4. hasil dan pembahasan · bahwa upah tenaga kerja wanita adalah rp 25.000,00 dan rp 30.000,00...

22
22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Lokasi Penelitian Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah, dengan perbatasan wilayah Desa sebagai berikut Batas Desa sebelah Timur : Desa Tajemsari Batas Desa sebelah Selatan : Desa Sidorejo Batas Desa sebelah Barat : Desa Pundenarum Batas Desa sebelah Utara : Desa Bogosari 4.1.2 Keadaan Pertanian Desa Tlogoweru Secara administratif, luas wilayah di Desa Tlogoweru adalah 291,65 Ha, dengan tanah pertanian seluas 243 Ha dan permukiman 36 Ha. Lainnya adalah berupa sungai, jalan, pemakaman dan lain-lain, yakni seluas 12,65 Ha (BPS, 2012). Jenis tanaman pangan yang diusahakan warga di Desa Tlogoweru adalah padi, jagung, kedelai, kacang, ubi, sedangkan untuk jenis tananaman sayur terdapat bayam, kangkung. 4.2 Karakteristik Petani Responden Petani sampel adalah seluruh petani yang melakukan kegiatan usahatani padi sawah dengan jumlah responden 32 petani. Karakteristik petani responden meliputi luas lahan, produksi, tenaga kerja, benih, pupuk, pestisida, umur petani, pengalaman, dan risiko produksi. 4.2.1 Luas Lahan Luas lahan pertanian merupakan salah satu bagian sumber daya lahan. Lahan adalah tempat untuk melakukan kegiatan bercocok tanam dan menghasilkan produk pertanian yang diinginkan oleh petani dengan hasil yang sangat beragam. Data distribusi luas lahan petani dapat dilihat pada tabel 4.2.1 sebagai berikut :

Upload: others

Post on 01-Nov-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · bahwa upah tenaga kerja wanita adalah Rp 25.000,00 dan Rp 30.000,00 untuk tenaga kerja pria per satu hari orang kerja (HOK). Satu hari orang kerja (HOK)

22

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Lokasi Penelitian

Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur Kabupaten Demak,

Provinsi Jawa Tengah, dengan perbatasan wilayah Desa sebagai berikut

Batas Desa sebelah Timur : Desa Tajemsari

Batas Desa sebelah Selatan : Desa Sidorejo

Batas Desa sebelah Barat : Desa Pundenarum

Batas Desa sebelah Utara : Desa Bogosari

4.1.2 Keadaan Pertanian Desa Tlogoweru

Secara administratif, luas wilayah di Desa Tlogoweru adalah 291,65 Ha,

dengan tanah pertanian seluas 243 Ha dan permukiman 36 Ha. Lainnya adalah

berupa sungai, jalan, pemakaman dan lain-lain, yakni seluas 12,65 Ha (BPS,

2012).

Jenis tanaman pangan yang diusahakan warga di Desa Tlogoweru adalah

padi, jagung, kedelai, kacang, ubi, sedangkan untuk jenis tananaman sayur

terdapat bayam, kangkung.

4.2 Karakteristik Petani Responden

Petani sampel adalah seluruh petani yang melakukan kegiatan usahatani

padi sawah dengan jumlah responden 32 petani. Karakteristik petani responden

meliputi luas lahan, produksi, tenaga kerja, benih, pupuk, pestisida, umur petani,

pengalaman, dan risiko produksi.

4.2.1 Luas Lahan

Luas lahan pertanian merupakan salah satu bagian sumber daya lahan.

Lahan adalah tempat untuk melakukan kegiatan bercocok tanam dan

menghasilkan produk pertanian yang diinginkan oleh petani dengan hasil yang

sangat beragam. Data distribusi luas lahan petani dapat dilihat pada tabel 4.2.1

sebagai berikut :

Page 2: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · bahwa upah tenaga kerja wanita adalah Rp 25.000,00 dan Rp 30.000,00 untuk tenaga kerja pria per satu hari orang kerja (HOK). Satu hari orang kerja (HOK)

23

Tabel 4.2.1 Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Luas Lahan, Tahun 2014

Luas Lahan (m2)

Jumlah Sampel

Orang %

1875,00-7916,67 23 71,88

7916,68-13958,35 7 21,88

13958,38-20000,05 2 6,24

Jumlah 32 100,00

Rata-rata 6,620

Sumber : Analisis Data Primer 2015

Dari tabel 4.1 berdasarkan analisi hasil penelitian yang dilakukan terhadap

32 petani sampel. Dapat diketahui rata – rata petani memiliki luas lahan paling

banyak antara 1875,00 – 7916,67 m/ha yaitu sebanyak 23 orang petani atau

71,88%.

4.2.2 Produktivitas

Produksi memiliki keterkaitan antara penggunaan berbagai input dengan

jumlah dan kualitas output yang dihasilkan. Serangkaian proses dalam

penggunaan input yang ada untuk menghasilkan suatu output (barang atau jasa)

merupakan suatu kegiatan produksi. Data distribusi produksi petani dapat dilihat

pada tabel 4.2.2 distribusi produksi sebagai berikut :

Tabel 4.2.2 Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Produktivitas per Musim

Tanam, Tahun 2013/2014

Produktivitas (kg/ha) Musim Tanam 1 Musim Tanam 2

Orang % Orang %

428,57-3841,27 6 18,74 9 28,12

3841,28-7253,98 25 78,13 22 68,75

7253,98-10666,69 1 3,13 1 3,13

Jumlah 32 100,00 32 100,00

Rata-rata 5267,97

Sig 0,388ns

Sumber : Analisis Data Primer 2015

Pada tabel 4.2.2, musim tanam 1 dan musim tanam 2 produktivitas

tanaman padi paling banyak tersebar antara 3841,28 – 7253,98 kg/ha yaitu

masing–masing sebanyak 23 orang (71,88%) dan 20 orang (62,50%) dari jumlah

Page 3: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · bahwa upah tenaga kerja wanita adalah Rp 25.000,00 dan Rp 30.000,00 untuk tenaga kerja pria per satu hari orang kerja (HOK). Satu hari orang kerja (HOK)

24

total sampel. Terjadi penurunan produktivitas petani dari musim tanam 1 ke

musim tanam 2 dikarenakan tanaman padi pada musim tanam 2 lebih banyak

terserang hama, penyakit dan faktor kurangnya air. Dari analisis beda t-test dapat

disimpulkan produktivitas musim tanam 1 dan musim tanam 2 tidak berbeda

nyata (0,388).

4.2.3 Tenaga Kerja

Dalam rangka mencukupi tenaga kerja untuk usahatani digunakan tenaga

kerja luar, yaitu tenaga kerja pria (TKP) dan tenaga kerja wanita (TKW). Upah

dari tenaga kerja ini pun berbeda. Sudah menjadi patokan di Desa Tlogoweru

bahwa upah tenaga kerja wanita adalah Rp 25.000,00 dan Rp 30.000,00 untuk

tenaga kerja pria per satu hari orang kerja (HOK). Satu hari orang kerja (HOK)

bekerja selama 8 jam dan istirahat selama 1 jam.

