481_doc_1

8
SEMINAR NASIONAL TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS KATHOLIK PARAHYANGAN BANDUNG, 25 APRIL 2012 1 Kompor Tekan Multifuel  Berbahan Bakar Jelantah Sjaffriadi, Budi Nurachman, Nugroho Adi Sasongko, Imron Masfuri   Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya En ergi (PTP SE)  Badan Pengkajian dan Pen erapan Teknologi (BPP T)  Jakarta  Email: akoy1953@y ahoo.co.id Abstrak   Kebijakan pemerintah untuk mengurangi konsumsi minyak tanah kemudian digantikan dengan bahan bakar  LPG, berdampak kepada sejumlah isu. Diantaranya adalah, masyarakat dibuat unt uk tidak memiliki pilihan bahan bakar alternatif untuk memasak, ketergantungan terhadap bahan bakar baru serta perubahan di dalam psikologi sosial. Secara umum, masyarakat yang terlibat langsung di dalam sektor riil seperti  pedagang kakilima masih menghara pkan hadirnya bahan bakar alternatif, konvens ional dan sederhana yang dapat membantu mereka di dalam aktivitas perdagangan sehari-hari serta aman dalam penggunaan.  Kompor Tekan Multifuel adalah kompor yang dapat digunakan untuk berbagai bahan bakar, baik bahan bakar nabati seperti minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak jelantah dan biosolar, maupun bahan bakar fosil seprti minyak tanah, solar, dan oli bekas. Dimana pengoperasiannya dengan cara ditekan.  Kompor i ni terdiri atas dua buah tabung bertekanan dan sebuah burner yang b erfungsi sebagai konverter.  Prinsip kerja kompor ini adalah dengan mengubah fase bahan bakar cair menjadi gas yang siap untuk terbakar secara spontan.   Dalam penelitian ini, digunakan minyak jelantah sebagai bahan bakar dimana merupakan sebuah solusi alternatif yang berdampak positif. Jika minyak jelantah dibuang begitu saja dapat berpolusi atau mengotori lingkungan, sementara jika digunakan untuk memasak kembali, minyak jelantah dapat menyebabkan kanker akibat kandungan yang tinggi dari senyawa polimer, aldehid, asam lemak serta lakton. BPPT sebagai badan pengkajian dan penerapan teknologi berupaya memberikan solusi terhadap masalah yang terjadi di masyarakat melalui Inovasi Teknologi Tepat Guna. Keunggulan kompor tekan multifuel yaitu: Pertama dalam hal teknis, kompor ini praktis digunakan karena dibuat secara sederhana meliputi dua tangki dan burner sekaligus, temperatur nyala api cukup tinggi yaitu di atas 1200 o C serta dapat digunakan untuk beragam minyak nabati tanpa perlu modifikasi tambahan. Kedua dalam hal Ekonomi, diperoleh alternatif pemanfaatan minyak jelantah, yaitu sebagai bahan bakar alternatif yang memiliki nilai ekonomis dimana menghemat bahan bakar secara signifikan dengan harga minyak jelantah perliternya yang cukup murah. Sementara itu kompor tekan multifuel didesain sesederhana mungkin agar harganya terjangkau oleh masyarakat. Ketiga manfaatnya dalam Kesehatan, karena membantu mengubah pola  perilaku masyarakat d alam hal ini penjual gorengan, dimana sebel umnya memakai minyak goreng dalam memasak secara berulang kali yang menurunkan kualitas dan higienis makanan, saat ini dengan menggunakan kompor tekan multifuel mereka memiliki alternatif yang jauh lebih sehat. Potensi ketersediaan minyak jelantah saat ini cukup melimpah jika dilakukan kerjasama dengan pengusaha makanan, juragan  penjual gorengan dan rumah makan cepat saji untuk memanfaatkan minyak jelantah sebagai bahan bakar  pengganti LPG. Dengan demikian, keberadaan kompor tekan multifuel adalah jawaban untuk menuju kemandirian energi, khususnya di sektor UKM dan Koperasi. Kata Kunci:  Kompor Tekan , Multifuel, Minyak Jelantah   Abs tract  Government policy to reduce the consumption of kerosene was then replaced with LPG fuel, impact upon a number of issues. Among them are, people are made not to have a choice of alternative fuel for cooking, dependence on new fuels and changes in social psychology. In general, people who were directly involved in the real sector as a cadger still expect the presence of alternative fuels, conventional and simple that can help them in daily trading activity and safe in use. Multifuel pressure stove is a stove that can be used for a variety of fuels, whether biofuels like coconut oil, palm oil, used cooking oil and biodiesel, as well as fossil  fuels like kerosene, diesel fuel and used lubricant, where operated by means of compression. Th is stove consists of two pressurized tube and a burner that functions as a converter. The working principle of this  stove is by changing the phase of a liquid to a gaseous fuel that is ready to ignite spontaneously. In this  study, used cooking oil as a fuel which is an alternative solution which had a positive impact. If c ooking oil dumped can pollute or contaminate the environment, meanwhile if it is u sed for cooking again, used cooking

