7 alat manajemen kwalitas

28
Untuk memberikan gambaran agar lebih bisa membayangkan apa itu bagaimana membuat dan mengimplementasikan check sheet, berikut disajikan beberapa contoh check sheet untuk berbagai kepentingan yang berbeda dalam mengelola kualitas dan telah diisi. 1) Check Sheet untuk hasil proses produksi Data-data yang dikumpulkan adalah ukuran, berat dan diameter yang dihasilkan dari suatu proses. Namun hal ini dilakukan terhadap populasi hasil proses, sehingga membutuhkan waktu dan biaya yang besar. Untuk itu sering dilakukan random dalam pengambilan sampelnya. 2) Check Sheet untuk produk rusak/ cacat (Defective Item) Check Sheet ini digunakan untuk mencatat data tentang jumlah defect (cacat), prosentase kerusakan. Dan bila diperlukan, dapat digunakan untuk setiap macam penyebab kerusakan. 3) Check Sheet untuk lokasi kerusakan (Defective Location) Check Sheet ini digunakan untuk mencatat lokasi dimana kerusakan terjadi, pencatatan lokasi kerusakan ini biasanya dilakukan dengan membuat gambar dari produk yang dibuat dan tanda-tanda tertentu diberikan pada lokasi kerusakan.

Upload: muhammad-adam-baehaqi

Post on 24-Nov-2015

188 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

7 tools

TRANSCRIPT

Untuk memberikan gambaran agar lebih bisa membayangkan apa itu bagaimana membuat dan mengimplementasikan check sheet, berikut disajikan beberapa contoh check sheet untuk berbagai kepentingan yang berbeda dalam mengelola kualitas dan telah diisi.

1) Check Sheet untuk hasil proses produksiData-data yang dikumpulkan adalah ukuran, berat dan diameter yang dihasilkan dari suatu proses. Namun hal ini dilakukan terhadap populasi hasil proses, sehingga membutuhkan waktu dan biaya yang besar. Untuk itu sering dilakukan random dalam pengambilan sampelnya.

2) Check Sheet untuk produk rusak/ cacat (Defective Item)Check Sheet ini digunakan untuk mencatat data tentang jumlah defect (cacat), prosentase kerusakan. Dan bila diperlukan, dapat digunakan untuk setiap macam penyebab kerusakan.

3) Check Sheet untuk lokasi kerusakan (Defective Location)Check Sheet ini digunakan untuk mencatat lokasi dimana kerusakan terjadi, pencatatan lokasi kerusakan ini biasanya dilakukan dengan membuat gambar dari produk yang dibuat dan tanda-tanda tertentu diberikan pada lokasi kerusakan.

4) Check Sheet untuk Penyebab kerusakan (Defective Cause)Check Sheet ini digunakan untuk meneliti faktor-faktor penyebab kerusakan. Untuk masalah-masalah yang lebih kompleks, akan lebih baik bila digunakan analisa yang lebih mendalam tentang sebab-sebab dan akibat-akibat dengan menggunakan Scatter Diagram. (Hendra Poerwanto G)2. Diagram Stratifikasi Diagram Stratifikasi adalah diagram yang menguraikan atau mengklasifikasikan persoalan menjadi kelompok atau golongan yang lebih kecil atau menjadi unsur-unsur dari persoalan yang mempunyai karakteristik sama. Kegunaan dan manfaat diagram stratifikasi antara lain untuk melihat masalah dan mempersempit ruang lingkup masalah, sehingga dapat ditinjau dari satu segi saja, misalnya dari segi penyebab, waktu, lokasi bahan baku, orang dan sebagainya. Dasar pengelompokkan atau stratifikasi sangat tergantung pada tujuan pengelompokan, sehingga dasar pengelompokkan dapat berbeda-beda tergantung kepada permasalahannya.

Di dalam pengendalian kualitas stratifikasi terutama ditujukan untuk :1). Mencari faktor-faktor penyebab utama kualitas secara mudah. 2). Membantu pembuatan Scatter diagram. 3). Mempermudah pengambilan kesimpulan di dalam penggunaan peta kontrol. 4). Mempelajari secara menyeluruh masalah yang dihadapi. Berikut diberikan contoh diagram stratifikasi dalam bentuk diagram cartesius maupun dalam bentuk tabel. Contoh diagram stratifikasi dalam bentuk diagram cartesius seperti di bawah ini:

Sedang contoh diagram stratifikasi dalam Bentuk Tabel, dapat dilihat seperti gambar berikut:

