibagi berdasarkan tingkat perkembangannya

menjadi 4 strata, yaitu:

1. Pratama, yaitu UKBM yang baru dibentuk.

2. Madya, yaitu UKBM yang sudah berjalan teratur tetapi cakupannya

masih rendah.

3. Purnama, yaitu UKBM yang sudah berjalan teratur tetapi cakupannya

sudah tinggi.

4. Mandiri, yaitu UKBM yang sudah berjalan teratur, cakupannya tinggi

dan >50% masyarakatnya telah menjadi anggota dana sehat.

2.2.4. Sasaran UKBM12

1. Individu atau tokoh masyarakat berpengaruh

2. Keluarga

3. Kelompok masyarakat: generasi muda, kelompok wanita, angkatan

kerja, dan lain-lain.

4. Organisai masyarakat: organisai profesi, LSM, dan lain-lain.

5. Masyarakat umum: desa, kota dan pemukiman khusus.

2.2.5. Jenis-jenis UKBM12

1. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

Posyandu adalah salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan

diselenggarakan dari, oleh, dan untuk masyarakat dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan

masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar unutk

mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.Posyandu

meliputi lima program prioritas yaitu: KB, KIA, Imunisasi, dan

penanggulangan diare, terbukti mempunyai daya ungkit besar terhadap

penurunan angka kematoan bayi. Sebagai salah satu tempat pelayanan

kesehatan masyarakat yang langsung bersentuhan dengan masyarakat

level bawah, sebainya posyandu digiatkan kembali seperti pada masa

Page 10: 7. BAB II

14

orde baru karena terbukti ampuh mendeteksi permasalahan gizi, busung

lapar dan masalah kesehatan lainnya meyangkut kesehatan ibu dan anak

akan mudah dihindari jika posyandu kembali diprogramkan secara

menyeluruh.

2. Kelurahan Siaga / Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel)

Poskeskel merupakan unit kesehatan dibawah Puskesmas yang

dibangun berdasarkan swadaya masyarakat. Dikepalai oleh

bidan/dokter/perawat setempat (berdomisili di lokasi Poskeskel).

Poskeskel melayani kesehatan masyarakat secara umum sebagai

perpanjangan dari Puskesmas. Poskeskel akan membawahi beberapa

Posyandu di lingkungannya.

3. Tanaman Obat Keluarga (TOGA)

Tanaman Obat Keluarga (TOGA) adalah sebidang tanah di

halaman atau ladang yang dimanfaatkan untuk menanam tanaman yang

berkhasiat sebagai obat. Dikaitkan dengan peran serta masyarakat,

TOGA merupakan wujud partisipasi mereka dalam bidang peningkatan

kesehatan dan pengobatan sederhana dengan memanfaatkan obat

tradisional.

4. Upaya Kesehatan Kerja (UKK)

Upaya Kesehatan Kerja adalah bentuk operasional PHC di

lingkungan pekerja, merupakan wadah dari serangkaian upaya

pemeliharaan kesehatan pekerja yang terencana, teratur dan

berkesinambungan yang di selenggarakan oleh masyarakat pekerja atau

kelompok kerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang sama dan

bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kerja.

UKK menjadi semakin penting pada industrilisasi sekarang ini.

Pertumbuhan industri yang pesat membuat tenaga kerja formal semakin

banyak, yang biasanya tetap diiringi oleh banyaknya tenaga kerja

informal.Salah satu wujud UKK adalah dibentuknya Pos Upaya

kesehatan Kerja (Pos UKK) di sektor informal dan pelaksanaan

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di sektor formal.

Page 11: 7. BAB II

15

5. Pos Kesehatan Persantren (Poskestren)

Poskestren merupakan wujud partisipasi masyarakat pondok

pesantren dalam bidang kesehatan secara berkala. Kegiatan dari

poskestren, yaitu:

a. Pos obat pondok pesantren

b. Santri husada (kader kesehatan di kalangan santri)

c. Pusat informasi kesehatan, berupa perpustakaan kerohanian dan

ceramah kesehatan secara berkala, bekerja sama dengan Puskesmas

setempat.

d. Upaya kesehatan lingkungan di sector pondok pesantren.

6. Pos Binaan Terpadu (Posbindu)

Posbindu berbeda dengan posyandu, karena posbindu

dikhususkan unutk pembinaan pada orang tua, baik yang akan

memasuki masa lansia maupun yang sudah memasuki masa lansia.

