4. analisis dan pembahasan 4.1. gambaran umum objek ... · 4.1.1. gambaran perusahaan pt. sinar...
TRANSCRIPT
37 Universitas Kristen Petra
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1. Gambaran Perusahaan PT. Sinar Sosro
Berdiri pada tahun 1974, PT. Sinar Sosro merupakan perusahaan minuman
teh siap minum dalam kemasan botol yang pertama di Indonesia dan di dunia.
Keterangan untuk produk PT. Sinar Sosro:
Teh botol Sosro menggunakan bahan baku: air, gula industry, dan teh hijau yang
dicampur dengan bunga melati dan bunga gambir (dikenal dengan teh wangi).
Gambar 4.1. Produk teh botol Sosro
Bahan baku teh untuk produk-produk PT. SINAR SOSRO disuplai oleh PT.
GUNUNG SLAMAT, sedangkan bahan baku teh tersebut dikelolah oleh PT.
AGRO PANGAN selaku sister company. Bahan baku teh untuk PT. Sinar Sosro
berasal dari:
Perkebunan Teh Gunung Rosa di Cianjur
Perkebunan Teh Gunung Manik di Cianjur
Perkebunan Teh Gunung Cempaka di Cianjur
38 Universitas Kristen Petra
Perkebunan Teh Gunung Satria di Garut
Perkebunan Teh Daerah Neglasari di Garut
Perkebunan Teh Daerah Cukul di Pangalengan
Perkebunan Teh Daerah Sambawa di Tasikmalaya
Kesegaran, rasa, serta higinitas dari produk menjadi salah satu konsentrasi PT.
Sinar Sosro dalam menghasilkan produk-produk yang berkualitas.
Sertifikasi Produk Teh Botol Sosro
1. Sertifikat ISO 9000:2000, yaitu sertifikat system management mutu untuk
menjamin kualitas pengolahan dan hasil produk.
2. Sertifikat ISO 14.000, yaitu sertifikat system lingkungan untuk menjamin
keamanan lingkungan.
3. Sertifikat HALAL, yang dikeluarkan oleh LPPOM MUI (Lembaga
Pengkajian Pangan, Obat-obatan & Kosmetika MUI) bekerjasama dengan
Departemen Agama, BPPOM, dan Balai POM Daerah untuk menjamin
kehalalan bahan baku, proses, dan produknya.
4. Sertifikasi SNI (Standar Nasional Indonesia), dikeluarkan oleh lembaga
Sertifikasi Produk Departemen Perindustrian.
5. Sertifikasi HACCP, yaitu sertifikat system management keamanan
makanan untuk menjamin produk yang aman bagi konsumen.
6. Sertifikat HIGIENE and SANITARY, sebagai salah satu persyaratan
untuk eksport yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat & Makanan.
Kontroversi
Pada tahun 2009, 2010, 2011 hingga 2012. Produk teh botol Sosro banyak
menuai pro dan kontra dari beberapa pihak, berikut beberapa ulasan kontroversi
yang menerpa PT. Sinar Sosro yang beredar media online.
Pada tahun 2009, produk teh botol Sosro diterpa isu yang mengatakan
bahwa “ Teh Botol Sosro Mengandung Racun Hydroxylic Acid” produk teh botol
Sosro dianggap beracun dan membahayakan (Lampiran 3, hal 96). Hal ini
39 Universitas Kristen Petra
langsung ditanggapi oleh manajemen PT. Sinar Sosro dengan memberikan
klarifikasi bahwa “Sehubungan dengan beredarnya isu mengenai produk kami
Tehbotol Sosro mengandung zat berbahaya yang disebut Hydroxilic acid, yang
Bapak/Ibu terima melalui email, maka perlu kami sampaikan bahwa isu dalam
email tersebut adalah TIDAK BENAR” (Lampiran 3, hal 98).
Sedangkan pada tahun 2010, produk teh botol Sosro masih saja diterpa isu
kandungan Racun Hydroxylic Acid dan Aspartasme yang terlihat pada artikel
“Bahaya teh botol Sosro. Benarkah???” (Lampiran 3, hal 101) dan “ Aspartame
Penyebab Pengerasan Otak, Sumsum Tulang Belakang dan Lupus” (Lampiran 3,
hal 103). Hal ini juga ditanggapi secara langsung oleh manajemen PT. Sinar Sosro
dengan memberikan klarifikasi di web www.sosro.com. “Informasi Perihal Hoax
“Tehbotol Sosro "Mengandung Pemanis Buatan Aspartame" (Lampiran 3, hal
105). Selain itu PT. Sinar Sosro juga memberikan hasil uji BBIA ( Balai Besar
Industri Argo ) yang menyatakan hasil parameter Aspartame Tehbotol Sosro
adalah <0,2 yang artinya Tehbotol Sosro tidak terdeksi adanya Aspartame.
Gambar 4.2. Uji Balai Besar Industri Argo
Dan pada tahun 2011 teh botol Sosro juga masih diberitakan mengandung
Hydroxilic acid yang beracun (Lampiran 3, hal 107). Sedangkan pada tahun 2012,
teh botol Sosro menayangkan iklan teh botol Sosro versi: pabrik PT. Sinar Sosro,
yang merupakan iklan korporat dari PT. Sinar Sosor. Iklan teh botol Sosro versi:
40 Universitas Kristen Petra
pabrik PT. Sinar Sosro juga mendapatkan tanggapan pro dan kontra dari beberapa
pihak. Dalam artikel pada blog .“Iklan Aneh Di pabrik Teh botol Sosro” ,
membahas mengenai iklan teh botol Sosro versi: pabrik bahwa percakapan pada
bintang iklan dan video iklan tersebut dirasa kurang jelas dan dipercaya. Dikutip
dari blog [email protected] “mana logikanya teh gak pakai pengawet
bisa tahan hingga 3-6 bulan. Dua hari aja udah basi, Intinya saya ga yakin gak
pakai pengawet. Oleh karena tidak yakin itu, maka saya yakin kalau kata yang
diucap si artis bintang iklan adalah KALAU bukan WALAU hihi..” (Lampiran 3,
hal 109).Namun juga ada beberapa tanggapan lain yang menyatakan setuju pada
iklan tersebut menurut dedew “Aku yakin banget kl teh botol sosro tanpa bahan
pengawet, kita pun harus mendukung produk negeri kita sendiri ( Indonesia )”.
Hal ini juga sempat ditanggapi oleh Marketing Communication Manager PT Sinar
Sosro dengan memberikan komentar dan informasi secara lebih jelas mengenai
proses produksi teh botol Sosro pada iklan versi: pabrik (Lampiran 3, hal 112),
Dari beberapa ulasan di atas dapat terlihat manajemen PT. Sinar Sosro,
sangat cepat tanggap dalam menghadapi kontroversi yang terjadi, hal ini juga
sempat diuas di media cetak Bisnis Indonesia yang menyatakan “JAKARTA
(bisnis.com): Strategi komunikasi yang diterapkan oleh manajemen PT Sinar
Sosro yang memproduksi tehbotol Sosro dinilai sudah tepat dalam menangani
manajemen krisis online karena tidak tergesa-gesa memasukkan kasus tersebut ke
ranah hukum” (Lampiran 3, hal 115 ).
41 Universitas Kristen Petra
4.2. Gambaran Iklan Televisi Teh Botol Sosro Versi: Pabrik PT. Sinar
Sosro
Gambar 4.3. Cuplikan gambar iklan teh botol Sosro versi: pabrik PT. Sinar Sosro
Sumber: www.youtube.com
Iklan teh botol Sosro versi: pabrik PT. Sinar Sosro merupakan salah satu
iklan yang dikeluarkan teh botol Sosro.
Keterangan:
Agency : Dentsu Strat Director: Putra Arradin
Production House : Kemistry
Tayang : Januari 2012 – April 2012
Durasi : 31 Detik
Tema : Proses produksi teh botol Sosro
Lokasi : Kantor pabrikan PT. Sinar Sosro (Cibitung)
Bintang Iklan : Maudy Koesnaedi bersama seorang anak remaja
Pertama-tama, iklan dimulai dengan adegan seorang anak remaja yang
kagum dengan kecanggihan pabrik PT. Sinar Sosro yang didampingi Maudy
Koesnaedi sebagai bintang iklan.
42 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.4. Gambar iklan TBS versi: pabrik PT. Sinar Sosro Scene 1
Audio : Seorang anak remaja : Wah canggih…
Maudy Koesnaedi : Iya donk, pabrik teh botol Sosro…
Setelah itu Maudy Koesnaedi mulai menjelaskan proses produksi teh botol Sosro
bersama beberapa karyawan pabrik PT. Sinar Sosro yang sedang memandu untuk
memperlihatkan proses produksi teh botol Sosro yang merupakan produk pertama
dan produk unggulan PT. Sinar Sosro. Maudy Koesnaedi sebagai bintang iklan
menjelaskan kesterilan produk dan memperlihatkan proses pemasukkan air ke
dalam botol dengan pesan iklan yang tertulis pada gambar iklan ini “Asli itu
steril”.
Gambar 4.5. Gambar iklan TBS versi: pabrik PT. Sinar Sosro Scene 2
Audio : Maudy Koesnaedi : Air tehnya dipanaskan di 95 derajat
celcius, langsung dimasukkan ke botol yang masih panas
43 Universitas Kristen Petra
Setelah itu, Maudy Koesnaedi menjelaskan higinitas produk dengan diperlihatkan
gambar proses pembuatan teh botol Sosro dengan mesin yang canggih. Dengan
pesan iklan yang tertulis pada gambar iklan ini “Asli itu Higienis”.
