7. bab ii tinjauan pustaka

61
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Manajemen Logistik 1. Manajemen Istilah manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urut dari fungsi- fungsi manajemen. Jadi, manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang di inginkan (SP. Hasbuan, 2005). Mary Parker Tollet mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (Aditama, 2003). Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien

Upload: rezky-aulia-titidj

Post on 19-Nov-2015

20 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Manajemen Logistik

TRANSCRIPT

48

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Manajemen Logistik1. Manajemen Istilah manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urut dari fungsi-fungsi manajemen. Jadi, manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang di inginkan (SP. Hasbuan, 2005). Mary Parker Tollet mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (Aditama, 2003). Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien berarti bahwa tudag yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir dan sesuai jadwal. Menurut George R.Tery manajemen adalah proses sesuatu atau yang khas yang terdiri dari tindakan planning, actuating, controling, dimana pada bidang digunakan baik ilmu pengetahuan maupun keahlian dan yang diikuti secara berurutan dalam rangka usaha mencapai sasaran yang telah ditetapkan (Aditama, 2003). Manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan non petugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan (Azrul Azwar, 1996). Menurut H. Koonzs Donnel manjemen berhubungan dengan pencapaian suatu tujuan, yang dilakukan melalui orang lain. Dalam defenisi ini manajemen di titik beratkan pada usaha memanfaatkan orang lain dalam pencapaian tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka orang-orang dalam organisasi harus jelas wewenang, tanggung jawab dan tugas pekerjaan. Manejemen kesehatan masyarakat adalah penerapan manejemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat yang menjadi obyek atau sasaran. Manajemen mempunyai tujuan tertentu dan tidak dapat diraba. Ia berusaha untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang biasanya diungkapkan dengan istilah objectivitas atau hal-hal nyata. 2. Logistik Istilah logistik secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu logostikos yang artinya terdidik atau pandai dalam memperkirakan/berhitung. Istilah logistik bersumber dari ilmi kemiliteran yang menganduk dua aspek yaitu perangkat lunak dan perangkat keras. Termasuk perangkat lunak yaitu kegiatan-kegiatan meliputi perencanaan dan pelaksanaan dalam lingkup kegiatan-kegiatan produksi, pengadaan, penyimpanan, distribusi, evaluasi termasuk kontruksi. Sedangkan yang termasuk perangkat keras adalah personil persediaan (supplies) dan Peralatan (equipment) (Nora Tristyana, 2012). Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan atau seni serta proses perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan pemeliharaan serta penghapusan materil atau alat-alat. Lebih lanjut logistic diartikan sebagai bagian dari instansi yang bertugas menyediakan bahan atau barang yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional suatu instansi dalam jumlah, kualitas, dan pada waktu yang tepat (sesuai kebutuhan) dengan harga serendah mungkin (Aditama, 2003).3. Manajemen Logistik Manajemen logistik merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan sampai evaluasi yang saling terkait antara satu dengan yang lain. Kegiatannya mencakup perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan, dan pelaporan, penghapusan, monitoring dan evaluasi (Kemenkes RI, 2010). Manajemen logitik juga dapat diartikan sebagai bagian dari proses supply chain yang berfungsi untuk menrencanakan, melaksanakan dan mengendalikan keefesienan dan keefektifan aliran dan peyimpanan barang, pelayanan dan informasi terkait dari titik permulaan (point of origin) hingga titik konsumsi (point of consumtion) dalam tujuannya untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan (Miranda dan Tunggal, 2006). Konsep supply chain merupakan konsep baru dalam melihat persoalan logistik. Konsep lama melihat logistik lebih sebagai persoalan intern masing-masing perusahaan dan pemecahannya di titik beratkan pada pemecahan secara intern diperusahaan masing-masing. Dalam konsep baru ini, melihat persoalan logistik jauh lebih luas yang terbentang sangat panjang sejak dari bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir, yang merupakan mata rantai penyediaan barang (Indrajit dan Djokopranoto, 2010).4. Tujuan Manajemen Logistik Tujuan dari manajemen logistik adalah tersedianya bahan logistik setiap saat dibutuhkan, baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitas yang dibutuhkan secara efektif dan efisien. Ketersediaan setiap saat dibutuhkan ini sering dirancukan dengan istilah Just In Time, yang sebenarnya adalah salah satu metode untuk mengendalikan penyediaan bahan dalam proses produksi sesuai pentahapannya. Dengan demikian manajemen logistik dapat dipahami sebagai proses penggerakan dan pemberdayaan semua sumber daya yang dimiliki dan atau yang potensial untuk dimanfaatkan untuk operasional secara efektif dan efisien.

Adapun, tujuan manajemen logistik menurut Aditama (Nurillahidayati, 2009) dapat diuraikan dalam tiga tujuan, yaitu :1) Tujuan operasional Yaitu tersedianya barang serta bahan dalam jumlah yang tepat dan mutu memadai. 2) Tujuan KeuanganYaitu meliputi upaya tujuan operasional dapat terlaksana dengan biaya yang serendah-rendahnya.3) Tujuan Pengamanan Yaitu dimana persediaan tidak terganggu oleh kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian dan penyusutan yang tidak wajar, serta nilai persediaan yang sesungguhnya dapat tercermin di dalam system akuntansi. Oleh karena itu untuk menilai apakah pengelolaan logistik sudah memadai, menjadi sangat sederhana, yaitu dengan menilai apakah sering terjadi keterlambatan dan atau bahan yang dibutuhkan tidak tersedia, berapa kali frekuensinya, berapa banyak persediaan yang mengganggur (idle stock) dan berapa lama hal itu terjadi. Berapa banyak bahan yang kadaluarsa atau rusak atau tidak dapat dipakai lagi.

