3paraparese berdasarkan topisnya

28
3Paraparese berdasarkan topisnya, dibagi menjadi dua yaitu paraparesespastik yang terjadi karena kerusakan yang mengenai upper motor neuron (UMN)dan paraparese flaksid yang terjadi karena kerusakan yang mengenai lower motor neuron (LMN). Pada kerusakan yang mengenai UMN terjadi peningkatan tonus ototatau hipertonus pada tungkai yang mengalami kelemahan. Paraparese disebabkanoleh lesi bilateral atau transversal di bawah level servikal medula spinalis. MenurutASIA (2000) ada dua tipe lesi yaitu lesi komplit dan lesi inkomplit. Lesi komplit, pasien kehilangan fungsi sensorik dan motorik secara total dari bagian dibawah lesihingga segmen sakral yang terbawah. Sedangkan pada lesi inkomplit, pasienkehilangan sebagian fungsi sensorik dan atau motorik dari bagian dibawah lesihingga segmen sakral yang terbawah (Trombly, 2002). Monday, June 13, 2011 Saraf - Tetraparase BAB 1 PENDAHULUAN Susunan neuromuskular terdiri dari Upper motor neuron (UMN) dan lower motor neuron (LMN). Upper motor neurons (UMN) merupakan kumpulan saraf-saraf motorik yang menyalurkan impuls dan area motorik di korteks motorik sampai inti-inti motorik di saraf kranial di batang otak atau kornu anterior.Berdasarkan perbedaan

Upload: muhammad-iqbal-syahputra

Post on 21-Dec-2015

25 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 3Paraparese berdasarkan topisnya

  3Paraparese berdasarkan topisnya, dibagi menjadi dua yaitu paraparesespastik yang terjadi karena kerusakan yang mengenai upper motor neuron (UMN)dan paraparese flaksid yang terjadi karena kerusakan yang mengenai lower motor neuron (LMN). Pada kerusakan yang mengenai UMN terjadi peningkatan tonus ototatau hipertonus pada tungkai yang mengalami kelemahan. Paraparese disebabkanoleh lesi bilateral atau transversal di bawah level servikal medula spinalis. MenurutASIA (2000) ada dua tipe lesi yaitu lesi komplit dan lesi inkomplit. Lesi komplit, pasien kehilangan fungsi sensorik dan motorik secara total dari bagian dibawah lesihingga segmen sakral yang terbawah. Sedangkan pada lesi inkomplit, pasienkehilangan sebagian fungsi sensorik dan atau motorik dari bagian dibawah lesihingga segmen sakral yang terbawah (Trombly, 2002).

Monday, June 13, 2011

Saraf - Tetraparase

BAB 1

PENDAHULUAN

Susunan neuromuskular terdiri dari Upper motor neuron (UMN) dan lower motor

neuron (LMN). Upper motor neurons (UMN) merupakan kumpulan saraf-saraf motorik

yang menyalurkan impuls dan area motorik di korteks motorik sampai inti-inti motorik di

saraf kranial di batang otak atau kornu anterior.Berdasarkan perbedaan anatomik dan

fisiologik kelompok UMN dibagi dalam susunan piramidal dan susunan ekstrapiramidal.

Susunan piramidal terdiri dari traktus kortikospinal dan traktus kortikobulbar. Traktus

kortikobulbar fungsinya untuk gerakan-gerakan otot kepala dan leher, sedangkan

traktus kortikospinal fungsinya untuk gerakan-gerakan otot tubuh dan anggota gerak.

Sedangkan lower motor neuron (LMN), yang merupakan kumpulan saraf-saraf motorik

yang berasal dari batang otak, pesan tersebut dari otak dilanjutkan ke berbagai otot

dalam tubuh seseorang.

Page 2: 3Paraparese berdasarkan topisnya

Dari otak medula spinalis turun ke bawah kira-kira di tengah punggung dan

dilindungi oleh cairan jernih yaitu cairan serebrospinal. Medula spinalis terdiri dari

berjuta-juta saraf yang mentransmisikan informasi elektrik dari dan ke ekstremitas,

badan, oragan-organ tubuh dan kembali ke otak. Otak dan medulla spinalis merupakan

sistem saraf pusat dan yang mehubungkan saraf-saraf medulla spinalis ke tubuh adalah

sistem saraf perifer. Medula spinalis terdiri atas traktus ascenden (yang membawa

informasi di tubuh menuju ke otak seperti rangsang raba, suhu, nyeri dan gerak posisi)

dan traktus descenden (yang membawa informasi dari otak ke anggota gerak dan

mengontrol fungsi tubuh).