Kegiatan-kegiatan usahatani yang diperhitungkan untuk menghitung

variabel upah adalah kegiatan-kegiatan yang menggunakan tenaga kerja upahan

harian, seperti pencangkulan, penanaman dan perawatan. Sedangkan kegiatan

seperti pembajakan sawah dan pemanenan tidak diperhitungkan karena sistem

upahnya menggunakan borongan untuk pembajakan dan sebagian petani

menggunakan sistem bagi hasil untuk pemanenan. Pekerjaan yang diberikan untuk

TKW dan TKP pun berbeda. Untuk kegiatan penanaman, dan penyiangan petani

memperkerjakan TKW. Sedang untuk kegiatan lain seperti pengolahan lahan,

pemupukan, pengaplikasian pestisida dan pemanenan petani memperkerjakan

TKP.

Tabel 4.2.3 Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Tenaga Kerja per Musim

Tanam, Tahun 2013/2014

Jumlah Tenaga Kerja

(HOK/ha)

Musim Tanam 1 Musim Tanam 2

Orang % Orang %

18,33-60,89 17 53,12 17 53,12

60,90-103,46 12 37,50 13 40,63

103,47-146,03 3 9,38 2 6,25

Jumlah 32 100,00 32 100,00

Rata – rata 66,77

Sig 0,898ns

Sumber : Analisis Data Primer 2015

Page 4: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · bahwa upah tenaga kerja wanita adalah Rp 25.000,00 dan Rp 30.000,00 untuk tenaga kerja pria per satu hari orang kerja (HOK). Satu hari orang kerja (HOK)

25

Pada musim tanam 1 dan musim tanam 2, pada tabel 4.2.3 jumlah tenaga

kerja yang digunakan paling banyak tersebar di 18,33 – 60,89 HOK/ha sebanyak

17 sampel atau 53,12% dari keseluruhan sampel. Berdasarkan analisis beda t-test

dapat disimpulkan bahwa di kedua musim tanam jumlah penggunaan tenaga kerja

tidak berbeda nyata atau non signifikan (0,898).

4.2.4 Benih

Dari hasil wawancara, sebagian petani sampel menyimpan hasil panennya

dengan perlakuan khusus untuk selanjutnya dijadikan benih kembali. Sebagian

lainnya membeli benih kemasan di toko pertanian. Untuk memperoleh benih,

petani mendapatkan dari toko dengan harga berkisar Rp 17.000,00 s/d Rp

75.000,00 per sak (5 kg).

Pada tabel 4.2.4, musim tanam 1 terlihat bahwa pengguna benih sebesar

20,17 – 36,76 kg/ha yaitu sebanyak 17 orang petani atau 53,12% dari jumlah total

sampel. Tetapi pada musim tanam 2, terlihat penggunaan jumlah benih terbanyak

sebesar 36,77-53,33 kg/ha yaitu sebanyak 15 orang atau 46,88% dari jumlah total

sampel. Persebaran penggunaan benih musim tanam 2 meningkat dari musim

tanam 1 dikarenakan pada musim tanam 2 sebagian petani menggunakan benih

turunan dari musim tanam 1. Dari analisis beda t-test maka dapat disimpulkan

bahwa terdapat beda nyata atau signifikan antara jumlah benih pada musim tanam

1 dan musim tanam 2 (0,000).

Tabel 4.2.4 Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Jumlah Benih per Musim

Tanam, Tahun 2013/2014

Jumlah Benih

(kg/ha)

Musim Tanam 1 Musim Tanam 2

Orang % Orang %

3,57-20,16 2 6,25 3 9,37

20,17-36,76 17 53,12 14 43,75

36,77-53,36 13 40,63 15 46,88

Jumlah 32 100,00 32 100,00

Rata – rata 28,89

Sig 0,000*

Sumber : Analisis Data Primer 2015

4.2.5 Pupuk

Sebagai penunjang pertumbuhan tanaman secara optimal dan untuk

meningkatan produksi, pupuk merupakan sarana produksi yang tidak bisa

Page 5: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · bahwa upah tenaga kerja wanita adalah Rp 25.000,00 dan Rp 30.000,00 untuk tenaga kerja pria per satu hari orang kerja (HOK). Satu hari orang kerja (HOK)

26

ditinggalkan. Pupuk yang biasa digunakan petani padi di Desa Tlogoweru adalah

Urea, SP-36, pupuk kandang, ZA, Petroorganik dan Phonska. Untuk menghitung

produksi, semua pupuk ini tetap diperhitungkan.

Untuk memperoleh pupuk kimia Urea, biasanya petani membeli di

kelompok tani atau toko pertanian terdekat. Harga beli pupuk Urea berkisar Rp

90.000,00 s/d Rp 95.000,00 per sak (50 kg), pupuk SP-36 Rp 105.000,00 s/d Rp

130.000,00 per sak (50 kg), pupuk ZA Rp 85.000,00 s/d Rp 90.000,00 per sak (50

kg), Petroorganik Rp 20.000,00 per sak (40 kg), Phonska Rp 100,000,00 s/d Rp

125.000,00 per sak (50 kg). Sedangkan untuk pupuk kandang tidak semua petani

memakainya. Hanya petani yang mempunyai hewan ternak saja yang

menggunakan pupuk kandang. Untuk pupuk kandang, para petani memberi

sebesar Rp. 400,00 per kg.

Pada tabel 4.2.5, musim tanam 1 dan musim tanam 2 pemakaian pupuk

paling banyak tersebar antara 71,43 – 547,62 kg/ha yaitu masing–masing

sebanyak 14 orang (43,75%) dan 15 orang (46,88%) dari jumlah total sampel.

Dari analisis beda t-test maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan jumlah

pupuk di kedua musim tidak berbeda nyata (0,954).

Tabel 4.2.5 Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Jumlah Pupuk per Musim

Tanam, Tahun 2013/2014

Jumlah Pupuk (kg/ha) Musim Tanam 1 Musim Tanam 2

Orang % Orang %

71,43-547,62 14 43,75 15 46,88

547,63-1023,82 11 34,37 8 25,00

1023,83-1500,02 7 21,88 9 28,12

Jumlah 32 100,00 32 100,00

Rata-rata 659,45

Sig 0,954ns

Sumber : Analisis Data Primer 2015

4.2.6 Pestisida

Sebagai penunjang agar tanaman tidak diserang hama dan dapat tumbuh

dengan baik, pestisida merupakan sarana produksi yang tidak bisa ditinggalkan.

