4. desain program
TRANSCRIPT
4. DESAIN PROGRAM
Program BarBendingProgram ini di desain dengan menggunakan Borland
Delphi 7 dan Microsoft Office Access. Pada program ini Borland Delphi 7 berfungsi
untuk mengolah database dan menampilkan hasil akhirnya. Microsoft Office Access
berfungsi untuk menampilkan data yang telah diproses oleh Borland Delphi 7 dan
digunakan untuk menyimpan data tersebut sehingga bila data tersebut dibutuhkan dapat
dipanggil kembali untuk ditampilkan. Program BarBendingProgram ini dijalankan
dengan menggunakan operating system Microsoft Windows XP Professional. Untuk
lebih jelasnya mengenai Program BarBendingProgram ini dapat dilihat pada uraian
berikut ini:
4.1. Tampilan Awal
Tampilan awal yang pertama kali akan muncul ketika program
BarBendingProgram mulai dijalankan dapat dilihat pada Gambar 4.1
Gambar 4.1. Tampilan Awal BarBendingProgram
4.2. Menu Utama
Pada saat program BarBendingProgram dijalankan akan muncul tampilan awal
seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.1. Selang beberapa detik setelah tampilan
awal muncul kemudian akan muncul tampilan menu utama yang diawali dengan menu
utama untuk memasukkan data umum proyek (Gambar 4.2)
92 Universitas Kristen Petra
93
Menu Utama dalam program BarBendingProgram yaitu :
- Data umum proyek - Tangga
- Balok - Dinding
- Kolom - Lain
- Slab - View
- Pondasi
4.2.1. Data Umum
Data umum proyek adalah tampilan yang akan muncul setelah tampilan awal
ketika program BarBendingProgram mulai dijalankan. Bagian ini berisi mengenai
informasi umum proyek dan gambar struktur penulangan yang akan dibuat bar bending
schedulenya (Gambar 4.2).
Gambar 4.2. Menu Utama Data Umum
• Nama proyek diisi nama proyek yang membuat bar bending schedule.
• Lokasi proyek diisi alamat dimana proyek itu dikerjakan.
• Tanggal, bulan, tahun untuk menunjukkan waktu pembuatan bar bending schedule.
• Unit pekerjaan diisi jenis elemen struktur yang akan dibuat bar bending schedule.
• Gambar No diisi nomor yang ada pada gambar struktur detail penulangan yang akan
digunakan sebagai acuan dalam membuat bar bending schedule.
Universitas Kristen Petra
94
• Revisi No untuk menunjukkan nomor perbaikan yang telah dilakukan dalam proses
pembuatan bar bending schedule.
• Referensi diisi peraturan yang digunakan dalam pembuatan bar bending schedule.
• Dikerjakan oleh diisi nama pembuat bar bending schedule.
• Diperiksa oleh diisi nama pemeriksa bar bending schedule.
• Disetujui oleh diisi nama yang mengesahkan bar bending schedule.
• Keterangan diisi data tambahan bar bending schedule (Jika diperlukan).
Setelah semua data diatas terisi kemudian pengguna/kontraktor harus menekan
tombol Submit agar dapat masuk ke menu utama elemen struktur yang sesuai dengan
unit pekerjaan pada data umum. Misal pada data umum, unit pekerjaannya diisi dengan
balok maka setelah menekan tombol Submit menu utama data umum akan secara
otomatis berpindah ke menu utama balok sedangkan tombol menu utama elemen
struktur yang lain tidak aktif.
4.2.2. Menu Utama untuk setiap Elemen Struktur.
Database pada program BarBendingProgram untuk menu utama setiap elemen
struktur (tujuh macam elemen struktur yaitu balok, kolom, slab, pondasi, tangga,
dinding dan lain), misalnya untuk elemen struktur balok karena memiliki database yang
paling lengkap diantara semua elemen struktur yang ada (Gambar 4.3).
Keterangan :
• Mutu beton atau kuat tekan beton dengan kokoh tekan silinder (fc’), pengisian
dilakukan dengan memilih sesuai dengan pilihan yang tersedia dalam database.
• Jenis penulangan, dalam database tersedia tiga jenis penulangan yaitu tulangan
longitudinal, tulangan sengkang dan tulangan samping. Untuk menentukan jenis
penulangan yang akan digunakan pengguna/kontraktor dapat memilih dari pilihan
yang telah tersedia.
• Batas leleh mutu baja (fy), pengisian dilakukan dengan memilih sesuai dengan
pilihan yang telah tersedia dalam database.
• Tulangan, dalam database tersedia dua jenis tulangan yaitu tulangan polos (Ø) dan
tulangan ulir (D). Untuk menentukan jenis tulangan yang akan digunakan
pengguna/kontraktor harus memilih batas leleh mutu baja (fy) terlebih dahulu.
• Diameter tulangan (d), pengisian dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, cara I
dengan memilih diameter sesuai dengan database yang telah disediakan dan cara II
dengan mengisi langsung secara manual diameter tulangan yang akan digunakan.
Universitas Kristen Petra
95
• Berat tulangan per m’ (g) terisi secara otomatis setelah menentukan diameter
tulangan yang akan digunakan
.
Gambar 4.3. Database yang digunakan pada Elemen Struktur Balok.
• Panjang penyaluran dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu panjang penyaluran
dengan kait (ldh) dan panjang penyaluran tanpa kait (ld). Pada program
BarBendingProgram ini nilai ld atau ldh dapat diperoleh dengan 3 (tiga) cara yaitu:
- Cara I, dengan memilih ld atau ldh yang telah tersedia kemudian setelah dipilih ld
atau ldh secara otomatis akan tampil tabel ld atau ldh (Gambar 4.4 s/d Gambar 4.5).
Kemudian pengguna/kontraktor dapat memilih langsung nilai yang diinginkan, dalam
hal ini dibutuhkan ketelitian pengguna/kontraktor dalam memilih mutu baja, mutu
beton dan diameter tulangan yang digunakan.
- Cara II, dilakukan dengan mengisi mutu baja (fy), mutu beton (fc’) dan diameter
tulangan pada menu utama, kemudian seperti cara pertama memilih ld atau ldh setelah
itu akan tampil tabel ld atau ldh akan tetapi pengguna/kontraktor tidak perlu memilih
nilai yang disediakan tetapi dengan menekan tombol Formula yang ada pada tabel.
Setelah itu tampilan akan kembali ke menu utama balok dan nilai ld atau ldh telah
terisi secara otomatis. Adapun formula yang digunakan dapat dilihat pada pasal 2.5.
Universitas Kristen Petra
96
Sebagai contoh, dengan memasukkan data fc’ = 25 N/mm2 , fy = 400 Mpa dan d = 22
mm kemudian menekan tombol formula akan keluar nilai ldh = 440 mm
- Cara III, untuk mengisi nilai ld atau ldh ini pengguna/kontraktor harus terlebih
dahulu memilih ld atau ldh setelah itu akan tampil tabel ld atau ldh kemudian
pengguna/kontraktor dapat langsung menekan tombol . Setelah itu tampilan akan
kembali ke menu utama dan nilai ld atau ldh dapat diisi dengan bebas tanpa
menggunakan tabel maupun Formula. Meskipun dapat mengisi nilai ld atau ldh
dengan bebas, nilai minimum yang diijinkan untuk ld atau ldh juga harus diperhatikan.
Untuk memeriksa nilai ld atau ldh tersebut sudah sesuai dengan batas minimum yang
diijinkan, pengguna atau kontraktor harus menekan tombol Enter setelah mengisi nilai
ld atau ldh tersebut. Apabila pengguna/kontraktor memasukkan nilai ld atau ldh lebih
kecil dari nilai minimum yang diijinkan maka yang akan tampil adalah nilai minimum
yaitu 150 mm untuk ldh dan 300 mm untuk ld (SNI 03-2847-2002).
• Selimut beton diisi secara manual oleh pengguna/kontraktor tetapi harus
memperhatikan peraturan yang telah disediakan dalam database. Database selimut
beton dapat dilihat dengan menekan tombol View yang ada di sebelah selimut beton,
setelah itu akan tampil data selimut beton yang berdasarkan SNI 03-2847-2002.
Gambar 4.4. Tabel Panjang Penyaluran tanpa Kait (ld)
Universitas Kristen Petra
97
Gambar 4.5. Tabel Panjang Penyaluran dengan Kait (ldh)
Gambar 4.6. Database Selimut Beton (SNI 03-2847-2002)
• Panjang sambungan (ls), nilai ls didapat dengan 3 (tiga) cara yaitu:
- Cara I, dengan menekan tombol View yang ada di sebelah sambungan lewatan
kemudian secara otomatis akan tampil tabel ls (Gambar 4.7). Kemudian
pengguna/kontraktor dapat memilih langsung ke nilai yang diinginkan, dalam hal ini
dibutuhkan ketelitian pengguna/kontraktor dalam memilih mutu baja,mutu beton dan
diameter tulangan yang digunakan.