Program posbindu ini diperuntukkan untuk usia 45 tahun ke atas

dengan pembagian 45 tahun sampai 59 tahun adalah usia pralansia, 60

sampai 70 tahun usia lansia, dan 70 tahun keatas adalah lansia yang

berisiko. Posbindu ini diharapkan bagi usia pralansia adalah untuk

mempersiapkan dalam memasuki usia lansianya agar tetapproduktif,

mandiri dan bisa berperan aktif. Kegiatan yang dilaksanakan di

Posbindu diantaranya:

a. Pendataan Sasaran, masyarakat yang berusia diatas 18 tahun

b. Pemeriksaan Kesehatan

c. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan, maka setiap satu

bulan sekali diadakan pemeriksaan kesehatan meliputi pemeriksaan

tekanan darah, penimbangan berat badan, dan pemberian obat-obatan

yang diperlukan.

d. Penyuluhan, dilaksanakan setiap 1 bulan sekali.

e. Olah raga atau kesehatan jasmani

f. Olahraga yang dilakukan di posbindu yaitu senam lansia, jalan kaki.

g. Pemberian makanan tambahan

Page 12: 7. BAB II

16

h. Pemeriksaan laboratorium darah pada pasien yang beresiko.

i. Pembinaan pada keluarga lansia unutk meningkatkan kemampuan-

nya mengatasi masalah kesehatan lansia.

2.3. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

2.3.1. Definisi Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang dilaksanakan

oleh, dari dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan

memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan

kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita.13

2.3.2. Kegiatan Posyandu

Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan

pengembangan/ pilihan. Kegiatan utama mencakup:

1. Kesehatan ibu dan anak

Ibu: Pemeliharaan kesehatan ibu di posyandu, Pemeriksaan kehamilan

dan nifas, pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan

pil penambah darah, Imunisasi TT untuk ibu hamil.

Pemberian Vitamin A: Pemberian vitamin A dosis tinggi pada bulan

Februari dan Agustus.14 Akibat dari kurangnya vitamin A adalah

menurunnya daya tahan tubuh terhadap serangan

penyakit.15Penimbangan Balita: Penimbangan balita dilakukan tiap

bulan di posyandu.15 Penimbangan secara rutin di posyandu untuk

pemantauan pertumbuhan dan mendeteksi sedini mungkin

penyimpangan pertumbuhan balita. Dari penimbangan yang kemudian

dicatat di KMS, dari data tersebut dapat diketahui status pertumbuhan

balita apabila penyelenggaraan posyandu baik maka upaya untuk

pemenuhan dasar pertumbuhan anak akan baik pula.KMS adalah kartu

untuk mencatat dan memantau pekembangan balita dengan melihat

garis pertumbuhan berat badan anak dari bulan ke bulan pada KMS

dapat diketahui status pertumbuhan anaknya.

Page 13: 7. BAB II

17

Kriteria Berat Badan balita di KMS:15

a. Berat badan naik: berat badan bertambah mengikuti salah satu pita

warna, berat badan bertamabah ke pita warna diatasnya.

b. Berat badan tidak naik: berat badanya berkurang atau turun, berat

badan tetap, berat badan bertambah atau naik tapi pindah ke pita

warna di bawahnya.

c. Berat badan dibawah garis merah merupakan awal tanda balita gizi

buruk. Pemberian makanan tambahan atau PMT, PMT diberikan

kepada semua balita yang menimbang ke posyandu.

2. Keluarga Berencana

Pelayanan Keluarga Berencana berupa pelayanan kontrasepsi

kondom, pil KB, dan suntik KB.

3. Imunisasi

Di Posyandu balita akan mendapatkan layanan imunisasi. Macam

imunisasi yang diberikan di posyandu, yaitu:

a. BCG untuk mencegah penyakit TBC.

b. DPT untuk mencegah penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus.

c. Polio untuk mencegah penyakit kelumpuhan.

d. Hepatitis B untuk mencegah penyakit hepatitis B (penyakit kuning).

4. Gizi

Peningkatan gizi balita di posyandu yang dilakukan oleh kader

berupa pemberian penyuluhan tentang ASI, status gizi balita, MP-ASI,

Imunisasi, Vitamin A, stimulasi tumbuh kembang anak, diare pada

balita.

5. Pencegahan dan penanggulangan diare

Penyediaan oralit di Posyandu. Melakukan rujukan pada penderita

diare yang menunjukan tanda bahaya di Puskesmas. Memberikan

penyuluhan penggulangan diare oleh kader Posyandu.

Page 14: 7. BAB II

18

Kegiatan pengembangan/ pilihan, masyarakat dapat menambah

kegiatan baru di samping lima kegiatan utama yang telah ditetapkan,

dinamakan posyandu terintegrasi. Kegiatan tersebut misalnya:

a. Bina Keluarga Balita (BKB)

b. Tanaman Obat Keluarga (Toga)

c. Bina Keluarga Lansia (BKL)

d. Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

e. Berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya.

2.3.3. Penyelenggaraan Posyandu

1. Penyelenggaraan Posyandu

Dalam penyelenggaraannya, pengelola Posyandu dipilih dari dan

oleh masyarakat pada saat musyawarah pembentukan Posyandu.

