4.39.47faisal

9
Jurnal Teknik Sipil ISSN 2302-0253 Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 9 Pages pp. 39- 47 39 - Volume 2, No. 1, Februari 2013 ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT LHOKSEUMAWE DALAM PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA LHOKSEUMAWE Faisal 1 , Alfiansyah Yulianur BC 2 , Sugianto 2 1) Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2) Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Abstract: Lhokseumawe is a city in the province of Aceh, the city is located between Banda Aceh and Medan, therefore, Lhokseumawe is distribution and trade channel that is very important for Aceh. Lhokseumawe was changed its status to be a City based on Law No. 2 of 2001 with an area of 181.10 km ², this can not be denied with limited land will affect the change the use of land due to the utilization of space no longer compatible with the existing spatial plans. The process of preparation of the revised general plan layout Lhokseumawe was conducted in 2007, to include a method of community participation through community aspirations and seminars draft plan with the community, but they also encountered problems deviations from the utilization of the spatial plan. The purpose of this research is to study the shape and level of community participation and the factors that influence the general planning process spatial Lhokseumawe. The research data were obtained from respondents by providing questionnaires and conducting interviews , then analyzed with SPSS program. The result showed that the form of public participation was strongly influenced by the factor income and factor the role of planners consultant, while the level of community participation was strongly influenced by the education and income factors. Stakeholders’ role was dominated by the role of government, while private’ and public’s roles are relatively smaller. In this case the required transparency in every aspect and stage of planning to create trust between the government and the public. Keywords : Community Participation, Spatial General Plan Abstrak: Kota Lhokseumawe adalah sebuah kota yang ada di Provinsi Aceh, kota ini berada diantara Kota Banda Aceh dan Medan, sehingga Kota Lhokseumawe merupakan jalur distribusi dan perdagangan yang sangat penting bagi Aceh. Lhokseumawe ditetapkan statusnya menjadi Kota berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2001 dengan luas wilayah 181,10 Km², hal ini tidak dapat dipungkiri dengan lahan yang terbatas akan berpengaruh kepada berubahnya fungsi lahan karena pemanfaatan ruang tidak sesuai lagi dengan rencana tata ruang yang ada. Proses penyusunan revisi rencana umum tata ruang Kota Lhokseumawe telah dilakukan pada tahun 2007, dengan menyertakan metode partisipasi masyarakat melalui penjaringan aspirasi masyarakat dan seminar rancangan rencana bersama masyarakat, tetapi masih juga dijumpai permasalahan penyimpangan terhadap pemanfaatan rencana tata ruang. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan kajian bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dalam proses penyusunan rencana umum tata ruang Kota Lhokseumawe. Data penelitian yang diperoleh dari responden melalui kuesioner dan hasil wawancara dianalisis dengan program SPSS, didapatkan hasil bahwa bentuk partisipasi masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor penghasilan dan faktor peran konsultan perencana, sedangkan tingkat partisipasi masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan faktor penghasilan. Peran Stakeholder sangat didominasi oleh peran pemerintah, sedangkan peran swasta dan masyarakat relatif lebih kecil. Dalam hal ini diperlukan keterbukaan dalam setiap aspek dan tahap perencanaan untuk menciptakan kepercayaan antara pemerintah dan masyarakat. Kata Kunci : Masyarakat, Rencana Umum Tata Ruang

Upload: agus-junaidi-agus-junaidi

Post on 09-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jknj

TRANSCRIPT

Page 1: 4.39.47faisal

Jurnal Teknik Sipil ISSN 2302-0253

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 9 Pages pp. 39- 47

39 - Volume 2, No. 1, Februari 2013

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT LHOKSEUMAWE

DALAM PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG

KOTA LHOKSEUMAWE

Faisal1, Alfiansyah Yulianur BC

2, Sugianto

2

1) Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

2)Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala

Abstract: Lhokseumawe is a city in the province of Aceh, the city is located between Banda

Aceh and Medan, therefore, Lhokseumawe is distribution and trade channel that is very

important for Aceh. Lhokseumawe was changed its status to be a City based on Law No. 2 of

