69377052 terapi cairan syok hemoragik referat anestesi (3)

Upload: amel015

Post on 11-Feb-2018

261 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    1/31

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Syok hemoragik (hipovolemik): disebabkan kehilangan akut dari darah atau cairan

    tubuh. Jumlah darah yang hilang akibat trauma sulit diukur dengan tepat bahkan pada trauma

    tumpul sering diperkirakan terlalu rendah. Ingat bahwa:

    Sejumlah besar darah dapat terkumpul dalam rongga perut dan pleura.

    Perdarahan patah tulang paha (femur shaft) dapat mencapai 2 (dua) liter.

    Perdarahan patah tulang panggul (pelvis) dapat melebihi 2 liter

    Tindakan utama dari syok hemoragik adalah mengontrol sumber perdarahan secepat

    mungkin dan pengganti cairan. Pada syok hemoragik terkontrol dimana sumber perdarahan

    telah dihentikan, maka penggantian cairan bertujuan untuk menormalkan parameter

    hemodinamik. Pada syok hemoragik tak terkendali di mana perdarahan itu berhenti sementara

    karena hipotensi, vasokonstriksi, dan pembentukan pembekuan, terapi cairan bertujuan untuk

    pemulihan denyut nadi radial, atau pemulihan kesadaran.1

    1.2 Permasalahan

    Banyaknya kasus kecalakaan lalu lintas dewasa ini menyebabkan banyak perdarahan.

    Hal ini sering menyebabkan terjadinya syok hemoragik. Tidak hanya kecelakaan namun

    perdarahan post partum, perdarahan pada saat operasi juga menyebabkan perdarahan yang

    mudah mengarah ke syok hemoragik namun penanganan yang kurang baik dapat

    menyebabkan akibat yang fatal seperti kematian.

    1.3 Tujuan Penulisan

    Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk membahas penanganan syok

    hemoragik secara umum agar dapat tertangani dengan baik sehingga kasus kematian akibat

    syok hemoragik dapat berkurang.

    1

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    2/31

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kompartemen Cairan Tubuh

    Tubuh orang dewasa terdiri dari: zat padat 40 % berat badan dan zat cair 60% berat

    badan; zat cair terdiri dari: cairan intraselular 40 % berat badan dan cairan ekstraselular 20 %

    berat badan; sedangkan cairan ekstraselular terdiri dari : cairan intravaskular 5 % berat badan

    dan cairan interstisial 15 % berat badan.

    Gambar 1. Distribusi Cairan Tubuh

    Ada pula cairan limfe dan cairan transselular yang termasuk cairan ekstraselular.

    Cairan transselular sekitar 1-3 % berat badan, meliputi sinovial, pleura, intraokuler dan lain-

    lain. Cairan intraselular dan ekstraselular dipisahkan oleh membran semipermeabel.

    2

    Cairan intraselular

    Cairan yang terkandung di antara sel disebut cairan intraselular. Pada orang dewasa,

    sekitar dua pertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraselular (sekitar 27 liter rata-

    rata untuk dewasa laki-laki dengan berat badan sekitar 70 kilogram), sebaliknya pada bayi

    hanya setengah dari berat badannya merupakan cairan intraselular.3

    2

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    3/31

    Cairan ekstraselular

    Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular. Jumlah relatif cairan

    ekstraselular berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Pada bayi baru lahir, sekitar

    setengah dari cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular. Setelah usia 1 tahun, jumlah cairanekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga dari volume total. Ini sebanding dengan

    sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan berat rata-rata 70 kg. 3

    Gambar 2. Susunan Kimia Cairan Ekstraselular dan Intraselular4

    Cairan ekstraselular dibagi menjadi:3

    Cairan Interstitial

    Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial, sekitar 11- 12 liter

    pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstitial. Relatif terhadap ukuran

    tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang

    dewasa.3

    3

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    4/31

    Cairan Intravaskular

    Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah (contohnya volume

    plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5-6 liter, dimana 3 liter merupakan

    plasma, dan sisanya terdiri dari sel darah merah, sel darah putih, serta platelet.3

    Cairan Transselular

    Merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu seperti

    serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan sekresi saluran pencernaan.

    Pada keadaan sewaktu, volume cairan transelular adalah sekitar 1 liter, tetapi cairan dalam

    jumlah banyak dapat masuk dan keluar dari ruang transselular.3

    Gambar 3. Anatomi cairan tubuh5

    Volume kompartemen cairan sangat dipengaruhi oleh Natrium dan protein plasma.

    Natrium paling banyak terdapat di cairan ekstraselular, di cairan intravaskular (plasma) dan

    interstisial kadarnya sekitar 140 mEq/L.

    Pergerakan cairan antar kompartemen terjadi secara osmosis melalui membran

    semipermeabel, yang terjadi apabila kadar total cairandi kedua sisi membran berbeda. Air

    akan berdifusi melalui membran untuk menyamakan osmolalitas. Pergerakan air ini dilawan

    oleh tekanan osmotik koloid. Tekanan osmotik koloid atau tekanan onkotik sangat

    dipengaruhi oleh albumin. Apabila kadar albumin rendah, maka tekanan onkotik rendah

    sehingga tekanan hidrostatik dominan mengakibatkan ekstravasasi dan terjadi edema.

    4

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    5/31

    Cairan ekstraselular adalah tempat distribusi Na+, sedangkan cairan intravaskular

    adalah tempat distribusi protein plasma dan koloid; juga tempat distribusi K+, PO4 .

    Elektrolit terpenting di dalam cairan intraselular: K+ dan PO4- dan di cairan ekstraselular:

    Na+ dan Cl.

    Osmolaritas adalah konsentrasi osmolar suatu larutan bila dinyatakan sebagai osmol

    per liter larutan (osm/L). Osmolalitas adalah konsentrasi osmolar suatu larutan bila

    dinyatakan sebagai osmol per kilogram air (osm/kg). Tonisitas merupakan osmolalitas relatif

    suatu larutan. Osmolaritas total setiap kompartemen adalah 280 300 mOsm/L. Larutan

    dikatakan isotonik, jika tonisitasnya sama dengan tonisitas serum darah yaitu 275 295

    mOsm/kg.

    Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membran semipermeabel

    dari larutan dengan kadar rendah menuju larutan dengan kadar tinggi sampai kadarnya sama.

    Seluruh membran sel dan kapiler permeabel terhadap air, sehingga tekanan osmotik cairan

    tubuh di seluruh kompartemen sama. Membran semipermeabel dapat dilalui air (pelarut),

    tetapi tidak dapat dilalui zat terlarut.

    Difusi adalah peristiwa bergeraknya molekul melalui pori-pori. Larutan akan bergerak

    dari yang berkonsentrasi tinggi menuju konsentrasi rendah.Tekanan hidrostatik di dalampembuluh darah akan mendorong air secara difusi masuk melalui pori-pori. Difusi tergantung

    kepada tekanan hidrostatik dan perbedaan konsentrasi.

    Perpindahan air dan zat terlarut di bagian tubuh menggunakan mekanisme transpor

    pasif dan aktif. Mekanisme transpor pasif tidak membutuhkan energi; mekanisme transpor

    aktif membutuhkan energi berkaitan dengan Na-K Pump yang membutuhkan energi ATP.

    Pompa Natrium-Kalium adalah pompa yang memompa ion natrium keluar melalui

    membran sel dan pada saat yang bersamaan memompa ion kalium ke dalam sel. Bekerja

    untuk mencegah keadaan hiperosmolar di dalam sel.