Upload: adhe-suhe-notsue

Post on 19-Oct-2015

68 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • SEMINAR NASIONAL TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS KATHOLIK PARAHYANGAN

    BANDUNG, 25 APRIL 2012

    1

    Kompor Tekan Multifuel Berbahan Bakar Jelantah

    Sjaffriadi, Budi Nurachman, Nugroho Adi Sasongko, Imron Masfuri Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi (PTPSE)

    Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

    Jakarta

    Email: [email protected]

    Abstrak

    Kebijakan pemerintah untuk mengurangi konsumsi minyak tanah kemudian digantikan dengan bahan bakar

    LPG, berdampak kepada sejumlah isu. Diantaranya adalah, masyarakat dibuat untuk tidak memiliki pilihan

    bahan bakar alternatif untuk memasak, ketergantungan terhadap bahan bakar baru serta perubahan di dalam psikologi sosial. Secara umum, masyarakat yang terlibat langsung di dalam sektor riil seperti

    pedagang kakilima masih mengharapkan hadirnya bahan bakar alternatif, konvensional dan sederhana yang

    dapat membantu mereka di dalam aktivitas perdagangan sehari-hari serta aman dalam penggunaan.

    Kompor Tekan Multifuel adalah kompor yang dapat digunakan untuk berbagai bahan bakar, baik bahan

    bakar nabati seperti minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak jelantah dan biosolar, maupun bahan

    bakar fosil seprti minyak tanah, solar, dan oli bekas. Dimana pengoperasiannya dengan cara ditekan.

    Kompor ini terdiri atas dua buah tabung bertekanan dan sebuah burner yang berfungsi sebagai konverter.

    Prinsip kerja kompor ini adalah dengan mengubah fase bahan bakar cair menjadi gas yang siap untuk

    terbakar secara spontan. Dalam penelitian ini, digunakan minyak jelantah sebagai bahan bakar dimana merupakan sebuah solusi alternatif yang berdampak positif. Jika minyak jelantah dibuang begitu saja dapat

    berpolusi atau mengotori lingkungan, sementara jika digunakan untuk memasak kembali, minyak jelantah

    dapat menyebabkan kanker akibat kandungan yang tinggi dari senyawa polimer, aldehid, asam lemak serta

    lakton. BPPT sebagai badan pengkajian dan penerapan teknologi berupaya memberikan solusi terhadap

    masalah yang terjadi di masyarakat melalui Inovasi Teknologi Tepat Guna. Keunggulan kompor tekan

    multifuel yaitu: Pertama dalam hal teknis, kompor ini praktis digunakan karena dibuat secara sederhana

    meliputi dua tangki dan burner sekaligus, temperatur nyala api cukup tinggi yaitu di atas 1200oC serta dapat

    digunakan untuk beragam minyak nabati tanpa perlu modifikasi tambahan. Kedua dalam hal Ekonomi,

    diperoleh alternatif pemanfaatan minyak jelantah, yaitu sebagai bahan bakar alternatif yang memiliki nilai ekonomis dimana menghemat bahan bakar secara signifikan dengan harga minyak jelantah perliternya yang

    cukup murah. Sementara itu kompor tekan multifuel didesain sesederhana mungkin agar harganya

    terjangkau oleh masyarakat. Ketiga manfaatnya dalam Kesehatan, karena membantu mengubah pola

    perilaku masyarakat dalam hal ini penjual gorengan, dimana sebelumnya memakai minyak goreng dalam

    memasak secara berulang kali yang menurunkan kualitas dan higienis makanan, saat ini dengan

    menggunakan kompor tekan multifuel mereka memiliki alternatif yang jauh lebih sehat. Potensi ketersediaan

    minyak jelantah saat ini cukup melimpah jika dilakukan kerjasama dengan pengusaha makanan, juragan

    penjual gorengan dan rumah makan cepat saji untuk memanfaatkan minyak jelantah sebagai bahan bakar

    pengganti LPG. Dengan demikian, keberadaan kompor tekan multifuel adalah jawaban untuk menuju

    kemandirian energi, khususnya di sektor UKM dan Koperasi.

