4. bab ii ekstraksi
DESCRIPTION
ekstraksiTRANSCRIPT
BAB II
EKSTRAKSI
2.1 Definisi Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan, penarikan atau
pengeluaran suatu komponen cairan/campuran dari campurannya.
Biasanya menggunakan pelarut yang sesuai dengan komponen yang
diinginkan. Cairan dipisahkan dan kemudian diuapkan sampai pada
kepekatan tertentu. Ekstraksi memanfaatkan pembagian suatu zat
terlarut antar dua pelarut yang tidak saling tercampur untuk
mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut lain.
Ekstraksi adalah proses pemisahan secara kimia dan fisika
kandungan zat simplisia menggunakan pelarut yang sesuai. Hal-hal
yang penting diperhatikan dalam melakukan ekstrasi yaitu pemilihan
pelarut yang sesuai dengan sifat-sifat polaritas senyawa yang ingin
diekstraksi ataupun sesuai dengan sifat kepolaran kandungan kimia
yang diduga dimiliki simplisia tersebut, hal lain yang perlu
diperhatikan adalah ukuran simplisia harus diperkecil dengan cara
perajangan untuk memperluas sudut kontak pelarut dan simplisia,
tapi jangan terlalu halus karna dikhawatirkan menyumbat pori-pori
saringan menyebabkan sulit dan lamanya poses ekstraksi.
Ekstraksi memegang peranan penting baik di laboratorium
maupun industri. Di laboratorium, ekstraksi seringkali dilakukan untuk
3
4
menghilangkan atau memisahkan zat terlarut dalam larutan dengan
pelarut air yang diekstraksi dengan pelarut lain seperti eter,
kloroform, karbondisulfida atau benzene.
2.2 Proses yang Terjadi Selama Proses Ekstraksi
a. Pembilasan senyawa-senyawa dalam simplisia keluar dari
simplisia
b. Melarutnya kandungan senyawa kimia oleh pelarut keluar dari sel
tanaman melalui proses difusi dengan 3 tahapan :
1. Penentrasi pelarut kedalam sel tanaman sehingga terjadi
pengembangan (swelling) sel tanaman.
2. Proses disolusi yaitu melarutnya kandungan senyawa didalam
pelarut.
3. Difusi dari senyawa tanaman, keluar dari sel tanaman
(simplisia).
2.3 Dasar Pemisahan Campuran
Suatu zat dapat dipisahkan dari campurannya karena
mempunyai perbedaan sifat. Hal ini dinamakan dasr pemisahan.
Beberapa dasar pemisahan campuran antara lain sebagai berikut :
1. Ukuran partikel
Bila ukuran partikel zat yang diinginkan berbeda dengan
zat yang tidak diinginkan (zat pencampur) dapat dipisahkan
5
dengan metode filtrasi (penyaringan). Jika partikel zat hasil lebih
kecil daripada zat pencampurnya, maka dapat dipilih penyring
atau media berpori yang sesuai dengan ukuran partikel zat yang
diinginkan. Partikel zat hasil akan melewati penyaring dan zat
pencampurnya akan terhalang.
Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam
beberapa hal. Semakin kecil ukurannya, semakin besar luas
permukaan antara padat dan cair; sehingga laju perpindahannya
menjadi semakin besar. Dengan kata lain, jarak untuk berdifusi
yang dialami oleh zat terlarut dalam padatan adalah kecil.
2. Titik didih
Bila antara zat hasil dan zat pencampur memiliki titik didih
yang jauh berbeda dapat dipishkan dengan metode destilasi.
Apabila titik didih zat hasil lebih rendah daripada zat pencampur,
maka bahan dipanaskan antara suhu didih zat hasil dan di bawah
suhu didih zat pencampur. Zat hasil akan lebih cepat menguap,
sedangkan zat pencampur tetap dalam keadaan cair dan sedikit
menguap ketika titik didihnya terlewati. Proses pemisahan
dengan dasar perbedaan titik didih ini bila dilakukan dengan
kontrol suhu yang ketat akan dapat memisahkan suatu zat dari
campuranya dengan baik, karena suhu selalu dikontrol untuk
tidak melewati titik didih campuran.
6
Dalam banyak hal, kelarutan zat terlarut (pada partikel
yang diekstraksi) di dalam pelarut akan naik bersamaan dengan
kenaikan temperatur untuk memberikan laju ekstraksi yang lebih
tinggi.
3. Kelarutan
Suatu zat selalu memiliki spesifikasi kelarutan yang
berbeda, artinya suatu zat selalu memiliki spesifikasi kelarutan
yang berbeda, artinya suatu zat mungkin larut dalam pelarut A
tetapi tidak larut dalam pelarut B, atau sebaliknya. Secara umum
pelarut dibagi menjadi dua, yaitu pelarut polar, misalnya air, dan
pelarut nonpolar (disebut juga pelarut organik) seperti alkohol,
aseton, methanol, petrolium eter, kloroform, dan eter.
Dengan melihat kelarutan suatu zat yang berbeda dengan
zat-zat lain dalam campurannya, maka kita dapat memisahkan
zat yang diinginkan tersebut dengan menggunakan pelarut
tertentu.
Larutan yang akan dipakai sebagai zat pelarut seharusnya
merupakan pelarut pilihan yang terbaik dan viskositasnya harus
cukup rendah agar dapat dapat bersikulasi dengan mudah.
Biasanya, zat pelarut murni akan diapaki pada awalnya, tetapi
setelah proses ekstraksi berakhir, konsentrasi zat terlarut akan
naik dan laju ekstraksinya turun, pertama karena gradien
7
konsentrasi akan berkurang dan kedua zat terlarutnya menjadi
lebih kental.
4. Pengendapan
Suatu zat akan memiliki kecepatan mengendap yang
berbeda dalam suatu campuran atau larutan tertentu. Zat-zat
dengan berat jenis yng lebih besar daripada pelarutnya akan
segera mengendap. Jika dalam suatu campuran mengandung
satu atau beberapa zat dengan kecepatan pengendapan yang
berbeda dan kita hanya menginginkan salah satu zat, maka
dapat dipisahkan dengan metode sedimentsi tau sentrifugsi.