Tabel tersebut terdiri dari setidaknya tiga kolom (bisa lebih tergantung kebutuhan). Kolom pertama merupakan kode yang menunjukkan jenis kerusakan. Kolom kedua menunjukkan keterangan jenis atau kondisi kerusakan. Sedang kolom ketiga menunjukkan jumlah kerusakan untuk jenis/ kondisi kerusakan tertentu yang ditemukan dalam pemeriksaan untuk satu periode pemeriksaan tertentu. (Hendra Poerwan

2a. Flow Chart Salah satu alternatif dari Stratification Diagram adalah Flow Chart atau disebut diagram alir atau bagan alir. Flow Chart merupakan gambaran atau bagan yang memperlihatkan urutan dan hubungan antar proses berserta instansinya. Gambaran ini dinyatakan dengan simbol. Dengan demikian setiap simbol menggambarkan proses tertentu, sedangkan hubungan antara proses digambarkan dengan garis pendukung. Flow Chart juga didefinisikan sebagai penyajian yang sistematis tentang proses dan logika dari kegiatan penanganan informasi atau penggambaran secara grafik dari langkah-langkah dan urut-urutan prosedur. Flow Chart menolong untuk memecahkan masalah kedalam segmen-segmen yang lebih kecil dan menolong dalam menganalisis alternatif-alternatif lain dalam pengoperasian. .

Cara Membuat Flow Chart Jika akan membuat flow Chart, ada beberapa petunjuk yang harus diperhatikan, seperti : 1. Flow Chart digambarkan dari halaman atas ke bawah dan dari kiri ke kanan. 2. Aktivitas yang digambarkan harus didefinisikan secara hati-hati dan definisi ini harus dapat dimengerti oleh pembacanya.3. Kapan aktivitas dimulai dan berakhir harus ditentukan secara jelas.4. Setiap langkah dari aktivitas harus diuraikan dengan menggunakan deskripsi kata kerja, misalkan Melakukan penggandaan.5. Setiap langkah dari aktivitas harus berada pada urutan yang benar.6. Lingkup dan range dari aktifitas yang sedang digambarkan harus ditelusuri dengan hati-hati. Percabangan-percabangan yang memotong aktivitas yang sedang digambarkan tidak perlu digambarkan pada flowchart yang sama. Simbol konektor harus digunakan dan percabangannya diletakan pada halaman yang terpisah atau hilangkan seluruhnya bila percabangannya tidak berkaitan dengan sistem.7. Gunakan simbol-simbol flowchart yang standar.Simbol Flow Chart Simbol-simbol standard yang biasa digunakan untuk membuat Flow Chart diantaranya sebagaimana tampak dalam gamber di bawah ini:

Jenis-jenis Flowchart Ada lima macam bagan alir yang akan dibahas di modul ini, yaitu sebagai berikut:1. Bagan alir sistem (systems flowchart). Merupakan bagan yang menunjukkan alur kerja atau apa yang sedang dikerjakan di dalam sistem secara keseluruhan dan menjelaskan urutan dari prosedur-prosedur yang ada dalam sistem. Berikut agar lebih jelas diberikan satu contoh bagan alir sistem.

2. Bagan alir dokumen (document flowchart). Menelusuri alur dari data yang ditulis melalui system. Fungsi utamanya untuk menelusuri alur form dan laporan sistem dari satu bagian ke bagian yang lain. Berikut diberikan contoh bagan alir dokumen penjualan.

3. Bagan alir skematik (schematic flowchart). Mirip dengan Flowchart system yang menggambarkan suatu system atau prosedur. Berikut diberikan contoh bagan alir skematik perdagangan saham di Bursa Efek.

4. Bagan alir program (program flowchart). Merupakan keterangan yang lebih rinci tentang bagaimana setiap langkah program atau prosedur dilaksanakan.

5. Bagan alir proses (process flowchart). Merupakan teknik penggambaran rekayasa industrial yang memecah dan menganalisis langkah selanjutnya dari sebuah sistem.

Contoh di atas merupakan contoh bagan alir proses pembuatan bioetanol dari sagu. (Hendra Poerwanto G

2b. Run Chart Run chart (Run Chart) menggunakan dua buah variable yang menunjukkan dinamika proses yang berlangsung, dimana variasi yang terjadi dimonitor sedemikian rupa sehingga nampak jelas perubahan hasil yang diamati. Biasanya digunakan variable waktu sebagai sumbu horisontal (berdasarkan periodisasi) sebagai acuan terjadinya perubahan. Dalam diagram ini titik-titik data dihubungkan dengan garis, dan bilamana perlu dilengkapi dengan garis nilai rata-rata dari data tersebut.