B. Tinjauan Umum Tentang Pengelolaan Logistik Obat Pengelolaan logistic obat merupakan satu aspek manajemen yang sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Oleh karena ketidakefesiennya akan memberi dampak negative terhadap pelayanan kesehatan secara medis maupun ekonomis. Pengelolaan obat meliputi tahap-tahap perencanaan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan penghapusan yang saling terkait satu sama lainnya, sehingga harus terkoordinasi dengan baik agar masing-masing dapat berfungsi dengan optimal. Jika tidak terkoordinasi dengan baik maka akan mengakibat tidak efesiennya system suplai dan penggunaan obat yang ada. Obat sebagai salah satu unsur penting bagi pengobatan, mempunyai kedudukan sangat strategis dalam upaya penyembuhan dan operasional pelayanan kesehatan. Pengelolaan obat terdiri atas beberapa kegiatan yaitu :1. Perencanaan Perencanaan obat adalah suatu proses kegiatan seleksi obat untuk menetapkan jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar termasuk program kesehatan yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2010).

Adapun tujuan dari perencanaan kebutuhan obat adalh untuk mendapatkan :a) Jenis dan jumlah yang tepat sesuai kebutuhanb) Menghindari terjadinya kekosongan obatc) Meningkatkan penggunaan obat secara rasionald) Meningkatkan efesiensi penggunaan obatMenurut Depkes RI (2010), berbagai kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan kebutuhan obat meliputi :a. Tahap Pemilihan Obat Fungsi dari pemilihan atau menyeleksi obat adalah untuk menentukan apakah obat benar-benar diperlukan dan sesuai dengan jumlah penduduk serta pola penyakit. Untuk mendapatkan pengadaan obat yang baik, sebaiknya diawali dengan dasar-dasar seleksi kebutuhan obat yaitu meliputi :1) Obat merupakan kebutuhan untuk sebagian besar pupolasi penyakit.2) Obat memiliki keamanan, kemanjuran yang didukung dengan bukti ilmiah.3) Obat memiliki manfaat yang maksimal dengan risiko yang minimal.4) Obat mempunyai mutu yang terjamin baik ditinjau dari segi stabilitas maupun biovaibilitasnya.5) Biaya pengobatan mempunyai rasiao antara manfaat dengan biaya yang baik.6) Apabila pilihan dari satu, maka dipilih yang paling baik, banyak diketahui dan farmakokinetiknya yang paling menguntungkan.7) Mudah diperoleh dengan harga terjangkau.8) Obat sedapat mungkin merupakan sediaan tunggal. Pada tahap seleksi obat harus pula dipertimbangkan antara lain seperti : dampak administrative, biaya yang ditimbulkan, kemudahan dalam mendapatkan obat, kemudahan dalam penyimpanan obat, kemudahan obat untuk di distribusikan, dosis obat sesuai dengan kebutuhan terapi, obat yang dipilih sesuai dengan standar mutu yang terjamin. Sedangkan untuk menghindari risiko yang dapat terjadi harus pula mempertimbangkan kontra indikasi, peringatan dan perhatian juga efek samping obat.b. Tahap Kompilasi Pemakaian Obat Kompilasi pemakaian obat berfungsi untuk mengetahui pemakaian bulanan tiap-tiap jenis obat selama setahun dan sebagai data pembanding bagi stok optimum. Informasi yang didapatkan dari kompilasi pemakaian obat adalah :1) Jumlah pemakaian tiap jenis obat pada tiap Unit Pelayanan Kesehatan.2) Presentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaian setahun Unit Pelayanan Kesehatan.3) Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat untuk tingkat kabupaten/ kota.c. Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat Menentukan kebutuhan obat merupakan tantangan berat yang harus dihadapi oleh Apoteker yang bekerja di Unit Pelayanan Kesehatan maupun Di Gudang Obat / Farmasi. Masalah kekosongan obat atau kelebihan obat dapat terjadi apabila informasi semata-mata hanya berdasarkan informasi yang teoritis kebutuhan pengobatan. Dengan koordinasi dan proses perencanaan untuk pengadaan obat secara terpadu serta melalui tahapan seperti diatas, maka diharapkan obat yang direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah serta tepat waktu. Pendekatan dalam menentukan kebutuhan obat dapat dilakukan dengan berbagai metode, yaitu antara lain :a. Metode KonsumsiDidasarkan atas analisis konsumsi atau pemakaian obat tahun sebelumnya. Untuk menghitug jumlah obat yang dibutuhkan berdasarkan metode konsumsi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut, yaitu :1) Pengumpulan dan pengolaan data.2) Analisis data untuk informasi dan evaluasi.3) Perhitungan perkiraan kebutuhan obat.4) Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana. Jenis-jenis data yang perlu dipersiapkan dalam metode konsumsi yaitu alokasi dana, daftar obat, stok awal, penerimaan, pengeluaraan, sisa stok, obat hilang/rusak, kadaluarsa kekosongan obat, pemakaian rata-rata atau pergerakan obat pertahun, lead time, stok pengamanan dan perkembangan pola kunjungan. Langkah-langkah perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi adalah (Depkes RI, 2010) :1) Hitung pemakaian rata-rata obat X perbulan pada tahun sebelumnya. (a)2) Hitung pemakaian obat X pada tahun sebelumnya. (b)3) Hitung stok pengaman, pada umunya stok pengaman berkisar 10%-20% dari pemakaiaan obat X dalam satu bulan. (c)4) Menghitung kebutuhan obat X pada waktu tunggu (lead time), pada umunya lead time berkisar antara 3-6 hari.(d)5) Kebutuhan obat X tahun sebelumnya adalah = b+c+d. (e)6) Rencana pengadaan obat X tahun selanjutnya adalah hasil perhitungan kebutuhan obat X tahun sebelumnya (f) sisa stok.

b. Metode Morbiditas Didasarkan atas perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan dan lead time. Langkah-langkah dalam metode ini adalah :1) Menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani.2) Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi penyakit.3) Menyediakan standar / pedoman pengobatan yang digunakan.4) Menhitung perkiraan kebutuhan obat.5) Penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia. Adapun langkah-langkah di dalam melakukan perhitungan kebutuhan obat berdasarkan Metode Morbiditas, adalah (Depkes RI, 2010) :1) Mennghitung masing-masing jumlah obat yang diperlukan per penyakit berdasarkan pada pedoman pengobatan.2) Pengelompokkan dan penjumlahan masing-masing obat.3) Menghitung jumlah kebutuhan obat yanga akn dating dengan mempertimbangkan factor, antara lain : peningkatan kunjungan, lead time, dan stok pengaman.4) Menghitung jumlah yang harus diadakan pada tahun anggaran yang akan datang dengan rumus : Kebutuhan obat yang akan datang sisa stok.