2001 with an area of 181.10 km ², this can not be denied with limited land will affect the

change the use of land due to the utilization of space no longer compatible with the existing

spatial plans. The process of preparation of the revised general plan layout Lhokseumawe was

conducted in 2007, to include a method of community participation through community

aspirations and seminars draft plan with the community, but they also encountered problems

deviations from the utilization of the spatial plan. The purpose of this research is to study the

shape and level of community participation and the factors that influence the general planning

process spatial Lhokseumawe. The research data were obtained from respondents by providing

questionnaires and conducting interviews , then analyzed with SPSS program. The result

showed that the form of public participation was strongly influenced by the factor income and

factor the role of planners consultant, while the level of community participation was strongly

influenced by the education and income factors. Stakeholders’ role was dominated by the role

of government, while private’ and public’s roles are relatively smaller. In this case the required

transparency in every aspect and stage of planning to create trust between the government and

the public.

Keywords : Community Participation, Spatial General Plan

Abstrak: Kota Lhokseumawe adalah sebuah kota yang ada di Provinsi Aceh, kota ini berada diantara

Kota Banda Aceh dan Medan, sehingga Kota Lhokseumawe merupakan jalur distribusi dan

perdagangan yang sangat penting bagi Aceh. Lhokseumawe ditetapkan statusnya menjadi Kota

berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2001 dengan luas wilayah 181,10 Km², hal ini tidak

dapat dipungkiri dengan lahan yang terbatas akan berpengaruh kepada berubahnya fungsi lahan karena

pemanfaatan ruang tidak sesuai lagi dengan rencana tata ruang yang ada. Proses penyusunan revisi

rencana umum tata ruang Kota Lhokseumawe telah dilakukan pada tahun 2007, dengan menyertakan

metode partisipasi masyarakat melalui penjaringan aspirasi masyarakat dan seminar rancangan rencana

bersama masyarakat, tetapi masih juga dijumpai permasalahan penyimpangan terhadap pemanfaatan

rencana tata ruang. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan kajian bentuk dan tingkat partisipasi

masyarakat serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dalam proses penyusunan rencana umum tata

ruang Kota Lhokseumawe. Data penelitian yang diperoleh dari responden melalui kuesioner dan hasil

wawancara dianalisis dengan program SPSS, didapatkan hasil bahwa bentuk partisipasi masyarakat

sangat dipengaruhi oleh faktor penghasilan dan faktor peran konsultan perencana, sedangkan tingkat

partisipasi masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan faktor penghasilan. Peran

Stakeholder sangat didominasi oleh peran pemerintah, sedangkan peran swasta dan masyarakat relatif

lebih kecil. Dalam hal ini diperlukan keterbukaan dalam setiap aspek dan tahap perencanaan untuk

menciptakan kepercayaan antara pemerintah dan masyarakat.

Kata Kunci : Masyarakat, Rencana Umum Tata Ruang

Page 2: 4.39.47faisal

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 2, No.1, Februari 2013 - 40

PENDAHULUAN

Proses penyusunan Revisi Rencana

Umum Tata Ruang Kota Lhokseumawe

Tahun 2007–2016 telah dilaksanakan pada

tahun 2007 yang lalu. Pada proses

penyusunan tersebut untuk pertama kalinya

telah dilaksanakan dengan menyertakan

metode partisipasi masyarakat. Akan tetapi,

dari semua kegiatan dalam rangka

melibatkan partisipasi masyarakat tersebut,

belum diketahui bagaimanakah bentuk dan

tingkat partisipasi masyarakat tersebut

dalam penyusunan rencana umum tata

ruang Kota Lhokseumawe.

Berdasarkan hal diatas, maka perlu

dilakukan suatu kajian untuk mengetahui

bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat

serta faktor-faktor yang mempengaruhi

partisipasi masyarakat dalam penyusunan

Rencana Umum Tata Ruang Kota

Lhokseumawe, sehingga diharapkan akan

diperoleh bagaimana bentuk keterlibatan

proses partisipasi dan bagaimana efektfitas

dalam penyusunan serta hasil yang tercapai

dalam RTRW.

