3.bab ii

59
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Beban Kerja 1. Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah frekuensi kegiatan rata-rata dari masing-masing pekerjaan dalam jangka waktu tertentu . Beban kerja merupakan salah satu unsur yang harus diperhatikan bagi seorang tenaga kerja untuk mendapatkan keserasian dan produktivitas kerja yang tinggi selain unsur beban tambahan akibat lingkungan kerja dan kapasitas kerja (Wirnata,2009). Beban kerja adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan dalam batas waktu tertentu (Supardi, 2007). Beban kerja adalah banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan oleh tenaga kesehatan yang profesional dalam satu tahun dalam satu sarana kesehatan. (Kep.Men.Kes.RI.No:81/SK/I/2004). 10

Upload: gustadino

Post on 19-Nov-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hubungan beban kerja dengan pendokumentasian asuhan keperawatan

TRANSCRIPT

11

BAB IITINJAUAN KEPUSTAKAANA. Beban Kerja 1. Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah frekuensi kegiatan rata-rata dari masing-masing pekerjaan dalam jangka waktu tertentu . Beban kerja merupakan salah satu unsur yang harus diperhatikan bagi seorang tenaga kerja untuk mendapatkan keserasian dan produktivitas kerja yang tinggi selain unsur beban tambahan akibat lingkungan kerja dan kapasitas kerja (Wirnata,2009). Beban kerja adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan dalam batas waktu tertentu (Supardi, 2007). Beban kerja adalah banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan oleh tenaga kesehatan yang profesional dalam satu tahun dalam satu sarana kesehatan. (Kep.Men.Kes.RI.No:81/SK/I/2004).

2. Jenis Beban Kerja Beban kerja meliputi 2 jenis, sebagaimana dikemukakan oleh Munandar (2001) ada 2 jenis beban kerja, yaitu : a. Beban kerja kuantitatif, meliputi : 1) Harus melaksanakan observasi pasien secara ketat selama jam kerja 2) Banyaknya pekerjaan dan beragamnya pekerjaan yang harus dikerjakan3) Kontak langsung perawat pasien secara terus menerus selama jam kerja4) Rasio perawat dan pasien.b. Beban kerja kualitatif, meliputi : 1) Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki perawat tidak mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan di rumah sakit 2) Tanggung jawab yang tinggi terhadap asuhan keperawatan pasien kritis 3) Harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang berkualitas4) Tuntutan keluarga pasien terhadap keselamatan pasien5) Setiap saat dihadapkan pada pengambilan keputusan yang tepat 6) Tugas memberikan obat secara intensif

7) Menghadapi pasien dengan karakteristik tidak berdaya, koma dan kondisi terminal. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja Beban kerja dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Menurut Manuaba (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja antara lain : a. Faktor eksternal, yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti; 1) Tugas-tugas yang bersifat fisik, seperti stasiun kerja, tata ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, dan tugas-tugas yang bersifat psikologis, seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan, tanggung jawab pekerjaan. 2) Organisasi kerja, seperti lamanya waktu bekerja, waktu istirahat, shift kerja, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang. 3) Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis.

b. Faktor internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Faktor internal meliputi faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan). Disamping itu ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi beban kerja perawat yaitu komunitas, bencana alam, kemajuan IPTEK, pendidikan konsumen, keadaan ekonomi, iklim/musim, politik, dan hukum/peraturan. 4. Kelebihan Beban Kerja Pengelolaan tenaga kerja yang tidak direncanakan dengan baik dapat menyebabkan keluhan yang subyektif, beban kerja semakin berat, tidak efektif dan tidak efisien yang memungkinkan ketidakpuasan bekerja yang pada akhirnya mengakibatkan turunnya kinerja dan produktivitas serta mutu pelayanan yang merosot (Wirnata, 2009). Kelebihan beban kerja (beban kerja berat) yang dirasakan oleh perawat meliputi(Wirnata,2009): a. Harus melaksanakan observasi pasien secara ketat selama jam kerja.b. Terlalu banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan demi kesehatan dan keselamatan pasien.

c. Beragamnya jenis pekerjaan yang harus dilakukan demi kesehatan dan keselamatan pasien.d. Kontak langsung perawat pasien secara terus menerus selama 24 jam.e. Kurangnya tenaga perawat dibanding jumlah pasien.f. Pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki tidak mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan.g. Harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang berkualitas.h. Tuntutan keluarga untuk keselamatan dan kesehatan pasien.i. Setiap saat dihadapkan pada pengambilan keputusan yang tepat.j. Tanggung jawab yang tinggi dalam melaksanakan asuhan keperawatan pasien di ruangan.k. Menghadapi pasien dengan karakteristik tidak berdaya, koma dan kondisi terminal.l. Setiap saat melaksanakan tugas delegasi dari dokter (memberikan obat-obatan secara intensif).m. Tindakan untuk selalu menyelamatkan pasien.