Pestisida yang biasa digunakan petani padi di Desa Tlogoweru sangat bermacam –

Page 6: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · bahwa upah tenaga kerja wanita adalah Rp 25.000,00 dan Rp 30.000,00 untuk tenaga kerja pria per satu hari orang kerja (HOK). Satu hari orang kerja (HOK)

27

macam seperti Alfadin, Prevaton, Heksa, Starban, Spontan, Plenum dll. Distibusi

penggunaan pesitisida dapat dilihat pada tabel 4.2.6 sebagai berikut :

Tabel 4.2.6 Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Jumlah Pestisida per Musim

Tanam, Tahun 2013/2014

Jumlah Pestisida

(l/ha)

Musim Tanam 1 Musim Tanam 2

Orang % Orang %

1,25-49,10 30 93,75 29 90,63

49,11-96,96 2 6,25 2 6,25

96,97-144,82 0 - 1 3,12

Jumlah 32 100,00 32 100,00

Rata-rata 23,80

Sig 0,298ns

Sumber : Analisis Data Primer 2015

Pada tabel 4.2.6 diatas, dapat diketahui bahwa pada musim tanam 1 dan

musim tanam 2 penggunaan pestisida terbanyak petani sampel tersebar di kisaran

1,25 – 49,10 l/ha, masing – masing sebesar 30 orang (93,75%) dan 29 orang

(90,63%) dari jumlah total sampel musim tanam 2. Berdasarkan analisis beda t-

test dapat disimpulkan bahwa di kedua musim tanam jumlah penggunaan pestisida

tidak beda nyata atau non signifikan (0,298).

4.2.7 Umur

Petani yang berusia produktif tentu akan memiliki tingkat produktivitas

yang lebih tinggi dibanding dengan petani–petani yang telah memasuki usia senja.

Umur juga dapat mempengaruhi petani dalam mengelola kegiatan usahataninya.

Distribusi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 4.2.7 sebagai

berikut :

Tabel 4.2.7 Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Umur, Tahun 2014

Umur (tahun) Jumlah Sampel

Orang %

27 – 40 7 21,88

41 – 54 15 46,88

55 – 68 10 31,24

Jumlah 32 100,00

Rata – rata 49

Sumber : Analisis Data Primer 2015

Page 7: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · bahwa upah tenaga kerja wanita adalah Rp 25.000,00 dan Rp 30.000,00 untuk tenaga kerja pria per satu hari orang kerja (HOK). Satu hari orang kerja (HOK)

28

Dari tabel 4.2.7 terlihat sebagian besar petani sampel berada pada umur

antara 41-54 tahun dengan jumlah sampel 15 atau 46,88%. Keadaan ini

menunjukkan bahwa pada daerah penelitian, kebanyakan petani sudah berusia

tua/hampir tidak produktif. Sedangkan penduduk yang berusia muda rata – rata

bekerja pada bidang lain/diluar pertanian. Kurangnya minat pemuda untuk bertani

menjadi salah satu penyebab sedikitnya tenaga kerja berusia produktif pada

kegiatan usahatani padi.

4.2.8 Pengalaman

Pengalaman dalam usahatani dapat menentukan suatu keberhasilan

usahatani dan dapat mempengaruhi pada tingkat produktivitas usahatani padi.

Petani responden dengan pengalaman yang cukup lama mempunyai pemahaman

yang lebih baik dalam menangani masalah yang ada. Kemampuan tersebut dapat

seperti kemampuan menentukan dalam faktor produksi yang digunakan dalam

usahatani. Oleh karena itu tingkat pengalaman petani dapat dilihat dari berapa

lama petani terjun dalam usahatani. Distribusi responden berdasarkan pengalaman

dapat dilihat pada Tabel 4.2.8 sebagai berikut :

Tabel 4.2.8 Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Pengalaman, Tahun 2014

Pengalaman (tahun) Jumlah Sampel

Orang %

9 – 21 7 21,88

22 – 34 13 40,62

35 – 47 12 37,50

Jumlah 32 100,00

Rata-rata 29

Sumber : Analisis Data Primer 2015

Berdasarkan tabel 4.2.8 diatas, menunjukkan bahwa petani memiliki

pengalaman dalam berusahatani padi antara 22-34 tahun dengan jumlah sampel

sebanyak 13 orang atau 40,62%.

Page 8: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · bahwa upah tenaga kerja wanita adalah Rp 25.000,00 dan Rp 30.000,00 untuk tenaga kerja pria per satu hari orang kerja (HOK). Satu hari orang kerja (HOK)

29

4.3 Hasil Komputasi

4.3.1 Risiko Produktivitas

Perbandingan risiko produktivitas antar musim tanam dapat dilihat melalui

tabel 4.3.1 berikut :

Tabel 4.3.1 Risiko Produktivitas per Musim Tanam, Tahun 2014

MT 1 MT 2

Rerata Produktivitas (kg/ha) 5.459,89 5.187,47

Stdev (σy) 1.426,16 1.867,41

Koefisien Variasi (KV) 0,2612 0,3600

KV (%) 26,12 36,00

Sig 0,288ns

Sumber: Analisis Data Primer 2015

Dengan melihat tabel 4.9 di atas, koefisien variasi (KV) musim tanam 1

sebesar 0,2612 lebih kecil daripada musim tanam 2 sebesar 0,3600. Menunjukkan

bahwa risiko produktivitas usahatani padi pada musim tanam 2 lebih tinggi

dibandingkan musim tanam 1. Secara statistik tidak berbeda nyata (0,288), hal itu

disebabkan karena terdapat perbedaan rerata produktivitas hasil panen padi pada

musim tanam 1 yang lebih tinggi jika dibandingkan musim tanam 2. Musim

tanam 1 telah berhasil menghasilkan 5.459,89 kg/ha sedangkan musim tanam 2

hanya menghasilkan 5.187,47 kg/ha. Dapat dikatakan bahwa terjadi variasi

produksi yang lebih kecil pada musim tanam 2 jika dibandingkan musim tanam 1.

4.3.2 Risiko Pendapatan

Berikut perbandingan risiko pendapatan antar musim tanam dapat dilihat

melalui tabel 4.3.2 berikut :

Tabel 4.3.2 Risiko Pendapatan per Musim Tanam, Tahun 2014

MT 1 MT 2

Rerata Pendapatan (Rp/ha) 58.985.379,75 43.327.500,76

Stdev (σI) 37.290.442,75 31.944.983,37

Koefisien Variasi (KV) 0,63 0,74

KV (%) 63,00 74,00

Sig 0,000*

Sumber: Analisis Data Primer 2015

Dengan melihat tabel 4.3.2 diatas, rerata pendapatan musim tanam 1

sebesar Rp 58.985.379,75 lebih besar daripada musim tanam 2 yang sebesar Rp

43.327.500,76. Hal itu mempengaruhi hasil koefisien variasi (KV) musim tanam

Page 9: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · bahwa upah tenaga kerja wanita adalah Rp 25.000,00 dan Rp 30.000,00 untuk tenaga kerja pria per satu hari orang kerja (HOK). Satu hari orang kerja (HOK)

30

pertama yakni 0,63, lebih rendah daripada musim tanam kedua yang sebesar 0,74.