Tujuan Run Chart untuk memonitor aktivitas tertentu yang sedang beralngsung dalam organisasi dengan harapan aktivitas tersebut dapat berlangsung dengan baik dan berkesinambungan. Misalnya, dalam aktivitas Bimbingan kehadiran guru juga perlu dimonitor, agar efektifitas pengajaran yang dilakukan dapat berlangsung dengan baik. Sedang, manfaat yang bisa diperoleh dari penggunaan Run Chart antara lain, pertama, untuk mengumpulkan dan menganalisa data. Kedua, Memberikan gambaran situasi yang sedang terjadi dalam aktivitas dan ketiga, untuk membandingkan data berdasarkan periode tertentu guna melakukan pemeriksaan dan pengendalian. Agar dapat membayangkan bentuk konkrit run chart, berikut diberikan contoh run chart:

Sekarang, bagaimana cara membuat Run Chart. Untuk membuat run chart, ada beberapa langkah yang harus kita lakukan. Pertama-tama, kita harus menentukan lebioh dulu apa yang mau diukur atau dioamati. Kedua, setelah kita memastikan hal mau diukur, kita menggambarkan dalam sumbu kartesius dengan sumbu Y sebagai sumbu vertikal dan sumbu X sebagai sumbu horisontal. Sumbu Y biasanya digunakan untuk mewakili unit, sementara sumby X untuk mewakili periodisasi waktu. Semuanya dalam skala tertentu. Ketiga, setelah sumbu-sumbu kartesius dan penskalaan telah siap, selanjutnya memplotting setiap data ke bidang kartesius dan menghubungkannya dengan garis. Bila perlu kita juga menggambarkan garis rata-rata dari data yang ada. (Hendra Poerwanto G).

3. Histogram Kata histogram berasal dari bahasa Yunani: histos, dan gramma. Pada bidang statistik, pengertian histogram adalah tampilan grafis dari tabulasi frekuensi yang digambarkan dengan grafis batangan sebagai manifestasi data binning. Tiap tampilan batang menunjukkan proporsi frekuensi pada masing-masing deret kategori yang berdampingan dengan interval yang tidak tumpang tindih. Dalam konteks manajemen kualitas, histogram adalah perangkat grafis yang menunjukkan distribusi, sebaran, dan bentuk pola data dari proses. Jika data yang terkumpul menunjukkan bahwa proses tersebut stabil dan dapat diprediksi, kemudian histogram dapat pula digunakan untuk menunjukkan kemampuan batasan proses. Dikenal juga sebagai grafik distribusi frekuensi, salah satu jenis grafik batang yang digunakan untuk menganalisa mutu dari sekelompok data (hasil produksi), dengan menampilkan nilai tengah sebagai standar mutu produk dan distribusi atau penyebaran datanya. Meski sekelompok data memiliki standar mutu yang sama, tetapi bila penyebaran data semakin melebar ke kiri atau ke kanan, maka dapat dikatakan bahwa mutu hasil produksi pada kelompok tersebut kurang bermutu, sebaliknya, semakin sempit sebaran data pada kiri dan kanan nilai tengah, maka hasil produksi dapat dikatakan lebih bermutu, karena mendekati spesifikasi yang telah ditetapkan. Berikut diberikan satu contoh histogram.