Gambar 4.6. Gambar iklan TBS versi: pabrik PT. Sinar Sosro Scene 3
Audio : Maudy Koesnaedi : Teh botol Sosro diproses dengan
mesin yang canggih, yang terjaga higenitasnya
Maudy Koesnaedi juga menjelaskan kealamian produk dengan diperlihatkan
visualisasi bahan-bahan teh botol Sosro. Dengan pesan iklan yang tertulis pada
iklan ini “Asli itu Alami Kesegarannya”.
Gambar 4.7. Gambar iklan TBS versi: pabrik PT. Sinar Sosro Scene 4
Audio : Maudy Koesnaedi : Bahannya hanya daun teh pilihan,
air dan gula pasir
Selanjutnya adalah adegan seorang anak remaja bersama Maudy Koesnaedi yang
berjalan keluar pabrik PT. Sinar Sosro setelah melihat proses pembuatan teh botol
Sosro, sambil mengkonsumsi teh botol Sosro. Maudy memberikan kesimpulan
pesan tentang produk Sosro yang dibantu anak remaja dengan menekankan
produk Sosro juga tanpa pengawet.
44 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.8. Gambar iklan TBS versi: pabrik PT. Sinar Sosro Scene 5
Audio : Maudy Koesnaedi : Jadi teh botol Sosro itu.. Steril
proses produksinya, higienis pabriknya, alami kesegarannya
Seorang Anak Remaja : Walau gak pake pengawet…
Adegan terakhir menggambarkan Maudy Koesnaedi yang sedang minum teh botol
Sosro. Iklan ditutup dengan lambang dan slogan produk teh botol Sosro yaitu
“Sosro ahlinya teh” yang selalu ada di semua iklan produk Sosro.
Gambar 4.9. Gambar iklan TBS versi: pabrik PT. Sinar Sosro Scene 6
Audio : Slogan penutup : Teh botol Sosro asli segarnya,
Sosro Ahlinya teh…
Isi pesan yang terkadung dalam iklan ini adalah menyampaikan dan
menginformasikan bahwa teh botol Sosro itu steril proses produksinya, higienis
pabriknya, dan alami kesegarannya.
Struktur pesan pada iklan ini adalah memberikan perhatian pada
masyarakat tentang kebutuhan informasi tentang produk teh botol Sosro, dengan
kepuasan visualisasi proses produksi teh botol Sosro langsung dari pabrik PT.
Sinar Sosro.
Format pesan pada iklan ini dikombinasikan melalui video dan audio
selama 31 detik, dengan bintang iklan Maudy Koesnaedi untuk menjelaskan
proses produksi teh botol Sosro langsung di pabrik PT. Sinar Sosro, yang
didukung pencahayaan yang terang dan jelas.
45 Universitas Kristen Petra
Sumber pesan pada iklan ini adalah Maudy Koesnaedi sebagai bintang
iklan pendukung yang mempunyai keahlian dalam menjelaskan dan
menyampaikan pesan iklan teh botol Sosro secara jelas dan mudah dimengerti.
46 Universitas Kristen Petra
4.3. Analisis dan Pembahasan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
4.3.1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur kevalidan suatu kuesioner. Suatu
kuesioner dikatakan valid apabila pertanyaan atau pernyataan pada kuesioner
mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam
penelitian ini, uji validitas akan dilakukan terhadap 30 responden dengan melihat
hasil corrected item total correlation, dengan ketentuan bahwa variabel yang
diteliti dinyatakan valid apabila nilai corrected item total correlation adalah lebih
besar bila dibandingkan dengan rtabel. = 0,30 (Sugiyono, 2011, p. 126).
Tabel 4.1.
Uji Validitas Kepercayaan
Item
Koefisien Korelasi
rtabel
Keterangan
Percaya 1 0,849 0, 30 Valid
Percaya 2 0,888 0, 30 Valid
Percaya 3 0,860 0, 30 Valid
Percaya 4 0,809 0, 30 Valid
Percaya 5 0,900 0, 30 Valid
Percaya 6 0,841 0, 30 Valid
Percaya 7 0,901 0, 30 Valid
Percaya 8 0,733 0, 30 Valid
Percaya 9 0,779 0, 30 Valid
Percaya 10 0,874 0, 30 Valid
Percaya 11 0,827 0, 30 Valid
Percaya 12 0,820 0, 30 Valid
Percaya 13 0,920 0, 30 Valid
Percaya 14 0,849 0, 30 Valid
Percaya 15 0,949 0, 30 Valid
Percaya 16 0,835 0, 30 Valid
Percaya 17 0,835 0, 30 Valid
Sumber: Hasil olahan peneliti
47 Universitas Kristen Petra
Tabel menunjukkan bahwa seluruh item variabel opini pada indikator
kepercayaan mempunyai nilai corrected item total correlation lebih besar dari
0,30. Dengan demikian indikator dari variabel opini pada indikator kepercayaan
dapat diukur.
Tabel 4.2.
Uji Validitas Nilai
Item
Koefisien Korelasi
rtabel
Keterangan
Nilai 1 0,909 0, 30 Valid
Nilai 2 0,941 0, 30 Valid
Nilai 3 0,884 0, 30 Valid
Nilai 4 0,920 0, 30 Valid
Nilai 5 0,825 0, 30 Valid
Nilai 6 0,837 0, 30 Valid
Nilai 7 0,789 0, 30 Valid
Nilai 8 0,838 0, 30 Valid
Nilai 9 0,810 0, 30 Valid
Nilai 10 0,934 0, 30 Valid
Nilai 11 0,839 0, 30 Valid
Nilai 12 0,909 0, 30 Valid
Nilai 13 0,712 0, 30 Valid
Nilai 14 0,880 0, 30 Valid
Nilai 15 0,934 0, 30 Valid
Nilai 16 0,896 0, 30 Valid
Nilai 17 0,796 0, 30 Valid
Sumber: Hasil olahan peneliti
Tabel menunjukkan bahwa seluruh item variabel opini pada indikator nilai
mempunyai nilai corrected item total correlation lebih besar dari 0,30. Dengan
demikian, indikator dari variabel opini pada indikator nilai dapat diukur.
48 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.3.
Uji Validitas Pengharapan
Item
Koefisien Korelasi
rtabel
Keterangan
Pengharapan 1 0,929 0, 30 Valid
Pengharapan 2 0,926 0, 30 Valid
Pengharapan 3 0,871 0, 30 Valid
Pengharapan 4 0,569 0, 30 Valid
Sumber: Hasil olahan peneliti
Tabel menunjukkan bahwa seluruh item variabel opini pada indikator
pengharapan mempunyai nilai corrected item total correlation lebih besar dari
0,30. Dengan demikian, indikator dari variabel opini pada indikator pengharapan
dapat diukur.
4.3.2. Uji Reliabilitas
Tabel 4.4.
Uji Reliabilitas Kepercayaan
Reliability Statistic
Cronbach’s
Alpha
N of items
,9751 17
Hasil uji reliabilitas indikator kepercayaan menunjukkan bahwa nilai cronbach’s
alpha sebesar 0,9751 adalah > 0,6, sehingga dapat dinyatakan bahwa indikator
kepercayaan adalah reliabel.
49 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.5.
Uji Reliabilitas Nilai
Reliability Statistic
Cronbach’s
Alpha
N of items
,9779 17
Hasil uji reliabilitas indikator nilai menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha
sebesar 0,9779 adalah > 0,6, sehingga dapat dinyatakan bahwa indikator nilai
adalah reliabel.
Tabel 4.6
Uji Reliabilitas Pengharapan
Reliability Statistic
Cronbach’s
Alpha
N of items
,8497 4
Hasil uji reliabilitas indikator pengharapan menunjukkan bahwa nilai cronbach’s
alpha sebesar 0,8497 adalah > 0,6, sehingga dapat dinyatakan bahwa indikator
pengharapan adalah reliabel.
4.3.3. Analisis dan Pembahasan Distribusi Frekuensi
I. Identitas Responden
Jumlah seluruh responden yang ada adalah 100 responden. Sebelum
responden menjawab kuesioner pada bagian awal, responden diminta untuk
mengisi data identitas responden yang berisi jenis kelamin, usia, pekerjaan,
pendidikan terakhir dan lokasi tempat tinggal.
50 Universitas Kristen Petra
1. Jenis Kelamin
Tabel 4.7.
Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid laki-laki 50 50,0
perempuan 50 50,0
Total 100 100,0
Sumber: kuesioner 1
Distribusi frekuensi pada tabel di atas menunjukkan responden yang mengisi
kuesioner ini adalah perempuan 50% dan laki-laki 50%. Sehingga presentase jenis
kelamin antara perempuan dan laki-laki adalah seimbang.
2. Usia
Tabel 4.8.
Usia
Frequency Percent
Valid 17-20thn 23 23,0
21-30thn 37 37,0
31-40thn 20 20,0
40-60thn 20 20,0
Total 100 100,0
Sumber: kuesioner 2
Distribusi frekuensi pada tabel di atas menunjukkan responden yang mengisi
kuesioner ini berusia 21-30 tahun 37%, kemudian responden dengan usia 17-20
tahun 23%, berikutnya responden usia 31-40 tahun 20%, dan sisanya adalah
responden dengan usia 40-60 tahun 20%. Menurut Hurlock, pada usia 21-30
tahun merupakan usia remaja akhir atau usia dewasa dini, individu telah mampu
berpikir kritis sehingga ia benar-benar menyeleksi tayangan televisi yang
dikonsumsinya (Hurlock, 2004).
51 Universitas Kristen Petra
3. Pekerjaan
Tabel 4.9.
