(63813314) chapter ii_2
TRANSCRIPT
-
7/26/2019 (63813314) Chapter II_2
1/12
-
7/26/2019 (63813314) Chapter II_2
2/12
atau fungsional perikardium,
miokarduim, atau katup jantung yang
teridentifikasi dan tidak pernah
menunjukkan tanda atau gejala gagal
jantung.
fungsional
% asien yang telah mengalami
penyakit jantung struktural, yang
menyebabkan gangguan jantung tapi
belum pernah menunjukkan tanda
atau gejala gagal jantung.
3 ( ringan ! &idak ada batasan
aktifitas fisik. Akti"itas
fisik biasa tidak
menyebab fatigue,
palpitasi, atau dispnea,
yang tidak semestinya
) asien yang memiliki atau
sebelumnya pernah memiliki gejala4
gejala gagal jantung yang disebabkan
penyakit jantung structural
33 ( ringan ! Sedikit keterbatasan
akti"itas fisik. -yaman
saat istirahat, tapi
akti"itas fisik biasa
menghasilkan fatigue,
palpitasi atau dispnea
33 (sedang ! Keterbatasan akti"itas
fisik.
1 asien dengan penyakit jantung
struktural
&ingkat lanjut dan gejala4gejala gagal
jantung pada istirihat, 5alaupun telah
diberikan terapi medis maksimal dan
membutuhkan inter"ensi khusus.
3 ( parah ! &idak dapat melakukan
akti"itas fisik dengan
nyaman. Gejala4 gejalainsufisiensi kardiak pada
istirihat. /ika akti"itas
fisik dilakukan, dan rasa
-
7/26/2019 (63813314) Chapter II_2
3/12
ketidaknyamanan
bertambah
ACC / AHA = American College of Cardiology/ American Heart Association ;
HF = Heart Failure ; NYHA = New York Heart Association ( Anonim, 2!"#
2.1.3 Etiologi
enyebab gagal jantung kongestif dapat dibedakan menjadi dua yaitu
'. 3ntrinsik
4 Kardiomiopati
4 3nfark miokard
4 6iokarditis
4 enyakit jantung iskemik
4 1efek jantung ba5aan
4 erikarditis
2. Sekunder
4 7mboli paru
4 Anemia
4 +ipertensi sistemik
4 Kelebihan "olume darah
4 Asidosis metabolik
4 Keracunan obat
4 Aritmia jantung (/an &ambayong,2000!
2.1.4 Patofisiologi
Gagal jantung terjadi kerana interaksi kompleks antara faktor4faktor yang
mempengaruhi kontraktilitas, afterload, $reload atau fungsi relaksasi jantung dan
respons neurohormonal dan hemodinamik yang diperlukan untuk menciptakan
kompensasi sirkulasi. 6enurut 6ariyano +, gagal jantung merupakan kelainan
multisistem dimana terjadi gangguan pada jantung, otot skeletal, fungsi ginjal,
-
7/26/2019 (63813314) Chapter II_2
4/12
stimulasi sistem saraf simpatis serta perubahan neurohormonal yang kompleks.
Sekitar 08 kasus disebabkan oleh disfungsi sistolik. ada disfungsi sistolik terjadi
gangguan pada "entrikel kiri yang menyebabkan terjadinya penurunan cardiac
out$ut. %eberapa mekanisme kompensasi alamiah akan terjadi pada pasien gagal
jantung sebagai respon terhadap menurunnya curah jantung serta membantu
mempertahankan tekanan darah yang cukup untuk memastikan perfusi organ yang
cukup (asmin 1.K, 2009!.
+al ini menyebabkan akti"asi sistem simpatis melalui tekanan pada
baroreseptor yang menjaga cardiac out$ut dengan meningkatkan denyut jantung,
meningkatkan kontraktilitas serta perbaiki curah jantung. 6enurut hukum Frank%
&tarling, penambahan panjang serat menyebabkan kontraksi menjadi lebih kuat
sehingga curah jantung meningkat. Akti"itas jantung juga dapat terjaga dengan
akti"asi mekanisme kompensasi neurohormonal, sistem :enin;Angiotensin;
Aldosteron (sistem :AA! serta kadar "asopresin dan natriuretik peptide (asmin
1.K, 2009!.
