507-513

7
507 Karakteristik truss morfometrik... (Irin Iriana Kusmini) ABSTRAK Ikan tengadak merupakan ikan perairan umum asli Kalimantan yang potensial untuk dikembangkan. Penelitian karakterisasi ikan tengadak bertujuan untuk mengetahui data base (karakter morfometrik) serta kekerabatannya dengan ikan sejenis yang ada di Jawa Barat. Pengukuran morfometrik dilakukan menggunakan metode truss morfometrik. Untuk melihat penyebaran karakter morfologi ikan dilakukan dengan analisis kanonikal, analisis sharing component atau indeks kesamaan dilakukan dengan analisis diskriminan. Hasil analisis menunjukkan adanya sedikit kesamaan morfologi antara tengadak asal Kalimantan dengan tengadak albino asal Jawa Barat, sedangkan dengan tawes jauh berbeda di mana karakter morfometrik tidak saling bersinggungan. KATA KUNCI: truss morfometrik, ikan tengadak, tengadak albino, tawes PENDAHULUAN Perairan umum di Kalimantan Barat diperkirakan dihuni 300 jenis ikan, di mana sekitar 100 jenis ikan dominan merupakan jenis ekonomis penting, antara lain gabus (Channa spp.), sepat (Trichogaster spp.), jelawat (Leptobarbus hoeveni), kelabau (Osteochilus spp.), pipih (Notopterus spp.), patin (Pangasius spp.), betutu (Oxyleotris marmorata), papuyu (Anabas testuidens), baung (Mystus nemurus), tengadak (Barbonymus spp.), dan lele (Clarias spp.). Jenis-jenis ikan tersebut merupakan penghuni khas perairan rawa yang mempunyai nilai ekonomi penting. Ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) merupakan ikan asli dari Provinsi Kalimantan Barat. Menurut Rochman et al. (2008), ikan tengadak mempunyai prospek yang baik untuk dibudidayakan. Provinsi Kalimantan Barat dengan luas wilayah daratan sekitar 146.087 km 2 dan memiliki sungai terpanjang di Indonesia yaitu Sungai Kapuas dengan panjang 1.038 km 2 . Potensi sektor perikanan meliputi budidaya ikan air tawar seluas 11.276 ha. Menurut Kristanto et al. (2008), ikan kelabau dan ikan tengadak memiliki ukuran mencapai 1 kg/ekor jika dibandingkan dengan ikan nilem dari Jawa Barat yang hanya mencapai ukuran 100–200 g/ekor. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakter morfometrik ikan tengadak, yang akan bermanfaat sebagai data base karakter morfometrik serta kekerabatannya dengan ikan-ikan sejenis yang terdapat di Jawa Barat. METODOLOGI Ikan tengadak ukuran 10–20 cm/ekor dikumpulkan dari berbagai lokasi di Kalimantan Barat. Identifikasi kekerabatan ikan tengadak dilakukan dan sebagai pembanding (kontrol) adalah jenis ikan yang hampir sama dengan tengadak di Jawa Barat (ikan tengadak albino dan ikan tawes). Pengukuran morfometrik dilakukan menggunakan metode truss morfometrik, berdasarkan metode Strauss & Bookstein (1982) yang dimodifikasi dalam Corti et al. (1988). Metode ini berupa pengukuran jarak titik-titik tanda yang akan dibuat pada kerangka tubuh (Gambar 1). Tubuh ikan dibagi menjadi empat bagian besar yaitu: A, B, C, dan D serta sepuluh titik truss. Masing-masing garis truss menghasilkan enam karakter sehingga dari 10 titik truss diperoleh 21 karakter yaitu: A1 : Jarak antara titik di akhir sirip perut dengan titik di bagian atas sirip dada A2 : Jarak antara titik di bagian atas sirip dada dengan titik di ujung mulut A3 : Jarak antara titik di ujung mulut dengan titik di ujung bagian atas insang KARAKTERISASI TRUSS MORFOMETRIK IKAN TENGADAK (Barbonymus schwanenfeldii) ASAL KALIMANTAN BARAT DENGAN IKAN TENGADAK ALBINO DAN IKAN TAWES ASAL JAWA BARAT Irin Iriana Kusmini, Rudy Gustiano, dan Mulyasari Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Jl. Raya Sempur No. 1, Bogor E-mail: [email protected]