KAJIAN KEPUSTAKAAN

Partisipasi Masyarakat

Menurut FAO dalam Mikkelsen

(2003) partisipasi adalah keterlibatan

sukarela oleh masyarakat dalam perubahan

yang ditentukannya sendiri. Dari definisi di

atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa

yang dimaksud partisipasi masyarakat

dalam penataan ruang adalah keikutsertaan

dan keterlibatan masyarakat dalam suatu

proses kegiatan penataan ruang, dimulai

dari proses penyusunan rencana tata ruang,

pemanfatan ruang dan pengendalian

pemanfaatan ruang.

Tipe-Tipe Partisipasi Masyarakat

Dusseldorp dalam Slamet (1993),

membuat klasifikasi tipe partisipasi yaitu

penggolongan berdasarkan:

1. Derajad kesukarelaan

2. Cara keterlibatan

3. Keterlibatan di dalam berbagai tahap

4. Tingkatan organisasi

5. Intensitas dan frekuensi kegiatan

6. Lingkup liputan kegiatan

7. Efektivitas

8. Siapa yang terlibat

9. Gaya partisipasi

Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat

Menurut Sherry Arnstein (1969) pada

makalahnya yang termuat di Journal of the

American Institute of Planners dengan

judul “A Ladder of Citizen Participation”,

bahwa terdapat 8 tangga tingkat partisipasi

berdasarkan kadar kekuatan masyarakat

dalam memberikan pengaruh perencanaan,

sebagaimana gambar 2.1 dibawah ini.

Page 3: 4.39.47faisal

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

41 - Volume 2, No. 1, Februari 2013

Gambar 1. Delapan Tangga Tingkat

Partisipasi Masyarakat

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Partisipasi Masyarakat

Menurut Slamet (1993), faktor-faktor

internal yang mempengaruhi partisipasi

masyarakat adalah jenis kelamin, usia,

tingkat pendidikan, tingkat pendapatan,

dan mata pencaharian. Faktor internal

berasal dari individu itu sendiri. Secara

teoritis, tingkah laku individu berhubungan

erat atau ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis.

Sementara itu faktor-faktor eksternal

dapat dikatakan sebagai stakeholder, yaitu

semua pihak yang berkepentingan dan

mempunyai pengaruh terhadap program

(Sunarti, 2003). Adapun faktor-faktor

eksternal dalam penyusunan rencana

umum tata ruang Kota Lhokseumawe ini

adalah: Pemerintah, Konsultan Perencana,

dan Swasta (Pengembang, LSM).

Pengertian Tata Ruang

Definisi-definisi yang terkait dengan

tata ruang menurut UU 26/2007 pasal 1:

1. Ruang adalah wadah yang meliputi

ruang darat, ruang laut, dan ruang

udara, termasuk ruang di dalam bumi

sebagai satu kesatuan wilayah, tempat

manusia dan makhluk lain hidup,

melakukan kegiatan, dan memelihara

kelangsungan hidupnya.

2. Tata ruang adalah wujud struktur

ruang dan pola ruang.

3. Penataan ruang adalah suatu sistem

proses perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang, dan pengendalian

pemanfaatan ruang.

4. Rencana tata ruang adalah hasil

perencanaan tata ruang.

Perencanaan Tata Ruang

Perencanaan tata ruang merupakan

suatu rencana yang mengikat semua pihak,

yang berbentuk alokasi peruntukan ruang

di suatu wilayah perencanaan. Bentuk tata

ruang pada dasarnya dapat berupa alokasi

letak, luas, dan atribut lain (misalnya jenis

dan intensitas kegiatan) yang direncanakan

dapat dicapai pada akhir periode rencana.

Selain bentuk tersebut, tata ruang juga

dapat berupa suatu prosedur belaka (tanpa

menunjuk alokasi letak, luas, dan atribut

lain) yang harus dipenuhi oleh para pelaku

pengguna ruang di wilayah rencana.

Namun tata ruang dapat pula terdiri dari

gabungan kedua bentuk diatas (Haeruman,

2004).

Page 4: 4.39.47faisal

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 2, No.1, Februari 2013 - 42

Partisipasi Masyarakat dalam

Perencanaan

Partisipasi dapat diartikan sebagai

bentuk keterlibatan seseorang secara sadar

kedalam interaksi sosial tertentu. Menurut

Rostika (2003) seseorang bisa

berpartisipasi bila menemukan dirinya

dengan atau dalam kelompok, melalui

proses berbagi dengan orang lain dalam hal

nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan,

kepatuhan dan tanggung jawab bersama.