Namun jika dalm campuran mengandung lebih dari satu zat yang
akan kita inginkan, maka digunakan metode presipitasi. Metode
presipitasi biasanya dikombinasi dengan metode filtrasi.
5. Difusi
Dua macam zat berwujud cair atau gas bila dicampur
dapat berdifusi (bergerak mengalir dan bercampur) satu sama
lain. Gerak partikel dapat dipengaruhi oleh muatan listrik. Listrik
yang diatur sedemikian rupa (baik besarnya tegangan maupun
kuat arusnya) akan menarik partikel zat hasil ke arah tertentu
sehingga diperoleh zat yang murni. Metode pemisahan zat
dengan menggunakan bantuan arus listrik disebut elektrodialisis.
Selain itu kita mengenal juga istilah elektroforesis, yaitu
pemisahan zat berdasarkan banyaknya nukleotida (satuan
8
penyusun DNA) dapat dilakukan dengan elektroforesis
menggunakan suatu media agar yang disebut gel agarosa.
Pengadukan pada zat pelarut adalah penting karena akan
menaikkan proses difusi, sehingga menaikkan perpindahan
material dari permukaan partikel ke zat pelarut.
6. Adsorbsi
Adsorbsi merupakan penarikan suatu zat oleh bahan
pengadsorbsi secara kuat sehingga menempel pada permukaan
dari bahan pengadsorbsi. Penggunaan metode ini diterapkan
pada pemurnian air dan kotoran renik atau organisme.
2.4 Pertimbangan Pemilihan Metode Ekstraksi
Pertimbangan pemilihan metode ekstraksi didasarkan pada
beberapa faktor, yaitu :
a. Bentuk/tekstur bahan yang digunakan
b. Kandungan air dari bahan yang diekstrasi
c. Jenis senyawa yang akan diekstraksi
d. Sifat senyawa yang akan diekstraksi
Pemilihan metode ekstraksi tergantung bahan yang
digunakan, bahan yang mengandung mucilago dan bersifat
mengembang kuat hanya boleh dengan cara maserasi. Sedangkan
kulit dan akar sebaiknya di perkolasi. Untuk bahan yang tahan panas
sebaiknya diekstrasi dengan cara refluks sedangkan simplisia yang
9
mudah rusak karna pemanasan dapat diekstrasi dengan metode
soxhlet.
2.5 Hal Yang Penting Diperhatikan Dalam Ekstraksi
Pada umumnya untuk menghindari reaksi enzimatik dan
hidrolisis, maka dilakukan perendaman simplisia dalam alkohol yang
mendidih untuk mematikan jaringan simplisia. Alkohol secara umum
sangat baik untuk proses ekstraksi awal simplisia.
Proses ekstraksi dalam simplisia berdasarkan prinsip
kesetimbangan konsentrasi, apabila konsentrasi antara pelarut dan
simplisia telah setimbang maka pelarut akan jenuh dan tidak bisa
menarik kandungan kimia dalam simplisia oleh sebab itu dilakukan
penambahan pelarut baru dalam metode ekstrasi jenis tertentu.
Ekstrasi pada simplisia jaringan hijau (berklorofil), bila
diekstraksi ulang warna hijau hilang sempurna, maka diasumsikan
seluruh klorofil & senyawa yang berbobot rendah lainnya sudah
terekstraksi seluruhnya.
2.6 Pemilihan Pelarut untuk Proses Ekstraksi
Pemilihan pelarut juga diperlukan pada proses ektraksi. Pada
ekstraksi padat-cair misalnya, dapat dilakukan pra-pengolahan
(pengecilan) bahan ekstraksi atau pengolahan lanjut dari rafinat
10
(dengan tujuan mendapatkan kembali sisa-sisa pelarut). Pemilihan
pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini :
1. Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan,
bukan komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam
praktek, terutama pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga
bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-
sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu larutan
ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu
misalnya di ekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.
2. Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan
ekstrak yang besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit).
3. Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair pelarut tidak boleh (atau hanya
secara terbatas) larut dalam bahan ekstraksi.
4. Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin
terdapat perbedaaan kerapatan yaitu besar amtara pelarut dan
bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat
dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran
(pemisahan dengan gaya berat). Bila beda kerapatan kecil,
11
seringkali pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan
gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).
5. Reaktifitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan
perubahan secara kimia pada komponen-komponen bahan
ekstraksi. Sebaliknya dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya
reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan
selektivitas yang tinggi. Seringkali ekstraksi juga disertai dengan
reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak
harus berada dalam bentuk larutan.
6. Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan
dengan cara penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka titik didih
kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak
membentuk aseotrop. ditinjau dari segi ekonomi, akan
menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak
terlalu tinggi (seperti juga halnya dengan panas penguapan yang
rendah).
7. Kriteria yang lain
Selain kriteria diatas, pelarut juga diharapkan sedapat
mungkin harus :
a. Murah
b. tersedia dalam jumlah besar
12
c. tidak beracun
d. tidak dapat terbakar
e. tidak eksplosif bila bercampur dengan udara
f. tidak korosif
g. tidak menyebabkan terbentuknya emulsi
h. memilliki viskositas yang rendah
i. stabil secara kimia dan termis (Sutriani,L . 2008).
Karena hampir tidak ada pelarut yang memenuhi syarat di
atas, maka untuk setiap proses ekstraksi harus dicari pelarut yang
paling sesuai.
Beberapa pelarut yang terpenting adalah : air, asam-asam
organik dan anorganik, hidrokarbon jenuh, toluen, karbon disulfit,
eter, aseton, hidrokarbon yang mengandung khlor, isopropanol,
etanol.
Ekstraksi akan lebih menguntungkan jika dilakukan dalam
jumlah tahap yang banyak setiap tahap menggunakan pelarut yang
sedikit. Kerugiannya adalah konsentrasi larutan ekstrak makin lama
makin rendah, dan jumlah total pelarut yang dibutuhkan menjadi
besar, sehingga untuk mendapatkan pelarut kembali biayanya
menjadi mahal.