    5

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    6/31

    Gambar 4. Pompa Natrium-Kalium

    Berikut ini merupakan kebutuhan air dan elektrolit perhari:

    Dewasa:

    Air 30 35 ml/kg

    Setiap kenaikan suhu 10 C diberi tambahan 10-15 %

    K+ 1 mEq/kg ( 60 mEq/hari atau 4,5 g )

    Na+ 1-2 mEq/kg ( 100 mEq/hari atau 5,9 g )

    Bayi dan Anak:

    Air 0-10 kg: 4 ml/kg/jam ( 100 ml/g )

    10-20 kg: 40 ml + 2 ml/kg/jam setiap kg di atas 20 kg

    (1000 ml + 50 ml/kg di atas 10 kg)

    > 20 kg : 60 ml + 1 ml/kg/jam setiap kg di atas 20 kg

    (1500 ml + 20 ml/kg di atas 20 kg)

    K+ 2 mEq/kg (2-3 mEq/kg)

    Na+ 2 mEq/kg (3-4 mEq/kg)2

    Tabel 1. Perubahan cairan tubuh total sesuai usia3

    Tabel 2. Rata-rata harian asupan dan kehilangan cairan pada orang dewasa

    6

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    7/31

    2.2 Definisi Syok Hemoragik

    Syok hemoragik adalah kehilangan akut volume peredaran darah yang menyebabkan

    suatu kondisi dimana perfusi jaringan menurun dan menyebabkan inadekuatnya hantaran

    oksigen dan nutrisi yang diperlukan sel. Keadaan apapun yang menyebabkan kurangnyaoksigenasi sel, maka sel dan organ akan berada dalam keadaan syok.6

    2.3 Patofisiologi Syok Hemoragik

    Telah diketahui dengan baik respons tubuh saat kehilangan volum sirkulasi. Tubuh

    secara logis akan segera memindahkan volum sirkulasinya dari organ non vital dan dengan

    demikian fungsi organ vital terjaga karena cukup menerima aliran darah. Saat terjadi

    perdarahan akut, curah jantung dan denyut nadi akan turun akibat rangsang baroreseptor di

    aortik arch dan atrium. Volume sirkulasi turun, yang mengakibatkan teraktivasinya saraf

    simpatis di jantung dan organ lain. Akibatnya, denyut jantung meningkat, terjadi

    vasokonstriksi dan redistribusi darah dari organ-organ nonvital, seperti di kulit, saluran cerna,

    dan ginjal. Secara bersamaan sistem hormonal juga teraktivasi akibat perdarahan akut ini,

    dimana akan terjadi pelepasan hormon kortikotropin, yang akan merangsang pelepasan

    glukokortikoid dan beta-endorphin. Kelenjar pituitary posterior akan melepas vasopressin,

    yang akan meretensi air di tubulus distalis ginjal. Kompleks Jukstamedula akan melepas

    renin, menurunkan MAP (Mean Arterial Pressure), dan meningkatkan pelepasan aldosteron

    dimana air dan natrium akan direabsorpsi kembali. Hiperglikemia sering terjadi saat

    perdarahan akut, karena proses glukoneogenesis dan glikogenolisis yang meningkat akibat

    pelepasan aldosteron dan growth hormone. Katekolamin dilepas ke sirkulasi yang akan

    menghambat aktifitas dan produksi insulin sehingga gula darah meningkat. Secara

    keseluruhan bagian tubuh yang lain juga akan melakukan perubahan spesifik mengikuti

    kondisi tersebut. Terjadi proses autoregulasi yang luar biasa di otak dimana pasokan aliran

    darah akan dipertahankan secara konstan melalui MAP (Mean Arterial Pressure). Ginjal juga

    7

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    8/31

    mentoleransi penurunan aliran darah sampai 90% dalam waktu yang cepat dan pasokan aliran

    darah pada saluran cerna akan turun karena mekanisme vasokonstriksi dari splanknik. Pada

    kondisi tubuh seperti ini pemberian resusitasi awal dan tepat waktu bisa mencegah kerusakan

    organ tubuh tertentu akibat kompensasinya dalam pertahanan tubuh.6

    2.4 Gejala Klinis Syok Hemoragik

    Gejala klinis tunggal jarang saat diagnosa syok ditegakkan. Pasien bisa mengeluh

    lelah, kelemahan umum, atau nyeri punggung belakang (gejala pecahnya aneurisma aorta

    abdominal). Penting diperoleh data rinci tentang tipe, jumlah dan lama pendarahan, karena

    pengambilan keputusan untuk tes diagnostik dan tatalaksana selanjutnya tergantung jumlah

    darah yang hilang dan lamanya pendarahan. Bila pendarahan terjadi di rumah atau di

    lapangan, maka harus ditaksir jumlah darah yang hilang.

    Untuk pendarahan pada saluran cerna sangatlah penting dicari asal darah dari rektum

    atau dari mulut. Karena cukup sulit menduga jumlah darah yang hilang dari saluran cerna

    bagian bawah. Semua darah segar yang keluar dari rektum harus diduga adanya perdarahan

    hebat, sampai dibuktikan sebaliknya.

    Pendarahan saat trauma kadang sulit ditaksir jumlahnya. Karena rongga pleura,

    kavum abdominalis, mediastinum dan retroperitoneum bisa menampung darah dalam jumlah

    yang sangat besar dan bisa menjadi penyebab kematian. Perdarahan trauma eksternal bisa

    ditaksir secara baik, tapi bisa juga kurang diawasi oleh petugas emergensi medis. Laserasi

    kulit kepala bisa menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah besar. Fraktur multipel

    terbuka, juga bisa mengakibatkan kehilangan darah yang cukup besar.

    Tabel 3. Lokasi & Estimasi Perdarahan

    Lokasi Estimasi Perdarahan

    Fr. Femur tertutup 1.5-2 liter

    Fr.Tibia tertutup 0.5 liter

    Fr. Pelvis 3 liter

    Hemothorax 2 liter

    Fr. Iga (tiap satu) 150 ml

    Luka sekepal tangan 500 ml

    Bekuan darah sekepal 500 ml

    Pemeriksaan klinis pasien syok hemoragik dapat segera langsung berhubungan

    dengan penyebabnya. Asal sumber perdarahan dan perkiraan berat ringannya darah yang

    hilang bisa terlihat langsung. Bisa dibedakan perdarahan pada pasien penyakit dalam dan

    8

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    9/31

    pasien trauma. Dimana kedua tipe perdarahan ini biasanya ditegakkan dan ditangani secara

    bersamaan.

    Syok umumnya memberi gejala klinis kearah turunnya tanda vital tubuh, seperti:

    hipotensi, takikardia, penurunan urin output dan penurunan kesadaran. Kumpulan gejala

    tersebut bukanlah gejala primer tapi hanya gejala sekunder dari gagalnya sirkulasi tubuh.

    Kumpulan gejala tersebut merupakan mekanisme kompensasi tubuh, berkorelasi dengan usia

    dan penggunaan obat tertentu, kadang dijumpai pasien syok yang tekanan darah dan nadinya

    dalam batas normal. Oleh karena itu pemeriksaan fisik menyeluruh pada pasien dengan

    dilepas pakaiannya harus tetap dilakukan.

    Gejala umum yang timbul saat syok bisa sangat dramatis. Kulit kering, pucat dan

    dengan diaphoresis. Pasien menjadi bingung, agitasi dan tidak sadar. Pada fase awal nadi

    cepat dan dalam dibandingkan denyutnya. Tekanan darah sistolik bisa saja masih dalam batas

    normal karena kompensasi. Konjungtiva pucat, seperti yang terdapat pada anemia kronik.

    Lakukan inspeksi pada hidung dan faring untuk melihat kemungkinan adanya darah.

    Auskultasi dan perkusi dada juga dilakukan untuk mengevaluasi apakah terdapat gejala

    hematothoraks, dimana suara nafas akan turun, serta suara perkusi redup di area dekat

    perdarahan.

    Periksa pasien lebih lanjut dengan teliti dari ujung kepala sampai ujung kaki, yang

    dapat mengarahkan kita terhadap kemungkinan adanya luka. Periksa adakah perdarahan di

    kulit kepala, apabila dijumpai perdarahan aktif harus segera diatasi bahkan sebelum

    pemeriksaan lainnya. Periksa juga apakah ada darah pada mulut dan faring.