Secara statistik signifikan (0,000), hal itu disebabkan karena tidak terdapat

perbedaan harga jual yang terlalu jauh antara musim tanam 1 yang lebih tinggi

(Rp 5.500,00) jika dibandingkan musim tanam 2 (Rp 4.600,00).

4.3.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Risiko Produktivitas

Sebelum mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi risiko

produktivitas petani padi, terlebih dahulu kita akan menganalisis faktor-faktor

produktivitas. Berikut adalah hasil analisis faktor produksi

pada musim tanam 1 dapat dilihat pada tabel 4.3.3a berikut :

Tabel 4.3.3a Hasil Analisis Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Produtivitas

Musim Tanam 1, Tahun 2013/2014

Variabel Koefisien Sig. Keterangan

(Constant) 9,135 0,000

X1 Tenaga Kerja 0,200 0,210 Tidak signifikan

X2 Benih 0,286 0,029 Signifikan

X3 Pupuk 0,090 0,315 Tidak signifikan

X4 Pestisida 0,114 0,038 Signifikan

X5 Umur -0,827 0,104 Tidak signifikan

X6 Pengalaman 0,016 0,945 Tidak signifikan

Sumber: Analisis Data Primer 2015

Keterangan :

F = 2,975

R square = 0,417

R = 0,645

Tingkat kepercayaan = 95 %

Berikut adalah model regresi yang dihasilkan dari tabel 4.10 :

LnY = α + LnX1 + LnX2 + LnX3 + LnX4 + LnX5 + LnX6 + Ɛ

LnY = 9,135 + 0,200 LnX1* + 0,286 LnX2 + 0,090 LnX3 + 0,114 LnX4* – 0,827

LnX5 + 0,016 LnX6 + Ɛ

Signifikan = *

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.3.3a diketahui bahwa nilai

koefisien determinasi (R square) sebesar 0,417. Hal ini berarti sebanyak 41,7%

Page 10: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · bahwa upah tenaga kerja wanita adalah Rp 25.000,00 dan Rp 30.000,00 untuk tenaga kerja pria per satu hari orang kerja (HOK). Satu hari orang kerja (HOK)

31

variasi dari produksi padi dapat dijelaskan oleh variabel bebas tenaga kerja, benih,

pupuk, pestisida, umur, dan pengalaman. Sedangkan 58,3% lainnya ditentukan

oleh variabel lain yang tidak diteliti. Nilai R menunjukkan kuatnya hubungan

antara produktivitas dengan variabel bebas tenaga kerja, benih, pupuk, pestisida,

umur, dan pengalaman berusahatani, yaitu sebesar 64,5%.

Untuk melihat pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap variabel

tak bebas dapat diketahui dengan menggunakan uji F dengan taraf signifikansi

0,05. Dari hasil komputasi tabel 4.3.3a, diperoleh nilai Fhitung sebesar 2,975,

dimana angka ini lebih besar dari nilai Ftabel ,yaitu sebesar 2,59. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa variabel bebas, yaitu harga tenaga kerja (X1), benih

(X2), pupuk (X3), pestisida (X4), umur (X5) dan pengalaman (X6) secara serempak

berpengaruh nyata terhadap faktor produksi.

Untuk melihat pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel

tak bebas digunakan probabilitas. Berdasarkan tabel 4.3.3a dapat diketahui bahwa

variabel benih (X2) dan variabel pestisida (X4) mempunyai pengaruh nyata

terhadap produktivitas usahatani padi sawah karena probabilitas dari kedua

variabel bebas tersebut lebih kecil dari 0,05 yaitu masing-masing 0,029 dan 0,038.

Variabel lain, yaitu tenaga kerja (X1), pupuk (X3), umur (X5) dan pengalaman

(X6) tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani padi karena nilai

probabilitas yang diperoleh lebih besar dari 0,05.

Selanjutnya untuk hasil analisis usahatani padi pada musim tanam 2 dapat

dilihat melalui tabel dibawah ini.

Tabel 4.3.3b Hasil Analisis Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

Musim Tanam 2, Tahun 2013/2014

Variabel Koefisien Sig. Keterangan

(Constant) 6,729 0,004

X1 Tenaga Kerja -0,776 0,004 Signifikan

X2 Benih 0,603 0,007 Signifikan

X3 Pupuk 0,143 0,319 Tidak signifikan

X4 Pestisida 0,114 0,083 Tidak signifikan

X5 Umur 0,896 0,310 Tidak signifikan

X6 Pengalaman -0,579 0,164 Tidak signifikan

Sumber: Analisis Data Primer 2015

Page 11: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · bahwa upah tenaga kerja wanita adalah Rp 25.000,00 dan Rp 30.000,00 untuk tenaga kerja pria per satu hari orang kerja (HOK). Satu hari orang kerja (HOK)

32

Keterangan :

F = 5,435

R square = 0,566

R = 0,752

Tingkat kepercayaan = 95 %

Berikut adalah model regresi yang dihasilkan dari tabel 4.11 :

LnY = α + LnX1* + LnX2 + LnX3 + LnX4 + LnX5 + LnX6 + Ɛ

LnY = 6,729 – 0,776 LnX1* + 0,603 LnX2* + 0,143 LnX3 + 0,114 LnX4 – 0,896

LnX5 – 0,579 LnX6

Signifikan = *

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.3.3b diketahui bahwa nilai

koefisien determinasi (R square) sebesar 0,566. Hal ini berarti sebanyak 56,6%

variasi dari fakor produksi padi dapat dijelaskan oleh variabel bebas tenaga kerja,

benih, pupuk, pestisida, umur, dan pengalaman. Sedangkan 43,4% lainnya

ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Nilai R menunjukkan kuatnya

hubungan antara produktivitas dengan variabel bebas tenaga kerja, benih, pupuk,

pestisida, umur, dan pengalaman berusahatani, yaitu sebesar 75,2%.

Untuk melihat pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap variabel

tak bebas dapat diketahui dengan menggunakan uji F dengan taraf signifikansi

0,05. Dari hasil komputasi tabel 4.3.3b, diperoleh nilai Fhitung sebesar 5,435,

dimana angka ini lebih besar dari nilai Ftabel ,yaitu sebesar 2,59. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa variabel bebas, yaitu harga tenaga kerja (X1), benih

(X2), pupuk (X3), pestisida (X4), umur (X5) dan pengalaman (X6) secara serempak

berpengaruh nyata terhadap faktor produksi.