Penguru. Posyandu sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris,

dan bendahara. Berikut ini beberapa kriteria pengelola Posyandu:16

a. Sukarelawan dan tokoh masyarakat setempat.

b. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi, dan mampu

memotivasi masyarakat.

c. Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.

2. Waktu dan Lokasi Posyandu

Penyelenggaraan Posyandu sekurang-kurangnya satu (1) kali

dalam sebulan. Jika diperlukan, hari buka Posyandu dapat lebih dari

satu (1) kali dalam sebulan. Hari dan waktunya sesuai dengan hasil

kesepakatan masyarakat. Posyandu berlokasi di setiap

desa/kelurahan/RT/RW atau dusun, salah satu kios di pasar, salah satu

ruangan perkantoran, atau tempat khusus yang dibangun oleh swadaya

masyarakat. Tempat penyelenggaraan Pada hari buka posyandu

dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5 meja yaitu: meja I

untuk pendaftaran, meja II untuk penimbangan, meja III untuk

Pengisian KMS, meja IV untuk enyuluhan perorangan berdasarkan

KMS dan meja V untuk pelayanan kesehatan berupa: imunisasi,

Page 15: 7. BAB II

19

pemberian vitamin A dosis tinggi, pembagian pil KB atau kondom,

pengobatan ringan dan konsultasi KB. Petugas pada meja I dan IV

dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan meja V merupakan meja

pelayanan medis.14

Keberhasilan posyandu tergambar melalui cakupan SKDN.

S : Semua balita di wilayah kerja posyandu.

K : Semua balita yang memiliki KMS.

D : Balita yang ditimbang.

N : Balita yang Berat Badannya naik

Keberhasilan Posyandu berdasarkan:

D : Baik/ kurangnya peran serta masyarakat.

N : Berhasil tidaknya program posyandu.

2.4. Program Pemerintah Perbaikan Gizi Masyarakat

Upaya perbaikan gizi masyarakat meliputi program untuk ibu dan juga

anaknya. Berikut ini adalah beberapa program Kementerian Kesehatan tahun

2015-2019.

1. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik yang mendapat makanan tambahan

sebesar 95%. Jumlah ibu hamil KEK yang mendapat PMT di suatu

wilayah/jumlah seluruh ibu hamil KEK yang ada di suatu wilayah

2. Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)

Jumlah ibu hamil yang mendapat TTD di suatu daerah wilayah/jumlah seluruh

ibu hamil yang ada di suatu wilayah

3. Persentase bayi kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif

Jumlah bayi usia sampai dengan 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif di

wilayah tertentu/jumlah seluruh bayi usia sampai dengan 6 bulan di wilayah

tertentu

4. Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Jumlah bayi baru lahir mendapat IMD/ jumlah seluruh bayi baru lahir

5. Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan

Page 16: 7. BAB II

20

Jumlah baduta (bawah dua tahun) kurus yang mendapat makanan

tambahan/jumlah seluruh balita yang diukur

6. Persentase remaja puteri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)

Jumlah remaja putri yang mendapat TTD di suatu wilayah TTD di suatu

wilayah/jumlah seluruh remaja putri yang ada di suatu wilayah.

2.5. Upaya Perbaikan Gizi oleh Pemerintah17

Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam

kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama

kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan

perkembangan yang sangat pesat. Gangguan gizi yang terjadi pada periode ini

bersifat permanen, tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa

selanjutnya terpenuhi.

Sekitar 30 juta wanita usia subur menderita kurang energi kronis (KEK),

yang bila hamil dapat meningkatkan risiko melahirkan BBLR. Setiap tahun,

diperkirakan sekitar 350 ribu bayi BBLR (≤ 2500 gram), sebagai salah satu

penyebab utama tingginya angka gizi kurang dan kematian balita. Pada tahun

2005 terdapat sekitar 5 juta balita gizi kurang; 1,7 juta diantaranya menderita gizi

buruk. Pada usia sekolah, sekitar 11 juta anak tergolong pendek sebagai akibat

dari gizi kurang pada masa balita.

Anemia Gizi Besi (AGB) diderita oleh 8,1 juta anak balita, 10 juta anak usia

sekolah, 3,5 juta remaja putri dan 2 juta ibu hamil. Sekitar 3,4 juta anak usia

sekolah menderita Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).

Sementara masalah gizi kurang dan gizi buruk masih tinggi, ada

kecenderungan peningkatan masalah gizi lebih sejak beberapa tahun terakhir.

Hasil pemetaan gizi lebih di wilayah perkotaan di Indonesia menunjukkan bahwa

sekitar 12 % penduduk dewasa menderita gizi lebih.