Histogram pertama kali digunakan oleh Karl Pearson pada tahun 1895 untuk memetakan distribusi frekuensi dengan luasan area grafis batangan menunjukkan proporsi banyak frekuensi yang terjadi pada tiap kategori dan merupakan salah satu dari seven basic tools of quality control. Aplikasi histogram diagram sangat tepat digunakan pada saat kita 1) ingin menetapkan apakah proses berjalan dengan stabil atau tidak 2) ingin mendapatkan informasi tentang performance sekarang atau variasi proses. 3) ingin menguji dan mengevaluasi perbaikan proses untuk peningkatan. 4) ingin mengembangkan pengukuran dan memonitor peningkatan proses. Melalui gambar Histogram yang ditampilkan, akan dapat diprediksi hal-hal sebagai berikut: 1. Merupakan penyajian data frekuensi yang diubah menjadi diagram batang. Dalam histogram, garis vertikal menunjukkan banyaknya observasi tiap-tiap kelas. Histogram juga menunjukkan kemampuan proses, dan apabila memungkinkan histogram dapat menunjukkan hubungan dengan spesifikasi proses dan angka-angka nominal, misalnya rata-rata. Untuk menggambarkan histogram dipakai sumbu mendatar yang menyatakan batas-batas kelas interval dan sumbu tegak yang menyatakan fekuensi absolute atau frekuensi relatif.2. Histogram menjelaskan variasi proses, namun belum mengurutkan rangking dari variasi terbesar sampai dengan yang terkecil. Bila bentuk Histogram pada sisi kiri dan kanan dari kelas yang tertinggi berbentuk simetri, maka dapat diprediksi bahwa proses berjalan konsisten, artinya seluruh faktor-faktor dalam proses memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Bila Histogram berbentuk sisir, kemungkinan yang terjadi adalah ketidaktepatan dalam pengukuran atau pembulatan nilai data, sehingga berpengaruh pada penetapan batas-batas kelas. Bila sebaran data melampaui batas-batas spesifikasi, maka dapat dikatakan bahwa ada bagian dari hasil produk yang tidak memenuhi spesifikasi mutu. Tetapi sebaliknya, bila sebaran data ternyata berada di dalam batas-batas spesifikasi, maka hasil produk sudah memenuhi spesifikasi mutu yang ditetapkan. Secara umum, histogram biasa digunakan untuk memantau pengembangan produk baru, penggunaan alat atau teknologi produksi yang baru, memprediksi kondisi pengendalian proses, hasil penjualan, manajemen lingkungan dan lain sebagainya. Selanjutnya adalah bagaimana cara membuat histogram? Langkah pertama adalah mengumpulkan data. Sampel data haruslah dapat mewakili populasinya. Berapa jumlah sampel yang dapat mewakili populasi dapat dipelajari loebih jauh di bidang kajian statistik atau metodologi penelitian. Langkah kedua, adalah pengolahan data. Pengolahan data ini menjadi bagian yang tidak kalah pentingnya dengan langkah pertama agar Histogram memberikan gambaran yang akurat tentang kondisi hasil produks, terutama dalam menentukan besaran nilai tengah (standar) dan seberapa banyak kelas-kelas data yang akan menggambarkan penyebaran data yang tercipta. Seberapa banyak kelas-kelas data yang dibuat untuk menggambarkan penyebaran data, ditentukan dengan cara: pertama, menentukan batas-batas observasi (rentang). Rentang (r) adalah data tertinggi dikurangi data terkecil. Kedua, menghitung banyaknya kelas atau sel-sel. Banyak kelas (b) = 1 + 3,3 log n. Selanjutnya, menentukan lebar/panjang kelas dengan menggunakan rumus Panjang kelas (p) merupakan hasil pembagian nilai Rentang dengan banyaknya kelas. Keempat, menentukan ujung kelas. Ujung kelas pertama biasanya diambil dari terkecil. Kelas berikutnya dihitung dengan cara menjumlahkan ujung bawah kelas. Kelima, menghitung nilai frekuensi histogram masing-masing kelas. Keenam, menggambarkan diagram batangnya (Hendra Poerwanto G

4. Diagram Pareto Diagram Pareto dikembangkan oleh Vilfredo Frederigo Samoso pada akhir abad ke-19 merupakan pendekatan logic dari tahap awal pada proses perbaikan suatu situasi yang digambarkan dalam bentuk histogram yang dikenal sebagai konsep vital few and the trivial many untuk mendapatkan menyebab utamanya. Diagram Pareto telah digunakan secara luas dalam kegiatan kendali mutu untuk menangani kerangka proyek; proses program; kombinasi pelatihan, proyek dan proses, sehingga sangat membantu dan memberikan kemudahan bagi para pekerja dalam meningkatkan mutu pekerjaan. Pareto chart sangat tepat digunakan jika menginginkan hal-hal seperti menentukan prioritas karena keterbatasan sumberdaya, menggunakan kearifan tim secara kolektif, menghasilkan consensus atau keputusan akhir, dan menempatkan keputusan pada data kuantitatifManfaat Diagram Pareto

Diagram Pareto merupakan metode standar dalam pengendalian mutu untuk mendapatkan hasil maksimal atau memilih masalah-masalah utama dan lagi pula dianggap sebagai suatu pendekatan sederhana yang dapat dipahami oleh pekerja tidak terlalu terdidik, serta sebagai perangkat pemecahan dalam bidang yang cukup kompleks. Diagram Pareto merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu menemukan permasalahan yang terpenting untuk segera diselesaikan (ranking tertinggi) sampai dengan yang tidak harus segera diselesaikan (ranking terendah). Selain itu, Diagram Pareto juga dapat digunakan untuk membandingkan kondisi proses, misalnya ketidaksesuaian proses, sebelum dan setelah diambil tindakan perbaikan terhadap proses