Untuk melihat pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel

tak bebas digunakan probabilitas. Berdasarkan tabel 4.3.3b dapat diketahui bahwa

tenaga kerja (X1) dan benih (X2) mempunyai pengaruh nyata terhadap faktor

produktivitas usahatani padi karena nilai probabilitas dari kedua variabel bebas

tersebut lebih kecil dari 0,05 yaitu masing-masing 0,004 dan 0,007. Variabel lain,

yaitu pupuk (X3), pestisida (X4), umur (X5) dan pengalaman (X6) tidak

Page 12: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · bahwa upah tenaga kerja wanita adalah Rp 25.000,00 dan Rp 30.000,00 untuk tenaga kerja pria per satu hari orang kerja (HOK). Satu hari orang kerja (HOK)

33

berpengaruh nyata terhadap faktor produksi padi karena nilai probabilitas yang

diperoleh lebih besar dari 0,05.

Rekapitulasi antar musim tanam 1 dan musim tanam 2 dapat dilihat pada

tabel 4.3.3c sebagai berikut :

Tabel 4.3.3c Rekapitulasi Hasil Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi

Produktivitas Antar Musim Tanam, Tahun 2013/2014

Variabel MT 1 MT 2

X1 Tenaga Kerja 0,200ns

-0,776*

X2 Benih 0,286* 0,603*

X3 Pupuk 0,090ns

0,143ns

X4 Pestisida 0,114* 0,114ns

X5 Umur -0,827ns

0,896ns

X6 Pengalaman 0,016ns

-0,579ns

Sumber : Analisis Data Primer 2015

Dari tabel 4.3.3c tentang rekapitulasi hasil analisis, dapat diketahui hanya

variabel benih (X2) yang signifikan pada musim tanam 1 dan musim tanam 2.

Untuk variabel pestisida (X4) hanya musim 1 yang signifikan dan variabel tenaga

kerja (X1) hanya musim tanam 2 yang signifikan. Sedangkan variabel pupuk (X3),

umur (X5), dan pengalaman (X6) tidak signifikan baik musim tanam 1 maupun

musim tanam 2.

Setelah mendapatkan hasil dari analisis faktor–faktor yang mempengaruhi

produktivitas musim tanam 1 dan musim tanam 2, selanjutnya menghitung

analisis faktor–faktor risiko produktivitas. Hasil analisis faktor-faktor risiko

produktivitas dapat dilihat pada tabel 4.3.3d berikut :

Tabel 4.3.3d Hasil Analisis Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Risiko

Produktivitas

Variabel Koefisien Sig. Keterangan

(Constant) 0,338 0,548

X1 Tenaga Kerja 0,090 0,149 Tidak signifikan

X2 Benih 0,060 0,164 Tidak signifikan

X3 Pupuk -0,011 0,764 Tidak signifikan

X4 Pestisida -0,010 0,582 Tidak signifikan

X5 Umur -0,211 0,326 Tidak signifikan

X6 Pengalaman 0,048 0,639 Tidak signifikan

D Musim Tanam -0,085 0,092 Signifikan

Sumber: Analisis Data Primer 2015

Page 13: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · bahwa upah tenaga kerja wanita adalah Rp 25.000,00 dan Rp 30.000,00 untuk tenaga kerja pria per satu hari orang kerja (HOK). Satu hari orang kerja (HOK)

34

Keterangan :

d = musim tanam (1 = musim tanam 1, 0 = musim tanam 2)

F = 1,849

R square = 0,188

R = 0,433

Tingkat kepercayaan = 90 %

Berikut adalah model regresi yang dihasilkan tabel 4.13 :

Ɛ2

= Ɵ0 + Ɵ

1LnX1 + Ɵ

2LnX2 + Ɵ

3LnX3 + Ɵ

4LnX4 + Ɵ

5LnX5 + Ɵ

6LnX6

+ Ɵ1D7 + Ɛ

Ɛ2 = 0,338 + 0,090 LnX1 + 0,060 LnX2 – 0,011 LnX3 – 0,010 LnX4 – 0,211 LnX5

+ 0,048 LnX6 – 0,085 D*

Signifikan = *

Untuk melihat pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap variabel

tak bebas dapat diketahui dengan menggunakan uji F dengan taraf signifikansi

0,1. Berdasarkan hasil analisis yang tersaji pada tabel 4.3.3d diketahui bahwa nilai

Fhitung sebesar 1,849 lebih besar dari Ftabel 1,82, berarti bahwa variabel independen

secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap risiko produktivitas. Hasil

probabilitas terhadap variabel independen menunjukkan hanya musim tanam (D)

yang berpengaruh nyata terhadap risiko produksi. Nilai koefisien determinasi (R

square) sebesar 0,188. Hal ini berarti sebanyak 18,8% variasi dari risiko produksi

padi dapat dijelaskan oleh variabel bebas dalam model, dengan kata lain 18,8%

variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap risiko produksi dan

sisanya 81,2% dipengaruhi oleh hal lain yang tidak diteliti yang merupakan

variabel lain di luar model.

Sedangkan untuk melihat pengaruh masing-masing variabel bebas

terhadap variabel tak bebas digunakan probabilitas. Beradasarkan tabel 4.3.3d

dapat diketahui bahwa musim tanam (D) mempunyai pengaruh nyata terhadap

risiko produksi padi karena nilai probabilitas variabel bebas tersebut lebih kecil

dari 0,1, yaitu 0,092.

Page 14: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · bahwa upah tenaga kerja wanita adalah Rp 25.000,00 dan Rp 30.000,00 untuk tenaga kerja pria per satu hari orang kerja (HOK). Satu hari orang kerja (HOK)

35

4.4 Pembahasan

4.4.1 Risiko Produktivitas

Berdasarkan pada tabel 4.3.1, koefisien variasi musim tanam 1 lebih kecil

daripada musim tanam 2, sedangkan rerata produksi musim tanam 1 lebih besar

daripada musim tanam 2. Hal ini tidak seperti teori “high risk high return”

(Fahmi, 2011) yang menggambarkan jika produktivitas besar maka semakin besar

pula risiko yang dihadapi. Terbukti pada musim tanam 1, Desa Tlogoweru

berhasil memproduksi panen padi lebih besar dan mendapatakan risiko yang kecil.

Hal itu dikarenakan hama pada musim tanam 1 lebih sedikit dibandingkan musim

tanam 2 sehingga tidak mengganggu proses produksi tanaman padi. Selain hama,

faktor musim juga mempengaruhi hasil produktivitas. Pada musim tanam 1

(penghujan) petani mendapatakan rerata produktivitas yang lebih tinggi dari pada

musim tanam 2 (kemarau).

Selain itu menurut Soemarno (2007) setiap aktivitas manusia akan

mendatangkan risiko. Perilaku atau aktivitas manusia ini bisa saja mendatangkan

risiko yang besar ataupun risiko yang kecil. Hal inilah yang terjadi di Desa

Tlogoweru dimana aktivitas petani mendatangkan risiko yang kecil di musim

tanam 1 (produktivitas padi sebanyak 5.459,89 kg/ha) dibandingkan musim

tanam 2 (produktivitas padi sebanyak 5.187,47 kg/ha) dengan risiko yang lebih

besar. Dari hasil pengujian menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan antara

risiko produktivitas musim tanam 1 dan musim tanam 2.