-amun jika hal4hal ini timbul berkelanjutan dapat menyebabkan gangguan
pada fungsi jantung. Akti"asi simpatis yang berlebihan dapat menyebabkan
terjadinya apoptosis miosit, hipertofi dan nekrosis miokard fokal. Stimulasi sistem
:AA menyebabkan peningkatan konsentrasi renin, angiotensin 33 plasma dan
aldosteron. Angiotensin 33 merupakan "asokonstriktor renal yang poten (arteriol
eferen! dan sirkulasi sistemik yang merangsang pelepasan noradrenalin dari pusat
saraf simpatis, menghambat tonus "agal dan merangsang pelepasan aldosteron.
Aldosteron akan menyebabkan retensi natrium dan air serta meningkatkan sekresi
kalium sehingga meningkatkan "olume darah. Angiotensin 33 juga memiliki efek
pada miosit serta berperan pada disfungsi endotel pada gagal jantung (6ariyano +,
200!.
&erdapat tiga bentuk natriuretik peptide yang berstruktur hampir sama yang
memiliki efek yang luas terhadap jantung, ginjal dan susunan saraf pusat iaitu Atrial
-
7/26/2019 (63813314) Chapter II_2
5/12
-
7/26/2019 (63813314) Chapter II_2
6/12
2.1. Diagnosa
a. 1iagnosa gagal jantung kongestif menurut Framing*am dibagi menjadi 2 yaitu
kriteria mayor dan kriteria minor.
Kriteria mayor
1ispnea nokturnal paroksismal atau ortopneu
eningkatan tekanan "ena jugularis
:onki basah tidak nyaring
Kardiomegali
7dema paru akut
3rama derap S>
eningkatan tekanan "ena @ ' cm +20
:efluks hepatojugular
Kriteria 6inor
7dema pergelangan kaki
%atuk malam hari
+epatomegali 7fusi pleura
Kapasitas "ital berkurang menjadi '*> maksimum
&akikardia
b. emeriksaan enunjang
ada pemeriksaan foto toraks seringkali menunjukkan kardiomegali (rasio
kardiotorasik ()&:! @ B08!, terutama bila gagal jantung sudah kronis.
Kardiomegali dapat disebabkan oleh dilatasi "entrikel kiri atau kanan, C+,
atau kadang oleh efusi perikard. 1erajat kardiomegali tidak berhubungan
dengan fungsi "entrikel kiri.
-
7/26/2019 (63813314) Chapter II_2
7/12
7lektrokardiografi memperlihatkan beberapa abnormalitas pada sebagian
besar pasien (D04908!, termasuk gelombang E, perubahan S&4&, hipertropi
C, gangguan konduksi, aritmia.
7kokardiografi harus dilakukan pada semua pasien dengan dugaan klinis
gagal jantung. 1imensi ruang jantung, fungsi "entrikel (sistolik dan diastolik!,
dan abnormalitas gerakan dinding dapat dinilai dan penyakit katub jantung
dapat disinggirkan.
&es darah direkomendasikan untuk menyinggirkan anemia dan menilai fungsi
ginjal sebelum terapi di mulai.
2.2 !i"e#glike$ia
2.2.1 Definisi %i"e#glike$ia
Glukosa dalam darah diperoleh dari makanan yang mengandung karbohidrat dari $at4
$at lain yang bukan karbohidrat. 1efinisi hiperglikemia menurut American +ia)etes
Association (A1A! kadar gula darah se5aktu @200 mg*dC atau kadar gula darah
puasa @'2mg*dC (akhetra :, 20'0!. 6enurut orld Healt* -rgani.ation (=+
hiperglikemia adalah kadar gula darah F'2 mg*dC (,0 mmol*C!, dimana kadar gula
darah antara '00 dan '2 mg*dC (,' sampai ,0 mmol*C! dikatakan suatu keadaan
toleransi abnormal glukosa. +iperglikemia adalah suatu kondisi yang terjadi apabila
jumlah glukosa dalam darah meningkat.
2.2.2 Etiologi %i"e#glike$ia
enyebab dari hiperglikemia tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui
kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang memegang
peranan penting yang lain akibat pengangkatan pankreas, pengrusakan secara
kimia5i sel beta pulau langerhans. aktor predisposisi herediter, obesitas, faktor
imunologi pada penderita hiperglikemia khususnya 16 terdapat bukti adanya suatu
respon auto imun.
