61.8.75.22661.8.75.226/itblog/attachments/article/1214/bab ii.docx · web viewradikal bebas...
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Kajian Teori
Pada kajian teori ini akan dibahas tentang lansia (lanjut usia) dan depresi.
1. Lanjut Usia (Lansia)
a. Definisi
Lanjut usia adalah seorang laki-laki atau perempuan yang berusia
60 tahun atau lebih, baik yang secara fisik masih berkemampuan
(potensial) maupun karena sesuatu hal tidak lagi mampu berperan secara
aktif dalam pembangunan (tidak potensial) (Sikhan, 2009).
Hawari (2007) mengatakan bahwa lansia adalah keadaan yang
ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan
terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan
penurunan kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara
individu.
Menurut Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 19
ayat 1 “Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya
mengalami perubahan biologis, fisik, sikap, pembaharuan akan
memberikan pengaruh pada keseluruhan aspek kehidupan termasuk
kesehatan”.
8
b. Proses Menua
Berdasarkan teori “genetic clock”, tiap spesies mempunyai jam
genetik di dalam inti selnya yang telah diputar menurut replikasi tertentu.
Jam akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi bila tidak
diputar maka spesies akan meninggal. Dapat memutar jam lagi meski
beberapa waktu dengan pengaruh dari luar berupa peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit dengan obat atau tidakan tertentu. Dari hasil
penelitian bahwa nukleus yang menentukan jumlah replikasi, kemudian
menua dan mati, bukan sitoplasmanya (Suhana, 1994).
Menurut mutasi somatik “teori Error Catastrophe”, menua karena
kesalahan beruntun sepanjang kehidupan setelah berlangsung dalam waktu
yang cukup lama, kesalahan dalam proses transkripsi maupun translasi.
Kesalahan akan menyebabkan terbentuknya enzim yang salah dan terjadi
reaksi metabolisme yang salah sehingga mengurangi fungsi sel (Suhana &
Constantinides, 1994).
Rusaknya sistem imun tubuh, mutasi yang berulang atau perubahan
protein pasca translasi, dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan
sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika mutasi
somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel,
maka dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang
mengalami perubahan sebagai sel asing dan menghancurkannya.
Perubahan inilah yang menjadi dasar peristiwa autoimun (Goldstein,
1989).
9
Akibat radikal bebas, radikal bebas yang terbentuk dialam bebas
dan didalam tubuh jika fagosit pecah, dan sebagai produk samping
didalam rantai pernapasan mitokondria. Radikal bebas bersifat merusak,
karena sangat reaktif sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein dan
asam lemak tidak jenuh. Walaupun telah ada sistem penangkal, namun
sebagian radikal bebas bisa lolos, bahkan makin lanjut usia makin banyak
terbentuk sehingga proses pengrusakan terus terjadi, kerusakan organel sel
makin lama makin banyak dan akhirnya sel mati (Oen, 1993).
Proses menua terakhir akibat metabolisme, terdapat hubungan
antara tingkat metabolisme dengan panjang umur. Memperlihatkan bahwa
pengurangan intake kalori akan menghambat pertumbuhan dan
memperpanjang umur. Ternyata perpanjangan umur berasosiasi dengan
tertundanya proses degenerasi. Perpanjangan umur karena penurunan
jumlah kalori disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa
proses metabolisme. Terjadi penurunan hormon yang merangsang
poliferasi sel, misalnya insulin dan hormon pertumbuhan (Goldstein, et al,
1989).
c. Batasan Usia Lanjut
Negara-negara maju di Eropa dan Amerika menganggap batasan
tua ialah 65 tahun, dengan pertimbangan bahwa pada usia tersebut orang
akan pensiun, tetapi akhir-akhir ini telah dicapai konsensus sebagai batas
umur tersebut ialah 60 tahun (Word Health Organization (WHO), 1989).
10
Menurut WHO (1989) ada empat tahapan yaitu : a) Usia
prtengahan (middle age) usia 45-59 tahun; b) Lanjut usia (elderly) usia 60-
74 tahun; c) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun; d) Usia sangat tua (very
old) usia >90 tahun.