4.4.2 Risiko Pendapatan

Berdasarkan pada tabel 4.3.2, koefisien variasi musim tanam 1 lebih kecil

daripada musim tanam 2, sedangkan rerata produksi musim tanam 1 lebih besar

daripada musim tanam 2. Hal ini tidak seperti teori “high risk high return”

(Fahmi, 2011) yang menggambarkan jika pendapatan besar maka semakin besar

pula risiko yang dihadapi. Terbukti pada musim tanam 1, petani di desa

Tlogoweru berhasil mendapatan rerata pendapatan lebih besar dan mendapatakan

risiko yang kecil. Hal itu dikarenakan harga yang didapatkan petani dari tengkulak

pada musim tanam 1 lebih tinggi (Rp. 5.500,00) dengan rerata produktivitas yang

tinggi pula. Sedangkan pada musim tanam 2 dengan rerata produktivitas yang

Page 15: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · bahwa upah tenaga kerja wanita adalah Rp 25.000,00 dan Rp 30.000,00 untuk tenaga kerja pria per satu hari orang kerja (HOK). Satu hari orang kerja (HOK)

36

rendah, harga jual yang diterima petani lebih rendah dari musim sebelumnya (Rp.

4.600,00).

Selain itu menurut Soemarno (2007) setiap aktivitas manusia akan

mendatangkan risiko. Perilaku atau aktivitas manusia ini bisa saja mendatangkan

risiko yang besar ataupun risiko yang kecil. Hal inilah yang terjadi di Tlogoweru

dimana dengan harga jual yang tinggi menyebabkan petani mendapatakan risiko

yang kecil di musim tanam 1 (pendapatan sebanyak Rp 58.985.379,75/ha)

dibandingkan musim tanam 2 (pendapatan padi sebanyak Rp 43.327.500,76/ha)

dengan risiko yang lebih besar. Selain itu faktor penggunaan tenaga kerja yang

berlebih dapat menurunkan tingkat pendapatan karena biaya yang dikeluarkan

petani akan semakin banyak. Dari hasil pengujian menunjukan bahwa terdapat

perbedaan antara risiko pendapatan musim tanam 1 dan musim tanam 2.

4.4.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produktivitas

4.4.3.1 Pengaruh Tenaga Kerja (X1) Terhadap Risiko Produktivitas (Ɛ)

Pada tabel 4.3.3c, dapat dilihat signifikansi musim tanam 1 adalah 0,210

dan musim tanam 2 adalah 0,004, yang berarti musim tanam 1 lebih besar dari

0,05 dan musim tanam 2 lebih kecil dari 0,05. Dengan tingkat kepercayaan 90%

pada tabel 4.3.3d, di dalam penelitian ini tenaga kerja terbukti tidak

mempengaruhi risiko produksi karena nilai signifikansinya 0,149 lebih besar dari

pada 0,10. Dengan demikian tenaga kerja pada musim tanam 1 terbukti signifikan

pengaruhnya terhadap produktivitas, dan musim tanam 2 tidak signifikan

pengaruhnya, tetapi hal ini variabel tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap

risiko produktivitas.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penambahan tenaga kerja

pada usahatani secara nyata dapat meningkatkan produksi tanaman (Suroso,

2006). Penelitian itu hanya berlaku pada musim tanam 2 yang berpengaruh nyata

terhadap produksi.

Tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan usahatani ini terdiri dari

tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja di luar keluarga. Pada penelitian ini

berdasarkan tabel 4.2.3, rata – rata penggunaan tenaga kerja pada musim tanam 1

sangat berlebihan, sehingga menyebabkan peningkatan jumlah tenaga kerja tidak

berpengaruh nyata terhadap produktivitas. Melihat dari musim tanam 1 yang

Page 16: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · bahwa upah tenaga kerja wanita adalah Rp 25.000,00 dan Rp 30.000,00 untuk tenaga kerja pria per satu hari orang kerja (HOK). Satu hari orang kerja (HOK)

37

berlebihan dalam menggunakan tenaga kerja membuat petani menggunakan

tenaga kerja lebih sedikit pada musim tanam 2. Hal inilah yang menjadikan

jumlah tenaga kerja musim tanam 2 menjadi berpengaruh nyata terhadap

produktivitas.

Menurut Fufa dan Hasan (2003) peningkatan tenaga kerja untuk

pengolahan lahan pada usahatani dapat mengurangi risiko produksi. Fariyanti dkk.

(2007) juga menyatakan bahwa semakin tinggi penggunaan tenaga kerja pada

usahatani maka risiko produksinya juga menurun. Hasil dari analisis penelitian

berbanding terbalik dengan pernyataan diatas.

Walaupun sudah menyewa tenaga kerja luar keluarga (yang berarti sudah

menambah tenaga kerja), namun tidak nampak adanya pengurangan risiko usaha

tani. Pada musim tanam 2 dimana pekerjaan menjadi lebih berat, petani

menggunakan lebih banyak tenaga namun hasil KV menunjukan risiko produksi

yang dihadapi semakin bertambah jika dibandingkan musim tanam 1. Dengan

demikian penambahan tenaga kerja, tidak menjamin terjadi penurunan risiko.

4.4.3.2 Pengaruh Benih (X2) Terhadap Risiko Produktivitas (Ɛ)

Pada tabel 4.3.3c, variabel benih pada musim tanam 1 dan musim 2 nilai

signifikansi 0,029 dan 0,007, signifikansi kedua musim tersebut lebih kecil dari

0,05. Hal itu berarti benih memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

produktivitas, tetapa variabel benih tidak mempengaruhi risiko produksi. Hal itu

dapat dilihat pada tabel 4.3.3d, dimana nilai signifikansi variabel benih sebesar

0,164 lebih besar dari 0,10.

Dalam perolehan benih biasanya petani membeli dari toko atau membuat

benih sendiri dengan memperlakukan sebagian kecil hasil panennya untuk

dijadikan benih kembali. Pada musim pertama petani di Desa Tlogoweru membeli

benih yang memiliki kualitas bagus sehingga menghasilkan hasil panen yang

bagus pula. Pada musim tanam 2 dengan menggunakan benih F1 (turunan pertama

dari musim tanam sebelumnya), petani berhasil panen walaupun mengalami

penurunan produktivitas. Hal ini sejalan dengan pendapat Putra (2011) yang

menunjukkan bahwa penambahaan penggunaan benih secara nyata dapat

meningkatkan produktivitas tanaman. Dapat dilihat dari tabel 4.2.4 diatas, terlihat

sebagian besar penggunaan benih pada musim tanam 1 antara 20,17 – 36,76 kg/ha

Page 17: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · bahwa upah tenaga kerja wanita adalah Rp 25.000,00 dan Rp 30.000,00 untuk tenaga kerja pria per satu hari orang kerja (HOK). Satu hari orang kerja (HOK)

38

dan meningkat pada musim tanam 2 yaitu 36,77 – 53,36 kg/ha. Keadaan ini

menunjukkan peningkatan jumlah penggunaan benih dari musim tanam 1 ke

musim tanam 2, akibat perubahan musim yang memaksa petani menggunakan

benih yang lebih banyak.