    Periksa abdomen dari tanda perdarahan intra-abdominal, misal: distensi, nyeri

    palpitasi, dan perkusi redup. Periksa panggul apakah ada memar/ekimosis yang mengarah ke

    perdarahan retroperitoneal. Adanya distensi, nyeri saat palpasi dan ekimosis mengindikasikan

    adanya perdarahan intra-abdominal. Palpasi pula kestabilan tulang pelvis, bila ada krepitasi

    atau instabilitas mengindikasikan terjadinya fraktus pelvis dan ini dapat mengancam jiwa

    karena perdarahan terjadi pada rongga retroperitoneum. Kejadian yang sering dalam klinis

    adalah pecahnya aneurisma aorta yang bisa menyebabkan syok tak terdeteksi. Tanda klinis

    yang bisa mengarahkan kita adalah terabanya masa abdomen yang berdenyut, pembesaran

    skrotum karena terperangkapnya darah retroperitoneal, kelumpuhan ekstremitas bawah dan

    lemahnya nadi femoralis.

    9

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    10/31

    Fraktur pada tulang panjang ditandai nyeri dan krepitasi saat palpasi di dekat fraktur.

    Semua fraktur tulang panjang harus segera direposisi dan digips untuk mencegah perdarahan di

    sisi fraktur. Yang perlu diperhatikan terutama fraktur femur, karena dapat mengakibatkan

    hilangnya darah dalam jumlah banyak, sehingga harus segera diimobilisasi dan ditraksi

    secepatnya. Tes diagnostik lebih jauh perlu dilakukan untuk menyingkirkan perdarahan yang

    mungkin terjadi di intratorakal, intra-abdominal,atau retroperitoneal.6

    Jangan lupa pula untuk melakukan pemeriksaan rektum / rectal toucher. Bila ada

    darah segar curiga hemoroid interna atau externa. Pada kondisi yang sangat jarang curigai

    perdarahan yang signifikan terutama pada pasien dengan hipertensi portal. Pasien dengan

    riwayat perdarahan vagina lakukan pemeriksaan pelvis lengkap, dan lakukan tes kehamilan

    untuk menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik.

    Lakukan pemeriksaan sistematik pada pasien trauma termasuk pemeriksaan

    penunjang primer dan sekunder. Luka multipel bisa terjadi dan harus mendapat perhatian

    khusus, hati-hati perdarahan bisa menjadi pencetus syok lainnya, seperti syok neurogenik.

    Tabel 4. Perdarahan & tanda-tandanya

    Perdarahan < 750 ml 750-1500 ml 1500-2000 ml >2000 ml

    CRT Normal memanjang memanjang memanjang

    Nadi < 100 > 100 > 120 > 140

    Tek. sistolik Normal Normal Menurun Menurun

    Nafas Normal 20-30 x/m > 30-40 x/m >35 x/m

    Kesadaran Sedikit cemas Agak cemas Cemas, bingung Bingung, lesu

    Penderita yang mengalami perdarahan, menghadapi dua masalah yaitu berapakah sisavolume darah yang beredar dan berapakah sisa eritrosit yang tersedia untuk mengangkut

    oksigen ke jaringan.

    Bila volume darah hilang 1/3, penderita akan meninggal dalam waktu beberapa jam.

    Penyebab kematian adalah syok progresif yang menyebabkan hipoksia jaringan. Hipovolemia

    menyebabkan beberapa perubahan :

    a. Vasokonstriksi organ sekunder (viscera, otot, kulit) untuk menyelamatkan organ

    primer (otak, jantung) dengan aliran darah yang tersisa.

    10

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    11/31

    b. Vasokonstriksi menyebabkan hipoksia jaringan, terjadi metabolisme anaerob dengan

    produk asam laktat yang menyebabkan asidosis asam laktat.

    c. Asidosis asam laktat menyebabkan perubahan-perubahan sekunder pada organ-organ

    primer dan organ-organ sekunder sehingga terjadi kerusakan merata,

    d. Pergeseran kompartemen cairan. Kehilangan darah dari intravaskular sampai 10%

    EBV tidak mengganggu volume sebesar yang hilang. Tetapi kehilangan yang lebih

    dari 25% atau bila terjadi syok/hipotensi maka sekaligus kompartemen interstitial dan

    intrasel ikut terganggu. Bila dalam terapi hanya diberikan sejumlah kehilangan

    plasma volume (intravaskular), penderita masih mengalami defisit yang menyebabkan

    syoknya irreversibel dan berakhir kematian.7

    Dalam keadaan normal, jumlah oksigen yang tersedia untuk jaringan adalah:

    (cardiac outputx saturasi O2 x kadar Hb x 1,34) + (cardiac outputx pO2 x 0,003)

    Unsur cardiac output x pO2 x 0,003 karena hasilnya kecil dapat diabaikan, maka

    tampak bahwa persediaan oksigen untuk jaringan tergantung pada curah jantung / cardiac

    output, saturasi O2 dan kadar Hb. Karena kebutuhan oksigen tubuh tidak dapat dikurangi

    kecuali dengan hipotermia atau anestesi dalam, maka jika eritrosit hilang, total Hb berkurang,curah jantung harus naik agar penyediaan oksigen jaringan tidak terganggu. Pada orang

    normal dapat menaikkan curah jantung hingga 3 x normal dengan cepat, asalkan volume

    sirkulasi cukup (normovolemia). Faktor Hb dan saturasi O2 jelas tidak dapat naik.

    Hipovolemia yang terjadi akan mematahkan kompensasi dari curah jantung. Dengan

    mengembalikan volume darah yang telah hilang dengan apa saja asal segera normovolemia,

    maka curah jantung akan mampu berkompensasi. Jika Hb turun sampai tinggal 1/3, tetapi

    curah jantung dapat naik sampai 3 x, maka penyediaan oksigen ke jaringan masih tetap

    normal. Pengembalian volume mutlak diprioritaskan daripada pengembalian eritrosit.

    2.5 Pengaruh Usia Pada Syok Hemoragik

    Tubuh akan mentoleransi syok hemoragik secara berbeda sesuai derajatnya dan pada

    keadaan tertentu sesuai dengan usia pasien. Pasien bayi dan usia lanjut akan sangat rentan

    terjadi gagal kompensasi saat tubuh kehilangan volume sirkulasi.

    11

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    12/31

    Pasien anak yang memiliki volume darah yang lebih sedikit dibandingkan orang dewasa

    sehingga secara proporsional persentase kehilangan darah dan volum sirkulasi juga akan

    jauh lebih besar. Anak dibawah 2 tahun pun fungsi ginjalnya belum sempurna, sehingga

    produksi konsentrat urin belum baik. Anak usia muda dalam mempertahankan volume

    sirkulasinya belum seefektif anak besar. berhati-hatilah akan bahaya koagulopati karena

    proporsi luas permukaan tubuh akan meningkat sesuai berat badannya dan membuat

    mudah kehilangan air lewat panas serta terjadinya hipotermia dini.

    Usia lanjut memiliki penurunan kondisi fisik dan kesehatan dalam mempertahankan

    kehilangan volum sirkulasi. Penyakit arterosklerosis dan penurunan elastin menyebabkan

    fungsi dinding arteri menurun, yang akan menurunkan kemampuan kompensasi

    kehilangan volume sirkulasi. Menurunnya aliran arteriolar pada jantung karena

    vasodilatasi dan penyakit angina atau infark akan membutuhkan oksigenasi tinggi otot

    jantung. Pada usia lanjut mekanisme takikardi untuk respons peningkatan curah jantung

    melemah karena turunnya rangsang beta-adrenergik dalam memacu sel miosit di nodul

    sinoatrial. Penggunaan obat-obat jantung juga akan mengurangi respons normal tubuh

    dalam mengkompensasi syok, terutama penggunaan obat golongan beta-blocker,

    nitrogliserin, ca-blocker, dan obat anti aritmia.

