4.39.47faisal
DESCRIPTION
jknjTRANSCRIPT
Jurnal Teknik Sipil ISSN 2302-0253
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 9 Pages pp. 39- 47
39 - Volume 2, No. 1, Februari 2013
ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT LHOKSEUMAWE
DALAM PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG
KOTA LHOKSEUMAWE
Faisal1, Alfiansyah Yulianur BC
2, Sugianto
2
1) Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2)Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
Abstract: Lhokseumawe is a city in the province of Aceh, the city is located between Banda
Aceh and Medan, therefore, Lhokseumawe is distribution and trade channel that is very
important for Aceh. Lhokseumawe was changed its status to be a City based on Law No. 2 of
2001 with an area of 181.10 km ², this can not be denied with limited land will affect the
change the use of land due to the utilization of space no longer compatible with the existing
spatial plans. The process of preparation of the revised general plan layout Lhokseumawe was
conducted in 2007, to include a method of community participation through community
aspirations and seminars draft plan with the community, but they also encountered problems
deviations from the utilization of the spatial plan. The purpose of this research is to study the
shape and level of community participation and the factors that influence the general planning
process spatial Lhokseumawe. The research data were obtained from respondents by providing
questionnaires and conducting interviews , then analyzed with SPSS program. The result
showed that the form of public participation was strongly influenced by the factor income and
factor the role of planners consultant, while the level of community participation was strongly
influenced by the education and income factors. Stakeholders’ role was dominated by the role
of government, while private’ and public’s roles are relatively smaller. In this case the required
transparency in every aspect and stage of planning to create trust between the government and
the public.
Keywords : Community Participation, Spatial General Plan
Abstrak: Kota Lhokseumawe adalah sebuah kota yang ada di Provinsi Aceh, kota ini berada diantara
Kota Banda Aceh dan Medan, sehingga Kota Lhokseumawe merupakan jalur distribusi dan
perdagangan yang sangat penting bagi Aceh. Lhokseumawe ditetapkan statusnya menjadi Kota
berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2001 dengan luas wilayah 181,10 Km², hal ini tidak
dapat dipungkiri dengan lahan yang terbatas akan berpengaruh kepada berubahnya fungsi lahan karena
pemanfaatan ruang tidak sesuai lagi dengan rencana tata ruang yang ada. Proses penyusunan revisi
rencana umum tata ruang Kota Lhokseumawe telah dilakukan pada tahun 2007, dengan menyertakan
metode partisipasi masyarakat melalui penjaringan aspirasi masyarakat dan seminar rancangan rencana
bersama masyarakat, tetapi masih juga dijumpai permasalahan penyimpangan terhadap pemanfaatan
rencana tata ruang. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan kajian bentuk dan tingkat partisipasi
masyarakat serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dalam proses penyusunan rencana umum tata
ruang Kota Lhokseumawe. Data penelitian yang diperoleh dari responden melalui kuesioner dan hasil
wawancara dianalisis dengan program SPSS, didapatkan hasil bahwa bentuk partisipasi masyarakat
sangat dipengaruhi oleh faktor penghasilan dan faktor peran konsultan perencana, sedangkan tingkat
partisipasi masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan faktor penghasilan. Peran
Stakeholder sangat didominasi oleh peran pemerintah, sedangkan peran swasta dan masyarakat relatif
lebih kecil. Dalam hal ini diperlukan keterbukaan dalam setiap aspek dan tahap perencanaan untuk
menciptakan kepercayaan antara pemerintah dan masyarakat.
Kata Kunci : Masyarakat, Rencana Umum Tata Ruang
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 2, No.1, Februari 2013 - 40
PENDAHULUAN
Proses penyusunan Revisi Rencana
Umum Tata Ruang Kota Lhokseumawe
Tahun 2007–2016 telah dilaksanakan pada
tahun 2007 yang lalu. Pada proses
penyusunan tersebut untuk pertama kalinya
telah dilaksanakan dengan menyertakan
metode partisipasi masyarakat. Akan tetapi,
dari semua kegiatan dalam rangka
melibatkan partisipasi masyarakat tersebut,
belum diketahui bagaimanakah bentuk dan
tingkat partisipasi masyarakat tersebut
dalam penyusunan rencana umum tata
ruang Kota Lhokseumawe.