Pada tingkat individu, keadaan gizi dipengaruhi oleh asupan gizi dan

penyakit infeksi yang saling terkait. Apabila seseorang tidak mendapat asupan gizi

yang cukup akan mengalami kekurangan gizi dan mudah sakit. Demikian juga

bila seseorang sering sakit akan menyebabkan gangguan nafsu makan dan

Page 17: 7. BAB II

21

selanjutnya akan mengakibatkan gizi kurang. Di tingkat keluarga dan masyarakat,

masalah gizi dipengaruhi oleh:

1. Kemampuan keluarga dalam menyediakan pangan bagi anggotanya baik

jumlah maupun jenis sesuai kebutuhan gizinya.

2. Pengetahuan, sikap dan keterampilan keluarga dalam hal:

a. Memilih, mengolah dan membagi makanan antar anggota keluarga sesuai

dengan kebutuhan gizinya.

b. Memberikan perhatian dan kasih sayang dalam mengasuh anak.

c. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan dan gizi yang tersedia,

terjangkau dan memadai (Posyandu, Pos Kesehatan Desa, Puskesmas dll).

3. Tersedianya pelayanan kesehatan dan gizi yang terjangkau dan berkualitas.

4. Kemampuan dan pengetahuan keluarga dalam hal kebersihan pribadi dan

lingkungan.

Gambaran perilaku gizi yang belum baik juga ditunjukkan dengan masih

rendahnya pemanfaatan fasilitas pelayanan oleh masyarakat. Saat ini baru sekitar

50 % anak balita yang dibawa ke Posyandu untuk ditimbang sebagai upaya

deteksi dini gangguan pertumbuhan. Bayi dan balita yang telah mendapat kapsul

vitamin A baru mencapai 74 % dan ibu hamil yang mengkonsumsi Tablet Tambah

Darah (TTD) baru mencapai 60 %. Demikian pula dengan perilaku gizi lainnya

juga masih belum baik yaitu masih rendahnya ibu yang menyusui bayi 0-6 bulan

secara eksklusif yang baru mencapai 39 %, sekitar 28 % rumah tangga belum

menggunakan garam beryodium yang memenuhi syarat, dan pola makan yang

belum beraneka ragam.

Program pada masalah gizi yang dikeluarkan oleh Depkes dengan standar

minimalnya adalah sebagai berikut:18

1. Pemberian kapsul Yodium, untuk anak sekolah dan WUS (Wanita Usia Subur)

cakupan harus 80%, ibu hamil/nifas cakupan harus 100%.

2. Pemberian Vitamin A dosis tinggi pada balita termasuk usia 6-11 bulan

cakupannya harus 80%, ibu nifas cakupannya harus 100%

Page 18: 7. BAB II

22

3. Pemberian tablet tambah darah untuk ibu hamil satu butir satu hari selama 90

hari cakupannya harus 80%, pemberian sirup besi pada balita gizi buruk

dengan anemia gizi besi cakupannya harus 80%

4. Penggunaan garam beryodium di tingkat rumah tangga cakupannya harus 90%

5. Pelayanan gizi buruk dengan perawatan standar, cakupannya harus 100%

6. Pemberian MP-ASI pada balita keluarga miskin cakupannya harus 100%

7. Keluarga Sadar Gizi (Kadarsi) cakupannya harus 70%

8. SKDN dengan indikator partisipasi masyarakat (D/S).

Hasil program (N/S) liputan program (K/S) dan hasil penimbangan (N/D)

masing-masing cakupannya harus 80%, serta Persen Balita BGM di posyandu

tidak boleh lebih dari 15%.

Pemantauan status gizi dilakukan dengan memanfaatkan data hasil

penimbangan bulanan posyandu yang didasarkan pada indikator SKDN

tersebut. Indikator yang dipakai adalah N/D (jumlah anak yang berat badannya

naik dibandingkan dengan jumlah anak yang ditimbang dalam %).

1. Balita yang datang dan ditimbang (D/S) adalah semua balita yang datang

dan ditimbang berat badannya (D) di posyandu maupun di luar posyandu

satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

2. Balita yang naik berat badannya (N/D) adalah balita yang ditimbang (D) di

posyandu maupun di luar posyandu yang berat badannya naik dan

mengikuti garis pertumbuhan pada KMS di satu wilayah kerja pada kurun

waktu tertentu.

3. Cakupan program adalah jumlah balita yang memiliki Kartu Menuju Sehat

(KMS) dibagi dengan jumlah balita yang ada di wilayah Posyandu

kemudian dikali 100%. Persentasi K/S di sini, menggambarkan berapa

jumlah balita di wilayah tersebut yang telah memiliki KMS atau berapa

besar cakupan program di daerah tersebut telah tercapai.