METODE PENELITIAN

Metoda penelitian adalah tatacara

bagaimana suatu penelitian dilaksanakan.

Mendasarkan pada pelaksanaan penelitian,

maka metoda penelitian yang akan

digunakan adalah penelitian deskriptif

analisis kualitatif dan kuantitatif. Metoda

deskriptif ini digunakan untuk melukiskan

secara sistematis fakta atau karakteristik

populasi tertentu atau bidang tertentu

secara aktual dan cermat, menitikberatkan

pada observasi dan suasana alamiah.

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan

dilakukan adalah dengan cara:

Data Primer

Data Primer diperoleh secara

langsung dengan mengirim kuesioner dan

melakukan wawancara dengan menggali

informasi secara langsung dari masyarakat

di lokasi penelitian. Pemberi informasi

terdiri dari masyarakat yang terkait, yaitu

penduduk Gampong, tokoh masyarakat,

pemerintah daerah, dan lembaga terkait

(LSM pendamping) yang terlibat dalam

proses pemberdayaan masyarakat untuk

penyusunan RTRW Kota Lhokseumawe.

Salah satu cara untuk mengumpulkan data

primer adalah dengan metode sampling.

Sampling hanya mencatat atau menyelidiki

sebagian dari objek, gejala atau peristiwa,

tidak seluruhnya. Sebagian individu yang

diselidiki itu disebut sampel.

Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data yang

diperoleh dari instansi terkait dalam

penelitian. Data yang diperlukan terdiri

dari dokumen RTRW Kota Lhokseumawe

dan data pertemuan dengan masyarakat

Kota Lhokseumawe. Data ini diperlukan

untuk memperoleh teori-teori, konsep-

konsep serta variabel-variabel guna

mendukung dan memperkuat penelitian ini.

Metode Analisis Data

Metoda analisis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metoda analisis

deskriptif kualitatif didukung dengan

deskriptif kuantitatif serta metoda tabulasi

silang. Dari data kuantitatif yang telah

diperoleh berupa skor atau nilai sebagai

data primer kemudian dianalisa dan

disajikan dalam distribusi frekuensi.

Untuk mencari hubungan antara

faktor-faktor yang mempengaruhi

partisipasi masyarakat dengan bentuk dan

tingkat partisipasi, dilakukan dengan

Page 5: 4.39.47faisal

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

43 - Volume 2, No. 1, Februari 2013

tabulasi silang dan data dari hasil

wawancara pada responden sebagai data

kualitatif digunakan untuk mendapatkan

gambaran tingkat partisipasi masyarakat

serta sebagai pendukung analisa kuantitatif.

Sementara itu, data sekunder disajikan

untuk melengkapi dan memberi gambaran

terhadap kondisi obyek penelitian.

HASIL PEMBAHASAN

Bentuk Partisipasi Masyarakat

Berdasarkan hasil analisis bentuk

partisipasi masyarakat pada tahap

Penjaringan Aspirasi Masyarakat I, tahap

Penjaringan Aspirasi Masyarakat II, dan

tahap Seminar Rancangan Rencana maka

dapat dikaji bentuk partisipasi masyarakat

secara rata-rata dari ketiga tahap tersebut,

sebagaimana Tabel 1 dan Gambar 2 berikut

ini.

Tabel 1. Bentuk Partisipasi Masyarakat

Bentuk

Partisipasi

Penjaringan

Aspirasi I

Penjaringan

Aspirasi II

Seminar Rata-Rata

N % N % N % N %

Pendengar

Sumbangan/

masukan/sara

n/usul

Sumbangan

Informasi

data

Bantuan

memperjelas

atas hak

ruang

Pengajuan

keberatan

terhadap

rencana

Bentuk lain

2

31

11

_

_

10

3.7

57.4

20.4

_

_

18.5

2

29

9

_

_

14

3.7

53.7

16.7

_

_

25.9

2

31

11

1

1

8

3.7

57.4

20.4

1.9

1.9

14.8

2

30

10

1

1

10

3.7

55.5

18.5

1.9

1.9

18.5

Sumber data : Hasil Analisis

Gambar 2. Diagram

Atas dasar Tabel 4.1 dan Gambar 4.1

diatas dapat dikatakan bahwa bentuk

partisipasi masyarakat pada seluruh tahap

pada prinsipnya sama dengan bentuk pada

masing-masing tahap. Bentuk partisipasi

paling dominan yaitu bentuk sumbangan

masukan/saran/usul, kemudian diikuti

bentuk sumbangan informasi/data, dan

bentuk lain.

Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat

Analisis Faktor-Faktor Internal

Faktor-faktor internal yang

mempengaruhi partisipasi masyarakat

meliputi faktor-faktor yang berasal dari

individu responden sendiri, meliputi jenis

kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, dan

penghasilan.

Berdasarkan hasil perhitungan

distribusi frekuensi, faktor jenis kelamin

pria sebanyak 52 orang (96,3%) dan

wanita sebanyak 2 orang (3,7%). Faktor

usia lebih dari 50 tahun sebanyak 24 orang

(44,4%), usia 41-50 tahun sebanyak 23

orang (42,6%), usia 31-40 tahun sebanyak

7 orang (13,0%) dan tidak ada responden

yang berusia 20-30 tahun. Faktor

3.7

55.518.5

1.91.9

18.5

Pendengar

Sumbangan/masukan/saran/

usul

Sumbangan Informasi data

Bantuan memperjelas atas

hak ruang

Pengajuan keberatan

terhadap rencana

Bentuk lain

Page 6: 4.39.47faisal

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 2, No.1, Februari 2013 - 44

pendidikan SMA sebanyak 31 orang

(57,4%), pendidikan Sarjana sebanyak 12

orang (22,2%), pendidikan Sarjana

Muda/Diploma sebanyak 8 orang (14,8%),

pendidikan SMP sebanyak 3 orang (5,6%),

dan tidak ada responden yang

berpendidikan tamat SD. Faktor pekerjaan

sebagian besar sebagai kepala

desa/kelurahan sebanyak 24 orang (44,4%),

sedangkan sisanya 55,6% pekerjaan

sebagai pensiunan, wiraswasta, PNS/TNI,

pegawai swasta, dan lain-lain. Faktor

penghasilan antara Rp.1.100.000, -

Rp.1.400.000, sebanyak 19 orang (35,2%),

penghasilan lebih dari Rp.1.400.000,

sebanyak 19 orang juga (35,2%).

Sehingga dapat dikatakan berdasarkan

analisis faktor internal, sebagian besar

responden adalah berjenis kelamin pria,

berusia matang (antara 41-50 tahun dan

lebih dari 50 tahun), berpendidikan lulus

SMA, jenis pekerjaan sebagai tokoh

masyarakat, dan berpenghasilan cukup

tinggi.

Analisis Faktor-Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal yang

mempengaruhi partisipasi masyarakat

meliputi semua pihak yang berkepentingan

dan mempunyai pengaruh terhadap

program kecuali masyarakat. Faktor-faktor

eksternal tersebut adalah peran pemerintah

dalam pembinaan dan pemberian informasi

kepada masyarakat, peranan konsultan

perencana, dan peranan pihak swasta

(Pengembang, LSM).

Hasil perhitungan distribusi frekuensi

peran pemerintah dalam pembinaan,

responden sebanyak 35 orang (64,8%)

berpendapat masih kurang, sisanya 19

orang (35,2%) menyatakan sudah cukup.

Peran konsultan perencana responden 27

orang (50,0%) berpendapat sudah cukup,

sedangkan 25 orang responden (46,3%)

menyatakan sangat memperhatikan dan

hanya 2 orang responden (3,7%)

menyatakan masih kurang. Peran swasta

responden 47 orang (87,0%) berpendapat

masih kurang, sedangkan 7 orang

responden (13,0%) menyatakan sudah

cukup.

Sehingga dapat dikatakan dari analisis

faktor eksternal bahwa sebagian besar

responden berpendapat peran pemerintah

dalam pembinaan dan pemberian informasi

masih kurang, peran konsultan perencana

cukup dan sangat memperhatikan dan

mengakomodasi aspirasi masyarakat, serta

peran pihak swasta masih kurang terlibat.