Diagram Pareto dibuat berdasarkan data statistik dan prinsip bahwa 20% penyebab bertanggungjawab terhadap 80% masalah yang muncul atau sebaliknya. Kedua aksioma tersebut menegaskan bahwa lebih mudah mengurangi bagian lajur yang terletak di bagian kiri diagram Pareto daripada mencoba untuk menghilangkan secara sistematik lajur yang terletak di sebelah kanan diagram. Hal ini dapat diartikan bahwa diagram Pareto dapat menghasilkan sedikit sebab penting untuk meningkatkan mutu produk atau jasa. Keberhasilan penggunaan diagram Pareto sangat ditentukan oleh partisipasi personel terhadap situasi yang diamati, dampak keuangan yang terlihat pada proses perbaikan situasi dan penetapan tujuan secara tepat. Faktor lain yang perlu dihindari adalah jangan membuat persoalan terlalu kompleks dan juga jangan terlalu mencari penyederhanaan pemecahan.

Tahapan penggunaan dari Diagram Pareto adalah mencari fakta dari data ciri gugus kendali mutu yang diukur, menentukan penyebab masalah dari tahapan sebelumnya dan mengelompokkan sesuai dengan periodenya, membentuk histogram evaluasi dari kondisi awal permasalahan yang ditemui, melakukan rencana dan pelaksanaan perbaikan dari evaluasi awal permasalahan yang ditemui, melakukan standarisasi dari hasil perbaikan yang telah ditetapkan dan menentukan tema selanjutnya.

Prinsip Diagram Pareto

Prinsip Pareto juga dikenal sebagai aturan 80/20 dengan melakukan 20% dari pekerjaan bisa menghasilkan 80% manfaat dari pekerjaan itu. Aturan 80/20 dapat diterapkan pada hampir semua hal, seperti: 80% dari keluhan pelanggan timbul 20% dari produk atau jasa, 80% dari keterlambatan jadwal timbul 20% dari kemungkinan penyebab penundaan, 20% dari produk atau account untuk layanan, 80% dari keuntungan Anda, 20% dari-tenaga penjualan menghasilkan 80% dari pendapatan perusahaan Anda, atau 20% dari cacat sistem penyebab 80% masalah nya.

Prinsip Pareto untuk seorang manajer proyek adalah mengingatkan untuk fokus pada 20% hal-hal yang materi, tetapi tidak mengabaikan 80% masalah. Berikut Hukum Pareto dalam bentuk visual:

Umumnya Diagram Pareto merupakan diagram batang tempat batang tersebut diurutkan mulai dari yang terbanyak sampai terkecil. Diagram Pareto memiliki banyak aplikasi dalam bisnis dan pekerjaan. Demikian halnya Diagram Pareto dapat diaplikasikan dalam kontrol kualitas. Ini adalah dasar bagi diagram Pareto, dan salah satu alat utama yang digunakan dalam pengendalian kualitas total dan Six Sigma.Satu persatu masalah di breakdown berdasarkan kategori masing masing. item Diagram Pareto yaitu : 1) Apa (what). Apa saja yang menjadi penyebab masalah tersebut, 2) Kapan (when).Kapan masalah tersebut paling sering muncul, 3) Dimana (where). Dimana masalah tersebut paling sering muncul, 4) Siapa (who).Siapa orang atau kelompok yang mengalami paling banyak masalah, 5) Mengapa (why). Mengapa masalah tersebut banyak terjadi, 6) Bagaimana (how). Bagaimana masalah tersebut bisa terjadi, 7) Berapa biayanya (how much), 8) Masalah mana yang biayanya paling besar? / atau berapa besar biasa yang sudah ditimbulkan?

Cara Membuat Diagram Pareto

Ada delapan tahap yang tercakup dalam pembuatan diagram Pareto, seperti :1) kumpulkanlah sebanyak mungkin data yang menunjukkan sifat dan frekuensi peristiwa tersebut, 2) tentukan kategori yang akan digunakan untuk menganilisa data tersebut, 3) alokasikan frekuensi peristiwa menjadi kategori yang berbeda, 4) hitunglah frekuensi tersebut ke dalam prosentase, 5) buatlah diagram batang. 6) kemudian urutkanlah diagram batang tersebut mulai dari yang terbanyak, 7) ceklah dampak pareto dalam diagram batang tersebut, 8) apabila dampak pareto jelas, ambil tindakan pada item / fakto yang paling umum.