4. Cakupan Partisipasi Masyarakat (D/S) adalah jumlah balita yang ditimbang

di Posyandu dibagi dengan jumlah balita yang ada di wilayah kerja

Posyandu kemudian dikali 100%. Persentase D/S disini, menggambarkan

Page 19: 7. BAB II

23

berapa besar jumlah partisipasi masyarakat di daerah tersebut yang telah

tercapai

9. Kecamatan Bebas Rawan Gizi cakupannya harus 100% dengan skor aman di

atas 6 poin.

2.6. Penimbangan Berat Badan Balita19

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling

sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk

mendiagnosis bayi normal atau BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat bayi-balita,

berat bayi lahir dibawah 2500 gram atau dibawah 2,5 kg. Berat badan dapat

dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali

terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema, dan adanya tumor.

Disamping itu pula berat badan dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan

dosis obat dan makanan.

Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai perhitungan, antara

lain: parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat

karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan. Memberikan

gambaran status gizi sekarang dan gambaran tentang pertumbuhan, merupakan

ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di Indonesia

sehingga tidak merupakan hal baru memerlukan penjelasan secara meluas.

KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk

pendidikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan berat badan sebagai

sebagai dasar pengisiannya. Karena masalah umur merupakan faktor terpenting

untuk penilaian status gizi, berat badan dan tinggi badan sudah dibuktikan

dimana-mana sebagai indeks yang tidak tergantung pada umur. Alat pengukur

dapat diperoleh di daerah pedesaan degan ketelitian yang tinggi dan menggunakan

dacin yang sudah dikenal oleh masyarakat.

Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang

digunakan di lapangan sebaliknya memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:

1. Mudah dibawa dari satu tempat ketempat yang lain.

2. Mudah diperoleh dan relatif murah harganya.

Page 20: 7. BAB II

24

3. Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg.

4. Skalanya mudah dibaca.

5. Cukup aman untuk menimbang anak balita.

Kurva pertumbuhan berat badan memuaskan, yaitu menunjukan kenaikan

berat badan sebagai berikut kurva pertumbuhan berat badan sebagai berikut:

selama triwulan ke-1, kenaikan berat badan 150-250 g/minggu, selama triwulan

ke-2 kenaikan berat badan 500-600 g/bulan.20

2.7. Status Gizi Balita

2.7.1. Definisi Status Gizi

Status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan

antara kebutuhan dan masukan nutrient. Status gizi didefinisikan sebagai

suatu keadaan tubuh akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat

gizi.21

2.7.2. Klasifikasi Status Gizi Balita

Dalam menentukan status gizi balita harus ada ukuran baku yang

sering disebut reference. Pengukuran baku antropomentri yang sekarang

digunakan di Indonesia adalah WHO-NCHS. Klasifikasi status gizi

dibedakan menjadi empat yaitu:22

1. Gizi lebih (Over weight)

Gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam

jumlah berlebihan sehingga menimbulkan efek toksis atau

membahayakan.Kelebihan berat badan pada balita terjadi karena

ketidakmampuan antara energi yang masuk dengan keluar, terlalu

banyak makan, terlalu sedikit olahraga atau keduanya. Kelebihan berat

badan anak tidak boleh diturunkan, karena penyusutan berat akan

sekaligus menghilangkan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan

Page 21: 7. BAB II

25

2. Gizi baik (well nourished)

Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh

memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga

memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan

kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.

3. Gizi kurang (under weight)

Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu

atau lebih zat-zat esensial.

4. Gizi buruk (severe PCM)

Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan

kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada

di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein,

karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi

Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai

pada balita. Paremeter BB/TB berdasarkan Z-Score diklasifikasikan

menjadi sebagai berikut.

a. Gizi Buruk (Sangat Kurus) : <-3 SD

b. Gizi Kurang (Kurus) : -3SD sampai <-2SD

c. Gizi Baik (Normal) : -2 SD sampai +2SD

d. Gizi Lebih (Gemuk) : > +2 SD

2.7.3. Gizi Seimbang pada Balita

Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari–hari yang

mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan

kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau

variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal

(Koalisi Fortifikasi Indonesia, 2011). Bahan makanan yang dikonsumsi

anak sejak usia dini merupakan fondasi penting bagi kesehatan dan

kesejahteraannya di masa depan. Dengan kata lain, kualitas sumber daya

manusia (SDM) hanya akan optimal, jika gizi dan kesehatan pada

beberapa tahun kehidupannya di masa balita baik dan seimbang. SDM

Page 22: 7. BAB II

26

berkualitas inilah yang akan mendukung keberhasilan pembangunan

nasional di suatu negeri. Secara global, tercapainya keadaan gizi dan

kesehatan yang baik serta seimbang ini merupakan salah satu tujuan utama

Millennium Develpoment Goals (MDGs) 2015 yang dicanangkan oleh

UNICEF.23 Menurut Koalisi Fortifikasi Indonesia, PGS memperhatikan 4

prinsip, yaitu:

