66554416-keracunan-pestisida

24
1 Tugas Akhir KERACUNAN PESTISIDA Disusun oleh: Andre Saputra, S.Ked NIM: 040104705042 Pembimbing I: Prof. Dr. Tan Malaka, MOH, DRPH, SpOK Pembimbing II: Dr. Anita Masidin, SpOK BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2011

Upload: renato-simanjuntak

Post on 08-Aug-2015

37 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 66554416-KERACUNAN-PESTISIDA

1

Tugas Akhir

KERACUNAN PESTISIDA

Disusun oleh:

Andre Saputra, S.Ked

NIM: 040104705042

Pembimbing I:

Prof. Dr. Tan Malaka, MOH, DRPH, SpOK

Pembimbing II:

Dr. Anita Masidin, SpOK

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2011

Page 2: 66554416-KERACUNAN-PESTISIDA

2

DAFTAR ISI

A. PESTISIDA

1. Defenisi .................................................................................................

2. Jenis dan Penggunaan........................................................................

2.1 Organophosphat......................................................................

2.2 Carbamate.................................................................................

2.3 Organochlorin................................................................................

3. Regulasi di Indonesia.........................................................................

B. KERACUNAN PESTISIDA

1. Defenisi............................................................................................

2. Epidemiologi.....................................................................................

3. Penyebab ........................................................................................

3.1 Kecelakaan dan Tindakan Bunuh diri .......................................

3.2 Okupasional...........................................................................

4. Patofisiologi.....................................................................................

4.1 Organoklorin ........................................................................

4.2 Anticholinesterase compounds.................................................

5. Diagnosis............................................................................................

6. Pencegahan Keracunan Pestisida........................................................

a. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary prevention)..........................

b. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention).........................

c. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention).............................

7. Penanganan Keracunan Pestisida........................................................

C. REFERENSI

1

2

4

8

9

11

13

13

14

14

14

15

15

16

17

19

19

20

21

21

Page 3: 66554416-KERACUNAN-PESTISIDA

3

A. PESTISIDA

3. Defenisi

Secara umum pestisida didefenisikan sebagai senyawa kimia yang digunakan

untuk membunuh hama, termasuk serangga, hewan pengerat, jamur dan tanaman

yang tidak diinginkan (gulma). Pestisida digunakan dalam kesehatan masyarakat

untuk membunuh vektor penyakit, seperti nyamuk, dan dalam pertanian, untuk

membunuh hama yang merusak tanaman.

Menurut Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1973, Pestisida adalah semua zat

kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:

- Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang

merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian;

- Memberantas rerumputan;

- Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan;

- Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian

tanaman tidak termasuk pupuk;

- Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan

piaraan dan ternak;

- Memberantas atau mencegah hama-hama air;

- Memberantas atau mencegah binatang binatang dan jasad-jasad renik

dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan;

- Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan

penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan

penggunaan pada tanaman, tanah atau air.

Pestisida telah secara luas digunakan untuk tujuan memberantas hama dan

penyakit tanaman dalam bidang pertanian. Pestisida juga digunakan dirumah

tangga untuk memberantas nyamuk, kepinding, kecoa dan berbagai serangga

penganggu lainnya. Dilain pihak pestisida ini secara nyata banyak menimbulkan

keracunan pada orang. Kematian yang disebabkan oleh keracunan pestisida banyak

Page 4: 66554416-KERACUNAN-PESTISIDA

4

dilaporkan baik karena kecelakaan waktu menggunakannya, maupun karena disalah

gunakan (unttuk bunuh diri). Dewasa ini bermacam-macam jenis pestisida telah

diproduksi dengan usaha mengurangi efek samping yang dapat menyebabkan

berkurangnya daya toksisitas pada manusia, tetapi sangat toksik pada serangga.

Diantara jenis atau pengelompokan pestisida tersebut diatas, jenis insektisida

banyak digunakan dinegara berkembang, sedangkan herbisida banyak digunakan

dinegara yang sudah maju. Dalam beberapa data Negara-negara yang banyak

menggunakan pestisida adalah sebagai berikut

- Amerika Serikat 45%

- Eropa Barat 25%

- Jepang 12%

- Negara berkembang lainnya 18%

Dari data tersebut terlihat bahwa negara berkembang seperti Indonesia,

penggunaan pestisida masih tergolong rendah. Bila dihubungkan dengan

pelestarian lingkungan maka penggunaan pestisida perlu diwaspadai karena akan

membahayakan kesehatan bagi manusia ataupun makhluk hidup lainnya.

4. Jenis dan Penggunaan

Pestisida dapat digolongkan menurut penggunaannya dan disubklasifikasi

menurut jenis bentuk kimianya. Dari bentuk komponen bahan aktifnya maka

pestisida dapat dipelajari efek toksiknya terhadap manusia maupun makhluk hidup

lainnya dalam lingkungan yang bersangkutan.