Yang lebih ekonomis adalah menggunakan proses dengan
aliran yang berlawanan. Dalam hal ini bahan ekstraksi mula-mula
dikontakkan dengan pelarut yang sudah mengandung ekstrak
13
(larutan ekstrak), dan baru pada tahap akhir proses dikontakkan
dengan pelarut yag segar. Operasi dapat dilakukan baik secara tak
kontinu ataupun kontinyu. Dengan metode ini pelarut dapat dihemat
dan konsentrasi larutan ekstrak yang lebih tinggi dapat diperoleh.
Meskipun demikian, perbedaan konsentrasi yang cukup besar yang
merupakan gaya pendorong untuk unjuk kerja ekstraksi yang tinggi
masih dapat dipertahankan.
2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Kesetimbangan Konsentrasi Dalam
Ekstraksi
Faktor yang mempengaruhi kesetimbangan konsentrasi
dalam ekstraksi adalah sebagai berikut :
Perbandingan jumlah simplisia dan pelarut
Proses difusi sel yang utuh
Lama perendaman dan pengembangan simplisia
Kecepatan proses disolusi simplisia yang terintegrasi
Kecepatan terjadinya kesetimbangan
Suhu dan pH interaksi senyawa terlarut dan tidak larut
Tingkat lipopilitas (kepolaran)
14
2.8 Macam – Macam Metode Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang
dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut
dengan pelarut cair. Hasil dari ekstraksi disebut ekstrak.
Berdasarkan energi/suhu yang digunakan ekstrasi dibagi
menjadi 2 :
Cara dingin : maserasi dan perkolasi
Cara panas : refluks dan soxhletasi
Metode ekstraksi yang umum dilakukan :
2.8.1 Metode Ekstraksi Cara Dingin
Metoda ini artinya tidak ada proses pemanasan selama
proses ekstraksi berlangsung, tujuannya untuk menghindari
rusaknya senyawa yang dimaksud rusak karena
pemanasanan. Jenis ekstraksi dingin adalah :
A. Maserasi
Metode maserasi digunakan untuk menyari
simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah
larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin,
tiraks dan lilin (Sudjadi, 1988).
Maserasi merupakan proses ekstraksi
menggunakan pelarut diam atau dengan beberapa kali
pengocokan pada suhu ruangan. Pada dasarnya metoda
ini dengan cara merendam sample dengan sekali-sekali
15
dilakukan pengocokan. Umumnya perendaman dilakukan
24 jam dan selanjutnya pelarut diganti dengan pelarut
baru. Ada juga maserasi kinetik yang merupakan metode
maserasi dengan pengadukan secara sinambung tapi
yang ini agak jarang dipakai.
Maserasi adalah metode ekstrasi dengan prinsip
pencapaian kesetimbangan konsentrasi, menggunakan
pelarut yang direndamkan pada simplisia dalam suhu
kamar, bila dibantu pengadukan secara konstan maka
disebut maserasi kinetik. Remaserasi adalalah
penambahan pelarut kedalam simplisia yang diekstrasi,
maserat (hasil maserasi) pertama disaring, sisa simplisia
(residu) diekstrasi dengan menambahkan pelarut yang
baru dengan cara yang sama seperti diatas. kekurangan
metode ini, butuh waktu yang lama dan memerlukan
pelarut dalam jumlah yang banyak.
Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya
sederhana. Sedang kerugiannya antara lain waktu yang
diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama,
cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat
digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur
keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.
16
Metode maserasi dapat dilakukan dengan
modifikasi sebagai berikut :
• Modifikasi maserasi melingkar
• Modifikasi maserasi digesti
• Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat
• Modifikasi remaserasi
• Modifikasi dengan mesin pengaduk (Sudjadi, 1988).
B. Perkolasi
Perkolasi merupakan ekstraksi dengan
menggunakan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
(exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada
suhu ruangan / suhu kamar. Prosesnya terdiri dari tahap
pengembangan bahan, maserasi antara, perkolasi
sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) secara
terus menerus sampai diperoleh ekstrak yang jumlahnya
satu sampai lima kali volume bahan.
Proses keberhasilan ekstraksi dengan cara
perkolasi dipengaruhi selektifitas pelarut, kecepatan alir
pelarut dan suhunya, ukuran simplisia tidak boleh terlalu
halus, karna dapat menyumbat pori-pori saringan
perkolator.
Perkolasi adalah cara penyarian dengan
mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang telah
17
dibasahi. Keuntungan metode ini adalah tidak
memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat (marc)
telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak
antara sampel padat tidak merata atau terbatas
dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi
dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan
komponen secara efisien (Sutriani,L . 2008).
2.8.2 Metode Ekstraksi Cara panas
Metoda ini pastinya melibatkan panas dalam
prosesnya. Dengan adanya panas secara otomatis akan
mempercepat proses penyarian dibandingkan cara dingin.
Metodanya adalah :
A. Refluks
18
Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut yang
dilakukan pada titik didih pelarut tersebut, selama waktu
tertentu dan sejumlah pelarut tertentu yang konstan,
karena pelarut terus bersikulasi didalam refluks (menguap,
didinginkan, kondensasi) dengan adanya pendingin balik
(kondensor) kemudian menetes kembali ke menstrum
(campuran pelarut dan simplisia) di dalam alat). Umumnya
dilakukan tiga sampai lima kali pengulangan proses pada
residu pertama, sehingga termasuk proses ekstraksi
sempurna (exhaustive extraction). Prosedurnya:
masukkan sampel dalam wadah, pasangkan kondensor,
panaskan. Pelarut akan mengekstraksi dengan panas,
terus akan menguap sebagai senyawa murni dan
kemudian terdinginkan dalam kondensor, turun lagi ke
wadah, mengekstraksi lagi dan begitu terus. Proses
umumnya dilakukan selama satu jam.
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan
untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai
tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung..
Kerugiannya adalah membutuhkan volume total
pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator
(Sutriani,L . 2008).