Kelemahan/ kelumpuhan parsial yang ringan/ tidak lengkap atau suatu kondisi

yang ditandai oleh hilangnya sebagian gerakan atau gerakan terganggu disebut dengan

parese. Kelemahan adalah hilangnya sebagian fungsi otot untuk satu atau lebih

kelompok otot yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas bagian yang terkena.

Kelemahan/kelumpuhan yang mengenai keempat anggota gerak disebut dengan

tetraparese. Hal ini diakibatkan oleh adanya kerusakan otak,kerusakan tulang belakang

pada tingkat tertinggi (khususnya pada vertebracervikalis), kerusakan sistem saraf

perifer, kerusakan neuromuscular atau penyakitotot. Kerusakan diketahui karena

adanya lesi yang menyebabkan hilangnya fungsimotorik pada keempat anggota gerak,

yaitu lengan dan tungkai. Penyebab khas pada kerusakan ini adalah trauma (seperti

tabrakan mobil, jatuh atau sport injury) atau karena penyakit (seperti mielitis transversal,

polio, atau spina bifida).

Tetraparese berdasarkan topisnya dibagi menjadi dua, yaitu : Tetraparesspastik

yang terjadi karena kerusakan yang mengenai upper motor neuron (UMN),sehingga

Page 3: 3Paraparese berdasarkan topisnya

menyebabkan peningkatan tonus otot atau hipertoni dan tetraparese flaksid yang terjadi

karena kerusakan yang mengenai lower motor neuron (LMN),sehingga menyebabkan

penurunan tonus atot atau hipotoni.Tetraparese dapat disebabkan karena adanya

kerusakan pada susunan neuromuskular, yaitu adanya lesi. Ada dua tipe lesi, yaitu lesi

komplit dan inkomplit. Lesi komplit dapat menyebabkan kehilangan kontrol otot dan

sensorik secara total dari bagian di bawah lesi, sedangkan lesi inkomplit mungkin hanya

terjadi kelumpuhan otot ringan (parese) dan atau mungkin kerusakan sensorik.

Kerusakan susunan neuromuskular baik kerusakan pada upper motor neuron

(UMN) atau kerusakan pada lower motor neuron (LMN) atau kerusakan pada

keduanya. Kerusakan pada upper motor neuron (UMN) dapat disebabkan adanya lesi

medula spinalis setinggi servikal atas. Sedangkan kerusakan pada lower motor neuron

(LMN) dapat mengenai motoneuron, radiks dan saraf perifer, maupun pada otot itu

sendiri. Jika kerusakan mengenai Upper motor neuron (UMN)dan Lower motor neuron

(LMN ) maka lesinya pada Low cervical cord.

Pada beberapa keadaan dapat kita jumpai tetraparese misalnya pada penyakit

infeksi (misalnya mielitis transversa, poliomielitis), Sindrom GuillainBarre (SGB),

Polineuropati, Miastenia Grafis, atau Amyotrophic Lateral Sclerosis(ALS).

2.1 Anatomi Fisiologi

Sistem motorik berhubungan dengan sistem neuromuskular. Sistem

neuromuskular terdiri atas Upper motor neurons (UMN) dan lower motor neuron

(LMN). Upper motor neurons (UMN) merupakan kumpulan saraf-saraf motorik yang

menyalurkan impuls dan area motorik di korteks motorik sampai inti-intimotorik di saraf

Page 4: 3Paraparese berdasarkan topisnya

kranial di batang otak atau kornu anterior medula spinalis. Berdasarkan perbedaan

anatomik dan fisiologik kelompok UMN dibagi dalam susunan piramidal dan susunan

ekstrapiramidal. Susunan piramidal terdiri dari traktus kortikospinal dan traktus

kortikobulbar. Traktus kortikobulbar fungsinya untuk gerakan-gerakan otot kepala dan

leher, sedangkan traktus kortikospinal fungsinya untuk gerakan-gerakan otot tubuh dan

anggota gerak.

Melalui lower motor neuron (LMN), yang merupakan kumpulan saraf-saraf

motorik yang berasal dari batang otak, pesan tersebut dari otak dilanjutkan ke berbagai

otot dalam tubuh seseorang. Kedua saraf motorik tersebut mempunyai peranan penting

di dalam sistem neuromuscular tubuh. Sistem ini yang memungkinkan tubuh kita untuk

bergerak secara terencana dan terukur.