Penggolongan pestisida menurut jasad sasaran

Insektisida, racun serangga (insekta)

Fungisida, racun cendawan / jamur

Herbisida, racun gulma / tumbuhan pengganggu

Akarisida, racun tungau dan caplak (Acarina)

Rodentisida, racun binatang pengerat (tikus dsb.)

Nematisida, racun nematoda, dst.

Page 5: 66554416-KERACUNAN-PESTISIDA

5

Penggolongan menurut asal dan sifat kimia

Sintetik o Anorganik :

garam-garam beracun seperti arsenat, flourida, tembaga sulfat dan garam merkuri.

o Organik : Organo khlorin : DDT, BHC, Chlordane, Endrin dll.

Heterosiklik : Kepone, mirex dll. Organofosfat : malathion, biothion dll.

Karbamat : Furadan, Sevin dll. Dinitrofenol : Dinex dll. Thiosianat : lethane dll.

Sulfonat, sulfida, sulfon. Lain-lain : methylbromida dll.

Hasil alam : Nikotinoida, Piretroida, Rotenoida dll

Tabel 1. Klasifikasi Pestisida

Klasifikasi Bentuk Kimia Bahan Aktif Keterangan

1. Insektisida Botani Carbamat Organophosphat Organochlorin

Nikotine Pyrethrine Rotenon Carbaryl Carbofuran Methiocorb Thiocarb Dichlorovos Dimethoat Palathion Malathion Diazinon Chlorpyrifos DDT Lindane Dieldrin Eldrin Endosulfan gammaHCH

Tembakau Pyrtrum - toksik kontak toksik sistemik bekerja pada lambung juga moluskisida toksik kontak toksik kontak, sistemik toksik kontak toksik kontak kontak dan ingesti kontak, ingesti persisten persisten kontak, ingesti kontak, ingesti

Herbisida Aset anilid Amida Diazinone Carbamate Triazine

Atachlor Propachlor Bentazaone Chlorprophan Asulam Athrazin

Sifat residu Kontak

Page 6: 66554416-KERACUNAN-PESTISIDA

6

Triazinone

Metribuzine Metamitron

Toksin kontak

Fungisida Inorganik Benzimidazole Hydrocarbon-phenolik

Bordeaux mixture Copper oxychlorid Mercurous chloride Sulfur Thiabendazole Tar oil

Protektan Proteoktan Protektan, sistemik Protektan, kuratif

2.1 Organophosphat

Lebih dari 50.000 komponen organophosphate telah disynthesis dan diuji

untuk aktivitas insektisidanya. Tetapi yang telah digunakan tidak lebih dari 500 jenis

saja. Semua produk organophosphate tersebut berefek toksik bila tertelan, dimana

hal ini sama dengan tujuan penggunaannya untuk membunuh serangga. Beberapa

jenis insektisida digunakan untuk keperluan medis misalnya fisostigmin, edroprium

dan neostigmin yang digunakan utuk aktivitas kholinomimetik (efek seperti asetyl

kholin). Obat tersebut digunakan untuk pengobatan gangguan neuromuskuler

seperti myastinea gravis. Fisostigmin juga digunakan untuk antidotum pengobatan

toksisitas ingesti dari substansi antikholinergik (mis: trisyklik anti depressant,

atrophin dan sebagainya). Fisostigmin, ekotiopat iodide dan organophosphorus juga

berefek langsung untuk mengobati glaucoma pada mata yaitu untuk mengurangi

tekanan intraokuler pada bola mata.

Struktur komponen organophosphate

Organophosphat disintesis pertama di Jerman pada awal perang dunia ke II.

Bahan tersebut digunakan untuk gas saraf sesuai dengan tujuannya sebagai

insektisida. Pada awal synthesisnya diproduksi senyawa tetraethyl pyrophosphate

(TEPP), parathion dan schordan yang sangat efektif sebagai insektisida, tetapi juga

cukup toksik terhadap mamalia. Penelitian berkembang terus dan ditemukan

komponen yang poten terhadap insekta tetapi kurang toksik terhadap orang (mis:

malathion), tetapi masih sangat toksik terhadap insekta.

Page 7: 66554416-KERACUNAN-PESTISIDA

7

Nama Structure

Tetraethylpyrophosphate (TEPP)

Parathion

Malathion

Sarin

Mekanisme toksisitas

Organophosphat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis

pestisida lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada orang. Termakan hanya

dalam jumlah sedikit saja dapat menyebabkan kematian, tetapi diperlukan lebih

dari beberapa mg untuk dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa.

Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma dan

kholinesterase dalam sel darah merah dan pada sinapsisnya. Enzim tersebut secara

normal menghidrolisis asetylcholin menjadi asetat dan kholin. Pada saat enzim

dihambat, mengakibatkan jumlah asetylkholin meningkat dan berikatan dengan

reseptor muskarinik dan nikotinik pada system saraf pusat dan perifer. Hal tersebut

menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada seluruh bagian

tubuh.

Page 8: 66554416-KERACUNAN-PESTISIDA

8

Penghambatan kerja enzim terjadi karena organophosphate melakukan

fosforilasi enzim tersebut dalam bentuk komponen yang stabil.

Pada bentuk ini enzim mengalami phosphorylasi.

Page 9: 66554416-KERACUNAN-PESTISIDA

9

Tabel 2. Nilai LD50 insektisida organofosfat

Komponen LD50 (mg/Kg)

Akton Coroxon Diazinon Dichlorovos Ethion Malathion Mecarban Methyl parathion Parathion Sevin Systox TEPP

146 12

100 56 27

1375 36 10 3

274 2,5 1

Gejala keracunan

Gejala keracunan organofosfat sangat bervariasi. Setiap gejala yang timbul

sangat bergantung pada adanya stimilasi asetilkholin persisten atau depresi yang

diikuti oleh stimulasi.saraf pusat maupun perifer.

Tabel 3. Efek muskarinik, nikotinik dan saraf pusat pada toksisitas organofosfat.

Efek Gejala

1. Muskarinik - Salivasi, lacrimasi, urinasi dan diaree (SLUD) - Kejang perut - Nausea dan vomitus - Bradicardia - Miosis - Berkeringat

2. nikotinik - Pegal-pegal, lemah - Tremor - Paralysis - Dyspnea - Tachicardia

2. sistem saraf pusat

- Bingung, gelisah, insomnia, neurosis - Sakit kepala - Emosi tidak stabil - Bicara terbata-bata - Kelemahan umum - Convulsi - Depresi respirasi dan gangguan jantung - Koma

Page 10: 66554416-KERACUNAN-PESTISIDA

10

Gejala awal seperti SLUD terjadi pada keracunan organofosfat secara akut

karena terjadinya stimulasi reseptor muskarinik sehingga kandungan asetil kholin

dalam darah meningkat pada mata dan otot polos.

2.2 Carbamate

Insektisida karbamat telah berkembang setelah organofosfat. Insektisida ini

biasanya daya toksisitasnya rendah terhadap mamalia dibandingkan dengan

organofosfat, tetapi sangat efektif untuk membunuh insekta.

Struktur Carbamate insektisida

Name Structure

Physostigmine

Carbaryl

Temik

Struktur karbamate seperti physostigmin, ditemukan secara alamia dalam

kacang Calabar (calabar bean). Bentuk carbaryl telah secara luas dipakai sebagai

insektisida dengan komponen aktifnya adalah SevineR.

Mekanisme toksisitas dari karbamate adalah sama dengan organofosfat,

dimana enzim achE dihambat dan mengalam karbamilasi.

Dalam bentuk ini enzim mengalami karbamilasi

Page 11: 66554416-KERACUNAN-PESTISIDA

11

2.3 Organochlorin

Organokhlorin atau disebut “Chlorinated hydrocarbon” terdiri dari beberapa

kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang paling populer dan

pertama kali disinthesis adalah “Dichloro-diphenyl-trichloroethan” atau disebut

DDT.

Tabel 4. Klasifikasi insektisida organokhlorin

Kelompok Komponen

Cyclodienes Aldrin, Chlordan, Dieldrin, Heptachlor,

endrin, Toxaphen, Kepon, Mirex.

Hexachlorocyclohexan Lindane

Derivat Chlorinated-ethan DDT

Mekanisme toksisitas dari DDT masih dalam perdebatan, wlaupun

komponen kimia ini sudah disinthesis sejak tahun 1874. Tetapi pada dasarnya

pengaruh toksiknya terfokus pada neurotoksin dan pada otak. Saraf sensorik dan

serabut saraf motorik serta kortek motorik adalah merupakan target toksisitas

tersebut. Dilain pihak bila terjadi efek keracunan perubahan patologiknya tidaklah

Page 12: 66554416-KERACUNAN-PESTISIDA

12

nyata. Bila seseorang menelan DDT sekitar 10mg/Kg akan dapat menyebabkan

keracunan, hal tersebut terjadi dalam waktu beberapa jam. Perkiraan LD50 untuk

manusia adalah 300-500 mg/Kg.