19
B. Soxhletasi atau Ekstraksi Sinambung
Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan ekstraksi
dengan pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan
menggunakan alat khusus berupa soxhlet sehingga terjadi
ekstraksi yang kontinyu dan relatif konstan dengan
adanya pendingin balik (kondensor). Disini sampel
disimpan dalam alat Soxhlet dan tidak dicampur langsung
dengan pelarut dalam wadah yang di panaskan, yang
dipanaskan hanyalah pelarutnya, pelarut terdinginkan
dalam kondensor dan pelarut dingin inilah yang
selanjutnya mengekstraksi sampel.
20
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara
berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga
menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi
molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun
menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya
masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati
pipa sifon (Sudjadi, 1988).
Keuntungan metode ini adalah :
Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang
lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara
langsung.
Digunakan pelarut yang lebih sedikit
Pemanasannya dapat diatur (Sudjadi, 1988).
21
Kerugian dari metode ini :
Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul
pada wadah di sebelah bawah terus-menerus
dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi
peruraian oleh panas.
Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan
melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu
sehingga dapat mengendap dalam wadah dan
membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk
melarutkannya.
Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok
untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang
terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh
alat yang berada di bawah komdensor perlu berada
pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut
yang efektif (Sudjadi, 1988).
Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut
murni atau campuran azeotropik dan tidak dapat
digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut,
misalnya heksan : diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang
diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan
mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di
dalam wadah (Sudjadi, 1988).
22
2.8.3 Metode Ekstraksi Lainnya
A. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (maserasi dengan
pengadukan kontinyu dan konstan) yang dilakukan pada
suhu temperatur yang lebih tinggi, umumnya 40-50
Celcius.
B. Infus dan Dekok
Infus adalah ekstraksi dengan merebus sample
(khususnya simplisia) menggunakan air yang mendidih
pada suhu 96-98 C, dalam waktu tertentu sekitar 15-20
menit, sedangkan dekok adalah proses infus yang terjadi
selama skitar 30 menit lebih, untuk dekok sekarang sudah
sangat jarang digunakan.
C. Destilasi Uap
23
Destilasi uap adalah ekstraksi dengan cara
mengalirkan uap air pada simplisia (umumnya cara ini
dilakukan pada kandungan kimia simplisia yang mudah
menguap seperti minyak atsiri), sehingga uap air menarik
kandungan zat didalam simplisia, yang kemudian
terkondensasi bersama-sama menghasilkan ekstrak cair
(campuran).
Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk
menyari simplisia yang mengandung minyak menguap
atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik
didih tinggi pada tekanan udara normal (Sutriani,L .
2008).
Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut
yang mempunyai daya melarutkanyang tinggi terhadap zat
yang diekstraksi. Daya melarutkan yang tinggi ini
berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran
senyawa yang diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat
bagi senyawa polar larut dalam pelarut polar dan
sebaliknya (Sutriani,L . 2008).
D. Ekstraksi ultrasonik
Ekstrasi dengan bantuan getaran ultrasonik
(>20.000 Hz) memberikan efek meningkatkan
24
permeabilitas dinding sel, sehingga banyak zat yang bisa
ditarik oleh pelarut.
2.9 Jenis – Jenis Ekstraksi
Teknik ekstraksi dapat dibedakan menjadi tiga cara yaitu
ekstraksi bertahap (batch-extraction = ekstraksi sederhana),
ekstraksi kontinyu (ekstraksi samapi habis), dan ekstraksi arah
berlawanan (counter current extraction). Ekstraksi bertahap
merupakan cara yang paling sederhana. Caranya cukup dengan
menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan
pelarut semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi zat yang akan diekstraksi pada kedua
lapisan, setelah ini tercapai lapisan didiamkan dan dipisahkan.
Ekstraksi kontinyu digunakan bila perbandingan distribusi relatif kecil
sehingga untuk pemisahan yang kuantitatif diperlukan beberapa
tahap ekstraksi. Efisiensi yang tinggi pada ekstraksi tergantung pada
viskositas fase dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecepatan
tercapainya suatu kesetimbangan, salah satu diantaranya adalah
dengan menggunakan luas kontak yang besar. Ekstraksi kontinyu
counter current, fase cair pengekstraksi dialirkan dengan arah yang
berlawanan dengan larutan yang mengandung zat yang akan
diekstraksi. Biasanya digunakan untuk pemisahan zat, isolasi atau
25
pemurnian. Sangat penting untuk fraksionasi senyawa organik tetapi
kurang bermanfaat untuk senyawa-senyawa an-organik.
Disamping itu, terdapat macam-macam pembagian ekstraksi
yang dihimpun dari beberapa referensi. Adapun macam-macamnya
adalah ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair, ekstraksi fase padat,
dan ekstraksi asam basa. Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1. Ekstraksi Padat Cair (Ekstraksi Soxhlet)
Adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert
ke dalam pelarutnya atau digunakan untuk memisahkan analit
yang terdapat pada padatan menggunakan pelarut organik.
Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik, karena
komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan
semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari
bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat
larut dalam solven pengekstraksi. Padatan yang akan diekstrak
dilembutkan terlebih dahulu, dapat dengan cara ditumbuk atau
dapat juga di iris-iris menjadi bagian-bagian yang tipis. Kemudian
padatan yang telah halus di bungkus dengan kertas saring dan
dimasukkan kedalam alat ekstraksi soxhlet. Pelarut organik
dimasukkan ke dalam labu godog. Kemudian peralatan ekstraksi
di rangkai dengan pendingin air. Ekstraksi dilakukan dengan
memanaskan pelarut organik sampai semua analit terekstrak.
26
2. Ekstraksi Cair-Cair
Merupakan metode pemisahan yang baik karena
pemisahan ini dapat dilakukan dalam tingkat makro dan mikro.
Danyang menjadi pokok pembahasan dalam ekstraksi cair-cair
ini adalah kedua fasa yang dipisahkan merupakan cairan yang
tidak saling tercampur. Prinsip metode ini didasarkan pada
distribusi zat terlarut dengan perbandingan tetentu antara dua
pelarut yang tidak saling bercampur seperti benzene dan
kloroform. Ekstraksi cair-cair digunakan sebagai cara untuk
praperlakuan sampel atau clean-up sampel untuk memisahkan
analit-analit dari komponen-komponen matriks yang mungkin
menganggu pada saat kuantifikasi atau deteksi analit.
Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi
analit dari fasa air kedalam pelarut organik yang bersifat non-
polar atau agak polar seperti n-heksana, metil benzene atau
diklorometana. Meskipun demikian, proses sebaliknya juga
mungkin terjadi. Analit-analit yang mudah tereksitasi dalam
pelarut organik adalah molekul-molekul netral yang berikatan
secara kovalen dengan konstituen yang bersifat non-polar atau
agak polar.
3. Ekstraksi Fase Padat (Solid Phase Extraction)
Jika dibandingkan dengan ekstraksi cair-cair, SPE
merupakan teknik yang relative baru, akan tetapi SPE cepat
27
berkembang sebagai alat yang utama untuk praperlakuan
sampel atau untuk clean-up sampel-sampel kotor, misalnya
sampel-sampel yang mempunyai kandungan matriks yang tinggi
seperti garam-garam, protein, polimer, resin dan lain-lain.
Keunggulan SPE dibandingkan dengan ekstraksi cair-cair
adalah :
Proses ekstraksi lebih sempurna.
Pemisahan analit dari pengganggu yang mungkin ada
menjadi lebih efesien.
Mengurangi pelarut organik yang digunakan.
Fraksi analit yang diperoleh lebih mudah dikumpulkan.
Mampu menhilangkan partikulat.
Lebih mudah diatomatisasi.
Sementara itu kerugian SPE adalah banyaknya jenis
cartridge (berisi penyerap tertentu) yang beredar dipasaran
sehingga reprodusibilitas hasil bervariasi jika menggunakan
cartridge yang berbeda dan juga adanya adsorbsi yang bolak
balik pada cartridge SPE.
4. Ekstraksi Asam Basa
Merupakan ekstraksi yang didasarkan pada sifat
kelarutannya. Senyawa atau basa direaksikan dengan pereaksi
asam atau basa sehingga terbentuk garam. Garam ini larut
dalam air tetapi tidak larut dalam senyawa organik.
28
Salah satu teknik yang paling penting dalam kimia analitik
adalah titrasi, yaitu penambahan secara cermat volume suatu
larutan yang mengandung zat A yang konsentrasinya diketahui,
kepada larutan kedua yang konsentrasinya belum diketahui,
yang akan mengakibatkan reaksi antara keduanya secara
kuantitatif. Selesainya reaksi yaitu pada titik akhir ditandai
dengan semacam perubahan sifat fisis, misalnya warna
campuran yang berekasi. Titik akhir dapat dideteksi dalam
campuran reaksi yang tidak berwarna dengan menambahkan zat
terlarut yang dinamakan indikator, yang mengubah warna pada
titik akhir.
2.10 Alat-Alat yang Digunakan Dalam Poses Ekstraksi
2.10.1 Proses Ekstraksi Padat-Cair
A. Ekstraktor Padat-Cair Tak Kontinyu
Dalam hal yang paling sederhana bahan ekstraksi
padat dicampur beberapa kali dengan pelarut segar di
dalam sebuah tangki pengaduk. Larutan ekstrak yang
terbentuk setiap kali dipisahkan dengan cara penjernihan
(pengaruh gaya berat) atau penyaringan (dalam sebuah
alat yang dihubungkan dengan ekstraktor). Proses ini
tidak begitu ekonomis, digunakan misalnya di tempat yang
tidak tersedia ekstraktor khusus atau bahan ekstraksi
29
tersedia dalam bentuk serbuk sangat halus, sehingga
karena bahaya penyumbatan, ekstraktor lain tidak
mungkin digunakan.
Ekstraktor yang sebenarnya adalah tangki-tangki
dengan pelat ayak yang dipasang di dalamnya. Pada alat
ini bahan ekstraksi diletakkan di atas pelat ayak
horisontal. Dengan bantuan suatu distributor, pelarut
dialirkan dari atas ke bawah. Dengan perkakas pengaduk
(diatas pelat ayak) yang dapat dinaikturunkan.
Pencampuran seringkali dapat disempurnakan atau rafinat
dapat dikeluarkan dari tangki setelah berakhirnya
ekstraksi. Ekstraktor semacam ini hanya sesuai untuk
bahan padat dengan partikel yang tidak terlalu halus.
Yang lebih ekonomis lagi adalah penggabungan
beberapa ekstraktor yang dipasang seri dan aliran bahan
ekstraksi berlawanan dengan aliran pelarut. Dalam hal ini
pelarut dimasukkan kedalam ekstraktor yang berisi
campuran yang telah mengalami proses ekstraksi paling
banyak. Pada setiap ekstraktor yang dilewati, pelarut
semakin diperkaya oleh ekstrak. Pelarut akan dikeluarkan
dalam konsentrasi tinggi dari ekstraktor yang berisi
campuran yang mengalami proses ekstraksi paling sedikit.
30
dengan operasi ini pemakaian pelarut lebih sedikit dan
konsentrasi akhir dari larutan ekstrak lebih tinggi.
Cara lain ialah dengan mengalirkan larutan ekstrak
yang keluar dari pelat ayak ke sebuah ketel destilasi,
menguapkan pelarut disitu, mengembunkan dalam
sebuah kondenser dan segera mengalirkannya kembali ke
ekstraktor untuk dicampur dengan bahan ekstraksi. Dalam
ketel destilasi konsentrasi larutan ekstrak terus-menerus
meningkat. dengan metode ini jumlah total pelarut yang
diperlukan relatif kecil. Meskipun demikian, selalu terdapat
perbedaan konsentrasi ekstrak yang maksimal antara
bahan ekstraksi dan pelarut. Kerugiaanya adalah
pemakaian banyak energi karena pelarut harus diuapkan
secara terus-menerus.
Pada ekstraksi bahan-bahan yang peka terhadap
suhu terdapat sebuah bak penampung sebagai pengganti
ketel destilasi. dari bak tersebut larutan ekstrak dialirkan
kedalam alat penguap vakum (misalnya alat penguap pipa
atau film). Uap pelarut yang terbentuk kemudian
dikondensasikan, pelarut didinginkan dan dialirkan
kembali kedalam ekstraktor dalam keadaan dingin.