Menurut Burnsie (1979), ada empat tahap lanjut usia yaitu: a)
Young old (usia 60-69 tahun); b) Middle age old (usia 70-79 tahun); c)
Old-old (usia 80-89 tahun); d) Very old-old (usia >90 tahun). Menurut
Hurlock (1979), perbedaan lanjut usia ada dua tahap : Early old age (usia
60-70 tahun) dan Advanced old age (usia 70 tahun).
Di Indonesia, batasan mengenai lanjut usia adalah 60 tahun ke atas,
terdapat dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2.
d. Sindroma pada Lansia
Lansia yang mengalami masalah kesehatan berbeda dengan orang
dewasa muda lainnya, baik dari segi penyebab, perjalanan, maupun tanda
dan gejala penyakitnya. Akibatnya tatacara diagnosis atau asesmen pada
lansia juga berbeda (Stieglits, 2000).
Menurut The National Old People’s Welfare Council di Inggris
yang dikutip oleh Nugroho (2000) mengemukakan bahwa penyakit atau
gangguan umum pada lansia ada 12 macam, yakni: 1) Depresi; 2)
Gangguan pendengaran; 3) Bronkitis kronis; 4) Gangguan pada tungkai/
sikap berjalan; 5) Gangguan pada sendi; 6) Anemia; 7) Demensia; 8)
Gangguan penglihatan; 9) Ansietas; 10) Dekompensasi kordis; 11)
11
Diabetes mellitus, osteomalisia, dan hipotiroidisme; 12) Gangguan pada
defekasi.
Menurut Brocklehurst (1987), beberapa problema klinik dari
penyakit pada lansia yang sering dijumpai antara lain: a) Sindroma
serebral; b) Patah tulang dan kelainan tulang; c) Inkontinensia; d)
Gangguan otonom; e) Jatuh; f) Gangguan kesadaran dan kognitif; g)
Dekubitus. Gangguan saraf otonom pada lansia bermanifestasi antara lain
gangguan pengaturan temperatur badan, gangguan gerakan kandung
kemih, esofagus dan usus besar (Martono, 2000). Gangguan motorik yang
dapat dicatat dan terlihat antara lain gaya jalan menyeret, posisi tubuh
membungkuk, gerakan jari seperti memilin pir, tremor dan asimetri tubuh
(Kaplan et al, 1997).
Selain pada gangguan fisik, pada lanjut usia juga rentang
mengalami gangguan mental dan memerlukan pengetahuan khusus
dikarenakan kemungkinan perbedaan manifestasi klinis, patogenesis dan
patofisiologi pada lansia (Weinberg, 1995). Beberapa masalah lansia
dibidang psikis antara lain kesepian, duka cita, depresi dan gangguan
cemas (Noviani & Martono, 2000).
e. Prevalensi
Untuk setiap 100 laki-laki di atas 65 tahun, ada 146 perempuan.
Rasio ini meningkat sebanding dengan peningkatan kelompok usia. Ada
100 laki-laki dan 122 perempuan di kelompok usia 65-69 dan 100 laki-laki
setiap 259 perempuan pada kelompok usia 85 ke atas (AARP, 1995).
12
Meskipun wanita hidup lebih lama daripada laki-laki, ditahun setelah
mereka hidup sendiri banyak fungsi ADL (Activity of Daily Living) dalam
status tergantung dan membutuhan intervensi (Rogers, Rogers, Belangers,
1990). Sekitar 50% dari wanita di atas usia 65 adalah janda, dan ada
hampir 5 kali lebih banyak janda daripada duda (AARP, 1995).
Jumlah lansia akan naik lebih cepat daripada jumlah anak atau
jumlah pertumbuhan penduduk keseluruhan, golongan lansia di Indonesia
akan naik 39,6% setiap tahunnya, sedangkan angka pertumbuhan anak di
bawah 15 tahun hanya akan naik 5,6% setahun dalam kurun waktu tahun
1985-1995 (Supas, 1992).