Upload: andesrayakuburaya

Post on 26-Jul-2015

89 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

perikanan

TRANSCRIPT

Page 1: 507-513

507 Karakteristik truss morfometrik... (Irin Iriana Kusmini)

ABSTRAK

Ikan tengadak merupakan ikan perairan umum asli Kalimantan yang potensial untuk dikembangkan. Penelitiankarakterisasi ikan tengadak bertujuan untuk mengetahui data base (karakter morfometrik) sertakekerabatannya dengan ikan sejenis yang ada di Jawa Barat. Pengukuran morfometrik dilakukanmenggunakan metode truss morfometrik. Untuk melihat penyebaran karakter morfologi ikan dilakukandengan analisis kanonikal, analisis sharing component atau indeks kesamaan dilakukan dengan analisisdiskriminan. Hasil analisis menunjukkan adanya sedikit kesamaan morfologi antara tengadak asal Kalimantandengan tengadak albino asal Jawa Barat, sedangkan dengan tawes jauh berbeda di mana karaktermorfometrik tidak saling bersinggungan.

KATA KUNCI: truss morfometrik, ikan tengadak, tengadak albino, tawes

PENDAHULUAN

Perairan umum di Kalimantan Barat diperkirakan dihuni 300 jenis ikan, di mana sekitar 100 jenisikan dominan merupakan jenis ekonomis penting, antara lain gabus (Channa spp.), sepat (Trichogasterspp.), jelawat (Leptobarbus hoeveni), kelabau (Osteochilus spp.), pipih (Notopterus spp.), patin (Pangasiusspp.), betutu (Oxyleotris marmorata), papuyu (Anabas testuidens), baung (Mystus nemurus), tengadak(Barbonymus spp.), dan lele (Clarias spp.). Jenis-jenis ikan tersebut merupakan penghuni khas perairanrawa yang mempunyai nilai ekonomi penting.

Ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) merupakan ikan asli dari Provinsi Kalimantan Barat.Menurut Rochman et al. (2008), ikan tengadak mempunyai prospek yang baik untuk dibudidayakan.Provinsi Kalimantan Barat dengan luas wilayah daratan sekitar 146.087 km2 dan memiliki sungaiterpanjang di Indonesia yaitu Sungai Kapuas dengan panjang 1.038 km2. Potensi sektor perikananmeliputi budidaya ikan air tawar seluas 11.276 ha. Menurut Kristanto et al. (2008), ikan kelabau danikan tengadak memiliki ukuran mencapai 1 kg/ekor jika dibandingkan dengan ikan nilem dari JawaBarat yang hanya mencapai ukuran 100–200 g/ekor.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakter morfometrik ikan tengadak, yang akanbermanfaat sebagai data base karakter morfometrik serta kekerabatannya dengan ikan-ikan sejenisyang terdapat di Jawa Barat.

METODOLOGI

Ikan tengadak ukuran 10–20 cm/ekor dikumpulkan dari berbagai lokasi di Kalimantan Barat.Identifikasi kekerabatan ikan tengadak dilakukan dan sebagai pembanding (kontrol) adalah jenisikan yang hampir sama dengan tengadak di Jawa Barat (ikan tengadak albino dan ikan tawes).Pengukuran morfometrik dilakukan menggunakan metode truss morfometrik, berdasarkan metodeStrauss & Bookstein (1982) yang dimodifikasi dalam Corti et al. (1988). Metode ini berupa pengukuranjarak titik-titik tanda yang akan dibuat pada kerangka tubuh (Gambar 1). Tubuh ikan dibagi menjadiempat bagian besar yaitu: A, B, C, dan D serta sepuluh titik truss. Masing-masing garis trussmenghasilkan enam karakter sehingga dari 10 titik truss diperoleh 21 karakter yaitu:A1 : Jarak antara titik di akhir sirip perut dengan titik di bagian atas sirip dadaA2 : Jarak antara titik di bagian atas sirip dada dengan titik di ujung mulutA3 : Jarak antara titik di ujung mulut dengan titik di ujung bagian atas insang

