4. isi,,,,
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sekarang ini berbagai jenis penyakit telah semakin merajalelea.
Penyakit-penyakit tersebut dapat menyerang berbagai kalangan dengan
berbagai tingkatan usia. Salah satu jenis penyakit yang sekarang ini terdengar
sangat umum dimasayarakat karena penyakit ini sudah tersebar hampir di
seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia, yaitu Stroke.
Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak secara
tiba-tiba, dan merupakan keadaan yang timbul karena gangguan peredaran
darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian (Brunner &
Suddarth, 2002). Stroke merupakan penyakit paling mematikan nomor tiga di
dunia setelah jantung dan kanker (Auryn 2007, h. 5). Di Indonesia jumlah
penderita stroke dari tahun ke tahun terus meningkat. Ini sejalan dengan
perubahan pola hidup masyarakat. Hingga kini, stroke merupakan penyebab
kematian nomor satu di berbagai rumah sakit di tanah air. Survei kesehatan
rumah tangga menunjukkan bahwa stroke merupakan penyebab
kematian/kecacatan utama di Indonesia (Djaja et al., 2001).
Pasien dengan stroke akan mengalami gangguan-gangguan yang
bersifat fungsional. Gangguan sensoris dan motorik post stroke
mengakibatkan gangguan keseimbangan termasuk kelemahan otot, penurunan
fleksibilitas jaringan lunak, serta gangguan kontrol motorik dan sensorik.
Fungsi yang hilang akibat gangguan kontrol motorik pada pasien stroke
mengakibatkan hilangnya koordinasi, hilangnya kemampuan keseimbangan
tubuh dan postur (kemampuan untuk mempertahankan posisi tertentu) (Irfan
2010, h. 79).
Page 1
Latihan pergerakan sendi atau ROM (Range Of Motion) merupakan
pergerakan maksimum yang mungkin dilakukan oleh sendi. Latihan
pergerakan sendi atau ROM dapat aktif (klien menggerakkan semua sendinya
dengan rentang gerak tanpa bantuan), pasif (klien tidak dapat menggerakkan
dengan mandiri dan perawat menggerakkan setiap sendi dengan rentang
gerak), atau berada diantaranya. Latihan gerak mempercepat penyembuhan
pasien stroke, karena akan mempengaruhi sensasi gerak di otak. Tindakan
latihan pergerakan sendi mendorong terjadinya latihan fisik untuk
mempertahankan tonus otot dan mobilitas sendi pasien stroke.
Latihan pergerakan bagi penderita stroke merupakan prasarat bagi
tercapainya kemandirian pasien. Karena latihan akan membantu secara
berangsur-angsur fungsi tungkai dan lengan kembali atau mendekati normal,
dan memberi kekuatan pada pasien tersebut untuk mengontrol kehidupannya
(Smits et al., 2000).
Oleh karena itu, penulis merasa perlu menyusun Analisa Jurnal Sistem
Muskuloskeletal ini agar pembaca dapat mengetahui lebih banyak lagi hal-hal
yang terkait dengan Latihan Rentang Gerak serta perbandingan hasil
penelitian dalam jurnal dengan referensi lain tentang perbedaan efektifitas
latihan rentang gerak aktif dengan latihan rentang gerak pasif.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah Perbedaan Efektifitas latihan rentang gerak aktif dengan
latihan rentang gerak pasif ?
1.3 TUJUAN
Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Perbedaan Efektifitas latihan rentang gerak aktif
dengan latihan rentang gerak pasif
Page 2
Tujuan Khusus
1. Untuk menganalisa isi jurnal
2. Untuk membandingkan isi jurnal dengan referensi lain tentang ROM
aktif-pasif
Page 3
BAB 2
RESUME JURNAL
2.1 Judul Jurnal
Perbedaan Latihan Range Of Motion (ROM) Pasif Dan Aktif Selama 1 – 2
Minggu Terhadap Peningkatan Rentang Gerak Sendi Pada Penderita Stroke
Di Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember
2.2 Pengarang Jurnal
Murtaqib, Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Jember
2.3 Latar Belakang Jurnal
Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan di masyarakat.