Tulang belakang atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk

punggung yang mudah digerakkan. Terdapat 33 tulang punggung padamanusia, 7

tulang cervical, 12 tulang thorax (thoraks atau dada), 5 tulang lumbal,5 tulang sacral,

dan 4 tulang membentuk tulang ekor (coccyx). Sebuah tulang punggung terdiri atas dua

bagian yakni bagian anterior yang terdiri dari badan tulang atau corpus vertebrae, dan

bagian posterior yang terdiri dari arcus vertebrae.

Ketika tulang belakang disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai

tempat sumsum tulang belakang atau medulla spinalis. Dari otak medulla spinalis turun

ke bawah kira-kira ditengah punggung dan dilindungi oleh cairan jernih yaitu cairan

serebrospinal. Medula spinalis terdiri dari berjuta-juta saraf yang mentransmisikan

informasi elektrik dari dan ke ekstremitas, badan, oragan-organ tubuh dan kembali ke

Page 5: 3Paraparese berdasarkan topisnya

otak. Otak dan medula spinalis merupakan sistem saraf pusat dan yang mehubungkan

saraf-saraf medula spinalis ke tubuh adalah sistem saraf perifer.

Medula spinalis mulai dari akhir medulla oblongata di foramen magnum sampai

konus medullaris di level Tulang Belakang L1-L2. Medulla Spinalis berlanjut menjadi

Kauda Equina (di Bokong) yang lebih tahan terhadap cedera.Medula spinalis terdiri atas

traktusas cenden (yang membawa informasi di tubuh menuju ke otak seperti rangsang

raba, suhu, nyeri dan gerak posisi) dan traktus descenden (yang membawa informasi

dari otak ke anggota gerak dan mengontrol fungsi tubuh).

Medula spinalis diperdarahi oleh 2 susunan arteri yang mempunyai hubungan

istemewa, yaitu arteri spinalis dan arteri radikularis. Arteri spinalis dibagi menjadi arteri

spinalis anterior dan posterior yang berasal dari arteri vertebralis, sedangkan arteri

radikularis dibagi menjadi arteri radikularis posterior dan anterior yang dikenal

juga ramus vertebromedularis arteria interkostalis.

Medula Spinalis disuplai oleh arteri spinalis anterior dan arteri spinalis posterior.

Nervus spinalis/ akar nervus yang berasal dari medula spinalis melewati suatu lubang di

vertebra yang disebut foramen dan membawa informasi dari medula spinalis sampai ke

bagian tubuh dan dari tubuh ke otak. Ada 31 pasang nervus spinalis dan dibagi dalam

empat kelompok nervus spinalis, yaitu:

a.    nervus servikal : (nervus di leher) yang berperan dalam pergerakan dan perabaan pada

lengan, leher, dan anggota tubuh bagian atas

b.    nervus thorak : (nervus di daerah punggung atas) yang mempersarafi tubuh dan perut

c.    nervus lumbal dan nervus sakral : (nervus didaerah punggung bawah) yang

mempersarafi tungkai,kandung kencing, usus dan genitalia.

Page 6: 3Paraparese berdasarkan topisnya

Ujung akhir dari medula spinalis disebut conus medularis yang letaknya di L1 danL2.

Setelah akhir medula spinalis, nervus spinalis selanjutnya bergabungmembentuk cauda

equina3,4.

Gambar 2. Hubungan nervus spinalis dengan vertebra

2.2 Definisi

2.2.1 Parese

Page 7: 3Paraparese berdasarkan topisnya

Parese adalah kelemahan/kelumpuhan parsial yang ringan/tidak lengkap atau

suatu kondisi yang ditandai oleh hilangnya sebagian gerakan atau gerakan terganggu.

Kelemahan adalah hilangnya sebagian fungsi otot untuk satu atau lebih

kelompok otot yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas bagian yang terkena.

Parese pada anggota gerak dibagi mejadi 4 macam, yaitu:

         Monoparese adalah kelemahan pada satu ekstremitas atas atau ekstremitas bawah.

         Paraparese adalah kelemahan pada kedua ekstremitas bawah.

         Hemiparese adalah kelemahan pada satu sisi tubuh yaitu satu ekstremitas atas dan

satu ekstremitas bawah pada sisi yang sama.

         Tetraparese adalah kelemahan pada keempat ekstremitas.