Salah satu cara untuk mengurangi beban kerja perawat yang terlalu tinggi adalah dengan menyediakan tenaga kerja yang cukup baik kuantitas maupun kualitasnya sesuai dengan tuntutan kerja. Semakin banyak pasien yang ditangani seorang perawat selama periode waktu tertentu, maka semakin berat atau besar beban kerja perawat tersebut . Pelayanan keperawatan yang bermutu dapat dicapai salah satunya tergantung pada seimbangnya antara jumlah tenaga perawat dengan beban kerjanya di suatu Rumah Sakit(Wirnata, 2009). 5. Perhitungan Beban Kerja Metode Penghitungan kebutuhan Tenaga Keperawatan. Berikut ini akan dipaparkan beberapa pedoman dalam perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan (Nursalam, 2008):a. Pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan ( Depkes RI,2005)1) Pengelompokan unit kerja di rumah sakit.Kebutuhan tenaga keperawatan ( perawat dan bidan) harus memperhatikan unit kerja yang ada di rumah sakit. Secara garis besar terdapat pengelompokan unit kerja di Rumah Sakit sebagai berikut :a) Rawat inap dewasab) Rawat inap anak/perinatal c) Rawat inap intensifd) Gawat darurat (IGD)e) Kamar bersalinf) Kamar operasig) Rawat jalan. 2) Model pendekatan dalam perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan. Beberapa model pendekatan yang dapat dipergunakan dalam perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan (perawat dan bidan) di ruang rawat inap Rumah Sakit.a) Cara perhitungan berdasarkan klasifikasi pasien adalah sebagai berikut :1) Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus2) Rata-rata pasien per hari3) Jumlah perawatan yang diperlukan / hari / pasien4) Jam perawatan yang diperlukan/ ruanagan / hari5) Jam kerja efektif tiap perawat atau bidan 7 jam per hari.

Table 2.1 : Contoh perhitungan dalam suatu ruangan berdasarkan klasifikasi pasienNo.Jenis/kategoriRata-rata pasien/hariRata-rata jam perawatan/pasien/hariJumlah perawatan/hari(c x d)

aBCDE

1Pasien Penyakit Dalam

103,535

2Pasien bedah

8432

3Pasien gawat

11010

4Pasien anak

34,513,5

5Pasien kebidanan12,52,5

Jumlah2393,0

Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah: Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi) dengan hari libur/cuti/hari besar ( los day)Los day =

Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non keperawatan ( non-nursing job), seperti: membuat perincian pasien pulang,kebersihan ruangan,kebersihan alat-alat makan pasien dan lain-lain,diperkirakan 25% dari jam pelayanan kesehatan. (Jumlah tenaga keperawatan + los day)x 25%(13 + 3,5)x 25% = 4,1 Jumlah tenaga : tenaga yang tersedia + faktor koreksi = 16,5 + 4,1 = 20,6 (dibulatkan 21 perawat)b) Tingkat ketergantungan pasien Pasien diklasifikasi dalam beberapa kategori yang didasarkan pada kebutuhan terhadap asuhan keperawatan/kebidanan.1) Asuhan keperawatan minimal ( minimal care), dengan kriteria :a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendirib) Makanan dan minum dilakukan sendiric) Ambulasi dengan pengawasand) Observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shifte) Pengobatan minimal, status psikologi stabil.2) Asuhan keperawatan sedang, dengan kriteria:a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantub) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jamc) Ambulasi dibantu,pengobatan lebih stabil.3) Asuhan keperawatan agak berat,dengan kriteria :a) Sebagia besar aktivitas dibantub) Observasi tanda-tanda vital setiap 2-4 jam sekalic) Terpasang folley chateter,intake output dicatatd) Terpasang infusee) Pengobatan lebih dari sekalif) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.4) Asuhan keperawatan maksimal, dengan kriteria :a) Segala aktivitas dibantu oleh perawatb) Posisi pasien diatur dan observasi tanda-tanda vital setiap 2 jamc) Makan memerlukan NGT dan menggunakan suctiond) Gelisah/disorientasi.

Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah:

Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi)dengan: Hari libur/cuti/hari besar (los day)

Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non keperawatan (non-nursing jobs)seperti contohnya: membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan pasien dan lain-lain, diperkirakan 25% dari jam pelayanan kesehatan. (Jumlah tenaga keperawatan + los day)x 25%b. Metode Gillies Rumus kebutuhan tenaga keperawatan di satu unit perawatan adalah sebagai berikut :