Insidennya terus mengalami peningkatan. Kurang lebih 15 juta orang setiap
tahun diseluruh dunia terserang stroke. Sebagian besar penderita stroke
berada di negara berkembang, termasuk Indonesia. Stroke merupakan
penyebab kematian nomor dua di dunia (WHO, 2005). Penyakit stroke di
Indonesia menduduki peringkat ke-3 setelah jantung dan kanker. Penderita
stroke di Jawa Timur menduduki peringkat ke-12 dari 33 provinsi yaitu 7,7
per 1000 penduduk. Tahun 2020 diperkirakan 7,6 juta orang akan meninggal
karena stroke dan 15% kasus terjadi pada usia muda dan produktif. Prevalensi
stroke di Kabupaten Jember menduduki peringkat ke-10 dari 38 Kabupaten di
Jawa Timur dengan prevalensi 0,9 % (Dinkes Jember, 2007). Data dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Jember pada tahun 2010 menunjukan bahwa jumlah
kasus stroke di Jember mencapai 972 kasus dengan peringkat ke- 6 adalah
Kecamatan Tanggul dengan jumlah kasus 48 penderita dengan prevalensi
0,13 % (Dinkes Jember, 2011). Tingginya angka stroke di Kecamatan
Tanggul Kabupaten Jember dipengaruhi oleh banyaknya penderita yang
mengalami hipertensi, hal ini disebabkan karena mayoritas masyarakat
Page 4
Kecamatan Tanggul adalah suku Madura yang dalam kebiasaan
mengkonsumsi garam lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat lainnya
(Dinkes Jember, 2011). Hasil studi, 90% penderita stroke yang mengalami
paralisis didapatkan mengalami gangguan mobilisasi, sehingga perlu
dilakukan penanganan yang benar agar kondisi penderita stroke terus
membaik dan tidak terjadi gangguan mobilisasi. Pencegahan dan pengobatan
yang tepat pada penderita stroke merupakan hal yang sangat penting.
Penderita stroke yang mengalami paralisis dan tidak segera
mendapatkan penanganan yang tepat dapat menimbulkan komplikasi, salah
satunya adalah kontraktur. Kontraktur dapat menyebabkan terjadinya
gangguan fungsional, gangguan mobilisasi, gangguan aktivitas sehari hari dan
cacat yang tidak dapat disembuhkan (Asmadi, 2008).
Data dari Puskesmas Kecamatan Tanggul, bahwa pasien stroke yang
berada di wilayahnya 85% mengalami kontraktur, karena kurangnya
perawatan selama berada di rumah. Penderita stroke harus di mobilisasi sedini
mungkin ketika kondisi klinis neurologis dan hemodinamik penderita sudah
mulai stabil. Mobilisasi dilakukan secara rutin dan terus menerus untuk
mencegah terjadinya komplikasi stroke, terutama kontraktur. Latihan ROM
merupakan salah satu bentuk latihan dalam proses rehabilitasi yang dinilai
cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada penderita stroke.
Latihan ini adalah salah satu bentuk intervensi fundamental perawat yang
dapat dilakukan untuk keberhasilan regimen terapeutik bagi penderita dan
dalam upaya pencegahan terjadinya kondisi cacat permanen pada penderita
stroke paska perawatan di rumah sakit, sehingga dapat menurunkan tingkat
ketergantungan penderita pada keluarga, meningkatkan harga diri dan
mekanisme koping penderita.
Penelitian menunjukan bahwa latihan ROM dapat meningkatkan
fleksibilitas dan rentang gerak sendi. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti
lebih lanjut tentang perbedaan latihan ROM pasif dan aktif terhadap
Page 5
peningkatan rentang gerak sendi pada penderita stroke. Penelitian ini perlu
dilakukan dengan harapan dapat menambah wawasan tentang perbedaan
latihan ROM pasif dan aktif dalam meningkatkan mobilitas sendi, sehingga
mencegah terjadinya berbagai komplikasi dan menilai sejauh mana latihan ini
memberikan dampak pada kemampuan fungsional yang terkait erat dengan
tingkat ketergantungan penderita.
2.4 Subjek Penelitian
Sampel penelitian ini yaitu pasien stroke yang memenuhi kriteria
sampel sebanyak 30 responden di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Tanggul Kabupaten Jember dengan criteria inklusi yaitu responden
mengalami hemiplegia sendi siku, non perdarahan atau ischemic, serangan
pertama dan telah melewati masa kritis, tidak sedang melakukan
physiotherapy seperti pijat, kekuatan otot derajat 0-3, pasien stroke usia 30-60
tahun, bisa berkomunikasi, tidak mengalami komplikasi sebagai kontra
indikasi dilakukan latihan ROM dan riteria eksklusi nya yaitu adanya
peradangan sekitar sendi yang mengalami hemiplegia, responden gangguan
jantung dan pernafasan.
2.5 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental. Desain
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan jenis rancangan two group
pretest postes.
2.6 Hasil Penelitian
Hasil penelitian terdapat perbedaan rentang gerak sendi fleksi dan
ekstensi pada ROM pasif dan ROM aktif di wilayah kerja Puskesmas
Tanggul Kabupaten Jember. ROM pasif lebih memberikan pengaruh
dibandingkan ROM Aktif.
Page 6
2.6 Kesimpulan penelitian
Ada perbedaan rentang sendi gerak fleksi maupun ekstensi pada latihan
ROM pasif dan aktif. Rentang sendi gerak fleksi mengalami peningkatan atau
naik mendekati kemampuan rentang gerak fleksi normal, sedangkan untuk
rentang sendi gerak ekstensi mengalami penurunan mendekati kemampuan
rentang gerak ekstensi normal, dibandingkan dengan latihan ROM aktif.