DDT dihentikan penggunaannya sejak tahun 1972, tetapi penggunaannya

masih berlangsung sampai beberapa tahun kemudian, bahkan sampai sekarang

residu DDT masih dapat terdeteksi. Gejala yang terlihat pada intoksikasi DDT adalah

sebagai berikut:

- Nausea, vomitus

- Paresthesis pada lidah, bibir dan muka

- Iritabilitas

- Tremor

- Convulsi

- Koma

- Kegagalan pernafasan

- Kematian

Page 13: 66554416-KERACUNAN-PESTISIDA

13

3. Regulasi di Indonesia

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 01/Permentan/OT. 140/1/2007

Tentang Daftar Bahan Aktif Pestisida Yang Dilarang Dan Pestisida Terbatas

I. Jenis-jenis bahan aktif yang dilarang untuk semua bidang penggunaan

pestisida:

II. Jenis-jenis bahan aktif yang dilarang untuk pestisida rumah tangga, hygiene dan

sanitasi yang digunakan untuk pengendalian serangga rumah tangga adalah

diklorvos dan klorpirifos.

Page 14: 66554416-KERACUNAN-PESTISIDA

14

Peraturan lain yang mengatur mengenai pestisida di Indonesia diantaranya:

a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1973 Tentang

Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan Dan Penggunaan Pestisida

b. Keputusan Menteri Perdagangan Dan Koperasi Nomor 349 Tahun 1982

Tentang Larangan Mengimpor, Memperdagangkan Dan Mengedarkan

Pestisida Pentakhlorofenol Dan Garamnya

c. Keputusan Menteri Pertanian Nomor. 944 Tahun 1984 Tentang

Pembatasan Pendaftaran Pestisida

d. Keputusan Menteri Pertanian Nomor. 536 Tahun 1985 Tentang

Pengawasan Pestisida

e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

258/MENKES/PER/III/1992 Tentang Persyaratan Kesehatan Pengelolaan

Pestisida

f. Keputusan Menteri Pertanian Nomor. 544 Tahun 1996 Tentang :

Pendaftaran Dan Pemberian Izin Bahan Teknis Pestisida

g. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 546 Tahun 1996 Tentang

Pemberian Izin Dan Perluasan Penggunaan Pestisida

h. Keputusan Menteri Pertanian Nomor. 763 Tahun 1998 Tentang

Pendaftaran Dan Pemberian Izin Tetap Pestisida

i. Keputusan Menteri Pertanian Nomor. 764 Tahun 1998 Tentang

Pendaftaran Dan Pemberian Izin Sementara Pestisida

j. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 949 Tahun 1998 Tentang Pestisida

Terbatas

k. Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 342/Kpts/OT.160/9/2005

Tentang Komisi Pestisida

l. Keputusan Menteri Pertanian Nomor:42/Permentan/SR.140/5/2007

Tentang Pengawasan Pestisida

m. Keputusan Menteri Pertanian Nomor:81/Kpts/SR.140/2/2007 Tentang

Perubahan Nama Formulasi, Nama Bahan Aktif, Dosis Aplikasi, Dan Jenis

Pestisida

Page 15: 66554416-KERACUNAN-PESTISIDA

15

C. KERACUNAN PESTISIDA

8. Defenisi

Keracunan pestisida adalah masuknya bahan-bahan kimia kedalam tubuh

manusia melalui kontak langsung, inhalasi, ingesti dan absorpsi sehingga

menimbulkan dampak negatif bagi tubuh.

Penggunaan pestisida dapat mengkontaminasi pengguna secara langsung

sehingga mengakibatkan keracunan. Dalam hal ini keracunan dikelompokkan

menjadi 3 kelompok yaitu:

a. Keracunan Akut ringan, menimbulkan pusing, sakit kepala, iritasi kulit

ringan, badan terasa sakit dan diare.

b. Keracunan akut berat, menimbulkan gejala mual, menggigil, kejang perut,

sulit bernafas, keluar air liur, pupil mata mengecil dan denyut nadi

meningkat, pingsan.

c. Keracunan kronis, lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa dan

menimbulkan gangguan kesehatan. Beberapa gangguan kesehatan yang

sering dihubungkan dengan penggunaan pestisida diantaranya: iritasi mata

dan kulit, kanker, keguguran, cacat pada bayi, serta gangguan saraf, hati,

ginjal dan pernafasan.

9. Epidemiologi

Keracunan pestisida adalah masalah skala besar, terutama di negara-negara

berkembang. Sebagian besar perkiraan mengenai tingkat keracunan pestisida telah

didasarkan pada data dari penerimaan pasien di rumah. Perkiraan terbaru oleh

kelompok tugas WHO menunjukkan bahwa mungkin ada 1 juta kasus keracunan

yang tidak disengaja. Di samping itu terdapat 2 juta orang dirawat di rumah sakit

akibat usaha bunuh diri dengan pestisida, dan hal ini mencerminkan hanya sebagian

kecil dari masalah yang sebenarnya.. Atas dasar survei yang dilaporkan sendiri

keracunan ringan dilakukan di kawasan Asia, diperkirakan bahwa mungkin ada

sebanyak 25 juta pekerja pertanian di negara berkembang menderita sebuah

Page 16: 66554416-KERACUNAN-PESTISIDA

16

episode dari keracunan setiap tahun (Jeyaratnam J, 1990). Di Kanada pada tahun

2007 lebih dari 6000 kasus keracunan pestisida akut terjadi (W.A.Watson et al,

2005). Untuk memperkirakan jumlah keracunan pestisida kronis di seluruh dunia

sangat sulit.