Universitas Kristen Petra
98
- Cara II, dilakukan dengan mengisi mutu baja (fy), mutu beton (fc’) dan diameter
tulangan kemudian seperti cara pertama menekan tombol View setelah itu akan tampil
tabel ls akan tetapi pengguna/kontraktor tidak perlu memilih pada kolom yang
disediakan tetapi dengan menekan tombol Formula yang ada pada tabel setelah itu
tampilan akan kembali ke menu utama balok dan nilai ls telah terisi secara otomatis.
Adapun Formula yang digunakan dapat dilihat pada pasal 2.5. Sebagai contoh,
dengan memasukkan data fc’ = 25 N/mm2 , fy = 400 Mpa dan d = 22 mm kemudian
menekan tombol Formula akan keluar nilai ls = 1447 mm.
- Cara III, untuk mengisi nilai ls ini pengguna/kontraktor dapat mengisi dengan bebas
tanpa harus menekan tombol View di sebelahnya. Meskipun dapat mengisi nilai ls
dengan bebas, nilai minimum yang diijinkan untuk ls juga harus diperhatikan. Untuk
memeriksa nilai ls tersebut sudah sesuai dengan batas minimum yang diijinkan,
pengguna atau kontraktor harus menekan tombol Enter setelah mengisi nilai ls
tersebut. Apabila pengguna/kontraktor memasukkan nilai ls lebih kecil dari nilai
minimum yang diijinkan maka yang akan tampil adalah nilai minimumnya yaitu 300
mm (SNI 03-2847-2002).
Gambar 4.7. Tabel Panjang Sambungan Lewatan (ls)
Universitas Kristen Petra
99
Gambar 4.8. Menu Pola Penulangan
• Pola penulangan, pengisian dilakukan dengan menekan tombol Choose di yang ada
disebelah pola penulangan kemudian akan muncul tampilan pola penulangan
(Gambar 4.8). Pengguna/kontraktor dapat memilih pola penulangan (BbCd 00 s/d
BbCd 320 yang dapat dilihat pada pasal 2.6) yang akan digunakan, setelah memilih
pola penulangan yang diinginkan kemudian nilai A s/d F yang telah tersedia dapat
diisi sendiri oleh pengguna/kontraktor. Bila pola penulangan tersebut memakai kait
maka pengguna/kontraktor harus memilih kait yang akan digunakan dan panjang kait
akan secara otomatis terisi beserta dengan perpanjangan pada ujung bebas (lf) dan
jari-jari bengkokkan (R). Setelah semua nilai tersebut terisi, pengguna/kontraktor
harus menekan tombol Back untuk kembali ke menu utama.
• Panjang tulangan (L) terisi secara otomatis setelah menentukan pola penulangan dan
mengisi semua data yang ada pada tampilan menu pola penulangan.
• Jumlah tulangan (N) diisi secara manual sesuai dengan yang ada pada Gambar detail
struktur penulangan.
• Berat total tulangan (W) terisi secara otomatis setelah panjang tulangan (L) dan
jumlah tulangan (N) terisi.
Universitas Kristen Petra
100
• Pada menu utama elemen struktur tombol New digunakan untuk kembali ke menu
utama data umum untuk membuat pekerjaan pembesian baru dan menu utama View
untuk melihat detail data dan bar bending schedule yang telah dibuat.
4.2.3. Menu Utama View untuk setiap Elemen Struktur.
Menu Utama View akan digunakan untuk menampilkan detail data dan hasil
akhir berupa laporan bar bending schedule dari data yang telah diproses pada menu
utama setiap elemen struktur.
Untuk menampilkan detail data dan laporan bar bending schedule yang telah diproses
pada menu utama setiap elemen struktur.
• Pengguna/kontraktor harus memilih data umum (ID Proyek) dan tipe elemen
struktur terlebih dahulu, setelah itu tombol Report (yang terdiri dari tombol balok,
kolom, slab, pondasi, tangga, dinding dan lain) yang berfungsi untuk menampilkan
laporan bar bending schedule secara otomatis aktif sesuai dengan unit pekerjaan
yang ada pada data umum.
• Untuk melihat detail data bar bending schedule pengguna/kontraktor harus
mengklik lingkaran di sebelah elemen struktur (balok, kolom, slab, pondasi, tangga,
dinding dan lain) yang akan ditampilkan.
Gambar 4.9. Menu Utama View untuk setiap Elemen Struktur
Universitas Kristen Petra
101
4.3. Pemakaian Program BarBendingProgram untuk setiap Elemen Struktur.
Apabila detail pola penulangan telah diberikan oleh perencana struktur maka
pengguna/kontraktor dapat langsung memasukkan data yang diperlukan untuk diproses
oleh program BarBendingProgram. Selain itu program BarBendingProgram juga
mencoba untuk memberikan fasilitas agar dapat mempermudah pembuatan bar bending
schedule. Berikut merupakan penjelasan pemakaian program BarBendingProgram
pada menu utama setiap elemen struktur.
4.3.1. Menu Utama Elemen Struktur Balok.
Pada menu utama elemen struktur balok, beberapa data yang harus diisi adalah
sebagai berikut:
Gambar 4.10. Menu Utama Elemen Struktur Balok.
Keterangan :
• Balok tipe diisi sesuai dengan tipe balok yang akan dibuat bar bending schedule nya.
• Tinggi penampang balok (hb) diisi sesuai dengan data yang ada pada gambar desain
struktur setelah itu tekan Enter untuk menampilkan pilihan jenis penulangan
(tulangan longitudinal, tulangan sengkang dan tulangan samping). Misal untuk balok
yang memiliki tinggi penampang balok (hb) < 400 mm, tidak terdapat tulangan
Universitas Kristen Petra
102
samping sedangkan untuk balok yang tinggi penampang balok (hb) nya > 400 mm,
memiliki tulangan samping.
• Lebar penampang balok (bb) diisi sesuai dengan data yang ada pada gambar desain
struktur.
• Bentang 1 balok dari as ke as (L1 balok) diisi sesuai dengan data yang ada pada
gambar desain struktur.
• Bentang bersih 1 balok (Ln1 balok) diisi sesuai dengan data yang ada pada gambar
desain struktur. Di samping data Ln 1 balok terdapat lingkaran yang bila di klik
maka secara otomatis nilai A pada pola penulangan kode BbCd 00, BbCd 33, BbCd
64 dan BbCd 68 terisi. Apabila pengguna/kontraktor ingin menggunakan fasilitas ini,
nilai ld atau ldh harus terisi karena untuk menentukan nilai A harus menggunakan
nilai ld atau ldh. Misal untuk BbCd 00, diketahui L1 balok = 6000 mm, Ln 1 balok
= 5600 mm dan nilai ld = 300 mm maka secara otomatis nilai A = 6200 mm.
Apabila pengguna/kontraktor ingin memakai fasilitas ini harus memperhatikan
panjang tulangan (L) agar tidak boleh sampai lebih dari bentang bersih balok (Ln 1
balok) ditambah dua dimensi kolom (hc, bc, dan dc). Fasilitas ini hanya dapat
digunakan pada balok yang memiliki satu bentang saja.
• Bentang total balok dalam 1 as (Lt balok) diisi sesuai dengan data yang ada pada
gambar desain struktur kemudian tekan Enter untuk mengaktifkan tombol View pada
sambungan lewatan (ls). Bila Lt balok ≥ 12000 mm, tombol View pada sambungan
lewatan akan aktif akan tetapi bila Lt balok < 12000 mm, tombol View tersebut tidak
akan aktif karena tidak ada sambungan lewatan.
• Pada menu pola penulangan elemen struktur balok pengguna/kontraktor dapat
menggunakan fasilitas menu Help yang telah disediakan untuk mempermudah
pembuatan bar bending schedule. Menu Help dapat digunakan bila pada tulangan
tersebut terdapat panjang penyaluran dengan kait (ldh) atau panjang penyaluran tanpa
kait (ld) pada kedua ujung tulangan maupun salah satu ujung tulangan maka
pengguna/kontraktor harus menghitungnya secara manual terlebih dahulu untuk
menentukan panjang penyaluran yang akan dibengkokkan bila tulangan tersebut
melebihi dimensi kolom. Maka dari itu dibuat alat bantu untuk mempermudah
pembuatan bar bending schedule dengan menekan tombol Help yang ada pada pola
penulangan. Pengguna/kontraktor harus mengisi salah satu dari data (bc, hc, dan dc)
kemudian tekan Enter untuk memperoleh nilai X1 yang diperoleh dari 2/3 (bc, hc dan
dc) setelah nilai X1 terisi pengguna/kontraktor harus memilih dan mengisi nilai ld
Universitas Kristen Petra
103
atau ldh secara manual kemudian tekan Enter untuk memperoleh nilai Y1, seperti
yang dapat dilihat pada Gambar 4.12.
