60 pribahasa + arti
TRANSCRIPT
1. Ayam berinduk, sirih berjunjung: kalau bekerja bersama-sama sebaiknya ada
yang memimpin.
2. Ayam bertelur di atas padi mati kelaparan: orang yang bersuamikan/beristrikan
orang kaya namun hidupnya tetap susah juga. orang yang menderita di tempat
yang berkelimpahan
3. Ayam ditambat disambar elang: sial sekali, istri/tunangan dilarikan orang.
4. Ayam hitam terbang malam: perkara/persoalan yang gelap, sukar sekali
ditelusuri dan diperoleh keterangan.
5. Ayam menang kampung tergadai: kesialan yang tak tanggung-tanggung; sangat
sial.
6. Ayam putih terbang siang: perkara/persoalan yang sudah jelas bukti-buktinya.
7. Asam di gunung garam di laut bertemu dalam satu belanga: jodoh seseorang
bisa saja berasal dari tempat yang jauh, tetapi bertemu juga.
8. Peribahasa ini juga menghibur hati orang yang belum berjodoh untuk tidak patah
semangat.
9. Atap ijuk perabung timah: dua perkara yang sepadan/cocok. - anak dengan
menantu sepadan.
10. Awak kalah gelanggang usai: sial sekali; tidak mempunyai kesempatan untuk
membalas kekalahan.
11. Badai pasti berlalu artinya segala penderitaan pasti ada akhirnya.
12. Badak makan anaknya:laki-laki yang merusakkan anaknya sendirimembuat aib
terhadap keluarga sendiri
13. "Bagai air dengan minyak" artinya dua hal yang tidak bisa dipersatukan.
14. Bagai air di daun talas: ketidakcocokan antara dua orang, seperti air yang
ditaruh di atas daun talas akan terpisah
15. Bagai air titik ke batu: sukar sekali memberi nasihat kepada orang jahat.
16. Bagai alu pencungkil duri: pekerjaan yang sia-sia atau tidak mungkin dilakukan.
17. Bagai anjing beranak enam: orang yang sangat kurus sekali
18. bagai anjing melintang denai: sangat gembira
19. Bagai anjing menyalak di ekor gajah: orang yang hina dan lemah hendak
melawan orang yang besar dan kuat, tentu tak akan berhasil.
20. Bagai api dengan asap :tak dapat bercerai lagi/selalu bersama-sama
21. Cabik-cabik bulu ayam: dua orang bersaudara berkelahi/berselisih, tetapi lama
kelamaan berbaikan lagi.
22. Cacat-cacat cempedak, cacat-cacat nak hendak: pura-pura saja mencela
padahal dalam hati sudah mau sekali.
23. cacing menjadi ular naga: orang kecil menjadi orang besar.
24. Cadik terkedik, bingung terjual artinya orang yang cerdik saja dapat meleset
pendapatnya, apalagi orang yang bodoh - mudahlah ditipu orang lain.
25. Calak-calak ganti asah, menunggu tukang belum datang: sesuatu yang dipakai
untuk sementara saja karena sedang menunggu yang lebih baik diperoleh atau tiba.
26. Cencang dua segeragai: sekali jalan, dua pekerjaan selesai.
27. Cencang putus, tusuk tembuk artinya putusan yang mengikat.
28. Cerdik perempuan melebuhkan, saudagar muda mengutangkan: orang bodoh
tidak perlu dipertimbangkan perkataannya.
29. Cerdik tak membuang kawan, gemuk tak membuang lemak: tidak hanya
mengingat kepentingan diri sendiri.
30. Cium tapak tangan, berbau atau tidak:introspeksi diri
31. Dahulu bajak daripada jawi: orang muda yang belum mempunyai pengalaman
dijadikan pemimpin orang tua-tua yang berpengalaman.
32. Dahulu timah sekarang besi: seseorang yang harkat martabat dan kedudukannya
turun.
33. Datang tidak berjemput, pulang tidak berantar: tidak dipedulikan; diabaikan
saja.