Keterangan :A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hariB = rata-rata jumlah pasien /hariC = Jumlah hari/tahunD = Jumlah hari libur masing-masing perawatE = jumlah jam kerja masing-masing perawatF = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahunG = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahunH = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebutc. Metode Nina Dalam metode ini terdapat 5 tahapan dalam menghitung kebutuhan tenaga adalah sebagai berikut :1) Tahap IHitung A = Jumlah jam perawatan dalam 24 jam per pasien.2) Tahap IIDihitung B = jumlah rata-rata jam perawatan untuk seluruh pasien dalam satu hari.B = A x tempat tidur3) Tahap 3Dihitung C = Jumlah jam perawatan seluruh pasien selama 1 tahun.C = B x 3654) Tahap IVDihitung D = Jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang perawatan yang dibutuhkan selama 1 tahun.(D = C x BOR / 80). 80 adalah nilai tetap untuk perkiraan realistis jam perawatan.5) Tahap VDidapatkan E = Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan. (E = D / 1878)Angka 1878 didapatkan dari hasil efektif per tahun (365-52 hari minggu = 313 hari) dan dikalikan dengan jam kerja efektif per hari (6 jam).d. Metode hasil lokakarya keperawatan Menurut hasil lokakarya keperawatan, rumus untuk penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan adalah sebagai berikut.

Formula ini memperhitungkan hari kerja efektif yaitu 41 minggu. Tambahan 25% adalah untuk penyesuaian terhadap produktivitas. e. Metode Douglas Bagi pasien rawat inap, standar waktu pelayanan pasien adalah:1) Perawatan minimal memerlukan waktu : 1-2 jam/24 jam2) Perawatan intermediate memerlukan waktu : 3-4 jam/24 jam3) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu : 5-6 jam/24 jam Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut adalah sebagai berikut.1) Kategori I : perawatan mandiri. Kriteria pada klasifikasi ini adalah pasien masih dapat melakukan sendiri kebersihan diri, mandi, ganti pakaian, makan, minum, penampilan secara umum baik, tidak ada reaksi emosional. Pasien perlu diawasi ketika melakukan ambulasi atau gerakan. Pasien perlu dilakukan observasi setiap sif, pengobatan minimal dan persiapan prosedur memerlukan pengobatan.2) Kategori II : perawatan intermediate. Kriteria pasien pada klasifikasi ini adalah memerlukan bantuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan, mengatur posisi waktu makan, memberi dorongan agar makan, bantuan dalam eliminasi dan kebersihan diri, tindakan perawatan untuk memonitor tanda-tanda vital, memeriksa produksi urine, fungsi fisiologis, status emosional, kelancaran drainase (infus), bantuan dalam pendidikan kesehatan serta persiapan pengobatan memerlukan prosedur. 3) Kategori III : perawatan total. Kriteria pasien pada klasifikasi ini adalah tidak dapat melakukan sendiri kebutuhan sehari-harinya, semua kebutuhan dibantu oleh perawat, penampilan pasien sakit berat, pasien memerlukan observasi tanda-tanda vital setiap dua jam, menggunakan selang nasogatrik (NGT), menggunakan terapi intra vena, pemakaian alat penghisap (suction) dan kadang pasien dalam kondisi gelisah/disorientasi. Douglas menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam satu unit perawatan berdasarkan klasifikasi pasien, di mana masing-masing kategori memiliki nilai standar per sif, yaitu pada tabel di bawah ini.Tabel 2.2. Nilai standar Jumlah Perawat per Sif Berdasarkan Klasifikasi pasienJumlah PasienKlasifikasi Pasien

MinimalParsialTotal

PSMPSMPSM

10,170,140,100,270,150,070,360,300,20

20,340,280,200,540,300,140,720,600,40

30,510,420,300,810,210,211,080,900,60

Dst

f. Kebutuhan Jumlah perawat di Ruang Gawat Darurat Menurut Depkes RI (2002)dalam Winarti (2012 dasar perhitungan kebutuhan jumlah perawat di unit gawat darurat suatu rumah sakit adalah: 1) Rata-rata jumlah pasien per hari2) Jumlah jam perawatan per hari = 4 jam3) Jam efektif perawat per hari = 7 jam