Berdasarkan hal diatas, maka perlu
dilakukan suatu kajian untuk mengetahui
bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat
serta faktor-faktor yang mempengaruhi
partisipasi masyarakat dalam penyusunan
Rencana Umum Tata Ruang Kota
Lhokseumawe, sehingga diharapkan akan
diperoleh bagaimana bentuk keterlibatan
proses partisipasi dan bagaimana efektfitas
dalam penyusunan serta hasil yang tercapai
dalam RTRW.
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Partisipasi Masyarakat
Menurut FAO dalam Mikkelsen
(2003) partisipasi adalah keterlibatan
sukarela oleh masyarakat dalam perubahan
yang ditentukannya sendiri. Dari definisi di
atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa
yang dimaksud partisipasi masyarakat
dalam penataan ruang adalah keikutsertaan
dan keterlibatan masyarakat dalam suatu
proses kegiatan penataan ruang, dimulai
dari proses penyusunan rencana tata ruang,
pemanfatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
Tipe-Tipe Partisipasi Masyarakat
Dusseldorp dalam Slamet (1993),
membuat klasifikasi tipe partisipasi yaitu
penggolongan berdasarkan:
1. Derajad kesukarelaan
2. Cara keterlibatan
3. Keterlibatan di dalam berbagai tahap
4. Tingkatan organisasi
5. Intensitas dan frekuensi kegiatan
6. Lingkup liputan kegiatan
7. Efektivitas
8. Siapa yang terlibat
9. Gaya partisipasi
Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat
Menurut Sherry Arnstein (1969) pada
makalahnya yang termuat di Journal of the
American Institute of Planners dengan
judul “A Ladder of Citizen Participation”,
bahwa terdapat 8 tangga tingkat partisipasi
berdasarkan kadar kekuatan masyarakat
dalam memberikan pengaruh perencanaan,
sebagaimana gambar 2.1 dibawah ini.
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
41 - Volume 2, No. 1, Februari 2013
Gambar 1. Delapan Tangga Tingkat
Partisipasi Masyarakat
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Partisipasi Masyarakat
Menurut Slamet (1993), faktor-faktor
internal yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat adalah jenis kelamin, usia,
tingkat pendidikan, tingkat pendapatan,
dan mata pencaharian. Faktor internal
berasal dari individu itu sendiri. Secara
teoritis, tingkah laku individu berhubungan
erat atau ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis.
Sementara itu faktor-faktor eksternal
dapat dikatakan sebagai stakeholder, yaitu
semua pihak yang berkepentingan dan
mempunyai pengaruh terhadap program
(Sunarti, 2003). Adapun faktor-faktor
eksternal dalam penyusunan rencana
umum tata ruang Kota Lhokseumawe ini
adalah: Pemerintah, Konsultan Perencana,
dan Swasta (Pengembang, LSM).
Pengertian Tata Ruang
Definisi-definisi yang terkait dengan
tata ruang menurut UU 26/2007 pasal 1:
1. Ruang adalah wadah yang meliputi
ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi
sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup,
melakukan kegiatan, dan memelihara
kelangsungan hidupnya.
2. Tata ruang adalah wujud struktur
ruang dan pola ruang.
3. Penataan ruang adalah suatu sistem
proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
4. Rencana tata ruang adalah hasil
perencanaan tata ruang.
Perencanaan Tata Ruang
Perencanaan tata ruang merupakan
suatu rencana yang mengikat semua pihak,
yang berbentuk alokasi peruntukan ruang
di suatu wilayah perencanaan. Bentuk tata
ruang pada dasarnya dapat berupa alokasi
letak, luas, dan atribut lain (misalnya jenis
dan intensitas kegiatan) yang direncanakan
dapat dicapai pada akhir periode rencana.
Selain bentuk tersebut, tata ruang juga
dapat berupa suatu prosedur belaka (tanpa
menunjuk alokasi letak, luas, dan atribut
lain) yang harus dipenuhi oleh para pelaku
pengguna ruang di wilayah rencana.
Namun tata ruang dapat pula terdiri dari
gabungan kedua bentuk diatas (Haeruman,
2004).