Pekerjaan
Frequency Percent
Valid wiraswasta 33 33,0
karyawan 12 12,0
mahasiswa 43 43,0
pelajar 6 6,0
lainnya 6 6,0
Total 100 100,0
Sumber: kuesioner 3
Distribusi frekuensi pada tabel di atas menunjukkan responden yang mengisi
kuesioner ini sebagian besar adalah mahasiswa 43%, wiraswasta 33 %, lalu
karyawan 12%, pelajar 6%, dan lainnya 6%, yaitu ibu rumah tangga.
4. Pendidikan Terakhir
Tabel 4.10.
Pendidikan Terakhir
Frequency Percent
Valid SD 5 5,0
SLTP 12 12,0
SLTA 67 67,0
Sarjana 13 13,0
Pasca Sarjana 3 3,0
Total 100 100,0
Sumber: kuesioner 4
Distribusi frekuensi pada tabel di atas menunjukkan responden yang mengisi
kuesioner ini berpendidikan SLTA 67%, SLTP 12%, Sarjana 13%, SD 5%, dan
Pasca Sarjana 3%.
52 Universitas Kristen Petra
5. Lokasi Tempat Tinggal
Tabel 4.11.
Lokasi Tempat Tinggal
Frequency Percent
Valid Surabaya Utara 17 17,0
Surabaya Selatan 27 27,0
Surabaya Pusat 13 13,0
Surabaya Timur 27 27,0
Surabaya Barat 16 16,0
Total 100 100,0
Sumber: kuesioner 5
Distribusi frekuensi pada tabel di atas menunjukkan responden yang mengisi
kuesioner ini berlokasi di Surabaya Utara 17%, Surabaya Selatan 27%, Surabaya
Pusat 13%, Surabaya Timur 27%, dan Surabaya Barat 16 %. Jumlah ini sesuai
dengan ketentuan penelitian yang ada di dalam bab 3.
II. Tentang Teh Botol Sosro
Tabel 4.12.
Responden Konsumsi Teh Botol Sosro Dalam Satu Tahun Terakhir
Frequency Percent
Valid ya 86 86,0
tidak 14 14,0
Total 100 100,0
Sumber: kuesioner 6
Distribusi frekuensi pada tabel di atas menunjukkan responden yang mengisi
kuesioner ini konsumsi teh botol Sosro dalam satu tahun terakhir yang diwakilkan
dengan jawaban “Ya” sebanyak 86% dan sisanya menjawab “Tidak” sebanyak
53 Universitas Kristen Petra
14%. Sehingga bisa disimpulkan banyak responden yang mengisi kuesioner ini
telah konsumsi teh botol Sosro.
III. Media Televisi
Tabel 4.13.
Berapa Kali Anda Melihat Iklan Televisi Teh Botol Sosro Versi: Pabrik PT.
Sinar Sosro Dalam Seminggu
Frequency Percent
Valid 3-4kali 51 51,0
5-8 kali 26 26,0
lebih dari 8
kali 23 23,0
Total 100 100,0
Sumber: kuesioner 7
Distribusi frekuensi pada tabel di atas menunjukkan responden yang menonton
iklan teh botol Sosro paling banyak adalah 3-4 kali sebanyak 51%, lalu 5-8 kali
sebanyak 26 %, dan sisanya lebih dari 8 kali sebanyak 23%. Dapat diketahui
bahwa frekuensi penggunaan media mengumpulkan data khalayak tentang berapa
kali sehari seseorang menggunakan media dalam satu minggu, lalu berapa kali
seminggu seseorang menggunakan media dalam satu bulan, serta berapa kali
sebulan seseorang menggunakan media dalam satu tahun (Ardianto dan Erdinaya,
2005). Dapat disimpulkan pengaruh yang ditimbulkan oleh interaksi yang terjadi
antara TV dengan responden yang menonton iklan teh botol Sosro versi: pabrik
dalam satu minggu sebanyak 3-4 kali akan berbeda dengan responden yang
menonton iklan TV dalam satu minggu sebanyak 5-8 kali, terlebih lagi dengan
responden yang menonton iklan TV sebanyak lebih dari 8 kali dalam satu minggu.
Karena semakin sering terjadi interaksi, akan semakin kuat pula pengaruhnya
terhadap penonton televisi.
54 Universitas Kristen Petra
IV. Opini Penonton Mengenai Pesan Iklan Teh Botol Sosro Versi: Pabrik
PT. Sinar Sosro
Indikator Kepercayaan
Variabel opini pada indikator kepercayaan terbagi lagi menjadi beberapa
sub-indikator. Sub-indikator tersebut adalah kepercayaan berdasarkan elemen
pesan iklan, yaitu isi pesan, struktur pesan, format pesan, dan sumber pesan.
Untuk mengetahui nilai indikator kepercayaan, maka dilakukan
penghitungan rata-rata pada semua sub-indikator. Selanjutnya nilai rata-rata
tersebut dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu kategori negatif, netral, dan
positif. Berikut adalah perhitungan interval kelas:
Interval Kelas = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah (Azwar, 2005, p.107)
Jumlah Kelas
= 5 – 1 = 1,33
3
Kemudian dari nilai tersebut dibuat kelas interval sebagai berikut:
Tabel 4.14.
Kelas Interval Jawaban Responden
Kelas Interval Kategori
1,00 – 2,33 Negatif
2,34 – 3,66 Netral
3,67 – 5,00 Positif
Perhitungan Mean berdasarkan nilai skala likert
(n x 1) + (n x 2) + (n x 3) + (n x 4) + (n x 5)
100
n : nilai perhitungan tabel frekuensi
100: jumlah sampel
55 Universitas Kristen Petra
Perhitungan Mean I (Mean Indikator): Mean dari pernyataan per sub-indikator
dibagi sejumlah pernyataan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui rata-rata per sub-
indikator
Perhitungan Mean Total: Mean dari per sub-indikator dibagi sejumlah sub-
indikator. Hal ini dilakukan untuk mengetahui rata-rata Indikator.
Berikut tabel frekuensi untuk indikator Kepercayaan:
Tabel 4.15.
No Sub-Indikator STS TS N S SS Mean Mean
I
Isi Pesan
8 Saya mengetahui dan percaya isi pesan “teh botol
Sosro steril” yang ditunjukan melalui scene
proses pemasukan air teh ke dalam botol. Saya
percaya bahwa kata-kata dan gambar tersebut
sesuai dengan kenyataan.
9
6
15
50
20
3,66
3,66
9 Saya mengetahui dan percaya isi pesan “proses
produksi teh botol Sosro yang higienis” yang
ditunjukan melalui scene proses produksi Sosro
dengan mesin yang canggih yang terjaga
higinitasnya. Saya percaya bahwa kata-kata dan
gambar tersebut sesuai dengan kenyataan.
0
10
22
50
18
3,76
10 Saya mengetahui dan percaya isi pesan “bahan
teh botol Sosro alami tanpa bahan pengawet”
yang ditunjukan melalui scene gambar bahan teh
botol Sosro hanya daun teh pilihan, air dan gula
pasir. Saya percaya bahwa kata-kata dan gambar
tersebut sesuai dengan kenyataan.
4
15
18
48
15
3,55
Struktur Pesan
11 Saya tertarik memperhatikan Iklan teh botol
Sosro versi: pabrik, yang mengambarkan proses
1
11
19
46
23
3,79
56 Universitas Kristen Petra
produksi teh botol Sosro yang steril, alami dan
higinis
12 Saya menyadari pentingnya mengetahui
kelayakan produk yang dikonsumsi, sehingga
saya membutuhkan informasi yang terkandung
pada iklan teh botol Sosro versi:pabrik.
6
9
15
46
24
3,73
13 Saya puas dengan menonton iklan teh botol
Sosro, saya lebih memahami bahwa teh botol
Sosro itu steril, higienis dan alami
0
12
23
42
23
3,76
3,73
14 Dengan melihat iklan teh botol Sosro versi:
pabrik, saya merasa diuntungkan dapat
mengetahui informasi bahwa teh botol Sosro itu
steril, higienis, dengan bahan alami dan tanpa
bahan pengawet
4
8
26
43
19
3,65
Format Pesan
15 Saya mengetahui dan percaya adegan seorang
anak remaja bersama bintang iklan Maudy
Koesnaedi yang sedang berdiskusi tentang proses
pembuatan teh botol Sosro di pabrik PT. Sinar
Sosro. Saya percaya bahwa gambar adegan
tersebut benar-benar terjadi.
1
15
30
41
13
3,50
16 Saya mengetahui musik pengiring iklan teh botol
Sosro adalah lantunan jingle khas iklan teh botol
Sosro.
2
14
22
47
15
3,59
17 Saya percaya Maudy Koesnaedi dapat dengan
baik menjelaskan proses produksi teh botol Sosro
kepada seorang anak remaja yang sedang
melakukan kunjungan ke pabrik PT. Sinar Sosro.
0
7
30
51
12
3,68
3,69
18 Saya mengetahui produk teh botol Sosro yaitu teh
di dalam kemasan botol beling.
1
7
20
50
22
3,85
19 Saya percaya dan mengetahui iklan teh botol
Sosro versi: pabrik, dibuat di pabrik PT. Sinar
3
6
17
51
23
3,85
57 Universitas Kristen Petra
Sosro. Saya percaya bahwa gambar tersebut benar
adanya.
20 Saya merasa bahwa kombinasi pencahayaan
terhadap iklan teh botol Sosro itu menarik.
7
8
26
42
17
3,54
21 Saya merasa dengan durasi 31 detik, iklan teh
botol Sosro versi:pabrik dapat menyampaikan isi
pesan dengan jelas dan mudah dimengerti.