6. Pengukuran Beban Kerja Untuk mengetahui beban kerja, suatu pekerjaan dapat dilakukan pengukuran kerja. Pengukuran beban kerja adalah penerapan teknik yang dirancang untuk menetapkan bagi seorang pekerja yang memenuhi syarat untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu. Pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur beban kerja perawat antara lain(Yaslis I, 2000) :a. Work sampling Pada work sampling yang menjadi pengamatan adalah aktivitas atau kegiatan keperawatan yang dilaksanakan perawat dalam menjalankan tugasnya sehari-hari di ruang kerjanya. Pada work sampling yang diamati adalah apa yang dilakukan oleh perawat, informasi yang dibutuhkan oleh penelitian ini adalah kegiatannya, bukan siapanya. Pada teknik work sampling, kita akan mendapatkan banyak sekali pengamatan kegiatan dari sejumlah personel yang kita amati. Jadi jumlah pengamatan dapat dihitung sebagai contoh: bila diamati kegiatan 5 perawat setiap shift, pengamatan setiap 5 menit selama 24 jam (3 shift), dalam 6 hari kerja. Dengan demikian jumlah pengamatan= 5 (perawat) x 60 menit/ 5 (menit) x 24 jam x 6 (hari kerja)= 8.640 sampel pengamatan. Dengan jumlah data pengamatan yang besar ini menghasilkan data yang akurat yang menggambarkan kegiatan personel yang sedang diteliti.b. Time and Motion Study Teknik ini mengamati dan mengikuti dengan cermat tentang kegiatan yang dilakukan oleh personel yang sedang diamati. Pada teknik ini harus ditentukan sampel dari perawat yang diklasifikasikan sebagai tenaga perawat mahir, untuk mengetahui kompetensi atau kualitas kerja dari seorang perawat di bagian tertentu misalnya di ruang ICU. Kemudian membuat formulir daftar kegiatan perawat yang diklasifikasikan sebagai kegiatan profesional dan non profesional perawat mahir serta waktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan tersebut. Pelaksanaan pengamatan untuk pengambilan data ini haruslah seorang yang mengetahui secara benar tentang kompetensi dan fungsi perawat mahir. Pada prinsipnya yang diamati adalah jenis kegiatan, waktu yang dibutuhkan, dan kualitas kegiatannya. c. Daily Log (Pencatatan Kegiatan Sendiri) Daily log merupakan bentuk paling sederhana dari work sampling, dimana orang yang diteliti menuliskan sendiri kegiatan dan waktu yang digunakan untuk kegiatan tersebut. Penggunaan teknik ini sangat bergantung terhadap kerja sama dan kejujuran dari personel yang diteliti. Peneliti membuat pedoman dan formulir isian yang dapat diisi sendiri oleh responden. Berisi jenis kegiatan, waktu, dan lamanya kegiatan yang dilakukan. Lama waktu mengerjakan setiap jenis pekerjaan adalah hal penting, karena untuk melihat beban kerja perlu waktu dan jumlah produksi. Produktifitas dapat diukur dengan jumlah produksi dibagi dengan waktu.

B. Dokumentasi Asuhan Keperawatan1. Pengertian Dokumentasi Asuhan Keperawatan Menurut Tungpalan (1983)dalam Handayaningsih (2009) dokumentasi adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dapat dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan proses pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat atau merekam peristiwa baik dari objek maupun pemberi jasa yang dianggap berharga dan penting. Dokumentasi asuhan keperawatan adalah suatu catatan yang memuat seluruh informasi yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosis keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melakasanakan dan mengevaluasi tindakan keperawatan, valid dan dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum, disamping itu dokumentasi asuhan keperawatan juga merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang berguna untuk kepentingan pasien, perawat dan tim keseshatan dalam memberikan pelayanan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat (Hidayat, 2009). Dokumentasi asuhan keperawatan mencakup dokumentasi atau pencatatan mulai dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan (Hutahaean, 2010).2. Tujuan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Tujuan pencatatan dokumentasi asuhan keperawatan menurut (Hidayat, 2009) yakni:a. Mengidentifikasi status kesehatan pasien dalam rangka mencatat kebutuhan pasien, merencanakan, melaksanakan tindakan asuhan keperawatan dan mengevaluasi tindakan.b. Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika. Hal ini juga menyediakan:1) Bukti kualitas asuhan keperawatan.2) Bukti legal dokumentasi seabagai pertanggung jawaban kepada pasien.3) Informasi terhadap perlindungan individu.4) Bukti aplikasi standar praktik keperawatan.5) Sumber informasi statistik untuk standar dan riset keperawatan.6) Sumber informasi untuk data yang harus dimasukkan.7) Komunikasi konsep risiko tindakan keperawatan.8) Dokumentasi untuk tenaga professional dan tanggung jawab etik dan mempertahankan kerahasiaan informasi pasien.9) Data perencanaan pelayanan kesehatan di masa datang.3. Manfaat Dokumentasi Asuhan Keperawatan Dokumentasi asuhan keperawatan ada tujuh manfaat, sebagaimana dikemukakan Hutahaean (2010) yakni:a. Bernilai hukum : Dokumentasi asuhan keperawatan dapat dijadikan bukti dalam persoalan yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien yang bersangkutan.b. Kualitas pelayanan : Memberi kemudahan dalam menyelesaikan masalah pelayanan kesehatan, serhingga tercapai pelayanan kesehatan yang berkualitas.c. Sebagai alat komunikasi : Sebagai alat perekam terhadap masalah yang berkaitan dengan pasien.d. Terhadap keuangan : Sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya perawatan pasien.e. Terhadap pendidikan : Sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi peserta didik.f. Terhadap penelitian : Sebagai bahan atau objek riset dalam pengembangan profesi keperawatan.g. Untuk akreditasi : Sebagai acuan untuk mengetahui sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam memberikan asuahan keperawatan kepada pasien.

