4. esdm jabar seminar air tanah paai 16 april2015

Upload: tsuak

Post on 10-Jan-2016

9 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Seminar mengenai Air Tanah, ESDM

TRANSCRIPT

  • IMPLIKASI PEMBATALAN UNDANG-UNDANG NO. 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR

    TERHADAP PENGELOLAAN AIR TANAH

    Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat

    Disampaikan Pada Acara Seminar Persatuan Ahli Air Tanah

    Bandung, 16 April 2015

  • MENGAPA AIR TANAH?

    Relatif murah dan mudah memperolehnya;

    Kualitasnya relatif lebih baik daripada air permukaan dan tidak membutuhkan pengolahan;

    Air permukaan belum dapat memainkan peran sebagai sumber utama suplai air dan terbatasnya Cakupan layanan

    PDAM

    AIR TANAH MENJADI FAVORIT PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR

  • 1 Undang-Undang No.23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

    2

    Undang- Undang No. 11 tahun 1974 Tentang Pengairan

    3

    Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Tata

    Pengaturan Air

    4

    Peraturan Daerah No. 16 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Air Bawah Tanah

    5

    Peraturan Gubernur No.92 tahun 2014 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Perijinan Terpadu

    6

    6 Prinsip dasar batasan pengelolaan sumber daya air dalam putusan Mahkamah Konstitusi

    I. DASAR HUKUM PENGELOLAAN AIR TANAH PASCA DICABUTNYA UU NO.7 TAHUN 2014

  • 1

    Penetapan zona konservasi air tanah pada cekungan air tanah dalam Daerah provinsi

    2

    Penerbitan izin pengeboran, izin penggalian, izin pemakaian, dan izin pengusahaan air tanah dalam Daerah provinsi

    3

    Penetapan nilai perolehan air tanah dalam Daerah provinsi

    II. WEWENANG PEMERINTAH PROVINSI MENURUT UU 23 TAHUN 2014 SUB URUSAN GEOLOGI

  • a. Mengelola serta mengembangkan kemanfaatan

    air dan atau sumber-sumber air;

    b. Menyusun mengesahkan, dan atau memberi izin

    berdasarkan perencanaan dan perencanaan

    teknis tata pengaturan air dan tata pengairan;

    c. Mengatur, mengesahkan dan atau memberi izin

    peruntukan, penggunaan,penyediaan air, dan

    atau sumber-sumber air;

    d. Mengatur, mengesahkan dan atau memberi izin

    pengusahaan air, dan atau sumber-sumber air e. Menentukan dan mengatur perbuatan-perbuatan

    hukum dan hubungan hubungan hukum antara orang dan atau badan hukum dalam persoalan air dan atau sumber-sumber air

    III. WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH MENURUT UU NO. 11 TAHUN 1974

  • IV. TATA PENGATURAN AIR MENURUT UNDANG-UNDANG NO 11 TAHUN 1974 TENTANG PENGAIRAN

    "Tata Pengaturan Air" adalah segala usaha untuk mengatur pembinaan seperti pemilikan, penguasaan,

    pengelolaan, penggunaan, pengusahaan, dan

    pengawasan atas air beserta sumber-sumbernya,

    termasuk kekayaan alam bukan hewani yang terkandung

    didalamnya, guna mencapai manfaat yang

    sebesarbesarnya dalam memenuhi hajat hidup dan peri

    kehidupan Rakyat;

  • V. TATA PENGATURAN AIR MENURUT PP 22 Tahun 1982

    Pasal 6 ayat (2): Pengambilan air bawah tanah untuk penggunaan airnya pada batas kedalaman tertentu hanya dapat dilaksanakan dengan izin Gubernur yang bersangkutan setelah mendapat petunjuk-petunjuk teknis dari Menteri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini.

    Penjelasan Pasal 6 ayat (2): Karena letak air bawah tanah pada tiap daerah berbeda-beda kedalamannya maka pengaturan pengambilan air harus disesuaikan dengan kondisi hydrogeologi setempat. Tentang Batas-batas kedalaman akan ditetapkan oleh Menteri yang bersangkutan.

