630 1400-1-sm

6
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Semirata 2013 FMIPA Unila |351 Analisis Vegetasi Gulma Pada Pertanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering dan Lahan Sawah di Kabupaten Pasaman Solfiyeni, Chairul dan Rahmatul Muharrami Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas E-mail : [email protected] Abstrak. Penelitian mengenai analisis vegetasi gulma pada pertanaman jagung (Zea mays L.) di lahan kering dan lahan sawah telah dilakukan di Malampah Kabupaten Pasaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi dan struktur gulma pada kedua pertanaman jagung tersebut. Penelitian ini menggunakan metoda kuadrat, dengan peletakan plot secara purposive sampling. Plot dibuat sebanyak 15 plot pada masing-masing lahan dengan ukuran plot 1 x 1 m. Hasil penelitian menunjukkan komposisi gulma pada kedua pertanaman terdiri dari 16 famili, 35 genus dan 45 spesies. Kerapatan gulma pada kedua lahan berbeda sekali dengan jumlah total 12175 individu gulma di lahan kering dan 5446 individu di lahan sawah. Borreria alata mendominasi pertanaman jagung di lahan kering, yaitu sebanyak 6.680 individu (SDR 40,03%), sedangkan Cuphea carthagenensis mendominasi pertanaman jagung di lahan sawah, yaitu sebanyak 1815 individu (SDR 19,74%). Indeks kesamaan gulma dari kedua lahan pertanaman tersebut rendah dengan nilai sebesar 20%. Kata kunci: gulma, lahan kering, sawah PENDAHULUAN Jagung merupakan salah satu tanaman budidaya yang saat ini banyak diusahakan oleh masyarakat. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak, penghasil minyak, diolah menjadi tepung, dan bahan baku industri. Jagung yang telah mengalami rekayasa genetika saat ini juga ditanam sebagai bahan baku farmasi dan bahan ekspor non migas. Jagung dapat tumbuh pada berbagai macam tanah, bahkan dalam kondisi tanah yang agak kering. Kebanyakan ditanam di dataran rendah baik sawah atau tanah kering, sebagian juga ditanam di daerah dataran tinggi dan pegunungan pada ketinggian 1.000-1.800 mdpl. Untuk dapat meningkatkan produksi jagung perlu diperhatikan beberapa faktor seperti, bibit yang unggul, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit serta pengendalian gulma. Gulma adalah semua tumbuhan selain tanaman budidaya. Dalam pertanian gulma merupakan tumbuhan yang memberikan dampak negatif terhadap tanaman yang dibudidayakan baik secara langsung maupun tidak. Gulma yang mengganggu tanaman pokok pada masa pertumbuhan dan perkembangan hidup tanaman merupakan salah satu masalah penting yang dapat menurunkan produksi tanaman. Persentase penurunan produksi setiap jenis tanaman berbeda tergantung pada spesies dan kerapatan gulma. Kehadiran gulma pada lahan pertanaman jagung dapat menurunkan hasil dan mutu biji. Penurunan hasil tergantung pada jenis gulma, kepadatannya, lama persaingan dan senyawa allelopati yang dikeluarkan oleh gulma. Gulma yang terdapat di lahan sawah akan berbeda dengan gulma yang ditemukan di lahan kering karena perbedaan tempat tumbuh dan faktor-faktor lingkungan lainnya. Gulma yang banyak

Upload: mahathir-muhammad

Post on 04-Jul-2015

140 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Semirata 2013 FMIPA Unila |351

Analisis Vegetasi Gulma Pada Pertanaman Jagung

(Zea mays L.) di Lahan Kering dan Lahan Sawah di

Kabupaten Pasaman

Solfiyeni, Chairul dan Rahmatul Muharrami

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas

E-mail : [email protected]

Abstrak. Penelitian mengenai analisis vegetasi gulma pada pertanaman jagung (Zea mays

L.) di lahan kering dan lahan sawah telah dilakukan di Malampah Kabupaten Pasaman.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi dan struktur gulma pada kedua

pertanaman jagung tersebut. Penelitian ini menggunakan metoda kuadrat, dengan

peletakan plot secara purposive sampling. Plot dibuat sebanyak 15 plot pada masing-masing

lahan dengan ukuran plot 1 x 1 m. Hasil penelitian menunjukkan komposisi gulma pada

kedua pertanaman terdiri dari 16 famili, 35 genus dan 45 spesies. Kerapatan gulma pada

kedua lahan berbeda sekali dengan jumlah total 12175 individu gulma di lahan kering dan

5446 individu di lahan sawah. Borreria alata mendominasi pertanaman jagung di lahan

kering, yaitu sebanyak 6.680 individu (SDR 40,03%), sedangkan Cuphea carthagenensis

mendominasi pertanaman jagung di lahan sawah, yaitu sebanyak 1815 individu (SDR

19,74%). Indeks kesamaan gulma dari kedua lahan pertanaman tersebut rendah dengan nilai

sebesar 20%.