4. Komponen Model Dokumentasi Keperawatan Dalam memenuhi dokumentasi keperawatan diperlikan tiga komponen model keperawatan yang saling berhubungan, sejalan dan saling ketergantungan, sebagaimana dikemukakan Hutahaean (2010)yakni :a. Keterampilan Berkomunikasi Keterampilan berkomunikasi dalam model ini adalah keterampilan berkomunikasi secara tertulis. Dalam hal ini diperlukan adanya keterampilan perawat dalam menccatat informasi-informasi yang berhubungan dengan perawatan pasien secara jelas dan mudah dimengerti. Informasi-informasi yang dicatat oleh perawat harus akurat dan secara tepat dapat diiterpretasikan oleh orang lain. Efektifitas pola penulisan komunikasi adalah sebagai berikut :1) Dapat digunakan kembali untuk keperluan yang bermanfaat.2) Dapat mengomunikasikan proses keperawatan kepada perawat dan profesi kesehatan lain.3) Penulisan dokumentasi dapat menggambarkan sesuatu yang kreatif.

b. Keterampilan mendokumentasikan Keterampilan mendokumentasikan dalam model ini adalah keterampilan perawat dalam mendokumentasikan proses keperawatan mulai dari keterampilan perawat dalam mendokumentasikan hasil pengkajian pasien, mendokumentasikan hasil penegakan diagnosa keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan yang disusun dan mendokumentasikan tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien serta keterampilan perawat dalam mendokumentasikan hasil evaluasi dari semua asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Pendokumentasian proses keperawatan yang efektif adalah sebagai berikut :1) Meggunakan standar terminology (pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi).2) Mengumpulkan dan mendokumentasikan data yang bermanfaat dan relevan sesuai dengan prosedur dalam catatan yang permanen, meliputi :a) Data yang masuk dituliskan pada lembar pengkajian pasien pada waktu yang khusus atau sewaktu-waktu.b) Data meliputi : obsevasi keadaan fisik atau emosional pasien, kepetusan perawatan dan kegiatan pasien, dan juga hasil-hasil pemeriksaan lain yang dilakukan pada pasien.3) Menegakkan dan mendokumentasikan diagnosis keperawatan berdasarkan klasifikasi dan analisis data yang akurat.4) Mendokumentasikan rencana asuhan keperawatan.5) Mendokumentasikan tindakan keperawatan keperawatan (termasuk pendidikan kesehatan) secara akurat, lengkap dan sesuai urutan waktu.6) Mendokumentasikan evaluasi sesuai urutan waktunya (selama dirawat, dirujuk, pulang ataupun perubahan keadaan pasien, termasuk respon pasien terhadap intervensi keperawatan dan medis).7) Merevisi rencana asuhan keperawatan sesuai hasil evaluasi. Lingkup pendokumentasian proses keperawatan secara sfesifik, meliputi :1) Data awal ketika pasien pertama kali masuk rumah sakit.2) Kelengkapan riwayat keperawatan dan pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien.3) Diagnosis keperawatan.4) Rencana keperawatan.5) Tindakan keperawatan termasuk pendidikan kesehatan.6) Evaluasi dan perencanaan selanjutnya.7) Sistem perujukan.8) Persiapan pulang.c. Standar dokumentasi Standar adalah ukuran atau model. Sedangkan standar dokumentasi adalah ukuran atau model yang merupakan pernyataan kulaitas dan kuantitas dokumentasi yang dipertimbangkan dengan baik dalam suatu situasi tertentu. Standar dokumentasi juga merupakan standar yang dapat digunakan untuk memberikan pengarahan dan panduan dalam melakukan dokumentasi proses keperawatan. Perawat harus memiliki keterampilan terhadap standar dokumentasi, yaitu : keterampilan untuk memenuhi dan melaksanakan standar dokumentasi yang telah ditetapkan oleh instansi atau rumah sakit yang bersangkutan dengan tepat mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana dan tindakan keperawatan sampai pada tahap evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien.

Karakteristik standar dokumentasi keperawatan dapat dilihat dari 2 sudut pandang, yaitu :1) Karakteristik standar dokumentasi dilihat dari sudut pandang perawat, yaitu:a) Memberikan panduan dalam pertanggungjawaban profesionalb) Meningkatkan kepuasan perawat dengan adanya protokol dalam praktik keperawatan.c) Memberikan kriteria hasil yang dapat mengevaluasi asuhan keperawatan.d) Memberikan kerangka kerja dalam pendekatan secara sistematis terhadap pengambilan keputusan dan praktik keperawatan.2) Karakteristik standar dokumentasi dilihat dari sudut pandang pasien, yaitu :a) Memberitahukan pasien tentang ide-ide mengenai tanggung jawab terhadap kualitas asuhan keperawatan.b) Meningkatkan kepuasan pasien.c) Merefleksikan hak pasien.d) Memberikan batasan kepada pasien tentang model pelayanan asuhan keperawatan.e) Penetapan kebutuhan pelayanan keperawatan dan keuntungan bagi pasien itu sendiri.