    Kata Kunci: Kompor Tekan, Multifuel, Minyak Jelantah

    Abstract

    Government policy to reduce the consumption of kerosene was then replaced with LPG fuel, impact upon a

    number of issues. Among them are, people are made not to have a choice of alternative fuel for cooking,

    dependence on new fuels and changes in social psychology. In general, people who were directly involved in

    the real sector as a cadger still expect the presence of alternative fuels, conventional and simple that can

    help them in daily trading activity and safe in use. Multifuel pressure stove is a stove that can be used for a

    variety of fuels, whether biofuels like coconut oil, palm oil, used cooking oil and biodiesel, as well as fossil

    fuels like kerosene, diesel fuel and used lubricant, where operated by means of compression. This stove

    consists of two pressurized tube and a burner that functions as a converter. The working principle of this stove is by changing the phase of a liquid to a gaseous fuel that is ready to ignite spontaneously. In this

    study, used cooking oil as a fuel which is an alternative solution which had a positive impact. If cooking oil

    dumped can pollute or contaminate the environment, meanwhile if it is used for cooking again, used cooking

  • SEMINAR NASIONAL TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS KATHOLIK PARAHYANGAN

    BANDUNG, 25 APRIL 2012

    2

    oil can cause cancer due to the high content of polymer compounds, aldehydes, fatty acids and

    lactones. BPPT as the Agency of assessment and application of technology seeks to provide solutions to

    problems that occur in society through Appropriate Technology Innovation. The advantage of multifuel

    pressure stove: First in technical terms, this stove is made of practical use because it simply involves two

    tanks and burner as well, temperature is high at over 1200oC and can be used for a variety of vegetable oils

    without the need for additional modifications. Second in terms of economy, obtained by the alternative use of

    used cooking oil, as an alternative fuel that still has economic value which is significantly save fuel with used

    cooking oil and per liter of fuel prices are quite cheap. Meanwhile, multifuel pressure stove is designed as

    simple as possible so that the price is affordable to the community. In the third is health benefits, because it

    helps possibility to change people's behavior patterns in this case the cadgers, which previously used cooking

    oil in cooking are repeatedly that reduce the quality and hygienic food, this time with the multifuel pressure stoves they have a much healthier alternative. Potential availability of used cooking oil is currently quite

    abundant if possible to establish cooperation with fast food restaurants to make use of used cooking oil as a

    fuel substitute for LPG. Thus, the presence of multifuel stove is a solution toward energy independence,

    especially in the SME sector and cooperatives.

    Keywords: Pressure stove, multifuel, waste/ used cooking oil

    1. Pendahuluan

    Penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak tanah

    untuk memasak harus dibatasi karena sumberdaya

    alamnya yang terbatas, harga yang mahal, ketidakpastian terhadap ketersediaan dan juga

    kesulitan pendistribusian bahan bahan terutama untuk

    lokasi terpencil. Pengenalan kompor yang efisien

    terhadap bahan bakar dapat mengurangi konsumsi

    bahan bakar fosil. Penggunaan minyak jelantah untuk

    kompor tekan berbahan bakar nabati adalah sebuah

    solusi alternatif yang menawarkan sejumlah

    keuntungan, baik dari sisi ekonomi, kesehatan, dan

    ekologi. Minyak jelantah masih memiliki energi

    thermal yang cukup tinggi jika dibakar. Untuk

    sejumlah orang, setelah penggunaan beberapa kali minyak jelantah umumnya langsung dibuang.

    Sementara untuk sebagian orang lainnya, minyak

    bekas ini dapat digunakan bahkan untuk beberapa kali

    lagi sampai warna minyak menjadi gelap. Dari sisi

    kesehatan, makanan yang digoreng dengan minyak

    jelantah adalah sangat berbahaya dimana

    menyebabkan efek karsinogenik untuk tubuh manusia.

    Selanjutnya dari sisi ekologi, minyak jelantah dalam

    volume besar dapat menyebabkan polusi bagi

    lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Tujuan

    dari penelitian ini adalah promosi dan pengenalan

    kepada pasar, dalam hal ini adalah pedagang kakilima sebagai pengguna langsung di dalam masyarakat.