Fariyanti dkk. (2007) menunjukkan bahwa semakin tinggi penggunaan

benih maka risiko produksinya semakin menurun. Tetapi pada penelitian ini

diperoleh hasil yang berbeda, dimana pengunaan benih meningkat (ditujukan

untuk menekan risiko benih mati) namun pada saat masa panen produksi yang

dihasilkan tidak maksimal (cenderung menurun). Dengan demikian benih banyak

tidak menjamin risiko produksi menurun.

4.4.3.3 Pengaruh Pupuk (X3) Terhadap Risiko Produktivitas (Ɛ)

Pada tabel 4.3.3c, dengan nilai signifikansi 0,05 hasil penelitian

membuktikan variabel pupuk tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi

padi. Pada musim tanam 1 (0,315) dan musim tanam 2 (0,319). Dengan nilai

signifikansi 0,10 pada tabel 4.3.3d, variabel pupuk tidak berpengaruh nyata

terhadap risiko produksi. Ditunjukan dengan nilai signifikansi varibel pupuk

sebesar 0,764 lebih besar dari 0,10.

Tingkat produktivitas usaha tani padi pada dasarnya sangat dipengaruhi

oleh tingkat penerapan teknologinya, dan salah satu diantaranya adalah

pemupukan. Pedoman penggunaan pupuk per satuan luas diharapkan sesuai

dengan anjuran dosis yang dikeluarkan oleh Dinas Pertanian setempat. Ada

dugaan penggunaan pupuk tidak sesuai dengan dosis yang dikeluarkan oleh dinas,

menyebabkan pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Pemakaian

pupuk buatan (an-organik) yang berlebihan dan dilakukan secara terus menerus

menyebabkan kerusakan sifat fisik tanah dan selanjutnya akan menurunkan

produksi tanaman (Lestari, 2009).

Menurut Pratiwi (2011), peningkatan penggunaan pupuk pada usahatani

jagung dapat meningkatkan risiko produksi. Sementara itu, peningkatan

penggunaan pupuk pada usahatani padi dapat mengurangi risiko produksi

(Puspitasari 2011). Pada penelitian ini diperoleh hasil peningkatan penggunaan

pupuk ternyata tidak berdampak terhadap penurunan risiko produksi padi. Dimana

Page 18: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · bahwa upah tenaga kerja wanita adalah Rp 25.000,00 dan Rp 30.000,00 untuk tenaga kerja pria per satu hari orang kerja (HOK). Satu hari orang kerja (HOK)

39

pada musim tanam 2 penggunaan pupuk lebih tinggi dari musim tanam 1, namun

KV musim tanam 2 tetap lebih tinggi dibandingkan musim tanam 2.

4.4.3.4 Pengaruh Pestisida (X4) Terhadap Risiko Produktivitas (Ɛ)

Pada tabel 4.3.3c, dapat dilihat signifikansi musim tanam 1 adalah 0,038

dan musim tanam 2 adalah 0,083, yang berarti musim tanam 1 pestisida terbukti

singnifikan karena nilainya lebih kecil dari 0,05 dan pada musim tanam 2 tidak

signifikan karena nilai signifikan lebih besar dari 0,05. Pada tabel 4.3.3d dalam

penelitian ini pestisida tidak mempengaruhi risiko produksi. Ditunjukan dengan

nilai signifikansi varibel pupuk sebesar 0,582 lebih besar dari 0,10.

Dalam upaya peningkatan produksi, tanaman padi sering mengalami

kendala serangan hama. Pengendalian hama yang paling banyak dilakukan adalah

dengan menggunakan pestisida. Menurut pendapat Suroso (2006) dan Putra

(2011), peningkatan penggunaan pestisida secara nyata dapat meningkatkan

jumlah produktivitas. Berdasarkan tabel 4.2.6, rata–rata penggunaan pestisda pada

musim tanam 2 sangat tinggi. Hal inilah yang menyebabkan pestisida berpengaruh

nyata terhadap peroduksi hanya terjadi pada musim tanam 1. Di Desa Tlogoweru

penggunaan pestisida pada musim tanam 1 sesuai dengan dosis yang dianjurkan

oleh Dinas Pertanian. Sedangkan pada musim tanam 2, penambahan dosis

dilakukan oleh petani karena mereka ingin menghabiskan sisa dari pestisida dari

musim tanam sebelumnya. Karena itulah di musim tanam 2 variabel pestisida

tidak berpengaruh nyata terhadap produksi.

Berdasarkan pendapat Puspitasari (2011) peningkatan penggunaan

pestisida cair pada usahatani padi dapat mengurangi risiko produksi. Dalam

penelitian ini pada musim tanam 2 penggunaan pestisida lebih tinggi dari musim

tanam 1, namun KV musim tanam 2 tetap lebih tinggi dibandingkan musim tanam

2. Penggunaan pestisida yang tinggi di musim tanam 2 lebih tinggi karena petani

menambah dosis pestisida dengan tujuan ingin menghabiskan sisa dari pestisida

dari musim tanam sebelumnya. Dengan demikian peningkatan penggunaan

pestisida pada usahatani padi dapat menambah risiko produksi.

4.4.3.5 Pengaruh Umur (X5) Terhadap Risiko Produktivitas (Ɛ)

Pada tabel 4.3.3c, nilai variabel umur pada musim 1 adalah sebesar 0,104

dan musim tanam 2 sebesar 0,310, keduanya lebih besar dari 0,05 yang

Page 19: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · bahwa upah tenaga kerja wanita adalah Rp 25.000,00 dan Rp 30.000,00 untuk tenaga kerja pria per satu hari orang kerja (HOK). Satu hari orang kerja (HOK)

40

menyebabkan tidak signifikan terhadap produksi. Pada tabel 4.3.3d, dengan nilai

signifikansi 0,10, dalam penelitian ini variabel umur tidak mempengaruhi risiko

produksi. Hal itu dapat dilihat dari nilai signifikansi variabel tenaga kerja sebesar

0,326 lebih besar dari pada 0,10.

Usia kerja adalah tingkat umur seseorang yang diharapkan sudah dapat

bekerja dan menghasilkan pendapatan sendiri. Usia kerja ini berkisar antara 14

sampai 55 tahun (Suharto, 2009).