Pada tahun 2000 jumlah orang lanjut usia diproyeksikan sebesar
7.28% dan pada tahun 2020 sebesar 11.34% (Supas, 1992). Dari data
USA-Bureau of the Cencus, bahkan Indonesia diperkirakan akan
mengalami pertambahan warga lansia terbesar diseluruh dunia, antara
tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414% (Kinsella & Taeuber, 1993).
2. Depresi
a. Definisi
Depresi adalah bentuk yang paling parah dari gangguan mood. Ini
hanya melibatkan keadaan tertekan. Bentuk yang kurang parah dari
gangguan ini dikenal sebagai gangguan dysthymic. Gangguan fluktuasi
suasana hati yang paling parah adalah gangguan bipolar. Bentuk yang
kurang parah dari gangguan ini adalah gangguan cyclothymic (American
Association Psychoatric (APA), 1994). Dr. Trisnia (1991) menyebutkan
13
bahwa depresi adalah suatu perasaaan sendu atau sedih yang biasanya
disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh, mulai dari
perasaan murung sedikit sampai pada keadaan tidak berdaya.
Menurut ICD (International Classification Diagnostic) dikutip oleh
Adelman & Daily (2001), depresi adalah penurunan mood yang
berkepanjangan. ICD juga mengidentifikasi gangguan depresi berdasarkan
tingkat keparahan dan mengidentifikasi tiga gejala utama yaitu : mood
yang buruk, anhedonia (kehilangan rasa senang pada kegiatan yang
sebelumnya terasa menyenangkan), dan penurunan energi (atau
peningkatan rasa mudah lelah). Diagnosis episode depresi ringan dapat
ditegakkan bila terdapat setidaknya dua dari tiga gejala utama dan dua dari
gejala berikut : penurunan konsentrasi dan perhatian; penurunan rasa
percaya diri dan harga diri; perasaan bersalah dan tidak berharga; merasa
putus asa mengenai masa depannya; pikiran untuk melukai diri sendiri;
gangguan tidur; dan peningkatan atau penurunan napsu makan. Untuk
episode depresi sedang terdapat enam gejala, termasuk setidaknya dua dari
gejala utama harus ada, dimana keseluruhan gejala ini harus
mengakibatkan gangguan aktivitas sehari-hari yang cukup bermakna.
Episode depresi yang berat ditetapkan berdasarkan setidaknya delapan
gejala, termasuk seluruh tiga gejala utama, yang mengakibatkan tekanan
yang bermakna atau mengganggu kehidupan sehari-hari.
14
b. Macam Depresi
1) Depresi Mayor atau Depresi Berat
Gejala yang paling sering dikaitkan dengan depresi berat adalah
kesedihan, air mata, merasa hampa dan tidak berharga, perubahan
dalam kebiasaan makan dan tidur, memperlambat gerakan, keluhan
kelelahan, konsentrasi menurun, dan pikiran bunuh diri. Untuk
diagnosis depresi berat, gejala-gejala ini harus berlangsung minimal 2
minggu. Seringkali, orang tua menyalahkan disfungsi pada masalah
fisik daripada depresi. Lansia depresi lebih mungkin untuk
mengabaikan kebersihan diri mereka. Lansia juga lebih berhasil dari
orang lain ketika mereka mencoba untuk bunuh diri (Busse & Blazer,
1989).
Depresi berat dapat terjadi sebagai akibat dari peristiwa
kehidupan, seperti kehilangan pasangan, rumah dan peran profesional.
Akibatnya depresi dapat disebut reaktif karena orang tersebut bereaksi
terhadap peristiwa dalam cara yang berlebihan. Jika tidak ada sebab
atau situasi yang jelas yang menimubulkan depresi, disebut endogen
(berasal dari dalam orang tersebut) (Busse & Blazer, 1989).