-
7/26/2019 (63813314) Chapter II_2
8/12
:espon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap
sebagai jaringan asing. ada penderita diabetes terjadi hiperglikemia karena pankreas
tidak menghasilkan insulin (tipe '! atau insulin yang dihasilkan tidak mencukupi
(tipe2!, (6an$ella 1, 2009!. enyebab hiperglikemia umumnya mencakup
6enggunakan terlalu sedikit insulin
&idak menggunakan insulin sama sekali
Kegagalan untuk memenuhi kebutuhan insulin yang meningkat akibat
operasi, trauma, kehamilan, stress, pubertas, atau infeksi
Kurang akti"itas fisik
6embentuk resisten insulin sebagai akibat adanya antibodi insulin
2.2.3 !i"e#glike$ia Pa&a Kea&aan K#itis
+iperglikemia yang terjadi pada keadaan kritis adalah suatu stres hiperglikemia.
A5alnya stres hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa plasma lebih dari
200 mg*dC, namun setelah adanya eu0en 1ntensi0e 1nsulin *era$y rial, KG1
lebih dari ''0 mg*dC sudah dianggap sebagai stres hiperglikemia. +iperglikemia
pada masa kritis dianggap menguntungkan karena menyediakan suplai glukosa untuk
energi yang adekuat untuk organ4organ tubuh yang bergantung glukosa seperti otak,
jantung dan sel4sel darah, selain itu hiperglikemia juga mengkompensasi kehilangan
"olume dengan meningkatkan pergerakan cairan intraseluler ke dalam kompartemen
intra"askular dan membebaskan ikatan air dengan glikogen (1e5anti , 20'0!.
ada semua krisis hiperglikemia, hal yang mendasarinya adalah defisiensi
insulin, relatif ataupun absolut, pada keadaan resistensi insulin yang meningkat.
Kadar insulin tidak adekuat untuk mempertahankan kadar glukosa serum yang
normal dan untuk mensupres ketogenesis. +iperglikemia sendiri selanjutnya dapat
melemahkan kapasitas sekresi insulin dan menambah berat resistensi insulin sehingga
-
7/26/2019 (63813314) Chapter II_2
9/12
membentuk lingkaran dimana hiperglikemia bertambah berat dan produksi insulin
makin kurang (Gaglia /C, 200?!.
2.2.4 Patofisiologi !i"e#glike$ia k#itis
emeliharaan kadar glukosa plasma merupakan tanggungja5ab sistem kontrol
neuroendokrin. +ormon yang berperan dalam mengatur kadar glukosa darah adalah
insulin, glukagon, adrenalin, kortisol dan hormone pertumbuhan. +ormon4hormon
tersebut mempunyai pengaruh baik menurunkan kadar glukosa darah, yaitu insulin,
maupun meningkatkan kadar glukosa darah atau disebut sebagai center regulatory
system yaitu glukagon, adrenalin, hormon pertumbuhan dan kortisol. +ormon4
hormon yang disebutkan terakhir tergolong hormon stres (1e5i :,200>!.
7fek yang ditimbulkan adrenalin dalam meningkatkan gula darah adalah
dengan merangsang produksi glukosa hepatik dan mampu membatasi pemakaian
glukosa, melalui rangsangan terhadap mekanisme alfa dan beta adrenergik.
6ekanisme alfa menghambat sekresi insulin, sehingga tidak langsung meningkatkan
kadar glukosa darah, sedangkan rangsangan adrenergik beta melalui sekresi
glukagon. 1i samping itu, adrenalin juga mempunyai pengaruh langsung terhadap
proses glikogenolisis dan glikoneogenesis hati.
engaturan kadar glukosa darah juga terjadi melalui efek neurotransmitter
simpatetik nor adrenalin yang menimbulkan hiperglikemia. 6ekanismenya diduga
sama dengan mekanisme adrenalin, kecuali baha5a noradrenalin dihasilkan oleh
ujung akson saraf simpatik post ganglionik. Kebanyakan keadaan stres seperti
keadaan hipoksia, trauma, tindakan bedah, luka bakar, hipotermi, sepsis dan infark
miokard dapat mengganggu pemakaian glukosa.
1isamping, kurangnya insulin yang efektif dalam darah, terjadi juga
peningkatan hormon kontra insulin, seperti glukagon, katekholamin, kortisol, dan
hormon pertumbuhan. +ormon4hormon ini menyebabkan peningkatan produksi
-
7/26/2019 (63813314) Chapter II_2
10/12
glukosa oleh ginjal dan hepar dan gangguan utilisasi glukosa dijaringan, yang
mengakibatkan hiperglikemia dan perubahan osmolaritas etracellular. Kombinasi
kekurangan hormon insulin dan meningkatnya hormone kontrainsulin juga
mengakibatkan pelepasan asam lemak bebas dari jaringan adipose (lipolysis! ke
dalam aliran darah dan oksidasi asam lemak hepar menjadi benda keton (H4
hydroybutyrate IH4
-
7/26/2019 (63813314) Chapter II_2
11/12
ini menyebabkan triose fosfat yang teroksidasi dan sintesis de no"o dari
diacylglycerol (1AG!. eningkatan 1AG mengaktifkan K).