Namun demikian, penyusunan Diagram Pareto dapat juga menggunakan tujuh langkah berikut ini 1). Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya berdasarkan masalah, penyebab jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya. 2). Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit, dan sebagainya. 3). Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan. 4). Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari yaang terbesar hingga yang terkecil. 5). Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang digunakan. 6). Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif masing- masing masalah. 7). Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk mendapat perhatian. Contoh Diagram Pareto

Contoh di atas adalah contoh sederhana dari sebuah diagram pareto dengan menggunakan sampel data frekuensi relatif dari penyebab IP rendah. Ini memungkinkan kita untuk melihat 20% dari kasus yang menyebabkan 80% dari masalah dan di mana upaya kita harus difokuskan untuk mencapai peningkatan terbesar. (Hendra Poerwanto G

5. Diagram Scatter Diagram Scatter atau diagram pencar atau juga disebut diagram sebar adalah gambaran yang menunjukkan kemungkinan hubungan (korelasi) antara pasangan dua macam variabel dan menunjukkan keeratan hubungan antara dua variabel tersebut yang sering diwujudkan sebagai koefisien korelasi. Scatter diagram juga dapat digunakan untuk mengecek apakah suatu variabel dapat digunakan untuk mengganti variabel yang lain.

Manfaat Diagram Scatter

Dikatakan juga bahwa Scatter diagram menunjukan hubungan antara dua variabel. Scatter diagram sering digunakan sebagai analisis tindak lanjut untuk menentukan apakah penyebab yang ada benar-benar memberikan dampak kepada karakteristik kualitas. Pada contoh terlihat scatter diagram yang menggambarkan plot pengeluaran untuk iklan dengan penjualan perusahaan yang mengindikasikan hubungan kuat positif diantara dua variabel. Jika pengeluaran untuk iklan meningkat, penjualan cenderung meningkat.

Pada umumnya, bila kita berbicara tentang hubungan antara dua macam data, kita sesungguhnya membicarakan tentang : a). Hubungan penyebab dan akibatnya. b). Hubungan antara satu penyebab dengan penyebab lainnya. c). Hubungan antara satu penyebab dengan dua penyebab. Secara grafis, jika kita menggambarkan "akibat pada sumbu vertikal dan "penyebab" pada sumbu horisontal, maka kita akan mendapatkan sebuah peta yang disebut dengan scatter diagram.

Cara Membuat Diagram Scatter

Cara untuk membuat scatter diagram adalah sebagai berikut :1. Kumpulkan pasangan data (x,y) yang akan dipelajari hubungannya serta susunlah data itu dalam tabel. Diperlukan untuk mempunyai paling sedikit 30 pasangan data.2. Tentukan nilai-nilai maksimum dan minimum untuk kedua variabel x dan y. Buatlah skala pada sumbu horizontal dan vertikal dengan ukuran yang sesuai agar diagram akan menjadi lebih mudah untuk dibaca. Apabila kedua variabel yang akan dipelajari itu adalah karakteristik kualitas dan faktor yang mempengaruhinya, gunakan sumbu horizontal, x, untuk faktor yang mempengaruhi karakteristik kualitas dan sumbu vertikal, y, untuk karakteristik kualitas.3. Tebarkan (plot) data pada selembar kertas. Apabila dijumpai data bernilai sama dari pengamatan yang berbeda, gambarkan titik-titik itu seperti lingkaran konsentris (.), atau plot titik kedua yang bernilai sama itu disekitar titik pertama.4. Berikan informasi secukupnya agar orang lain dapat memahami diagram tebar itu. Informasi yang biasa diberikan adalah :Interval waktuBanyaknya pasangan data (n), Judul dan unit pengukuran dari setiap variabel pada garis horizontal dan vertikal, Judul dari grafik itu, Apabila dipandang perlu dapat mencantumkan nama dari orang yang membuat diagram tebar itu.Contoh Diagram Scatter

Berikut contoh dan pembacaan scatter diagram yang benar harus mengarah kepada tindakan yang tepat. Untuk mempelajari kemampuan membaca yang benar dapat diuraikan secara umum seperti dibawah ini :

Keterangan: untuk grafik 1 Pertambahan dalam y tergantung pada pertambahan dalam x. Bila x dikendalikan, y terkendali pula. Pada grafik 2, bila x bertambah, y akan bertambah beberapa, tetapi y seolaholah mempunyai penyebab selain dari x. Grafik 3 menunjukkan tidak terdapat korelasi. Grafik 4 menunjukkan bahwa pertambahan dalam x menyebabkan kecenderungan untuk penurunan y. Sementara grafik 5 mengandung intepretasi bahwa pertambahan dalam x akan menyebabkan penurunan Y. Oleh sebab itu, apabila x dikendalikan maka y terkendali pula. (Hendra Poerwanto