Kata kunci: gulma, lahan kering, sawah

PENDAHULUAN

Jagung merupakan salah satu tanaman

budidaya yang saat ini banyak diusahakan

oleh masyarakat. Selain sebagai sumber

karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai

pakan ternak, penghasil minyak, diolah

menjadi tepung, dan bahan baku industri.

Jagung yang telah mengalami rekayasa

genetika saat ini juga ditanam sebagai

bahan baku farmasi dan bahan ekspor non

migas. Jagung dapat tumbuh pada berbagai

macam tanah, bahkan dalam kondisi tanah

yang agak kering. Kebanyakan ditanam di

dataran rendah baik sawah atau tanah

kering, sebagian juga ditanam di daerah

dataran tinggi dan pegunungan pada

ketinggian 1.000-1.800 mdpl. Untuk dapat

meningkatkan produksi jagung perlu

diperhatikan beberapa faktor seperti, bibit

yang unggul, pemupukan, pengendalian

hama dan penyakit serta pengendalian

gulma.

Gulma adalah semua tumbuhan selain

tanaman budidaya. Dalam pertanian gulma

merupakan tumbuhan yang memberikan

dampak negatif terhadap tanaman yang

dibudidayakan baik secara langsung

maupun tidak. Gulma yang mengganggu

tanaman pokok pada masa pertumbuhan

dan perkembangan hidup tanaman

merupakan salah satu masalah penting yang

dapat menurunkan produksi tanaman.

Persentase penurunan produksi setiap jenis

tanaman berbeda tergantung pada spesies

dan kerapatan gulma. Kehadiran gulma

pada lahan pertanaman jagung dapat

menurunkan hasil dan mutu biji. Penurunan

hasil tergantung pada jenis gulma,

kepadatannya, lama persaingan dan

senyawa allelopati yang dikeluarkan oleh

gulma.

Gulma yang terdapat di lahan sawah

akan berbeda dengan gulma yang

ditemukan di lahan kering karena

perbedaan tempat tumbuh dan faktor-faktor

lingkungan lainnya. Gulma yang banyak

Solfiyeni, Chairul dan Rahmatul Muharrami: Analisis Vegetasi Gulma Pada Pertanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering dan Lahan Sawah di Kabupaten

Pasaman

352| Semirata 2013 FMIPA Unila

ditemukan di lahan sawah adalah suku

Cyperaceae dan Graminae, sebagian kecil

dari suku lainnya. Sedangkan di lahan

kering, ditemukan suku Rubiaceae,

Cyperaceae, Asteraceae, dan sebagian besar

suku Oxalidaceae. Berdasarkan latar

belakang diatas telah dilakukan penelitian

yang bertujuan untuk mengetahui

komposisi dan struktur gulma pada

pertanaman jagung di lahan kering dan

lahan sawah yang terdapat di kenagarian

Malampah Kabupaten Pasaman.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan

April sampai Juni 2011 pada pertanaman

jagung di lahan kering dan lahan sawah

yang terdapat di Nagari Malampah

Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten

Pasaman dan kemudian dilanjutkan di

Laboratorium Ekologi dan Herbarium

Universitas Andalas. Penelitian

menggunakan metoda kuadrat, dengan

peletakan plot secara purposive sampling

dan jumlah plot sebanyak 15 buah pada

masing-masing lahan dengan ukuran plot 1

x 1 meter. Pengamatan dan pengkoleksian

jenis gulma pada pertanaman jagung

dilakukan saat tanaman jagung berumur 1,5

bulan (± 45 hari).

Pada setiap plot pengamatan dilakukan

pencatatan tentang jenis gulma, jumlah

individu masing-masing jenis, lalu

dilakukan pencabutan untuk mengukur

dominansi gulma. Jenis gulma yang belum

diketahui namanya dikoleksi dan

selanjutnya diidentifikasi di Herbarium

Andalas. Selain itu, juga dilakukan

pengukuran faktor-faktor lingkungan

abiotik di lapangan yaitu pengukuran

kelembaban tanah dan pH tanah.