c. Perbandingan Metode Konsumsi dan Metode Morbiditas Perbandingan metode konsumsi dan metode morbiditas seperti tercantum pada table 1 dibawah ini : KonsumsiMorbiditas

1. Pemilihan pertama dalam perencanaan dan pengadaan.2. Lebih mudah dan cepat dalam perhitungan.3. Kurang teapt dalam penentuan jenis dan jumlah.4. Mendukung ketidakrasionalan dalam penggunaan. 1. Lebih akurat dan mendekati kebutuhan yang sebenarnya.2. Pengobatan lebih rasional.3. Perhitungan lebih rumit.4. Tidak dapat digunakan untuk semua penyakit.5. Data yang diperlukan :a. Kunjungan pasienb. Sepuluh besar pola peyakitc. Presentase dewasa anak

Sumber : Depkes RI, 2010d. Tahap Proyeksi Kebutuhan ObatPada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah :1) Menetapkan rancangan stok akhir periode yang akan datang. Rancangan akhir diperkurakan sama dengan hasil perkalian antara waktu tunggu dengan estimasi pemakaian rata-rata/ bulan ditambah stok penyangga.2) Menghitung rancangan pengadaan obat periode tahun yang akan datang.3) Perencanaan pengadaan obat tahun yang akan datang dapat dirumuskan sebagai berikut, yaitu : a= b+c+d-e-f.Keterangan :a: Rancangan pengadaan obat tahun yanga akn datang.b: Kebutuhan obat untuk sisa periode berjalan (januari-Desember).c: Kebutuhan obat untuk tahun yang akan datang.d: Rancangan stok akhir.e: Stok awal periode berjalan/stok per 31 desember Gudang obat (farmasi)f: Rancangan penerimaan obat pada periode berjalan (Januari-Desember).4) Menghitung rancangan anggran untuk total kebutuhan obat dengan cara :a. Melakukan analisis VEN.b. Meyusun prioritas kebutuhan dan penyesuaian.c. Menyusun prioritas kebutuhan dasar dan penyesuaian kebutuhan berdasarkan data 10 penyakit terbesar. Pengalokasian kebutuhan obat per sumber anggaran dapat dilakukan kegiatan berikut, yaitu (Depkes RI, 2010) :1) Menetapkan kebutuhan anggaran untuk masing-masing obat bersumber per anggaran.2) Menghitung presentase belanja untuk masing-masing obat terhadap masing-masing sumber anggaran.3) Menghitung presentase anggaran masing-masing obat terhadap total anggaran dari semua sumber.e. Tahap Penyesuaian Rencana Pengadaan Obat Dengan melaksanakan penyesuaian rencana pengadaan obat dengan jumlah dana yang tersedia, maka informasi yang didapat adalah jumlah rencana pengadaan, skala prioritas masing-masing jenis obat dan jumlah kemasan untuk rencana pengadaan obat tahun yanga akan datang. Beberapa teknik manajemen untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi adalah dengan cara :1) Analisis ABC Merupakan pengelompokan item obat berdasarkan kebutuhan dananya. Dimana dibagi beberapa kelompok, yaitu :a. Kelompok A adalah kelompok jenis obat yang jumlah rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 70% dari jumlah dana obat keseluruhan.b. Kelompok B adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 20% dari jumlah dana obat keseluruhan.c. Kelompok C adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 10 % dari jumlah dana obat keseluruhan.

2) Analisis VEN Merupakan pengelompokan obat didasarkan kepada dampak tiap jenis obat pada kesehatan. Bertujuan untuk meningkatkan efesiensi penggunaan dana obat yang terbatas dengan semua jenis obat yang tercantum yang tercantum dalam daftar obat dikelompokkan kedalam tiga kelompok berikut (Depkes RI, 2010) :a. Kelompok V Kelompok obat-obatan yang harus tersedia (vital) karenal dipakai untuk tindakan penyelamatan hidup manusia, atau untuk pengobatan penyakit yang menyebabkan kematian. Obat yang termasuk dalam kelompok ini antara lain, obat penyelamat (lifesaving drug), obat untuk pelayanan kesehatan dasar dan obat untuk mengatasi penyakit-penyakit penyebab kematian terbesar.b. Kelompok EKelompok obat-obatan esensial yang banyak digunakan dalam tindakan atau dipakai diseluruh unit di Rumah Sakit dan Puskesmas, biasanya merupakan obat yang bekerja secara kausal atau obat yang bekerja pada sumber penyebab penyakit.

c. Kempok NKelompok obat penunjang atau pelengkap yaitu obat yang kerjanya ringan dan biasa dipergunakan untuk menimbulkan kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan ringan.3) Analisis ABC-VEN Selain Menggunakan analisis ABC atau VEN dalam penyesuaian jumlah obat dengan dana yang tersedia untuk mengatasi perkiraan kebutuhan yang lebih besar dari dana yang tersedia dapat digunakan pula analisis ABC-VEN yaitu merupakan analisis yang menggabungkan analisis ABC dan VEN ke dalam suatu matriks sehingga analisis menjadi lebih tajam. 2. Penganggaran Penganggaran (budgeting), adalah semua kegiatan dan usaha untuk merumuskan untuk merumuskan perincian penentu kebutuhan dalam suatu skala tertentu / skala standar yaitu skala mata uang dan jumlah biaya (Subagya, 1994). Dalam fungsi penganggaran, semua rencana-rencana dari fungsi perencanaan dan penentu kebutuhan dikaji lebih lanjut untuk disesuaikan dengan besarnya biaya dari dana-dana yang tersedia. Dengan mengetahui hambatan-hambatan dan keterbasan yang dikaji secara seksama maka anggaran tersebut merupakan anggaran yang reliable. Segala rencana dari fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan dikaji lebih lanjut yang akhirnya akan disesuaikan dengan besarnya pembiayaan dari dana yang disediakan. Dengan harapan diketahuinya hambatan dan keterbatasan yang dikaji secara seksama, shingga menghasilkan anggaran yang dapat diandalkan. Proses penyusunan anggran dimulai ketika para manajer menerima hasil ramalan (forecast) ekonomi, penjualan dan sasaran laba yang datang dari manajer puncak. Semuanya digunakan sebagai pedoman untuk menyusun anggaran. Apabila semua perencanaan dan penentu kebutuhan telah dicek berulang kali dan ketahui untung ruginya serta diolah dalam renacana biaya keseluruhan, maka penyedian dana tersebut tidak boleh diganggu lagi, kecuali dalam keadaan terpaksa. Pengaturan keuangan yang jelas, sederhana dan tida rumit akan sangat membantu kegiatan. Dalam menyusun anggaran terdapat bebarapa hal yang perlu diperhatikan anatara lain adalah :1) Peraturan-peraturan terkait.2) Petimbangan politik.3) Hal-hal yang berhubungan dengan anggaran.4) Pengaturan anggran seperti ; sumber biaya pendapatan sampai dengan pengaturan logistic.