10. Penyebab

Skenario eksposur yang paling umum pada kasus keracunan pestisida adalah

keracunan akibat kecelakaan; keracunan berupa tindakan bunuh diri, pajanan

melalui kontaminasi lingkungan atau tempat kerja (okupasional).

10.1 Kecelakaan dan Tindakan Bunuh diri

Tindakan bunuh diri dengan pestisida merupakan masalah kesehatan besar

yang tersembunyi masyarakat. Ini adalah salah satu bentuk keracunan pestisida

yang paling umum dan banyak terjadi. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan

bahwa 300.000 orang meninggal dari menyakiti diri setiap tahun di wilayah Asia-

Pasifik (WHO, 2004). Sebagian besar kasus keracunan pestisida yang disengaja

adalah tindakan impulsif yang dilakukan oleh seseorang pada kondisi tertekan atau

stres, dan ketersediaan pestisida yang sangat mudah diperoleh memiliki peran atas

kejadian keracunan.

10.2 Okupasional

Keracunan pestisida merupakan masalah kesehatan yang penting pada

lingkungan kerja karena pestisida digunakan pada sejumlah besar industri. Hal ini

menyebabkan kondisi kategori pekerja beresiko langsung terhadap paparan

pestisda. Namu pekerja di industri lain pun bahkan beresiko untuk terkena juga.

Sebagai contoh, ketersediaan pestisida secara komersial di toko-toko menyebabkan

pekerja ritel berada pada risiko pajanan dan penyakit ketika mereka menangani

produk-produk pestisida (Calvret, 2004)

Fungsi pekerjaan yang berbeda menyebabkan bervariasinya tingkat paparan.

Eksposur pekerjaan Sebagian besar disebabkan oleh penyerapan melalui kulit yang

Page 17: 66554416-KERACUNAN-PESTISIDA

17

terbuka seperti wajah, tangan, lengan, leher, dan dada. Paparan ini kadang-kadang

ditingkatkan dengan inhalasi pengaturan termasuk penyemprotan operasi di rumah

kaca dan lingkungan tertutup lain, taksi traktor, dan penyemprotan pestisida

menggunakan blower atau spray (Ecobichon, 2001).

Ada 4 macam pekerjaan yang dapat menimbulkan kontaminasi dalam

penggunaan pestisida yakni :

a. Membawa, menyimpan dan memindahkan konsentrat pestisida (Produk

pestisida yang belum di encerkan).

b. Mencampur pestisida sebelum diaplikasikan atau disemprotkan.

d. Mengaplikasikan atau menyemprotkan pestisida.

e. Mencuci alat-alat aplikasi sesudah aplikasi selesai.

Diantara keempat pekerjaan tersebut di atas yang paling sering menimbulkan

kontaminasi adalah pekerjaan mengaplikasikan, terutama menyemprotkan

pestisida. Namun yang paling berbahaya adalah pekerjaan mencampur pestisida.

Saat mencampur, kita bekerja dengan konsentrat (pestisida dengan kadar tinggi),

sedang saat menyemprot kita bekerja dengan pestisida yang sudah diencerkan.

11. Patofisiologi

11.1 Organoklorin

Rumus kimia organoklorin

Pestisida organoklorin, seperti DDT , Aldrin , dan dieldrin sangat kuat dan

terakumulasi dalam jaringan lemak. Melalui proses bioakumulasi (jumlah yang lebih

rendah di lingkungan bertambah besar berurutan naik seiring rantai makanan),

sejumlah besar organoklorin dapat terakumulasi dalam spesies atas seperti

Page 18: 66554416-KERACUNAN-PESTISIDA

18

manusia. Ada bukti substansial yang menunjukkan bahwa DDT, dan perusahaan

metabolit DDE mengganggu fungsi hormon estrogen, testosteron, dan hormon

steroid lainnya.

11.2 Anticholinesterase compounds

Rumus kimia Malathion, sebuah antikolinesterasi organofosfat

Beberapa jenis organofosfat tertentu telah lama diketahui memiliki efek

toksisitas delayed onset pada sel-sel saraf, yang sering kali bersifat ireversibel.