5. Prinsip-prinsip Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Menurut Depkes RI (1994), agar catatan asuhan keperawatan dapat menunjang penanganan masalah pasien melalui proses keperawatan secara berkualitas, perawat harus memperhatikan aspek kelengkapan dan ketelitian catatan, kesinambungan pencatatan antar tahap, keakuratan data dan kemudahan catatan untuk dibaca. Kelengkapan berarti mencakup seluruh proses keperawatan. Teliti berarti dokumen harus memuat setiap perubahan kondisi, mencantumkan waktu pelaksanaan tindakan, mencantumkan paraf perawat, serta mengoreksi kesalahan dengan tepat. Berkesinambungan artinya adanya kesinambungan dalam tiap tahapan pada proses keperawatan, yaitu: pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi. Akurat berarti dokumentasi asuhan keperawatan harus didasari oleh informasi dari data yang dikumpulkan, yaitu data berasal dari pasien. sedangkan dapat dibaca berarti catatan dalam dokumen harus ditulis menggunakan tinta, dapat dibaca petugas lain, dan menggunakan bahasa. Kode atau singkatan yang baku.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendokumentasian asuhan keperawatan menurut Potter dan Perry (2005), adalah:a. Bila terjadi kesalahan penulisan tidak dihapus mengguanakan tip-ex, tapi dicoret dengan satu garis pada tulisan yang salah, kemudian ditulis kata salah, lalu diparaf, kemudian tulis catatan yang benar.b. Menulis uraian objektif perilaku pasien dan tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan lain, tanpa member komentar yang bersifat mengkritik.c. Mengoreksi semua kesalah sesegera mungkin.d. Mencatat hanya fakta secara akurat.e. Diakhir catatan tidak dibiarkan kosong, untuk menghindari penambahan yang tidak benar. bila ada area yang kosong dibuat garis horizontal lalu dibubuhkan tanda tangan.f. Semua catatn harus jelas, dapat dibaca.g. Jika terdapat keragu-raguan tentang instruksi, minta klarifikasi kepada petugas bersangkutan.h. Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas informasi yang dituliskan.i. Gunakan kata-kata yang spesifik untuk menuliskan suatu informasi.j. Mulailah mencatat dokumentasi dengan waktu dan akhiri dengan tanda tangan.6. Tahap-tahap dalam Dokumentasi Asuhan Keperawatana. Dokumentasi pengkajian asuhan keperawatan1) Pengertian Pengkajian merupakan langkah awal dalam asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan. Pengkajian mempunyai peran yang sangat penting dalam penentuan diagnosa, perencanaan, tindakan dan evaluasi secara tepat. Jika pengkajian tidak tepat, asuhan keperawatan tidak akan mencapai tujuan yang optimal (Ali, 2010). Data pengkajian diperoleh melalui wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium maupun pemeriksaan diagnostik yang lain. Perawat harus mencatat semua pengkajian keperawatan secara sistematis, akurat dan komprehensif. Tahap pengkajian meliputi pengumpulan data, analisa data dan perumusan masalah keperawatan.

2) Tujuan dokumentasi pengkajian asuhan keperawatan Tujuan dokumentasi penngkajian asuhan keperawatan menurut Nursalam (2011) adalah:a) Untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien dan responnya terhadap masalah keperawatan pasien.b) Untuk mengumpulkan data yang mendukung proses analisis pada kesehatan pasien dan proses identifikasi masalah keperawatan pasien secara tepat.c) Untuk mengidentifikasi keunikan pasien yang mempengaruhi perencanaan, diagnosa, tindakan keperawatan dan cara pemberian intervensi keperawatan.d) Untuk memastikan adanya informasi dasar yang berguna untuk memberikan pedoman dalam mengukur perubahan kondisi pasien setelah diintervensi.e) Untuk mengumpulkan data yang relevan, melihat seberapa besar tingkat kebutuhan pasien akan pelayanan keperawatan.f) Sebagai dasar bagi pencatatan rencana keperawatan selanjutnya.

3) Pedoman dokumentasi pengkajian asuhan keperawatana) Gunakan format pengkajian yang sistematis atau yang telah dibuat sesuai kebutuhan untuk mencatat hasil pengkajian sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh institusi.b) Dokumentasikan data yang didapat secara sistematis dan lengkap yang meliputi data bio, psiko, sosial, spiritual.c) Dakumentasikan data objektif pasien secara akurat, sesuai dengan kondisi saat dikaji dan bukan hasil penafsiran perawat.d) Dokumentasikan informasi subjektif yang berasal dari pasien, keluarga maupun anggota tim kesehatan lain.e) Tuliskan secara ringkas dan jelas.b. Dokumentasi diagnosa asuhan keperawatan1) Pengertian Diagnosa keperawatan adalah pernyataan klinis dalam pertimbangan perawat, menggambarkan respon pasien terhadap masalah kesehatan actual dan risiko berdasarkan data yang telah dikumpulkan, yang pemecahannya berada dalam batas kewenangan perawat(Hutahaean, 2010).