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 2, No.1, Februari 2013 - 42
Partisipasi Masyarakat dalam
Perencanaan
Partisipasi dapat diartikan sebagai
bentuk keterlibatan seseorang secara sadar
kedalam interaksi sosial tertentu. Menurut
Rostika (2003) seseorang bisa
berpartisipasi bila menemukan dirinya
dengan atau dalam kelompok, melalui
proses berbagi dengan orang lain dalam hal
nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan,
kepatuhan dan tanggung jawab bersama.
METODE PENELITIAN
Metoda penelitian adalah tatacara
bagaimana suatu penelitian dilaksanakan.
Mendasarkan pada pelaksanaan penelitian,
maka metoda penelitian yang akan
digunakan adalah penelitian deskriptif
analisis kualitatif dan kuantitatif. Metoda
deskriptif ini digunakan untuk melukiskan
secara sistematis fakta atau karakteristik
populasi tertentu atau bidang tertentu
secara aktual dan cermat, menitikberatkan
pada observasi dan suasana alamiah.
Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan
dilakukan adalah dengan cara:
Data Primer
Data Primer diperoleh secara
langsung dengan mengirim kuesioner dan
melakukan wawancara dengan menggali
informasi secara langsung dari masyarakat
di lokasi penelitian. Pemberi informasi
terdiri dari masyarakat yang terkait, yaitu
penduduk Gampong, tokoh masyarakat,
pemerintah daerah, dan lembaga terkait
(LSM pendamping) yang terlibat dalam
proses pemberdayaan masyarakat untuk
penyusunan RTRW Kota Lhokseumawe.
Salah satu cara untuk mengumpulkan data
primer adalah dengan metode sampling.
Sampling hanya mencatat atau menyelidiki
sebagian dari objek, gejala atau peristiwa,
tidak seluruhnya. Sebagian individu yang
diselidiki itu disebut sampel.
Data Sekunder
Data Sekunder yaitu data yang
diperoleh dari instansi terkait dalam
penelitian. Data yang diperlukan terdiri
dari dokumen RTRW Kota Lhokseumawe
dan data pertemuan dengan masyarakat
Kota Lhokseumawe. Data ini diperlukan
untuk memperoleh teori-teori, konsep-
konsep serta variabel-variabel guna
mendukung dan memperkuat penelitian ini.
Metode Analisis Data
Metoda analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metoda analisis
deskriptif kualitatif didukung dengan
deskriptif kuantitatif serta metoda tabulasi
silang. Dari data kuantitatif yang telah
diperoleh berupa skor atau nilai sebagai
data primer kemudian dianalisa dan
disajikan dalam distribusi frekuensi.
Untuk mencari hubungan antara
faktor-faktor yang mempengaruhi
partisipasi masyarakat dengan bentuk dan
tingkat partisipasi, dilakukan dengan
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
43 - Volume 2, No. 1, Februari 2013
tabulasi silang dan data dari hasil
wawancara pada responden sebagai data
kualitatif digunakan untuk mendapatkan
gambaran tingkat partisipasi masyarakat
serta sebagai pendukung analisa kuantitatif.
Sementara itu, data sekunder disajikan
untuk melengkapi dan memberi gambaran
terhadap kondisi obyek penelitian.
HASIL PEMBAHASAN
Bentuk Partisipasi Masyarakat
Berdasarkan hasil analisis bentuk
partisipasi masyarakat pada tahap
Penjaringan Aspirasi Masyarakat I, tahap
Penjaringan Aspirasi Masyarakat II, dan
tahap Seminar Rancangan Rencana maka
dapat dikaji bentuk partisipasi masyarakat
secara rata-rata dari ketiga tahap tersebut,
sebagaimana Tabel 1 dan Gambar 2 berikut
ini.