    Target yang diharapkan akan tercapai adalah

    pengenalan Kompor tekan Multifuel prototipe A

    kepada pengguna akhir dan presentasi hasil percobaan

    untuk kualitas, kehandalan, kelayakan teknis, dan

    kenyamanan dalam penggunaan minyak jelantah. Dari

    pengembangan penelitian, didapatkan model baru

    yang dinamakan Kompor tekan Multifuel Protipe B

    yang merupakan optimasi dari Prototipe A dan

    memiliki kelayakan di dalam harga jual, sesuai dengan

    kondisi sosial ekonomi dari masyarakat kelas menengah ke bawah.

    2. Landasan Teori

    Minyak tanah adalah bahan bakar cair yang digunakan

    secara luas di negara-negara berkembang. Dalam struktur kimia, minyak tanah mengandung molekul

    hidrokarbon dengan panjang rantai karbon mulai dari

    C8 sampai dengan C10. Sementara itu, minyak nabati

    adalah trigliserol atau asam lemak yang memiliki

    panjang rantai karbon mulai dari C12 sampai dengan

    C18. Secara umum, seluruh minyak nabati pada

    temperatur normal dapat dimanfaatkan sebagai bahan

    bakar di dalam kompor untuk memasak. Minyak

    nabati dipandang cukup baik untuk digunakan sebagai

    subtitusi bahan bakar karena untuk nilai kalor per

    volume hanya 5% di bawah dari minyak tanah atau bahan bakar diesel [1]. Karena perbedaan di dalam

    sifat alami fisika dan kimia, bahan bakar cair fosil

    seperti minyak tanah dan diesel membakar spirtus

    secara berbeda, tidak seperti bahan bakar nabati. Titik

    uap (titik flash) dari minyak nabati, sebagai contoh ,

    berkisar antara 180oC sampai dengan 300oC, lebih

    tinggi jika dibandingkan dengan titik flash dari uap

    minyak tanah pada 55 - 80oC. Lebih lanjut, visikositas

    dari minyak nabati kurang lebih 30 kali lebih tinggi

    dibandingkan dengan minyak tanah. Oleh karena itu,

    perlu dipikirkan cara atau metode yang baik di dalam

    pemanfaatan minyak nabati sebagai bahan bakar di dalam kompor.

    Tabel 1 Sifat- sifat Fisika dari Sejumlah Minyak

    Nabati, Minyak Tanah dan Diesel [2]

    Bahan Bakar Titik

    Nyala

    C

    Viskositas

    Kinematik

    10-6 m/s

    Nilai

    Iodine

    Nilai

    Saponifikasi

    Nilai Kalor

    Bruto

    MJ/kg

    Minyak

    Kacang-

    kacangan

    340 75,7 103,0 198,0 39,65

    Minyak

    Kelapa

    270-

    300 51,9 10,4 268,0 37,54

  • SEMINAR NASIONAL TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS KATHOLIK PARAHYANGAN

    BANDUNG, 25 APRIL 2012

    3

    Minyak Sawit 314 88,6 54,2 199,1 39,54

    Minyak

    Rapeseed/

    Canola

    317 97,7 98,6 174,7 40,56

    Minyak Bunga

    Matahari 316 65,8 132,0 190,0 39,81

    Minyak Tanah 50-55 2,2 - - 43,50

    Minyak Diesel 55 2,8 - - 45,00

    Bahan bakar cair dapat dibakar baik dengan

    kompor bertekanan dan sumbu. Secara umum, biaya

    produksi dan perawatan dari dari kompor bersumbu

    adalah lebih rendah dibandingkan dengan kompor

    bertekanan. Sementara itu kompor bertekanan

    memiliki daya keluaran dan efisiensi yang lebih

    tinggi. Secara umum, daya dari kompor bertekanan

    berkisar di antara 0,8 sampai 3,5 kW dengan efisiensi

    45-52%, sementara daya keluaran dari kompor

    bersumbu berkisar di antara 0,8 sampai 2,2 kW

    dengan efisiensi dari 38%-47%. Kualitas pembakaran di dalam kompor bertekanan adalah lebih tinggi

    dengan emisi yang lebih kecil atau sedikit emisi.