KARAKTERISASI TRUSS MORFOMETRIK IKAN TENGADAK (Barbonymus schwanenfeldii)ASAL KALIMANTAN BARAT DENGAN IKAN TENGADAK ALBINO DAN IKAN TAWES ASAL

JAWA BARAT

Irin Iriana Kusmini, Rudy Gustiano, dan Mulyasari

Balai Riset Perikanan Budidaya Air TawarJl. Raya Sempur No. 1, Bogor

E-mail: [email protected]

Page 2: 507-513

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 508

A4 : Jarak antara titik di ujung bagian atas insang dengan titik di bagian atas sirip perutA5 : Jarak antara titik di akhir sirip perut dengan titik di ujung mulutA6 : Jarak antara titik di bagian ujung atas insang dengan titik di bagian atas sirip dadaB1 : Jarak antara titik di akhir sirip perut dengan titik di awal sirip analB3 : Jarak antara titik di ujung bagian atas insang dengan titik di awal sirip punggungB4 : Jarak antara titik di awal sirip punggung dengan titik di awal sirip analB5 : Jarak antara titik di awal sirip anal dengan titik di ujung bagian atas insangB6 : Jarak antara titik di awal sirip punggung dengan titik di akhir sirip perutC1 : Jarak antara titik di awal sirip anal dengan titik di akhir sirip analC3 : Jarak antara titik di awal sirip punggung dengan titik di akhir sirip punggungC4 : Jarak antara titik di akhir sirip punggung dengan titik di akhir sirip analC5 : Jarak antara titik di awal sirip punggung dengan titik di akhir sirip analC6 : Jarak antara titik di awal sirip anal dengan titik di akhir sirip punggungD1 : Jarak antara titik di akhir sirip anal dengan titik di awal sirip ekor bawahD3 : Jarak antara titik di akhir sirip punggung dengan titik di awal sirip ekor atasD4 : Jarak antara titik di awal sirip ekor atas dengan titik di awal sirip ekor bawahD5 : Jarak antara titik di akhir sirip punggung dengan titik di awal sirip ekor bawahD6 : Jarak antara titik di akhir sirip anal dengan titik di awal sirip ekor atas

Mengingat ukuran dan umur ikan tidak seragam setiap karakter ikan tengadak dibagi denganpanjang standar ikan.

Analisis Data

Hasil pengukuran truss morfometrik seluruh karakter dikonversi terlebih dahulu ke dalam rasiodengan cara membagi nilai karakter dengan panjang standar kemudian dianalisis menggunakanprogram SPSS versi 11.5. Untuk melihat penyebaran karakter morfologi ikan dilakukan dengan analisiskanonikal, analisis sharing component atau indeks kesamaan dilakukan dengan analisis diskriminan.

HASIL DAN BAHASAN

Ikan tengadak dari Kalimantan Barat:

Nama ilmiah : Barbonymus schwanenfeldii (Bleeker, 1853)

Hasil Analisis Truss Morfometrik Ikan Tengadak, Tengadak Albino, dan Tawes

Pengukuran truss morfometrik dilakukan terhadap 21 karakter ikan tengadak, tengadak albino,dan ikan tawes (Gambar 2). Rerata karakter truss morfometrik ikan tersebut disajikan dalam Tabel 1.