Tabel 1. Bentuk Partisipasi Masyarakat
Bentuk
Partisipasi
Penjaringan
Aspirasi I
Penjaringan
Aspirasi II
Seminar Rata-Rata
N % N % N % N %
Pendengar
Sumbangan/
masukan/sara
n/usul
Sumbangan
Informasi
data
Bantuan
memperjelas
atas hak
ruang
Pengajuan
keberatan
terhadap
rencana
Bentuk lain
2
31
11
_
_
10
3.7
57.4
20.4
_
_
18.5
2
29
9
_
_
14
3.7
53.7
16.7
_
_
25.9
2
31
11
1
1
8
3.7
57.4
20.4
1.9
1.9
14.8
2
30
10
1
1
10
3.7
55.5
18.5
1.9
1.9
18.5
Sumber data : Hasil Analisis
Gambar 2. Diagram
Atas dasar Tabel 4.1 dan Gambar 4.1
diatas dapat dikatakan bahwa bentuk
partisipasi masyarakat pada seluruh tahap
pada prinsipnya sama dengan bentuk pada
masing-masing tahap. Bentuk partisipasi
paling dominan yaitu bentuk sumbangan
masukan/saran/usul, kemudian diikuti
bentuk sumbangan informasi/data, dan
bentuk lain.
Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat
Analisis Faktor-Faktor Internal
Faktor-faktor internal yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat
meliputi faktor-faktor yang berasal dari
individu responden sendiri, meliputi jenis
kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, dan
penghasilan.
Berdasarkan hasil perhitungan
distribusi frekuensi, faktor jenis kelamin
pria sebanyak 52 orang (96,3%) dan
wanita sebanyak 2 orang (3,7%). Faktor
usia lebih dari 50 tahun sebanyak 24 orang
(44,4%), usia 41-50 tahun sebanyak 23
orang (42,6%), usia 31-40 tahun sebanyak
7 orang (13,0%) dan tidak ada responden
yang berusia 20-30 tahun. Faktor
3.7
55.518.5
1.91.9
18.5
Pendengar
Sumbangan/masukan/saran/
usul
Sumbangan Informasi data
Bantuan memperjelas atas
hak ruang
Pengajuan keberatan
terhadap rencana
Bentuk lain
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 2, No.1, Februari 2013 - 44
pendidikan SMA sebanyak 31 orang
(57,4%), pendidikan Sarjana sebanyak 12
orang (22,2%), pendidikan Sarjana
Muda/Diploma sebanyak 8 orang (14,8%),
pendidikan SMP sebanyak 3 orang (5,6%),
dan tidak ada responden yang
berpendidikan tamat SD. Faktor pekerjaan
sebagian besar sebagai kepala
desa/kelurahan sebanyak 24 orang (44,4%),
sedangkan sisanya 55,6% pekerjaan
sebagai pensiunan, wiraswasta, PNS/TNI,
pegawai swasta, dan lain-lain. Faktor
penghasilan antara Rp.1.100.000, -
Rp.1.400.000, sebanyak 19 orang (35,2%),
penghasilan lebih dari Rp.1.400.000,
sebanyak 19 orang juga (35,2%).
Sehingga dapat dikatakan berdasarkan
analisis faktor internal, sebagian besar
responden adalah berjenis kelamin pria,
berusia matang (antara 41-50 tahun dan
lebih dari 50 tahun), berpendidikan lulus
SMA, jenis pekerjaan sebagai tokoh
masyarakat, dan berpenghasilan cukup
tinggi.
Analisis Faktor-Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat
meliputi semua pihak yang berkepentingan
dan mempunyai pengaruh terhadap
program kecuali masyarakat. Faktor-faktor
eksternal tersebut adalah peran pemerintah
dalam pembinaan dan pemberian informasi
kepada masyarakat, peranan konsultan
perencana, dan peranan pihak swasta
(Pengembang, LSM).
Hasil perhitungan distribusi frekuensi
peran pemerintah dalam pembinaan,
responden sebanyak 35 orang (64,8%)
berpendapat masih kurang, sisanya 19
orang (35,2%) menyatakan sudah cukup.
Peran konsultan perencana responden 27
orang (50,0%) berpendapat sudah cukup,
sedangkan 25 orang responden (46,3%)
menyatakan sangat memperhatikan dan
hanya 2 orang responden (3,7%)
menyatakan masih kurang. Peran swasta
responden 47 orang (87,0%) berpendapat
masih kurang, sedangkan 7 orang
responden (13,0%) menyatakan sudah
cukup.