    Kompor bersumbu dimanfaatkan dengan

    menggunakan efek kapilaritas dari fluida. Dalam

    kondisi ini, minyak nabati tidak dapat digunakan

    dengan kompor konvensional menggunakan sumbu

    kapas atau kain. Karena viskositas yang tinggi,

    kecepatan aliran dari minyak nabati di dalam sumbu

    adalah sangat kecil. Sebagai konsekuensinya, sumbu

    tidak dapat dipergunakan untuk menyuplai minyak

    dan tempat terjadinya pembakaran atau penyalaan api. Oleh karena itu, investigasi dari pemanfaatan minyak

    nabati sebagai sebagai minyak untuk memasak

    difokuskan pada kompor bertekanan. Sejumlah studi

    menunjukkan bahwa minyak nabati dapat

    dipergunakan secara langsung di dalam kompor

    minyak tanah bertekanan dengan sejumlah modifikasi

    kecil. Kompor minyak tanah dikembangkan dengan

    sejumlah modifikasi sehingga dapat dioperasikan

    dengan minyak goreng. Vaporizer didesain untuk

    meningkatkan waktu tinggal dari minyak goreng di

    dalam nyala api. Dalam kondisi stabil, kompor

    membakar minyak jelantah dengan nyala api biru. Emisi (asap) hanya terjadi ketika atau saat kompor

    dinyalakan atau dimatikan.

    3. Spesifikasi Teknis

    Kompor tekan Multifuel dapat dimanfaatkan dengan

    menggunakan berbagai bahan bakar seperti minyak

    nabati, bahan bakar fosil, dan minyak bekas dengan

    menggunakan dua tangki yang terdiri dari tangki

    diesel dan tangki minyak nabati. Sebagai tambahan, di

    dalam kompor terdapat juga sebuah alat yang disebut

    dengan konverter yang bekerja untuk mengubah sifat

    fisik dari minyak yang memiliki visikositas yang

    tinggi menjadi rendah sebagaimana bahan bakar gas,

    agar minyak tersebut dapat dengan mudah dibakar

    pada burner yang merupakan bagian dari konverter.

    Kompor tekan Multifuel menggunakan minyak

    nabati 90-100% (seperti minyak sawit, minyak jarak

    dan minyak jelantah). Secara umum, minyak jelantah

    dapat berasal dari minyak sawit atau kelapa, bunga

    matahari, zaitun atau minyaj goreng lainnya. Dalam

    penggunaan minyak jelantah, pengolahan awal perlu dilakukan, dinamakan proses screening, pemeriksaan

    visikositas dan kualitas sebagai sebuah dasar

    pertimbangan di dalam penentuan apakah dalam

    penggunaan minyak jelantah akan dicampur atau tidak

    (sebagai contoh 90-95% minyaj jelantah dengan 5-

    10% minyak tanah atau diesel atau penggunaan 100%

    langsung). Data yang ditunjukkan pada tabel 1, adalah

    desain teknis dari kompor. Pada kompor, tekanan

    dilakukan dengan menggunakan pompa tangan kecil.

    Minyak cair akan terevaporasi atau menguap di dalam

    vaporizer dan keluar melalui sebuah nozzel ke dalam kepala burner dimana aliran berkecepatan tinggi (jet)

    bercampur dengan udara lingkungan. Ketika

    meninggalkan kepala burner, campuran minyak nabati

    dan udara akan terbakar di dalam nyala api.

    Pengaturan besar kecilnya nyala api dilakukan melalui

    sebuah valve dimana laju aliran bahan bakar dikontrol.

    Tabel 2 Desain Teknis dari Kompor Tekan Multifuel

    [4]

    DESKRIPSI SPESIFIKASI

    Dimensi kompor 30 X 30 X 60 cm

    Rangka kompor Pipe Diameter 20 mm

    Pemanas liquid fuel Pipa tembaga

    Shield / perisai Stainless steel 304, tebal

    1mm

    Burner Plate SPCC, tebal 1.2

    mm

    Tangki Multifuel Kapasitas 5 Liter

    Tangki Starter Fuel /

    M.Tanah Kapasitas 2 Liter

    Pompa Manual / Otomatis

  • SEMINAR NASIONAL TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS KATHOLIK PARAHYANGAN

    BANDUNG, 25 APRIL 2012

    4

    Gambar 1 Kompor Tekan Multifuel Berbahan Bakar

    Minyak Jelantah

    Kompor Tekan Multifuel yang dikembangkan di

    PTPSE BPPT adalah sebuah kompor yang

    menggunakan sebuah burner berperan sebagai sebuah

    sumbu atau kombustor dari bahan bakar bertekanan.