Gambar 1. Pengukuran truss morfometrik

Page 3: 507-513

509 Karakteristik truss morfometrik... (Irin Iriana Kusmini)

Gambar 2. Ikan tengadak, tengadak albino, dan tawes

Tengadak Kapuas Hulu

Tengadak Sintang

Tengadak Sekadau

Tengadak Albino

Tawes

A1 0,25±002 0,27±0,02 0,27±0,03 0,24±0,02 0,27±0,02A2 0,30±0,02 0,29±0,02 0,28±0,03 0,29±0,02 0,28±0,03A3 0,23±0,01 0,21±0,01 0,23±0,01 0,22±0,01 0,23±0,02A4 0,46±0,01 0,49±0,03 0,47±0,02 0,45±0,02 0,43±0,03A5 0,54±0,02 0,56±0,03 0,54±0,02 0,53±0,02 0,53±0,02A6 0,30±0,02 0,27±0,03 0,27±0,02 0,26±0,02 0,25±0,02B1 0,25±0,02 0,25±0,02 0,24±0,02 0,25±0,02 0,29±0,03B3 0,36±0,04 0,38±0,02 0,37±0,02 0,35±0,02 0,36±0,03B4 0,50±0,02 0,51±0,02 0,51±0,02 0,49±0,02 0,43±0,04B5 0,64±0,02 0,65±0,01 0,62±0,03 0,64±0,04 0,63±0,04B6 0,48±0,03 0,50±0,03 0,51±0,04 0,44±0,02 0,42±0,04C1 0,13±0,01 0,14±0,02 0,15±0,01 0,16±0,02 0,19±0,01C3 0,17±0,02 0,180±0,02 0,19±0,02 0,19±0,02 0,13±0,02C4 0,33±0,02 0,33±0,02 0,32±0,02 0,31±0,01 0,34±0,06C5 0,49±0,01 0,49±0,02 0,49±0,02 0,48±0,02 0,44±0,03C6 0,38±0,02 0,38±0,02 0,37±0,02 0,35±0,02 0,31±0,03D1 0,15±0,02 0,15±0,01 0,15±0,02 0,15±0,01 0,13±0,02D3 0,34±0,03 0,34±0,01 0,33±0,02 0,36±0,02 0,36±0,02D4 0,16±0,01 0,17±0,01 0,18±0,01 0,16±0,01 0,19±0,01D5 0,40±0,02 0,41±0,03 0,40±0,01 0,41±0,02 0,40±0,02D6 0,25±0,02 0,25±0,02 0,25±0,01 0,24±0,01 0,21±0,03

Karakteryang

diukur

Rataan

Tabel 1. Rata-rata 21 karakter truss morfometrik ikan tengadak, tengadak albino, dan tawes

Page 4: 507-513

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 510

Keragaman morfometrik dinyatakan dalam koefisien keragaman karakter (CV), koefisien keragaman21 karakter ikan yang diukur disajikan dalam Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, keragaman morfometrikikan tengadak asal Kalimatan Barat ini relatif rendah, hal ini diduga karena ikan tengadak yangberasal dari alam telah mengalami penurunan populasi akibat rusaknya habitat oleh pencemaranlingkungan dan praktek penyetruman. Jumlah populasi ikan yang terbatas menyebabkan peluangterjadinya perkawinan sekerabat atau inbreeding sangat besar yang akan berdampak pada penurunankeragaman genetik suatu jenis ikan. Keragaman morfometrik ikan tengadak albino dan ikan tawesjuga memperlihatkan nilai yang rendah diduga rendahnya keragaman tersebut disebabkan karenatengadak albino dan tawes telah lama di budidayakan secara luas di Jawa Barat. Pengelolaan sistemrekrutmen yang tidak terarah sering terjadi pada budidaya ikan yang dapat menyebabkan terjadinyaseleksi tanpa sengaja sehingga berpengaruh pada penurunan keragaman genetik ikan tersebut.Menurut Taniguchi et al. (1983) dalam Setijaningsih et al. (2007), proses domestikasi dapat menurunkanvariasi genetik pada turunan berikutnya.

Tengadak Kapuas Hulu

Tengadak Sintang

Tengadak Sekadau

Tengadak Albino

Tawes Rataan

A1 7,73 7,31 7,49 12,42 6,39 8,27A2 10,44 6,81 6,65 10,80 5,83 8,10A3 7,26 4,06 5,96 5,47 5,91 5,73A4 5,98 2,48 5,77 3,55 4,00 4,36A5 4,61 3,38 4,81 4,31 3,28 4,08A6 9,44 7,71 12,19 6,83 6,11 8,46B1 10,27 8,42 6,27 9,20 9,88 8,81B3 8,73 10,90 4,91 4,28 5,54 6,87B4 9,10 3,35 3,62 3,96 4,24 4,85B5 5,54 2,63 2,28 5,39 5,54 4,28B6 9,00 5,45 5,33 7,59 5,03 6,48C1 10,27 9,32 12,68 7,70 9,78 9,95C3 16,25 9,55 10,24 8,19 10,01 10,85C4 16,77 5,64 5,34 4,99 4,50 7,45C5 6,36 2,43 4,47 3,51 4,05 4,17C6 12,28 4,42 6,12 4,64 5,82 6,66D1 15,35 12,75 9,20 13,45 8,46 11,84D3 4,65 7,41 4,32 5,40 4,93 5,34D4 8,54 7,25 6,26 6,13 7,91 7,22D5 5,72 4,69 6,17 3,27 6,04 5,18D6 12,96 6,66 6,24 5,60 5,29 7,35

Koefisien keragaman (%)Karakter yang

diukur

Tabel 2. Koefisien keragaman (CV) morfometrik ikan tengadak, tengadak albino, dan tawes

Uji signifikansi dilakukan untuk mengetahui karakter-karakter yang dapat digunakan sebagai penciridari suatu jenis ikan. Karakter yang tidak berbeda secara nyata dapat dijadikan sebagai penciri ataumarka ikan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa dari 21 karakter yang diuji, 17karakter berbeda nyata (P<0,05) dan 4 karakter yang tidak berbeda nyata (P>0,05) yaitu karakter A2(Jarak antara titik di bagian atas sirip dada dengan titik di ujung mulut), B5 (Jarak antara titik di awalsirip anal dengan titik di ujung bagian atas insang), D1 (Jarak antara titik di akhir sirip anal dengantitik di awal sirip ekor bawah) dan D5 (Jarak antara titik di akhir sirip punggung dengan titik di awalsirip ekor bawah) (Tabel 3). Hal ini mengindikasikan bahwa ikan tengadak asal Kalimantan Barat,ikan tengadak albino, dan ikan tawes asal Jawa Barat masih memiliki kesamaan karakter yang didugakarena ketiga jenis ikan ini termasuk ke dalam genus yang sama yaitu Barbonymus sp.

Page 5: 507-513

511 Karakteristik truss morfometrik... (Irin Iriana Kusmini)

Hasil analisis fungsi kanonikal (Gambar 3) memperlihatkan bahwa karakter morfologi ikantengadak yang berasal dari Kapuas hulu, Sintang, dan Sekadau saling bersinggungan. Karaktermorfometrik ikan tengadak dari Sintang dan Sekadau berada di sekitar atas garis nol dari axis X danberada di sebelah kanan ordinat Y, sedangkan karakter ikan yang berasal dari Kapuas Hulu kebanyakanberada di bawah garis nol dari axis X dan berada di sebelah kanan ordinat Y. Persinggungan yang

Keterangan :‘ns = tidak berbeda nyata

Karakter yang diuji

Wilks' Lambda

F df1 df2 Sig,

A1 .830 4,201 4 82 .004A2 .911 2,009 4 82 .101ns

A3 .794 5,329 4 82 .001A4 .547 16,97 4 82 .001A5 .791 5,417 4 82 .001A6 .691 9,172 4 82 .001B1 .797 5,216 4 82 .001B3 .877 2,863 4 82 .028B4 .369 35,071 4 82 .000B5 .900 2,279 4 82 .068ns

B6 .483 21,909 4 82 .000C1 .745 7,027 4 82 .000C3 .550 16,760 4 82 .000C4 .869 3,081 4 82 .020C5 .550 16,798 4 82 .000C6 .446 25,481 4 82 .000D1 .938 1,348 4 82 .259ns

D3 .723 7,839 4 82 .000D4 .755 6,637 4 82 .000D5 .946 1,179 4 82 .326ns

D6 .701 8,738 4 82 .000

Tabel 3. Uji signifikansi pada 21 karakter morfometrikikan tengadak, tengadak albino, dan tawes

1. Tengadak Kapuas Hulu2. Tengadak Sintang3. Tengadak Sekadau4. Tengadak Albino5. Tawes

Gambar 3. Penyebaran karakter morfometrik ikan tengadak Kapuas Hulu, Sintang,Sekadau, tengadak albino, dan tawes

Canonical Discriminant Functions

Function 1

420-2-4-6-8

Func

tion

2

4

3

2

1

0

-1

-2

-3

-4

POPULASI

Group Centroids

Ungrouped Cases

5

4

3

2

1

5

4

3

2

1

Page 6: 507-513

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 512

terjadi antara populasi ikan tengadak ini menunjukkan adanya gejala pencampuran antara keempatpopulasi ikan tersebut. Menurut Suparyanto (1999) dalam Setijaningsih (2007) dan Parenrengi et al.(2007), nilai kesamaan ukuran tubuh memberikan penjelasan adanya pencampuran terukur yangdisebabkan oleh adanya trait yang dipertahankan sewaktu terjadi aliran gen. Karakter ikan tengadakalbino berada di atas axis X dan sebelah kiri ordinat Y, hanya sedikit bersinggungan dengan karakterikan tengadak asal Sintang. Meskipun ikan tengadak albino ini dikenal sebagai ikan tengadak, namunhanya memiliki sedikit kesamaan karakter dengan ikan tengadak asal Kalimantan Barat. Hal inimenunjukkan bahwa ikan tengadak albino memiliki struktur genetik yang berbeda dengan tengadakKalimantan Barat. Diduga bahwa ikan tengadak albino merupakan jenis ikan tengadak yangmengalami mutasi sehingga terjadi perubahan morfologi. Mengingat ikan tengadak sudah lamadibudidayakan di Jawa Barat dan juga kondisi lingkungan yang secara geografis mungkin berbedaantara Jawa Barat dan Kalimantan Barat menyebabkan ikan ini mengalami perubahan pada karaktermorfologinya.

Ikan tawes cenderung membentuk kelompok sendiri yaitu berada di bawah axis X dan sebelahkiri ordinat Y yang menunjukkan bahwa ikan ini tidak memiliki kesamaan morfologi dengan ikantengadak. Hasil ini sesuai dengan hasil analisis indeks kesamaan atau sharing component (Tabel 4) dimana ikan tawes tidak menunjukkan adanya percampuran karakter (nilai 0) dengan ikan tengadakdari Kalimantan Barat. Menurut Setijaningsih (2007) tinggi rendahnya nilai indeks kesamaandipengaruhi oleh sumber genetik pembentuknya, sehingga kuat dugaan bahwa perbedaan antaraikan tengadak asal Kalimantan Barat dengan ikan tawes asal Jawa Barat terjadi karena adanyaperbedaan spesies antara keduanya.

Dendrogram mengenai hubungan kekerabatan antara ikan tengadak asal Kalimantan Barat denganikan tengadak albino dan tawes asal Jawa Barat disajikan pada Gambar 4. Berdasarkan dendogramtersebut ikan dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu kelompok pertama adalah yang memilikihubungan kekerabatan terdekat yaitu antara tengadak asal Sintang dengan tengadak asal Sekadau,

Tabel 4. Nilai indeks kesamaan antara ikan tengadak kapuas hulu, sintang, sekadau,albino, dan tawes

Tengadak Kapuas Hulu

Tengadak Sintang

Tengadak Sekadau

Tengadak Albino

Tawes

Tengadak Kapuas Hulu 85,0 5,0 10,0 0,0 0,0 100,0

Tengadak Sintang 5,0 75,0 20,0 0,0 0,0 100,0Tengadak Sekadau 10,0 10,0 75,0 5,0 0,0 100,0Tengadak Albino 0,0 0,0 0,0 100,0 0,0 100,0Tawes 0,0 0,0 0,0 0,0 100,0 100,0

Sharing Component (%)

Total

Gambar 4. Dendogram hubungan kekerabatan antara ikantengadak, tengadak albino, dan tawes

+ + + + ++T. Sintang

T. Sekadau

T. K. Hulu

T. Albino

Tawes

0 5 10 15 20 25

Page 7: 507-513

513 Karakteristik truss morfometrik... (Irin Iriana Kusmini)

kelompok kedua adalah hubungan antara kedua ikan tengadak tersebut dengan tengadak asal KapuasHulu, sedangkan kelompok ketiga adalah antara kelompok kedua dengan tengadak albino. Kelompokkeempat adalah hubungan kekerabatan yang memiliki jarak terjauh yaitu antara kelompok ketigadengan ikan tawes.

Hubungan kekerabatan memberikan gambaran terhadap kemungkinan adanya perkawinan silang.Terkait dengan usaha domestikasi, salah satu aspek yang perlu diperhatikan dan berperan pentingdalam program domestikasi adalah penyediaan induk yang berkualitas untuk budidaya. Perkawinanantara populasi ikan tengadak dari Kapuas Hulu dengan populasi Sintang maupun Sekadau memilikipeluang yang lebih besar dalam meningkatkan nilai heterosis ikan tersebut bila dibandingkanperkawinan antara ikan tengadak asal Sekadau dengan Sintang. Perkawinan yang sekerabat jauhdiduga dapat meningkatkan nilai heterosis keturunan dari populasi yang disilangkan tersebut(Parenrengi et al., 2007). Heterosis adalah kejadian dalam persilangan di mana performa hasilsilangannya melampaui performa kedua induknya (Hardjosubroto, 1994). Mengingat ukuran ikantengadak dapat mencapai ukuran 1 kg/ekor, Ikan ini memiliki potensi untuk dihibrid dengan tengadakalbino atau tawes asal Jawa Barat untuk meningkatkan variasi genetik dan nilai heterosis keturunanikan tersebut.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa ikan tengadak asal Kalimantan Baratmemiliki morfologi yang berbeda dengan ikan tawes asal Jawa Barat dan sedikit memiliki kesamaandengan tengadak albino asal Jawa Barat.

DAFTAR ACUAN

Corti, M., Thorpe, R.S., Sola, L., Sbodoni, V., & Cataudella, S. 1998. Multivariate Morphometrics inAquaculture: a Case Study of Six Stocks of Common Carp (Cyprinus carpio) from Italy. Canadian J.Fisheries Aquaculture Science, (45): 1548–1554.

Kristanto, A.H., Asih, S., Sukadi, M.F., & Yosmaniar. 2008. Prospek Ikan Kelabau (Osteochilus melanopleuraBlkr.), Tengalan (Puntius bulu) dan Tengadak (Puntius sp.) Sebagai Ikan Budidaya Baru. ProsidingSeminar Nasional Perikanan 2008. Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, hlm. 133–135.

Parenrengi, A., Sulaeman, Hadie, W., & Tenriulo, A. 2007. Keragaman Morfologi Udang Pama (Penaeussemisulcatus) dari Perairan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. J. Ris. Akuakultur, 2(1): 27–32.

Rochman, A., Wahyutomo, Riva’i, E., Darsono, A., Suryaman, & Helmiansyah. 2008. Domestikasi IkanKelabau (Osteochilus melanopleura Blkr.) dalam Karamba Apung yang Dipelihara di Perairan Umum.Seminar Indoaqua. Yogyakarta, 17–20 Desember 2008.

Setijaningsih, L., Arifin, O.Z., & Gustiano, R. 2007. Karakterisasi tiga strain ikan gurame (Osphronemusgouramy Lac.) berdasarkan metode truss morfometriks. J. Iktiologi Indonesia, 7(1): 23–30.