Menurut Henry L. Tosi dalam Sabardi (1992) pada emapt reaksi penting terhadap kekuatiran terhadap penyusunan anggaran, yaitu :1) Prerilaku Politik. Aktivitas politik mungkin menaikkan secara tajam perilaku para manajer untuk mempengaruhi alokasi sumber daya. Para manajer mungkin menunggu informasi sampai detik terakhir dalam rangka memperbesar kepentigan mengambil muka atasannya atau mencoba memperoleh pengaruh dengan cara lainnya.2) Reaksi peran-peran terhadap satuan anggaran. Para atasan yang tidak senang dengan alokasi-alokasi sumber daya tidak benar-benar dalam posisi untuk melepaskan kemarahannya terhadap para atasannya. Malahan mereka akan memusuhi staf personalia yang mengumpilkan data anggaran dan menyusun anggaran akhir.3) Perkiraan kebutuhan yang berlebihan.Untuk mengulangi keadaan yang tidak terduga dan inflasi, anggaran sering dibuat lebih besar. Beberapa manajer, bagaimanapun juga menambah estimasi anggaran mereka untuk melindungi diri dalam perjuangan mendapat sumber daya.4) Sistem informasi tersembunyi. Ketika anggaran-anggaran masih dirahasiakan, para manajer akas selalu mencoba untuk mengetahui alokasi mereka bila dibandingkan dengan alokasi yang lain, dengan cara sembunyi-sembunyi atau melalui sumber daya dan adanya pengurangan dari atasan pada saat anggran tersebut dimintakan pengesahan. Anggaran anggaran ornasasional dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :1. Anggaran Operasional.Tipe-tipe paling umum dari anggaran operasional sama dengan tiga pusat tanggung jawab, yaitu anggaran biaya, penghasilan dan laba.2. Anggaran Biaya.Anggran ini terdiri atas dua tipe yaitu :a. Engineered Cost Budgets, digunakan khusus dalam pabrik industry tetapi dapat digunakan juga oleh setiap satuan organisasional dimana penegluaran dapat diukur secara tepat. Anggaran-anggaran tersebut biasanya menggambarkan biaya bahan mentah dan tenaga kerja yang ada dalam setiap produksi, seperti juga estimasi biaya-biaya overhead. Anggaran ini dirancang untuk mengukur efisigal, anggaran yang melebihi akan berarti bahwa biaya-biaya operasi lebih tinggi daripada yang seharusnya.b. Discretionary Cost Budgets, digunakan khususnya untuk administrasi, akuntansi, penelitian, dan macam departemen lainnya dimana keluaran dapat diukur secara tepat. 3. Anggaran Penghasilan.Anggaran ini dimaksudkan untuk mengukur efektifitas pemasaran dan penjualan, yang terdiri dari kuantitas penjualan yang diharapkan dikalikan dengan harga jual perunit untuk setiap produk.4. Anggaran Laba.Anggaran ini memuat anggaran biaya dan penghasilan dalam suatu laporan.5. Anggaran Finansial.Anggaran pembelanjaan modal, kas, pembelanjaan dan neraca mengintegrasikan perencanaan keuangan organisasi dengan perencanaan operasionalnya.6. Anggaran Pembelanjaan Modal.Anggaran ini menunjukkan rencana investasi dalam gedung baru, tanah, peralatan dalam organisasi lainnya pada masa yang akan datang dalam rangka memperbaharui dan memperlakukan kapasistas produktifitasnya.