  • Setiap pengusahaan atas air tidak boleh mengganggu, mengesampingkan, apalagi meniadakan

    hak rakyat atas air karena bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya selain

    harus dikuasai oleh negara, juga peruntukannya adalah untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat

    Negara harus memenuhi hak rakyat atas air. Sebagaimana dipertimbangkan di atas, akses terhadap air

    adalah salah satu hak asasi tersendiri, maka Pasal 28I ayat (4) menentukan, perlindungan, pemajuan,

    penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah

    VI. 6 (enam) Prinsip Dasar Batasan Pengelolaan Sumber Daya Air:

    Harus mengingat kelestarian lingkungan hidup, sebab sebagai salah satu hak asasi manusia, Pasal 28H

    ayat (1) UUD 1945 menentukan, Setiap orang berhak hidup sejahtera lahihr dan batin, bertempat tinggal,

    dan mendapatkan lingkungan hidup sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan

    Sebagai cabang produksi yg penting dan menguasai hajat hidup orang banyak yg harus dikuasai negara [vide

    Pasal 33 ayat (2) UUD 1945] dan air yg menurut Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 harus dikuasai negara dan

    dipergunakan utk sebesar-besar kemakmuran rakyat maka pengawasan dan pengendalian oleh negara atas air

    sifatnya mutlak

    Sebagai kelanjutan hak menguasai oleh negara dan karena air merupakan sesuatu yg sangat mengusai

    hajat hidup orang banyak maka prioritas utama yg diberikan pengusahaan atas air adalah Badan Usaha

    Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah

    Apabila setelah semua pembatasan tsb di atas sudah terpenuhi dan ternyata masih ada ketersediaan air,

    Pemerintah masih dimungkinkan utk memberikan izin kpd usaha swasta utk melakukan pengusahaan atas

    air dgn syarat-syarat tertentu dan ketat.

  • KONDISI AIR TANAH DI JAWA BARAT

  • VII. KONDISI DAN PERMASALAHAN AIR TANAH DI JAWA BARAT

    1. EKSPLOITASI AIR TANAH SEMAKIN INTENSIF , TIDAK SEIMBANG SECARA SIKLUS HIDROLOGIS.

    2. BERBAGAI DAMPAK NEGATIF EKSPLOITASI AIR TANAH : TURUNNYA MUKA AIR TANAH PENURUNAN KUALITAS AIR INTRUSI AIR LAUT DI WILAYAH PANTAI

    3. BERKURANGNYA DAERAH IMBUHAN, BERTAMBAHNYA ZONA AIR TANAH KRITIS DAN RUSAK DI BEBERAPA CEKUNGAN (BANDUNG,

    BOGOR DAN BEKASI)

    4. BANYAKNYA TITIK SUMUR TAK BERIZIN.

    .

  • 4. KETIDAKSEIMBANGAN ANTARA RECHARGE VS DISCHARGE KARENA : KONSENTRASI PENGAMBILAN AIR TANAH DI DAERAH-DAERAH PADAT

    INDUSTRI,

    PENCURIAN AIR TANAH, KEBUTUHAN AKAN AIR TANAH SEMAKIN BESAR, DAN PERUBAHAN FUNGSI DAERAH RESAPAN.

    5. KURANGNYA KESADARAN PEMAKAI AIR TANAH DALAM MELAKUKAN KONSERVASI.

    6. AIR PERMUKAAN BELUM DAPAT MEMAINKAN PERAN SEBAGAI SUMBER UTAMA SUPLAI AIR.

  • 12

    PENGGUNAAN AIR

    TANAH

    TIDAK

    TERKENDALI ?

    AIR TANAH HABIS &

    SULIT DIPEROLEH

    DAMPAK NEGATIF :

    - Penurunan MAT, kualitas AT,

    - Amblasan Tanah,

    - Intrusi Air Laut,

    BENCANA KRITIS AIR TANAH

    INVESTASI STOP-MENURUN

    PERUSH. GULUNG TIKAR

    TERKENDALI !! KEBIJAKAN PEMERINTAH TEGAS, KONSISTEN &

    KONSEKUEN

    KONSERVASI

    AIR TANAH

    AIR TANAH TERJAGA , LESTARI

    DAN BERKELANJUTAN

    NERACA

    KESETIMBANGAN

    AIR TANAH

    IMBUHAN BUATAN : 1. SUMUR IMBUHAN (40

    300 M) Akuifer disadap.

    2. KOLAM RESERVOAR;

    3. PARIT RESAPAN

    KELILING, KOLAM

    RESAPAN;

    4. SUMUR GALI

    RESAPAN, SUMUR BOR

    RESAPAN DAN

    BIOPORI ( 1 40 M).