34. Deras datang, deras kena: siapa tak tak sabar (mau cepat-cepat saja) dalam
berjual beli atau bertukar barang maka dialah yang akan mendapat kerugian.
35. Dibuat karena alah, menjadi murka karena alah: Dikerjakan dengan baik,
tetapi disangka orang jelek juga adanya.
36. Digantung tak bertali: perempuan yang tidak diberi nafkah, tetapi tidak juga
ditalak.
37. Digenggam takut mati, dilepaskan takut terbang: orang yang mempunyai
kekasih masih muda sekali, mau dikawini masih di bawah umur, mau dilepaskan
takut diambil orang.
38. Diam di bandar tak meniru, diam di laut asin tidak: tetap saja bodoh; orang
yang tidak memanfaatkan kesempatan untuk belajar walaupun tinggal di kota.
39. Elok berarak di hari panas: bersenang-senang/berpesta ria baru pada tempatnya
bila orang tersebut mampu melakukannya.
40. Embacang buruk kulit: seseorang yang tampak luarnya/lahirnya seolah-olah
tidak baik atau bodoh namun sesungguhnya dia baik hati/pandai sekali.
41. Enak lauk dikunyah-kunyah, enak kata diperkatakan: perkataan/nasihat yang
baik itu seringlah diulang-ulang supaya terpahami dengan baik
42. Enau sebatang dua sigainya: perempuan yang menduakan suaminya; istri yang
berselingkuh.
43. Enggang lalu, atal jatuh, anak raja mati ditimpanya: orang yang dituduh
melakukan suatu kejahatan karena kebetulan berada di tempat kejadian perkara.
44. Esa hilang, dua terbilang: terus berjuang/berusaha dengan gigih sampai tercapai
tujuan/cita-cita.
45. Fajar menyingsing, elang menyongsong: sambutlah hari dengan semangat
berusaha/bekerja yang gigih/kuat.
46. Gabak di hulu tanda akan hujan: suatu hal/huru-hara akan terjadi karena sudah
tampak tanda-tanda ke arah sana.
47. Gajah derum tengah rumah: kedatangan tamu orang besar
48. Gajah mati karena gadingnya: orang sering mendapat kesusahan/kesukaran
justru karena kelebihan yang ada padanya.
49. Geleng serupa cupak hanyut: sombong/angkuh; kalau berjalan tampak benar
sikap angkuh dan sombongnya itu.
50. Gajah mati tinggalkan gading, harimau mati tinggalkan belang : Orang
meninggal selalu meninggalkan hal hal yang baik maupun buruk yang selalu
diingat orang
51. Habis adat dengan kerelaan, hilang adat tegal mufakat: adat lama boleh saja
tidak dituruti apabila ada kata sepakat (tegal mufakat).
52. Harapkan guntur di langit, air di tempayan dicurahkan: terlalu mengharapkan
keuntungan yang belum pasti, yang sudah ada ditangan disia-siakan, akhirnya
yang manapun tidak dapa
53. Harum menghilangkan bau: nama yang baik itu menghilangkan
kejahatan/kejelekan sebelumnya.
54. Hati gajah sama dilapah, hati tungau sama dicecah: hasil yang diperoleh dibagi
sama, bila diperoleh banyak maka sama-sama mendapat banyak, bila sedikit maka
sama-sama sedikit pula.
55. Hendak menangguk ikan, tertangguk pada batang: mengharapkan keuntungan,
namun kerugian yang diperoleh.
56. Hidup enggan mati tak mau: hidup yang sangat menderita, misalnya: melarat
karena sangat miskin atau sakit-sakitan terus.
57. Hidup seperti umang-umang: kehidupan yang sangat miskin.
58. Hujan tak sekali jatuh, simpai tak sekali erat: kerja itu harus berangsur-angsur,
takkan selalu dapat selesai sekaligus semuanya.
59. Hasrat hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai: ingin mencapai
sesuatu, sayangnya syaratnya untuk itu tidak ada atau tidak dipunyai.
60. Seperti ilmu padi, kian berisi kian merunduk artinya: semakin tinggi ilmunya
semakin rendah hatinya