eningkatan aliran jalur heosamine pada hiperglikemia, glukosa semakin
banyak memasuki heosamine4path5ay. roduk akhir dari jalur ini, M14-4
acetylglucosamine, adalah substart yang diperlukan untuk faktor transkripsi
intraseluler, yang mempengaruhi ekspresi dari banyak gen. /alur ini
berhubungan dengan disfungsi endotelial dan mikro"askular.
2.3 !i"e#glike$ia &an Gagal Jantung se#ta Ke$atian
ada penderita hiperglikemia yang menetap atau berkepanjangan pada masa kritis
dapat meningkatkan risiko kematian akibat gagal jantung, infark miokard, stroke
iskemik, hemoragik dan lainnya yang berakhir dengan gagal fungsi organ multiple
(Krinsley /S, 200?!. eningkatan kadar gula darah merusak jaringan fungsi sel beta
yang bertugas mengeluarkan insulin.
Kondisi ini akan menyebabkan pembuluh darah mengalami stres. Cama4
kelamaan akan terjadi pengerasan di pembuluh darah atau biasa disebut
arteroskelerosis. Sementara itu, Singh mengungkapkan, plak yang semakin
menumpuk menyebabkan arteroskelerosis hingga menyumbat aliran. embuluh darah
akan semakin tertekan dan mengganggu irama jantung. lak mampu melebarkan
pembuluh darah dan penggumpalan darah dan menyumbat arteri sehingga akan
merusak jantung.
+iperglikemia juga menyebabkan peningkatan hormon4hormon kontra
insulin yang besama4sama dengan berkurangnya produksi insulin yang akan
memperburuk pemakaian glukosa oleh otot4otot jantung dan akhirnya mengurangi
fungsi jantung. Stres hiperglikemia meningkatkan risiko mortalitas pada pasien baik
dengan ri5ayat diabetes atau tanpa diabetes kerana makin tinggi frekuensi kejadian
gagal jantung kongestif (1e5i, 200>!.
-
7/26/2019 (63813314) Chapter II_2
12/12
Selain itu ada penelitian mengatakan stres hiperglikemia mungkin sebagai
tanda atas luasnya kerusakan jantung. Kerusakan jantung yang lebih luas
mengakibatkan lonjakan yang lebih besar hormon4hormon stres (meningkatkan
glikogenolisis dan hiperglikemia! dan juga meningkatkan risiko gagal jantung
kongestif dan kematian (1e5i, 200>!.
Selain efek positifnya, hiperglikemia yang menetap atau berkepanjangan
pada masa kritis dapat meningkatkan risiko kematian akibat gagal jantung, infark
miokard, stroke iskemik, hemoragik dan lainnya yang berakhir dengan gagal fungsi
organ multipel. enelitian juga ada mengemukakan kadar hiperglikemia yang
dianggap berarti adalah yang menetap setelah 2? jam pertama dan akan menimbulkan
mortalitas yang tinggi (%ranco /S, 200B!.
2.4 Ke$atian
2.4.1 Definisi Ke$atian
Secara biologis, kematian didefinisikan sebagai berhentinya semua fungsi "ital tubuh
meliputi detak jantung, aktifitas otak, serta pernafasan (Singh et.al,200B!. Kematian
dinyatakan terjadi ketika nafas dan denyut jantung indi"idu telah berhenti selama
beberapa 5aktu yang signifikan atau ketika seluruh aktifitas syaraf di otak berhenti
bekerja (apalia et.al, 2002!.
6enurut 1espelder dan Strickland (200B! terdapat empat komponen dari
kematian yaitu uni"ersalitas, irre0ersi)ility, non functionality, kausalitas. Komponen
uni"ersalitas menyatakan baha5a semua makhluk dan merupakan hal yang tidak
terhindarkan bagi semua. Komponen kedua, irre0ersi)ility, menyatakan baha5a
kematian bersifat final. Kematian merupakan akhir dari segalanya. Komponen non%
functionality menekankan baha5a kematian meliputi berhentinya fungsi fisiologis
atau tanda4tanda kehidupan dari setiap organ tubuh. Sedangkan komponen kausalitas
menyatakan baha5a terdapat alasan atau penyebab terhadap terjadinya kematian.