    Penurunan fungsi ginjal juga berkorelasi dengan bertambahnya usia serta kemampuan

    bersihan kreatinin (Creatinine Clearance) turun pada usia lanjut dibanding nilai kreatin

    normalnya. Kemampuan mengkonsentrat urin pun menurun karena sensitifitas terhadap

    ADH menurun. Semua gangguan pada jantung, pembuluh darah dan ginjal ini secara

    keseluruhan membuat tubuh gagal menjalankan mekanisme kompensasinya di saat

    kehilangan darah. Faktor komorbid lainnya pun perlu dipertimbangkan saat melakukan

    tatalaksana perdarahan pada usia lanjut.

    2.6 Penatalaksanaan Perdarahan

    Langkah awal dalam mengelola syok pada penderita trauma adalah mengetahui tanda-

    tanda klinisnya. Tidak ada tes laboratorium yang dapat mendiagnosis syok. Diagnosis awal

    didasarkan pada gejala dan tanda yang timbul akibat dari perfusi organ dan oksigenasijaringan yang tidak adekuat. Definisi syok sebagai ketidak-normalan dari sistem peredaran

    12

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    13/31

    darah yang mengakibatkan perfusi organ dan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat juga

    menjadi perangkat untuk diagnosis dan terapi.8

    Langkah kedua dalam pengelolaan awal terhadap syok adalah mencari penyebab

    syok, yang untuk penderita trauma berhubungan dengan mekanisme cedera. Kebanyakan

    penderita trauma akan mengalami syok hipovolemik.8

    Dokter yang bertanggung jawab terhadap penatalaksanaan penderita harus mulai

    dengan mengenal adanya syok. Terapi harus dimulai sambil mencari kemungkinan penyebab

    dari keadaan syok tersebut.8

    Diagnosis dan terapi syok harus dilakukan secara simultan. Untuk hampir semua

    penderita trauma, penanganan dilakukan seolah olah penderita menderita syok

    hipovolemik, kecuali bila ada bukti jelas bahwa keadaan syok disebabkan oleh suatu etiologi

    yang bukan hipovolemia. Prinsip pengelolaan dasar yang harus dipegang ialah

    menghentingan perdarahan dan mengganti kehilangan volume.8

    a. Pemeriksaan jasmani

    Pemeriksaan jasmaninya diarahkan lepada diagnosis cedera yang mengancam

    nyawa dan meliputi penilaian dari ABCDE. Mencatat tanda vital awal (baseline

    recordings) penting untuk memantau respons penderita terhadap terapi. Yang harus

    diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi urin, dan tingkat kesadaran. Pemeriksaan

    penderita yang lebih rinci akan menyusul bila keadaan penderita mengijinkan.8

    1) Airway danBreathing

    Prioritas pertama adalah menjamin airway yang paten dengan cukupnya

    pertukaran ventilasi dan oksigenasi. Diberikan tambahan oksigen untuk

    mempertahankan saturasi oksigen lebih dari 95%.8

    2) Circulation (Sirkulasi Kontrol Perdarahan)

    Termasuk dalam prioritas adalah mengendalikan perdarahan yang jelas terlihat

    terlihat, memperoleh akses intravena yang cukup, dan menilai perfusi jaringan.

    Perdarahan dari luka di permukaan tubuh (eksternal) biasanya dapat dikendalikan

    dengan tekanan langsung pada tempat perdarahan. Cukupnya perfusi jaringan

    13

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    14/31

    menentukan jumlah cairan resusitasi yang diperlukan. Mungkin diperlukan operasi

    untuk dapat mengendalikan perdarahan internal.8

    3) Disability (Pemeriksaan neurologis)

    Dilakukan pemeriksaan neurologis singkat untuk menentukan tingkat

    kesadaran, pergerakana mata dan respons pupil, fungsi motorik dan sensorik.

    Informasi ini bermanfaat dalam menilai perfusi otak, mengikuti perkembangan

    kelainan neurologi dan meramalkan pemulihan. Perubahan fungsi sistem saraf sentral

    tidak selalu disebabkan cedera intrakranial tetapi mungkin mencerminkan perfusi otak

    yang kurang. Pemulihan perfusi dan oksigenasi otak harus dicapai sebelum penemuan

    tersebut dapat dianggap berasal dari cedera intrakranial.8

    4) Exposure (Pemeriksaan Tubuh Lengkap)

    Setelah mengurus prioritas-prioritas untuk menyelamatkan jiwanya, penderita

    harus ditelanjangi dan diperiksa dari ubun-ubun sampai ke jari kaki sebagai bagian

    dari mencari cedera. Bila menelanjangi penderita, sangat penting dilakukan tindakan

    untuk mencegah hipotermia. Pemakaian penghangat cairan, maupun cara-cara

    penghangatan internal maupun eksternal sangat bermanfaat dalam mencegah

    hipotermia.8

    5) Dilatasi lambung Dekompresi

    Dilatasi lambung sering terjadi pada penderita trauma, khususnya pada anak-

    anak, dan dapat mengakibatkan hipotensi dan disritmia jantung yang tidak dapat

    diterangkan, biasanya berupa bradikardi dari stimulasi saraf vagus yang berlebihan.

    Distensi lambung membuat terapi syok menjadi sulit. Pada penderita yang tidak sadar,

    distensi lambung membesarkan risiko aspirasi isi lambung, ini merupakan suatu

    komplikasi yang bisa menjadi fatal. Dekompresi lambung dilakukan dengan

    memasukkan selang/pipa kedalam perut melalui hidung atau mulut dan memasangnya

    pada penyedot untuk mengeluarkan isi lambung. Namun, walaupun penempatan pipa

    sudah baik, masih ada kemungkinan terjadi aspirasi.8

    6) Pemasangan kateter urin

    Kateterisasi kandung kencing memudahkan penilaian urin akan adanya

    hematuria dan evaluasi dari perfusi ginjal dengan memantau produksi urin.8

    b. Akses pembuluh darah

    14

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    15/31

    Harus segera didapat akses ke sistem pembuluh darah. Ini paling penting

    dilakuakan dengan memasukkan dua kateter intravenaukuran besar sebelum

    dipertimbangkan jalur vena sentral.8

    c. Terapi awal cairan

    Larutan elektrolit isotonik digunakan untuk resusitasi awal. Jenis cairan ini

    mengisi intravaskular dalam waktu singkat dan juga menstabilkan volume vaskular

    dengan cara menggantikan cairan berikutnya ke dalam ruang interstitial dan intraselular.

    Larutan ringer laktat adalah cairan pilihan pertama. NaCl fisiologis adalah pilihan kedua.

    Walupun NaCl fisiologis merupakan pengganti yang baik namun cair ini memiliki

    potensi untuk terjadinya asidosis hiperkloremik. Kemungkinan ini bertambah besar bila

    fungsi ginjalnya kurang baik. Pada saat awal, cairan hangat diberikan dengan tetesan

    cepat sebagai bolus. Dosis awal adalah 1 sampai 2 liter pada dewasa dan 20 ml/kg pada

    anak. Respons penderita terhadap pemberian cairan ini dipantau, dan keputusan

    pemeriksaan diagnostik atau terapi lebih lebih lanjut akan tergantung pada respons ini.8

    Jumlah cairan dan darah yang diperlukan untuk resusitasi sukar diramalkan pada

    evaluasi awal penderita. Perkiraan kehilangan cairan dan darah, dapat dilihat cara

    menentukan jumlah cairan dan darah yang mungkin diperlukan oleh penderita.

    Perhitungan kasar untuk jumlah total volume kristaloid yang secara akut diperlukan

    adalah mengganti setiap mililiter darah yang hilang dengan 3 ml cairan kristaloid,

    sehingga memungkinkan resusitasi volume plasma yang hilang kedalam ruang interstitial

    dan intraselular. Ini dikenal sebagai hukum 3 untuk 1 (3 for 1 rule). Namun lebih

    penting untuk menilai respons penderita kepada resusitasi cairan dan bukti perfusi dan

    oksigenasi end-organ yang memadai, misalnya keluaran urin, tingkat kesadaran dan

    perfusi perifer. Bila, sewaktu resusitasi, jumlah cairan yang diperlukan untuk

    memulihkan atau mempertahankan perfusi organ jauh melebihi perkiraan tersebut, maka

    diperlukan penilaian ulang yang teliti dan perlu mencari cedera yang belum diketahui

    atau penyebab lain untuk syok.8

    Penderita datang dengan perdarahan

    15

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    16/31

    Pasang infus jarum besar Catat tekanan darah, nadi, ambil

    ambil sampel darah perfusi, (produksi urin)

    Ringer Laktat atau NaCl 0,9%

    20ml/kgBB cepat, ulangi.