7. Anggaran Kas.Anggaran kas menyatukan estimasi-estimasi organiasi dianggarkan tentang penghasilan, biaya dan pembelanjaan modal baru.8. Anggaran PembelanjaanAnggaran ini disusun untuk meyakinkan adanya dana-dana organisasi untuk memenuhi kebutuhan biaya diatas penghasilan dalam jangka pendek dan mengatur pinjaman atau pembelanjaan jangka menengah dan panjang.9. Anggaran NeracaAnggaran ini menyatukan semua anggaran lainnya untuk memproyeksi bagaimana neraca tersebut akan tampak pada akhit periode jika hasil-hasil yang direncanakan. 3. Pengadaan Pengadaan adalah semua kegiatan dan usaha untuk menambah dan memenuhi kebutuhan barang dan jasa berdasarkan peraturan yang berlaku dengan menciptakan sesuatu yang tadinya belum ada menjadi ada. Kegiatan ini termasuk dalam usaha untuk tetap mempertahankan sesuatu yang telah ada dalam batas-batas efisiensi (Subagya, 1994). Pengadaan perbekalan farmasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan pasokan perbekalan kesehatan dari pemasok eksternal melalui proses pembelian dari distributor atau pedagang besar farmasi. Pengadaan merupakan kagiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui, melalui : 1) Pembelian.2) Produksi/ pembuatan sediaan farmasi.3) Sumbangan/dropping/hibah. Pembelian dengan penawaran yang kompetitif (tender) merupakan suatu metode penting untuk mencapai keseimbangan yang tepat antara mutu dan harga, apabila ada dua atau lebih pemasok, apotker harus mendasarkan pada kriteria berikut : mutu produk, reputasi produsen, harga dan nerbagai syarat, ketepatan waktu pengiriman, mutu pelayanan pemasok, dapat dipercaya, kebijakan tentang barang yang dikembalikan dan pengemasan. Adapun, tujuan pengadaan yaitu perbekalan farmasi dengan harga yang layak, dengan mutu yang baik, pengiriman barang terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancer dan tidak memerlukan tenaga serta waktu yang berlebihan. Pada proses pengadaan ada 3 elemen penting yang harus diperhatikan, yaitu :1) Doelmatig, artinya sesuai tujuan dan rencana kebutuhan yang telah ditetapkan sebelumnya.2) Rechmatig, artinya sesuai hak atau sesuai kemampuan anggaran3) Wetmatig, artinya sistem atau cara pengadaannya haruslah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Beberapa jenis obat, bahan aktif yang memiliki masa kadaluarsa relative pendek harus diperhatikan waktu pengadaannya. Untuk itu harus dihindari pengadaan dalam jumlah besar. Guna menjamin tata kelola perbekalan farmasi yang baik, dalam proses pengadaan harus diperhatikan adanya :1) Prosedur yang transparan dalam proses pengadaan.2) Mekanisme penyanggahan bagi peserta tender yang ditolak penawarannya.3) Prosedur tetap untuk pemeriksaan rutin consignments (pengiriman).4) Pedoman tertulis mengenai metode pengadaan bagi petugas pengadaan.5) Pernyataan dari anggota petugas pengadaan bahwa yang bersangkuta tidak mempunyai konflik kepentingan.6) SPO (Standar Prosedur Operasional) dalam pengadaan.7) Kerangka acuan bagi panitia pengadaan misalnya maksimal 3 tahun.8) Pembatasan masa kerja anggota panitia pengadaan misalnya maksimal 3 tahun.9) Standar kompetensi bagi anggota tim pengadaan, panitia harus mempuyai Sertifikat Pengadaan Barang dan Jasa.10) Kriteria tertentu menjadi petugas pengadaan terutama : integritas, kredibilitas, rekam jejak yang baik.11) Sistem yang efesien untuk memonitor post tender dan pelaporan kinerja pemasok kepada petugas pengadaan.12) System manajemen informasi yang digunakan untuk melaporkan produk perbekalan farmasi bermasalah.13) Audit secara rutin pada proses pengadaan. Mengingat fungsi pengadaan adalah fungsi tehnis yang menyagkut pihak luar maka pengendalian fungsi pengadaan perlu mendapatkan perhatian. Pengendalian dilaksanakan dari awal kegiatan sampai dengan pemeliharaan. Kebijakan pemeritah yang mengatur tentang pengadaan barang yakni Keppres (Keputusan Presiden) No. 80 Tahun 2003. Menurut Sarmini yang yang dikutip oleh Maimun (2008), pengadaan obat dengan pembeliaan langsung sangat menguntungkan karena disamping waktunya cepat, juga volume obat tidak begitu besar sehingg tidak menumpuk atau macet digudang, harganya lebih murah karena langsung dari distributor atau sumbernya, mendapatkan kualitas sesuai yang diinginkan, bila da kesalahan mudah mengurusnya, memperpendek lead time , sewaktu-waktu kehabisam atau kekurangan obat dapat langsung menghubungi distributor. Proses pengadaan yang efektif harus dapat menghasilkan pengadaan obat yang yang tepat jenis maupun jumlahnya, memperoleh harga yang murah, menjamin semua obat yang beli memenuhi standar kualitas, dapat diperkirakan waktu pengiriman sehingga tidak terjadi penumpukan atau kekurangan obat, memilih supplier yang handal dengan pelayanan memuaskan, dapat menentukan jadwal pembelian untuk menekan biaya pengadaan dan efisien dalam proses pengadaan. Menurut WHO ada 4 strategi dalam pengadaan obat yang baik :1) Pengadaan obat-obatan dengan harga mahal dengan jumlah yang tepat.2) Seleksi terhadap supplier yang dapat dipercaya dengan produk yang berkualitas.3) Pastikan ketepatan waktu pengiriman obat.4) Mencapai kemungkinan termurah dari harga total.4. Penyimpanan Menurut Menkes RI (2005), penyimpanan adalah suatu kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan yang disertai dengan system informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. Fungsi penyimpanan ini sebenarnya termasuk juga fungsi penerimaan barang, yang juga memiliki peran strategi. Kesalahan yang sering terjadi dalam proses peyimpanan yaitu penerimaan barang hanya mencocokkan dengan surat pengantar barang (fraktur barang), bukan terhadap surat perintah kerja/surat pesanan (Phurchase Order = PO). Secara garis besar maka yang harus diperhatikan :a. Kesesuaian dengan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan serta waktu penyerahan barang terhadap surat pesan (SP), surat perintah kerja (SPK) atau Puechase Order (PO).b. Kondisi fisik bahan, apakah tidak ada perubahan warna, kemasan, bau, noda, dan sebagainya yang mengindikasikan tingkat kualitas bahan. c. Kesesuaian waktu penerimaan bahan terhadap batas waktu SP/PO. Fungsi penyimpanan ini dapat diibaratkan sebagai jantung manajemen logistik, karena sangat menentukan kelancaran pendistribusian. Oleh karena itu maka teknik-teknik pengendalian persediaan perlu diketahui dan dipahami secara baik. Beberapa keuntungan melakukan fungsi penyimpanan ini adalah :1) Untuk mengatisipasi keadaan yang fluktuatif, Karena sering terjadi kesulitan memperkirakan kekosongan bahan (out of stock).2) Untuk menghemat biaya, serta mengantisipasi fluktuasi kenaikan harga bahan.3) Untuk menjaga agar kualitas bahan dalam keadaan setiap dipakai.4) Untuk menjaga agar kualitas bahan dalam keadaan siap dipakai.5) Untuk mempercepat pendistribusian. Penyimpanan obat bertujuan mengatur perbekalan farmasi sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan, yaitu :1) Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya.2) Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya.3) Mudah tidaknya terhadap cahaya disertai dengan system informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesusi kebutuhan. Menurut WHO dalam pengaturan penyimpanan obat persediaan adalah sebagai berikut :a. Simpan obat-obatan yang mempunyai kemasan secara bersamaan diatas rak. Kemasan dalam berarti dalam cara pemberian obat ( luar, oral, suntikan) dan bentuk ramuannya (obat kering atau cair).b. Simpan obat sesuai tanggal kadaluarsa dengan menggunakan prosedur FEFO (First Expiry First Out . Obat dengan tanggal kadaluarsa yang lebih pendek ditempatkan di depan obat yang berkadaluarsa lebih lama. Bila obat mempunyai tanggal kadaluarsa sama, tempat obat yang baru diterima dibelakang obat yang sudah ada.c. Simpan obat tanpa tanggal kadaluarsa dengan menggunakan prosedur FIFO (First In First Out). Barang yang baru diterima dibelakang obat yang sudah ada.d. Buang obat yang kadaluarsa dan rusak dengan dibuatkan catatan pemusnahan obat, termasuk tanggal, jam, saksi,dan cara pemusnahan. Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan, pencarian dan pengawasan perbekalan farmasi, diperlukan pengaturan tata ruang gudang dengan baik. Faktor faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang bangunan gudang adalah sebagai berikut : 1. Kemudahan Bergerak Untuk kemudahan bergerak, gudang perlu ditata sebagai berikut : a. Gudang menggunakan system satu lantai, jangan menggunakan sekat-sekat karena akan membatasi pengaturan ruangan. Jika digunakan sekat, perhatikan posisi dinding dan pintu untuk mempermudah gerakan.b. Berdasarkan arah urus penerimaan dan pengeluaran perbekalan farmasi, ruang gudang dapat ditata berdasarkan system arus garis lurus, arus U atau arus L.