• Pada pola penulangan kode BbCd 58 yang digunakan untuk tulangan sengkang nilai
A dan B akan terisi secara otomatis bila selimut beton (a1,a2,a3 dan a4), tinggi
penampang balok (hb) dan lebar penampang balok (bb) terisi. Misal diketahui a1 =
a2 = a3 = a4 = 40 mm, hb = 600 mm dan bb = 400 mm maka nilai A = 320 mm dan
nilai B = 520 mm.
Gambar 4.11. Menu Pola Penulangan pada Elemen Struktur Balok
Gambar 4.12. Menu Help pada Elemen Struktur Balok
Universitas Kristen Petra
104
• Setelah semua data terisi tekan Submit agar data yang telah diproses dapat tersimpan.
4.3.2. Menu Utama Elemen Struktur Kolom.
Pada menu utama elemen struktur kolom tidak terdapat hal khusus yang dapat
di formulakan seperti pada elemen struktur balok karena untuk menentukan panjang
tulangan kolom tergantung dari perencanaan kontraktor.
Gambar 4.13. Menu Utama Elemen Struktur Kolom
Keterangan :
• Kolom tipe diisi sesuai dengan tipe kolom yang akan dibuat bar bending schedule
nya.
• Tinggi penampang kolom (hc) diisi sesuai dengan data yang ada pada gambar desain
struktur.
• Lebar penampang kolom (bc) diisi sesuai dengan data yang ada pada gambar desain
struktur.
• Tinggi 1 kolom (T1 kolom) diisi sesuai dengan data yang ada pada gambar desain
struktur.
• Menu Help yang ada pada menu pola penulangan kolom sama dengan yang ada pada
menu pola penulangan balok tetapi X1 pada menu Help kolom diperoleh dari ¾ (tf
atau hb).
Universitas Kristen Petra
105
Gambar 4.14. Menu Help pada Elemen Struktur Kolom.
• Pada pola penulangan kode BbCd 58 yang digunakan untuk tulangan sengkang nilai
A dan B akan terisi secara otomatis bila selimut beton (a1,a2,a3 dan a4), tinggi
penampang kolom (hc) dan lebar penampang kolom (bc) terisi. Misal diketahui a1 =
a2 = a3 = a4 = 40 mm, hc = 600 mm dan bc = 800 mm maka nilai A = 720 mm dan
nilai B = 520 mm.
• Setelah semua data terisi tekan Submit agar data yang telah diproses dapat tersimpan.
4.3.3. Menu Utama Elemen Struktur Slab.
Pada menu utama elemen struktur slab tidak terdapat hal khusus yang dapat di
formulakan seperti pada elemen struktur balok. Menu Help juga tidak disediakan pada
menu pola penulangan slab karena untuk menentukan panjang tulangan slab tergantung
dari perencanaan kontraktor.
Keterangan :
• Slab tipe diisi sesuai dengan tipe slab yang akan dibuat bar bending schedule nya.
• Bentang slab arah X dari as ke as (Lx) diisi sesuai dengan data yang ada pada gambar
desain struktur.
• Bentang slab arah Y dari as ke as (Ly) diisi sesuai dengan data yang ada pada gambar
desain struktur.
• Bentang bersih slab arah X (Lnx) diisi sesuai dengan data yang ada pada gambar
desain struktur.
• Bentang bersih slab arah Y (Lny) diisi sesuai dengan data yang ada pada gambar
desain struktur.
• Bentang total slab arah X dalam 1 as (Ltx) diisi sesuai dengan data yang ada pada
gambar desain struktur .
Universitas Kristen Petra
106
• Bentang total slab arah Y dalam 1 as (Lty) diisi sesuai dengan data yang ada pada
gambar desain struktur
• Tebal slab (ts) diisi sesuai dengan data yang ada pada gambar desain struktur.
• Pada elemen struktur slab hanya terdapat tulangan longitudinal.
• Setelah semua data terisi tekan Submit agar data yang telah diproses dapat tersimpan.
Gambar 4.15. Menu Utama Elemen Struktur Slab
4.3.4. Menu Utama Elemen Struktur Pondasi.
Pada elemen struktur pondasi, beberapa data yang harus diisi adalah sebagai
berikut:
Keterangan :
• Pondasi tipe diisi sesuai dengan tipe pondasi yang akan dibuat bar bending schedule
nya.
• Tinggi penampang pondasi (hf) diisi sesuai dengan data yang ada pada gambar desain
struktur.
• Lebar penampang pondasi (bf) diisi sesuai dengan data yang ada pada gambar desain
struktur.
• Tebal pondasi (tf) diisi sesuai dengan data yang ada pada gambar desain struktur.
Universitas Kristen Petra
107
Gambar 4.16. Menu Utama Elemen Struktur Pondasi
• Untuk menentukan panjang tulangan pada panjang penampang pondasi (hf) atau lebar
penampang pondasi (bf), pengguna/kontraktor hanya perlu mengklik lingkaran di
sebelah hf atau bf. Kemudian pengguna/kontraktor harus mengisi data yang
diperlukan dan yang terpenting adalah data selimut beton (a1, a2, a3 dan a4) harus
terisi karena bila data tersebut kosong maka fasilitas ini tidak dapat digunakan.
- Pada pola penulangan kode BbCd 33, BbCd 64 dan BbCd 68 nilai A terisi secara
otomatis yang diperoleh dari bf atau hf dikurangi selimut beton (a3 dan a4). Misal
diketahui data bf = 2000 mm, a3 = 40 mm dan a4 = 40 mm maka A = 1920 mm.
- Pada pola penulangan kode BbCd 16 nilai A, B dan C terisi secara otomatis. Nilai
B diperoleh dari bf atau hf dikurangi selimut beton (a3 dan a4) sedangkan nilai A dan
C diperoleh dari 2/3 tebal pondasi (tf). Misal diketahui data hf = 2500 mm, tf = 800
mm, a3 = 40 mm dan a4 = 40 mm maka A = C = 533 mm, B = 2420 mm.
- Pada pola penulangan kode BbCd 182, BbCd 185 dan BbCd 188 nilai A, B dan C
terisi secara otomatis. Nilai B diperoleh dari bf atau hf dikurangi selimut beton (a3
dan a4) sedangkan nilai A dan C diperoleh dari tebal pondasi (tf) dikurangi selimut
beton (a2 dan a1) . Misal diketahui data hf = 2500 mm, tf = 800 mm, a1 = 40 mm
dan a2 = 40 mm maka A = C = 720 mm, B = 2420 mm.
• Pada elemen struktur pondasi hanya terdapat tulangan longitudinal dan tidak terdapat
panjang penyaluran ld atau ldh.
Universitas Kristen Petra
108
• Setelah semua data terisi tekan Submit agar data yang telah diproses dapat tersimpan.
4.3.5. Menu Utama Elemen Struktur Tangga.
Pada menu utama elemen struktur tangga, fasilitas yang diberikan adalah untuk
menentukan panjang tulangan pada lebar penampang anak tangga (bt). Menu Help
tidak disediakan pada menu pola penulangan tangga karena untuk menentukan panjang
tulangan tangga kontraktor harus menghitungnya secara manual terlebih dahulu.
Keterangan :
• Tangga tipe diisi sesuai dengan tipe tangga yang akan dibuat bar bending schedule
nya.
• Bentang plat tangga arah X (Ltx) diisi sesuai dengan data yang ada pada gambar
desain struktur.
• Bentang plat tangga arah Y (Lty) diisi sesuai dengan data yang ada pada gambar
desain struktur.
• Tebal plat tangga (tp) diisi sesuai dengan data yang ada pada gambar desain struktur.
• Panjang anak tangga (ht) diisi sesuai dengan data yang ada pada gambar desain
struktur.
• Lebar anak tangga (bt) diisi sesuai dengan data yang ada pada gambar desain struktur.
• Tebal anak tangga (tt) diisi sesuai dengan data yang ada pada gambar desain struktur.
Gambar 4.17. Menu Utama Elemen Struktur Tangga
Universitas Kristen Petra
109
• Untuk menentukan panjang tulangan pada lebar penampang anak tangga (bt),
pengguna/kontraktor hanya perlu mengklik lingkaran di sebelah bt. Kemudian
pengguna/kontraktor harus mengisi data yang diperlukan dan yang terpenting adalah
data selimut beton (a1, a2, a3 dan a4) harus terisi karena bila data tersebut kosong
maka fasilitas ini tidak dapat digunakan.