31
B. Ekstraktor Padat-Cair Kontinyu
Cara kerja ekstraktor ini serupa dengan ekstraktor-
ekstraktor yang dipasang seri, tetapi pengisian,
pengumpanan pelarut dan juga pengosongan berlangsung
secara otomatik penuh dan terjadi dalam sebuah alat yang
sama. Oleh karena itu dapat diperoleh output yang lebih
besar dengan jumlah kerepotan yang lebih sedikit. Tetapi
karena biaya untuk peralatannya besar, ekstraktor
semacam itu kebanyakan hanya digunakan untuk bahan
ekstraksi yang tersedia dalam kuantitas besar (misalnya
biji-bijian minyak, tumbuhan). Dari beraneka ragam
konstruksi alat ini, berikut akan di bahas ekstraktor
keranjang (bucket-wheel extractor) dan ekstraktor sabuk
(belt extractor).
1. Ekstraktor Keranjang
Pada ekstraktor keranjang (keranjang putar =
rotary extractor), bahan ekstraksi terus-menerus
dimasukkan ke dalam sel-sel yang berbentuk jaring
(sektor) dari sebuah rotor yang berputar lambat
mengelilingi poros vertikal, Bagian bawah sel-sel
ditutup oleh sebuah pelat ayak. Selama satu putaran,
bahan padat dibasahi dari arah berlawanan oleh
pelarut atau larutan ekstrak yang konsentrasinya
32
meningkat, pelarut atau larutan tersebut dipompa dari
sel ke sel dan disiramkan ke atas bahan padat.
Akhirnya bahan dikeluarkan dan keseluruhan proses
ini berlangsung secara otomatik.
2. Ekstraktor Sabuk
Pada ekstraktor ini, bahan ekstraksi
diumpankan secara kontinu di atas sabuk ayak yang
melingkar. di sepanjang sabuk bahan dibasahi oleh
pelarut atau larutan ekstrak dengan konsentrasi yang
meningkat dan arah aliran berlawanan. Setelah itu
bahan dikeluarkan dari ekstraktor.
2.10.2 Proses Ekstraksi Cair-Cair
A. Ekstraktor Cair-Cair Tak Kontinyu
Alat tak kontinu yang sederhana seperti itu
digunakan misalnya untuk mengolah bahan dalam jumlah
kecil, atau bila hanya sekali-sekali dilakukan ekstraksi.
Untuk pemisahan yang dapat dipercaya antara fasa
berat dari fasa ringan, sedikit-dikitnya diperlukan sebuah
kaca intip pada saluran keluar dibagian bawah tangki
ekstraksi. Selain itu penurunan lapisan antar fasa
seringkali dikontrol secara elektronik (dengan perantaraan
alat ukur konduktivitas). Secara optik (dengan bantuan
detecktor cahaya batas) atau secara mekanik (dengan
33
pelampung atau benda apung). peralatan ini mudah
digabungkan dengan komponen pemblokir dan
perlengkapan alarm, yang akan menghentikan aliran
keluar dan atau memberikan alarm, segera setelah
lapisan tersebut melampaui kedudukan tertentu. Agar fasa
ringan (yang kebanyakan terdiri atas pelarut organik) tidak
masuk ke dalam saluran pembuangan air, pencegahan
yang lebih baik dapat dilakukan dengan memasang bak
penampung (bak penyangga) di belakang ekstraktor.
B. Ekstraktor Cair-Cair Kontinyu
Operasi kontinu pada ekstraksi cair-cair dapat
dilaksanakan dengan sederhana, karena tidak saja
pelarut, melainkan juga bahan ekstraksi cair secara
mudah dapat dialirkan dengan bantuan pompa. Dalam hal
ini bahan ekstraksi berulang-kali dicampur dengan pelarut
atau larutan ekstrak dalam arah berlawanan yang
konsentrasinya senantiasa meningkat. Setiap kali kedua
fasa dipisahkan dengan cara penjernihan. Bahan ekstraksi
dan pelarut terus-menerus diumpankan ke dalam alat,
sedangkan rafinat dan larutan ekstrak dikeluarkan secara
kontinyu.
Ekstraktor yang paling sering digunakan adalah
kolom-kolom ekstraksi, di samping itu juga digunakan
34
perangkat pencampur-pemisah (mixer-settler). Alat-alat ini
terutama digunakan bila bahan ekstraksi yang harus
dipisahkan berada dalam kuantitas yang besar, atau bila
bahan tersebut diperoleh dari proses-proses sebelumnya
secara terus-menerus.
1. Kolom Ekstraksi
Serupa seperti yang telah dikenal pada kolom
rektifikasi atau absorpsi, dalam sebuah kolom
ekstraksi vertikal bahan ekstraksi cair dan pelarut
saling dikontakkan dengan arah aliran yang
berlawanan. Dengan bantuan pompa, cairan yang
lebih ringan dimasukkan dari bagian bawah, dan
cairan yang lebih berat dari bagian atas kolom secara
terus-menerus.
Didalam kolom berulangkali terjadi proses yang
sama, yaitu pencampuran yang intensif antara kedua
cairan agar terjadi perpindahan massa. Peristiwa itu
sedapat mungkin diikuti dengan pemisahan yang
sempurna dari kedua fasa. Namun didalam kolom,
proses ini dan tahap ekstraksi seringkali tidak lagi
dapat dibedakan.
Bidang batas antara fasa berat dan fasa ringan
terdapat pada ujung atas atau ujung bawah kolom
35
(diketahui melalui percobaan). kedudukannya
dipertahankan konstan oleh sebuah pengatur tinggi
permukaan, yang mengendalikan pembuangan fasa
berat.