2.2.2 Tetraparese

Tetraparese juga diistilahkan juga sebagai quadriparese, yang keduanya

merupakan parese dari keempat ekstremitas.”Tetra” dari bahasa yunani

sedangkan“quadra” dari bahasa latin. Tetraparese adalah kelumpuhan/kelemahan yang

disebabkan oleh penyakit atau trauma pada manusia yang menyebabkan hilangnya

sebagianfungsi motorik pada keempat anggota gerak, dengan kelumpuhan/kelemahan

lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai. Hal ini diakibatkan oleh

adanya kerusakan otak, kerusakan tulang belakang pada tingkat tertinggi (khususnya

pada vertebra cervikalis), kerusakan sistem saraf perifer, kerusakan neuromuscular

atau penyakit otot. Kerusakan diketahui karena adanya lesi yang menyebabkan

hilangnya fungsi motorik pada keempat anggota gerak, yaitu lengan dan tungkai.

Penyebab khas pada kerusakan ini adalah trauma (seperti tabrakan mobil, jatuh

Page 8: 3Paraparese berdasarkan topisnya

atau sport injury) atau karena penyakit (seperti mielitis transversal, polio, atau spina

bifida).

Pada tetraparese kadang terjadi kerusakan atau kehilangan kemampuandalam

mengontrol sistem pencernaan, fungsi seksual, pengosongan saluran kemih dan

rektum, sistem pernafasan atau fungsi otonom. Selanjutnya, dapat terjadi penurunan/

kehilangan fungsi sensorik. adapun manifestasinya seperti kekakuan, penurunan

sensorik, dan nyeri neuropatik. Walaupun pada tetraparese itu terjadi kelumpuhan pada

keempat anggota gerak tapi terkadang tungkai dan lengan masih dapat digunakan atau

jari-jari tangan yang tidak dapat memegang kuat suatu benda tapi jari-jari tersebut

masih bisa digerakkan, atau tidak bisa menggerakkan tangan tapi lengannya masih

bisa digerakkan. Hal ini semua tergantung dari luas tidaknya kerusakan.

2.3 Etiologi Tetraparese

         Complete/incomplete transection of cord with fracture

         Prolapsed disc Cord contusion-central cord syndrome, anterior cord syndrome

         Guillain-Barre Syndrome (post infective polyneuropathy)

Transverse myelitis Acute myelitis

Anterior spinal artery occlusion

Spinal cord compression

Haemorrhage into syringomyelic cavaty

Poliomyelitis

2.4 Epidemiologi

Page 9: 3Paraparese berdasarkan topisnya

Tetraparese salah satunya disebabkan karena adanya cedera pada medulla spinalis.

menurut Pusat Data Nasional Cedera Medula Spinalis (The National Spinal Cord Injury

Data Research Centre) memperkirakan ada 10.000 kasus baru cedera medula spinalis

setiap tahunnya di Amerika Serikat. Angka insidensi paralisis komplet akibat

kecelakaan diperkirakan 20 per 100.000 penduduk,dengan angka tetraparese 200.000

per tahunnya. Kecelakaan kendaraan bermotor merupakan penyebab utama cedera

medula spinalis.

Cedera medula spinalis dapat dibagi menjadi komplet dan tidak komplet

berdasarkan ada/tidaknya fungsi yang dipertahankan di bawah lesi. Pembagian ini

penting untuk meramalkan prognosis dan penanganan selanjutnya.. Data diAmerika

Serikat menunjukkan urutan frekuensi disabilitas neurologis karena cedera medula

spinalis traumatika sbb : (1) tetraparese inkomplet (29,5%), (2) paraparese komplet

(27,3%), (3) paraparese inkomplet (21,3%), dan (4)tetraparese komplet (18,5%).

2.5 Klasifikasi Tetraparese

Pembagian tetraparese berdasarkan kerusakan topisnya:

a.    Tetrapares spastic

Tetraparese spastik terjadi karena kerusakan yang mengenai upper motor neuron

(UMN), sehingga menyebabkan peningkatan tonus otot atau hipertoni.

b.    Tetraparese flaksid

Tetraparese flaksid terjadi karena kerusakan yang mengenai lower motor neuron

(LMN), sehingga menyebabkan penurunan tonus atot atau hipotoni.

2.6 Patofisiologi Tetraparese

Page 10: 3Paraparese berdasarkan topisnya

Tetraparese dapat disebabkan karena kerusakan Upper Motor Neuron(UMN)

atau kerusakan Lower Motor Neuron (LMN). Kelumpuhan/ kelemahanyang terjadi pada

kerusakan Upper Motor Neuron (UMN) disebabkan karena adanya lesi di medula

spinalis. Kerusakannya bisa dalam bentuk jaringan scar,atau kerusakan karena tekanan

dari vertebra atau diskus intervetebralis. Hal ini berbeda dengan lesi pada LMN yang

berpengaruh pada serabut saraf yang berjalan dari horn anterior medula spinalis

sampai ke otot.