    Berdasarkan hasil percobaan, karakteristik dari

    kompor ini dapat dituliskan sebagai berikut:

    Temperatur pembakaran antara 1000 1260oC, dengan warna nyala api biru

    Efisiensi pembakaran antara 55-60%, dan tenaga keluaran antara 0,8 sampai dengan 3,54

    Menggunakan bahan bakar 100% minyak jelantah atau campuran antara minyak jelantah dan minyak

    tanah/diesel dengan rasio 9:1

    Waktu yang dibutuhkan untuk memasak atau menggoreng relatif sama dengan kompor gas LPG

    Perbandingan penggunaan bahan bakar: - Kompor tekan Multifuel menghabiskan

    minyak nabati sekitar 0,80 liter/jam

    - Kompor tekan konvensional yang terdapat dipasaran secara umum menghabiskan

    minyak tanah sekitar 1,30 liter/jam

    Menggunakan 100% produk komponen domestik serta ramah lingkungan

    Kecilnya risiko terjadinya ledakan yang diakibatkan oleh proses pembakaran yang tidak

    terkontrol

    Kompor tekan Multifuel masih menggunakan campuran minyak tanah untuk pemanasan awal

    kompor untuk mengurangi visikositas minyak nabati

    dan mempermudah proses evaporasi. Sebaliknya, jika

    tidak dilakukan pemanasan awal, minyak nabati akan

    menggumpal atau menyumbat vaporizer dan dalam

    beberapa saat kompor akan berhenti menyala.

    4. Prosedur Pengoperasian

    Gambar 2. Konfigurasi Kompor Tekan Multifuel

    Prosedur pengoperasian di dalam penyalaan

    kompor tekan Multifuel adalah sebagai berikut:

    Setelah selesai memasak, valve minyak jelantah ditutup secara perlahan-lahan

    Valve minyak tanah dibuka

    Biarkan kompor menyala dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah untuk tiga menit untuk

    membakar sisa minyak jelantah yang tidak atau

    belum terbakar. Perlakuan ini diperlukan untuk

    mencegah kerak atau pemampatan saluran bahan

    bakar serta untuk mempermudah kegiatan memasak diwaktu kemudian

    Setelah seluruhnya selesai, valve minyak tanah kemudian ditutup

    Gambar 3. Proses Menyalakan Kompor Tekan

    Multifuel

  • SEMINAR NASIONAL TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS KATHOLIK PARAHYANGAN

    BANDUNG, 25 APRIL 2012

    5

    Gambar 4. Proses Mematikan Kompor Tekan

    Multifuel

    5. Percobaan

    a. Metode Percobaan Kompor tekan Multifuel digunakan untuk

    memanaskan 2 kg air selama 30 menit. Di dalam setiap langkah percobaan, digunakan sejumlah jenis

    minyak nabati. Di dalam inisiasi penyalaan, digunakan

    minyak tanah untuk memanaskan burner dan Minyak

    Nabati agar supaya kompor dapat dipergunakan

    dengan mudah. Sejumlah parameter yang

    diujicobakan di dalam percobaan ini adalah:

    Pengukuran konsumsi bahan bakar dari kompor tekan Multifuel, untuk mendapatkan rasio

    konsumsi dari sejumlah bahan bakar minyak

    nabati

    Pengujian kestabilan temperatur nyala api dari kompor

    Tiga jenis Minyak Nabati dengan kemurnian 90%

    seperti PPO (Pure Palm Oil), Minyak Jarak, dan

    Minyak Jelantah dipergunakan di dalam percobaan ini.

    b. Hasil Percobaan Gambar 5,6,7,8 dan 9 menunjukkan hasil-hasil percobaan. Di dalam gambar 5 menunjukkan rata-rata

    konsumsi bahan bakar sekitar 0,30 0,45 liter untuk memanaskan 2 kg air untuk sekitar 30 menit. Di dalam

    10 kali percobaan, rata-rata ini menunjukkan angka

    yang kurang lebih sama dan stabil.

    Gambar 5 Perbandingan Konsumsi Minyak Nabati

    Nilai temperatur nyala api dari proses

    pembakaran ditunjukkan pada gambar 6. Dari gambar

    ini, sebagai dapat kita lihat bahwa rata-rata temperatur

    nyala api adalah sekitar 1000oC 1200oC dalam sepuluh kali percobaan.

    Gambar 6. Perbandingan dari Temperatur Nyala Api

    Minyak Nabati

    Gambar 7. Perbandingan Konsumsi Rata-rata Minyak

    Nabati

    Dari hasil percobaan diketahui perbedaan tidak terlalu

    besar pada konsumsi rata-rata bahan bakar nabati. Di dalam sejumlah campuran dengan jenis minyak dan

    perbandingan yang berbeda, konsumsi bahan bakar

    memiliki rata-rata antara 0,25 sampai dengan 0,45 liter

    untuk mendidihkan 2 kg air di dalam waktu sekitar 30

    menit. Rata-rata yang rendah ini disebabkan oleh efek

    dari campuran bahan bakar baik minyak fosil dan

    nabati di dalam minyak jelantah. Hasil percobaan

    ditunjukkan pada gambar 8.