1. Variasi makanan.

2. Pedoman pola hidup sehat.

3. Pentingnya pola hidup aktif dan olahraga.

4. Memantau berat badan ideal.

Prinsip Gizi Seimbang adalah kebutuhan jumlah gizi disesuaikan

dengan golongan usia, jenis kelamin, kesehatan, serta aktivitas fisik. Tak

hanya itu, perlu diperhatikan variasi jenis makanan. Bahan makanan dalam

konsep gizi seimbang ternbagi atas tiga kelompok, yaitu:

1. Sumber energi/tenaga: padi-padian, umbi-umbian, tepung-tepungan,

sagu, jagung, dan lain-lain.

2. Sumber zat Pengatur: sayur dan buah-buahan

3. Sumber zat pembangun: ikan, ayam, telur, daging, susu, kacang-

kacangan dan hasil olahannya seperti tempe, tahu, oncom,susu kedelai.

2.7.4. Metode Penilaian Status Gizi Balita24

1. Antropometri

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan

dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran

tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan, tinggi

badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar panggul

dan tebal lemak dibawah kulit. Ukuran tubuh manusia yang

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan

komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Penggunaan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan

energi. Dari beberapa pengukuran tersebut, berat badan, tinggi badan

Page 23: 7. BAB II

27

dan lingkar lengan sesuai dengan usia adalah yang paling sering

dilakukan dalam survei gizi. Untuk keperluan perorangan di keluarga,

berat badan (BB), tinggi badan (TB) atau panjang badan (PB) adalah

yang paling dikenal.

2. Klinis

Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi

yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat

pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau

pada organ-organ yang dekat permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

3. Biokimia

Pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratories yang

dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh yang digunakan anatara

lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati

dan otot. Penggunaan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan

terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.

4. Biofisik

Penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi dan

melihat perubahan struktur jaringan. Penggunaan dalam situasi tertentu

seperti kejadian buta senja epidemic (epidemic of night blindness).

5. Survei konsumsi makanan

Metode penentuan gizi secara tidak langsung dengan melihat

jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Penggunaan dengan

pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran

tentang konsumsi barbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan

individu.

6. Statistik vital

Dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti

angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian

akibat penyebab tertentu dan data lainya yang berhubungan dengan gizi.

Penggunaan sebagai bahan indikator tidak langsung pengukuran status

gizi masyarakat.

Page 24: 7. BAB II

28

2.7.5. Jenis-jenis Indikator Status Gizi Balita

Masa balita merupakan masa yang menentukan dalam tumbuh

kembangnya yang akan menjadikan dasar terbentuknya manusia

seutuhnya. Karena itu pemerintah memandang perlu untuk memberikan

suatu bentuk pelayanan yang menunjang tumbuh kembang balita secara

menyeluruh terutama dalam aspek mental dan sosial. Pertumbuhan dan

perkembangan saling mendukung satu sama lain perkembangan seorang

anak tidak dapat maksimal tanpa dukungan atau optimalnya pertumbuhan.

Misalnya seorang anak yang kekurangan gizi akan mempengaruhi

perkembangan mental maupun sosialnya, oleh karena itu keduanya harus

mendapat perhatian baik dari pemerintah, masyarakat maupun orang tua.

Salah satu indikator untuk melihat pertumbuhan fisik anak adalah dengan

melihat status gizi anak dalam hal ini balita. Sebagai alat ukur untuk

mengetahui tingkat perkembangan seorang anak dengan menggunakan

Kartu Menuju Sehat (KMS).25

Semua kejadian yang berhubungan dengan kesehatan anak sejak lahir

sampai berumur lima tahun, perlu dicatat dalam KMS, misalnya identitas

anak, tanggal lahir dan tanggal pendaftaran, serta penyakit yang pernah

dideritanya. KMS berisi pesan-pesan penyuluhan tentang penanggulangan

diare, makanan anak. Sehingga ibu senantiasa membawa KMS pada semua

kegiatan kesehatan dan cenderung ingin kontak dengan petugas kesehatan

untuk merujuk anaknya. Hal ini dapat digunakan sebagai pengamatan

status gizi anak, disamping mempunyai kelebihan maupun

kekurangannya.25

Untuk mengetahui apakah berat badan dan tinggi badan normal, lebih

rendah atau lebih tinggi dari yang seharusnya, dilakukan perbandingan

dengan suatu standar internasional yang ditetapkanm oleh WHO. Di dalam

ilmu gizi status gizi tidak hanya diketahui dengan mengukur BB dan TB

sesuai dengan umur (U) secara sendiri-sendiri, tetapi juga dalam bentuk

indikator yang dapat merupakan kombinasi antara ketiganya, sebagai

berikut:23

Page 25: 7. BAB II

29

1. Indikator BB/U

Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini

(saat diukur) karena mudah berubah. Kelebihan indikator BB/U adalah

Dapat dengan mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum;