- Pada pola penulangan kode BbCd 00, BbCd 33, BbCd 64 dan BbCd 68 nilai A
terisi secara otomatis yang diperoleh dari lebar penampang anak tangga (bt) dikurangi
selimut beton (a3 dan a4). Misal diketahui data bt = 2000 mm, a3 = 40 mm dan a4 =
40 mm maka A = 1920 mm.
- Pada pola penulangan kode BbCd 16, BbCd 182, BbCd 185 dan BbCd 188 nilai A,
B dan C terisi secara otomatis. Nilai B diperoleh dari lebar penampang anak tangga
(bt) dikurangi selimut beton (a3 dan a4) sedangkan nilai A dan C diperoleh dari 2/3
tebal anak tangga (tt). Misal diketahui data bt = 1200 mm, tt = 250 mm, a3 = 40 mm
dan a4 = 40 mm maka A = C = 167 mm, B = 1120 mm.
• Pada elemen struktur tangga hanya terdapat tulangan longitudinal.
• Setelah semua data terisi tekan Submit agar data yang telah diproses dapat tersimpan.
4.3.6. Menu Utama Elemen Struktur Dinding.
Pada menu utama elemen struktur dinding tidak terdapat hal khusus yang dapat
diformulakan seperti pada elemen struktur balok karena untuk menentukan panjang
tulangan dinding tergantung dari perencanaan kontraktor. Menu Help yang terdapat
pada elemen struktur dinding sama dengan yang terdapat pada balok. Yang
membedakan adalah data yang diperlukan pada balok adalah dimensi kolom sedangkan
pada dinding adalah tebal (t) dari dinding tersebut.
Keterangan:
• Dinding tipe diisi sesuai dengan tipe dinding yang akan dibuat bar bending schedule
nya.
• Panjang dinding bagian luar (hw) diisi sesuai dengan data yang ada pada gambar
desain struktur.
• Lebar dinding bagian luar (bw) diisi sesuai dengan data yang ada pada gambar
desain struktur.
• Tinggi dinding bagian luar (Tw) diisi sesuai dengan data yang ada pada gambar
desain struktur.
• Tebal dinding (t) diisi sesuai dengan data yang ada pada gambar desain struktur.
Universitas Kristen Petra
110
• Panjang dinding bagian dalam (hw1) diisi dengan memperhitungkan tebal dinding (t)
dan panjang dinding bagian luar (hw)
• Lebar dinding bagian dalam (bw1) diisi dengan memperhitungkan tebal dinding (t)
dan lebar dinding bagian luar (bw).
• Tinggi dinding bagian dalam (Tw1) diisi dengan memperhitungkan tebal dinding (t)
dan tinggi dinding bagian luar (Tw) kemudian menekan tombol Enter.
Gambar 4.18. Menu Utama Elemen Struktur Dinding
Gambar 4.19. Menu Help pada Elemen Struktur Dinding
Universitas Kristen Petra
111
• Menu Help yang ada pada menu pola penulangan kolom sama dengan yang ada pada
menu pola penulangan balok tetapi X1 pada menu Help dinding diperoleh dari 2/3
tebal dinding (t).
• Pada elemen struktur dinding hanya terdapat tulangan longitudinal.
• Setelah semua data terisi tekan Submit agar data yang telah diproses dapat tersimpan.
4.3.7. Menu Utama Elemen Struktur Lain.
Menu lain ini digunakan untuk memfasilitasi bila ada elemen struktur yang tidak
disediakan pada program BarBendingProgram ini. Pada menu lain ini tidak ada data
dari elemen struktur yang harus dimasukkan agar dapat memberi kebebasan kepada
pengguna/kontraktor.
Gambar 4.20. Menu Utama Elemen Struktur Lain
Dari tujuh macam elemen struktur tersebut semua data yang ada pada menu utama
setiap elemen struktur harus terisi kecuali data panjang penyaluran (ld atau ldh) dan
panjang sambungan lewatan karena kedua data tersebut tidak selalu ada pada setiap pola
penulangan. Bila ada data yang tidak terisi selain panjang penyaluran (ld atau ldh) dan
panjang sambungan lewatan maka jenis tulangan itu tidak dapat di Submit.
Universitas Kristen Petra
112
Contoh 1. Elemen Struktur Balok
KOLOM II300/300 mm
KOLOM I400/400 mm
I
I
II
III
I
600 mm
2D16
3D16
Ø10-150
300 mmPot II-IIPot I-I
600 mm
300 mm
Ø10-100
2D16
4D16
1500 mm3650 mm1500 mm
6650 mm
7000 mm
12 2
34 5
Gambar 4.21. Potongan Memanjang Elemen Struktur Balok.
Dari gambar potongan balok diatas maka diperoleh data sbb:
Diketahui :
L1 balok = 7000 mm
Lt balok = 7000 mm
Nilai L1 balok dan Lt balok pada balok ini sama karena balok tersebut hanya memiliki
satu bentang.
Dimensi balok → bb = 300 mm, hb = 600 mm
Dimensi kolom I → bc = 400 mm, hc = 400 mm
Dimensi kolom II → bc = 300 mm, hc = 300 mm
Ln 1 balok = 7000 – (1/2 x 400) – (1/2 x 300) = 6650 mm
fy = 240 Mpa → ø = 10 mm
fy = 400 Mpa → D = 16 mm
fc’ = 25 Mpa → K-300 kg/cm2
Selimut beton → a1 = 40 mm, a2 = 40 mm, a3 = 40 mm, a4 = 40 mm
Dari gambar potongan memanjang elemen struktur balok (Gambar 4.21), ada 5
macam tulangan yang memiliki pola penulangan, ukuran dan jenis penulangan yang
berbeda. Langkah awal yang dilakukan oleh pengguna/kontraktor untuk mengolah data
dengan program BarBendingProgram akan dijelaskan lebih lengkap pada uraian
dibawah ini:
Universitas Kristen Petra
113
Data Umum
Langkah awal yang harus dilakukan pengguna/kontraktor yaitu mengisi semua
data yang ada pada menu data umum. Setelah semua data terisi maka
pengguna/kontraktor harus menekan tombol submit agar data tersebut tersimpan dalam
Microsoft Office Access Access kemudian menu utama akan berpindah secara otomatis
sesuai dengan unit pekerjaan yang ada pada data umum..
Gambar 4.22. Data Umum.
Tulangan
Seperti yang terlihat jelas pada Gambar 4.21, tulangan 1 merupakan tulangan
longitudinal balok. Untuk menghitung panjang (L) tulangan 1 yang dibutuhkan
pengguna/kontraktor harus mengisi semua data yang terdapat pada menu utama balok
(Gambar 4.23). Pada tulangan 1 ini terdapat panjang penyaluran dengan kait (ldh) pada
kedua ujung tulangan maka untuk menentukan nilai A, B, dan C (Gambar 4.24)
pengguna/kontraktor harus menghitungnya secara manual terlebih dahulu atau dengan
alat bantu yang telah tersedia pada pola penulangan. Pengguna/kontraktor dapat
menggunakan alat bantu tersebut dengan menekan tombol Help kemudian
pengguna/kontraktor harus mengklik lingkaran disamping salah satu dari data (bc, hc,
dan dc) untuk diisi kemudian tekan Enter untuk memperoleh nilai X1, setelah nilai X1
terisi pengguna/kontraktor harus mengisi nilai ld atau ldh kemudian tekan Enter untuk
memperoleh nilai Y1(Gambar 4.25). Setelah semua data yang ada pada menu utama
balok terisi pengguna/kontraktor harus menekan tombol Submit.
1
Universitas Kristen Petra
114
Gambar 4.23. Menu Utama Balok untuk Tulangan 1
Gambar 4.24. Pola Penulangan untuk Tulangan 1
Universitas Kristen Petra
115
Gambar 4.25. Help pada menu Pola Penulangan untuk Tulangan 1
Tulangan 1 s/d 4 merupakan tulangan longitudinal balok. Untuk menghitung
panjang (L) tulangan 1 s/d 4 langkah-langkah yang dilakukan sama seperti pada
tulangan 1 (Gambar 4.23 s/d Gambar 4.25). Empat macam tulangan diatas mempunyai
pola penulangan yang berbeda, untuk tulangan 1 menggunakan BbCd 185 (Gambar
4.23), tulangan 2 menggunakan BbCd 167 (Gambar 4.26), tulangan 3 menggunakan
BbCd 68 (Gambar 4.27) dan tulangan 4 menggunakan BbCd 16 (Gambar 4.28).
Sedangkan tulangan 5 pada contoh soal diatas merupakan tulangan sengkang balok
yang menggunakan BbCd 58. Untuk menghitung panjang (L) tulangan 5 langkah-
langkah yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4.29.