Beberapa cara dapat dilakukan untuk
mengintensifkan perpindahan massaa antara bahan
ekstraksi dan pelarut (atau larutan ekstrak dengan
konsentrasi yang meningkat). Pada dasarnya dapat
dibedakan antara kolom dengan perlengkapan dalam
yang tak bergerak dan kolom dengan perlengkapan
dalam yang dapat digerakkan. Dalam kolom dengan
perlengkapan dalam yang tak bergerak (misalnya
kolom semprot, kolom pelat ayak dan kolom benda
pengisi0, perpindahan denyut atau berputar,
perpindahan massa berlangsung lebih cepat, karena
sarana pembantu mekanik yang ditempatkan didalam
kolom selalu menciptakan bidang anar muka yang
baru lagi untuk perpindahan massa. Biasanya
perbandingan optimal antara intensitas pencampuran
dan laju alir atau juga performansi ekstraksi hanya
dapat ditentukan melalui percobaan-percobaan.
Berlawanan misalnya dengan perangkat
pencampuran-pemisah, pada kolom ekstraksi
36
seringkali terdapat bahaya pencampuran balik (back
mixing), yaitu ikut terbawanya partikel-partikel fasa
berat ke atas atau partikel-partikel fasa ringan ke
bawah. Hal ini terutama terjadi jika proses
pencampuran dilaksanakan secara terlalu intensif.
Dalam hal-hal tertentu kolom ekstraksi juga
dialiri dengan dua jenis pelarut, yaitu unutk
memisahkan dua komponen yang berbeda dari suatu
bahan ekstraksi. Secara kontinu pelarut yang satu
dimasukkan di ujung atas koloni.
b. Kolom Semprot (Spray Column)
Pada kolom semprot, fasa ringan hanya
didistribusikan satu kali oleh suatu perlengkapan
pendistribusi (alat penyemprot) yang berada di
ujung bawah kolom. Tetes-tetes yang terbentuk
bergelembung menerobos fasa berat dan
berkumpul menjadi satu pada ujung atas kolom.
c. Kolom Pelat Ayak (Reciprocating Plate Column)
Dalam kolom pelat ayak, fasa ringan yang
berkumpul dibawah setiap pelat ayak didorong ke
atas oleh fasa berat melalui lubang-lubang pelat
dan pada saat yang sama terpecah menjadi tetes-
37
tetes. Fasa berat akan mengalir melalui pipa
penyalur ke pelat dibawahnya.
d. Kolom Benda Pengisi (Packed Column)
Konstruksi kolom benda pengisi sama
dengan kolom-kolom untuk rektifikasi. Untuk
menghasilkan perpindahan massa yang baik,
salah satu dari kedua fasa harus dapat
membasahi benda pengisi dengan baik.
e. Kolom Denyut (Pulsating Column)
Kolom denyut adalah kolom pelat ayak dan
kolom benda pengisi, yang seluruh cairannya
dibuat berosilasi terus-menerus dengan bantuan
pompa torak atau pompa membran. pompa ini
dihubungkan melalui dinding dibagian bawah
kolom. Sebagai efek denyut, fasa ringan terdesak
melalui lubang-lubang pelat ayak pada saat torak
bergerak maju sehingga fasa ini terdistribusi
dengan baik. Pada saat torak bergerak mundur,
fasa berat dihisap ke bawah melalui lubang-lubang
tersebut. Oleh karena itu, dibandingkan dengan
kolom pelat ayak sederhana, kolom denyut
memungkinkan perpindahan masaa yang lebih
baik. Cara kerja yang serupa juga dimiliki oleh
38
kolom getar. Dalam kolom ini bukan cairan yang
digerak-gerakan, melainkan pelat ayak yang
digantungkan pada sebuah batang yang berosilasi.
f. Kolom Rotasi (Rotary Column)
Pada kolom rotasi (kolom cakram putar) di
sepanjang kolom terdapat perkakas pengaduk
yang mirip cakram. Cakram ini terpasang pada
sebuah poros vertikal didalam kolom. kedua cairan
yang mengalir dalam arah berlawanan secara silih
berganti masuk ke ruang-ruang pencampur (disini
kedua cairan tersebut saling dicampurkan oleh
cakram-cakram yang berputar) dan ruang-ruang
pemisahan (disini cairan-cairan dipisahkan
kembali). Daerah pencampuran dan daerah
pemisahan dalam arah vertikal dibatasi oleh
lempeng-lempeng pemisah atau cakram-cakram
pembendung.
Pemisahan fasa yang lebih baik yang
berarti pencampuran balik yang lebih kecil, dapat
dicapai dengan pemasangan lempeng-lempeng
pembelok (baffle) dan paking-paing anyaman
kawat didalamnya (untuk aglomerasi tetesan),
yaitu di antara daerah pencampur yang terletak
39
disebelah dalam dan daerah pemisahan yang
berada disebelah luar.
2. Perangkat Pencampur-Pemisah
Dengan bantuan pompa, bahan ekstraksi cair
dan pelarut dialirkan dengan arah berlawanan ke
dalam ekstraktor yang terdiri atas tangki-tangki
pengaduk dan pemisah yang dihubungkan secara seri.
Perangkat ini kebanyakan hanya sesuai untuk bahan
ekstraksi yang tidak cendrung membentuk emulsi dan
mempunyai kerapatan yang sangat berbeda dari
pelarutnya.
3. Ekstraktor Sentrifugal
Ekstraktor sentrifugal ini memanfaatkan gaya
sentrifugal untuk pemisahan fasa. hal ini akan
menguntungkan bila pelarut, walaupun memiliki
selektivitas yang tinggi, hanya mempunyai perbedaan
kerapatan yang sangat kecil dengan bahan ekstraksi.
2.11 Metode Pemisahan
Metode pemisahan merupakan suatu cara yang digunakan
untuk memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau skelompok
senyawa yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu
bahan, baik dalam skala laboratorium maupun skala industri. Metode
40
pemisahan bertujuan untuk mendapatkan zat murni atau beberapa
zat murni dari suatu campuran, sering disebut sebagai pemurnian
dan juga untuk mengetahui keberadaan suatu zat dalam suatu
sampel (analisis laboratorium).
Berdasarkan tahap proses pemisahan, metode pemisahan
dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu metode pemisahan
sederhana dan metode pemisahan kompleks.
A. Metode pemisahan sederhana
Metode pemisahan sederhana adalah metode yang
menggunakan cara satu tahap. Proses ini terbatas untuk
memisahkan campuran atau larutan yang relatif sederhana.