Sensitif untuk melihat perubahan status gizi dalam jangka waktu

pendek; dan Dapat mendeteksi kegemukan. Sedangkan kelemahan

indikator BB/U adalah interpretasi status gizi dapat keliru apabila

terdapat pembengkakan atau oedem; data umur yang akurat sering sulit

diperoleh terutama di Negara-negara yang sedang berkembang;

kesalahan pada saat pengukuran karena pakaian anak yang tidak

dilepas/ dikoreksi dan anak bergerak terus; masalah social budaya

setempat yang mempengaruhi orangtua untuk tidak mau menimbang

anaknya karena dianggap seperti barang dagangan.

2. Indikator TB/U

Indikator TB/U menggambarkan status gizi masa lalu. Adapun

kelebihan indikator TB/U adalah dapat memberikan gambaran riwayat

keadaan gizi masa lampau: dapat dijadikan indikator keadaan social

ekonomi penduduk. Sedangkan kekurangannya adalah kesulitan dalam

melakukan pengukuran panjang badan pada kelompok usia balita; tidak

dapat menggambarkan keadaan gizi saat kini; memerlukan data umur

yang akurat yang sering sulit diperoleh di negara-negara berkembang;

kesalahan sering dijumpai pada pembacaan skala ukur, terutama bila

dilakukan oleh petugas non-profesional.

3. Indikator BB/TB

Indikator BB/TB menggambarkan secara sensitif dan spesifik

status gizi saat ini. Berat badan berkorelasi linier dengan tinggi badan,

artinya dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan

mengikuti pertambahan tinggi badan pada percepatan tertentu.Adapu

kelebihan indikator BB/TB adalah independen terhadap umur dan ras;

dapat menilai status “kurus” dan “gemuk”; dan keadaan marasmus atau

KEP berat lain. Sedangkan kelemahannya adalah kesalahan pada saat

Page 26: 7. BAB II

30

pengukuran karena pakaian anak yang tidak dilepas /dikoreksi dan anak

bergerak terus; masalah social budaya setempat yang mempengaruhi

orangtua untuk tidak mau menimbang anaknya karena dianggap seperti

barang dagangan; kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang atau

tinggi badan pada kelompok usia balita; kesalahan sering dijumpai pada

pembacaan skala ukur, terutama bila dilakukan oleh petugas non-

profesional; tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut

pendek, normal dan jangkung.

2.7.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

1. Keadaan Infeksi

Ada hubungan yang erat antara infeksi (bakteri, virus dan parasit)

dengan kejadian malnutrisi. Ditekankan bahwa terjadi interaksi yang

sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi.Penyakit infeksi akan

menyebabkan gangguan gizi melalui beberapa cara yaitu

menghilangkan bahan makanan melalui muntah-muntah dan diare.

Selain itu penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernapasan dapat juga

menurunkan nafsu makan.26

Mekanisme patologisnya dapat bermacam-macam, baik secara

sendiri-sendiri maupun bersamaan, yaitu penurunan asupan zat gizi

akibat kurangnya nafsu makan, menurunnya absorbsi dan kebiasaan

mengurangi makan pada saat sakit, peningkatan kehilangan cairan/zat

gizi akibat penyakit diare, mual/muntah dan perdarahan terus menerus

serta meningkatnya kebutuhan baik dari peningkatan kebutuhan akibat

sakit dan parasit yang terdapat dalam tubuh.22

2. Tingkat Konsumsi Makanan

Konsumsi makanan oleh keluarga bergantung pada jumlah dan

jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga. Hal ini

bergantung pada pendapatan, agama, adat kebiasaan, dan tingkat

pendidikan. Dinegara Indonesia yang jumlah pendapatan penduduk

sebagian rendah adalah golongan rendah dan menengah akan

Page 27: 7. BAB II

31

berdampak pada pemenuhan bahan makanan terutama makanan yang

bergizi.21

Pengukuran konsumsi makan sangat penting untuk mengetahui

kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna

untuk mengukur status gizi dan menemukan faktor diet yang dapat

menyebabkan malnutrisi. Kurangnya jumlah makanan yang dikonsumsi

baik secara kualitas maupun kuantitas dapat menurunkan status gizi.

Anak yang makanannya tidak cukup maka daya tahan tubuhnya akan

melemah dan mudah terserang infeksi.