Beberapa studi telah menunjukkan defisit terus-menerus dalam fungsi kognitif pada

pekerja terpajan terhadap pestisida. Bukti Baru menunjukkan bahwa pestisida

dapat menyebabkan neurotoksisitas perkembangan pada dosis yang lebih rendah

dan tanpa depresi kadar cholinesterase di plasma (Jamal et al, 2002).

Pestisida dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui berbagai cara yakni

melalui kontaminasi memalui kulit (dermal Contamination), terhisap masuk

kedalam saluran pernafasan (inhalation) dan masuk melalui saluran pencernaan

makanan lewat mulut (oral).

Senyawa-senyawa OK (organokhlorin, chlorinated hydrocarbons) sebagian

besar menyebabkan kerusakan pada komponen-komponen selubung sel syaraf

(Schwanncells) sehingga fungsi syaraf terganggu. Keracunan dapat menyebabkan

kematian atau pulih kembali. Kepulihan bukan disebabkan karena senyawa OK telah

keluar dari tubuh tetapi karena disimpan dalam lemak tubuh. Semua insektisida OK

sukar terurai oleh faktor-faktor lingkungan dan bersifat persisten, Mereka

cenderung menempel pada lemak dan partikel tanah sehingga dalam tubuh jasad

Page 19: 66554416-KERACUNAN-PESTISIDA

19

hidup dapat terjadi akumulasi, demikian pula di dalam tanah. Akibat keracunan

biasanya terasa setelah waktu yang lama, terutama bila dosis kematian (lethal

dose) telah tercapai. Hal inilah yang menyebabkan sehingga penggunaan OK pada

saat ini semakin berkurang dan dibatasi.

Efek lain adalah biomagnifikasi, yaitu peningkatan keracunan lingkungan yang

terjadi karena efek biomagnifikasi (peningkatan biologis) yaitu peningkatan daya

racun suatu zat terjadi dalam tubuh jasad hidup, karena reaksi hayati tertentu.

Semua senyawa OF(organofosfat,o rganophospates) dan KB (karbamat,carbamate

s) bersifat perintang ChE (ensimcho line esterase), ensim yang berperan dalam

penerusan rangsangan syaraf. Keracunan dapat terjadi karena gangguan dalam

fungsi susunan syaraf yang akan menyebabkan kematian atau dapat pulih kembali.

waktu residu dari OF dan KB ini tidak berlangsung lama sehingga keracunan kronis

terhadap lingkungan cenderung tidak terjadi karena faktor-faktor lingkungan

mudah menguraikan senyawa-senyawa OF dan KB menjadi komponen yang tidak

beracun. Walaupun demikian senyawa ini merupakan racun akut sehingga dalam

penggunaannya faktor-faktor keamanan sangat perlu diperhatikan. Karena bahaya

yang ditimbulkannya dalam lingkungan hidup tidak berlangsung lama, sebagian

besar insektisida dan sebagian fungisida yang digunakan saat ini adalah dari

golongan OF dan KB.

Parameter yang digunakan untuk menilai efek keracunan pestisida terhadap

mamalia dan manusia adalah nilai LD50 (lethal dose 50 %) yang menunjukkan

banyaknya pestisida dalam miligram (mg) untuk tiap kilogram (kg) berat seekor

binatang-uji, yang dapat membunuh 50 ekor binatang sejenis dari antara 100 ekor

yang diberidose tersebut. Yang perlu diketahui dalam praktek adalah LD50 akut oral

(termakan) dan LD50 akut dermal (terserap kulit). Nilai-nilai LD50 diperoleh dari

percobaan-percobaan dengan tikus putih. Nilai LD50 yang tinggi (di atas 1000)

menunjukkan bahwa pestisida yang bersangkutan tidak begitu berbahaya bagi

manusia. LD50 yang rendah (di bawah 100) menunjukkan hal sebaliknya.

Page 20: 66554416-KERACUNAN-PESTISIDA

20

12. Diagnosis

Sebagian penyakit terkait pestisida memiliki tanda dan gejala yang mirip

dengan kondisi medis umum (seperti pada gejala keracunan yang dijelaskan

sebelumnya), sehingga riwayat lingkungan dan pekerjaan yang lengkap dan rinci

sangat penting untuk mendiagnosis dengan benar sebuah keadaan keracunan

pestisida. Pertanyaan skrining tambahan tentang pekerjaan pasien dan lingkungan

rumah juga dapat menunjukkan apakah ada potensi keracunan pestisida (Reigart,

J.R. and Roberts, J.R. (1999).