ANALISA DATA

Data yang didapatkan dilapangan dianalisis dengan menggunakan rumus berikut;

Kerapatan =

Kerapatan Relatif (%) =

Frekuensi =

Frekuensi Relatif (%) =

Dominansi =

Dominansi Relatif (%) =

Nilai Penting (NP) = KR + FR + DR

Summed Dominance Ratio /Perbandingan Nilai Penting (SDR) =

Indeks Kesamaan Sorensen (Q/S) =

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan gulm

pada kedua lahan pertanaman jagung (di

lahan kering dan lahan sawah) didapatkan

16 famili, 35 genus dan 45 jenis gulma.

Pada pertanaman jagung di lahan kering

didapatkan 25 jenis gulma dengan jumlah

total 12175 individu dan pada pertanaman

di lahan sawah juga didapatkan 25 jenis

gulma dengan 5446 individu. Jumlah total

individu gulma di lahan kering jauh lebih

banyak dibandingkan jumlah individu

gulma di lahan sawah. Pada lahan kering,

tanahnya lebih gembur dibanding lahan

sawah sehingga biji-biji gulma lebih banyak

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Semirata 2013 FMIPA Unila |353

berkecambah. Selain itu serapan hara oleh

gulma dan tanaman berlangsung lebih

cepat, sehingga menyebabkan

perkecambahan dan pertumbuhan gulma

juga lebih cepat dan subur.

Gulma yang dominan pada pertanaman

jagung di lahan kering adalah Borreria

alata dari famili Rubiaceae (sebanyak 6680

individu). Gulma ini sering dijumpai pada

pertanaman di lahan kering dan tergolong

gulma penting pada beberapa lahan

tanaman pangan. Borreria alata termasuk

gulma penting tanaman pangan yang

dijumpai pada pertanaman padi gogo,

jagung, kedelai, kacang tanah, dan ketela

pohon.

Pada pertanaman jagung di lahan sawah

gulma yang didapatkan umumnya adalah

jenis gulma padi sawah. Hal ini dapat

disebabkan masih adanya pengaruh dari

lingkungan sawah dimana gulma yang

tumbuh sebelumnya adalah gulma yang

sesuai dengan tanah yang lembab atau

bahkan sedikit basah. Sehingga gulma yang

tumbuh pada pertanaman jagung di lahan

ini sebagian besar adalah gulma padi

sawah. Gulma yang mendominasi pada

pertanaman jagung di lahan sawah adalah

Cuphea carthagenensis yaitu sebanyak

1815 individu. Jenis ini umumnya tumbuh

melimpah pada habitat lembab, seperti di

sepanjang saluran air atau drainase, dan

rawa.

Jenis gulma yang didapatkan pada

masing-masing lahan bervariasi.

Kelembaban tanah dan pH tanah pada

kedua lokasi pertanaman juga berbeda.

Kelembaban tanah pada lahan kering lebih

rendah (rata-rata 3-4%) dan kelembaban di

lahan sawah (rata-rata 5-6%). pH tanah

lahan sawah lebih asam (pH = 4,90)

dibandingkan dengan lahan kering (pH =

5,24). Kelangsungan hidup gulma

dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya pH tanah, kelembaban tanah,

aerasi dan lain-lain.

Pada Tabel 1 dapat dilihat gulma yang

paling dominan dengan nilai SDR tertinggi

yaitu jenis Borreria alata (SDR 40,03%).

Borreria alata merupakan salah satu jenis

gulma yang kompetitif yang juga

menghasilkan biji yang sangat tinggi.

Produksi biji gulma Borreria alata dapat

mencapai 9953 biji per tanaman

permusimnya dan tingkat dormansi bijinya

cukup lama.

STRUKTUR GULMA DI LAHAN KERING

Tabel 1. Sepuluh Jenis Gulma Utama pada Pertanaman Jagung di Lahan Kering

No. Jenis KR

(%)

FR

(%)

DR

(%)

NP

(%)

SDR

(%)