    1000-2000 ml dalam 1 jam

    Hemodinamik baik Hemodinamik buruk

    - Tekanan sistolik 100, nadi 100,

    - Perfusi hangat, kering, Teruskan cairan

    - Urin ml/kg/jam 2-4 x estimated loss

    Hemodinamik baik Hemodinamik buruk

    A B C

    Pada kasus A, infus dilambatkan dan biasanya transfusi tidak diperlukan. Pada kasus

    B, jika hemoglobin kurang dari 8 gr/dL atau hematokrit kurang dari 25%, transfusi sebaiknya

    diberikan. Tetapi seandainya akan dilakukan pembedahan untuk menghentikan suatu

    perdarahan, transfusi dapat ditunda sebentar sampai sumber perdarahan terkuasai dulu. Pada

    kasus C, transfusi harus segera diberikan. Ada tiga kemungkinan penyebab yaitu perdarahan

    masih berlangsung terus (continuing loss), syok terlalu berat, hipoksia jaringan terlalu lama

    dan anemia terlalu berat, sehingga terjadi hipoksia jaringan.7

    Pada jam pertama setelah perdarahan, apabila diukur Hb atau Ht, hasil yang

    diperoleh mungkin masih normal. Harga Hb yang benar adalah hasil yang diukur setelahpenderita kembali normovolemia dengan pemberian cairan. Penderita dalam keadaan

    anestesi, dengan nafas buatan atau dengan hipotermia, dapat mentolerir hematokrit 10 15%.

    Tetapi pada penderita biasa, sadar, dan dengan nafas sendiri, memerlukan Hb 8 gr/dL atau

    lebih agar cadangan kompensasinya tidak terkuras habis.7

    2.7 Jumlah Perdarahan Dan Penanganannya

    16

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    17/31

    Untuk mengetahui jumlah volume darah seseorang, biasanya digunakan patokan berat

    badan. Walau dapat bervariasi, volume darah orang dewasa adalah kira-kira 7% dari berat

    badan. Dengan demikian laki-laki yang berat 70 kg, mempunyai volume darah yang beredar

    kira-kira 5 liter. Bila penderita gemuk maka volume darahnya diperkirakan berdasarkan

    berdasarkan berat badan idealnya, karena bila kalkulasi didasarkan berat badan sebenarnya,

    hasilnya mungkin jauh di atas volume sebenarnya. Volume darah anak-anak dihitung 8%

    sampai 9% dari berat badan (80-90 ml/kg).8

    Lebih dahulu dihitung EBV (Estimated Blood Volume) penderita, 65 70 ml/kg berat

    badan. Kehilangan sampai 10% EBV dapat ditolerir dengan baik. Kehilangan 10% - 30%

    EBV memerlukan cairan lebih banyak dan lebih cepat. Kehilangan lebih dari 30% - 50%

    EBV masih dapat ditunjang untuk sementara dengan cairan saja sampai darah transfusi

    tersedia. Total volume cairan yang dibutuhkan pada kehilangan lebih dari 10% EBV berkisar

    antara 2 4 x volume yang hilang.7

    Perkiraan volume darah yang hilang dilakukan dengan kriteria Traumatic Status dari

    Giesecke. Dalam waktu 30 sampai 60 menit susudah infusi, cairan Ringer Laktat akan

    meresap keluar vaskular menuju interstitial. Demikian sampai terjadi keseimbangan baru

    antara Volume Plasma/Intravascular Fluid (IVF) dan Interstitial Fluid (ISF). Ekspansi ISF

    ini merupakan interstitial edema yang tidak berbahaya. Bahaya edema paru dan edema otak

    dapat terjadi jika semula organ-organ tersebut telah terkena trauma. 24 jam kemudian akan

    terjadi diuresis spontan. Jika keadaan terpaksa, diuresis dapat dipercepat lebih awal dengan

    furosemid setelah transfusi diberikan.7

    Pada bayi dan anak yang dengan kadar hemoglobin normal, kehilangan darah

    sebanyak 10-15% volume darah, karena tidak memberatkan kompensasi badan, maka cukup

    diberi cairan kristaloid atau koloid, sedangkan diatas 15% perlu transfusi darah karena ada

    gangguan pengangkutan oksigen. Sedangkan untuk orang dewasa dengan kadar hemoglobin

    normal angka patokannya ialah 20%. Kehilangan darah sampai 20% ada gangguan faktor

    pembekuan. Cairan kristaloid untuk mengisi ruang intravaskular diberikan sebanyak 3 kali

    lipat jumlah darah yang hilang, sedangkan koloid diberikan dengan jumlah sama.8,9

    Transfusi darah umumnya 50% diberikan pada saat perioperatif dengan tujuan untuk

    menaikkan kapasitas pengangkutan oksigen dan volume intravaskular. Kalau hanya

    17

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    18/31

    menaikkan volume intravaskular saja cukup dengan koloid atau kristaloid. Indikasi transfusi

    darah antara lain:

    1. Perdarahan akut sampai Hb < 8 gr/dL atau Ht < 30%. Pada orang tua, kelainan paru,

    kelainan jantung Hb < 10 gr/dL.

    2. Bedah mayor kehilangan darah > 20% volume darah.9

    Tabel 5. Traumatic status dari Giesecke

    Tanda TS I TS II TS III

    Sesak nafas - Ringan ++

    Tekanan darah N Turun Tak teratur

    Nadi Cepat Sangat cepat Tak teraba

    Urin N Oliguria Anuria

    Kesadaran N Disorientasi / Koma

    Gas darah N pO2 / pCO2 pO2 / pCO2

    CVP N Rendah Sangat rendah

    Blood loss % EBV Sampai 10% Sampai 30% Lebih 50%

    18

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    19/31

    Tabel 6. Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah

    Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

    Kehilangan darah (ml) Sampai 750 750 - 1500 1500 - 2000 >2000

    Kehilangan darah (% volume

    darah)

    Sampai 15% 15% - 30% 30% - 40% >40%

    Denyut nadi 100 >120 >140

    Tekanan darah Normal Normal Menurun Menurun

    Tekanan nadi Normal /

    Frekuensi pernapasan 14-20 20 -30 30-40 >35

    Produksi urin (ml/jam) >30 20-30 5-15

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    20/31

    Gejala klinis termasuk takikardi, takipnoe, dan penurunan tekanan nadi. Penurunan

    tekanan nadi ini terutama berhubungan dengan peningkatan dalam komponen

    diastolik karena bertambahnya katekolamin yang beredar. Zat inotropik ini

    menghasilkan peningkatan tonus dan resistensi pembuluh darah perifer. Tekanan

    sistolik hanya berubah sedikit pada syok yang dini karena itu penting untuk lebih

    mengandalkan evaluasi tekanan nadi daripada tekanan sistolik. Penemuan klinis yang

    lain yang akan ditemukan pada tingkat kehilangan darah ini meliputi perubahan

    sistem syaraf sentral yang tidak jelas seperti cemas, ketakutan atau sikap permusuhan.

    Walau kehilangan darah dan perubahan kardiovaskular besar, namun produksi urin

    hanya sedikit terpengaruh. Aliran air kencing biasanya 20-30 ml/jam untuk orang

    dewasa. Kehilangan cairan tambahan dapat memperberat manifestasi klinis dari

    jumlah kehilangan darah ini.

    3. Perdarahan Kelas III (Kehilangan volume darah 30% - 40%)

    Akibat kehilangan darah sebanyak ini dapat sangat parah. Penderita hampir selalu

    menunjukkan tanda klasik perfusi yang tidak adekuat, termasuk takikardi dan

    takipnue yang jelas, perubahan penting dalam status mental, dan penurunan tekanan

    darah sistolik. Dalam keadaan yang tidak berkomplikasi, inilah jumlah kehilangan

    darah paling kecil yang selalu menyebabkan tekanan sistolik menurun. Penderita

    dengan kehilangan darah tingkat ini hampir selalu memerlukan tranfusi darah.