Analisis Hubungan Antara Faktor-

Faktor dengan Bentuk dan Tingkat

Partisipasi Masyarakat Pada sub bab ini dibahas tentang

hubungan antara faktor-faktor baik internal

maupun eksternal dengan bentuk-bentuk

partisipasi masyarakat pada tahap

Penjaringan Aspirasi Masyarakat I, tahap

Penjaringan Aspirasi Masyarakat II, dan

tahap Seminar Rancangan Rencana.

Tujuannya adalah untuk mengetahui

apakah antara faktor dan bentuk ada

Page 7: 4.39.47faisal

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

45 - Volume 2, No. 1, Februari 2013

hubungannya dan bila ada hubungannya

seberapa kuat hubungan tersebut.

Berdasarkan perhitungan tabulasi

silang antara variabel internal dengan

bentuk-bentuk partisipasi masyarakat pada

tahap Penjaringan Aspirasi Masyarakat I,

tahap Penjaringan Aspirasi Masyarakat II,

dan tahap Seminar Rancangan Rencana

menunjukkan bahwa semua variabel

pengaruh dan variabel terpengaruh tidak

memiliki hubungan yang signifikan,

kecuali variabel penghasilan pada tahap

Penjaringan Aspirasi Masyarakat II.

Dari hasil uji tabulasi silang tersebut

maka dapat disimpulkan bahwa bentuk

partisipasi masyarakat pada tahap

penjaringan aspirasi masyarakat II sangat

dipengaruhi oleh faktor penghasilan, tetapi

variabel internal yang lain tidak

mempunyai pengaruh. Sedangkan bentuk

partisipasi masyarakat pada tahap

penjaringan aspirasi masyarakat I dan

tahap seminar rancangan rencana tidak

dipengaruhi oleh faktor-faktor internal.

Hasil perhitungan tabulasi silang

antara faktor eksternal dengan bentuk

partisipasi masyarakat pada tahap

Penjaringan Aspirasi Masyarakat I, tahap

Penjaringan Aspirasi Masyarakat II, dan

tahap Seminar Rancangan Rencana

menunjukkan bahwa hanya variabel peran

konsultan yang memiliki hubungan yang

signifikan pada semua tahap.

Dari hasil uji tabulasi silang tersebut

maka dapat disimpulkan bahwa bentuk

partisipasi masyarakat pada semua tahap

sangat dipengaruhi oleh faktor peran

konsultan. Sedang faktor peran pemerintah

dan peran swasta tidak memberikan

pengaruh pada bentuk partisipasi.

Berdasarkan perhitungan tabulasi

silang antara variabel internal dengan

variabel tingkat partisipasi masyarakat,

menunjukkan bahwa semua variabel

pengaruh dan variabel terpengaruh tidak

memiliki hubungan yang signifikan.

Dari hasil uji tabulasi silang tersebut

maka dapat disimpulkan bahwa Tingkat

partisipasi masyarakat pada variabel

tingkat kehadiran dalam rapat sangat

dipengaruhi oleh variabel penghasilan.

Sedangkan tingkat partisipasi masyarakat

pada variabel keaktifan mengemukakan

masukan/saran/ usul sangat dipengaruhi

oleh variabel pendidikan dan penghasilan.

Hasil perhitungan tabulasi silang

antara faktor eksternal dengan tingkat

partisipasi masyarakat pada variabel

tingkat kehadiran dalam rapat, keaktifan

mengemukakan masukan/saran/usul,

keterlibatan menetapkan konsep rencana,

dan keterlibatan memberikan persetujuan

pada rancangan rencana, menunjukkan

bahwa hanya variabel peran konsultan

perencana yang memiliki hubungan yang

signifikan pada semua variabel tingkat

partisipasi.

Dari hasil uji tabulasi silang tersebut

maka dapat disimpulkan bahwa tingkat

partisipasi masyarakat pada semua variabel

sangat dipengaruhi oleh faktor peran

konsultan. Sedang faktor peran pemerintah

Page 8: 4.39.47faisal

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 2, No.1, Februari 2013 - 46

dan peran swasta tidak memberikan

pengaruh pada tingkat partisipasi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Proses penyusunan Revisi Rencana

Umum Tata Ruang Kota

Lhokseumawe untuk pertama kalinya

telah dilaksanakan dengan

menyertakan metode partisipasi

masyarakat, yaitu dengan cara

melakukan penjaringan aspirasi

masyarakat dan seminar rancangan

rencana bersama masyarakat.