Pada columna vertebralis terdapat nervus spinalis, yaitu nervus

servikal,thorakal, lumbal, dan sakral. Kelumpuhan berpengaruh pada nervus spinalis

dari servikal dan lumbosakral dapat menyebabkan kelemahan/kelumpuhan pada

keempat anggota gerak. Wilayah ini penting, jika terjadi kerusakan pada daerahini

maka akan berpengaruh pada otot, organ, dan sensorik yang dipersarafinya.

Ada dua tipe lesi, yaitu lesi komplit dan inkomplit. Lesi komplit

dapatmenyebabkan kehilangan kontrol otot dan sensorik secara total dari

bagiandibawah lesi, sedangkan lesi inkomplit mungkin hanya terjadi kelumpuhan

ototringan (parese) dan atau mungkin kerusakan sensorik. Lesi pada UMN dapat

menyebabkan paresespastic sedangkan lesi pada LMN menyebabkan parese flacsid

Page 11: 3Paraparese berdasarkan topisnya

Gambar 3. Lesi pada Lower motor neuron (LMN).

2.6.1 Lesi di Mid- or upper cervical cord

Tiap lesi di medula spinalis yang merusak daerah jaras kortikospinallateral

menimbulkan kelumpuhan Upper Motor Neuron (UMN) pada otot-otot bagian tubuh

yang terletak di bawah tingkat lesi. Lesi transversal medula spinalis pada tingkat

servikal, misalnya C5 mengakibatkan kelumpuhan Upper Motor Neuron (UMN) pada

otot-otot tubuh yang berada dibawah C5, yaitu sebagian otot-otot kedua lengan yang

berasal yang berasal dari miotom C6 sampai miotom C8, lalu otot-otot thoraks dan

abdomen serta segenap otot kedua tungkai yang mengakibatkan kelumpuhan parsial

dan defisit neurologi yang tidak masif diseluruh tubuh. Lesi yang terletak di medula

spinalis tersebut maka akan menyebabkan kelemahan/kelumpuhan keempat anggota

gerak yang disebut traparese spastik.

Page 12: 3Paraparese berdasarkan topisnya

2.6.2 Lesi di Low cervical cord

Lesi transversal yang merusak segmen C5 ke bawah itu tidak saja memutuskan

jaras kortikospinal lateral, melainkan ikut memotong segenap lintasan asendens dan

desendens lain. Disamping itu kelompok motoneuron yangberada didalam segmen C5

kebawah ikut rusak. Ini berarti bahwa pada tingkat lesikelumpuhan itu bersifat Lower

Motor Neuron (LMN) dan dibawah tingkat lesibersifat Upper Motor Neuron (UMN).

Dibawah ini kelumpuhan Lower Motor Neuron (LMN) akan diuraikan menurut

komponen-komponen Lower Motor Neuron(LM N ).

Motoneuron-motoneuron berkelompok di kornu anterius dan dapatmengalami

gangguan secara selektif atau terlibat dalam satu lesi bersama denganbangunan

disekitarnya, sehingga di dalam klinik dikenal sindrom lesi di kornuanterius, sindrom lesi

yang selektif merusak motoneuron dan jaras kortikospinal,sindrom lesi yang merusak

motoneuron dan funikulus anterolateralis dan sindromlesi di substantia grisea sentralis .

Lesi ini biasanya disebabkan karena adanyainfeksi, misalnya poliomielitis. Pada

umumnya motoneuron-motoneuron yangrusak didaerah intumesensia servikal dan

lumbalis sehingga kelumpuhan LMN adalah anggota gerak.

Kerusakan pada radiks ventralis (dan dorsalis) yang reversibel danmenyeluruh

dapat terjadi. Kerusakan itu merupakan perwujudan reaksiimunopatologik. walaupun

segenap radiks (ventralis/dorsalis) terkena, namunyang berada di intumesensia

servikalis dan lumbosakralis paling berat mengalamikerusakan. Karena daerah ini yang

mengurus anggota gerak atas dan bawah. Padaumumnya bermula dibagian distal

tungkai kemudian bergerak ke bagian proksimalnya. Kelumpuhannya meluas ke bagian

tubuh atas, terutama otot-ototkedua lengan. Kelainan fungsional sistem saraf tepi dapat

Page 13: 3Paraparese berdasarkan topisnya

disebabkan kelainanpada saraf di sumsum tulang belakang atau kelainan sepanjang

saraf tepi sendiri.Salah satu penyakit dengan lesi utama pada neuron saraf perifer

adalahpolineuropati.