Gambar 4.26. Menu Utama Balok untuk Tulangan 2
Universitas Kristen Petra
116
Gambar 4.27. Menu Utama Balok untuk Tulangan 3
Gambar 4.28. Menu Utama Balok untuk Tulangan 4
Universitas Kristen Petra
117
Gambar 4.29. Menu Utama Balok untuk Tulangan 5
Setelah memasukkan data lima macam tulangan diatas, pengguna/kontraktor dapat
melihat detail data elemen struktur balok dengan menekan tombol New kemudian
memilih menu utama View. Detail data elemen struktur balok disajikan dalam
Tampilan 1 s/d Tampilan 4 (Gambar 4.30 s/d Gambar 4.33).
Keterangan :
• Tampilan 1 menampilkan detail data elemen struktur balok yaitu ID Proyek, No,
kode pola penulangan, lebar penampang balok (bb), tinggi penampang balok (hb)
dan bentang satu balok dari as ke as (L1).
• Tampilan 2 menampilkan detail data elemen struktur balok yaitu bentang bersih satu
balok (Ln1), bentang balok dalam satu as (Lt), mutu beton (fc’), mutu baja (fy) dan
selimut beton (a1, a2, a3).
• Tampilan 3 menampilkan detail data elemen struktur balok yaitu selimut beton (a4),
panjang penyaluran tanpa kait (ld), panjang penyaluran dengan kait (ldh),
sambungan lewatan (ls), kait 1 (k1), kait 2 (k2), jari-jari bengkokkan (R),
perpanjangan pada ujung bebas pada kait 1 (lf1) dan perpanjangan pada ujung bebas
pada kait 2 (lf2)
• Tampilan 4 menampilkan detail data elemen struktur balok yaitu, (A), (B), (C), (D),
(E), (F) dan panjang (L).
Universitas Kristen Petra
118
Gambar 4.30. Tampilan 1 data dari Menu View
Gambar 4.31. Tampilan 2 data dari Menu View
Universitas Kristen Petra
119
Gambar 4.32. Tampilan 3 data dari Menu View
Gambar 4.33. Tampilan 4 data dari Menu View
Universitas Kristen Petra
120
Hasil akhir
Untuk menampilkan hasil akhir pengguna/kontraktor harus memasukkan data
umum (Gambar 4.22) terlebih dahulu kemudian setelah itu mengisi data yang ada pada
menu utama yang kemudian akan disimpan dalam Microsoft Office Access. Untuk
menampilkan hasil akhirnya pengguna/kontraktor harus masuk ke menu utama View
kemudian memilih ID Proyek dan tipe balok yang ingin ditampilkan kemudian
mengklik lingkaran disebelah balok. Untuk melihat bar bending schedule contoh 1.
elemen struktur balok pengguna/kontraktor harus menekan tombol Balok (Tabel 4.1).
Universitas Kristen Petra
121
Tabel 4.1. Bar Bending Schedule Contoh 1. Elemen Struktur Balok
Universitas Kristen Petra
400/400 mm300/300 mm400/400 mm
3650 mm
3D16
2D16
Ø10-100
300 mm
600 mm
Pot III-III Pot IV-IV300 mm
Ø10-150
2D16
2D16
600 mm
III
III
IV
IV
III
III
I
I
II
III
I 4 4
331650 mm 1000 mm1000 mm
600 mm
2D16
3D16
Ø10-150
300 mmPot II-IIPot I-I
600 mm
300 mm
Ø10-100
2D16
4D16
1500 mm3650 mm1500 mm
6650 mm
11000 mm
12 2
54 6
Contoh 2. Elemen Struktur Balok
Gambar 4.34. Potongan Memanjang Elemen Struktur Balok
123
Dari gambar potongan diatas maka diperoleh data-data sbb:
Diketahui :
L1 balok = -
Lt balok = 11000 mm
Nilai L1 balok dan Ln 1 balok tidak diisikan karena pada gambar potongan terdapat dua
bentang balok yang berbeda.
Dimensi balok → bb = 300 mm
hb = 600 mm
Dimensi kolom 1→ bc = 400 mm
hc = 400 mm
Dimensi kolom 2→ bc = 300 mm
hc = 300 mm
Dimensi kolom 3→ bc = 400 mm
hc = 400 mm
Ln 1 balok = -
fy = 240 Mpa → ø = 10 mm
fy = 400 Mpa → D = 16 mm
fc’ = 25 Mpa → K-300 kg/cm2
Selimut beton → a1 = 40 mm
a2 = 40 mm
a3 = 40 mm
a4 = 40 mm
Dari gambar potongan elemen struktur balok (Gambar 4.34), tulangan yang ada
dapat dibedakan menjadi tujuh macam tulangan yang memiliki pola penulangan, ukuran
dan jenis penulangan yang berbeda. Langkah-langkah yang dilakukan oleh
pengguna/kontraktor untuk mengolah data contoh 2. elemen struktur balok sama seperti
pada contoh 1. elemen struktur balok (Gambar 4.22).
Tulangan 1 s/d 5 merupakan tulangan longitudinal balok. Untuk menghitung
panjang (L) tulangan 1 s/d 5 langkah-langkah yang dilakukan sama dengan pada
tulangan 1 (Gambar 4.23 s/d Gambar 4.25). Empat macam tulangan diatas mempunyai
pola penulangan yang berbeda dan ada satu macam tulangan yang mempunyai pola
penulangan yang sama tetapi berbeda ukurannya. Untuk tulangan 1 menggunakan kode
BbCd 185 (Gambar 4.23), tulangan 2 dan 3 menggunakan kode BbCd 167 (Gambar
4.26), tulangan 4 menggunakan kode BbCd 16 (Gambar 4.28) dan tulangan 5
Universitas Kristen Petra
124
menggunakan kode BbCd 68 (Gambar 4.27). Tulangan 6 pada contoh soal diatas
merupakan tulangan sengkang balok yang menggunakan kode BbCd 58. Untuk
menghitung panjang (L) tulangan 6 langkah-langkah yang dilakukan dapat dilihat pada
Gambar 4.29. Tulangan 7 pada contoh soal diatas merupakan tulangan samping balok
yang menggunakan kode BbCd 00 (Gambar 4.35).
Gambar 4.35. Menu Utama Balok untuk Tulangan Samping
Setelah memasukkan data tujuh macam tulangan diatas, pengguna/kontraktor dapat
melihat detail data elemen struktur balok dengan memilih menu utama View. Adapun
tampilan detail data sama seperti pada contoh 1. elemen struktur balok (Gambar 4.30 s/d
Gambar 4.33). Untuk menampilkan hasil akhir berupa bar bending schedule contoh 2.
elemen struktur balok menggunakan cara yang sama seperti contoh 1. elemen struktur
balok (Tabel 4.2).
Universitas Kristen Petra
125
Tabel 4.2. Bar Bending Schedule Contoh 2. Elemen Struktur Balok
Universitas Kristen Petra
126
Tabel 4.2. Bar Bending Schedule Contoh 2. Elemen Struktur Balok (Lanjutan)
Universitas Kristen Petra
127
Contoh 3. Elemen Struktur Kolom.
Gambar 4.36. Potongan Elemen Struktur Kolom.
Dari gambar potongan diatas maka diperoleh data-data sbb:
Diketahui :
T1 kolom = 4000 mm
Dimensi balok → bb = 300 mm
hb = 600 mm
Dimensi kolom → bc = 600 mm
hc = 600 mm
Dimensi Pondasi→ bf = 2000 mm
hf = 2000 mm
tf = 1000 mm
fy = 240 Mpa → Ø = 12 mm
Universitas Kristen Petra
128
fy = 400 Mpa → D = 22 mm
fc’ = 25 Mpa → K-300 kg/cm2
Selimut beton → a1 = 40 mm
a2 = 40 mm
a3 = 40 mm
a4 = 40 mm
Dari gambar potongan elemen struktur kolom (Gambar 4.36) tulangan yang
digunakan dapat dibedakan menjadi tiga macam tulangan yang memiliki pola
penulangan, ukuran dan jenis penulangan yang berbeda. Langkah awal yang dilakukan
pengguna/kontraktor untuk mengolah data contoh 3. elemen struktur kolom sama
seperti pada contoh 1. elemen struktur balok (Gambar 4.22)
Tulangan 1 merupakan tulangan longitudinal kolom. Tulangan 1
menggunakan kode BbCd 16 (Gambar 4.37). Tulangan 2 dan 3 pada contoh soal diatas
merupakan tulangan sengkang kolom, tulangan 2 menggunakan kode BbCd 58 dan
tulangan 3 menggunakan kode BbCd 68 (Gambar 4.38 s/d Gambar 4.39)
Gambar 4.37. Menu Utama Kolom untuk tulangan 1
Universitas Kristen Petra
129
Gambar 4.38. Menu Utama Kolom untuk Tulangan 2
Gambar 4.39. Menu Utama Kolom untuk Tulangan 3
Setelah memasukkan data tiga macam tulangan diatas, pengguna/kontraktor dapat
melihat detail data elemen struktur kolom dengan memilih menu utama View. Adapun
Universitas Kristen Petra
130
tampilan detail data sama seperti pada contoh 1. Elemen struktur balok (Gambar 4.30
s/d Gambar 4.33) yang berbeda hanya pada Tampilan 1, untuk elemen struktur kolom
Tampilan 1 terdiri dari lebar penampang kolom (bc), tinggi penampang kolom (hc) dan
tinggi satu kolom (T1). Untuk menampilkan hasil akhir berupa bar bending schedule
menggunakan cara yang sama dengan contoh 1. Elemen struktur balok (Tabel 4.3).