Tingkat gangguan depresi mayor nonpsikotik menurut DSM-IV
(Diagnostic and Statistic Manual) tahun 1995 meliputi gangguan
depresi mayor ringan, sedang dan parah, dapat diuraikan sebagai
berikut: 1) Ringan: beberapa, jika ada, gejala yang melebihi dari yang
diperlukan untuk membuat diagnosis dan gejala hanya menyebabkan
15
gangguan ringan dalam fungsi pekerjaan atau aktivitas sosial yang biasa
dilakukan atau hubungan dengan orang lain. 2) Sedang: gejala atau
gangguan fungsional berada diantara ringan dan berat. 3) Parah:
beberapa gejala melebihi dari yang diperlukan untuk memnuat
diagnosis, dan gejala dengan jelas mengganggu fungsi pekerjaan atau
aktivitas sosial yang biasa dilakukan atau hubungan dengan orang lain.
Tingkat depresi dibedakan dalam depresi ringan, sedang dan berat
sesuai dengan banyak dan beratnya gejala serta dampaknya terhadap
fungsi kehidupan seseorang (Maslim, 2001).
2) Distimia atau Depresi Ringan
Depresi ringan atau gangguan dysthymic dapat mengganggu
sosialisasi dan kelangsunagn hidup. Lansia dengan disthimia memiliki
banyak gejala yang berhubungan dengan depresi berat, meskipun dalam
bentuk yang kurang melemahkan. Gejala disthimia dianggap
karakteristik kepribadian karena mereka telah hadir selama bertahun-
tahun (APA, 1994). Gejala depresi menjadi bagian dari diagnosis ketika
mereka merusak fungsi lansia sehingga tidak mampu melakukan tugas-
tugas yang diperlukan (Busse & Blazer 1989).
c. Etiologi
Kontribusi genetik tampak jelas dapat menyebabkan depresi. Stres,
stres kronis dapat meningkatkan kadar kortisol dan hal ini dapat
mengakibatkan penurunan mood melalui mekanisme penurunan ekspresi
16
neurotropin, yang berperan penting dalam pertumbuhan neuron (Mary,
2013).
Faktor psikososial terpenting yang terkait adalah kejadian terkini
dalam hidup yang tidak menyenangkan (seperti kehilangan atau penurunan
kesehatan fisik), kehilangan orang tua dan tekanan yang berat atau
penyiksaan masa kanak-kanak. Keadaan lain adalah pengangguran dan
kurangnya hubungan kepercayaan (Mary & Cooper, 2013).
Beberapa penyakit fisik (hampir semua gangguan endokrin,
berbagai jenis kanker, beberapa infeksi virus) dan beberapa jenis obat
(termasuk steroid, obat anihipertensi dan kontrasepsi oral) secara spesifik
berhubungan dengan depresi. Wanita biasanya lebih rentan terkena
episode depresi pada minggu-minggu setelah melahirkan (Mary & Cooper,
2013).
d. Tanda dan Gejala
Berdasarkan pada DSM-IV (1995) tanda dan gejala yang timbul
pada pasien depresi adalah : a) Lima (atau lebih) gejala berikut selama
periode yang sama dalam dua minggu dan mewakili perubahan dari fungsi
sebelumnya, setidaknya satu dari gejala merupakan perasaan depresi atau
kehilangan minat atau kesenangan, meliputi: 1) Mood depresi hampir
sepanjang hari, hampir setiap hari, seperti yang ditunjukkan oleh salah satu
laporan subyektif (misalnya, merasa sedih atau kosong) atau pengamatan
yang dibuat oleh lain (misalnya,. Muncul menangis); 2) Terlihat minat
yang berkurang atau kesenangan dalam semua, atau hampir semua,
17
kegiatan hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, seperti yang
ditunjukkan oleh salah satu akun subyektif atau pengamatan yang
dilakukan oleh orang lain; 3) Penurunan berat badan yang cukup besar bila
tidak diet (misalnya, perubahan lebih dari 5% dari berat badan dalam satu
bulan) atau meningkatkan atau menurunkan nafsu makan hampir setiap
hari; 4) Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari; 5) Psikomotor
agitasi atau retardasi hampir setiap hari, diamati oleh orang lain, bukan
hanya perasaan subjektif kegelisahan atau sedang melambat; 6) Kelelahan
atau kehilangan energi hampir setiap hari; 7) Perasaan tidak berharga atau
bersalah yang berlebihan atau tidak, yang mungkin delusi, hampir setiap
hari, bukan hanya menyalahkan diri sendiri atau bersalah tentang sakit; 8)
Kemampuan berkurang untuk berpikir atau berkonsentrasi, hampir setiap
hari, baik oleh akun subyektif atau seperti yang diamati oleh orang lain; 9)
Pikiran berulang tentang kematian, bukan hanya takut mati, ide bunuh diri
berulang tanpa rencana khusus, atau usaha bunuh diri atau rencana khusus
untuk melakukan bunuh diri. Gejala yang lain: b) Tidak memenuhi kriteria
untuk episode campuran (mania); c) Gejala menyebabkan distress klinis
signifikan atau gangguan dalam bidang sosial, pekerjaan, atau lainnya
yang penting dari peran; d) Gejala tersebut tidak disebabkan oleh efek
fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, penyalahgunaan obat, obat)
atau kondisi medis umum (misalnya, hipotiroidisme).