1
6
20
55
18
3,83
Sumber Pesan
22 Saya percaya Maudy Koesnaedi dalam iklan teh
botol Sosro versi: pabrik, mempunyai keahlian
untuk menjelaskan proses produksi teh botol
Sosro kepada seorang anak remaja yang sedang
melakukan kunjungan ke pabrik Sosro.
1
13
26
43
17
3,62
23 Saya percaya Maudy Koesnaedi sebagai sosok
perempuan yang jujur dan terpercaya dalam
menjelaskan proses produksi teh botol Sosro yang
steril, higienis dan alami pada iklan teh botol
Sosro versi: pabrik.
1
10
27
46
16
3,66
3,64
24 Saya percaya dan menyukai Maudy Koesnaedi
sebagai bintang iklan teh botol Sosro dapat
menjelaskan proses produksi teh botol Sosro
dengan jelas dan mudah dimengerti.
1
10
25
53
11
3,63
MEAN TOTAL 3,68
Berdasarkan tabel 4.15, dapat diketahui rata-rata Mean Indikator untuk
kepercayaan pada pesan iklan teh botol Sosro versi: pabrik di televisi adalah 3,68.
Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan penonton terhadap pesan iklan teh botol
Sosro versi: pabrik adalah positif (cenderung percaya). Melihat dari hasil
keseluruhan tabel 4.15, bisa disimpulkan pesan iklan teh botol Sosro versi: pabrik
berhasil menanamkan kepercayaan penonton. Hal ini sesuai dengan pendapat
Rivers dan Cleve, “Kepercayaan mengacu pada sesuatu yang diterima khalayak,
58 Universitas Kristen Petra
benar atau tidak berdasarkan pengalaman masa lalu, pengetahuan dan informasi
sekarang dan persepsi yang berkesinambungan” (Rivers dan Cleve, 1994, p.14).
Dengan mendapatkan kepercayaan penonton, maka hal ini juga sesuai dengan
pengertian iklan korporat “Iklan yang bertujuan membangun citra suatu
perusahaan yang pada akhirnya diharapkan juga membangun citra positif produk-
produk atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan tersebut (Lwin & Aitchison,
2005, p.7).
Berkaitan pada sub-indikator isi pesan pada tabel 4.15, dapat diketahui rata-
ratanya adalah sebesar 3,66. Hal ini menunjukkan bahwa penonton tidak
mengganggap percaya dan mengetahui isi pesan iklan teh botol Sosro dan juga
tidak mengganggap tidak percaya dan tidak mengetahui isi pesan iklan teh botol
Sosro. Penonton cenderung netral pada isi pesan teh botol Sosro steril, higienis,
dan alami.
Terdapat satu pesan iklan yang memiliki nilai positif sebesar 3,76, yaitu pada
pernyataan “Saya percaya dan mengetahui isi pesan “proses produksi teh botol
Sosro yang higienis” yang ditunjukan melalui scene proses produksi Sosro dengan
mesin yang canggih yang terjaga higinitasnya. Saya percaya bahwa kata-kata dan
gambar tersebut sesuai dengan kenyataan”.
Gambar 4.10. Gambar iklan TBS versi: pabrik PT. Sinar Sosro Scene 3
Pada pesan iklan yang terdapat pada gambar scene ini, penonton mempunyai
penilaian positif yang berarti penonton percaya dan mengetahui isi pesan teh botol
Sosro yang higienis. Hal ini berkaitan dengan pengetahuan dan kepercayaan
penonton bahwa proses produksi dalam pabrik dengan mesin- mesin pabrik adalah
higienis, apalagi didukung gambaran scene pada iklan teh botol Sosro yang
menvisualisasikan gambar proses produksi secara jelas disertai dengan kata-kata
yang terlihat “Asli itu Higienis”. Hal ini juga didukung hasil wawancara pada
59 Universitas Kristen Petra
salah satu responden dari 50 responden yang menyatakan setuju pada pesan iklan
“Teh botol Sosro Higienis”. Sherly mengatakan, “Kalau higienis saya percaya,
soalnya produk dalam pabrik itu biasanya bersih soalnya diproses dengan mesin-
mesin, terus kalo produk pabrik biasanya ada sertifikat kebersihan dari pemerintah
jadinya saya percaya” (sumber: wawancara dengan Sherly, Mahasiswa, 8 Mei
2012). Hal ini dapat dihubungkan dengan teori yang mengatakan bahwa audiens
yang melihat iklan harus memiliki pemahaman mengenai pesan iklan yang
disampaikan, dan iklan harus ditata sedemikian rupa sehingga isinya dapat
membangkitkan dan menggugah kesadaran, pemahaman, ingatan, dan
pengetahuan khalayak mengenai pesan iklan yang disampaikan (Lee dan Johnson,
2005, p.176).
Masih berkaitan dengan isi pesan, terdapat dua pernyataan yang mempunyai nilai
netral, yang pertama adalah pada pernyataan “teh botol Sosro steril’ sebesar 3,66
dan yang terendah adalah pada pernyataan “teh botol Sosro alami” sebesar 3,55.
Gambar 4.11. Gambar iklan TBS versi: pabrik PT. Sinar Sosro Scene 4
Hal ini menunjukkan bahwa penonton tidak mengganggap percaya dan
mengetahui isi pesan “teh botol Sosro alami” dan juga tidak mengganggap tidak
percaya dan tidak mengetahui isi pesan “teh botol Sosro alami”, penonton
cenderung netral pada pernyataan ini. Hal tersebut disebabkan scene iklan yang
menampilkan bahan teh botol Sosro yang hanya ada gambar teh, air, dan gula
pasir, kurang dapat diterima dan kurang dapat menimbulkan kepercayaan
penonton, dikarenakan perbedaan pengetahuan pada masing-masing penonton.
Menurut analisa peneliti, hal ini juga dapat dipengaruhi isu yang menerpa teh
botol Sosro, yaitu isu bahwa teh botol Sosro menggunakan bahan pengawet dan
pemanis buatan, yang sudah peneliti jelaskan pada bab I, bahwa teh botol Sosro
sempat diterpa isu negatif sehingga menimbulkan pro dan kontra. Analisa peneliti
60 Universitas Kristen Petra
tersebut didukung hasil wawancara pada salah satu dari 18 responden yang
menjawab netral. Sherly mengatakan, “ Aku gak percaya kalo teh botol Sosro itu
gak pake pengawet, tapi aku juga belum tahu sebenarnya, soalnya kan belum ke
pabriknya, jadi aku pilih netral aja karena belum yakin benar atau gak” (sumber:
wawancara dengan Sherly, Mahasiswa, 8 Mei 2012). Namun, responden Sherly
tetap mengkonsumsi teh botol Sosro. Hal ini juga dapat dihubungkan dengan teori
yang mengatakan bahwa adanya daya tarik rasional, emosional, dan moral yang
dapat mendukung audiens dalam menerima pesan iklan (Kotler & Amstrong,
2004, p.612).
Berkaitan dengan sub-indikator struktur pesan pada tabel 4.15., dapat diketahui
rata-ratanya dalah sebesar 3,73, yang merupakan nilai Mean Indikator tertinggi
pada indikator kepercayaan bila dibandingkan sub-indikator lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa penonton mempunyai kepercayaan yang tinggi dan
pengetahuan pada struktur pesan iklan teh botol Sosro versi: pabrik berdasarkan
perhatian, kebutuhan, kepuasan, dan visualisasi. Hal tersebut terlihat pada
penilaian positif pada pernyataan “Saya tertarik memperhatikan Iklan teh botol
Sosro versi: pabrik, yang mengambarkan proses produksi teh botol Sosro yang
steril, alami dan higinis” sebesar 3,79. Urutan kedua pada pernyataan “Saya puas
dengan menonton iklan teh botol Sosro, saya lebih memahami bahwa teh botol
Sosro itu steril, higienis dan alami” sebesar 3,76. Urutan ketiga pada pernyataan
“Saya menyadari pentingnya mengetahui kelayakan produk yang dikonsumsi,
sehingga saya membutuhkan informasi yang terkandung pada iklan teh botol
Sosro versi:pabrik” sebesar 3,73. Melihat urutan pertama dari kepercayaan
penonton mengenai struktur pesan iklan teh botol Sosro versi: pabrik, maka dapat
dikatakan iklan teh botol Sosro versi: pabrik dapat menarik perhatian penonton
dan diperhatikan oleh penonton. Sehingga bisa dikatakan fungsi informative pada
iklan teh botol Sosro dapat disampaikan dalam bentuk tulisan dan visualisasi yang
dapat menggambarkan maksud isi pesan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat
Rossiter dan Percy, yaitu kata-kata yang terlihat pada tayangan iklan untuk
memperjelas tayangan tersebut (Rossiter dan Percy, 1987, p.209).
Masih berkaitan dengan kepercayaan pada struktur pesan iklan. Terdapat satu
pernyataan yang bernilai netral, yaitu pada pernyataan “Dengan melihat iklan teh
61 Universitas Kristen Petra
botol Sosro versi: pabrik, saya merasa diuntungkan dapat mengetahui informasi
bahwa teh botol Sosro itu steril, higienis, dengan bahan alami dan tanpa bahan
pengawet” sebesar 3,65. Pada pernyataan ini, penonton bernilai netral sehingga
bisa disimpulkan pernyataan ini belum cukup untuk menimbulkan kepercayaan
lebih kepada penonton. Penonton cenderung tidak berpendapat karena mereka
tidak merasa diuntungkan dan juga tidak merasa tidak diuntungkan. Hal ini
dikarenakan pengetahuan penonton yang dirasa sudah seharusnya pengiklan
memberikan informasi kepada penonton. Hal ini sesuai dengan pendapat Wells,
“Dalam peran komunikasi, periklanan adalah satu bentuk dari komunikasi massa
yang bertujuan untuk menginformasikan dan mentransformasikan suatu produk
dengan cara menciptakan image atau citra melalui fakta-fakta secara terus terang”
(Wells, 1989, p.9). Dan pendapat Lwin dan AitcHison mengatakan bahwa “iklan
adalah kandungan utama dari manajemen promosi yang menggunakan ruang
media bayaran televisi, radio, surat kabar, majalah guna menyampaikan pesan”
(Lwin, 2005, p.15).