  • SEMINAR NASIONAL TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS KATHOLIK PARAHYANGAN

    BANDUNG, 25 APRIL 2012

    6

    Gambar 8. Perbandingan dari Konsumsi Rata-rata Minyak Jelantah pada Sejumlah Campuran yang

    Berbeda

    Gambar 9. Perbandingan Temperatur Nyala Api dari

    Minyak Jelantah pada Sejumlah Komposisi Campuran

    yang Berbeda

    Berdasarkan hasil dari beberapa percobaan yang

    telah dilakukan, sejumlah informasi yang dapat

    diperoleh adalah sebagai berikut:

    Nilai rata-rata dari konsumsi bahan bakar nabati dengan menggunakan PPO, minyak jelantah dan

    minyak jarak adalah relatif sama

    Di dalam pemanfaatan PPO dan minyak jelantah sebagai bahan bakar nabati tidak diperoleh hambatan atau masalah yang signifikan.

    Sementara pada penggunaan minyak jarak, pada

    setiap atau dalam sepuluh menit, terbentuk

    gumpalan pada spuyer. Tetapi secara umum,

    kondisi ini tidak mengganggu kinerja dari kompor

    Di dalam pemanfaatan dari minyak jelantah sebagai bahan bakar, menunjukkan hasil yang

    cukup baik, bahkan kehandalan dapat

    diasumsikan sampai dengan 95%. Demikian pula

    pada campuran PPO : Minyak Jelantah : Minyak

    Tanah dengan rasio sekitar 6 : 3 : 1

    Perbandingan ekonomis antara konsumsi LPG, minyak jelantah dan solar dapat diestimasikan dan

    diperoleh sebagaimana tabel berikut:

    Tabel 3. Perbandingan Biaya di dalam Konsumsi

    Harian dari Sejumlah Bahan Bakar [5]

    Parameter Minyak

    Jelantah

    Minyak

    Tanah LPG

    Harga

    satuan

    Rp.3000/

    liter

    Rp.1100/

    liter

    Rp.15000/

    3 kg

    Konsumsi

    Bahan

    Bakar

    0.75

    liter/jam

    (kompor

    tekan

    Multifuel)

    1.2-1.3

    liter/jam

    (kompor

    M.Tanah

    tekanan

    tinggi)

    500 600

    gr/jam

    (kompor

    LPG

    tekanan

    tinggi)

    Biaya

    Konsumsi

    Perjam

    Rp. 2,250 Rp.13,200 Rp. 2,500

    3,000

    Tinjauan Harga Kompor

    Harga

    Kompor

    < Rp.

    400.000

    Rp.

    150.000

    Rp.

    150.000

    Harga

    Tabung

    - - Rp.

    125.000

    Harga

    Asesoris

    termasuk - Rp.

    75.000

    TOTAL Rp. 400.000

    Rp.

    150.000

    Rp.

    350.000

    6. Difusi Teknologi Dari Pemanfaatan Kompor Tekan Multifuel

    Pemanfaatan lebih lanjut dari produk hasil penelitian

    BPPT dilakukan dengan cara mekanisme difusi

    langsung ke masyarakat. Aktivitas difusi diharapkan:

    Untuk mengatasi kelemahan dan kekurangan dari sifat-sifat alamiah bahan bakar minyak nabati yang memiliki visikositas yang tinggi. Dalam

    hasil penelitian ini, bahan bakar minyak nabati

    berhasil dimanfaatkan secara optimal dengan cara

    perekayasaan desain kompor

    Mempermudah penetrasi produk ke pasar, karena penggunaan atau pengoperasian dari kompor

    dikenal atau diketahui oleh masyarakat. Tidak ada

    risiko ledakan, kemudahan dalam perawatan, dan

    ramah lingkungan

    Untuk memberikan nilai tambah ekonomi (pendapatan tambahan) dan meningkatkan kesejahteraan dari komunitas kelas menengah ke