2) Tujuan dokumentasi diagnosa asuhan keperawatana) Untuk mengkomunikasikan masalah pasien kepada semua perawat yang memberikan asuhan keperawatan dan kepada tim kesehatan lain.b) Untuk mengidentifikasi masalah pasien berdasarkan hasil pengkajian.c) Untuk mengidentifikasi masalah pasien yang utama dalam upaya mengembangkan intervensi yang diperlukan.3) Kategori diagnosa asuhan keperawatana) Diagnosa keperawatan aktual yaitu Perumusan status kesehatan pasien yang sudah nyata terjadi, menunjukkan masalah yang ada dari pengkajian data, memerlukan tindakan keperawatan untuk memecahkan atau meringankan gangguan status kesehatan. Penulisan rumusan diagnosa keperawatan aktual adalah PES (Problem + Etiolgi + Simptom).b) Diagnosa keperawatan risiko/ risiko tinggi yaitu masalah potensial dari pengkajian data, yang akhirnya menjadi masalah aktual jika tidak dilakukan tindakan keperawatan yang tepat, ditujukan untuk mencegah terjadinya masalah aktual atau penuruna status kesehatan pasien. perumusan diagnosanya adalh PE (Problem + Etiologi).c) Diagnosa keperawatan kemungkinan yaitu pernyataan tentang masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan pengawasan dan pengamatan untuk membuktikan perkembangan masalah.4) Pedoman dokumentasi diagnosa asuhan keperawatana) Gunakan format PES untuk semua masalah aktual dan PE untuk masalah risiko.b) Catat diagnosa keprawatan kemungkinan ke dalam masalah atau format diagnosa keperawatan.c) Komponen P (Problem) dalam rumusan diagnosa harus merupakan respon pasien terhadap masalah kesehatan yang dialaminya, sedangkan E (Etiologi) merupakan faktor yang berkontribusi terhadap masalah atau respon pasien.d) Gunakan istilah, singkatan, atau kode yang sudah disepakati bersama dan mudah dimengerti oleh rekan perawat atau petugas kesehatan lainnya.e) Mulai merumuskan diagnosa keperawatan dengan pernyataan masalah.f) Pastikan bahwa data utama, data tambahan, dan batasan karakteristik yang digunakan untuk menegakkan diagnosa benar-benar berasal dari dokumentasi pengkajian.g) Dokumentasikan perubahan diagnosa keperawatan yang terjadi seiring perubahan-perubahan kondisi pasien pada pergantian jaga (Shift).h) Gunakan dignosa keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian, perencanaan, intervensi dan evaluasi.c. Dokumentasi perencanaan asuhan keperawatan1) Pengertian Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksankan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien (Nursalam, 2011). 2) Langkah-langkah penyusunan perencanaan asuhan keperawatana) Menetapkan perioritas masalahPrioritas masalah dapat ditetapkan berdasarkan hirarki MASLOW atau bisa juga berdasarkan standar prioritas yaitu: yang mengancam kehidupan merupakan prioritas pertama, masalah yang mengancam kesehatan merupakan prioritas kedua, dan yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga.b) Merumuskan tujuan keperawatanTujuan keperawatan adalah hasil yang ingin dicapai dari asuhan keperawatan yang menangggulang masalah yang telah dirumuskan dalam diagnosa keperawatan.c) Menentukan rencana tindakanRencana tindakan keperawatan adalah langkah menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakasanakan dalam rangka menolong pasien untuk mencapai tujuan keperawatan.3) Tujuan dokumentasi perencanaan asuhan keperawatana) Memberikan informasi tentang masalah pasien, tujuan yang diharapkan dan kriteria hasilnya serta tindakan yang harus diberikan untuk mencapai tujuan tersebut.b) Memberikan pedoman bagi petugas kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan dan melakukan evaluasi efektifitas tindakan yang diberikan.

4) Pedoman dokumentasi perencanaan asuhan keperawatana) Sebelum membuat rencana keperawatan, kaji data-data yang dihasilkan dari pengkajian data dasar.b) Identifikasi dan kelompokkan masalah yang dihadapi pasien serta susun urutan prioritas. Masalah aktual lebih diutamakan daripada masalah potensial.c) Tuliskan dengan jelas, ringkas, spesifik, rasional dan terukur, tujuan dan kriteria hasil akhir yang diharapkan untuk setiap permasalahan yang ada.d) Tuliskan rencana keperawatan dalam bentuk kalimat perintah (instruksi).e) Gunakan bahasa, kode dan singkatan yang mudah dipahami oleh perawat atau petugas kesehatan lain.f) Tuliskan rencana keperawatan dalam kolom yang sesuai dengan menggunakan tinta agar tidak mudah dihapus.g) Cantumkan tanda tangan perawat yang mencatat rencana keperawatan (Nursalam, 2011).

d. Dokumentasi pelaksanaan (implementasi) asuhan keperawatan1) Pengertian Dokumentasi implementasi asuhan keperawatan merupakan catatan tentang tindakan yang diberikan kepada pasien. pencatatan ini mencakup tindakan keperawatan yang diberikan baik secara mandiri maupun kolaboratif, serta pemenuhan kriteria hasil terhadap tindakan yang diberikan pada pasien (Hutahaean, 2010). 2) tujuan dokumentasi pelaksanaan asuhan keperawatana) untuk mengkomunikasikan/ memberitahukan secara jelas tindakan keperawatan yang sudah dilakukan, dan rencana perawatan selanjutnya pada perawat lain.b) Untuk memberikan petunjuk lengkap dari tindakan perawatan yang perlu dilaksanakan untuk menyeleseikan masalah pasien.c) Sebagai dasar untuk mengetahui efektifitas perencanaan jika diperlukan untuk merevisi perencanaan.