Berkaitan dengan sub-indikator format pesan pada tabel 4.15, dapat diketahui
rata-ratanya adalah sebesar 3,69. Hal ini menunjukkan bahwa penonton
mempunyai kepercayaan dan pengetahuan pada format pesan iklan teh botol
Sosro versi: pabrik berdasarkan video, audio, talent, product, setting, lighthing,
dan pacing. Pada hasil tabel 4.15., terlihat pernyataan tertinggi adalah pada
pernyataan tentang product (18) dan setting (19) yang masing-masing bernilai
3,85. Dapat disimpulkan, penonton sangat mengetahui produk teh botol Sosro
dalam kemasan botol beling dan penonton juga percaya dan mengetahui setting
iklan teh botol Sosro versi: pabrik adalah di pabrik PT. Sinar Sosro. Hal ini sesuai
dengan pendapat Rossiter dan Percy yang mengatakan bahwa gambar-gambar
yang digunakan dalam iklan berhubungan dengan obyek yang diiklankan
(Rossiter dan Percy, 1987, p.209). Sedangkan untuk rata-rata terendah adalah
pada elemen video (15) sebesar 3,50 yang bernilai netral. Dari hasil tersebut bisa
disimpulkan elemen video pada iklan teh botol Sosro versi: pabrik PT. Sinar
Sosro, masih belum cukup untuk menanamkan dan mendapatkan kepercayaan dari
penonton.
62 Universitas Kristen Petra
Berkaitan dengan sub-indikator sumber pesan pada tabel 4.15, dapat diketahui
rata-ratanya sebesar 3,64 yaitu bernilai netral. Sub-indikator sumber pesan
mempunyai nilai Mean Indikator terendah bila dibandingkan sub-indikator
lainnya. Pada tiga pernyataan kepercayaan mengenai sumber pesan, masing-
masing bernilai netral. Pada urutan pertama adalah pada pernyataan no 23 sebesar
3,66, urutan kedua pada pernyataan no 24 sebesar 3,63, dan urutan ketiga pada
pernyataan no 22 sebesar 3,62. Sehingga peneliti menyimpulkan penonton
mempunyai penilaian netral terhadap keahlian, sifat dipercaya, sifat disukai, dan
cenderung tidak ingin berpendapat pada sumber pesan yang diperankan oleh
Maudy Koesnaedi. Hal ini dikarenakan pengetahuan umum penonton yang
mengetahui dunia periklanan adalah hasil kreativitas tim produksi, sehingga
mempunyai anggapan bahwa bintang iklan sudah dipersiapkan untuk beradegan
dengan baik pada iklan tersebut. Bintang iklan dianggap pengetahuannya juga
hanya sebatas perannya di iklan tersebut. Kotler mengatakan, pesan yang
disampaikan oleh sumber pesan yang menarik atau terkenal akan efektif jika
mereka dapat melambangkan atribut produk yang utama. Tetapi yang sama
pentingnya adalah kredibilitas model iklan tersebut. Pesan yang disampaikan oleh
sumber pesan yang sangat terpercaya akan lebih efektif (Kotler, 2003, p. 266).
Dari hasil rata-rata netral di atas, bisa disimpulkan bahwa bintang iklan Maudy
Koesnaedi masih kurang mendapatkan kepercayaan penonton.
Indikator Nilai
Variabel opini pada indikator nilai terbagi lagi menjadi beberapa sub-
indikator. Sub-indikator tersebut adalah nilai berdasarkan elemen pesan iklan,
yaitu isi pesan, struktur pesan, format pesan, dan sumber pesan.
Berikut tabel frekuensi untuk indikator Nilai:
Tabel 4.16.
No Sub-Indikator STS TS N S SS Mean Mean
I
Isi Pesan
25 Saya suka isi pesan “teh botol Sosro steril” yang
63 Universitas Kristen Petra
ditunjukan melalui scene proses pemasukan air
teh ke dalam botol.
2 10 20 56 12 3,66
3,63
26 Saya suka isi pesan “proses produksi teh botol
Sosro yang higinis” yang ditunjukan melalui
scene proses produksi Sosro dengan mesin yang
canggih yang terjaga higinitasnya.
3
8
25
49
15
3,65
27 Saya suka isi pesan “bahan teh botol Sosro alami
tanpa bahan pengawet” yang ditunjukan melalui
scene gambar bahan teh botol Sosro hanya daun
teh pilihan, air dan gula pasir.
2
9
31
46
12
3,57
Struktur Pesan
28 Saya suka iklan teh botol Sosro versi: pabrik,
yang mengambarkan proses produksi teh botol
Sosro yang steril, higienis dan alami, karena
menarik perhatian saya.
1
12
25
48
14
3,62
29 Saya menyukai informasi tentang proses produksi
dan bahan yang digunakan teh botol Sosro karena
saya menyadari pentingnya mengetahui
kelayakan produk yang dikonsumsi.
3
5
27
48
17
3,71
30 Saya puas dan suka menonton iklan teh botol
Sosro, karena saya lebih memahami dan
mengetahui bahwa teh botol Sosro steril, higienis
dan alami.
1
9
27
43
20
3,72
3,68
31 Saya menyukai iklan teh botol Sosro versi:
pabrik, karena saya merasa diuntungkan dapat
mengetahui informasi bahwa teh botol Sosro
steril, higienis, dengan bahan alami dan tanpa
bahan pengawet.
2
9
23
50
16
3,69
Format Pesan
64 Universitas Kristen Petra
32 Saya suka adegan seorang anak remaja bersama
bintang iklan Maudy Koesnaedi yang sedang
berdiskusi tentang proses pembuatan teh botol
Sosro di pabrik PT. Sinar Sosro.
0
5
25
54
16
3,81
33 Saya suka musik pengiring iklan teh botol Sosro
yaitu lantunan jingle khas iklan teh botol Sosro
karena mudah diingat.
1
7
30
46
16
3,69
34 Saya suka Maudy Koesnaedi sebagai bintang
iklan karena dapat dengan baik menjelaskan
proses produksi teh botol Sosro kepada seorang
anak remaja yang sedang melakukan kunjungan
ke pabrik PT. Sinar Sosro.
8
5
24
47
16
3,58
35 Saya suka gambaran proses produksi produk teh
botol Sosro dalam iklan ini.
0
7
31
44
18
3,73
36 Saya suka iklan teh botol Sosro versi: pabrik,
dibuat di pabrik PT. Sinar Sosro.
1
10
24
49
16
3,69
3,72
37 Saya suka kombinasi pencahayaan dalam iklan
teh botol Sosro.
0
7
27
48
18
3,77
38 Saya suka iklan teh botol Sosro versi:pabrik
dengan durasi 31 detik karena dapat
menyampaikan isi pesan dengan jelas dan mudah
dimengerti.
0
7
29
46
18
3,75
Sumber Pesan
39 Saya suka Maudy Koesnaedi sebagai bintang
iklan dalam iklan teh botol Sosro versi: pabrik,
karena mempunyai keahlian dan pengetahuan
yang cukup untuk menjelaskan proses produksi
teh botol Sosro kepada seorang anak remaja yang
sedang melakukan kunjungan ke pabrik PT. Sinar
Sosro.
1
10
29
50
10
3,58
40 Saya suka Maudy Koesnaedi sebagai bintang
65 Universitas Kristen Petra
iklan karena Maudy terlihat sebagai sosok
perempuan yang jujur dan terpercaya dalam
menjelaskan proses produksi teh botol Sosro yang
steril, higienis dan alami pada iklan teh botol
Sosro versi: pabrik.
0 8 24 51 17 3,77 3,69
41 Saya suka Maudy Koesnaidi sebagai bintang
iklan iklan teh botol Sosro karena dapat
menjelaskan proses produksi teh botol Sosro
dengan jelas dan mudah dimengerti.
0
7
27
53
13
3,72
MEAN TOTAL 3,68
Berdasarkan tabel 4.16, dapat diketahui Mean Indikator keseluruhan untuk nilai
pada pesan iklan teh botol Sosro versi: pabrik di televisi adalah 3,68, sama dengan
rata-rata indikator kepercayaan. Hal ini menunjukkan bahwa penilaian penonton
terhadap pesan iklan teh botol Sosro versi: pabrik adalah positif (cenderung
menyukai). Sesuai dengan pendapat Rivers dan Cleve, yaitu nilai melibatkan
kesuka-ketidaksukaan, cinta dan kebencian, hasrat dan ketakutan, bagaimana
orang menilai sesuatu dan intensitas penilaiannya apakah kuat, lemah ataukah
netral (Rivers dan Cleve, 1994, p.14).