Contoh Bentuk Dasar Diagram Fishbone

Ada banyak bentuk dasar Diagram Fishbone yang dapat diadikan acuan. Berikut ini diberikan format dasar dari Diagram Fishbone yang sekiranya dapat memberikan inspirasi dalam penerapan dan pengembangan lebih jauh yang disesuaikan situasi dan kondisi yang ada. Ada yang penggambaran Cause ditulis di tulang ikan sebelah kiri dan Effect di kepala ikan, namun ada pula yang sebaliknya.

Contoh 01 bentuk dasar Diagram Fishbone

Contoh 2 bentuk dasar Diagram Fishbone

Contoh Penerapan Diagram Fishbone

Perusahaan ABC bergerak di bidang manufaktur. Perusahaan ini memproduksi sepatu olahraga, karena begitu pesatnya pertumbuhan pasar sehingga memaksa perusahaan ini menjaga kualitas agar tetap bisa bersaing dengan para pesaingnya. Namun pada kuartal akhir tahun 20xx perusahaan ini mengalami penuruanan penjualan karena produk dinilai cacat oleh distributor. Untuk mengatasi permasalahan ini, manajer produksi diminta menganalisa dan mencari akar permasalahan sehingga banyak produk yang cacat, sehingga diharapkan penjualan produk awal tahun depan bisa meningkat. Namun sebelum manajer produksi melakukan analisa, sudah ada evaluasi yang menjelaskan bahwa banyaknya produk cacat dikarenakan rendahnya kualitas bahan baku sepatu yang didapat. Manajer produksi, akhirnya menetapkan ingin menggunakan Diagram Cause and Effect sebagai bahan pencari akar penyebab dari masalah tersebut. Langkah awal yang dilakukan adalah Manajer produksi menentukan Masalah yang terjadi. Masalah yang muncul misalnya banyaknya produk cacat.

Langkah ke dua adalah menuliskan masalah tersebut pada kepala ikan yang merupakan akibat atau effect.

Langkah ketiga, Manajer produksi menuliskan faktor faktor yang mungkin menjadi penyebab utama masalah pada banyaknya produk cacat di akhir kuartal tahun 20xx. Dimisalkan yang menjadi faktor penyebab utama masalah ini adalah : a) Machine (Mesin), b) Method (Metode atau proses produksi), c) Material (Bahan baku), d) Man power (Tenaga kerja).

Langkah Keempat. Pada tahap ini manajer produksi mencari penyebab penyebab sekunder yang mungkin mempengaruhi penyebab utama. misalnya kemungkinan penyebab masalah sekunder pada tulang Machine bersumber dari kerusakan mesin dan kesalahan setting mesin produksi. Kemungkinan penyebab masalah sekunder pada tulang Metode dimisalkan terkait layout produksi. Kemungkinan penyebab masalah sekunder pada Tulang Material misalkan disebabkan oleh dua kemungkinan yakni kualitas bahan baku rendah dan pemasok barang baku. Sedangkan, kemungkinan penyebab masalah sekunder pada tulang Man Power dimisalkan berasal dari kemampuan tenaga kerja dan kemampuan mandor.

Pada langkah kelima, manajer produksi mencari penyebab penyebab tersier yang mungkin bisa mempengaruhi penyebab penyebab sekunder. Jadi terjadi analisis lagi pada tahap ini. Apabila memang tidak ditemukan penyebab tersier, penyebab sekunder dinyatakan cukup menjadi akar permasalahan pada tiap pokok tulang permasalahan. Diandaikan hasil analisis penyebab tersier pada kasus ini yakni 1). Kemungkinan penyebab masalah tersier pada tulang Machine bagian tulang kerusakan mesin adalah mesin tua dan mesin tidak diservis dengan rutin. Sedang kemungkinan penyebab tersier pada tulang kesalahan setting mesin produksi adalah rendahnya pengetahuan tentang SOP. 2). Kemungkinan penyebab masalah tersier pada tulang Method pada bagian tulang layout produksi bersumber dari desain layout yang kurang efektif. 3). Kemungkinan Penyebab masalah tersier pada tulang Material dimisalkan tidak ada, dan 4) Kemungkinan penyebab masalah tersier pada tulang Man Power bagian tulang kemampuan tenaga kerja dimisalkan menyangkut keterampilan, pengalaman kerja, dan motivasi. Sementara penyebab tersier pada bagian tulang kemampuan mandor dimisalkan juga terkait dengan pengalaman kerja, motivasi, keterampilan dan kepemimpinan.