2. Sirkulasi udara yang baik Salah satu faktor penting dalam merancang bangunan gudang adalah adanya sirkulasi udara yang cukup didalam ruangan gudang. Sirkulasi yang baik akan memaksimalkan umur hidup dari perbekalan farmasi sekaligus bermanfaat dalam memperpanjang dan memperbaiki kondisi kerja. Idealnya dalam gudang terdapat AC, namun biaya akan menjadi mahal untuk ruang gudang yang luas. Alternative lain adalah menggunakan kipas angin, apabila kipas angina belum cukup makan perlu ventilasi melalui atap.3. Rak dan Pallet Penempatan rak yang dapat dan penggunaan pallet akan dapat meningkatkan sirkulasi udara dan perpustakaan stok perbekalan farmasi. Keuntungan penggunaan pallet : a. Sirkulasi udata dari bawah dan perlindungan terhadap banjir.b. Peningkatan efisiensi penanganan stok.c. Dapat menampung perbekalan farmasi lebih banyak.d. Pallet lebih murah dari rak.

4. Kondisi Penyimpanan Khusus Perbelakan farmasi memiliki beberapa jenis barang yang dalam proses penyimpanannnya harus di tempatkan di tempat khusus, diantaranya :a. Vaksin memerlukan Cold Chain khusus dan harus dilindungi dari kemungkinan putusnya aliran listrik.b. Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari khusus dan selalu terkunci.c. Bahan- bahan mudah terbakar seperti alkhohol dan eter harus disimpan dalam ruangan khusus, sebaiknya disimpan di bangunan khusus terpisah dari gudang induk.5. Pencegahan Kebakaran Perlu dihidari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti dus, karton dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran harus dipasang pada tempat yang mudah dijangkau dan dalam jumlah yang cukup. Tabung pemadam kebakaran agar diperiksa secara berkala, untuk memastikan masih berfungsi atau tidak. Perbekalan farmasi disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis. Untuk memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :1) Gunakan prinsip FEFO (First Expiry First Out) dan FIFO (First In First Out) dalam menyusun perbekalan farmasi yaitu perbekalan yang masa kadaluarsanya lebih awal atau diterima lebih awal harus digunakan lebih awal sebab umumnya perbekalan farmasi yang datang lebih awal biasanya juga di produksi lebih awal dan umumnya relative lebih tua dan masa kadaluarsanya lebih awal.2) Susun perbekalan farmasi dalam kemasan besar di atas pallet secara rapid an teratur.3) Gunakan lemari khusus untuk penyimpanan narkotika.4) Simpan perbekalan farmasi yang dapat dipengaruhi oleh temperature, udara, cahaa dan kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai.5) Simpan perbekalan farmasi dalam rak dan berikan nomor kode, pisahkan perbekalan farmasi dalam dengan perbekalan farmasi untuk luar.6) Canyumkan nama masing-masing perbekalan farmasi pad arak dengan rapi.7) Apabila persediaan perbekalan farmasi cukup banyak, maka biarkan perbekalan farmasi tetap dalam box masing-masing.8) Perbekalan farmasi memiliki batas waktu penggunaan perlu dilakukan rotasi stok agar perbekalan farmasi tersebut tidak selalu berada dibelakang sehingga dimanfaatkan sebelum masa kadaluarsa habis.9) Item perbekalan farmasi yang sama ditempatkan pada satu lokasi walaupun dari sumber anggaran yang berbeda. Aktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam fungsi penyimpanan adalah : 1) Pemilihan Lokasi.Aksesibilitas, utilitas, komunikasi, bebas banjir, mampu menampung barang yang disimpan, keamanan dan sirkulasi udara yang baik.2) Barang (Jenis, bentuk barang atau bahan yang disimpan). 3) Pengatur Ruang.Bentuk bentuk tempat penyimpanan, rencana penyimpanan, penggunaan ruang secara efisien dan pengawasan ruangan.4) Prosedur / system penyimpanan.Formulir-formulir transaksi, kartu-kartu catatan, kartu-kartu pemeriksaan cara pengambilan barang, pengawet dll.5) Penggunaan alat bantu.6) Pengamanan dan keselamatan.7) Pencegahan terhadap api, pencurian, tindakan pencegahan terhadap kecelakaan, gangguan terhadap penyimpanan dan tindakan keamanan.

