52751127-titrasi-redoks
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
1. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan
standarisasi dan penentuan cuplikan dengan titrasi redoks.
2. Perincian Kerja
Melakukan standardisasi larutan KmnO4
Menentukan kadar besi dalam larutan
3. Dasar Teori
Titrasi redoks merupakan titrasi yang didasarakan pada reaksi oksidasi dan
reaksi reduksi antara analit dan titran. Titrasi redoks banyak digunakan untuk
penentuan sebagian besar logam-logam. Indikator yang digunakan pada titrasi ini
menggunakan berbagai cara kerja. Pada titrasi yang menggunakan KMnO4 tidak
menggunakan suatu larutan indikator, tetapi larutan KMnO4 itu sendiri dapat
bertindak sebagai indikatornya.
Kalium Permanganat
Digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih.
Zat ini merupakan pereaksi yang sangat mudah diperoleh, tidak mahal, dan
tidak memerlukan suatu indikator, kecuali bila digunakan pada larutan yang
sangat encer. Satu tetes KMnO4 0,1 N memberikan suatu warna muda yang
jelas pada larutan dalam titrasi. Permanganate mengalami reaksi kimia yang
bermacam-macam, karena mangan dapat berada dalam keadaan-keadaan
oksidasi +2, +3, +4, +6, +7. Untuk reaksi yang berlangsung dalam larutan
yang sangat asam akan terjadi reaksi :
MnO4- + 8H+ + 5 e Mn 2+ + 4H2O
Sedangkan untuk reaksi dalam larutan berasam rendah :
MnO4- + 8H+ + 3 e MnO2 + 2H2O
Reaksi yang paling abanyak digunakan adalah reaksi pada larutan yang sangat
asam, dimana permanganate bereaksi dengan sepat.
Natrium Oksalat
Senyawa ini merupakan standar primer yang baik bagi permanganate dalam
larutan asam. Dapat diperoleh dalam derajat kemurnian yang tinggi, stabil pada
pemanasan dan tidak hidroskopis. Reaksi dengan permanganate agak kompleks
dan sekali pun banyak penelitian untuk tidak dilakukan. Namun mekanisme yang
tepat adalah dipanaskan pada suhu 600C. pada kenaikan suhu, pada awalmya raksi
berjalan dengan lambat tetapi kecapatan semakin meningkat setelah ion
mangan(II) terbentuk. Mangan(II) bertindak sebagai suatu katalis dan reaksinya
dinamakan sebagai reaksi otokatalitik karena katalis dihasilkan oleh reaksinya
sendiri ionnya mungkin mempengaruhi efek katalitiknya dengan cepat bereaksi
dengan permanganate untuk membentuk mangan dari keadaan oksidasi antara +3
dan +4 yang selanjutnya dengan cepat mengoksidasi ion oksalat, kembali di
valent. Adapun reaksinya adalah :
5C2O42- + 2MnO4 + 16H- 2Mn3+ + 10CO2 + 8H2O
Flower dan Bright melakukan suatu penelitian yang sangat mendalam terhadap
kesalahan-kesalahan yang mungkin didalam titrasi. Mereka menemukan beberapa
bukti dari pembentukan pereoksida :
O2 + H2C2O4 H2O2 + 2CO2
Dan apabila pereoksida terurai sebelum reaksi dengan permanganate, terlalu
sedikit larutan permanganate yang diperlukan sehingga normalitasnya tinggi.
Mereka menyarankan agar hampir semua permanganate ditambahkan dengan
cepat dalam larutan yang telah diasamkan pada suhu kamar. Setelah reaksi
sempurna larutan dipanaskan sampai 600C dan dititrasi diselesaikan pada suhu ini.
4. Daftar Alat
a. Neraca Analitis
b. Kaca Arloji
c. Erlenmeyer
d. Buret
e. Pifet Ukur
f. Gelas Kimia
g. Labu Takar
h. Spatula
i. Bola Karet
j. Hot Plate
k. Termometer
5. Daftar Bahan
a. Na2C2O4 Padatan
b. H2SO4 Pekat
c. KMnO4 Padatan
d. FeSO4 7H2O Padatan
6. Gambar Alat (terlampir)
7. Keselamataan Kerja
Gunakan peralatan keselamatan kerja seperti sarung tangan dan masker untuk
menangani larutan asam sulfat.
8. Prosedur Kerja
Standarisasi Larutan KMnO4
Membuat larutan 0,1 N KMnO4
Natrium Oksalat dikeringkan dalam oven pada suhu 105-1100C selama 2 jam.
Setelah itu mendinginkannya didalam desikator.
Menimbang Natrium Oksalat sebanyak 300 mg, memasukkan kedalam
Erlenmeyer
Melarutkan 12,5 ml H2SO4 dalam air 250 ml
Memasukkan larutan H2SO4 tersebut kedalam Erlenmeyer yang berisi Natrium
Oksalat. Homogenkan, mendinginkan sampai 240C
Mentitrasi dengan 0,1 N KMnO4 sampai volume 35 ml lalu memanaskan sampel
55-600C dan melanjutkan titrasi setetes demi setetes hingga berubah warna yaitu
merah muda.