Jika seseorang terpapar secara teratur menggunakan pestisida karbamat dan

organofosfat, penting untuk dilakukan pengujian kadar enzim Cholinesterase

sebagai data awal. Cholinesterase adalah enzim yang penting dari sistem saraf. Dan

terdapat kelompok-kelompok kimia yang mampu membunuh hama juga berpotensi

berbahaya atau bahkan dapat membunuh manusia melalui mekanisme

penghambat enzim cholinesterase, salah satunya adalah golongan pestisida. Jika

seseorang telah memiliki tes awal dan kemudian tersangka keracunan, kita dapat

mengidentifikasi tingkat masalah dengan perbandingan tingkat cholinesterase saat

ini dengan kadar cholinesterase pada data awal. Hal ini sangat bermanfaat untuk

mendiagnosis keracunan pestisida terkait kerja pada pekerja beresiko.

Umumnya gejala keracunan organofosfat atau karbamat baru akan dilihat jika

aktivitas kolinestrase darah menurun sampai 30%. Namun penurunan sampai

50% pada pengguna pstisida diambil sebagai batas, dan disarankan agar penderita

menghentikan pekerjaan yang berhubungan dengan pestisida.

Page 21: 66554416-KERACUNAN-PESTISIDA

21

13. Pencegahan Keracunan Pestisida

a. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary prevention)

Setiap orang yang dalam pekerjaannya sering berhubungan dengan pestisida

seperti petani penyemprot, harus mengenali dengan baik gejala dan tanda

keracunan pestisida. Tindakan pencegahan lebih penting daripada pengobatan.

Sebagai upaya pencegahan terjadinya keracunan pestisida sampai ke tingkat yang

membahayakan kesehatan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah membuat dan

mensosialisasikan sebuah pedoman bagi masyarakat yang memanfaatkan Pestisida

PEDOMAN PENCEGAHAN KERACUNAN PESTISIDA

PESTISIDA atau bahan pembasmi serangga kini digunakan secara luas oleh masyarakat petani. Pestisida, selain merupakan alat pembasmi serangga, juga merupakan racun yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Karena itu perlu ditangani dengan baik dan hati-hati. Pestisida yang biasa kita dapat di pasar adalah dalam bentuk cair, tepung atau butiran. Ketiganya sama berbahayanya bagi kesehatan. Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit, pernapasan, mulut, dan mata. MEMBELI PESTISIDA 1. Belilah pestisida di tempat penjualan resmi 2. Belilah pestisida yang masih mempunyai label. “LABEL” adalah merek dan keterangan singkat tentang pemakaian dan bahayanya. 3. Belilah pestisida yang wadahnya masih utuh, tidak bocor. MENGANGKUT PESTISIDA 1. Sewaktu membawa pestisida, wadahnya harus tertutup kuat 2. Dalam membawa harus ditempatkan terpisah dari makanan, dan pakaian bersih. MENYIMPAN PESTISIDA 1. Pestisida harus disimpan dalam wadah atau pembungkus aslinya, yang labelnya masih utuh dan jelas. 2. Letakkan tidak terbalik, bagian yang dapat dibuka berada disebelah atas 3. Simpan ditempat khusus yang jauh dari jangkauan anak-anak, jauh dari makanan, bahan makan dan alat-alat makan, jauh dari sumur, serta terkunci. 4. Wadah pestisida harus tertutup rapat, dan tidak bocor 5. Ruang tempat menyimpan pestisida harus mempunyai ventilasi (pertukaran udara ). 6. Wadah pestisida tidak boleh kena sinar matahari langsung 7. Wadah pestisida tidak boleh terkena air hujan. 8. Jika pada suatu saat pestisida yang tersedia di rumah lebih dari satu wadah dan satu macam, dalam penyimpanannya harus dikelompokan menurut jenisnya dan menurut ukuran wadahnya. MENYIAPKAN PESTISIDA 1. Sewaktu menyiapkan pestisida untuk dipakai, semua kulit, mulut, hidung dan kepala harus tertutup. Karena itu, pakailah baju lengan panjang, celana panjang, masker (penutup hidung) yang menutupi leher, dab sarung tangan karet. 2. Gunakan alat khusus untuk menakar dan mengaduk larutan pestisida yang akan dipakai. Jangan gunakan tangan

Page 22: 66554416-KERACUNAN-PESTISIDA

22

b. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)

Dalam penanggulangan keracunan pestisida penting dilakukan untuk kasus

eracunan akut dengan tujuan menyelamatkan penderita dari kematian yang

disebabkan oleh keracunan akut. Adapun penanggulangan keracunan pestisida

adalah sebagai berikut:

Organofosfat, bila penderita tak bernafas segara beri nafas buatan , bila racun

terlelan lakukan pencucian lambung dengan air, bila kontaminasi dari kulit, cuci

dengan sabun dan air selama 15 menit. Bila ada berikan antidot:

pralidoxime(Contrathion). Pengobatan keracunan organofosfat harus cepat

dilakukan. Bila dilakukan terlambat dalam beberapa menit akan dapat

menyebabkan kematian. Diagnosis keracunan dilakukan berdasarkan terjadinya

gejala penyakit dan sejarah kejadiannya yang saling berhubungan. Pada keracunan

yang berat, pseudokholinesterase dan aktifits erytrocyt cholinesterase harus diukur

dan bila kandungannya jauh dibawah normal, keracunan mesti terjadi dan gejala

segera timbul. Beri atropine 2mg iv/sc tiap sepuluh menit sampai terlihat

atropinisasi yaitu: muka kemerahan, pupil dilatasi, denyut nadi meningkat sampai

140 x/menit. Ulangi pemberian atropin bila gejala-gejala keracunan timbul kembali.