5. Pendistribusian Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi dari gudang obat menuju unit pelayanan kesehatan. Tujuan pendistribuasian yaitu tersedianya perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan kesehatan secara tepat wakti dan tepat jenis dan jumlah. Buat alur barang dan proses yang terjadi pada setiap titik monitor. Pendistribusian merupakan kegiatan atau usaha untuk mengelola pemindahan barang dari suatu tempat ketempat lainnya (Subagya, 1994). Faktor yang mempengaruhi pendistribusian barang antara lain :1) Proses administrasi.2) Proses penyampaian berita (data-data informasi).3) Proses pengeluaran fisik barang.4) Proses angkutan.5) Proses pembongkaran dan pemuatan. Efisiesnsi pelaksanaan fungsi pendistribusian ini juga secara tidak langsung akan mempengaruhi kecermatan dan kecepatan penyediaan, oleh karena itu harus ditetapkan prosedur baku pendistribusian bahan logistic, meliputi :1) Siapa yang berwenang dan bertanggung jawab mengenai kebenaran dan kewajaran permintaan bahan, baik mengenai jumlah, spesifikasi maupun waktu penyerahannya. Hal ini sangat penting agar tidak terjadi pemborosan atau pengeluaran yang tidak perlu.2) Siapa yang berwenang dan bertanggung jawab menyetujui permintaan dan pngeluaran barang dari gudang. Dirumah sakit pemerintah biasanya penanggung jawab gudang sekaligus bertindak selaku Bendaharawan barang. Ada beberapa metode yang dapat digunakan oleh Instalasi Farmasi dalam mendistribusikan perbekalan farmasi dilingkungannya. Adapun metode yang dimaksud antara lain :1) Sistem Distribusi Persediaan Lengkap Di Ruangan.Definisi sistem distibusi persediaan lengkap diruangan adalah tatanan kegiatan pengantaran sediaan perbekalan farmasi sesuai dengan yang ditulis dojter pada order perbekalan farmasi, yang disiapkan dari persediaan di ruang oleh perawat dengan mengambil dosis/ unit perbekalan farmasi dari wadah persediaan yang langsung diberikan kepada pasien di ruang tersebut.Dalam sistem persediaan lengkap diruangan, semua perbekalan farmasi yang dibutuhkan pasien tersedia dalam ruang penyimpanan perbekalan farmasi, kecuali perbekalan farmasi yang jarang digunakan.

Keuntungan persediaan lengkap di ruangan, yaitu :a. Penyediaan lebih cepat.b. Menghindari pengambilan perbekalan farmasi yang tidak terpakai.c. Mengurangi penyalinan order perbekalan farmasi.Kelemahan persediaan lengkap diruangan, yaitu : a. Kesalahan perbekalan farmasi sangat meningkat karena order perbekalan farmasi tidak dikaji oleh apoteker.b. Persediaan perbekalan farmasi di unit pelayanan meningkat, dengan fasilitas ruangan yang sangat terbatas. Pengendalian persediaan dan mutu, kurang diperhatikan oleh perawat.c. Kemungkinan hilangnya perbekalan farmasi yang tinggi.d. Penambahan modal investasi, untuk menyediakan fasilitas penyimpanan perbekalan farmasi yang sesuai disetiap ruangan perawatan pasien.e. Maningkatnya kerugian dan bahaya karena kerusakan perbekalan farmasi.

2) Sistem Distribusi Dosis Unit ( Unit Dose Dispensing) Definisi perbekalan dosis unit adalah perbekalan farmasi yang di order oleh dokter untuk pasien, terdiri atas satu atau beberapa jenis perbekalan farmasi yang masing-masing dalam kemasan dosis unit tunggal dalam jumlah persediaan yang cukup unutuk suatu waktu tertentu. 6. Penghapusan Penghapusan adalah proses penghapusan tanggung jawab bendahara barang atas bahan atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari catatan/pembukuan yang berlaku. Penghapusan barang diperlukan karena (Karlin, 2009) :1) Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai lagi.2) Bahan/barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk didaur ulang.3) Bahan/barang sudah melewati masa kadaluarsa.4) Bahan/barang hilang karena pencurian atau sebab lain. Penghapusan barang dapat dilakukan dengan :1) Pemusnahan, yaitu dibakar atau dipendam/ ditanam.2) Dijual/ dilelang.Untuk RS pemerintah, hasil penjualan dan pelelengan harus disetor kekas Negara. Setelah penghapusan dilaksanakan, maka dibuat acara penghapusan, yang tembusannya dikirim ke instansi yang berkompeten.C. Tinjauan Umum Tentang Pelayanan Gudang Obat Dinas Kesehatan Kota Keberadaan Gudang Farmasi di Kabupaten/Kota yang sifatnya seragam di seluruh Indonesia pada dasarnya untuk menjamin pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan khususnya dipelayanan kesehatan dasar, dapat menjamin ketersediaan obat serta aksesibilitaspublik terhadapobat. Akantetapiorganisasi yang seragam mungkin di era otonomi daerah dianggap tidak cocok lagi mengingat masing-masing daerah mempunyai kebutuhan lokal spesifik yang berbeda antara satu Kabupaten/Kota dengan yang lainnya. Sehingga perubahan organisasi pengelolaan obat banyak dilakukan oleh masing-masing Kabupaten/Kota maupun Provinsi. Kebutuhan dimaksud misalnya adalah pengelolaan obat public tidak hanya mencakup pelayanan kesehatan dasar tetapi termasuk juga pelayanan rujukan. Disisi lain ada keterbatasan tenaga apoteker terlatih, sementara ada keinginan terciptanya pengelolaan obat yg efektif dan efisien. Maka pengembangan organisasi membutuhkan cukup banyak apoteker dan asisten apoteker. Ditempat lain mungkin keberadaan Gudang Farmasi sudah dianggap memadai untuk mengelola obat publik dan perbekalan kesehatan yang ada di wilayahnya.