Penentuan Besi Dengan KMnO4
Melarutkan 4 gram cuplikan (FeSO4 7H2O) dalam air demineral 200 ml
Memipet 25 ml larutan cuplikan ke dalam Erlenmeyer 250 ml dan menambahkan
25 ml 0,5 M H2SO4
Mentitrasi dengan larutan standar 0,1 N KMnO4 sampai warna merah muda tidak
berubah lagi
9. Data Pengamatan
Standarisasi Larutan KMnO4
Gram Analit (Na Oksalat)
Volume Titran (KMnO4)
Perubahan Warna Suhu
300 mg 49,5 mlJernih ke merah
muda600C
300 mg 45,5 mlJernih ke merah
muda380C
Rata-rata 57,5 ml - -
Penentuan Besi Dengan KMnO4
No.Volume Analit (FeSO4
7H2O)Volume Titran (KMnO4) Perubahan Warna
1 25 ml 35,5 ml Jernih ke merah muda2 25 ml 37,5 ml Jernih ke merah muda- Rata-rata 36,5 ml -
10.Perhitungan
Standarisasi Larutan KMnO4
gr Na2C2O4
BE Na2C2O 4
=V KMnO4×N KMnO4
0,3g
134mgek
2
=0,0475 L×N KMnO4
N KMnO 4=¿ 0,09
Penentuan Besi dengan KMnO4
Menentukan % besi dalam larutan :
%Fe=V KMnO4×M KMnO4×BEFe
gr sampel×100
%Fe=36,5×0,09×7,5gr sampel
×100
%Fe=24,8%
11.Analisa Percobaan
Dalam percobaan penentuan Fe kali ini, dapat dianalisa bahwa dala penentuan
Fe harus dilakukan standardisasi larutan KmnO4, kemudian penentuan kadar besi
dalam larutan. Dalam percobaan ini menggunakan titrasi redoks yang mana sebagai
titran adalah larutan KmnO4 0,1 0,1 N.
Pada standardisasi larutan KmnO4 dilakukan dua kali percobaan, dimana
percobaan pertama didapat volume titran 49,5 ml. Pada percobaan kedua, volume
titran 45,5 ml dengan gram analit yang sama yaitu 0,3 gr sehingga didapat rata-rata
volume titran adalah 47,5 ml. Pada saat larutan H2SO4 yang telah dicampur dengan
natrium oksalat dititrasi dengan larutan KmnO4 hingga volume titran 35 ml, larutan
berubah menjadi ungu pekat. Kemudian larutan tersebut dipanaskan hingga menjadi
bening kembali, setelah itu larutan tersebut dititrasi kembali hingga berubah menjadi
warna merah muda.
Pada penentuan Fe dengan KmnO4, dilakukan juga 2 kali percobaan. Dimana
pada percobaan pertama didapatkan volume titran sebanyak 35,3 ml. Pada percobaan
kedua, didapatkan volume titran 37,5 ml sehingga didapatkan rata-rata volume titran
yaitu 36,5 ml.
12.Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
Pada standardisasi larutan KmnO4, didapatkan N KmnO4 yaitu 0,09.
Pada penentuan besidengan KmnO4, didapat % Fe yaitu 24,8 %
Melakukan proses standardisasi dengan cara membuat larutan, mengeringkan,
mendinginkan, memanaskan, dan menitrasi sehingga terjadi perubahan warna
yang tetap.
13. Pertanyaan
1. Tuliskan beberapa keuntungan dan juga kerugian dalam penggunaan larutan standar
KMnO4 sebagai pereaksi oksidasinya !
Jawab : Keuntungan
a. Mudah diperoleh
b. harganya murah / tidak mahal
c. bereaksi cepat
d. dapat menjadi indicator sendiri
Kerugian
a. Memerlukan indicator jika digunakan untuk larutan yang encer atau cair
b. Dalam suasana asam atau basa lemah akan terbentuknya endapan
coklat, MnO4 yang mengganggu sehingga harus disaring untuk
menghilangkannya
2. a. mengapa pada standar larutan Na oksalat, KMnO4 diberikan secara cepat
b. mengapa larutan tersebut harus dipanaskan pada suhu 600C
Jawab : a. pada standarisasi dengan Na Oksalat, KMnO4 diberikan secara cepat
karena apabila peroksida titran sebelum reaksi dengan permanganate,
terlalu sedikit permanganate yang diperlukan sehingga dari perhitungan
normalitasnya tinggi.
b. Larutan harus dipanaskan pada suhu 600C karena reaksi dengan
permanganate agak kompleks sekalipun banyak penelitian yang
reaksinya lambat pada suhu kamar.
3. Suatu sampel As2O3 seberat 0,2248 gr dilarutkan dan memerlukan 44,22
ml KmnO4 untuk titrasi. Hitung molaritas dan normalitas KmnO4.
Jawab :
gr As2O3BE As2O 3
=V KMnO 4× N KMnO 4
0,2248gr66gr /mol
=44,22ml ×N KMnO 4
N KMnO 4=¿ 0,077 0,08N
M= GramN xMr
¿ 0,2248gr0,44 Lx 108gr /mol
¿ 0,0025 0,003N