Awasi penderita selama 48 jam dimana diharapkan sudah ada recovery yang

komplit dan gejala tidak timbul kembali. Kejang dapat diatasi dengan pemberian

diazepam 5 mg iv, jangan diberikan barbiturat atau sedativ yang lain.

Carbamat, penderita yang gelisah harus ditenangkan, recoverery akan terjadi

dengan cepat. Bila keracunan hebat, beri atropin 2 mg oral/sc dosis tunggal dan tak

perlu diberikan obat-obat lain.

Page 23: 66554416-KERACUNAN-PESTISIDA

23

c. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)

Upaya yang dilakukan pada pencegahan keracunan pestisida adalah:

1) Hentikan paparan dengan memindahkan korban dari sumber paparan,

lepaskan pakaian korban dan cuci/mandikan korban.

2) Jika terjadi kesulitan pernafasan maka korban diberi pernafasan buatan.

Korban diinstruksikan agar tetap tenang. Dampak serius tidak terjadi

segera, ada waktu untuk menolong korban.

3) Korban segera dibawa ke rumah sakit atau dokter terdekat. Berikan

informasi tentang pestisida yang memepari korban dengan membawa

label kemasan pestisida.

4) Keluarga seharusnya diberi pengetahuan/penyuluhan tentang tentang

pestisida sehingga jika terjadi keracunan maka keluarga dapat memberikan

pertolongan pertama.

14. Penanganan Keracunan Pestisida

Pengobatan keracunan pestisida ini harus cepat dilakukan terutama untuk

toksisitas organophosphat.. Bila dilakukan terlambat dalam beberapa menit akan

dapat menyebabkan kematian. Diagnosis keracunan dilakukan berdasarkan

terjadinya gejala penyakit dan sejarah kejadiannya yang saling berhubungan. Pada

keracunan yang berat , pseudokholinesterase dan aktifits erytrocyt kholinesterase

harus diukur dan bila kandungannya jauh dibawah normal,kercaunan mesti terjadi

dan gejala segera timbul.

Pengobatan dengan pemberian atrophin sulfat dosis 1-2 mg i.v. dan

biasanya diberikan setiap jam dari 25-50 mg. Atrophin akan memblok efek

muskarinik dan beberapa pusat reseptor muskarinik. Pralidoxim (2-PAM) adalah

obat spesifik untuk antidotum keracunan organofosfat. Obat tersebut dijual secara

komersiil dan tersedia sebagai garam chlorin.

Page 24: 66554416-KERACUNAN-PESTISIDA

24

C. REFERENSI

1. Calvert, G. M.; Karnik, J.; Mehler, L.; Beckman, J.; Morrissey, B.; Sievert, J.;

Barrett, R.; Lackovic, M. et al. (2008). "Acute pesticide poisoning among

agricultural workers in the United States, 1998-2005". American Journal of

Industrial Medicine 51 (12): 883–898.

2. Ecobichon, D.J. (2001). "Toxic effects of pesticides". In Klaassen,

C.D.. Casarett and Doull's Toxicology: The Basic Science of Poisons, 6th

edition. McGraw-Hill Professional.

3. International Code of Conduct on the Distribution and Use of Pesticides.

Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome, 2003

4. J. Rout Reigart, et al. 1999. Recognition and Management of Pesticides

Poisonings. EPA (United States Environmental Protection Agency). Available

on www.epa.gov/pesticides

5. Jamal, GA; Hansen, S; Julu, PO (2002). "Low level exposures to

organophosphorus esters may cause neurotoxicity". Toxicology 181-182:

23–33.

6. Jeyaratnam, J (1990). "Acute pesticide poisoning: a major global health

problem". American Association of Poison Control Centers Toxic Exposure

43 (3): 139–44.

7. Reigart, J.R. and Roberts, J.R. (1999). Recognition and Management of

Pesticide Poisonings. Washtington, DC: Environmental Protection Agency.

Available on www.davidsuzuki.org/publication

8. W.A.Watson, T.L. Litovitz, G.C. Rodgers, Jr. et al. 2005. Annual Report WHO

2004. The impact of pesticides on health: preventing intentional and

unintentional deaths from pesticide poisoning.