Pada langkah keenam, manajer produksi menetukan item-item yang penting dari seiap faktor pada hasil diagram langkah kelima dan menandai (dalam hal ini diberi warna hijau) bahwa faktor-faktor tersebut yang paling mungkin mempunyai pengaruh nyata terhadap banyaknya produk sepatu yang cacat

Dari diagram tulang ikan di atas dapat dilihat bahwa ternyata, banyaknya produk cacat tidak hanya disebabkan oleh material atau bahan baku yang tidak berkualitas, namun juga dipengaruhi oleh tenaga kerja, metode atau system operasi dan mesin yang digunakan.

Tahap terakhir adalah Kesimpulan. Dari hasil analisis, Manajer produksi menyimpulkan ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk kembali menjaga kualitas produk untuk awal kuartal tahun 2011 yaitu :

Dari analisis fishbone diperoleh kesimpulan yang memberkan gambaran spesifik tentang penyebab dari suatu efek atau problem. Temuan penyebab yang spesifik tersebut menjadi dasar untuk mendisain atau merancang program solutif untuk mengatasi efek atau persoalan. (Hendra Poerwanto G)7. Control Chart Pengertian Control Chart atau dalam bahasa Indonesia disebut peta kendali, yang diberikan oleh Eugene adalah grafik dengan mencantumkan batas maksimum dan batas minimum yang merupakan batas daerah pengendalian ( Leavenworth, R.S., Pengendalian Kualitas Statis). Control Chart ialah suatu Quality Tool yang dapat digunakan untuk mendeteksi apakah sebuah proses tersebut dalam kondisi terkontrol secara statistik (statistically stable) ataukah tidak. Proses yang tidak dalam kondisi terkontrol secara statistik akan menunjukan suatu variasi yang berlebih sebanding dengan perubahan waktu.

Tujuan Control Chart

Tujuan menggambarkan Control Chart adalah untuk menetapkan apakah setiap titik pada grafik normal atau tidak normal dan dapat mengetahui perubahan dalam proses dari mana data dikumpulkan, sehingga setiap titik pada grafik harus mengindikasikan dengan cepat dari proses mana data diambil.

Manfaat Control Chart

Berikut manfaat Control; Chart1. Mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi selama satu periode produksi.2. Memberikan informasi proses secara kronologis, yakni menunjukkan bagaimana pengaruh berbagai faktor, misalnya : material, manusia, metode, dll. terhadap proses produksi.3. Mengidentifikasi gejala penyimpangan suatu proses yakni dengan memperhatikan pola atas pergerakan titik-titik sehingga dapat dihindari Over Control yaitu pengontrolan terlalu ketat sehingga dapat menurunkan efisiensi maupun Under Control yaitu pengontrolan terlalu longgar sehingga dapat menurunkan mutu.

Cara Membuat Control Chart

Sebuah Control Chart terdiri dari garis pusat (Central Line), sepasang batas kendali masing-masing diletakkan di atas (Upper Control Limit) dan di bawah (Lower Control Limit) dan nilai karakteristik. Bila semua nilai digambarkan didalam batas kendali tanpa kecenderungan khusus, maka proses dipandang sebagai keadaan terkendali. Sedangkan bila mereka jatuh di luar batas kendali atau menunjukkan bentuk lain, maka proses ditetapkan berada di luar kendali.

Contoh Control Chart

Control Chart (Peta Kendali) umum

Control Chart (Peta Kendali) dengan 3 standard deviasi (3SD) atau 2 standard deviasi (2SD)

Control Chart membedakan antara Common Cause dan Special Cause. Common Cause ialah Penyebab yang agak susah untuk bisa dihilangkan (Natural variation) sedang Special Cause ialah Penyebab yang masih mungkin bisa dihilangkan, misalnya : Kesalahan Operator, materialnya retak dan kotor, Operator masih baru, tidak ada Standard Operasional Procedure untuk menjalankan suatu mesin produksi, dll. Control chart dibuat dengan menggunakan pendekatan statistik. Aplikasi statistik pada pengendalian kualitas dikenal sebagai Statistical Process Control atau Pengendalian Kualitas Secara Statistik. Pembahasan lanjut tentang topik tersebut dilakukan pada bagian tersendiri pada web ini. (Hendra Poerwanto G