Berkaitan pada sub-indikator isi pesan pada tabel 4.16, dapat diketahui rata-
ratanya sebesar 3,63. Hal ini menunjukkan bahwa penonton tidak mengganggap
sangat suka isi pesan iklan teh botol Sosro dan juga tidak mengganggap tidak suka
isi pesan iklan teh botol Sosro. Penonton cenderung netral dan tidak ingin
berpendapat pada nilai isi pesan teh botol Sosro steril, higienis, dan alami. Hasil
rata-rata indikator nilai sebesar 3,63 lebih rendah daripada indikator kepercayaan,
namun sama-sama bernilai netral. Sehingga bisa dikatakan kepercayaan dan
kesukaan penonton terhadap isi pesan iklan teh botol Sosro versi: pabrik adalah
netral. Pihak teh botol Sosro dan pengiklan belum cukup untuk menumbuhkan
kepercayaan dan rasa suka penonton terhadap isi pesan iklan tersebut. Pada tiga
pernyataan nilai mengenai isi pesan rata-rata bernilai netral. Nilai netral tertinggi
adalah pada pernyataan no 25 sebesar 3,66, kedua pada pernyataan no 26 sebesar
66 Universitas Kristen Petra
3,65, dan ketiga pada pernyataan no 27 bernilai 3,57. Pernyataan terendah
mempunyai kesamaan dengan indikator kepercayaan, yaitu pada isi pesan “teh
botol Sosro alami”. Sedangkan untuk nilai tertinggi mengalami perbedaan dengan
indikator kepercayaan yang bernilai positif pada isi pesan “teh botol Sosro
higienis”. Isi pesan tersebut pada indikator nilai mengalami penurunan menjadi
netral. Dan nilai tertinggi untuk indikator nilai adalah pada isi pesan “teh botol
Sosro steril” sebesar 3,66 bernilai netral. Hal ini dikarenakan nilai kesukaan dan
ketidaksukaan masing-masing penonton berbeda satu sama lain. Berdasarkan hasil
wawancara salah satu responden dari 56 responden yang menyatakan setuju, Lala
mengatakan, “Lebih suka gambar yang proses pemasukaan air ke dalam botol.
Pengambilan gambarnya lebih bagus dan jelas daripada yang lihat proses produksi
biasa aja” (sumber: wawancara dengan Lala, Ibu rumah tangga, 12 Mei 2012).
Gambar 4.12. Gambar iklan TBS versi: pabrik PT. Sinar Sosro Scene 2
Berkaitan dengan sub-indikator struktur pesan pada tabel 4.16, dapat diketahui
rata-ratanya adalah sebesar 3,68. Hal ini menunjukkan bahwa penonton menyukai
struktur pesan iklan teh botol Sosro versi: pabrik berdasarkan perhatian,
kebutuhan, kepuasan, dan visulisasi. Hal ini terlihat pada penilaian positif pada
pernyataan no 30 sebesar 3,72, urutan kedua pada pernyataan no 29 sebesar 3,71,
dan ketiga pada pernyataan no 31 sebesar 3,69. Melihat urutan pertama dari nilai
penonton mengenai struktur pesan iklan teh botol Sosro versi: pabrik, maka dapat
dikatakan iklan teh botol Sosro versi: pabrik berhasil disukai dan memuaskan
penonton. Fungsi informative pada iklan teh botol Sosro dapat disampaikan dalam
bentuk tulisan dan visualisasi yang dapat menggambarkan maksud isi pesan
tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Rossiter dan Percy, yaitu kata-kata yang
terlihat pada tayangan iklan untuk memperjelas tayangan tersebut (Rossiter dan
Percy, 1987, p.209).
67 Universitas Kristen Petra
Masih berkaitan dengan nilai pada struktur pesan iklan. Terdapat satu pernyataan
yang bernilai netral, yaitu pada pernyataan “Saya suka iklan teh botol Sosro versi:
pabrik, yang mengambarkan proses produksi teh botol Sosro yang steril, higienis,
dan alami, karena menarik perhatian saya” sebesar 3,62. Pada pernyataan ini
penonton bernilai netral cenderung tidak ingin berpendapat, sehingga bisa
dikatakan pernyataan tersebut kurang dapat menumbuhkan rasa suka penonton.
Berkaitan dengan sub-indikator format pesan pada tabel 4.16, dapat diketahui
rata-ratanya sebesar 3,72. Hal ini menunjukkan bahwa penonton menyukai format
pesan iklan teh botol Sosro versi: pabrik berdasarkan video, audio, talent, product,
setting, lighthing, dan pacing. Pada hasil tabel 4.16., terlihat pernyataan tertinggi
adalah pada pernyataan video (32) sebesar 3,81 dan tertinggi kedua adalah pada
lighting (37) sebesar 3,77. Dapat disimpulkan bahwa penonton menyukai video
iklan teh botol Sosro versi: pabrik. Hal ini sesuai dengan pendapat Wells dan
Moriarty, yaitu video mengandung rangkaian adegan yang berupa gerakan kata-
kata yang menceritakan sesuatu. Video berperan penting untuk memberikan
informasi kepada khalayak, karena itu di dalam adegan video harus mencerminkan
karakteristik yang dapat dikenal oleh khalayak (Wells dan Moriarty, 2003, p.495-
497). Dan tertinggi kedua penonton menyukai lighting iklan teh botol Sosro versi:
pabrik. Hal ini sesuai dengan pendapat Wells dan Moriarty, yaitu pencahayaan
iklan haruslah tepat untuk membuat iklan dapat menarik untuk dilihat. Selain itu,
penggunaan kombinasi warna harus baik untuk menarik khalayak akan pesan
iklan (Wells dan Moriarty, 2003, p.495-497). Sedangkan untuk rata-rata terendah
adalah pada talent (34) sebesar 3,58 yang bernilai netral. Rasa suka penonton
hanya bernilai netral yang bisa diartikan biasa saja dan cenderung penonton tidak
ingin berpendapat. Sehingga bisa dikatakan elemen iklan talent kurang dapat
menumbuhkan rasa suka penonton.
Berkaitan dengan sub-indikator sumber pesan pada tabel 4.16., dapat diketahui
rata-ratanya sebesar 3,69 yaitu bernilai positif. Sehingga bisa disimpulkan
penonton menyukai bintang iklan Maudy Koesnaedi sebagai sumber pesan pada
iklan teh botol Sosro versi: pabrik. Nilai tertinggi pertama adalah pada pernyataan
no 40 sebesar 3,77, dan tertinggi kedua pernyataan no 41 sebesar 3,72. Ada satu
pernyataan bernilai netral yaitu pada pernyataan no 39 sebesar 3,58. Nilai
68 Universitas Kristen Petra
terendah pada indikator nilai sama dengan nilai terendah pada indikator
kepercayaan, yaitu pada pernyataan “Saya suka Maudy Koesnaedi sebagai bintang
iklan dalam iklan teh botol Sosro versi: pabrik, karena mempunyai keahlian untuk
menjelaskan proses produksi teh botol Sosro kepada seorang anak remaja yang
sedang melakukan kunjungan ke pabrik PT. Sinar Sosro”. Bisa disimpulkan
bahwa kepercayaan seseorang mempengaruhi penilaian seseorang. Pada
hakikatnya, kedua indikator ini saling berkaitan satu sama lain.
Indikator Pengharapan
Variabel opini pada indikator pengharapan terbagi lagi menjadi beberapa
sub-indikator. Sub-indikator tersebut adalah pengharapan berdasarkan elemen
pesan iklan, yaitu isi pesan, struktur pesan, format pesan, dan sumber pesan.
Berikut tabel frekuensi indikator Pengharapan:
Tabel 4.17.
No Sub-Indikator STS TS N S SS Mean Mean
I
Isi Pesan
42 Saya berharap isi pesan pada iklan teh botol Sosro
bahwa “teh botol Sosro steril, higienis dan alami”
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
7
9
10
49
25
3,76
3,76
Struktur Pesan
43 Saya berharap teh botol Sosro dapat membuat
iklan versi lain untuk produk yang sama yaitu teh
botol Sosro, yang lebih menarik dengan
visualisasi, dan informasi yang dibutuhkan
sehingga dapat memuaskan penonton.
1
7
11
46
35
4,07
4,07
Format Pesan
44 Saya berharap format iklan pada iklan teh botol
Sosro versi selanjutnya dapat dikemas lebih
menarik lagi.
2
3
15
41
39
3,82
3,82
69 Universitas Kristen Petra
Sumber Pesan
45 Saya berharap bintang iklan dari iklan teh botol
Sosro berikutnya tetap menggunakan Maudy
Koesnaedi.
2
16
25
41
16
3,53
3,53
MEAN TOTAL 3,79
Berdasarkan tabel 4.17, dapat diketahui Mean Indikator keseluruhan untuk
pengharapan pesan iklan teh botol Sosro versi: pabrik di televisi adalah 3,79. Nilai
3,79 adalah nilai tertinggi bila dibandingkan indikator nilai dan kepercayaan. Hal
ini menunjukkan bahwa harapan penonton terhadap iklan teh botol Sosro versi:
pabrik selanjutnya cukup tinggi, sehingga bisa dikatakan penonton memberikan
perhatian lebih pada iklan teh botol Sosro. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Rivers dan Cleve yang menyatakan pengharapan mengandung citra seseorang
tentang apa keadaaannya setelah tindakan. Pengharapan ditentukan dari
pertimbangan terhadap sesuatu yang terjadi pada masa lalu, keadaan sekarang,
dan sesuatu yang kira-kira akan terjadi jika dilakukan perbuatan tertentu (Rivers
dan Cleve, 1994, p.14).