3. Pengaruh Budaya

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara

lain sikap terhadap makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak, dan

produksi pangan. Dalam hal sikap terhadap makanan, masih terdapat

pantangan, tahayul, tabu dalam masyarakat yang menyebabkan

konsumsi makanan menjadi rendah. Konsumsi makanan yang rendah

juga disebabkan oleh adanya penyakit, terutama penyakit infeksi

saluran pencernaan. Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah

anak yang terlalu banyak akan mempengaruhi asupan gizi dalam

keluarga. Konsumsi zat gizi keluarga yang rendah, juga dipengaruhi

oleh produksi pangan.21

4. Penyediaan Pangan

Penyediaan pangan yang cukup diperoleh melalui produksi

produksi pangan dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk

pauk, sayur-mayur dan buah-buahan. Merupakan program untuk

menambah nutrisi pada balita ini biasanya diperoleh saat mengikuti

posyandu. Adapun pemberin tambahan makanan tersebut berupa

makanan pengganti ASI yang biasa didapat dari Puskesmas setempat.

Penyebab masalah gizi yang pokok di tempat paling sedikit dua pertiga

dunia adalah kurang cukupnya pangan untuk pertumbuhan normal,

kesehatan, dan kegiatan normal. Kurang cukupnya pangan berkaitan

dengan ketersediaan pangan dalam keluarga. Tidak tersedianya pangan

Page 28: 7. BAB II

32

dalam keluarga yang terjadi terus menerus akan menyebabkan

terjadinya penyakit kurang gizi.21

5. Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan

Status gizi anak berkaitan dengan keterjangkauan terhadap

pelayanan kesehatan dasar. Anak balita sulit dijangkau oleh berbagai

kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya karena tidak dapat datang

sendiri ke tempat berkumpul yang ditentukan tanpa diantar. Beberapa

aspek pelayanan kesehatan dasar yang berkaitan dengan status gizi anak

antara lain: imunisasi, pertolongan persalinan, penimbangan anak,

pendidikan kesehatan anak, serta sarana kesehatan seperti posyandu,

Puskesmas, rumah sakit, praktek bidan dan dokter. Makin tinggi

jangkauan masyarakat terhadap sarana pelayanan kesehatan dasar

tersebut di atas, makin kecil risiko terjadinya penyakit gizi kurang.24

6. Higiene dan Sanitasi Lingkungan

Hal ini bergantung pada kebersihan lingkungan atau ada tidaknya

penyakit yang berpengaruh zat-zat gizi oleh tubuh. Sanitasi lingkungan

sangat terkait dengan ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban, jenis

lantai rumah serta kebersihan peralatan makan pada setiap keluarga.

Makin tersedia air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, makin kecil

risiko anak terkena penyakit kurang gizi. Higienitas makanan adalah

Tindakan nyata dari ibu anak balita dalam kebersihan dalam mengelola

bahan makanan, penyimpanan sampai penyajian makanan balita.23

7. Jumlah Anggota Keluarga

Seandainya anggota keluarga bertambah, maka pangan untuk

setiap anak berkurang. Usia 1 -6 tahun merupakan masa yang paling

rawan. Kurang energi protein berat akan sedikit dijumpai pada keluarga

yang jumlah anggota keluarganya lebih kecil.

Page 29: 7. BAB II

33

8. Tingkat Pendapatan

Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi

pertama pada kondisi yang umum di masyarakat. Batas kriteria UMR

(Upah mimimum regional) menurut BPS untuk daerah pedesaan

adalah Rp.1.375.000,-

9. Tingkat Pendidikan Ibu

Pendidikan sangat mempengaruhi penerimaan informasi tentang

gizi. Masyarakat dengan pendidikan yang rendah akan lebih

mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan

sehingga sulit menerima informasi baru di bidang Gizi. Selain itu

tingkat pendidikan juga ikut menentukan mudah tidaknya seseorang

menerima suatu pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang, akan semakin mudah dia menyerap informasi yang

diterima termasuk pendidikan dan informasi gizi yang mana dengan

pendidikan gizi tersebut diharapkan akan tercipta pola kebiasaan yang

baik dan sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan

memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi

dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-

hari, khususnya dalam hal kesehatan dan perbaikan gizi.27

10. Pengetahuan Ibu Tentang Gizi

Pengetahuan tentang kadar gizi dalam berbagai bahan makanan,

kegunaan makanan bagi kesehatan keluarga dapat membantu ibu

memilih bahan makanan yang harganya tidak begitu mahal akan tetapi

nilai gizinya tinggi. Kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi berakibat

pada rendahnya anggaran untuk belanja pangan dan mutu serta

keanekaragaman makanan yang kurang. Keluarga lebih banyak

membeli barang karena pengaruh kebiasaan, iklan, dan lingkungan.

Selain itu, gangguan gizi juga disebabkan karena kurangnya

kemampuan ibu menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan

sehari-hari.28