B. Metode Pemisahan Kompleks
Metode pemisahan kompleks memerlukan beberapa
tahapan kerja, diantaranya penambahan bahan
tertentu,pengaturan proses mekanik alat, dan reaksi-reaksi kimia
yang diperlukan. Metode ini biasanya menggabungkan dua atau
lebih metode sederhana.
Keadaan zat yang diinginkan dan dalam keadaan campuran
harus diperhatiakn untuk menghindari kesalahan pemilihan metode
pemisahan yang akan menimbulkan kerusakan hasil atau melainkan
tidak berhasil. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain :
41
1. Keadaan zat yang diinginkan terhadap campuran, apakah zat
ada di dalam sel makhluk hidup, apakah bahan terikat secara
kimia, dan sebagainya.
2. Kadar zat yang diinginkan terhadap campurannya, apakah
kadarnya kecil atau besar.
3. Sifat khusus dari zat yang diinginkan dan campurannya, misalnya
zat tidak tahan panas, mudah menguap, kelarutan terhadap
pelarut tertentu, titik didih, dan sebagainya.
4. Standar kemurnian yang diinginkan. Kemurnian 100%
memerlukan tahap yang berbeda dengan 96%.
5. Zat pencemar dan campurannya yang mengotori beserta
sifatnya.
6. Nilai guna zat yang diinginkan, harga, dan biaya proses
pemisahan.
2.12 Jenis Pemisahan Filtrasi
Filtrasi atau penyaringan merupakan metode pemisahan
untuk memisahkan zat padat dari cairannya dengan menggunakan
alat berpori (penyaring). Dasar pemisahan metode ini adalah
perbedaan ukuran partikel antara pelarut dan zat terlarutnya.
Penyaring akan menahan zat padat yang mempunyai ukuran partikel
lebih besar dari pori saringan dan meneruskan pelarut.
42
Proses filtrasi yang dilakukan adalah bahan harus dibuat
dalam bentuk larutan atau berwujud cair kemudian disaring. Hasil
penyaringan disebut filtrat sedangkan sisa yang tertinggal
dipenyaring disebut residu (ampas).
Metode ini dimanfaatkan untuk membersihkan air dari sampah
pada pengolahan air, menjernihkan preparat kimia di laboratorium,
menghilangkan pirogen (pengotor) pada air suntik injeksi dan obat-
obat injeksi, dan membersihkan sirup dari kotoran yang ada pada
gula. Penyaringan di laboratorium dapat menggunakan kertas saring
dan penyaring buchner. Penyaring buchner adalah penyaring yang
terbuat dari bahan kaca yang kuat dilengkapi dengan alat penghisap.
1. Sublimasi
Sublimasi merupakan metode pemisahan campuran
dengan menguapkan zat padat tanpa melalui fasa cair terlebih
dahulu sehingga kotoran yang tidak menyublim akan tertinggal.
bahan-bahan yang menggunakan metode ini adalah bahan yang
mudah menyublim, seperti kamfer dan iod.
2. Kristalisasi
Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk
memperoleh zat padat yang terlarut dalam suatu larutan. Dasar
metode ini adalah kelarutan bahan dalam suatu pelarut dan
perbedaan titik beku. Kristalisasi ada dua cara yaitu kristalisasi
penguapan dan kristalisasi pendinginan.
43
Contoh proses kristalisasi dalam kehidupan sehari-hari
adalah pembuatan garam dapur dari air laut. Mula-mula air laut
ditampung dalam suatu tambak, kemudian dengan bantuan sinar
matahari dibiarkan menguap. Setelah proses penguapan,
dihasilkan garam dalam bentuk kasar dan masih bercampur
dengan pengotornya, sehingga untuk mendapatkan garam yang
bersih diperlukan proses rekristalisasi (pengkristalan kembali).
Contoh lain adalah pembuatan gula putih dari tebu.
Batang tebu dihancurkan dan diperas untuk diambil sarinya,
kemudian diuapkan dengan penguap hampa udara sehingga air
tebu tersebut menjadi kental, lewat jenuh, dan terjadi
pengkristalan gula. Kristal ini kemudian dikeringkan sehingga
diperoleh gula putih atau gula pasir.
3. Destilasi
Destilasi merupakan metode pemisahan untuk
memperoleh suatu bahan yang berwujud cair yang terkotori oleh
zat padat atau bahan lain yang mempunyai titik didih yang
berbeda. Dasar pemisahan adalah titik didih yang berbeda.
Bahan yang dipisahkan dengan metode ini adalah bentuk larutan
atau cair, tahan terhadap pemanasan, dan perbedaan titik
didihnya tidak terlalu dekat.
Proses pemisahan yang dilakukan adalah bahan
campuran dipanaskan pada suhu diantara titik didih bahan yang
44
diinginkan. Pelarut bahan yang diinginkan akan menguap, uap
dilewatkan pada tabung pengembun (kondensor). Uap yang
mencair ditampung dalam wadah. Bahan hasil pada proses ini
disebut destilat, sedangkan sisanya disebut residu.
Contoh destilasi adalah proses penyulingan minyak bumi,
pembuatan minyak kayu putih, dan memurnikan air minum.
4. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan metode pemisahan dengan
melarutkan bahan campuran dalam pelarut yang sesuai. Dasar
metode pemisahan ini adalah kelarutan bahan dalam pelarut
tertentu.
5. Adsorbsi
Adsorbsi merupakan metode pemisahan untuk
membersihkan suatu bahan dari pengotornya dengan cara
penarikan bahan pengadsorbsi secara kuat sehingga menempel
pada permukaan bahan pengadsorbsi. Penggunaan metode ini
dipakai untuk memurnikan air dari kotoran renik atau
mikroorganisme, memutihkan gula yang berwarna coklat karena
terdapat kotoran.
6. Kromatografi
Kromatografi adalah cara pemisahan berdasarkan
perbedaan kecepatan perambatan pelarut pada suatu lapisan zat
tertentu. Dasar pemisahan metode ini adalah kelarutan dalam
45
pelarut tertentu, daya absorbsi oleh bahan penyerap, dan
volatilitas (daya penguapan). Contoh proses kromatografi
sederhana adalah kromatografi kertas untuk memisahkan tinta.