Melihat dari hasil keseluruhan tabel 4.17, bisa disimpulkan rata-rata indikator
pengharapan adalah positif. Nilai tertinggi terdapat pada sub-indikator struktur
pesan sebesar 4,07. Sehingga bisa dikatakan banyak penonton yang setuju dan
berharap teh botol Sosro dapat membuat iklan versi lain untuk produk yang sama
yaitu teh botol Sosro, lebih menarik dengan visualisasi dan informasi yang
dibutuhkan, sehingga dapat memuaskan penonton. Hal ini sesuai dengan pendapat
Schiffman dan Kanuk yang mengemukakan bahwa orang biasanya melihat apa
yang mereka harapkan untuk dilihat, dan apa yang mereka harapkan untuk dilihat
biasanya berdasarkan pada apa yang diketahui, pengalaman sebelumnya, atau
keadaan yang hendaknya ada harapan (Schiffman dan Kanuk, 2000). Pendapat
tersebut juga didukung dengan alasan pada kuesioner yang menyatakan harapan
ke depan harus lebih baik dari sekarang.
Masih berkaitan dengan indikator pengharapan. Sedangkan untuk nilai Mean
Indikator pengharapan terendah adalah pada indikator sumber pesan sebesar 3,53
70 Universitas Kristen Petra
yang bernilai netral, yaitu pada pernyataan “Berharap bintang iklan dari iklan teh
botol Sosro berikutnya tetap menggunakan Maudy Koesnaedi”. Menurut analisa
peneliti, hal ini terjadi karena penonton cenderung tidak menganggap hal itu
penting. Pada dasarnya, para penonton selalu mengharapkan iklan dengan ide baru
yang lebih kreatif sehingga dapat menarik perhatian serta memuaskan penonton.
Salah satunya dengan bintang iklan yang sesuai dengan ide iklan tersebut dan hal
ini merupakan tugas pembuat iklan.
4.4. Opini
Tabel 4.18.
Kelas Interval Opini Responden
Kelas Interval Kategori
1,00 – 2,33 Negatif
2,34 – 3,66 Netral
3,67 – 5,00 Positif
Tabel 4.19.
Kelas Interval Indikator Opini
Indikator Mean
Kepercayaan 3,68
Nilai 3,68
Pengharapan 3,79
Mean Total 3,72
Pada tabel 4.19. diperoleh hasil Mean Total sebesar 3,72. Berdasarkan kelas
interval indikator opini, maka “Opini penonton mengenai pesan iklan televisi teh
botol Sosro versi: pabrik PT. Sinar Sosro” adalah positif. Dari hasil di atas,
terlihat bahwa opini berdasarkaan penafsiran individu atau setiap orang akan
berbeda pandangannya terhadap suatu informasi yang diterimanya (Ruslan, 2008,
p.69). Pada indikator kepercayaan dan nilai mempunyai rata-rata yang sama yaitu
71 Universitas Kristen Petra
3,68 bernilai positif. Hal ini membuktikan bahwa indikator kepercayaan dan nilai
saling berkaitan satu sama lain. Sedangkan untuk indikator pengharapan dengan
rata-rata 3,79 menjelaskan bahwa harapan penonton terhadap iklan teh botol Sosro
sangatlah tinggi. Sehingga bila kita hubungkan dengan teori S-O-R, penonton
dapat dengan baik menerima stimulusnya, yaitu pesan iklan teh botol Sosro versi:
pabrik, lalu adanya proses organisme melalui proses perhatian, pengertian dan
penerimaan, dan hasilnya adalah adanya respon positif mengenai opini penonton
terhadap pesan iklan teh botol Sosro versi: pabrik. Hal ini sesuai dengan teori
Shimp yang mengatakan bahwa pemahaman akan menjadi sia-sia jika stimulus
tidak diterima. “Adalah penting dari perspektif komunikasi pemasaran bahwa
konsumen tidak hanya memahami sebuah pesan, tetapi juga menyetujui pesan
tersebut. Persetujuan bergantung kepada apakah pesan tersebut dapat dipercaya,
atau apakah ia mengandung informasi dan daya tarik yang sesuai dengan nilai-
nilai yang dianggap penting oleh konsumen (Shimp, 2003, p.195-196).
Untuk indikator kepercayaan, hasil penelitian menunjukkan bahwa isi
pesan iklan yang paling dipercaya penonton adalah isi pesan mengenai “teh botol
Sosro higienis” (tabel 4.15.). Sedangkan isi pesan iklan yang hasilnya terendah
adalah isi pesan mengenai “teh botol Sosro alami” (tabel 4.15.). Untuk sub-
indikator yang paling dipercaya penonton adalah pada sub-indikator struktur
pesan (tabel 4.15.), sedangkan sub-indikator dengan hasil terendah adalah pada
sub-indikator sumber pesan (tabel 4.15.). Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa pesan iklan yang paling dipercayai penonton adalah pada elemen iklan
product dan setting (tabel 4.15.), sedangkan pesan iklan dengan hasil terendah
adalah pada elemen iklan video (tabel 4.15.).
Untuk indikator nilai, isi pesan iklan yang paling disukai penonton adalah
isi pesan mengenai “teh botol Sosro steril” (tabel 4.16), sedangkan isi pesan iklan
yang hasilnya terendah adalah isi pesan mengenai “teh botol Sosro alami” sama
dengan hasil indikator kepercayaan (tabel 4.16.). Untuk sub-indikator yang paling
disukai penonton adalah pada sub-indikator format pesan (tabel 4.16.), sedangkan
nilai sub-indikator dengan nilai terendah adalah pada sub-indikator isi pesan (tabel
4.16.). Dan pesan iklan yang paling disukai penonton adalah pada elemen iklan
72 Universitas Kristen Petra
video (tabel 4.16.), sedangkan pesan iklan dengan nilai terendah adalah pada isi
pesan “teh botol Sosro alami” (tabel 4.16.).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pesan iklan yang memiliki harapan
tertinggi adalah pada struktur pesan sebesar 4,07. Nilai ini merupakan nilai
tertinggi dari semua pernyataan yang ada dan merupakan indikator dominan
dalam pembentukkan opini penonton (tabel 4.17.). Sedangkan pesan iklan yang
memiliki harapan terendah adalah pada sumber pesan (tabel 4.17.).
Pada hasil penelitian ini, ditemukan perbedaan hasil yang signifikan pada
elemen pesan iklan sub-indikator format pesan (video), yang merupakan hasil
terendah pada indikator kepercayaan pesan iklan (tabel 4.15.) dan juga merupakan
hasil indikator nilai tertinggi yang paling disukai penonton (tabel 4.16.). Menurut
Wells dan Moriaty, video mengandung rangkaian adegan yang berupa gerakan
kata-kata yang menceritakan sesuatu. Video berperan penting untuk memberikan
informasi kepada khalayak, karena itu di dalam adegan video harus mencerminkan
karakteristik yang dapat dikenal oleh khalayak (Wells dan Moriarty, 2003, p.495-
497). Sedangkan pada hasil penelitian menunjukkan bahwa penonton mempunyai
kepercayaan netral pada elemen video iklan teh botol Sosro versi: pabrik, namun
penonton menyukai video iklan teh botol Sosro versi: pabrik. Hal ini dikarenakan
kepercayaan penonton akan isi pesan teh botol Sosro yang rata-rata masih netral.
Namun bila dilihat dari segi keseluruhan iklan, iklan teh botol Sosro versi: pabrik
mempunyai keunikan yang berbeda dengan iklan-iklan produk lainnya dan versi-
versi iklan teh botol Sosro sebelumnnya. Berdasarkan hasil penelitian indikator
nilai, yang tertinggi adalah penonton menyukai format pesan iklan berdasarkan
video, audio, talent, product, setting, lighting, dan pacing. Hal ini juga didukung
hasil wawancara responden yang bernama Ricky yang menyatakan ”Saya suka,
unik iklannya, bagus, jarang ada iklan kaya gini. Tapi kalo segi kepercayaan,
kayanya kurang percaya, teh botol Sosro mah pake pengawet walaupun sedikit”
(Sumber hasil wawancara Ricky, Wiraswasta, 10 Mei 2012).
Dari hasil opini penonton yang positif terhadap iklan teh botol Sosro versi:
pabrik PT. Sinar Sosro, maka juga dapat disimpulkan bahwa tujuan dari iklan
korporat teh botol Sosro ini dapat dikatakan berhasil disampaikan dengan baik
kepada penonton. Iklan korporat adalah “Iklan yang bertujuan membangun citra
73 Universitas Kristen Petra
suatu perusahaan yang pada akhirnya diharapkan juga membangun citra positif
produk-produk atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan tersebut (Lwin &
Aitchison, 2005, p.7). Dari hasil penelitian ini terlihat PT. Sinar Sosro berhasil
membangun opini positif penonton terhadap produk dan perusahaannya. Selain
membangun opini positif perusahaan, PT. Sinar Sosro juga berhasil
mengkomunikasikan nilai-nilai perusahaan kepada masyarakat, yang terlihat pada
indikator kepercayaan penonton terhadap pesan iklan sebesar 3,68 yang bernilai
positif.
4.5. Crosstabs
Opini responden atas pesan iklan teh botol Sosro versi: pabrik selanjutnya
dihubungkan dengan identitas responden, jenis kelamin, usia, pendidikan,
konsumsi teh botol Sosro, dan frekuensi menonton.
Untuk menghubungkan variabel tersebut, maka dilakukan tabulasi silang. Berikut
tabulasi silang selengkapnya:
Jenis Kelamin dan Opini
Tabel 4.20.
Jenis Kelamin * Opini Penonton Crosstabulation
opini penonton
Total Negatif Netral Positif
jenis kelamin laki-laki Count 4 13 33 50
% of Total 4,0% 13,0% 33,0% 50,0%
perempuan Count 4 11 35 50
% of Total 4,0% 11,0% 35,0% 50,0%
Total Count 8 24 68 100
% of Total 8,0% 24,0% 68,0% 100,0%
Tabulasi silang menunjukkan bahwa presentase opini positif responden yang
mendominasi adalah perempuan sebanyak 35% dan opini netral didominasi laki-
laki sebesar 13% dan untuk opini negatif relatif seimbang yaitu masing-masing
4% dengan total 8%. Hal ini menunjukkan opini dari responden perempuan
74 Universitas Kristen Petra
cenderung positif sedangkan opini dari responden laki-laki mempunyai nilai netral
lebih besar dari responden perempuan.