2. Bentuk partisipasi masyarakat sangat

dipengaruhi oleh faktor penghasilan

dan faktor peran konsultan perencana,

sedangkan tingkat partisipasi

masyarakat sangat dipengaruhi oleh

faktor pendidikan dan faktor

penghasilan. Peran stakeholder sangat

didominasi oleh peran pemerintah,

sedangkan peran swasta dan

masyarakat relatif lebih kecil.

3. Dalam proses penyusunan rencana

umum tata ruang Kota Lhokseumawe

dipengaruhi oleh beberapa faktor,

antara lain: faktor pendidikan

masyarakat, faktor penghasilan

masyarakat dan faktor peran konsultan

perencana.

4. Tingkat partisipasi masyarakat yang

hanya sampai pada tingkat konsultasi,

akan berpengaruh pada kualitas

perencanaan RTRW, hal ini terbukti

masih adanya penyimpangan dalam

pemanfaatan ruang oleh masyarakat

dan swasta, serta masih adanya

pelaksanaan program pembangunan

oleh pemerintah yang tidak sesuai

arahan dalam rencana tata ruang.

Saran

1. Diperlukan keterbukaan dalam setiap

aspek dan tahap perencanaan untuk

menciptakan kepercayaan antara

pemerintah dan masyarakat. Untuk itu

dalam proses penyusunan rencana tata

ruang, pemberian informasi

pengumuman kepada masyarakat

tentang rencana penyusunan tata ruang

dan rancangan rencana tata ruang,

hendaknya dapat dilakukan melalui

media cetak dan elektronik disamping

lewat forum pertemuan sampai ke

wilayah perencanaan.

2. Dengan cara melakukan pengumuman

melalui media cetak, elektronik, dan

forum pertemuan, hendaknya sifat

pelibatan masyarakat bukan lagi atas

dasar inisiatif pemerintah semata tetapi

ditingkatkan lagi menjadi partisipasi

dengan inisiatif dari masyarakat

sendiri.

3. Untuk meningkatkan partisipasi

masyarakat dan swasta dalam

penyusunan rencana tata ruang, dapat

dilakukan lewat peningkatan

pembinaan melalui penyuluhan atau

sosialisasi, dan pemerintah perlu

berinisiatif untuk meningkatkan

kualitas seluruh stakeholder dalam

Page 9: 4.39.47faisal

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

47 - Volume 2, No. 1, Februari 2013

perencanaan, termasuk unsur

pemerintah sendiri, karena dengan

kualitas yang setara diantara para

stakeholder akan menghindari konflik

karena kepentingan individu maupun

golongan.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Arnstein, S., 1969. A Ladder of Citizen

Participation. Journal of the American

Buku Panduan Penulisan Tesis tahun, 2010.

Program Studi Magister Teknik Sipil

Program Pascasarjana Universitas

Syiah Kuala.

Haeruman, H., 2004. Penataan Ruang dalam

Era Otonomi Daerah yang Diperluas.

Available from http://www.bktrn.org.

Mikkelsen, B., 2003. Metode Penelitian

Partisipatoris dan Upaya-Upaya

Pemberdayaan. Terjemahan Matheos

Nalle. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010,

tentang Bentuk dan Tata Cara Peran

Masyarakat dalam Penataan Ruang.

Rostika, D., 2003. Pemberdayaan Masyarakat

Miskin Melalui Program

Pengembangan Kecamatan (PPK)

(Studi Kasus Di Gampong Margaluyu

Kecamatan Tanjungsari Kabupaten

Sumedang). Jakarta : FISIP, UI.

Slamet, Y., 1993. Pembangunan Masyarakat

Berwawasan Partisipasi. Surakarta:

Sebelas Maret University Press.

Sunarti, 2003. Partisipasi Masyarakat dalam

Pembangunan Perumahan Secara

Berkelompok. Jurnal Tata Loka.

Volume 5, No. 1, Januari 2003.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26

Tahun 2007, tentang Penataan Ruang.