Lesi di otot dapat berupa kerusakan struktural pada serabut otot atauselnya

yang disebabkan infeksi, intoksikasi eksogen/endogen, dan degenerasiherediter.

Karena serabut otot rusak, kontraktilitasnya hilang dan otot tidak dapatmelakukan

tugasnya. Penyakit di otot bisa berupa miopati dan distrofi, dapatmenyebabkan

kelemahan di keempat anggota gerak biasanya bagian proksimallebih lemah dibanding

distalnya. Pada penderita distrofia musculorum enzimkreatinin fosfokinase dalam

jumlah yang besar, sebelum terdapat manifestasi dinikadar enzim ini di dalam serum

sudah jelas meningkat. akan tetapi mengapaenzim ini dapat beredar didalam darah tepi

masih belum diketahui.

Di samping kelainan pada sistem enzim, secara klinis juga dapatditentukan

kelaian morfologik pda otot. jauh sebelum tenaga otot berkurang sudahterlihat banyak

sel lemak (liposit) menyusup diantara sel-sel serabut otot. Ketikakelemahan otot

menjadi nyata, terdapat pembengkakan dan nekrosis-nekrosisserabut otot. Seluruh

endoplasma serabut otot ternyata menjadi lemak. Otot-ototyang terkena ada yang

membesar dan sebagian mengecil. Pembesaran tersebutbukan karena bertambahnya

jumlah serabut otot melainkan karena degenerasi lemak.

Central cord syndrome (CCS) biasanya terjadi setelah trauma hiperekstensi. Sering

terjadi pada individu di usia pertengahan dengan spondilosiscervicalis. Predileksi lesi

yang paling sering adalah medula spinalis segmenservikal, terutama pada vertebra C4-

Page 14: 3Paraparese berdasarkan topisnya

C6. Sebagian kasus tidak ditandai oleh adanya kerusakan tulang.Mekanisme terjadinya

cedera adalah akibat penjepitanmedula spinalis oleh ligamentum flavum di posterior

dan kompresi osteofit ataumaterial diskus dari anterior. Bagian medula spinalis yang

paling rentan adalahbagian dengan vaskularisasi yang paling banyak yaitu bagian

sentral. Pada Central Cord Syndrome, bagian yang paling menderita gaya trauma dapat

mengalami nekrosis traumatika yang permanen. Edema yang ditimbulkan dapat meluas

sampai 1-2 segmen di bawah dan di atas titik pusat cedera.

Gambaran khas Central Cord Syndrome adalah kelemahan yang lebihprominen

pada ekstremitas atas (tipe LMN) dibanding ektremitas bawah (tipeUMN). Pemulihan

fungsi ekstremitas bawah biasanya lebih cepat, sementara padaekstremitas atas

(terutama tangan dan jari) sangat sering dijumpai disabilitasneurologik permanen. Hal

ini terutama disebabkan karena pusat cedera palingsering adalah setinggi VC4-VC5

dengan kerusakan paling hebat di medulaspinalis C6 dengan ciri LMN. Gambaran klinik

dapat bervariasi, pada beberapakasus dilaporkan disabilitas permanen yang unilateral

neurologis lokalis pada pasien cedera medula spinalis mengacu pada panduan

dari American Spinal Cord Injury Association/ AISA juga saraf kranialis, yang biasanya

timbul setelah suatu infeksi. Manifestasi klinisutama dari SGB adalah suatu kelumpuhan

yang simetris tipe lower motor neurondari otot-otot ekstremitas, badan dan kadang-

kadang juga muka.

Akibat suatu infeksi atau keadaan tertentu yang mendahului SGB akantimbul

autoantibodi atau imunitas seluler terhadap jaringan sistim saraf-sarafperifer. Infeksi-

infeksi meningokokus, infeksi virus, sifilis ataupun trauma padamedula spinalis, dapat

menimbulkan perlekatan-perlekatan selaput araknoid. Dinegara-negara tropik

Page 15: 3Paraparese berdasarkan topisnya

penyebabnya adalah infeksi tuberkulosis. Pada tempat-tempat tertentu perlekatan

pasca infeksi itu dapat menjirat radiks ventralis(sekaligus radiks dorsalis). Karena tidak

segenap radiks ventralis terkena jiratan,namun kebanyakan pada yang berkelompokan

saja, maka radiks-radiks yangdiinstrumensia servikalis dan lumbosakralis saja yang

paling umum dilandaproses perlekatan pasca infeksi. Oleh karena itu kelumpuhan LMN

paling seringdijumpai pada otot-otot anggota gerak, kelompok otot-otot di sekitar

persendianbahu dan pinggul. Kelumpuhan tersebut bergandengan dengan adanya

defisitsensorik pada kedua tungkai atau otot-otot anggota gerak.