    Keputusan untuk memberi tranfusi darah didasarkan atas respons penderita terhadap

    resusitasi cairan semula dan perfusi dan oksigenisasi organ yang adekuat.

    4. Perdarahan Kelas IV (Kehilangan volume darah lebih dari 40%)

    Dengan kehilangan darah sebanyak ini, jiwa penderita terancam. Gejala-gejalanya

    meliputi takikardi yang jelas, penurunan tekanan darah sistoluk yang cukup besar, dan

    tekanan nadi yang sangat sempit. Produksi urin hampir tidak ada, dan kesadaran jelas

    menurun. Pada kulit terlihat pucat dan teraba dingin. Penderita ini sering kali

    memerlukan tranfusi cepat dan intervensi pembedahan segera. Kehilangan lebih dari

    50% volume darah penderita mengakibatkan ketidaksadaran, kehilangan denyut nadi

    dan tekanan darah.8

    20

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    21/31

    2.8 Evaluasi Resusitasi Cairan dan Perfusi Organ

    Tanda-tanda dan gejala-gejala perfusi yang tidak memadai, yang digunakan untuk

    diagnosis syok, dapat juga digunakan untuk menentukan respons penderita. Pulihnya tekanan

    darah ke normal, tekanan nadi dan denyut nadi merupakan tanda positif yang menandakan

    bahwa perfusi sedang kembali ke normal. Walaupun begitu, pengamatan tersebut tidak

    memberikan informasi tentang perfusi organ. Perbaikan pada status sistem saraf sentral dan

    peredaran kulit adalah bukti penting mengenai peningkatan perfusi, tetapi kualitasnya sukar

    ditentukan.8

    Tabel 7. Jenis Respons Penderita terhadap Resusitasi Cairan Awal

    RESPONS

    CEPAT

    RESPONS

    SEMENTARA

    TANPA

    RESPONS

    Tanda vital Kembali ke normal Perbaikan sementara,

    tensi dan nadi kembali

    turun

    Tetap abnormal

    Dugaan kehilangan

    darah

    Minimal

    (10 - 20%)

    Sedang, masih ada

    (20 - 40%)

    Berat

    (> 40%)

    Kebutuhankristaloid

    Sedikit Banyak Banyak

    Kebutuhan darah Sedikit Sedang-banyak Segera

    Persiapan darah Specific type dan

    crossmatch

    Specific type Emergensi

    Operasi Mungkin Sangat mungkin Hampir pasti

    Kehadiran dini ahli

    bedah

    Perlu Perlu Perlu

    Jumlah produksi urin merupakan indikator yang cukup sensitif untuk perfusi ginjal.

    Produksi urin yang normal pada umumnya menandakan aliran darah ginjal yang cukup, bila

    tidak dimodifikasi oleh pemberian obat diuretik. Sebab itu, keluaran urin merupakan salah

    satu dari pemantauan utama resusitasi dan respons penderita. 8

    Dalam batas tertentu, produksi urin dapat digunakan sebagai pemantau aliran darah

    ginjal. Penggantian volume yang memadai seharusnya menghasilkan keluaran urin sekitar 0,5

    21

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    22/31

    ml/kgBB/jam pada orang dewasa, 1 ml/kgBB/jam pada anak-anak dan 2 ml/kgBB/jam untuk

    bayi (di bawah umur 1 tahun). Bila kurang, atau makin turunnya produksi urin dengan berat

    jenis yang naik, maka ini menandakan resusitasi yang tidak cukup. Keadaan ini menuntut

    ditambahnya penggantian volume dan usaha diagnostik.8

    Respons penderita kepada resusitasi cairan awal merupakan kunci untuk menentukan

    terapi berikutnya. Setelah membuat diagnosis dan rencana sementara berdasarkan evaluasi

    awal dari penderita, dokter sekarang dapat mengubah pengelolaannya berdasarkan respons

    penderita pada resusitasi cairan awal. Dengan melakukan observasi terhadap respons

    penderita pada resusitasi awal dapat diketahui penderita yang kehilangan darahnya lebih

    besar dari yang diperkirakan, dan perdarahan yang berlanjut dan memerlukan pengendalian

    perdarahan internal melalui operasi. Dengan resusitasi di ruang operasi dapat dilakukan

    kontrol langsung terhadap perdarahan oleh ahli bedah dan dilakukan pemulihan volume

    intravaskular secara simultan. Resusitasi di ruang operasi juga membatasi kemungkinan

    transfusi berlebihan pada orang yang status awalnya tidak seimbang jumlah kehilangan darah.

    Adalah penting untuk membedakan penderita dengan hemodinamik stabil dengan

    hemodinamik normal. Penderita yang hemodinamik stabil mungkin tetap ada takikardi,

    takipneu, dan oliguri, dan jelas masih tetap kurang diresusitasi dan masih syok. Sebaliknya,

    penderita yang hemodinamik normal adalah yang tidak menunjukkan tanda perfusi jaringanyang kurang memadai. Pola respons yang potensial dapat dibahas dalam tiga kelompok:

    respons cepat, respons sementara, respons minimum atau tidak ada pada pemberian cairan. 8

    a. Respons cepat

    Penderita kelompok ini cepat memberi respons kepada bolus cairan awal dan tetap

    hemodinamik normal setelah bolus cairan awal selesai dan cairan kemudian diperlambat

    sampai kecepatan rumatan/maintenance. Penderita seperti ini biasanya kehilangan volume

    darah minimum. Untuk kelompok ini tidak ada indikasi bolus cairan tambahan atau

    pemberian darah lebih lanjut. Jenis darahnya dan crossmatch nya tetap dikerjakan. Konsultasi

    dan evaluasi pembedahan diperlukan selama penilaian dan terapi awal, karena intervensi

    operatif mungkin masih diperlukan.8

    b. Respons sementara

    22

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    23/31

    Kelompok yang kedua adalah penderita yang berespons terhadap pemberian cairan,

    namun bila tetesan diperlambat hemodinamik penderita menurun kembali karena kehilangan

    darah yang masih berlangsung, atau resusitasi yang tidak cukup. Jumlah kehilangan darah

    pada kelompok ini adalah antara 20 - 40% volume darah. Pemberian cairan pada kelompok

    ini harus diteruskan, demikian pula pemberian darah. Respons terhadap pemberian darah

    menentukan penderita mana yang memerlukan operasi segera.8

    c. Respons minimal atau tanpa respons

    Walaupun sudah diberikan cairan dan darah cukup, kondisi hemodinamik pasien tetap

    buruk dengan respons minimal atau tanpa respons, ini menandakan perlunya operasi segera.

    Walaupun sangat jarang, namun harus tetap diwaspadai kemungkinan syok non-hemoragik

    seperti tamponade jantung atau kontusio miokard. Kemungkinan adanya syok non-hemoragik

    harus selalu diingat pada kelompok ini.8

    2.9 Jenis Cairan Intravena

    Ada 4 pilihan pokok yang selama bertahun tahun menjadi perbantahan sengit, yaitu:

    a. Transfusi darah

    Ini adalah pilihan pokok apabila terdapat donor yang cocok. Hemodilusi dengan

    cairan tidak bertujuan meniadakan transfusi, tetapi mempertahankan hemodinamik dan

    perfusi yang baik sementara darah donor tetap perlu ditransfusikan dalam memberikan

    koreksi defisit cairan ekstraselular (ECF). Bila darah golongan yang sesuai tidak tersedia,

    dapat digunakan universal donor yaitu golongan O dengan titer anti A rendah (Rh negatif)

    atau Packed Red Cell-O. Sebaiknya darah universal ini selalu tersedia di UGD. 7

    b.Plasma Expander

    Cairan koloid ini mempunyai nilai onkotik yang tinggi (dextran, gelatin, hydroxy-

    ethyl starch) sehingga mempunyai volume effect lebih baik dan tinggal lebih lama di

    intravaskular. Namun, sayangnya defisit ECF tidak dapat dikoreksi oleh plasma expander.