Universitas Kristen Petra
131
Tabel 4.3. Bar Bending Schedule Contoh 3. Elemen Struktur Kolom
Universitas Kristen Petra
2
3
4 1
+ 9.
2 m
+ 4.
6 m
Pot I
-I
600
mm
12 D
22
Ø12
-150
4000
mm
IIII
600
mm
300
/ 600
BA
LOK
BA
LOK
4000
mm
Ø12
-150
16 D
22
600
mm
600
mm
2000
mm
1000
mm
900
mm
PON
DA
SI
BA
LOK
BA
LOK
300
/ 600
Pot I
-I
II
133
Dari gambar potongan diatas maka diperoleh data-data sbb:
Diketahui :
T1 kolom = 4000 mm
Dimensi balok → bb = 300 mm
hb = 600 mm
Dimensi kolom → bc = 600 mm
hc = 600 mm
Dimensi Pondasi→ bf = 2000 mm
hf = 2000 mm
tf = 1000 mm
fy = 240 Mpa → Ø = 12 mm
fy = 400 Mpa → D = 22 mm
fc’ = 25 Mpa → K-300 kg/cm2
Selimut beton → a1 = 40 mm
a2 = 40 mm
a3 = 40 mm
a4 = 40 mm
Dari gambar potongan elemen struktur kolom (Gambar 4.40) tulangan yang
digunakan dapat dibedakan menjadi empat macam tulangan yang memiliki pola
penulangan, ukuran dan jenis penulangan yang berbeda. Langkah awal yang dilakukan
pengguna/kontraktor untuk mengolah data contoh 4. elemen struktur kolom.sama
seperti pada contoh 1. Elemen Struktur Balok (Gambar 4.22)
Tulangan 1 dan tulangan 4 merupakan tulangan longitudinal kolom. Tulangan
1 dan 4 menggunakan kode BbCd 13 (Gambar 4.41) sedangkan tulangan 2 dan 3
tulangan sengkang kolom, tulangan 2 menggunakan kode BbCd 58 dan tulangan 3
menggunakan kode BbCd 68. Untuk menghitung panjang (L) tulangan 2 dan 3
langkah-langkah yang dilakukan sama seperti pada contoh 3. elemen struktur kolom
(Gambar 4.38 s/d Gambar 4.39)
Setelah memasukkan data empat macam tulangan diatas, pengguna/kontraktor
dapat melihat detail data elemen struktur kolom dengan memilih menu utama View.
Adapun tampilan detail data sama seperti pada contoh 1. Elemen struktur balok
(Gambar 4.30 s/d Gambar 4.33) yang berbeda hanya pada Tampilan 1, untuk elemen
struktur kolom Tampilan 1 terdiri dari lebar penampang kolom (bc), tinggi penampang
kolom (hc) dan tinggi satu kolom (T1). Untuk menampilkan hasil akhir berupa bar
Universitas Kristen Petra
134
bending schedule menggunakan cara yang sama dengan contoh 1. elemen struktur balok
(Tabel 4.4).
Gambar 4.41. Menu Utama Kolom untuk Tulangan 1
Universitas Kristen Petra
135
Tabel 4.4. Bar Bending Schedule Contoh 4. Elemen Struktur Kolom
Universitas Kristen Petra
Contoh 5. Elemen Struktur Slab 1 span
Gambar 4.42. Elemen Struktur Slab 1 span.
137
Dari gambar potongan diatas maka diperoleh data-data sbb:
Diketahui :
Lx = 5000 mm
Ly = 7000 mm
Lnx = 4400 mm
Lny = 6400 mm
Ltx = 5000 mm
Lty = 7000 mm
ts = 120 mm
Dimensi balok arah X dan Y → bb = 600 mm
hb = 800 mm
Dimensi kolom → bc = 600 mm
hc = 600 mm
fy = 240 Mpa → Ø = 6, 10 mm
fc’ = 25 Mpa → K-300 kg/cm2
Tulangan Tumpuan arah Y → Ø 10-150
Tulangan Tumpuan arah X → Ø 10-125
Tulangan Lapangan arah Y → Ø 10- 500
Tulangan Lapangan arah X → Ø 10- 450
Tulangan Pembagi → Ø 6 - 225
Selimut beton → a1 = 40 mm
a2 = 40 mm
Dari gambar potongan elemen struktur Slab (Gambar 4.42) maka tulangan
yang digunakan ada sembilan macam tulangan yang memiliki pola penulangan sama
kode BbCd 68 tetapi ukurannya berbeda.. Langkah awal yang dilakukan
pengguna/kontraktor sama seperti pada contoh 1. elemen struktur balok (Gambar 4.22).
Tulangan 1 s/d 9 merupakan tulangan longitudinal slab karena pada elemen
struktur slab tidak terdapat tulangan sengkang. Untuk menghitung panjang (L) tulangan
1 s/d 9 langkah-langkah yang dilakukan sama dengan pada tulangan 1 (Gambar 4.43).
Setelah memasukkan data sembilan macam tulangan tersebut diatas,
pengguna/kontraktor dapat melihat detail data elemen struktur slab dengan memilih
menu utama View. Adapun tampilan detail data sama seperti pada contoh 1. elemen
struktur balok (Gambar 4.30 s/d Gambar 4.33). Untuk menampilkan hasil akhir berupa
Universitas Kristen Petra
138
bar bending schedule menggunakan cara yang sama dengan contoh 1. elemen struktur
balok (Tabel 4.5).
Gambar 4.43. Menu Utama Slab untuk Tulangan 1
Universitas Kristen Petra
139
Tabel 4.5. Bar Bending Schedule Contoh 5. Elemen Struktur Slab
Universitas Kristen Petra
140
Tabel 4.5. Bar Bending Schedule Contoh 5. Elemen Struktur Slab (Lanjutan)
Universitas Kristen Petra
Contoh 6. Elemen Struktur Slab 2 span.
Gambar 4.44. Elemen Struktur Slab
142
Dari gambar potongan diatas maka diperoleh data-data sbb:
Diketahui :
Lx = -
Ly = -
Lnx = -
Lny = -
Ltx = 5000 mm
Lty = 12000 mm
ts = 120 mm
Dimensi balok arah X dan Y → bb = 600 mm
hb = 800 mm
Dimensi kolom → bc = 600 mm
hc = 600 mm
fy = 240 Mpa → Ø = 6, 10 mm
fc’ = 25 Mpa → K-300 kg/cm2
Bentang Ly = 7 m:
Tulangan Tumpuan arah Y → Ø 10-150
Tulangan Tumpuan arah X → Ø 10-125
Tulangan Lapangan arah Y → Ø 10- 500
Tulangan Lapangan arah X → Ø 10- 450
Tulangan Pembagi → Ø 6 - 225
Bentang Ly = 5 m:
Tulangan Tumpuan arah Y → Ø 10-150
Tulangan Tumpuan arah X → Ø 10-175
Tulangan Lapangan arah Y → Ø 10- 500
Tulangan Lapangan arah X → Ø 10- 500
Tulangan Pembagi → Ø 6 - 250
Selimut beton → a1 = 40 mm
a2 = 40 mm
Dari gambar potongan elemen struktur Slab (Gambar 4.44) ada dua belas
macam tulangan yang memiliki pola penulangan sama yaitu kode BbCd 68 tetapi
ukurannya berbeda. Kemudian langkah awal yang dilakukan oleh pengguna/kontraktor
sama dengan yang digunakan pada contoh 1. elemen struktur balok (Gambar 4.22).
Universitas Kristen Petra
143
Tulangan 1 s/d 12 merupakan tulangan longitudinal slab karena pada elemen struktur
slab tidak terdapat tulangan sengkang. Untuk menghitung panjang (L) tulangan 1 s/d 12
langkah-langkah yang dilakukan sama dengan pada tulangan 1 contoh 5. elemen
struktur slab (Gambar 4.42).