Tugas Gudang Farmasi di Kabupaten/kota yaitu melaksanakan perencanaan, penganggaran, penyimpanan, pendistribusian dan penghapusan perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang diperlukan dalam rangka pelayanan kesehatan,pencegahan dan pemberantasan penyakit dan pembinaan kesehatan masyarakat di Kabupaten/ Kota madya sesuai dengan petunjuk Kakandepkes Kabupaten/Kodya. (BP3K, 2012) 1. Pengelolaan Obat Dinas Kesehatan Kota Ruang Lingkup Pengelolaan Obat di Kabupaten atau Dati II Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi aspek perencanaan pengadaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusiaan dan penggunaan obat. Aspek Pengelolaan Obat meliputi: a. Perencanaan Pengadaan : meliputi kegiatan penentuan jenis perhitungan dan penetapan jumlah untuk setiap jenis obat yang akan disediakan dengan metode perhitungan yang akan telah ditetapkan. b. Pengadaan meliputi perencanaan pengadaan, pelaksanaan pembelian,pemantauan status pesanan, pemeriksaan penerimaan dan pemeliharaan mutu obat. c. Penyimpanan meliputi kegiatan menjaga dan merawat persediaan obat.d. Distribusi meliputi kegiatan pengendaliaan persediaan, penyimpanan, pengeluaran dan pengiriman obat. e. Penggunaan meliputi peresepan, dispesing dan penerimaan pasien. Proses perencanaan pengadaan obat di Kabupaten/Kota diawali di tingkat Puskesmas dengan menyiapkan dan menyediakan data yang diperlukan dan selanjutnya dikompilasi menjadi data Kab/Kodya dengan teknik perhitungan yang telah ditentukan. Dokumen-dokumen formulir yang harus ada di Gudang Farmasi pengelolaan obat di Dati II sebagai berikut:a.) Dokumen pada saat perencanaan pengadaan obat. Formulir I : Kartu kompilasi pemakaian obat Formulir II : Data 10 Penyakit terbesar Formulir III : Lembar kerja perencanaan pengadaan obat Formulir IV : Penyesuaian rencana pengadaan obat (untuk semua sumber anggaran. b). Dokumen pada saat pengadaan barang.Formulir V : Berita acara pemeriksaan penerimaan obat.Formulir V :Lampiran berita acara pemeriksaan penerimaan obat. Formulir VI : Buku harian penerimaan obat. Formulir VII : Formulir realisasi pengadaan obat.

c). Dokumen pada saat penyimpanan barang. Formulir VIII : Kartu stok Formulir IX: Kartu stok induk. d). Dokumen pada saat distribusi obat. Formulir X : Kartu rencana distribusi Formulir XI : Buku harian pengeluaran obat Formulir XII : Lembaran pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO) Formulir XIII : Form surat kiriman obat. e). Dokumen pada saat pencatatan dan pelaporan. Formulir XIV : Laporan mutasi obat Formulir XV : Laporan kegiatan distribusi Formulir XVI :Berita acara pencacahan akhir tahun anggaranFormulir XVIa :Laporan pencacahan obat akhir tahun anggaranFormulir XVII : Berita acara pemeriksaan/penelitian obat untuk dihapus Formulir XVIIa : Lampiran laporan berita acara pemeriksaan / penelitian obat untuk dihapus. Tahapan Kegiatan Pengelolaan Obat/Perbekalan Farmasi di Gudang Farmasi Kabupaten meliputi : Perencanaan, Pengadaan, Penyimpanan, Distribusi, Pencatatan, Penggunaan dan Penghapusan obat. (Manajemen farmasi kelas XII edisi 2009) Pengelolaan obat di gudang farmasi di tingkat kabupaten kota dilakukan sebagai berikut:1) Melakukan penerimaan, penyimpaan, pemeliharaan, dan pendistribusikan obat, alat kesehatan dan perbekalan farmasi.2) Melakukan penyimpanan, penyusunan, rencana pencatatan dan pelaporan mengenai mengenai persediaan dan penggunaan obat,alat kesehatan dan perbekalan farmasi.3) Melakukan pengamatan terhadap mutu dan khasiat obat secara umum dan baik yang ada dalam persediaan maupun yang akan didistribusikan.d. Melakukan urusan tata usaha,keuangan,kepegawaian dan urusan dalam (undang-undang kesehatan jilid 1 kelas 1).2. Fungsi Gudang Farmasi di Kabupaten/ Kodya:1) Melakukan penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan dan pendistribusian obat, alat kesehatan dan perbekalan farmasi.2) Melakukan penyiapan ,penyusunan rencana,pencatatan dan pelaporan mengenai persediaan dan penggunaan obat,alat kesehatan dan perbekalan farmasi. 3) Melakukan pengamatan mutu dan khasiat obat secara umum baik yang ada dalam persedian maupun yang didistribusikan. 4) Melakukan urusan tata usaha keuangan kepegawaian dan urusan dalam. GFK merupakan titik sentral pengelolaan obat di Daerah tingkat II. Untuk meningkatkan efektifitas dan efisien pengelolaan obat diperlukan adanya koordinasi dengan unit-unit yang terkait langsung antara lain Pemda Dati II,Dinas Kesehatan Dati II,Kandep Trans,PHB Cabang.3. Landasan Pengelolaan Untuk mencapai tujuan KONAS ditetapkan landasan kebijakan yang merupakan penjabaran dari prinsip dasar SKN, yaitu :a) Obat harus diperlakukan sebagai komponen yang tidak tergantikan dalam pemberian pelayanan kesehatan. Dalam kaitan ini aspek teknologi dan ekonomi harus diselaraskan dengan aspek sosial dan ekonomi.b) Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan, keterjangkauan dan pemerataan obat esensial yang dibutuhkan masyarakat.c) Pemerintah dan sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab untuk menjamin agar pasien mendapat pengobatan yang rasional.d) Pemerintah melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian obat, sedangkan pelaku usaha di bidang obat bertanggung jawab atas mutu obat sesuai dengan fungsi usahanya. Tugas pengawasan dan pengendalian yang menjadi tanggung jawab pemerintah dilakukan secara profesional, bertanggung jawab, independen dan transparan.e) Masyarakat berhak untuk mendapatkan informasi obat yang benar, lengkap dan tidak menyesatkan. Pemerintah memberdayakan masyarakat untuk terlibat dalam pengambilan keputusan pengobatan.