Secara patologis ditemukan degenerasi mielin dengan edema yang dapatatau

tanpa disertai infiltrasi sel. Infiltrasi terdiri atas sel mononuklear. Sel-selinfiltrat terutama

terdiri dari sel limfosit berukuran kecil, sedang dan tampak pula,makrofag, serta sel

polimorfonuklear pada permulaan penyakit. Setelah itumuncul sel plasma dan sel mast.

Serabut saraf mengalami degenerasi segmentaldan aksonal. Lesi ini bisa terbatas pada

segmen proksimal dan radiks spinalis atau tersebar sepanjang saraf perifer. Predileksi

pada radiks spinalis diduga karena kurang efektifnya permeabilitas antara darah dan

saraf pada daerah tersebu.

Manifestasi klinis utama adalah kelumpuhan otot-otot ekstremitas tipelower

motor neuron. Pada sebagian besar penderita kelumpuhan dimulai darikedua

ekstremitas bawah kemudian menyebar secara asenden ke badan, anggotagerak atas

dan saraf kranialis. Kadang-kadang juga bisa keempat anggota gerakdikenai secara

serentak, kemudian menyebar ke badan dan saraf kranialis.Kelumpuhan otot-otot ini

simetris dan diikuti oleh hiporefleksia atau arefleksia.Biasanya derajat kelumpuhan otot-

Page 16: 3Paraparese berdasarkan topisnya

otot bagian proksimal lebih berat dari bagiandistal, tapi dapat juga sama beratnya, atau

bagian distal lebih berat dari bagianproksimal.

d) Miastenia Grafis

Miastenia grafis adalah penyakit neuromuskular yang menyebabkan ototskelet

menjadi lemah dan lekas lelah. Kelelahan/kelemahan ini disebabkan karenasirkulasi

antibodi yang memblok acetylcholine receptors pada post sinaptik neuromuscular

junction, stimulasi penghambatan ini berpengaruh pada neurotransmiter asetilkolin.

Manifestasi klinisnya dapat berupa kelemahan padaotot yang mengatur pergerakan

mata, kelemahan otot pada lengan dan tungkai,perubahan ekspresi wajah, disfagia,

dan disartria.

e) Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS)

Penyakit Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) adalah suatu kelainan yang

progresif dari sistem saraf yang banyak terjadi pada orang dewasa dengan penyakit

motoneuron. Kondisi tersebut menyebabkan degenerasi saraf motorikbagian atas

(brain) dan saraf motorik bagian bawah (spinal cord) dengankombinasi tanda upper

motor neuron (UMN) dan lower motor neuron (LMN).Penurunan kualitas saraf ini,

menyebabkan Kelemahan pada otot dan dapatberakhir pada kematian.

Proses degenerasi hanya menyerang pada neuron motorik, yaitu sel-selsaraf

yang mengatur pergerakkan otot. Akibat kelemahan itu, kemampuan tubuhuntuk

mengatur gerakan otot yang disadari akan hilang secara perlahan-lahan.Misalnya,

memegang, menjentik, menggaruk, dan sebagainya. Namun penyakitini tidak

mempengaruhi saraf sensoris (perasa) dan fungsi mental. Meskipunpenyebab pasti

ALS belum diketahui, teori yang dikenal saat ini menyatakan neurotransmiter

Page 17: 3Paraparese berdasarkan topisnya

glutamat (suatu zat kimia yang menghantarkan impuls atau sinyal ke sel-sel saraf)

kemungkinan memegang peranan sebagai penyebabmatinya sel-sel saraf motorik. Zat-

zat kimia lainnya, seperti molekul radikal bebasdan kalsium kemungkinan juga ikut

terlibat.

Penyakit ALS mengakibatkan sistemneuromuscular tidak berfungsikarena kedua

saraf motorik penderita ALS telah rusak.Seiring berjalannyawaktu, penyakit ALS

menyebabkan saraf–saraf motorik yang berada di otak danbatang tubuh mengecil, dan

pada akhirnya menghilang. Akibatnya, otot – otottubuh tidak lagi mendapat sinyal untuk

bergerak. Karena otot yang berada dalamtubuh kehilangan pemasok nutrisinya,

sehingga otot–otot yang menjadi lebih kecildan melemah. Saraf-saraf di dalam

sistemneuromuscular yang memberi nutrisike otot-otot tersebut terlokalisir, sehingga

menyebabkan tumbuhnya jaringan yangrusak mengantikan saraf–saraf yang normal.