1 Borreria alata (Aubl) DC. 55,00 7,65 57,44 120,10 40,03

2 Ageratum conyzoides L. 15,49 7,14 8,42 31,05 10,35

3 Digitaria setigera R. & S. 4,67 7,65 7,35 19,68 6,56

4 Porophyllum ruderale (Jacq.) Cass 3,05 5,10 4,90 13,05 4,35

5 Phyllanthus niruri L 3,00 7,14 2,41 12,55 4,18

6 Imperata cylindrica (L.) Beauv 1,85 3,57 6,28 11,70 3,90

7 Borreria repens DC. 3,71 5,10 0,61 9,41 3,14

8 Polygala paniculata L. 1,60 7,65 0,14 9,39 3,13

9 Oxalis barrelieri L. 1,24 6,63 0,87 8,74 2,91

10 Axonopus compressus (Sw.) Beauv 1,50 5,61 1,62 8,73 2,91

Solfiyeni, Chairul dan Rahmatul Muharrami: Analisis Vegetasi Gulma Pada Pertanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering dan Lahan Sawah di Kabupaten

Pasaman

354| Semirata 2013 FMIPA Unila

STRUKTUR GULMA DI LAHAN SAWAH

Tabel 2. Sepuluh Jenis Gulma Utama pada Pertanaman Jagung di Lahan Sawah

No. Jenis KR

(%)

FR

(%)

DR

(%)

NP

(%)

SDR

(%)

1 Cuphea carthagenensis Jacq. 33,33 7,91 17,98 59,21 19,74

2 Axonopus compressus (Sw.) Beauv 5,60 6,21 21,65 33,47 11,16

3 Fimbristylis miliaceae (L.) Vahl 12,95 8,47 7,95 29,37 9,79

4 Cyperus kyllingia Endl. 15,53 8,47 5,19 29,20 9,73

5 Echinochloa colonum L. 4,08 5,65 15,24 24,97 8,32

6 Oryza sativa L. 3,82 6,21 6,11 16,14 5,38

7 Eleusine indica (L.) Gaertn 6,35 3,39 5,78 15,53 5,18

8 Ageratum conyzoides L. 4,11 7,34 1,69 13,15 4,38

9 Cyanotis axillaris (L.) Sweet 2,19 7,34 0,14 9,67 3,22

10 Fimbristylis tomentosa Vahl. 1,41 5,08 1,79 8,29 2,76

Pada Tabel 2. dapat dilihat bahwa dari

10 jenis gulma di lahan sawah yang

memiliki nilai SDR tertinggi adalah jenis

Cuphea carthagenensis dengan nilai

sebesar 19,74%. Cuphea carthagenensis

merupakan jenis herba yang banyak

tumbuh di lahan basah.

INDEKS KESAMAAN SORENSEN

Pada kedua lahan pertanaman ditemukan

lima jenis gulma yang sama dengan Indeks

Kesamaan Sorensen seperti pada Tabel 3

berikut ini:

Tabel 3. Jenis Gulma yang Ditemukan pada

Kedua Lahan Pertanaman Jagung

No Famili Jenis Q/S

1 Asteraceae Ageratum

conyzoides

2 Euphorbiaceae Phyllanthus

niruri

3 Lytheraceae Cuphea

carthagenensis

20%

4 Poaceae Axonopus

compressus

5 Rubiaceae Borreria laevis

Ket; Q/S: Indeks Kesamaan Sorensen

Berdasarkan Tabel 3. pada kedua lahan

pertanaman ditemukan 5 jenis gulma yang

sama yaitu. Diantara kelima jenis gulma ini,

yang banyak ditemukan pada kedua lahan

pertanaman adalah jenis Ageratum

conyzoides dan Cuphea carthagenensis.

Lahan sawah yang dijadikan sebagai daerah

pertanaman jagung merupakan lahan yang

telah dikeringkan dan tidak diairi selama

ditanami jagung, kondisi tanahnya

mengering sehingga Ageratum conyzoides

dapat tumbuh dan berkembang di lahan

sawah tersebut. Selain itu, Ageratum

conyzoides merupakan gulma semusim

yang memiliki jumlah biji yang banyak dan

mudah tersebar. Sedangkan jenis Cuphea

carthagenensis yang melimpah pada lahan

sawah juga ditemukan pada lahan kering

dikarenakan sifatnya yang juga mampu

tumbuh dan berkembang pada lahan

kering. Cuphea carthagenensis kadang-

kadang juga melimpah pada daerah

perkebunan dan lapangan terbuka.

Indeks kesamaan Sorensen yang

didapatkan untuk kedua lahan pertanaman

adalah sebesar 20% ini berarti bahwa

indeks kesamaan dari kedua lahan

pertanaman tergolong rendah karena kurang

dari 50%. Berarti komunitas gulma pada

kedua lahan pertanaman dapat dikatakan

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Semirata 2013 FMIPA Unila |355

berbeda, hal ini ditandai dengan rendahnya

kesamaan jenis gulma yang ditemukan dari

kedua lahan pertanaman jagung tersebut.