    bawah seperti pedagang kaki lima, restauran cepat

  • SEMINAR NASIONAL TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS KATHOLIK PARAHYANGAN

    BANDUNG, 25 APRIL 2012

    7

    saji, restauran tradisional (Warung Tegal),

    Industri makanan rumah tangga serta industri

    kompor tradisional itu sendiri

    Untuk mendukung penerapan program diversifikasi energi, dengan menggunakan

    berbagai tipe atau jenis bahan bakar (seperti

    minyak jelantah atau minyak pelumas bekas)

    karena kompor di desain untuk dapat digunakan

    pada berbagai jenis bahan bakar

    Untuk mendukung pemerintah di dalam program energi nasional, dalam hal pemanfaatan

    sumberdaya energi lokal

    Untuk memenuhi ekspektasi dari aktivitas difusi

    teknologi, sejumlah aksi telah dan sedang dilakukan di

    dalam program ini adalah:

    Menyiapkan dan memproduksi sejumlah paket kompor tekan bahan bakar nabati prototipe A.

    Fabrikasi dan kontrol kualitas dilakukan oleh tim

    BPPT bersama dengan industri kompor di

    Bandung, Jawa Barat

    Distribusi dari paket kompor gratis ke komunitas. Dalam hal ini adalah para pengguna langsung

    seperti pedagang kaki lima (penjual gorengan)

    dan restauran tradisional (Warung Tegal). Sekitar

    dua puluh paket kompor telah didistribusikan di

    daerah pemukiman kota Bekasi

    Sekitar tiga kali perminggu (selama satu bulan) tim BPPT melakukan inspeksi dan evaluasi.

    Sejumlah catatan berhasil dikumpulkan dan

    dirangkum berkaitan dengan pengoperasian,

    perawatan, kenyamanan, dan tingkat keamanan

    Pengumpulan informasi mengenai pendapatan harian dari pedagang kaki lima dan restauran

    tradisional serta analisa mengenai kemampuan

    daya beli kompor

    Melakukan evaluasi final dan mengusulkan sejumlah rekomendasi yang kemudian berhasil

    dihasilkan kompor tekan Multifuel baru (prototipe

    B)

    Penyusunan studi kelayakan untuk pendistribusian secara luas kompor tekan

    Multifuel kepada masyarakat di sejumlah tempat atau daerah

    Gambar 10. Sosialisasi dan serah terima kompor

    Tekan Multifuel di Kota Bekasi Selasa,21 Februari

    2012

    7. Kesimpulan Minyak nabati seperti PPO (Pure Palm Oil), minyak jelantah dan minyak jarak menunjukkan kemampuan

    nyala dan pembakaran yang baik di dalam kompor

    yang telah didesain, dengan kondisi operasi yang

    cukup stabil serta temperatur nyala api yang tinggi

    Pengembangan dari kompor tekan Multifuel

    Prototipe A berhasil dilakukan termasuk kegiatan

    kontrol kualitas dari material, kelayakan teknis,

    keandalan, tingkat kenyamanan dan keselamatan

    dalam penggunaan bahan bakar lokal (seperti minyak

    jelantah dan solar atau minyak tanah)

    Model baru (Prototipe B) berhasil diperoleh sebagai hasil dari pengembangan Prototipe A serta

    diperoleh rentang kelayakan harga jualnya yang telah

    disesuaikan dengan kondisi sosial-ekonomi dari

    kemampuan daya beli masyarakat kelas menengah ke

    bawa atau pengguna langsung, seperti Penjual

    Gorengan dan Restauran Tradisional (Warung Tegal).

  • SEMINAR NASIONAL TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS KATHOLIK PARAHYANGAN

    BANDUNG, 25 APRIL 2012

    8

    Daftar Pustaka

    [1] E. Stumpf and W. Mhlbauer, Plant Oil As Cooking Fuel Development of a Household Cooking Stove for Tropical and Subtropical

    Countries. Germany, Hohenheim University,

    Institute for Agricultural Engineering in the

    Tropics and Subtropics, 2002.

    [2] W. Mhlbauer, A. Esper, E. Stumpf and R. Baumann, Rural Energy, Equity and

    Employment: Role of Jatropha Curcas,

    Workshop. Hohenheim University, Stuttgart, Germany, 1998.

    [3] Basics of burning Jatropha oil for lighting. http://www.jatropha.de/lamps/princ-burning.htm,

    Oktober 2001.

    [4] Sjaffriadi, Kompor Tekan Minyak Nabati TPSE TIEM BPPT, Program Insentif RISTEK 2009 2011.

    [5] Sjaffriadi, Laporan Uji Coba Kompor Minyak Nabati TPSE TIEM BPPT, 2008.