Usia dan Opini
Tabel 4.21.
Usia * Opini Penonton Crosstabulation
opini penonton
Total Negatif Netral Positif
Usia 17-20thn Count 1 7 15 23
% of
Total 1,0% 7,0% 15,0% 23,0%
21-30thn Count 2 7 28 37
% of
Total 2,0% 7,0% 28,0% 37,0%
31-40thn Count 2 7 11 20
% of
Total 2,0% 7,0% 11,0% 20,0%
40-60thn Count 3 3 14 20
% of
Total 3,0% 3,0% 14,0% 20,0%
Total Count 8 24 68 100
% of
Total 8,0% 24,0% 68,0% 100,0%
Tabulasi silang menunjukkan bahwa presentase opini positif responden yang
mendominasi adalah usia 21-30 tahun sebanyak 28% dan opini netral lebih merata
pada usia17-20 tahun, 21-30 tahun, dan 31-40 tahun dengan presentase masing-
masing sebesar 7%. Untuk opini negatif paling besar pada usia 40-60 tahun, yaitu
sebesar 3%. Dengan demikian, dapat disimpulkan opini positif dalam penelitian
ini banyak didominasi responden berusia 21-30 tahun. Menurut Hurlock, “Pada
75 Universitas Kristen Petra
usia remaja akhir atau usia dewasa dini, individu telah mampu berpikir kritis
sehingga ia benar-benar menyeleksi tayangan televisi yang dikonsumsinya”
(Hurlock, 2004). Hal ini didukung hasil wawancara responden yang bernama
Cindy yang menyukai iklan teh botol Sosro versi: pabrik karena lain dari iklan-
iklan lainnya dan berani menampilkan proses produksi produknya (sumber hasil
wawancara Cindy, Mahasiswa, 08 Mei 2012). Dan juga ada responden Sherly
yang tidak setuju karena berpikir kritis bahwa iklan adalah settingan perusahaan
untuk menciptakan citra positif pada produknya (sumber: wawancara dengan
Sherly, Mahasiswa, 8 Mei 2012). Dari beberapa pernyataan responden, bisa
disimpulkan sesuai dengan teori Hurlock di atas bahwa pada usia remaja akhir,
individu telah mampu berpikir kritis. Sedangkan untuk opini negatif, presentase
terbesar adalah 40-60 tahun ini juga sesuai dengan pendapat Hurlock, yaitu usia
40-60 tahun merupakan kelompok usia di mana mereka memegang teguh nilai-
nilai lama. Kelompok usia tersebut sulit menerima perubahan, apalagi yang
bertentangan dengan sesuatu yang sudah mapan (Hurlock, 2004). Lala
mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang lebih dari usia-usia dibawahnya
sehingga lebih mempunyai pandangan dan mempercayai apa yang diyakininya
bahwa teh itu tidak tahan lama, dan mengganggap teh botol Sosro pasti
menggunakan bahan pengawet (sumber: wawancara dengan Lala, ibu rumah
tangga, 12 Mei 2012).
Pendidikan Terakhir dan Opini
Tabel 4.22.
Pendidikan Terakhir * Opini Penonton Crosstabulation
opini penonton
Total Negatif Netral Positif
Pddk
Terakhir
SD Count 0 1 4 5
% of Total ,0% 1,0% 4,0% 5,0%
SLTP Count 4 2 6 12
% of Total 4,0% 2,0% 6,0% 12,0%
SLTA Count 3 15 49 67
% of Total 3,0% 15,0% 49,0% 67,0%
Sarjana Count 1 4 8 13
76 Universitas Kristen Petra
% of Total 1,0% 4,0% 8,0% 13,0%
Pasca
Sarjana
Count 0 2 1 3
% of Total ,0% 2,0% 1,0% 3,0%
Total Count 8 24 68 100
% of Total 8,0% 24,0% 68,0% 100,0%
Tabulasi silang menunjukkan bahwa presentase opini positif responden yang
mendominasi adalah pendidikan terakhir SLTA sebanyak 49% dan opini netral
juga didominasi pendidikan terakhir SLTA sebanyak 15% dan untuk opini negatif
didominasi pendidikan terakhir SLTP sebanyak 4%. Dengan demikian, dapat
disimpulkan opini positif dalam penelitian ini banyak didominasi responden
dengan pendidikan terakhir SLTA. Menurut Hurlock, “Pada usia remaja akhir
atau usia dewasa dini, individu telah mampu berpikir kritis sehingga ia benar-
benar menyeleksi tayangan televisi yang dikonsumsinya” (Hurlock, 2004).
Konsumsi Sosro dan Opini
Tabel 4.23.
Konsumsi Sosro * Opini Penonton Crosstabulation
opini penonton
Total Negatif Netral Positif
konsum
si sosro
Ya Count 6 18 62 86
% of
Total 6,0% 18,0% 62,0% 86,0%
Tidak Count 2 6 6 14
% of
Total 2,0% 6,0% 6,0% 14,0%
Total Count 8 24 68 100
% of
Total 8,0% 24,0% 68,0% 100,0%
77 Universitas Kristen Petra
Tabulasi silang menunjukkan bahwa presentase opini positif responden yang
paling besar adalah penonton yang pernah mengkonsumsi teh botol Sosro dalam
satu tahun terakhir sebanyak 62%. Namun, yang memberi opini netral juga dari
penonton yang mengkonsumsi sebesar 18% dan opini negatif juga dari penonton
yang mengkonsumsi sebanyak 6%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa responden
yang mengkonsumsi maupun yang tidak mengkonsumsi mempunyai opini yang
berbeda-beda satu sama lain, yang didukung pengetahuan dan pengalaman
mereka. Hal ini juga didukung dari penyataan responden yang menyatakan tidak
setuju terhadap iklan teh botol Sosro versi: pabrik, namun tetap mengkonsumsi
teh botol Sosro. Dari hasil penyataan responden tersebut, peneliti menyimpulkan
bahwa kebanyakan responden mengkonsumsi produk teh botol Sosro berdasarkan
keyakinan sudah lulus uji layak konsumsi.
Frekuensi Menonton dan Opini
Tabel 4.24.
Frekuensi Menonton * Opini Penonton Crosstabulation
opini penonton
Total Negatif Netral Positif
frekuensi
ntn
3-4kali Count 3 13 35 51
% of Total 3,0% 13,0% 35,0% 51,0%
5-8Kali Count 4 6 16 26
% of Total 4,0% 6,0% 16,0% 26,0%
lebih dari
8kali
Count 1 5 17 23
% of Total 1,0% 5,0% 17,0% 23,0%
Total Count 8 24 68 100
% of Total 8,0% 24,0% 68,0% 100,0%
Tabulasi silang menunjukkan bahwa presentase opini positif responden yang
paling besar adalah penonton yang pernah menonton iklan teh botol Sosro
78 Universitas Kristen Petra
sebanyak 3-4kali 35%, sedangkan opini netral paling besar juga penonton yang
pernah menonton iklan sebanyak 3-4kali 13%, dan untuk opini negatif paling
besar adalah orang yang pernah menonton 5-8kali 4%. Hal ini juga dikarenakan
reponden yang mengisi kuesioner ini 51% adalah responden yang menonton 3-4
kali. Dapat kita ketahui bahwa frekuensi penggunaan media mengumpulkan data
khalayak tentang berapa kali sehari seseorang menggunakan media dalam satu
minggu, lalu berapa kali seminggu seseorang menggunakan media dalam satu
bulan, serta berapa kali sebulan seseorang menggunakan media dalam satu tahun
(Ardianto dan Erdinaya, 2005). Dapat disimpulkan adanya keterkaitan yang
ditimbulkan oleh interaksi yang terjadi antara TV dengan responden yang
menonton TV dalam satu minggu sebanyak 3-4 kali akan berbeda dengan
responden yang menonton TV dalam satu minggu sebanyak 5-8 kali, apalagi
dengan responden yang menonton TV sebanyak lebih dari 8 kali dalam satu
minggu. Karena semakin sering terjadi interaksi, maka akan semakin kuat
hubungannya terhadap penonton televisi. Namun pada hasil tabel di atas,
penonton yang menonton 3-4 kali sudah dapat menciptakan opini yang positif
terhadap iklan tersebut. Hal ini juga bisa didukung hasil pembentukan opini yang
semuanya ke arah yang positif sehingga bisa dikatakan pesan iklan teh botol Sosro
versi: pabrik berhasil menyampaikan isi pesan iklan dengan baik dan diterima
penonton. Hal tersebut didukung hasil rata-rata total indikator kepercayaan, nilai,
dan pengharapan yang masing-masing bernilai positif. Sesuai dengan pendapat
Jefkins yang menyatakan bahwa untuk dapat memberikan pengaruh kepada
khalayaknya, maka pertama khalayak harus mempunyai perhatian terhadap iklan.
Kalau khalayak tidak memberikan perhatian kepada iklan, maka kecil
kemungkinannya iklan akan memberikan pengaruh kepada khalayak (Jefkins,
1997). Namun bila dilihat lagi, untuk kategori paling rendah negatif adalah pada
penonton yang menonton lebih dari 8 kali. Jadi sesungguhnya frekuensi menonton
akan sangat berkaitan dengan pembentukkan opini penonton.