    Selain itu, dari segi harga, plasma expander jauh lebih mahal daripada Ringer Laktat (kira-

    kira 10x lipat lebih mahal). Reaksi anaphylactoid dapat terjadi, baik karena dextran maupun

    gelatin (0,03 - 0,08% pemberian). Reaksi ini dapat terjadi disertai dengan syok, yang

    memerlukan adrenalin untuk mengatasinya. Apabila tidak segera ditangani dengan baik dantepat, reaksi ini dapat berakhir fatal. Dextran juga menyebabkan gangguan pada crossmatch

    23

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    24/31

    darah dan pada dosis lebih dari 10 - 15 ml/kgBB akan menyebabkan gangguan pembekuan

    darah.7

    c. Albumin

    Albumin 5% ataupun Plasma Protein Fraction adalah alternatif yang baik dari segi

    volume effect. Tetapi harganya sangat mahal, sekitar 70x lipat dari harga Ringer Laktat untuk

    mendapatkan volume effectyang sama.7

    d. Ringer Laktat atau NaCl 0,9%

    Cairan ini paling mirip komposisinya dengan cairan ECF. Meskipun pemberian infus

    IVF diikuti perembesan, namun akhirnya tercapai keseimbangan juga setelah cairan

    interstitial/ISF jenuh. Cairan lain seperti Dextrose dan NaCl 0,45% tidak dapat digunakan.7

    Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau dextrosa, tidak

    mengandung molekul besar. Kristaloid dalam waktu singkat sebagian besar akan keluar dari

    intravaskular, sehingga volume yang diberikan harus lebih banyak (2,5-4 kali) dari volume

    darah yang hilang. Kristaloid mempunyai waktu paruh intravaskular 20-30 menit. Ekspansi

    cairan dari ruang intravaskular ke interstisial berlangsung selama 30-60 menit sesudah infus

    dan akan keluar dalam 24 - 48 jam sebagai urin.

    Secara umum kristaloid digunakan untukmeningkatkan volume ekstrasel dengan atau tanpa peningkatan volume intrasel.10

    Tabel 8. Berbagai Cairan Kristaloid10

    Cairan Na+

    (mEq/L)

    K+

    (mEq/L)

    Cl-

    (mEq/L)

    Ca++

    (mEq/L)

    HCO3

    (mEq/L)

    Tekanan

    Osmotik

    (mOsm/L)

    Ringer

    Laktat

    130 4 190 3 28* 273

    Ringer

    As

    et

    at

    130 4 109 3 28# 273

    NaCl

    0,9%

    154 0 0 0 0 308

    24

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    25/31

    *sebagai laktat

    # sebagai asetat

    Cairan kristaloid cukup baik untuk terapi syok hipovolemik. Keuntungan cairan

    kristaloid antara lain mudah tersedia, murah, mudah dipakai, tidak menyebabkan reaksi alergi

    dan sedikit efek samping. Kelebihan cairan kristaloid pada pemberian dapat berlanjut dengan

    edema seluruh tubuh sehingga pemakaian berlebih perlu dicegah.11

    Larutan NaCl isotonis dianjurkan untuk penanganan awal syok hipovolemik dengan

    hiponatremia, hipokhloremia atau alkalosis metabolik. Larutan RL adalah larutan isotonis

    yang paling mirip dengan cairan ekstraselular. RL dapat diberikan dengan aman dalam

    jumlah besar kepada pasien dengan kondisi seperti hipovolemia dengan asidosis metabolik,

    kombustio dan sindroma syok. NaCl 0,45% dalam larutan Dextrose 5% digunakan sebagai

    cairan sementara untuk mengganti kehilangan cairan insensibel.7

    Ringer Asetat memiliki profil serupa dengan Ringer Laktat. Tempat metabolisme

    laktat terutama adalah hati dan sebagian kecil pada ginjal, sedangkan asetat dimetabolisme

    pada hampir seluruh jaringan tubuh dengan otot sebagai tempat terpenting. Penggunaan

    Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi patut diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi

    hati berat seperti sirosis hati dan asidosis laktat. Adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat

    membahayakan pasien sakit berat karena dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat.6

    Jenis cairan berdasarkan tujuan terapi:

    1. Cairan rumatan (maintenance).

    Bersifat hipotonis: konsentrasi partikel terlarut kurang dari konsentrasi cairan

    intraselular/Intracellular Fluid(ICF); menyebabkan air berdifusi ke dalam sel. Tonisitas

    < 270 mOsm/kg; misal: Dekstrosa 5%, Dekstrosa 5% dalam Saline / NaCl 0,22%

    2. Cairan pengganti (resusitasi, substitusi)

    Bersifat isotonis: konsentrasi partikel terlarut = ICF; tidak ada perpindahan cairan

    melalui membran sel semipermeabel. Tonisitas 275 295 mOsm/kg; misal : NaCl 0,9%,

    Ringer Laktat, koloid

    3. Cairan khusus

    25

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    26/31

    Bersifat hipertonis: konsentrasi partikel terlarut > ICF; menyebabkan air keluar

    dari sel, menuju daerah dengan konsentrasi lebih tinggi. Tonisitas > 295 mOsm/kg;

    misal: NaCl 3 %, Manitol, Natrium-bikarbonat, Natrium laktat hipertonik.

    2.10 Penyulit

    Penyulit akibat pemberian cairan dapat terjadi pada jantungnya sendiri, pada proses

    metabolisme atau pada paru.7

    Dekompensasi jantung

    Dekompensasi ditandai oleh kenaikan PCWP (Pulmonary Capillary Wedge

    Pressure). Bahaya terjadinya dekompensasi jantung sangat kecil, kecuali pada jantung yang

    sudah sakit sebelumnya. Pada pemberian koloid dapat mengalami kenaikan PCWP 50% yang

    potensial akan mengalami dekompensasi jantung.7

    Edema paru

    Adanya edema paru dapat dinilai antara lain dengan meningkatnya rasio Qs/Qt.

    Pemberian koloid yang diharapkan tidak merembes keluar IVF ternyata mengalami

    kenaikkan Qs/Qt yang sama yaitu 16 + 1%. Akibat pengenceran darah, terjadi transient

    hypoalbuminemia 2,5 0,1 mg% dari sebelumnya sebesar 3,5 0,1 mg%. Penurunan

    albumin ini diikuti penurunan tekanan onkotik plasma dari 21 + 0,4 menjadi 13 + 1,0.

    Penurunan selisih tekanan COP PCWP tidak selalu menyebabkan edema. Giesecke

    memberi batasan bahwa kadar albumin terendah yang masih aman adalah 2,5 mg%. Kalau

    albumin perlu dinaikkan, pemberian infus albumin 20 25% dapat diberikan dengan tetesan

    lambat 2 jam/100 ml. Dosis ini akan menaikkan kadar 0,25 -0,50 mg%.7

    Jika masih terjadi edema paru, berikan furosemid, 1 - 2mg/kg. Gejala sesak nafas

    akan berkurang setelah urin keluar 1000 - 2000 ml. Lakukan digitalisasi atau berikan

    dopamin drip 5 10 microgram/kgBB/menit. Sebagai terapi simptomatik berikan oksigen,

    atau bila diperlukan mendesak lakukan nafas buatan + PEEP. Insiden dari pulmonary

    insufficiency post resusitasi cairan adalah 2,1%.7

    Asidosis asam laktat

    26

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    27/31

    Pemberian Ringer Laktat tidak dapat menambah buruk asidosis asam laktat karena

    syok. Asam laktat dirubah hepar menjadi bikarbonat yang menetralisir asidosis metabolik

    pada syok. Perbaikan sirkulasi akibat pemberian volume justru menurunkan laktat darah

    karena perbaikan transport oksigen ke jaringan, metabolisme aerobik bertambah.7

    Gangguan hemostasis

    Gangguan karena pengenceran ini mungkin terjadi jika hemodilusi sudah mencapai

    1,5 x EBV. Faktor pembekuan yang terganggu adalah trombosit. Pemberian Fresh Frozen

    Plasma tidak berguna karena tidak mengandung trombosit, sedangkan faktor V dan VIII

    dibutuhkan dalam jumlah sedikit (5 - 30 % normal). Trombosit dapat diberikan sebagai fresh

    blood, platelet rich plasma atau thrombocyte concentrate dengan masa simpan kurang dari 6

    jam pada suhu 40C. Untuk hemostasis yang baik diperlukan kadar trombosit 100.000 per

    mm3. Dextran juga dapat menimbulkan gangguan jika dosis melebihi 10 ml/kgBB.7

    27

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    28/31

    BAB III

    KESIMPULAN

    Syok hemoragik (hipovolemik): disebabkan kehilangan akut dari darah atau cairantubuh.