Page 7
BAB 3
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian pada sebuah Jurnal yang berjudul “Perbedaan Latihan
Range Of Motion (Rom) Pasif Dan Aktif Selama 1 – 2 Minggu Terhadap
Peningkatan Rentang Gerak Sendi Pada Penderita Stroke Di Kecamatan Tanggul
Kabupaten Jember” diketahui bahwa ROM pasif terjadi peningkatan rentang
gerak sendi baik secara fleksi maupun ekstensi dibanding ROM aktif.
Lalu di dalam Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2 karya
Patricia A. Potter dan Anne Griffin Perry pada BAB Mobilisasi dan Imobilisasi
halaman 1199, 1231, 1244 dijelaskan bahwa Klien yang mengalami keterbatasan
mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak
dengan mandiri. Keterbatasan ini dapat didentifikasi pada klien yang salah satu
ekstremitas mempunyai keterbatasan gerakan atau klien yang mengalami
imobilisasi seluruhnya. Klien yang memiliki keterbatasan mobilisasi sendi karena
penyakit, ketidakmampuan, atau trauma membutuhkan latihan sendi untuk
mengurangi bahaya mobilisasi. Apabila klien tidak mempunyai control motorik
involunter maka perawat melakukan rentang gerak pasif.
Jika dibandingkan, dapat diketahui bahwa antara jurnal yang berjudul
“Perbedaan Latihan Range Of Motion (Rom) Pasif Dan Aktif Selama 1 – 2
Minggu Terhadap Peningkatan Rentang Gerak Sendi Pada Penderita Stroke Di
Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember” dengan Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Volume 2 dapat disimpulkan bahwa keduanya sama-sama
menjelaskan bahwa ROM pasif atau Latihan rentang gerak pasif lebih efektif
dilakukan pada klien yang memiliki keterbatasan mobilisasi sendi karena
penyakit, contohnya seperti Stroke untuk meningkatkan rentang gerak sendi
dibandingkan dengan rentang gerak aktif.
Walaupun demikian bukan berarti latihan rentang gerak aktif tidak
berfungsi karena pada buku ajar fundamental keperawatan dijelaskan bahwa
Page 8
latihan rentang gerak aktif mempertahankan fungsi sistem musculoskeletal, selain
itu pada jurnal juga dijelaskan bahwa latihan rentang gerak aktif juga
meningkatkan rentang gerak sendi baik secara fleksi maupun ekstensi walaupun
pada kasus stroke latihan rentang gerak pasif lebih efektif dalam meningkatkan
rentang gerak sendi baik secara fleksi maupun ekstensi.
Antara rentang gerak aktif dan pasif sebenarnya memiliki fungsi yang
sama yaitu meningkatkan keadekuatan mobilisasi sendi. Tetapi pada kondisi
tertentu seperti pada penyakit stroke dimana klien tidak mampu menggerakkan
sebagian ataupun seluruh bagian tubuhnya maka perlu dilakukan latihan rentang
gerak pasif (klien tidak dapat menggerakkan dengan mandiri dan perawat
menggerakkan setiap sendi dengan rentang gerak) untuk semua sendi yang
imobilisasi. Sedangkan larihan rentang gerak aktif dilakukan bila klien dapat
menggerakkan semua sendinya dengan rentang gerak tanpa bantuan.
Page 9
BAB 4
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Latihan rentang gerak aktif atau ROM aktif dan Latihan rentang gerak pasif atau
ROM pasif sama-sama efektif untuk dilakukan dalam upaya meningkatkan
keadekuatan mobilisasi sendi. Tetapi pada beberapa penyakit seperti kanker
yang membuat klien tidak mampu menggerakkan sebagian ataupun seluruh
bagian tubuhnya, latihan rentang gerak pasif atau ROM pasif lebih efektif
untuk dilakukan.
3.2 SARAN
Demikian Analisa Jurnal yang berjudul “ Perbedaan Latihan Range Of
Motion (Rom) Pasif Dan Aktif Selama 1 – 2 Minggu Terhadap Peningkatan
Rentang Gerak Sendi Pada Penderita Stroke Di Kecamatan Tanggul
Kabupaten Jember ” yang Penulis buat. Melalui Analisa Jurnal ini penulis
mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Untuk penulis
Dengan penulisan analisa jurnal ini, diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan masukan bagi penulis selanjutnya dalam membuat dan
mengembangkan analisa jurnal lainnya untuk kepentingan ilmu
keperawatan khususnya pada sistem musculoskeletal.
2. Untuk Masyarakat
Diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakata tentang manfaat
atau kegunaan dalam melakukan latihan rentang gerak baik aktif dan pasif
pada kondisi imobiiasasi yang mungkin terjadi di lingkungan sekitarnya.
dan yang paling penting adalah bermanfaat bagi kita semua untuk
tujuan kebaikan di jalan Allah SWT.
Page 10
Penulis menyadari dalam penyusunan Analisa Jurnal ini banyak
kekurangan. Maka, kritik dan saran konstruktif penulis harapkan demi
terciptanya Analisa Jurnal yang lebih baik.
Page 11