Sehingga dapat dikatakan dari analisis
faktor eksternal bahwa sebagian besar
responden berpendapat peran pemerintah
dalam pembinaan dan pemberian informasi
masih kurang, peran konsultan perencana
cukup dan sangat memperhatikan dan
mengakomodasi aspirasi masyarakat, serta
peran pihak swasta masih kurang terlibat.
Analisis Hubungan Antara Faktor-
Faktor dengan Bentuk dan Tingkat
Partisipasi Masyarakat Pada sub bab ini dibahas tentang
hubungan antara faktor-faktor baik internal
maupun eksternal dengan bentuk-bentuk
partisipasi masyarakat pada tahap
Penjaringan Aspirasi Masyarakat I, tahap
Penjaringan Aspirasi Masyarakat II, dan
tahap Seminar Rancangan Rencana.
Tujuannya adalah untuk mengetahui
apakah antara faktor dan bentuk ada
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
45 - Volume 2, No. 1, Februari 2013
hubungannya dan bila ada hubungannya
seberapa kuat hubungan tersebut.
Berdasarkan perhitungan tabulasi
silang antara variabel internal dengan
bentuk-bentuk partisipasi masyarakat pada
tahap Penjaringan Aspirasi Masyarakat I,
tahap Penjaringan Aspirasi Masyarakat II,
dan tahap Seminar Rancangan Rencana
menunjukkan bahwa semua variabel
pengaruh dan variabel terpengaruh tidak
memiliki hubungan yang signifikan,
kecuali variabel penghasilan pada tahap
Penjaringan Aspirasi Masyarakat II.
Dari hasil uji tabulasi silang tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa bentuk
partisipasi masyarakat pada tahap
penjaringan aspirasi masyarakat II sangat
dipengaruhi oleh faktor penghasilan, tetapi
variabel internal yang lain tidak
mempunyai pengaruh. Sedangkan bentuk
partisipasi masyarakat pada tahap
penjaringan aspirasi masyarakat I dan
tahap seminar rancangan rencana tidak
dipengaruhi oleh faktor-faktor internal.
Hasil perhitungan tabulasi silang
antara faktor eksternal dengan bentuk
partisipasi masyarakat pada tahap
Penjaringan Aspirasi Masyarakat I, tahap
Penjaringan Aspirasi Masyarakat II, dan
tahap Seminar Rancangan Rencana
menunjukkan bahwa hanya variabel peran
konsultan yang memiliki hubungan yang
signifikan pada semua tahap.
Dari hasil uji tabulasi silang tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa bentuk
partisipasi masyarakat pada semua tahap
sangat dipengaruhi oleh faktor peran
konsultan. Sedang faktor peran pemerintah
dan peran swasta tidak memberikan
pengaruh pada bentuk partisipasi.
Berdasarkan perhitungan tabulasi
silang antara variabel internal dengan
variabel tingkat partisipasi masyarakat,
menunjukkan bahwa semua variabel
pengaruh dan variabel terpengaruh tidak
memiliki hubungan yang signifikan.
Dari hasil uji tabulasi silang tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa Tingkat
partisipasi masyarakat pada variabel
tingkat kehadiran dalam rapat sangat
dipengaruhi oleh variabel penghasilan.
Sedangkan tingkat partisipasi masyarakat
pada variabel keaktifan mengemukakan
masukan/saran/ usul sangat dipengaruhi
oleh variabel pendidikan dan penghasilan.
Hasil perhitungan tabulasi silang
antara faktor eksternal dengan tingkat
partisipasi masyarakat pada variabel
tingkat kehadiran dalam rapat, keaktifan
mengemukakan masukan/saran/usul,
keterlibatan menetapkan konsep rencana,
dan keterlibatan memberikan persetujuan
pada rancangan rencana, menunjukkan
bahwa hanya variabel peran konsultan
perencana yang memiliki hubungan yang
signifikan pada semua variabel tingkat
partisipasi.