Setelah memasukkan data dua belas macam tulangan diatas,
pengguna/kontraktor dapat melihat detail data elemen struktur slab dengan memilih
menu utama View. Adapun tampilan detail data sama seperti pada contoh 1. Elemen
struktur balok (Gambar 4.30 s/d Gambar 4.33). Untuk menampilkan hasil akhir berupa
bar bending schedule menggunakan cara yang sama dengan contoh 1. elemen struktur
balok (Tabel 4.6).
Universitas Kristen Petra
144
Tabel 4.6. Bar Bending Schedule Contoh 6. Elemen Struktur Slab
Universitas Kristen Petra
145
Tabel 4.6. Bar Bending Schedule Contoh 6. Elemen Struktur Slab (Lanjutan)
Universitas Kristen Petra
146
Tabel 4.6. Bar Bending Schedule Contoh 6. Elemen Struktur Slab (Lanjutan)
Universitas Kristen Petra
147
Contoh 7. Elemen Struktur Pondasi
Gambar 4.45. Potongan Elemen Struktur Pondasi
Dari gambar potongan diatas maka diperoleh data-data sbb:
Diketahui :
Dimensi kolom → bc = 600 mm, hc = 600 mm
Dimensi Pondasi→ bf = 2000 mm, hf = 2000 mm, tf = 1000 mm
fy = 400 Mpa → D = 19 mm
fc’ = 25 Mpa → K-300 kg/cm2
Selimut beton → a1 = 40 mm
a2 = 40 mm
a3 = 40 mm
a4 = 40 mm
Dari gambar potongan elemen struktur pondasi (Gambar 4.45) hanya terdapat
satu macam tulangan dengan pola penulangan dengan kode BbCd 16 dan ukuran yang
Universitas Kristen Petra
148
sama. Langkah awal yang dilakukan pengguna/kontraktor sama seperti pada contoh 1.
Elemen Struktur Balok (Gambar 4.22). Tulangan 1 merupakan tulangan longitudinal
pondasi karena pada elemen struktur pondasi tidak terdapat tulangan sengkang. Untuk
menghitung panjang (L) tulangan 1 ini pengguna/kontraktor harus mengisi data-data
yang ada (hf, bf, dan tf) terlebih dahulu kemudian bila pengguna/kontraktor ingin
menentukan panjang tulangan pada panjang penampang pondasi (hf) maka
pengguna/kontraktor hanya perlu mengklik lingkaran di sebelah nilai hf (Gambar 4.46)
Setelah itu pengguna/kontraktor menekan tombol Choose untuk memilih pola
penulangan yang akan digunakan. Pada contoh penulangan pondasi diatas digunakan
kode BbCd 16, dimana pada penulangan tersebut terdapat nilai A, B, dan C yang akan
terisi secara otomatis bila langkah-langkah yang telah dijelaskan diatas terpenuhi.
Setelah semua data yang ada pada menu utama pondasi terisi pengguna/kontraktor
harus menekan tombol Submit.
Gambar 4.46. Menu Utama Pondasi untuk Tulangan 1
Setelah memasukkan data tulangan diatas, pengguna/kontraktor dapat melihat
detail data elemen struktur pondasi dengan memilih menu utama View. Adapun
tampilan detail data sama seperti pada contoh 1. elemen struktur balok (Gambar 4.30 s/d
Gambar 4.33). Untuk menampilkan hasil akhir berupa bar bending schedule
menggunakan cara yang sama dengan contoh 1. elemen struktur balok (Tabel 4.7).
Universitas Kristen Petra
149
Tabel 4.7. Bar Bending Schedule Contoh 7. Elemen Struktur Pondasi
Universitas Kristen Petra
Contoh 8. Elemen Struktur Pondasi Lajur
10 9
9
10
500/500
500/500500/500500/500500/500500/500
8
ls 765
4
ls
32ls
1ls
D13-150
Ø10-150
7500
mm
25500 mm
D13-150
600 mm
600 mm
D13-150
Ø10-150
Ø10-150D13-150
Ø10-150
D13-150Ø10-150
D13-150
Ø10-150
D13-150
Ø10-150
D13-150
Ø10-150
Ø10-150
D13-150
D13-150
Ø10-150
6000
mm
4 x 6000 mm
Gambar 4.47 Potongan Elemen Struktur Pondasi Lajur
151
Dari gambar potongan diatas maka diperoleh data-data sbb:
Diketahui :
Dimensi kolom → bc = 500 mm
hc = 500 mm
Dimensi Pondasi →1. bf = 1500 mm
hf = 25500 mm
tf = 600 mm
2. bf = 1500 mm
hf = 6000 mm
tf = 600 mm
fy = 400 Mpa → D13-150
fy = 240 Mpa → ∅10-150
fc’ = 25 Mpa → K-300 kg/cm2
Selimut beton → a1 = 70 mm
a2 = 70 mm
a3 = 70 mm
a4 = 70 mm
Dari gambar potongan elemen struktur pondasi lajur (Gambar 4.47), terdapat
10 macam tulangan dengan 3 pola penulangan, ukuran dan 2 jenis penulangan yang
berbeda (polos dengan diameter 10 dan ulir dengan diameter 13). Untuk tulangan 1, 3,
5, dan 7 menggunakan pola penulangan dengan kode BbCd 13, tulangan 2 dan tulangan
6 menggunakan kode BbCd 00, dan tulangan 4, 8 s/d tulangan 10 menggunakan kode
BbCd 16. Langkah awal yang dilakukan pengguna/kontraktor sama seperti pada contoh
1. elemen struktur balok (Gambar 4.22). Tulangan 1 s/d 10 merupakan tulangan
longitudinal pondasi lajur karena pada elemen struktur pondasi tidak terdapat tulangan
sengkang.
Untuk menghitung panjang (L) tulangan 1 s/d 10 ini pengguna/kontraktor harus
mengisi data-data yang ada (hf, bf, dan tf) terlebih dahulu. Untuk tulangan 4, 8 s/d
tulangan 10 dalam menentukan panjang tulangan pada panjang penampang pondasi (hf
untuk tulangan 4 dan tulangan 8, serta bf untuk tulangan 9 dan tulangan 10) maka
pengguna/kontraktor hanya perlu mengklik lingkaran di sebelah nilai hf atau bf
(Gambar 4.50). Setelah itu pengguna/kontraktor menekan tombol Choose untuk
memilih pola penulangan yang akan digunakan. Pada contoh penulangan pondasi diatas
digunakan kode BbCd 16, dimana pada penulangan tersebut terdapat nilai A, B, dan C
Universitas Kristen Petra
152
yang akan terisi secara otomatis bila langkah-langkah yang telah dijelaskan diatas
terpenuhi. Untuk pola penulangan lainnya dalam menentukan panjang tulangan,
pengguna/kontraktor harus menghitungnya dengan cara manual terlebih dahulu
(Gambar 4.48 s/d Gambar 4.50).
Gambar 4.48. Menu Utama Pondasi lajur untuk Tulangan 1
Gambar 4.49. Menu Utama Pondasi lajur untuk Tulangan 2
Universitas Kristen Petra
153
Gambar 4.50. Menu Utama Pondasi lajur untuk Tulangan 4
Semua data yang ada pada menu utama pondasi harus terisi semua kecuali data
ld, ldh, dan ls, jika ada yang tidak terisi maka program tidak bisa dijalankan. Pada
contoh ini terdapat panjang sambungan lewatan karena hf pondasi 25500 mm, dimana
panjang sambungan lewatan untuk D13 adalah 470 mm dan untuk ∅10 adalah 300 mm.
Setelah itu pengguna/kontraktor harus menekan tombol Submit.
Kemudian jika pengguna/kontraktor ingin melihat detail data elemen struktur
pondasi lajur dengan memilih menu utama View. Adapun tampilan detail data sama
seperti pada contoh 1. elemen struktur balok (Gambar 4.30 s/d Gambar 4.33). Untuk
menampilkan hasil akhir berupa bar bending schedule menggunakan cara yang sama
dengan contoh 1. elemen struktur balok (Tabel 4.8).
Universitas Kristen Petra
154
Tabel 4.8. Bar Bending Schedule Contoh 8. Elemen Struktur Pondasi
Universitas Kristen Petra
155
Tabel 4.8. Bar Bending Schedule Contoh 8. Elemen Struktur Pondasi (Lanjutan)
Universitas Kristen Petra
Contoh 9. Elemen Struktur Tangga
Gambar 4.51. Elemen Struktur Tangga
157
Dari gambar potongan diatas maka diperoleh data-data sbb:
Diketahui :
Dimensi Tangga → ltx = 1500 mm
lty = -
tp = 150 mm
ht =1500 mm
bt = 280 mm
tt = 200 mm
fy = 400 Mpa → D = 13 mm
fy = 240 Mpa → ø = 10 mm dan ø = 8 mm
fc’ = 25 Mpa → K-300 kg/cm2
Selimut beton → a1 = 40 mm
a2 = 40 mm
a3 = 40 mm
a4 = 40 mm
Dari gambar potongan elemen struktur tangga (Gambar 4.51) tulangan dapat
dibedakan menjadi sepuluh macam tulangan. Langkah awal yang dilakukan oleh
pengguna/kontraktor sama dengan langkah-langkah yang digunakan pada contoh 1.
elemen struktur balok (Gambar 4.22).