Sebagaimana diketahui bahwa hampir seluruh aktivitas usahatani

berhubungan dengan kegiatan fisik. Dari tabel 4.2.7, sebagian besar petani sampel

berada pada umur antara 41-54 tahun. Keadaan ini menunjukkan bahwa sebagian

besar petani di Desa Tlogoweru umurnya relatif tua. Umur petani yang sudah tua

dapat mempengaruhi kondisi fisik, tenaga dan tingkat produktivitas dalam

mengelola kegiatan usahatani. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pernyataan

Maponya (2012) yang menyatakan bahwa petani yang lebih tua mampu merespon

perubahan iklim dengan lebih baik karena lebih berpengalaman.

Petani di Desa Tlogoweru memiliki karakteristik usia yang homogen atau

sama. Usia muda dan usia tua tidak ada perbedaan. Hal itu menyebabkan variabel

usia tidak signifikan terhadap produksi.

Umur erat kaitannya dengan kekuatan fisik dan berjiwa dinamis dalam

menerima macam-macam inovasi baru. Semakin muda umur petani, kekuatan

fisik yang dimiliki semakin besar, sehingga curahan tenaga yang dikeluarkan

untuk kegiatan pengelolaan usahataninya juga semakin besar. Di samping

kekuatan fisik yang lebih, petani yang berusia muda juga cenderung lebih dinamis

menerima berbagai inovasi yang sekiranya positif untuk usahataninya. Menurut

Daniel (2002) menyatakan bahwa petani yang berumur muda dengan keadaan

fisik yang kuat biasanya lebih cepat dan lebih dinamis dalam menerima inovasi

dan teknologi baru dibandingkan dengan petani yang berusia lanjut, sehingga

dalam menghadapi risiko petani berusia muda lebih cepat mengatasi daripada

petani berusia tua.

Dalam penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat diatas, petani di Desa

Tlogoweru baik petani yang berusia muda dan tua, sama–sama menghadapi

masalah yang sama di lahan. Alam tidak pernah memandang seorang petani

Page 20: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · bahwa upah tenaga kerja wanita adalah Rp 25.000,00 dan Rp 30.000,00 untuk tenaga kerja pria per satu hari orang kerja (HOK). Satu hari orang kerja (HOK)

41

berusia muda ataupun tua, yang diperlukan alam adalah petani yang siap

merespon segala perubahan. Karakteristik usia petani yang homogen atau sama

menyebabkan usia muda dan usia tua tidak ada perbedaan. Penyebab itulah yang

menjadikan umur tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko produksi.

4.4.3.6 Pengaruh Pengalaman (X6) Terhadap Risiko Produktivitas (Ɛ)

Pada tabel 4.3.3c, pengalaman pada musim 1 sebesar 0,945 dan musim

tanam 2 sebesar 0,164, kedua angka tersebut lebih besar dari 0,05 menunjukkan

bahwa pengalaman petani tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Pada

tabel 4.3.3d, dengan nilai signifikansi 0,10, dalam penelitian ini variabel umur

tidak mempengaruhi risiko produksi. Hal itu dapat dilihat dari nilai signifikansi

variabel tenaga kerja sebesar 0,639 lebih besar dari pada 0,10.

Pengalaman seorang petani tidak hanya dari apa yang dialami sendiri oleh

petani tersebut. Pengalaman dapat pula didapatkan dari mengamati dengan

seksama petani lain mencoba sebuah inovasi baru. Proses pengamatan dan belajar

ini bisa dilakukan dengan sadar atau bakhan tanpa disadari sekalipun (Soekartawi,

2002 : 1). Pengalaman petani lain sangat penting karena merupakan cara yang

lebih baik untuk mengambil keputusan dari pada dengan cara mengolah sendiri

informasi yang ada.

Berdasarkan tabel 4.2.8, menunjukkan bahwa petani di Desa Tlogoweru

memiliki pengalaman dalam berusahatani padi antara 22–34 tahun, dengan

demikian petani dianggap cukup berpengalaman dan memiliki informasi yang

cukup dalam berusahatani. Hal sejalan dengan pendapat Johnson (2007), petani

yang cukup berpengalaman akan memiliki lebih banyak pengetahuan dan

informasi.

Petani di Desa Tlogoweru memiliki karakteristik pengalaman yang

homogen atau sama. Petani yang memiliki dan tidak memiliki pengalaman sama –

sama dapat menghasilkan produksi padi yang tidak jauh berbada. Hal itu

menyebabkan variabel pengalaman tidak signifikan terhadap produksi.

Menurut penelitian yang dilakukan Saihani (2011) dalam penelitiannya

yang menyatakan bahwa ketepatan petani padi di Desa Sungai Durait dalam

pengambilan keputusan untuk menghadapi risiko kemungkinan terjadi karena

mereka mempunyai pengalaman yang lebih dalam berusahatani. Tidak sejalan

Page 21: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · bahwa upah tenaga kerja wanita adalah Rp 25.000,00 dan Rp 30.000,00 untuk tenaga kerja pria per satu hari orang kerja (HOK). Satu hari orang kerja (HOK)

42

dengan pernyataan diatas, petani di Desa Tlogoweru memiliki karakteristik

pengalaman yang homogen atau sama. Petani yang memiliki dan tidak memiliki

pengalaman sama–sama dapat menghadapi produksi. Hal inilah yang meyebabkan

pengalaman tidak signifikan terhadap risiko produksi.

4.4.3.7 Pengaruh Musim Tanam (D) Terhadap Risiko Produktivitas (Ɛ)

Dari tabel 4.3.3d, nilai signifikansi variabel musim tanam 0,092 lebih kecil

dari 0,1. Hasil analisis risiko produksi menunjukkan bahwa musim berpengaruh

nyata terhadap risiko produksi. Pada masing-masing musim tanam memberi risiko

dengan pengaruh yang berbeda.

Pada musim kemarau ancaman terbesar bagi tanaman padi adalah

kekeringan dan angin kencang. Sementara itu pada musim hujan intensitas

serangan hama dan penyakit meningkat serta pengaruh kelebihan air. Menurut

petani pada musim kemarau banyak tanaman padi yang gagal mengeluarkan

anakan, banyak tanaman yang mati karena kekeringan dan adapula tanaman yang

tidak berbuah/menghasilkan bulir. Hal ini dikarenakan petani tidak melakukan

penggenangan lahan yang baik. Menurut petani pada musim hujan serangan ulat

dan belalang meningkat dibandingkan pada musim kemarau. Selain itu, pada

musim hujan lahan mengalami kebanjiran karena saluran air yang kurang baik.

Page 22: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · bahwa upah tenaga kerja wanita adalah Rp 25.000,00 dan Rp 30.000,00 untuk tenaga kerja pria per satu hari orang kerja (HOK). Satu hari orang kerja (HOK)

43