Dari hasil uji tabulasi silang tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa tingkat
partisipasi masyarakat pada semua variabel
sangat dipengaruhi oleh faktor peran
konsultan. Sedang faktor peran pemerintah
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 2, No.1, Februari 2013 - 46
dan peran swasta tidak memberikan
pengaruh pada tingkat partisipasi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Proses penyusunan Revisi Rencana
Umum Tata Ruang Kota
Lhokseumawe untuk pertama kalinya
telah dilaksanakan dengan
menyertakan metode partisipasi
masyarakat, yaitu dengan cara
melakukan penjaringan aspirasi
masyarakat dan seminar rancangan
rencana bersama masyarakat.
2. Bentuk partisipasi masyarakat sangat
dipengaruhi oleh faktor penghasilan
dan faktor peran konsultan perencana,
sedangkan tingkat partisipasi
masyarakat sangat dipengaruhi oleh
faktor pendidikan dan faktor
penghasilan. Peran stakeholder sangat
didominasi oleh peran pemerintah,
sedangkan peran swasta dan
masyarakat relatif lebih kecil.
3. Dalam proses penyusunan rencana
umum tata ruang Kota Lhokseumawe
dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain: faktor pendidikan
masyarakat, faktor penghasilan
masyarakat dan faktor peran konsultan
perencana.
4. Tingkat partisipasi masyarakat yang
hanya sampai pada tingkat konsultasi,
akan berpengaruh pada kualitas
perencanaan RTRW, hal ini terbukti
masih adanya penyimpangan dalam
pemanfaatan ruang oleh masyarakat
dan swasta, serta masih adanya
pelaksanaan program pembangunan
oleh pemerintah yang tidak sesuai
arahan dalam rencana tata ruang.
Saran
1. Diperlukan keterbukaan dalam setiap
aspek dan tahap perencanaan untuk
menciptakan kepercayaan antara
pemerintah dan masyarakat. Untuk itu
dalam proses penyusunan rencana tata
ruang, pemberian informasi
pengumuman kepada masyarakat
tentang rencana penyusunan tata ruang
dan rancangan rencana tata ruang,
hendaknya dapat dilakukan melalui
media cetak dan elektronik disamping
lewat forum pertemuan sampai ke
wilayah perencanaan.
2. Dengan cara melakukan pengumuman
melalui media cetak, elektronik, dan
forum pertemuan, hendaknya sifat
pelibatan masyarakat bukan lagi atas
dasar inisiatif pemerintah semata tetapi
ditingkatkan lagi menjadi partisipasi
dengan inisiatif dari masyarakat
sendiri.
3. Untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dan swasta dalam
penyusunan rencana tata ruang, dapat
dilakukan lewat peningkatan
pembinaan melalui penyuluhan atau
sosialisasi, dan pemerintah perlu
berinisiatif untuk meningkatkan
kualitas seluruh stakeholder dalam
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
47 - Volume 2, No. 1, Februari 2013
perencanaan, termasuk unsur
pemerintah sendiri, karena dengan
kualitas yang setara diantara para
stakeholder akan menghindari konflik
karena kepentingan individu maupun
golongan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Arnstein, S., 1969. A Ladder of Citizen
Participation. Journal of the American
Buku Panduan Penulisan Tesis tahun, 2010.
Program Studi Magister Teknik Sipil
Program Pascasarjana Universitas
Syiah Kuala.
Haeruman, H., 2004. Penataan Ruang dalam
Era Otonomi Daerah yang Diperluas.
Available from http://www.bktrn.org.
Mikkelsen, B., 2003. Metode Penelitian
Partisipatoris dan Upaya-Upaya
Pemberdayaan. Terjemahan Matheos
Nalle. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010,
tentang Bentuk dan Tata Cara Peran
Masyarakat dalam Penataan Ruang.
Rostika, D., 2003. Pemberdayaan Masyarakat
Miskin Melalui Program
Pengembangan Kecamatan (PPK)
(Studi Kasus Di Gampong Margaluyu
Kecamatan Tanjungsari Kabupaten
Sumedang). Jakarta : FISIP, UI.
Slamet, Y., 1993. Pembangunan Masyarakat
Berwawasan Partisipasi. Surakarta:
Sebelas Maret University Press.
Sunarti, 2003. Partisipasi Masyarakat dalam
Pembangunan Perumahan Secara
Berkelompok. Jurnal Tata Loka.
Volume 5, No. 1, Januari 2003.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2007, tentang Penataan Ruang.