Berdasarkan aturan uji beda aturan 50%,

dua komunitas dikatakan berbeda nyata bila

indeks kesamaannya kecil dari 50%.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian terhadap gulma di

pertanaman jagung lahan kering dan lahan

sawah dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut

Komposisi gulma pada kedua

pertanaman jagung terdiri dari 16 famili, 35

genus, dan 45 spesies dengan jumlah

keseluruhan yaitu 12175 individu di lahan

kering dan 5446 individu di lahan sawah

Struktur gulma pada pertanaman jagung

di lahan kering dengan nilai SDR tertinggi

adalah gulma jenis Borreria alata (SDR

40,03%), sedangkan pada pertanaman di

lahan sawah adalah gulma jenis Cuphea

carthagenensis (SDR 19,74%). dan indeks

kesamaan jenis yang didapat dari kedua

lahan tersebut tergolong rendah dengan

nilai sebesar 20%.

DAFTAR PUSTAKA

Aksi Agraris Kanisius. 1993. Seri Budi

Daya Jagung. Kanisius. Yogyakarta.

Dinas Pertanian. 1979. Pedoman Tani.

Sumatra Offset. Padang.

Fadhly, A.F dan F. Tabri. 2009.

Pengendalian Gulma Pada Pertanaman

Jagung. Balai Penelitian Tanaman

Serealia, Maros. hlm. 238-254.

Lusa, M. G and C. Bona. 2011.

Morphological, anatomical and

histochemical characterization of

Cuphea carthagenensis (Jacq.) JF

Macbr, (Lythraceae). Acta Botanica

Brasilica, 25 : 517-527.

Navie, S. 2011. Colombian Waxweed

(Cuphea carthagenensis).

http://www.techni gro.com.au. Diakses

13 November 2011.

Pacific Island Ecosystems at Risk. 2006.

Cuphea Carthagenensis (Jacq). J.F

Macbr, Lytheraceae.

http://www.hear.org/pier/species/cuphea

_carthagenensis.htm. Diakses 13

November 2011.

Ridwan dan D. Jamin. 1994. Pengaruh

Pemberian Bahan Organik Terhadap

Pertumbuhan Gulma, Hasil Jagung dan

Kacang Tanah. Dalam Prosiding

Konferensi XII Himpunan Ilmu Gulma

Indonesia (Weed Science Society Of

Indonesia). Padang, 11-13 Juli 1994. hlm

37-42.

Sastroutomo. 1990. Ekologi Gulma.

Gramedia. Jakarta.

Siagian, M.H dan Z. Fanani. 1994. Jenis

dan Tingkat Keberadaan Gulma Pada

Pertanaman “Baby Corn” di Bundayati

Bengkulu. Dalam Prosiding Konferensi

XII Himpunan Ilmu Gulma Indonesia

(Weed Science Of Indonesia). Padang,

11-13 Juli 1994. hlm 49-53.

Setyowati, N., U. Nurjanah, dan Afrizal.

2005. Pergeseran Gulma dan Hasil

Kedelai pada Pengolahan Tanah dan

Teknik Pengendalian Gulma yang

Berbeda. Akta Agrosi. 8 (2) : 62-69.

Suin, N. M. 2002. Metoda Ekologi.

Universitas Andalas Padang. Padang.

Sukman, Y. dan Yakup. 1995. Gulma dan

Teknik Pengendaliannya. PT Raja

Grafindo. Jakarta.

Suwarno, W.B. 2008. Perakitan Varietas

Jagung Hibrida. Artikel. http://

willy.situshijau.co.id. Diakses tanggal 10

Maret 2011.

Zainir dan N. Jalid. 1994. Identifikasi

Gulma Dominan Pada Lahan Sawah

Bukaan Baru. Dalam Prosiding 2

Solfiyeni, Chairul dan Rahmatul Muharrami: Analisis Vegetasi Gulma Pada Pertanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering dan Lahan Sawah di Kabupaten

Pasaman

356| Semirata 2013 FMIPA Unila

Konferensi XII Himpunan Ilmu Gulma

Indonesia (Weed Science Society Of

Indonesia). Padang, 11-13 Juli 1994. hlm

26-27.

Zimdahl, 1990. Weed Crop Competition.

Fourth Ed. A Review IPPC University of

Oregon. Corvalis, Oregon.