    SANKSI

    VIII. PERLUNYA KONSERVASI AIR TANAH

    12

  • IX. ZONA KONSERVASI AIR TANAH

    Dalam pengelolaan air tanah ditetapkan zona konservasi air tanah, yang merupakan dasar bagi , penerbitan perizinan dan evaluasi pemanfaatan ruang, meliputi :

    a) Zona Aman b) Zona Rawan c) Zona Kritis d) Zona Rusak

    Masih memiliki relevansi dengan dengan prinsip ke 3 dan ke 4 dari 6 prinsip putusan mahkamah konstitusi dengan tetap memberikan prioritas utama untuk kebutuhan air

    bagi masyarakat

    Memberlakukan syarat syarat tertentu dan ketat dalam pemberian perizinan di bidang air tanah

  • X. KEBIJAKAN PENGELOLAAN AIR TANAH

    Penetapan Wilayah Konservasi Evaluasi Peta Zona Konservasi Air Tanah dan Neraca Kesetimbangan Air

    Tanah

    Pemberian Izin Pemanfaatan Air Tanah Perijinan air tanah pasca dicabutnya UU No. 7 tahun 2004 tetap dilakukan

    khususnya untuk izin perpanjangan,mengingat air merupakan hajat hidup orang banyak dan mempengaruhi terhadap roda kemajuan ekonomi, dengan memberlakukan persyaratan2 yang ketat antara lain: Pengurangan debit pengambilan dilokasi zona rawan dan kritis yang belum

    melakukan upaya konservasi air tanah Mewajibkan pembuatan sumur imbuhan Mewajibkan pemanfaatan sumber alternatif ( Air Permukaan, Instalasi Pengelolaan

    Air Hujan) Mewajibkan pembuatan sumur pantau Penangguhan dan penolakan Izin Pemanfaatan Air Tanah yang tidak memenuhi

    persyaratan

    Pengembangan Data dan Informasi Pembinaan dan Pengawasan

  • Air tanah merupakan sumber daya alam yang memiliki kemampuan terbatas; kondisi air tanah yang rusak agar dipulihkan terlebih dahulu dengan tidak mengganggu akuifer di bawahnya;

    Pasca dicabutnya UU no. 7 tahun 2004, Pemerintah agar segera membuat peraturan mengenai pengelolaan air tanah agar pengambilan air tanah dapat terkendali dan sesuai dengan azas manfaatnya.

    Pertimbangan Teknis merupakan salah satu tools yang digunakan dalam rangka pengendalian dan pengelolaan sumberdaya air tanah, sehingga keberadaannya wajib dalam setiap pemberian ijin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi;

    Pemberlakuan persyaratan yang ketat dalam penerbitan Perizinan Air Tanah merupakan salah satu upaya dalam rangka memantau, menganalisis dan mengevaluasi kondisi air tanah untuk menghasilkan pertimbangan teknis yang tepat dan akurat;

    Koordinasi yang baik dan intensif serta penyelarasan kesepahaman antara BPMPT selaku penerbit Izin dan Dinas ESDM selaku Tim Teknis, sangat dibutuhkan dalam rangka mewujudkan pelayanan publik yang baik tanpa mengabaikan substansi teknis dalam rangka pengendalian dan pengelolaan air tanah di Jawa Barat;

  • PETA

  • 16 Cekungan Lintas Kabupaten/Kota 7 Cekungan Non Lintas (Lokal) 3 Cekungan Lintas Propinsi

    CEKUNGAN AIR TANAH DI JAWA BARAT

    3 CAT STATUS KRITIS : CAT Bandung-Soreang CAT Bekasi-Karawang CAT Bogor

  • ZONA INTRUSI AIR LAUT

  • PEMBANGUNAN SUMUR IMBUHAN

    18 Titik Milik PEMPROV

  • PEMBANGUNAN SUMUR PANTAU

    29 Titik Milik PEMPROV

  • TERIMA KASIH

    Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat

    Thank You...