18
e. Prevalensi
Para peneliti melaporkan statistik bervariasi pada prevalensi
depresi di antara penduduk tua. Beberapa studi menunjukkan bahwa
sekitar 5% dari mereka lebih dari 65 sudah aktif, gangguan mood saat ini
(Birren, Sloane & Cohen, 1992). Penelitian lain menunjukkan bahwa 25%
dari orang tua mengalami bentuk depresi (Johnson, 1995). Dengan usia 70
tahun, sekitar 6% dari orang tua memiliki gangguan mood (Busse &
Blazer, 1989). Depresi dan semua bentuk lain dari penyakit mental
dilaporkan menjadi lebih umum dikalangan orang tua di institusi
dibandingkan di masyarakat (George, 1993).
Lansia perempuan lebih mungkin menjadi depresi dibandingkan
laki-laki tua. Meskipun penduduk lansia lebih banyak perempuan daripada
laki-laki, angka pada prevalensi depresi dihitung secara proporsional
(Busse & Blazer, 1989).
Resiko selama masa hidup terkena penyakit depresi berkisar antara
10-20%, dengan angka kejadian hampir dua kali lipat pada wanita.
Prevalensi tertinggi pada usia menengah dan tua. Depresi lebih sering
ditemukan pada daerah perkotaan dibandingkan pedesaan dan terutama
terjadi pada wanita dari kelas sosio-ekonomi rendah (Mary & Katona,
2013).
B. Kerangka Teori
Setelah seseorang memasuki masa lansia terjadi beberapa perubahan
diantaranya perubahan fisik, perubahan kognitif dan perubahan psikososial.
Perubahan Psikososial
Perubahan Kognitif
Perubahan Fisik
19
Dari ketiga perubahan tersebut dapat menjadi penyebab timbulnya depresi
pada lansia. Akibat dari depresi yang dialami lansia dapat menimbulkan
minat dalam melakukan kegiatan menurun, berat badan menurun, konsentrasi
dan berpikir terjadi penurunan menjadi lebih lambat, insomnia atau
hipersomnia, kehilangan energi sehingga malas beraktivitas dan memiliki
perasaan bersalah.
Gambar 2.1 Kerangka Teori
C. Kerangka Berpikir
Dengan menggunakan responden lansia yang mengambil karakteristik
pada aspek jenis kelamin, usia lebih dari 60 tahun, status pernikahan, tingkat
pendidikan terakhir lansia, lamanya penyakit penyerta yang diderita, dan
pekerjaan lansia sekarang. Akan dilakukan pengukuran tingkat depresi lansia
menggunakan instrumen Geriatric Depression Scale. Hasilnya,
Lansia
- Minat dalam kegiatan menurun- Berat badan menurun- Insomnia atau hipersomnia- Kehilangan energi- Perasaan bersalah- Konsentrasi & berpikir menurun
Depresi
Lansia di Donohudan, Ngemplak, Boyolali
Tingkat depresi pada lansia
Instrumen Geriatric Depression Scale
Normal Ringan Berat
20
dikelompokan pada tingkat lansia normal, depresi ringan dan berat. Maka
akan didapat tujuan dari penelitian yaitu gambaran tingkat depresi pada lansia
di Unit Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Islam Sultan Agung.
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir