5 kondisi aktual ppi di pangandaran - repository.ipb.ac.id 5... · 48 5 kondisi aktual ppi di...

29
5 KONDISI AKTUAL PPI DI PANGANDARAN 5.1 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangandaran di Lokasi Lama 5.1.1 Latar belakang pemindahan PPI Pangandaran Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangandaran dibangun oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada tahun 1973. Pangkalan Pendaratan Ikan ini berlokasi di Pantai Timur Pangandaran yang juga merupakan lokasi wisata bahari dan bersebelahan dengan Cagar Alam Pananjung. Fasilitas-fasilitas kepelabuhanan perikanan yang telah ada di PPI tersebut adalah gedung tempat pelelangan ikan (TPI), kantor pengelola PPI, kantor KUD, dan alat bantu navigasi. Fasilitas- fasilitas tersebut berada dalam kondisi baik dan masih dapat difungsikan. Fasilitas-fasilitas kepelabuhanan perikanan yang terdapat PPI Pangandaran sangat terbatas yaitu tidak ada dermaga untuk tambat labuh perahu, kolam pelabuhan dan breakwater. Hal ini menyebabkan nelayan Pangandaran memanfaatkan Pantai Timur, Pantai Barat dan Perairan Cagar Alam Pananjung sebagai tempat untuk menambatkan perahu. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 8, dimana nelayan menambatkan perahunya di Pantai Timur. Menurut Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis, tindakan nelayan tersebut dapat mengganggu aktivitas wisata bahari dan konservasi di Cagar Alam Pananjung karena perairan dipenuhi oleh perahu. Hal ini menyebabkan pengembangan wisata bahari dan konservasi sulit dilakukan. Gambar 8 Perahu nelayan yang ditambatkan di perairan Pantai Timur tahun 2011 Penggunaan perairan yang sama untuk kepentingan yang berbeda menyebabkan terjadinya benturan kepentingan antara pariwisata, perikanan

Upload: vongoc

Post on 11-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

48

5 KONDISI AKTUAL PPI DI PANGANDARAN

5.1 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangandaran di Lokasi Lama

5.1.1 Latar belakang pemindahan PPI Pangandaran

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangandaran dibangun oleh Pemerintah

Provinsi Jawa Barat pada tahun 1973. Pangkalan Pendaratan Ikan ini berlokasi di

Pantai Timur Pangandaran yang juga merupakan lokasi wisata bahari dan

bersebelahan dengan Cagar Alam Pananjung. Fasilitas-fasilitas kepelabuhanan

perikanan yang telah ada di PPI tersebut adalah gedung tempat pelelangan ikan

(TPI), kantor pengelola PPI, kantor KUD, dan alat bantu navigasi. Fasilitas-

fasilitas tersebut berada dalam kondisi baik dan masih dapat difungsikan.

Fasilitas-fasilitas kepelabuhanan perikanan yang terdapat PPI Pangandaran

sangat terbatas yaitu tidak ada dermaga untuk tambat labuh perahu, kolam

pelabuhan dan breakwater. Hal ini menyebabkan nelayan Pangandaran

memanfaatkan Pantai Timur, Pantai Barat dan Perairan Cagar Alam Pananjung

sebagai tempat untuk menambatkan perahu. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 8,

dimana nelayan menambatkan perahunya di Pantai Timur. Menurut Pemerintah

Daerah Kabupaten Ciamis, tindakan nelayan tersebut dapat mengganggu aktivitas

wisata bahari dan konservasi di Cagar Alam Pananjung karena perairan dipenuhi

oleh perahu. Hal ini menyebabkan pengembangan wisata bahari dan konservasi

sulit dilakukan.

Gambar 8 Perahu nelayan yang ditambatkan di perairan Pantai Timur

tahun 2011

Penggunaan perairan yang sama untuk kepentingan yang berbeda

menyebabkan terjadinya benturan kepentingan antara pariwisata, perikanan

49

tangkap dan konservasi. Kegiatan pariwisata membutuhkan lahan dan perairan

yang tidak tercemar untuk dapat dikembangkan sebagai wisata bahari Panganda-

ran. Kegiatan perikanan tangkap membutuhkan satu pelabuhan perika-

nan/pangkalan pendaratan ikan sebagai tempat untuk menambatkan perahu, dan

mendaratkan dan memasarkan hasil tangkapan nelayan. Keberadaan perahu

nelayan di perairan Cagar Alam Pananjung dapat mengganggu kegiatan konser-

vasi terumbu karang.

Untuk mengatasi masalah tersebut di atas, maka Pemerintah Daerah

Kabupaten Ciamis mengambil tindakan untuk memindahkan PPI Pangandaran ke

lokasi baru ke muara Sungai Cikidang Desa Babakan yang berjarak 3 km dari

lokasi PPI sebelumnya. Menurut Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis dalam hal

ini Dinas Kelautan dan Perikanan, dengan berpindahnya semua aktivitas

perikanan tangkap ke Desa Babakan, diharapkan penataan Pantai Barat dan Pantai

Timur Pangandaran sebagai kawasan wisata bahari Pangandaran, dan kegiatan

konservasi di Cagar Alam Pananjung dapat berkembang dengan baik begitupun

sebaliknya dengan kegiatan perikanan tangkap.

Wacana pemindahan lokasi PPI Pangandaran telah ada sejak tahun 1997.

Hal ini diketahui berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (1997).

Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa penempatan perahu nelayan di

kawasan wisata dianggap dapat menghambat pemerintah daerah dalam

mengembangkan kawasan wisata di Pangandaran. Dalam penelitian tersebut juga

dikemukakan penolakan nelayan untuk dipindahkan ke lokasi baru.

Penetapan Desa Babakan sebagai lokasi baru PPI Pangandaran disebabkan

oleh wilayah pesisir di Pangandaran seperti Pantai Pangandaran dan Perairan

Pananjung tidak memungkinkan untuk dibangun sebagai PPI karena telah

diperuntukan sebagai kawasan wisata dan konservasi. Menurut pemerintah

daerah, kegiatan wisata bahari dapat berjalan beriringan dengan kegiatan

konservasi terumbu karang sehingga lokasinya tetap dipertahankan di lokasi

semula, sedangkan kegiatan perikanan tangkap dipindahkan ke lokasi lain. Sinergi

antara wisata bahari dan konservasi terumbu karang dapat dijadikan daya tarik

wisata sehingga diharapkan banyak wisatawan yang berkunjung ke Pangandaran.

50

Hasil wawancara dengan nelayan dan pedagang ikan diketahui pemindahan

PPI Pangandaran ke lokasi baru dari awal pembangunan hingga saat ini masih

mendapat penolakan dari nelayan dan pedagang ikan. Menurut nelayan, lokasi

lama lebih aman karena terlindungi oleh teluk, sedangkan lokasi baru sangat

berisiko terkena hempasan gelombang karena tidak ada pelindung dan langsung

menghadap laut.

Lokasi fishing base nelayan di lokasi lama berada di Pantai Barat, Pantai

Timur dan Perairan Cagar Alam Pananjung (lihat Gambar 8). Saat terjadi musim

barat, nelayan yang mempunyai fishing base di Pantai Barat memindahkan

perahunya ke Pantai Timur untuk berlindung dari gelombang besar. Saat musim

barat berakhir, nelayan tersebut kembali lagi ke Pantai barat.

Jauh dan tidak strategisnya lokasi baru PPI juga menjadi kendala karena

nelayan akan mengalami kesulitan untuk memasarkan hasil tangkapan, waktu

yang lebih lama menuju daerah penangkapan ikan, dan peningkatan biaya

operasional. Sama halnya seperti nelayan, pedagang ikan juga akan mengalami

kesulitan untuk memasarkan ikan kepada konsumen.

Walaupun mendapat penolakan dari nelayan dan pedagang ikan, Pemerintah

Daerah Kabupaten Ciamis tetap melakukan pemindahan PPI Pangandaran. Proses

pemindahan PPI Pangandaran dilakukan secara bertahap karena pembangunan

berbagai fasilitas belum selesai dilakukan.

Fasilitas yang lebih dahulu dibangun adalah gedung tempat pelelangan ikan

(TPI) dan kantor pengelola PPI. Aktivitas yang berhubungan dengan administrasi

di pelabuhan dapat dilakukan di PPI baru. Saat ini gedung TPI di PPI lama telah

ditutup, sedangkan gedung TPI di PPI baru belum dapat difungsikan karena belum

selesainya pembangunan fasilitas seperti kolam pelabuhan, breakwater, dermaga

dan alat bantu navigasi.

5.1.2 Pemindahan lokasi PPI Pangandaran

Menurut Triatmodjo (2007), pemilihan lokasi pelabuhan tergantung pada

beberapa faktor seperti kondisi tanah dan geologi, kedalaman dan luas daerah

perairan, perlindungan pelabuhan terhadap gelombang, arus dan sedimentasi,

daerah daratan yang cukup luas untuk menampung barang yang akan dibongkar

muat, jalan-jalan untuk transportasi dan daerah industri lainya.

51

Penetapan Desa Babakan sebagai lokasi baru PPI Pangandaran berda-sarkan

Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 9 tahun 2002 tentang “ Peru-bahan

atas Peraturan Daerah Tingkat II Ciamis Nomor 6 tahun 1998 tentang Rencana

Umum Tata Ruang (RUTR) Kota Pangandaran sampai dengan tahun 2008”.

Perubahan RUTR ini bertujuan untuk mengembangkan kawasan kegiatan

perikanan di Kecamatan Pangandaran. Penetapan Desa Babakan sebagai lokasi

PPI yang baru sesuai hasil studi dan detail design yang dilakukan oleh PT Bernala

Nirwana RDC (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat, 2009).

Hasil studi dan detail design oleh PT Bernala Nirwana diperoleh

berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan yang meliputi topo-

grafi, batimetri, hidrooseanografi, dan mekanika tanah. Topografi lahan daratan di

Desa Babakan adalah mendatar, baik sebagai lokasi daratan pelabuhan. Kon-disi

batimetri perairan di depan lahan daratan adalah cukup curam sampai ke-dalaman

6 meter (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2002). Kondisi kedalam-an ini

akan membatasi ukuran armada yang akan mendaratkan hasil tangkapan di

pelabuhan; terkecuali dilakukan pendalaman dasar perairan.

Selanjutnya Departemen Kelautan dan Perikanan tersebut di atas menyata-

kan bahwa parameter hidrooseanografi yang diukur di lokasi baru PPI Pangan-

daran adalah pasang surut, gelombang, sedimen dan arus. Pengukuran pasang

surut dilakukan selama lebih kurang 15 hari. Rata-rata tinggi gelombang men-

capai 2 meter saat pasang, dan 1 meter saat surut. Sedimen di Sungai Cikidang

adalah pasir laut, dijumpai dari muara Sungai Cikidang sampai sejauh 800 meter

ke arah hulu sungai Cikidang. Kondisi ini memperlihatkan bahwa pengaruh arus

laut terhadap sungai pada musim kemarau adalah sangat besar

Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat, pelaksanaan

pembangunan PPI Pangandaran di Desa Babakan dimulai pada tahun 2002 Tujuan

pembangunan PPI ini adalah sebagai berikut :

1) Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya laut untuk meningkatkan produksi dan

produktivitas hasil perikanan tangkap guna memenuhi kebutuhan bahan baku

industri pengolahan dan konsumsi ikan masyarakat serta peningkatan ekspor

komoditas perikanan.

2) Memperluas dan meningkatkan lapangan kerja serta kesempatan berusaha.

52

3) Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan devisa bagi negara.

4) Meningkatkan kehidupan sosial ekonomi nelayan dan memberikan

kesempatan kerja kepada masyarakat sekitar dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan.

5) Memfasilitasi kegiatan penangkapan ikan serta menumbuhkembangkan

kegiatan ekonomi penunjang dalam rangka meningkatkan pendapatan nelayan

dan masyarakat pesisir.

Pembangunan PPI ini keseluruhannya membutuhkan dana yang besar yaitu

mencapai Rp.176.180.304.000,- dengan rincian Rp.25.679.617.000,- untuk

pembiayaan pembangunan fasilitas di darat dan Rp.150.500.687.000 untuk

pembiayaan pembangunan fasilitas di laut. Pembangunan PPI Pangandaran baru

menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Kabupaten Ciamis, Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten

Ciamis. Jumlah dana yang telah terserap sampai tahun 2009 untuk pembangunan

fasilitas-fasiltas PPI Pangandaran (subbab 5.2) adalah Rp.60.157.587.000,- (Dinas

Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat, 2009).

Besarnya dana yang dibutuhkan untuk pembangunan PPI baru

menyebabkan pembangunan dilakukan secara bertahap. Pembangunan PPI sempat

terhenti pada tahun 2010 karena terkendala masalah pendanaan. Menurut Kepala

UPTD PPI Pangandaran Atang Kuncara, pembangunan ini direncanakan akan

dilanjutkan lagi pada tahun 2011, namun masih menunggu kucuran dana dari

APBD provinsi.

5.2 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangandaran di Lokasi Baru

Menurut Kepala UPTD PPI Pangandaran, pembangunan fasilitas kepe-

labuhanan perikanan PPI Pangandaran di lokasi baru akan dilanjutkan dan

pengerjaannya diperkirakan akan selesai pada tahun 2014. Hasil pengamatan

penulis di lapangan diketahui bahwa perkembangan pembangunan PPI

Pangandaran baru sebatas bangunan di darat yaitu kantor pengelola PPI gedung

TPI, mushola, WC umum dan gudang.

Kegiatan pembangunan fasilitas-fasilitas kepelabuhanan perikanan di lokasi

baru PPI Pangandaran mulai dilakukan pada tahun 2002. Fasilitas-fasilitas yang

lebih dahulu dibangun adalah fasilitas yang berada di darat seperti gedung TPI,

53

kantor pengelola dan pembangunan turap dermaga. Beberapa fasilitas

kepelabuhanan perikanan di PPI baru dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Fasilitas yang telah dibangun dan direncanakan akan dibangun di PPI

Pangandaran tahun 2011

Nama Fasilitas Luas Tahun pembangunan

1. Fasilitas yang telah dibangun

Gedung TPI 425 m2

2003

Gudang TPI 40,5 m2

2003

WC umum 24 m2

2007

Mushola 1 unit 2007

Kantor Pengelola 260 m2

2007

Telepon dan Listrik 1 paket 2009

2. Fasilitas yang masih dalam proses pembangunan

Breakwater Timur 50 m2

2005

Breakwater Barat 120 m2

2005

Turap dermaga 78 m2

2005

Sistem PAB 128,7 m2

2007

Revetment sisi dalam 215 m2

2008

Revetment sisi luar 335 m2

2008

Kolam pelabuhan 300.000 m3

2011

Balai penyuluhan nelayan 445 m2

2010

3. Fasilitas yang belum dibangun

Groin 95 m2

2010

Dermaga 1.050 m2

2010

Alat navigasi nelayan 2 unit 2011

Landscaping/fasilitas jalan 17.638 m2

2012

Rumah dinas 246 m2

2011

Lahan pengeringan 1.440 m2

2012

Pom bensin/SPBN 9 m2

2012

Bengkel 140 m2

2012

Docking 845 m2

2011

Pabrik es dan ruang

pengepakan 350 m2

2012

Pos jaga 95 m2

2012

Gardu listrik 30 m2

2012

Pasar ikan 742 m2

2012

Pertokoan/kantin 415 m2

2012 Sumber : Dinas kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat 2009

54

Pembangunan fasilitas pokok di PPI baru seperti breakwater, revetment,

kolam pelabuhan dan alat bantu navigasi belum selesai dikerjakan (Tabel 19;

Gambar 9). Fasilitas-fasilitas tersebut seharusnya menjadi prioritas utama untuk

dibangun karena merupakan mempunyai peran yang sangat besar bagi

keselamatan dan keberlangsungan aktivitas di lokasi baru. Pembangunan fasilitas

ini diperkirakan akan dilakukan pada tahun 2011, namun pada saat penelitian ini

dilakukan, belum ada tanda-tanda pembangunan fasilitas tersebut akan

dilanjutkan. Belum selesainya pembangunan ini berdampak kepada kurang

berminatnya pelaku-pelaku yang akan beraktivitas di PPI.

1) Fasilitas Pokok

Pembangunan fasilitas pokok PPI Pangandaran di lokasi baru seperti

dermaga, breakwater, kolam pelabuhan dan alat bantu navigasi belum tersedia.

Belum tersedianya berbagai fasilitas pokok tersebut menyebabkan PPI

Pangandaran baru belum dapat dioperasikan karena dapat membahayakan bagi

perahu nelayan.

Pembangunan fasilitas-fasilitas tesebut di atas seharusnya menjadi prioritas

utama karena mempunyai peran yang sangat besar bagi keselamatan dan

keberlangsungan aktivitas di lokasi baru. Pembangunan fasilitas ini direncanakan

pada tahun 2011, namun pada saat penelitian ini dilakukan, belum ada

pembangunan fasilitas tersebut. Pembangunan fasilitas yang tertunda berdampak

kepada berkurangnya minat pelaku-pelaku yang akan beraktivitas di lokasi baru.

Gambar 9 Kolam pelabuhan PPI Pangandaran di lokasi baru tahun 2011

Kolam pelabuhan harus tenang, mempunyai luas, dan kedalaman yang

cukup, sehingga memungkinkan kapal berlabuh dengan aman dan memudahkan

bongkar muat barang (Triatmodjo, 2007). Kolam pelabuhan PPI Pangandaran di

55

lokasi baru tidak dapat digunakan untuk aktivitas tambat labuh perahu karena

sangat dangkal. Kedalaman kolam ini kurang dari 1 meter, hal ini tidak memenuhi

kriteria teknis PPI yang mensyaratkan kedalaman kolam pelabuhan lebih dari 2

meter (PER.16/MEN/2006). Kondisi ini akan mengharuskan pihak pengelola PPI

melakukan pengerukan terhadap dasar kolam pelabuhan. Pengerukan akan

memperdalam kolam pelabuhan sehingga kapal berukuran yang diharapkan dapat

masuk ke kolam pelabuhan. Selain itu, menurut Kramadibrata (2002), pengerukan

dilakukan untuk memelihara kedalaman suatu kolam atau alur pelayaran atau alur

sungai (maintenance dredging), dikarenakan adanya proses pergerakan dan

pengendapan lumpur.

2) Fasilitas Fungsional

Fasilitas fungsional yang tersedia di lokasi baru PPI Pangandaran adalah

gedung tempat pelelangan ikan(TPI; Gambar 9), instalasi listrik dan instalasi air.

Luas gedung TPI 425 m2

dibangun pada tahun 2003. Pembangunan gedung TPI

menghabiskan dana sebesar Rp.467.999.000 yang berasal dari APBD Provinsi

Jawa Barat. Gedung TPI kondisinya tidak terawat. Hal ini dapat terlihat dari

dinding-dindingnya yang mengalami pengelupasan dan penuh dengan coretan.

Demikian juga kondisi fasilitas instalasi listrik dan air tidak dapat digunakan

dengan baik.

Gambar 10 Gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI) PPI Pangandaran

di lokasi baru tahun 2011

Gedung TPI yang baik harus memiliki persedian air bersih, wadah, dan alat

angkut hasil tangkapan, serta lantai TPI harus miring pada kedua sisinya agar

tidak ada air yang menggenang di TPI setelah terjadinya prose pelelangan. TPI

juga harus memiliki saluran air untuk menampung air ataupun kotoran yang

56

dihasilkan dari proses pelelangan (Lubis 2006 vide Aulia 2011). Gedung TPI di

lokasi baru PPI Pangandaran belum bisa difungsikan karena tidak adanya aktivitas

pendaratan ikan. Tidak adanya aktivitas juga menyebabkan gedung menjadi tidak

terawat dan menjadi korban pencoretan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung

jawab.

Gambar 11 Instalasi listrik dan air bersih PPI Pangandaran di lokasi baru

tahun 2011

Instalasi listrik dan air bersih (Gambar 11) yang terdapat di lokasi baru PPI

Pangandaran, belum dimanfaatkan baik oleh nelayan maupun oleh pelaku

perikanan lainnya, sebagai akibat belum adanya aktivitas pendaratan hasil

tangkapan di lokasi baru PPI ini.

Instalasi listrik yang terdapat di lokasi baru PPI Pangandaran telah

menghabiskan dana sebesar Rp.79.000.000-. yang berasal dari APBD Kabupaten

Ciamis tahun 2009. Sebagian dari fasilitas instalasi listrik di lokasi baru telah

dapat digunakan, tetapi karena tidak adanya aktivitas pendaratan ikan fasilitas

tersebut hanya digunakan untuk aktivitas perkantoran pengelola.

Pembangunan fasilitas instalasi air bersih di lokasi baru PPI Pangandaran

telah dimulai sejak tahun 2007. Fasilitas ini belum dapat digunakan karena

pembangunannya belum selesai dilaksanakan. Pihak pengelola PPI menyatakan

bahwa belum selesainya pembangunan instalasi tersebut karena terkendala

pendanaan. Menurut Aulia (2011), fasilitas dan pelayanan air bersih yang terdapat

di pelabuhan perikanan harus mampu menyediakan dan memenuhi kebutuhan air

bersih demi tetap lancarnya kegiatan operasional yang terdapat di pelabuhan

perikanan.

57

3) Fasilitas Penunjang

Fasilitas penunjang terdiri atas :

(1) Fasilitas administrasi yaitu kantor syahbandar, kantor pengelola, kantor

bea cukai, kantor operator

(2) Fasilitas kesejahteraan yaitu MCK, Poliklinik, Mushola, kantin dan

mess.

Fasilitas penunjang yang terdapat di PPI Pangandaran adalah kantor

pengelola, mushola, dan MCK/WC umum (Gambar 12 dan 13). Fasilitas-fasilitas

tersebut dalam kondisi baik.

Gambar 12 Kantor pengelola PPI Pangandaran di lokasi baru tampak depan

tahun 2011

Gambar 13 Kondisi dinding bagian samping kantor pengelola PPI Pangandaran

di lokasi baru tahun 2011

Kantor pengelola PPI Pangandaran di lokasi baru berada di atas lahan

dengan luas 260 m2. Pembangunan kantor pengelola ini menghabiskan dana

sebesar Rp. 396.683.000 yang berasal dari APBD Kabupaten Ciamis tahun 2007

(Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat, 2009).

Kantor pengola PPI merupakan salah satu fasilitas yang dimanfaatkan di

lokasi baru. Kantor pengelola tersebut telah dimanfaatkan untuk kegiatan

58

pendataan. Pendataan meliputi pendataan jumlah nelayan, armada, alat tangkap

dan perizinan dari nelayan yang masih beraktivitas di lokasi lama PPI.

Hasil pengamatan di lapangan diketahui bahwa kondisi kantor pengelola

PPI tidak terawat. Berdasarkan Gambar 13 dapat diketahui bahwa sebagian cat

dinding bangunan telah terkelupas, dinding dipenuhi coretan dan selokannya

dipenuhi sampah. Kondisi ini tentunya sangat disayangkan mengingat jumlah

dana yang dikeluarkan untuk pembangunan gedung ini sangat besar.

Gambar 14 Mushola PPI Pangandaran di lokasi baru tahun 2011

Gambar 15 Fasilitas MCK/WC umum PPI Pangandaran di lokasi baru

tahun 2011

Fasilitas mushola (Gambar 14) dan MCK/WC umum (Gambar 15) berada di

atas lahan seluas 124 m2

dan 24 m2. Pembangunan fasilitas mushola dan WC

umum menghabiskan dana sebesar Rp. 421.848.000 dan Rp. 83.300.000 berasal

dari APBD Kabupaten Ciamis tahun 2007. Dana pembangunan kedua fasilitas

tersebut diatas sangat besar, tetapi kondisi bangunannya sangat sederhana.

Bangunan tidak besar dan hanya dilengkapi seperti sumber air yang berasal dari

sumur. Kondisi kedua fasilitas tersebut tidak terawat, pintu MCK sudah terlepas

dan kotor.

59

5.3 Aktivitas Nelayan Pangandaran

Nelayan Pangandaran masih melaksanakan aktivitas kepelabuhanan

perikanan di lokasi lama. Aktivitas tersebut meliputi aktivitas penangkapan ikan,

pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan dan perbaikan alat tangkap.

1) Aktivitas penangkapan ikan dan pendaratan hasil tangkapan

Nelayan Pangandaran adalah nelayan skala kecil yang melakukan aktivitas

penangkapan ikan one day fishing yaitu penangkapan ikan hanya dalam satu hari.

Ikan-ikan yang didaratkan dalam kondisi segar dan ditempatkan di wadah plastik.

Gambar 16 memperlihatkan ikan bawal hasil tangkapan nelayan dalam kondisi

segar. Nelayan tidak membawa es pada saat melakukan aktivitas penangkapan

ikan.

Gambar 16 Ikan bawal dan kakap merah hasil tangkapan nelayan yang

diletakkan pada wadah plastik tanpa diberi es di Pangandaran

tahun 2011

Aktivitas menangkap ikan biasanya mulai dilakukan pada pagi hari pukul

05.00 WIB dengan daerah penangkapan ikan berada di sekitar perairan

Pangandaran, Parigi, Karapyak, perairan Nusakambangan dan Cilacap. Untuk

mencapai derah penangkapan ikan memerlukan waktu sekitar 40-60 menit dari

fishing base/ lokasi lama PPI Pangandaran.

Jumlah nelayan yang terlibat dalam satu trip penangkapan, berkisar 2-3

orang kecuali alat tangkap Jaring arad 6-18 nelayan. Lama trip penangkapan

untuk masing-masing alat tangkap relatif sama yaitu berkisar antara 4-6 jam.

Aktivitas pendaratan hasil tangkapan dilakukan pada pagi hari pukul 08.00

WIB sampai menjelang siang pukul 11.00 WIB di pinggir Pantai Barat atau Pantai

60

Timur. Ikan-ikan hasil tangkapan disortir/diseleksi berdasarkan ukuran relatif dan

jenis ikan. Proses seleksi ukuran secara relatif tersebut, bukan berdasarkan ukuran

sebenarnya. Menurut Pane (2008a), setelah hasil tangkapan diseleksi, hendaknya

dimasukkan kedalam basket hasil tangkapan dan diberi es. Penggunaan basket

hasil tangkapan dan es lebih menjamin keterjagaan mutu ikan dibandingkan hanya

menggunakan wadah baskom atau ember.

Ikan yang telah diseleksi tersebut di atas kemudian dimasukkan ke dalam

wadah-wadah plastik dan tidak diberi es. Ikan-ikan tersebut umumnya tidak dicuci

dan selanjutnya dijual kepada bakul-bakul tanpa melalui proses lelang. Proses

penjualan ikan dilaksanakan oleh nelayan di atas perahu.

Perahu yang digunakan nelayan Pangandaran masih sederhana, terbuat dari

fibreglass dengan mesin outboard (perahu motor tempel) dan alat tangkap yang

digunakan adalah Gillnet, Pancing rawai, Dogol, Jaring arad, trammel net dan

Bagan. Alat tangkap Bagan sudah jarang digunakan oleh nelayan. Operasi

penangkapan ikan, nelayan tidak menggunakan alat bantu seperti Global

Positioning System (GPS) atau fish finder.

2) Pemasaran hasil tangkapan

Pemasaran ikan hasil tangkapan nelayan dikategorikan menjadi dua yaitu

penjualan ikan kepada bakul atau tengkulak. Nelayan yang menjual ikannya

kepada bakul adalah nelayan pemilik yang tidak mempunyai keterikatan dengan

tengkulak dalam urusan permodalan. Harga ikan ditetapkan berdasarkan

kesepakatan antara nelayan dan bakul. Setelah ada kesepakatan harga, lalu ikan

ditimbang. Bakul kemudian membayarkan uang kepada nelayan sesuai dengan

harga ikan yang telah disepakati. Penjualan ikan kepada tengkulak tidak

berdasarkan kesepakatan atau tawar-menawar harga antara nelayan dan tengkulak.

Proses ini lebih tepat disebut sebagai penyerahan hasil tangkapan daripada

penjualan hasil tangkapan. Tengkulak memiliki modal untuk biaya operasional

melaut nelayan, sehingga mempunyai hak untuk menetapkan harga ikan tanpa

adanya kesepakatan dengan nelayan. Harga ikan yang ditetapkan lebih murah

dibandingkan harga di pasaran. Penetapan harga ikan ada yang dilakukan per satu

kilogram ataupun per 60 kilogram ikan, tergantung pada keinginan tengkulak.

Setelah ditetapkan harganya, lalu ikan ditimbang. Setelah ikan ditimbang.

61

Nelayan tidak langsung menerima uang hasil penjualan ikannya, tetapi tergantung

keinginan tengkulak. Pembayaran hasil tangkapan nelayan biasanya dilakukan

tengkulak setelah semua ikan habis terjual.

Nelayan sangat tergantung kepada tengkulak karena memiliki hutang.

Nelayan yang tidak mempunyai modal melaut, meminjam uang kepada tengkulak

dengan proses yang mudah. Tidak hanya modal perbekalan melaut, tengkulak

juga memberikan pinjaman untuk keperluan sehari-hari dengan bunga yang besar.

Adanya ikatan hutang dengan tengkulak menyebabkan nelayan mau menjual hasil

tangkapannya walaupun dengan harga yang murah.

Sebenarnya terdapat hubungan yang saling membutuhkan antara nelayan

dan tengkulak. Tengkulak membutuhkan nelayan sebagai pemasok ikan. Nelayan

membutuhkan jasa tangkulak untuk memperoleh permodalan sehingga ikan yang

telah ditangkap harus dijual ke tengkulak. Keharusan ini terjadi karena jika

nelayan yang tidak mau menjual ikannya kepada tengkulak, harus mengembalikan

pinjaman yang telah diterima beserta bunganya yang sudah menggunung. Nelayan

yang tidak mampu mengembalikannya, menjadi terikat kepada tengkulak. Selain

karena keharusan untuk mengembalikan semua pinjaman beserta seluruh

bunganya, terdapat kekhawatiran bagi nelayan jika mereka tidak mempunyai

modal untuk melaut ataupun untuk kebutuhan sehari-hari, prosesnya akan

dipersulit oleh tengkulak.

Menurut Lubis et al (2011), kelembagaan tengkulak menjadi “pro-

blematika” tak berkesudahan bagi nelayan. Disatu sisi, tengkulak menyediakan

segala kemudahan bagi nelayan untuk memperoleh pinjaman tanpa kolateral

(agunan) kepada para nelayan kapanpun mereka butuhkan. Tentu, dengan harapan

agar mereka tetap terikat dan tidak lari kepada tengkulak lain. Tapi disisi lain,

tanpa nelayan sadari, mereka sulit terlepas dari keterikatan mengenai pemsaran

ikan, karena setiap kali mendapatkan pinjaman maka ikan hasil tangkapannya

harus dijual kepada tengkulak dengan harga yang telah ditetapkan tengkulak.

Ikan yang dipasarkan di PPI Pangandaran adalah ikan segar dan ikan

olahan. Ikan segar umumnya dipasarkan ke daerah di sekitar Ciamis dan keluar

kota yaitu Tasikmalaya dan Bandung. Ada juga ikan-ikan segar dengan kualitas

baik diekspor ke Jepang, Uni Eropa, dan Amerika Serikat. Perusahaan PT Asi

62

Pujiastuti adalah salah satu eksportir hasil perikanan laut di Kabupaten Ciamis.

Kegiatan ekspor produk perikanan ini terhenti tahun 2008, karena kesulitan

mendapatkan bahan baku. Pemasaran ikan olahan hanya ada dilakukan di sekitar

Pangandaran. Hanya sebagian kecil yang dipasarkan keluar wilayah Panganda-

ran. Skema rantai pemasaran hasil perikanan di Pangandaran disajikan pada

Gambar 17.

.

Gambar 17 Skema rantai pemasaran hasil tangkapan di PPI Pangandaran

tahun 2011

Rantai pemasaran hasil tangkapan di Pangandaran dimulai dari nelayan

selanjutnya diteruskan ke bakul pantai, pengolah dan pedagang besar (Gambar

17). Pelaku pemasaran yang paling utama adalah bakul pantai karena dapat

terhubung langsung dengan nelayan, pengolah dan pedagang besar.

3) Perbaikan alat tangkap

Aktivitas lain nelayan Pangandaran adalah perbaikan alat tangkap. Tidak

ada waktu khusus nelayan memperbaiki alat tangkapnya. Perbaikan alat tangkap

dilakukan jika kondisi alat tangkap sudah sangat buruk seperti jaring yang telah

rusak, tali pengikat pelampung dan pemberat yang telah longgar dan dilakukan

pada saat tidak melakukan operasi penangkapan ikan atau pada musim paceklik.

Gambar 18 memperlihatkan nelayan yang sedang memperbaiki alat tangkap.

Perbaikan alat tangkap ini dilakukan diatas perahu. Hal ini terjadi karena tidak

adanya tempat khusus yang disediakan sebagai tempat perbaikan alat tangkap

yang rusak.

Nelayan

Pengolah Bakul Pantai Agen (pedagang besar)

Pengecer

Konsumen

Eksportir

63

Gambar 18 Nelayan yang sedang memperbaiki alat tangkap di Pantai

Pangandaran tahun 2011

Pemindahan PPI Pangandaran ke lokasi baru ditanggapi secara berbeda oleh

nelayan, namun mayoritas nelayan menyatakan penolakan. Ada nelayan yang

bersedia dipindahkan dan ada yang tidak bersedia dipindahkan. Delapan dari

sepuluh responden nelayan yang diwanwancarai menyatakan tidak bersedia untuk

dipindahkan. Hanya dua responden nelayan yang bersedia dipindahkan dengan

syarat pemerintah daerah memberikan jaminan keselamatan bagi nelayan dan

perahu jika beraktivitas di lokasi baru PPI.

5.4 Aktivitas Pedagang dan Pengolah Ikan

Menurut UPTD PPI Pangandaran, jumlah pedagang ikan atau bakul di

Pangandaran adalah 126 orang pada tahun 2010. Keberadaan pedagang ikan

dirasakan sangat penting karena merupakan pelaku pemasaran hasil tangkapan.

Pedagang ikan atau bakul di Pangandaran digolongkan terdiri atas:

1) Pedagang besar (bakul besar) adalah pedagang yang membeli ikan kepada

nelayan atau bakul pantai dalam jumlah besar. Bakul besar terdaftar di TPI

jumlahnya 126 orang.

2) Pedagang pengumpul (bakul pantai) adalah pedagang yang membeli ikan

langsung kepada nelayan dan biasanya dalam jumlah sedikit. Ikan yang telah

dibeli dari beberapa nelayan selanjutnya dijual kepada bakul besar. Bakul

pantai tidak terdaftar di TPI, tidak ada data yang mencatat berapa jumlahnya

di Pangandaran.

3) Pengecer (congkel) adalah pedagang ikan yang membeli ikan kepada nelayan

untuk selanjutnya dijual eceran atau diolah sendiri. Congkel tidak terdaftar di

64

TPI dan tidak termasuk anggota KUD. Seperti halnya bakul pantai, tidak

terdapat data yang menyatakan jumlah pengecer di Pangandaran.

Produksi ikan di PPI Pangandaran sangat bervariasi tergantung musim ikan

atau musim penangkapan dan atau musim pendaratan hasil tangkapan. Menurut

Pane (2008b), musim ikan merupakan banyaknya jumlah ikan yang tertangkap di

suatu perairan tertentu, pada waktu tertentu yang lebih banyak dibandingkan

waktu-waktu lainnya. Musim pendaratan hasil tangkapan di suatu pelabuhan

perikanan merupakan banyaknya jumlah hasil tangkapan didaratkan di suatu

pelabuhan perikanan di waktu tertentu yang lebih banyak dibandingkan waktu-

waktu pendaratan lainnya. Waktu musim pendaratan hasil tangkapan di suatu

pelabuhan perikanan dikatakan sama dengan waktu musim ikan di pelabuhan

perikanan tersebut bila hasil tangkapan yang didaratkan berasal dari fishing

groung atau daerah penangkapan ikan yang sama.

Saat musim ikan jumlah ikan yang dapat dibeli oleh pedagang ikan

mencapai 18,4 kg sampai 243,7 kg per nelayan, tetapi pada musim paceklik

jumlah ikan yang dibeli sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali. Harga ikan

yang dibeli sangat bervariasi tergantung jenis ikan. Penelitian ini dilakukan pada

saat musim ikan layur. Harga ikan Layur adalah Rp.10.000/kg. Ikan-ikan yang

telah dibeli dari nelayan selanjutnya dijual kepada pedagang pengolah ikan

(jongko) yang berada di sekitar Pantai Timur Pangandaran.

Gambar 19 Pedagang ikan sedang melakukan transaksi jual beli ikan dengan

pedagang pengolah di Pantai Timur Pangandaran tahun 2011

Bentuk transaksi jual beli antara pedagang ikan dengan pedagang pengolah

(jongko) diperlihatkan pada Gambar 19. Transaksi ini biasanya dilakukan pada

pagi hari. Pedagang ikan membeli ikan dari nelayan, untuk selanjutnya dijual lagi

65

pedagang pengolah yang berada di sekitar Pantai Barat dan Pantai Timur

Pangandaran.

Menurut UPTD PPI Pangandaran (2011), pada tahun 2010 terdapat 53 orang

pengolah ikan atau jongko di Pangandaran. Pengolahan ikan yang dilakukan

masih bersifat tradisional. Bentuk ikan olahannya adalah ikan asin seperti jambal

roti, pindang dan digoreng kering. Ikan-ikan olahan tersebut mempunyai kualitas

yang baik dan dikemas dalam kantong-kantong plastik transparan. Salah satu

kendala yang dihadapi pedagang pengolah bentuk kemasan yang kurang menarik

sehingga pemasaran produk olahan ikan baru bisa dilakukan di sekitar wilayah

Pangandaran.

Pemindahan lokasi PPI Pangandaran menimbulkankan kekhawatiran bagi

para pedagang ikan (bakul) dan para pengolah ikan (jongko). Lokasi baru PPI

yang cukup jauh dari lokasi wisata dikhawatirkan dapat menyulitkan baik

aktivitas pemasaran ikan hasil tangkapan maupun produk olahan perikanan

kepada konsumen. Penjualan produk olahan perikanan oleh jongko-jongko sangat

bergantung pada kondisi wisata bahari Pangandaran karena mayoritas

konsumennya merupakan para wisatawan.

5.5 Produksi dan Nilai Produksi Hasil Tangkapan Pangandaran

Produksi hasil tangkapan adalah sejumlah ikan hasil tangkapan nelayan

yang didaratkan di pelabuhan perikanan. Hasil tangkapan tersebut dapat berasal

langsung dari nelayan yang berfishing base di suatu pelabuhan perikanan atau

juga berasal dari dari pelabuhan perikanan lain yang selanjutnya dibawa ke

pelabuhan tersebut melalui transportasi darat (Lubis, 2012).

Ikan yang dominan tertangkap di Perairan Pangandaran adalah jenis udang,

ikan layang (Trichiurus sp), layur (Decapterus sp), pepetek (Leiognatus sp),

manyung (Arius sp), ekor kuning (Caesio sp), selar (Caranx leptolepis), kuwe

(Caranx sp), tetengkek (Megalaspis sp), kembung (Rastrelliger sp), cucut

(Squalus sp) dan pari (Dasyatis sp). Perkembangan produksi hasil tangkapan PPI

Pangandaran tahun 2001-2010 disajikan pada Tabel 20.

66

Tabel 20 Perkembangan produksi dan nilai produksi PPI Pangandaran

tahun 2001-2010

Tahun Produksi

(ton)

Pertumbuhan

produksi

(%)

Nilai produksi

(Rpx106)

Pertumbuhan

nilai produksi

(%)

2001 1.209 - 9.533 -

2002 1.125 -6,9 9.248 -3,0

2003 1.608 42,9 11.324 22,4

2004 577 -64,1 5.175 -54,3

2005 577 0,0 5.175 0,0

2006 420 -27,1 5.325 2,9

2007 511 21,5 7.488 40,6

2008 628 23,0 9.745 30,1

2009 216 -65,7 4.831 -50,4

2010 43 -80,2 934 -1,3

Rata-rata pertumbuhan (%) -15,6 - -1.3

Kisaran pertumbuhan (%) -80,2 - 42,9 - -50,4 - 40,6 Sumber : UPTD PPI Pangandaran 2011

Produksi ikan di PPI Pangandaran mengalami penurunan sebesar -15,66%

per tahun selama periode 2001-2010 dengan kisaran pertumbuhan yang besar

yaitu antara -80,22% sampai 42,95%. Besarnya nilai kisaran memperlihatkan

bahwa pertumbuhan produksi hasil tangkapan di PPI Pangandaran tidak stabil.

Hal ini ditandai dengan adanya pertumbuhan produksi tertinggi terjadi pada tahun

2003 yang mencapai 42,95% dan terendah terjadi pada tahun 2010 yang mencapai

-80,22%..

Rata-rata pertumbuhan nilai produksi PPI Pangandaran mengalami

penurunan sebesar -1,3% per tahun dengan kisaran pertumbuhan yang besar yaitu

antara -50,4% sampai 22,4% selama periode tahun 2001-2010. Nilai pro-duksi

tertinggi terjadi pada tahun 2003 produksi terendah terjadi pada tahun 2010.

Seperti hal nya kisaran pertumbuhan produksi, kisaran niali produksi juga

mempunyai nilai yang besar. Hal ini memperlihatkan bahwa pertumbuhan nilai

produksi di PPI Pangandaran juga tidak stabil. Perkembangan produksi dan nilai

produksi PPI Pangandaran tahun 2001-2010 disajikan pada Gambar 20 dan 21.

67

Gambar 20 Kurva perkembangan produksi hasil tangkapan PPI Pangandaran

tahun 2001-2010

Produksi hasil tangkapan di PPI Pangandaran mengalami penurunan yang

tajam tahun 2001-2010. Perkembangan produksi hasil tangkapan di Pangandaran

terbalik dengan berbanding perkembangan nelayan, alat tangkap dan armada

penangkapan ikan yang cenderung mengalami peningkatan. Jika ketiga unit

penangkapan tersebut dioptimalkan dalam operasi penangkapan ikan, maka

diduga akan terjadi peningkatan produksi hasil tangkapan.

Kenyataan yang terjadi di Pangandaran adalah terjadi penurunan produksi

hasil tangkapan, walaupun perkembangan nelayan, alat tangkap dan armada

penangkapan rata-rata mengalami peningkatan. Penurunan produksi ini diindi-

kasikan tidak berhubungan dengan perkembangan nelayan, alat tangkap dan

armada penangkapan ikan, namun diduga lebih kepada terjadinya ketidakakuratan

data produksi hasil tangkapan. Hal ini dapat diketahui pada subbab 5.3 aktivitas

nelayan di Pangandaran. Di dalam subbab tersebut menjelaskan bahwa hasil

tangkapan nelayan dijual di atas perahu dan tidak mengalami proses lelang.

Penjualan hasil tangkapan di atas perahu tersebut tidak terdata oleh petugas TPI.

Hal ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap data produksi hasil tangkapan yang

menjadi tidak akurat.

Menurunnya produksi hasil tangkapan menurut Lubis (2012) berakibat

fasilitas yang baik akan menjadi rusak. Kalaupun fasilitas tersebut dioperasikan,

y = 2,6738x2 - 10859x + 1E+07 R² = 0,7145

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Jum

lah

(to

n)

Tahun

68

secara ekonomis tidak menguntungkan karena biaya operasional dengan

pendapatannya tidak seimbang.

Selanjutnya Lubis tersebut di atas menyatakan bahwa produksi perikanan

yang didaratkan di suatu pelabuhan menurun, antara lain disebabkan oleh potensi

sumberdaya ikan di perairan fishing ground-nya sudah menurun; harga ikan di

pelabuhan perikanan (PP) atau PPI tersebut tidak layak atau lebih rendah

dibandingkan harga ikan di PP atau PPI lainya; serta lokasi PP atau PPI berjauhan

dengan lokasi perumahan nelayan yang mengoperasikan perikanan skala kecil.

Menurunnya produksi di PP atau PPI juga disebabkan oleh jauhnya daerah

konsumen dan prasarana jalan tidak mendukung sehingga para pedagang enggan

untuk membeli ikan di pelabuhan. Faktor-faktor lain yang juga menyebabkan

menurunnya produksi ikan di pelabuhan adalah tidak terdapatnya suatu fasilitas

yang memang diperlukan oleh pengguna atau beberapa fasilitas yang ada sudah

rusak. Selain itu juga tidak terdapatnya pengorganisasian aktivitas yang baik di

PP/PPI

Tidak akuratnya data yang terkumpul di TPI sebagaimana telah dijelaskan

sebelumyna di atas, berpengaruh terhadap pelaporan produksi hasil tangkapan.

Penurunan produksi selanjutnya berdampak pada penurunan jumlah nilai produksi

PPI Pangandaran. Gambar 21 menunjukan perkembangan nilai PPI Pangandaran

tahun 2001-2010.

Gambar 21 Kurva perkembangan nilai produksi PPI Pangandaran

tahun 2001-2010

y = -38,25x2 + 152759x - 2E+08 R² = 0,4152

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Nila

i Pro

du

ksi (

Rp

1.0

00

.00

0)

Tahun

69

Perkembangan nilai produksi di PPI Pangandaran mengalami penurunan

selama periode tahun 2001-2010. Penurunan nilai produksi yang sangat signifikan

terjadi pada tahun 2010. Hal ini merupakan dampak dari penurunan produksi pada

tahun tersebut.

5.6 Unit Penangkapan Ikan

Unit penangkapan ikan yang beroperasi di Pangandaran bersifat sederhana.

Nelayan belum memanfaatkan teknologi GPS atau fish finder yang dapat

membantu dalam operasi penangkapan ikan. Alat tangkap dan armada

penangkapan yang digunakan sangat sederhana. Hal ini disebabkan oleh tingkat

pendidikan nelayan Pangandaran relatif sama dengan penduduk di Kabupaten

Ciamis yaitu tamat SD/sederajat, sehingga kemampuan dalam penguasaan

teknologi relatif terbatas.

1) Nelayan

Jumlah nelayan di Pangandaran mencapai 1.935 orang tahun 2010, tersebar

di tiga desa yaitu Babakan, Pangandaran dan Pananjung. Jumlah nelayan di

Babakan adalah 383 orang (20%), Pangandaran 518 orang (27%) dan Pananjung

1.034 orang (53%). Jumlah dan perkembangan nelayan Pangandaran disajikan

pada Tabel 21.

Tabel 21 Jumlah dan perkembangan nelayan Pangandaran tahun 2001-2010

Tahun Jumlah Nelayan Pertumbuhan (%)

2001 1.167 -

2002 1.038 -11,05

2003 1.937 86,61

2004 2.016 4,08

2005 2.298 13,99

2006 2.538 10,44

2007 2.518 -0,79

2008 2.380 -5,48

2009 2.380 0

2010 1.935 -18,70

Rata-rata pertumbuhan (%) 7,91

Kisaran pertumbuhan (%) -18,70 - 86,61 Sumber : UPTD PPI Pangandaran 2011

70

Nelayan di Pangandaran tidak hanya berasal dari penduduk asli setempat,

tetapi ada juga yang berasal dari beberapa derah seperti Banjar, Tasikmalaya,

Pameungpeuk, Cilacap (UPTD PPI Pangandaran, 2011). Tidak ada data yang

menunjukkan berapa jumlah nelayan asli Pangandaran ataupun yang berasal dari

daerah lain. Pertumbuhan nelayan Pangandaran mengalami peningkatan 7,91%

selama periode tahun 2001-2010. Kisaran pertumbuhan antara -18,70% tahun

2010 dan 86,61% tahun 2003. Perkembangan jumlah nelayan di Pangandaran

disajikan pada Gambar 22.

Gambar 22 Kurva perkembangan jumlah nelayan Pangandaran tahun 2001-2010

Perkembangan jumlah nelayan di Pangandaran cenderung mengalami

peningkatan selama periode 2001-2010. Peningkatan jumlah nelayan terjadi

karena tidaka da persyaratan khusus menjadi nelayan. Peningkatan jumlah

nelayan terjadi tahun 2001-2006, tetapi kemudian mengalami penurunan pada

periode 2007-2010.

2) Alat tangkap

Jumlah alat tangkap di Pangandaran adalah 1.797 unit atau 75% dari jumlah

alat tangkap di Kabupaten Ciamis. Alat tangkap ini terdiri atas enam jenis yaitu

Jaring arad 15 unit (0,8%), Gillnet 1.221 unit (68%), Pancing rawai 201 unit

(11,2%), Dogol 193 unit(10,7%), Bagan 20 unit (1,1%) dan Trammel net 147 unit

(8,2%) (UPTD PPI Pangandaran, 2011). Perkembangan alat tangkap di

Pangandaran selama tahun 2001-2010 disajikan pada Tabel 22.

y = -44,754x2 + 179630x - 2E+08 R² = 0,8997

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

71

Tabel 22 Jumlah dan perkembangan alat tangkap di Pangandaran

tahun 2001- 2010

Tahun

Jenis Alat Tangkap Jumlah

(unit)

Pertumbuhan

(%) Jaring

arad

Gillnet Pancing

Rawai

Dogol Bagan Tramell

net

2001 18 747 213 187 0 433 1.598 -

2002 18 747 213 187 13 433 1.611 0,8

2003 37 843 84 141 36 83 1.224 -24,0

2004 12 737 85 158 36 94 1.122 -8,3

2005 12 737 85 158 0 94 1.086 -3,2

2006 12 475 50 97 16 52 702 -35,3

2007 14 1.648 85 97 20 52 1.916 172,9

2008 15 1.221 201 193 20 147 1.797 -6,2

2009 15 1.221 201 193 20 147 1.797 0,0

2010 15 1.221 201 193 20 147 1.797 0,0

Rata –rata pertumbuhan (%) 9,7

Kisaran pertumbuhan (%) -35,3- 172,9 Sumber : UPTD PPI Pangandaran 2011

Pertumbuhan alat tangkap di Kecamatan Pangandaran mengalami

peningkatan sebesar 9,7% per tahun selama periode tahun 2001-2010. Kisaran

pertumbuhan antara -35,3% sampai 172,9%. Besarnya nilai kisaran meperlihatkan

bahwa pertumbuhan alt tangkap selama periode tersebut tidak stabil, waupun

secara rata-rata mengalami peningkatan. Perkembangan alat tangkap di

Pangandaran tahun 2001-2010 disajikan pada Gambar 23.

Gambar 23 Kurva perkembangan alat tangkap di Pangandaran tahun 2001-2010

Perkembangan alat tangkap di Kecamatan Pangandaran cenderung

mengalami peningkatan selama periode 2001-2010. Peningkatan jumlah alat

y = 29,92x2 - 119963x + 1E+08 R² = 0,4506

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Jum

lah

Ala

t ta

ngk

ap (

un

it)

Tahun

72

tangkap yang signifikan terjadi tahun 2007. Peningkatan ini disebabkan

pemberian bantuan alat tangkap Gillnet oleh pemerintah daerah kepada nelayan

sebagai pengganti alat tangkap nelayan yang hilang dan rusak akibat tsunami di

Pangandaran (Subbab 4.2.1).

Menurut Fauzy (2009) pemberian bantuan alat tangkap Gillnet oleh

pemerintah daerah dimaksudkan untuk menjaga stabilitas perikanan tangkap di

Pangandaran akibat bencana tsunami. Berdasarkan data yang diperoleh dari

UPTD PPI Pangandaran diketahui bahwa jumlah alat tangkap bantuan lebih

banyak dibandingkan dengan jumlah alat tangkap sebelum terjadinya tsunami.

3) Armada penangkapan

Jumlah armada penangkapan ikan yang beroperasi di perairan Pangandaran

pada tahun 2010 adalah 1.089 unit. Armada ini terdiri atas kapal motor, perahu

motor tempel dan perahu tanpa motor. Kapal motor berjumlah satu unit (0,09%),

perahu motor tempel 1.066 unit (97,8%) dan perahu tanpa motor 22 unit (2,1%)

(UPTD PPI Pangandaran, 2011). Jenis dan jumlah armada penangkapan ikan di

Pangandaran disajikan pada Tabel 23.

Tabel 23 Jenis dan jumlah armada penangkapan ikan di Pangandaran

tahun 2001-2010

Tahun

Jenis Armada Pertumbuhan

(%) Kapal

Motor

Perahu

motor

tempel

Perahu

tanpa

motor

Jumlah

(unit)

2001 4 589 23 616 -

2002 4 639 23 666 8,1

2003 4 948 0 952 42,9

2004 4 946 0 950 -0,2

2005 4 946 0 950 0,0

2006 4 531 0 535 -43,6

2007 4 1.260 0 1.264 136,2

2008 4 1.066 22 1.092 -13,6

2009 4 1.066 22 1.092 0,0

2010 1 1.066 22 1.089 -0,2

Rata-rata pertumbuhan (%) 12,9

Kisaran pertumbuhan (%) -43,6 - 136,2 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis 2010

73

Perahu motor tempel merupakan jenis armada yang paling banyak diguna-

kan oleh nelayan Pangandaran. Perahu ini terbuat dari bahan fibreglass dengan

ukuran panjang (LOA) 7,0-11,5 meter, lebar (B) 0,8-1,2 meter dan dalam (D)

0,75-1,5 meter dengan kapasitas daya motor rata-rata 7 PK (Pärk de Krächt).

Pertumbuhan armada penangkapan ikan di Kecamatan Pangandaran

mengalami peningkatan sebesar 12,9% selama periode 2001-2010. Kisaran

pertumbuhan antara -43,6% sampai 136,2%. Besarnya nilai kisaran memperli-

hatkan bahwa pertumbuhan armada penangkpan ikan selama periode tersebut

tidak stabil, walaupun secara rata-rata mengalami peningkatan.

Pertumbuhan armada tertinggi terjadi tahun 2007, sedangkan pertumbuhan

terendah terjadi tahun 2006. Pertumbuhan armada penangkapan ikan yang tinggi

di tahun 2007 terjadi karena adanya pemberian bantuan armada penangkapan ikan

kepada nelayan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis. Perkembangan

armada penangkapan ikan di Pangandaran tahun 2001-2010 disajikan pada

Gambar 24.

Gambar 24 Kurva perkembangan armada penangkapan ikan di Pangandaran

tahun 2001-2010

Perkembangan armada penangkapan ikan di Kecamatan Pangandaran

cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah armada terjadi tahun

2001-2003, kemudian terjadi penurunan yang sangat signifikan tahun 2006.

Penurunan jumlah armada ini terjadi akibat bencana tsunami yang melanda

y = -3,3333x2 + 13421x - 1E+07 R² = 0,4339

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Jum

lah

Arm

ada

(un

it)

Tahun

74

wilayah Pangandaran. Peningkatan jumlah armada kembali terjadi tahun 2007

kemudian mengalami stagnan hingga tahun 2010.

Gambar 25 Perahu yang digunakan nelayan Pangandaran tahun 2011

5.7 Pengelolaan PPI Pangandaran di lokasi Baru

5.7.1 Aktivitas pengelola PPI Pangandaran di lokasi baru

Aktivitas pengelola di PPI Pangandaran di lokasi baru adalah aktivitas di

kantor pengelola yaitu pengurusan perizinan, dan pendataan unit penangkapan

ikan di Pangandaran. Hal ini terjadi karena tidak adanya aktivitas pendaratan ikan

di tempat tersebut. Tidak adanya aktivitas pendaratan dan pemasaran disebabkan

nelayan tidak mau mendaratkan hasil tangkapannya di lokasi baru. Pihak

pengelola PPI Pangandaran dan pemerintah daerah belum berhasil memindahkan

nelayan dan pedagang ikan agar mau beraktivitas di PPI Pangandaran.

Menurut penulis, diduga terjadi kesalahan dalam perencanaan pembangu-

nan PPI Pangandaran di lokasi baru. Aspirasi nelayan dan pedagang ikan tidak

menjadi pertimbangan dalam pemindahan lokasi baru PPI. Pangkalan Pendaratan

Ikan Pangandaran sebaiknya tetapi di lokasi lama karena lebih terlindung.

Pangkalan Pendaratan Ikan di lokasi lama tetap dapat difungsikan kembali untuk

menghindari kerugian jika terjadi bencana. Lokasi lama PPI relatif ideal karena

terlindung oleh Teluk Pananjung, dekat dengan pemukiman nelayan dan dekat

dengan daerah pemasaran, tetapi belum ada penataan kegiatan perikanan tangkap

dan wisata bahari. Kegiatan perikanan tangkap dapat mendukung kegiatan wisata

bahari.

75

5.7.2 Pengelola PPI Pangandaran di lokasi baru

Tugas pengelolaan PPI Pangandaran di lokasi baru sesuai dengan Keputu-

san Bupati Ciamis Nomor 294 tahun 2004 yaitu; melaksanakan sebagian tugas

dinas di bidang pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan dan tugas lainnya. Tugas

Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Organisasi UPTD PPI Pangandaran yaitu (SK

Bupati Ciamis vide Hermawan, 2009):

1) Mengelola Pangkalan Pendaratan Ikan, yang terdiri atas:

(1) Administrasi umum, kepegawaiann, keuangan dan retribusi,

(2) Tempat Pelelangan Ikan,

(3) Sarana dan prasarana Pangkalan Pendaratan Ikan,

(4) Perbengkelan.

2) Program pembinaan, pada :

(1) Nelayan yang tersebar di beberapa wilayah Rukun nelayan,

(2) Pengolah ikan yang tersebar di sentra pengolahan ikan,

(3) Bakul ikan yang terdapat di setiap Pangkalan Pendaratan Ikan,

(4) Melaksanakan program pelatihan sesuai dengan kelompok binaan.

3) Program Pengawasan, yaitu :

(1) Produksi ikan hasil laut yang dilakukan oleh Kelompok Masyarakat

Pengawas (Pokmaswas) di setiap wilayah Pangakalan Pendaratan Ikan

Hasil pengamatan penulis memperlihatkan bahwa Kelompok Masyarakat

Pengawas (Pokmaswas) belum terdapat di Kecamatan Pangandaran.

(2) Perizinan, yang terdiri atas : Surat Izin Penangkapan Ikan, Surat Izin

Pengolahan Ikan, Surat Izin Budidaya Ikan, dan Izin bakul

(3) Pelestarian sumberdaya ikan dan lingkungannya oleh Pokmaswas,

Instansi terkait serta semua pemangku kepentingan.

Pengoperasian pelabuhan perikanan/pangkalan pendaratan ikan harus

memperhatikan pengorganisasian dan pengelolaan dengan baik agar dapat

berjalan sesuai dengan fungsinya. Keberhasilan pengelolaan pelabuhan perika-

nan/pangkalan pendaratan ikan bergantung kepada kualitas sumberdaya manusia

(SDM) yaitu pengelola pelabuhan, nelayan, pedagang ikan, pedagang dan

pengolah ikan yang melaksanakan aktivitas di tempat tersebut. Pengelola PPI

Pangandaran baru hanya ada tiga orang yaitu Kepala UPTD (Kepala PPI), dan

76

dibantu oleh dua orang pelaksana. Struktur organisasi pengelola PPI Pangandaran

disajikan pada Gambar 26.

Sumber : UPTD PPI Pangandaran

Gambar 26 Struktur Organisasi UPTD PPI Pangandaran

Struktur organisasi pengelola PPI Pangandaran kurang mendukung tugas

UPTD sesuai dengan Keputusan Bupati Ciamis No 294 tahun 2004. Sumber daya

manusia pengelola PPI Pangandaran belum cukup memadai karena hanya lulusan

SMA dengan pengalaman yang terbatas. Terbatasnya SDM dan tingkat

pendidikan akan mempengaruhi pelaksanaan tugas UPTD PPI Pangandaran.

Kepala (UPTD) PPI Pangandaran

Atang Kuncara

NIP 196050607 198603 1 007

Pelaksana

Nono Pitrono

NIP 19580615 198503 1 007

Pelaksana

Subur

NIP 19650402 199703 1 0003