Tulangan 1 s/d 10 merupakan tulangan longitudinal tangga karena pada elemen
struktur tangga tidak terdapat tulangan sengkang. Dari sepuluh macam tulangan diatas
ada yang pola penulangannya sama dan juga ada yang berbeda. Untuk tulangan 1 dan 2
menggunakan kode BbCd 03 (Gambar 4.52.), tulangan 3 dan 9 menggunakan kode
BbCd 02, tulangan 4 menggunakan BbCd 16, tulangan 5 menggunakan kode BbCd 14,
tulangan 6 menggunakan kode BbCd 00, tulangan 7 menggunakan kode BbCd 19,
tulangan 8 menggunakan kode BbCd 24, tulangan 10 menggunakan BbCd 20.
Setelah memasukkan data sepuluh macam tulangan diatas,
pengguna/kontraktor dapat melihat detail data elemen struktur tangga dengan memilih
menu utama View. Adapun tampilan detail data sama seperti pada contoh 1. Elemen
struktur balok (Gambar 4.30 s/d Gambar 4.33). Untuk menampilkan hasil akhir berupa
bar bending schedule menggunakan cara yang sama dengan contoh 1. elemen struktur
balok (Tabel 4.9).
Universitas Kristen Petra
158
.
Gambar 4.52. Menu Utama Tangga untuk Tulangan 1
Universitas Kristen Petra
159
Tabel 4.9. Bar Bending Schedule Contoh 9. Elemen Struktur Tangga
Universitas Kristen Petra
160
Tabel 4.9. Bar Bending Schedule Contoh 9. Elemen Struktur Tangga (Lanjutan)
Universitas Kristen Petra
4
3 43
2
1
2
1
II
II
I I
Ø10-150
Ø10-150
Ø10-150
Ø10-150
3600 mm
5600 mm
4000 mm
6000 mm
78
6
5
6
5
Ø10-150
Ø10-150
Ø10-150
5600 mm
2800 mm3000 mm
6000 mm
Contoh 10.1. Elemen Struktur Dinding
Gambar 4.53. Tampak atas Elemen Struktur Dinding
Contoh 10.2. Elemen Struktur Dinding
Gambar 4.54. Potongan I-I Elemen Struktur Dinding
Contoh 10.3. Elemen Struktur Dinding
Gambar 4.55. Potongan II-II Elemen Struktur Dinding
910
66
55
Ø10-150
Ø10-150
Ø10-150
2800 mm
3600 mm
4000 mm
3000 mm
164
Dari gambar potongan diatas maka diperoleh data-data sbb:
Diketahui :
Dimensi Dinding →bw = 4000 mm
hw = 6000 mm
Tw = 3000 mm
t = 200 mm
bw1= 3600 mm
hw1= 5600 mm
Tw1= 2800 mm
fy = 240 Mpa → ø = 10 mm
fc’ = 25 Mpa → K-300 kg/cm2
Selimut beton → a1 = 20 mm
a2 = 20 mm
a3 = 20 mm
a4 = 20 mm
Dari gambar potongan elemen struktur dinding (Gambar 4.53 s/d Gambar 4.55)
maka tulangan yang akan digunakan dapat dibedakan menjadi sembilan macam
tulangan yang memiliki pola penulangan, ukuran dan jenis penulangan yang berbeda.
Langkah awal yang dilakukan oleh pengguna/kontraktor untuk mengolah data sama
seperti pada contoh 1. elemen struktur balok (Gambar 4.22)
Tulangan 1 s/d 8 merupakan tulangan longitudinal dinding. Untuk menghitung
panjang (L) tulangan 1 s/d 8 langkah-langkah yang dilakukan sama dengan pada contoh
1. elemen struktur balok. Enam macam tulangan diatas mempunyai pola penulangan
yang sama hanya berbeda ukurannya. Untuk tulangan 1 s/d tulangan 4 dan tulangan 7
s/d tulangan 8 menggunakan BbCd 16 (Gambar 4.56), tulangan 5 dan 6 menggunakan
BbCd 13. Tulangan 9 pada contoh soal diatas merupakan tulangan penyangga dinding
yang menggunakan BbCd 53.
Setelah memasukkan data sembilan macam tulangan diatas,
pengguna/kontraktor dapat melihat detail data elemen struktur dinding dengan memilih
menu utama View. Adapun tampilan detail data sama seperti pada contoh 1. Elemen
struktur balok (Gambar 4.30 s/d Gambar 4.33). Untuk menampilkan hasil akhir berupa
bar bending schedule menggunakan cara yang sama dengan contoh 1. elemen struktur
balok (Tabel 4.10).
Universitas Kristen Petra
165
Gambar 4.56. Menu Utama Dinding untuk Tulangan 1
Universitas Kristen Petra
166
Tabel 4.10. Bar Bending Schedule Contoh 10. Elemen Struktur Dinding
Universitas Kristen Petra
167
Tabel 4.10. Bar Bending Schedule Contoh 10. Elemen Struktur Dinding (Lanjutan)
Universitas Kristen Petra
Contoh 11. Elemen Struktur Pondasi Bor Pile
Gambar 4.57 Potongan Elemen Struktur Pondasi Bor Pile
3
2
1
1
SPIRAL Ø10 - 100
7D22D
22-7
5
D22
-75
D22-75
D22-75
- 8.6
- 0.6
± 0.00
TIANG Ø 50 cm
100 mm
(3 x 3 m2)
PILE CAP, tf = 60 cm
D22-75
SLOOF 250 X 400
SLOOF300 X 450
3000 mm
500 mm
KOLOM600 X 600
169
Dari gambar potongan diatas maka diperoleh data-data sbb:
Diketahui :
Dimensi Bor pile → ∅50 cm
Dimensi Pile cap → 300 x 300 cm2
fy = 400 Mpa → D = 22 mm
fy = 240 Mpa → ø = 10 mm
fc’ = 25 Mpa → K-300 kg/cm2
Selimut beton → Bor pile : a1 = 100 mm
a2 = 100 mm
a3 = 100 mm
a4 = 100 mm
Pile cap : a1 = 70 mm
a2 = 70 mm
a3 = 70 mm
a4 = 70 mm
Dari gambar potongan elemen struktur pondasi bor pile (Gambar 4.57),
terdapat 3 macam tulangan dengan 3 pola penulangan, ukuran dan 2 jenis penulangan
yang berbeda (tulangan polos dengan diameter 10 mm dan tulangan ulir dengan
diameter 22 mm). Untuk tulangan 1 menggunakan pola penulangan dengan kode BbCd
16, tulangan 2 menggunakan kode BbCd 297, dan tulangan 3 menggunakan kode BbCd
31. Langkah awal yang dilakukan pengguna/kontraktor sama seperti pada contoh 1.
elemen struktur balok. Tulangan 1 s/d 3 merupakan tulangan longitudinal pondasi bor
pile karena pada elemen struktur pondasi bor pile tidak terdapat tulangan sengkang.
Untuk menghitung panjang (L) tulangan 1 s/d 3 ini pengguna/kontraktor harus
mengitungnya dengan cara manual terlebih dahulu (Gambar 4.58 s/d Gambar 4.60)
karena pada menu utama Lain tidak tersedia fasilitas seperti yang ada pada pondasi.
Semua data yang ada pada menu utama Lain harus terisi semua kecuali pada
ld, ldh, dan ls, jika ada yang tidak terisi maka program tidak bisa dijalankan. Setelah itu
pengguna/kontraktor harus menekan tombol Submit.
Universitas Kristen Petra
170
Gambar 4.58. Menu Utama Lain untuk Tulangan 1
Gambar 4.59. Menu Utama Lain untuk Tulangan 2
Universitas Kristen Petra
171
Gambar 4.60. Menu Utama Lain untuk Tulangan 3
Kemudian jika pengguna/kontraktor ingin melihat detail data elemen struktur
pondasi bor pile harus memilih menu utama View. Adapun tampilan detail data sama
seperti pada contoh 1. elemen struktur balok (Gambar 4.30 s/d Gambar 4.33). Untuk
menampilkan hasil akhir berupa bar bending schedule menggunakan cara yang sama
dengan contoh 1. elemen struktur balok (Tabel 4.11).
Universitas Kristen Petra
172
Tabel 4.11. Bar Bending Schedule Contoh 11. Elemen Struktur Lain
Universitas Kristen Petra