    Cairan di tubuh manusia terdiri dari cairan intraselular dan cairan ekstraselular terbagi

    dalam:

    Cairan intravaskular

    Cairan interstisial

    Cairan transelular

    Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membran semipermeabel

    dari larutan dengan kadar rendah menuju larutan dengan kadar tinggi sampai

    kadarnya sama.

    Difusi adalah peristiwa bergeraknya molekul melalui pori-pori. Larutan akan bergerak

    dari yang berkonsentrasi tinggi menuju konsentrasi rendah.

    Perpindahan air dan zat terlarut di bagian tubuh menggunakan mekanisme transpor

    pasif dan aktif.

    Hipovolemia menyebabkan beberapa perubahan :

    Vasokonstriksi organ sekunder (viscera, otot, kulit) untuk menyelamatkan

    organ primer (otak, jantung) dengan aliran darah yang tersisa.

    Vasokonstriksi menyebabkan hipoksia jaringan, terjadi metabolism anaerobik

    dengan produk asam laktat yang menyebabkan asidosis asam laktat.

    Asidosis asam laktat menyebabkan perubahan-perubahan sekunder pada

    organ-organ primer dan organ-organ sekunder sehingga terjadi kerusakan

    merata.

    Pergeseran kompartemen cairan. Kehilangan darah dari intravaskular sampai

    10% EBV tidak mengganggu volume sebesar yang hilang. Tetapi kehilangan

    yang lebih dari 25% atau bila terjadi syok/hipotensi maka sekaligus

    kompartemen interstitial dan intrasel ikut terganggu.

    28

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    29/31

    Tabel Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah Berdasarkan Persentasi

    Penderita Semula

    Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

    Kehilangan Darah (ml) Sampai 750 750-1500 1500-2000 >2000

    Kehilangan Darah (%volume

    darah)

    Sampai 15% 15%-30% 30%-40% >40%

    Denyut nadi 100 >120 >140

    Tekanan Darah Normal Normal Menurun Menurun

    Tekanan Nadi Normal/

    Frekuensi pernapasan 14-20 20 -30 30-40 >35

    Produksi Urin (ml/jam) >30 20-30 5-15

  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    30/31

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Krausz, Michael M; 2006; Initial Resuscitation of Hemorrhagic Shock; Israel :

    Department of Surgery A, Rambam Medical Center, and the Technion-IsraelInstitute of Technology, P.O.B 9602, Haifa 31096; Diunduh dari :

    http://www.wjes.org/content/1/1/14

    2. Leksana, Ery; 2010; Terapi Cairan dan Darah; Semarang; SMF/Bagian Anestesiologi

    dan Terapi Intensif, RSUP Dr. Kariadi / Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro;

    Diunduh dari :

    http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/27_177Terapicairandandarah.pdf/27_177Terapicai

    randandarah.pdf

    3. Heitz U, Horne MM. Fluid; 2005;Electrolyte and Acid Base Balance. 5th ed. Missouri:Elsevier-mosby;.p3-227; Dikutip dari : Hartanto, Widya W; 2007; Terapi Cairan dan

    Elektrolit Perioperatif; Bandung; Bagian Farmakologi Klinik Dan Terapeutik Fakultas

    Kedokteran Universitas Padjadjaran; Diunduh dari :

    http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/Cairan%20dan

    %20Elektrolit%20Perioperatif2.pdf

    4. Guyton AC, Hall JE; 1997; Textbook of Medical Physiology. 9th ed. Pennsylvania:

    W.B.Saunders company;: 375-393; Dikutip dari : Hartanto, Widya W; 2007; Terapi

    Cairan dan Elektrolit Perioperatif; Bandung; Bagian Farmakologi Klinik Dan

    Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran; Diunduh dari :http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/Cairan%20dan

    %20Elektrolit%20Perioperatif2.pdf

    5. Hartanto, Widya W; 2007; Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif; Bandung; Bagian

    Farmakologi Klinik Dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran;

    Diunduh dari :

    http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/Cairan%20dan

    %20Elektrolit%20Perioperatif2.pdf

    6. Udeani; John; 2010; Hemorrhagic Shock; New York: Department of EmergencyMedicine, Charles Drew University/ UCLA School of Medicine; Diunduh dari :

    http://www.scribd.com/doc/19834799/ Hemorrhagic-Shock

    7. Wirjoatmodjo, Karjadi; 2000; Anestesiologi dan Reanimasi Modul Dasar untuk

    Pendidikan S1 Kedokteran; Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen

    Pendidikan Nasional

    8. Steven, Parks N; 2004; Advanced Trauma Life Support (ATLS) For Doctors; Jakarta :

    Ikatan Ahli Bedah Indonesia (IKABI).

    30

    http://www.wjes.org/content/1/1/14http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/27_177Terapicairandandarah.pdf/27_177Terapicairandandarah.pdfhttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/27_177Terapicairandandarah.pdf/27_177Terapicairandandarah.pdfhttp://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/Cairan%20dan%20Elektrolit%20Perioperatif2.pdfhttp://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/Cairan%20dan%20Elektrolit%20Perioperatif2.pdfhttp://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/Cairan%20dan%20Elektrolit%20Perioperatif2.pdfhttp://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/Cairan%20dan%20Elektrolit%20Perioperatif2.pdfhttp://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/Cairan%20dan%20Elektrolit%20Perioperatif2.pdfhttp://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/Cairan%20dan%20Elektrolit%20Perioperatif2.pdfhttp://www.scribd.com/doc/19834799/Hemorrhagic-Shockhttp://www.wjes.org/content/1/1/14http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/27_177Terapicairandandarah.pdf/27_177Terapicairandandarah.pdfhttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/27_177Terapicairandandarah.pdf/27_177Terapicairandandarah.pdfhttp://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/Cairan%20dan%20Elektrolit%20Perioperatif2.pdfhttp://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/Cairan%20dan%20Elektrolit%20Perioperatif2.pdfhttp://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/Cairan%20dan%20Elektrolit%20Perioperatif2.pdfhttp://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/Cairan%20dan%20Elektrolit%20Perioperatif2.pdfhttp://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/Cairan%20dan%20Elektrolit%20Perioperatif2.pdfhttp://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/Cairan%20dan%20Elektrolit%20Perioperatif2.pdfhttp://www.scribd.com/doc/19834799/Hemorrhagic-Shock
  • 7/23/2019 69377052 Terapi Cairan Syok Hemoragik Referat Anestesi (3)

    31/31

    9. Latief, Said A, dkk; 2002; Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi kedua: Dikutip dari:

    Transfusi Darah pada Pembedahan; Jakarta, Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif

    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

    10. Mulyono, I., Jenis-jenis Cairan, dalam Symposium of Fluid and Nutrition Therapy in

    Traumatic Patients, Bagian Anestesiologi FK UI/RSCM, Jakarta.

    11. Martin, Gregory S, MD, MS.An Update on Intravenous Fluids. 2005. Diunduh dari :

    h ttp://cme.medscape.com/viewar ticle/503138

    http://cme.medscape.com/viewarticle/503138http://cme.medscape.com/viewarticle/503138