Posted by Dwi Ohorella at 11:24 PM 1 comment: http://dwiohorella.blogspot.com/

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paraparesis Inferior adalah sindrom klinis dimana prosesnya dimediasi oleh sistem imun

menyebabkan cedera neural medula spinalis dan mengakibatkan berbagai derajat disfungsi

motorik, sensori, dan autonom. Penyakit ini dapat menyerang anak-anak maupun dewasa pada

semua usia. Akan tetapi puncak usia adalah antara usia 10-19 tahun dan 30-39 tahun. (Anwar

2005)

Page 18: 3Paraparese berdasarkan topisnya

Penyebab Paraparesis Inferior adalah sindrom klinis berupa berbagai derajat disfungsi

motorik, sensori, dan autonom yang disebabkan oleh peradangan fokal di medula spinalis. Pasien

biasanya mengalami kecacatan karena cedera pada neural sensori, motorik dan autonom di dalam

medula spinalis. (Anwar 2005)

Gambaran klinis Paraparesis Inferior adalah Timbulnya kelemahan yang bersifat spastik

secara gradual pada tungkai yang mengakibatkan kesukaran berjalan, Reflek tendon yang

meningkat dengan reflek plantar ekstensor, Sensorik dan fungsi saraf lain normal. Bila terjadi

mulai kanak-kanak, kaki jadi melengkung dan memendek dan terdapat pseudokontraktur dari

otot betis, mengakibatkan jalannya menggunakan ujung jari-jari. Kadang-kadang lutut tampak

fleksi ringan dan lengan ekstensi serta adduksi. Otot lengan terkena dalam berbagai tingkatan.

Tangan jadi kaku, lemah, bicara disartri Fungsi sphincter tak terganggu, Sering bersamaan

dengan nistagmus, kelemahan saraf otak, optik atrofi, degenerasi makular pigmentasi, ataksia,

epilepsi, dementia Gambaran patologi menunjukkan degenerasi dari traktus kortikospinalis,

penipisan dari kolumna Goll, terutama regio lumbal dan traktus spinocerebellaris. Dilaporkan

juga terdapat berkurangnya sel Betz di kornuanterior (Japardi, 2002).

Komplikasi yang terjadi berupa disfungsi neural sistem motorik, sensori dan autonom yang

berada di dalam dan melewati area peradangan. (Ngastiyah 2005).

Penatalaksanaan fokus untuk mengurangi peradangan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan

memberi terapi imunomodulator seperti steroid, plasmapheresis, dan imunomodulator lain.

Ketika fase akut selesai, biasanya pasien akan meninggalkan gejala sisa yang sangat

mempengaruhi hidupnya. Lamanya fase penyembuhan tergantung terapi fisik dan okupasi yang

diberikan segera mungkin. Terapi dapat menolong pasien bertambah kuat, mencegah dekubitus,

Page 19: 3Paraparese berdasarkan topisnya

kontaktur, dan mengajari mereka bagaimana mengkompensasi defisit yang permanen

(Ngastiyah,2005).

Masalah keperawatan yang timbul pada pasien dengan Paraparesis Inferior adalah disfungsi

motorik, pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan kurang pengetahuan mengenai

penyakit.(Carpenito, 2005).

Peran perawat terhadap pasien dengan Paraparesis Inferior adalah sebagai pemberi asuhan

keperawatan terhadap kebutuhan dasar manusia yang di butuhkan melalui pemberian pelayanan

keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat di tentukan diagnosis

keperawatan agar bisa di rencanakan dan di laksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan

tingkat kebutuhan dasar manusia. (Hidayat A,2004).

Umumnya serangan pertama terjadi pada umur muda 20-40 tahun, kadang-kadang umur 12-

15 tahun. Laki-laki lebih sering dari wanita. Keadaan ini pada 60-90% penderita diikuti gejala

remisis dan relaps.( Hariyono S,2003).

Melihat kompleknya permasalahan yang timbul maka di perlukan peran perawat yang

spesifik dalam menghadapi masalah yang ada pada pasien dengan memberikan asuhan

keperawatan secara komprehensif yang mencakup aspek Bio, Psiko, sosial, dan Spiritual.