3) Pedoman dokumentasi pelaksanaan asuhan keperawatana) Gunakan kata kerja aktif untuk menjelaskan apa yang telah dikerjakan.b) Identifikasi alat dan bahan yang digunakan dalam bentuk yang tepat.c) Dokumentasikan aspek keamanan, kenyamanan dan pengawasan infeksi tehadap pasien.d) Catat waktu dan orang yang bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan keperawatan.e) Catat semua informasi tentang pasien.f) Gunakan pedoman, kebijakan dan prosedur yang telah disusun institusi.g) Dokumentasikan respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan.h) Dokumentasikan intervensi yang diberikan atau diajarkan kepada pasien.e. Dokumentasi evaluasi asuhan keperawatan1) Pengertian Dokumentasi evaluasi asuhan keperawatan merupakan catatan tentang indikasi kemajuan pasien terhadap tujuan yang akan dicapai. Evaluasi keperawatan menilai keefektifan perawatan dan mengkomunikasikan status kesehatan pasien setelah diberikan tindakan keperawatan serta memberikan informasi yang memungkinkan adanya revisi perawatan sesuai keadaan pasien setelah di evaluasi (Hutahaean, 2010).2) Tujuan dokumentasi evaluasi asuhan keperawatana) Untuk mengkomunikasikan status kesehatan pasien dan kondisi terkhir pasien secara jelas untuk semua perawat.b) Untuk memberikan informasi yang bermanfaat untuk memutuskan apakah ttindakan keperawatan bisa dimulai, dilanjutkan, dimodifikasi atau dihentikan.c) Untuk memberikan keterangan bagi perbaikan rencana keperawatan berdasarkan pada catatan data pengkajian ulang atau perumusan ulang dari diagnosa keperawatan. 3) Tipe pernyataan evaluasi asuhan keperawatana) Evaluasi formatifAnalisis perawat terhadap respon pasien segera pada saat setelah intervensi keperawatan dilaksanakan. Evaluasi ini dapat dilakukan secara spontan dan member kesan apa yang terjadi pada saat itu.b) Evaluasi sumatifRekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan pasien sesuai dengan kerangka waktu yang telah ditetapkan pada tujuan keperawatan. pernyataan sumatif menguraikan kemajuan terhadap pencapaian kondisi yang dijelaskan dalam hasil yang diharapkan.4) Pedoman dokumentasi evaluasi asuhan keperawatana) Awali kesimpulan atau pernyataan evaluasi dengan data yang mendukung.b) Dokumentasikan implementasi keperawatan disertai dengan pernyataan pernyataan evaluasi formatif yang menggambarkan respon pasien segera setelah tindakan keperawatan diberikan.c) Dokumentasikan evaluasi yang memperlihatkan perkembangan pasien untuk menccapai tujuan.d) Data pengkajian dan hasil yang diharapkan digunakan untuk mengukur perkembangan pasien.

7. Prosedur Tetap Dokumentasi Asuhan Keperawatan Prosedur tetap dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkan Standar dokumentasi asuhan keperawatan menurut DEPKES RI (1995) dalam Nursalam (2011) adalah sebagai berikut:a. Pengkajian 1. Mendokumentasikan data yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian2. Data dikelompokkan (bio-psiko-sosio-spiritual)3. Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang4. Masalah dirumuskan berdasarkan masalah kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupanb. Diagnosa1. Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan2. Diagnosa keperawatan mencerminkan PE/PES3. Merumuskan diagnosa keperawatan aktual/ potensialc. Perencanaan 1. Berdasarkan diagnosa keperawatan2. Disusun menurut urutan prioritas3. Rumusan tujuan mengandung komponen pasien/subjek, perubahan, perilaku, kondisi pasien, dan atau kriteria4. Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat perintah, terinci, jelas, dan atau melibatkan pasien atau keluarga5. Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan pasien6. Rencana tindakan menggambarkan kerja sama dengan tim kesehatan lain.d. Tindakan1. Implementasi dilaksanakan mengacu pada rencana asuhan keperawatan. 2. Perawat mengobservasi respon pasien terhadap implementasi keperawatan.3. Revisi implementasi berdasarkan hasil evaluasi4. Semua implementasi yang telah dilaksanakan didokumentasikan dengan ringkas dan jelase. Evaluasi1. Evaluasi mengacu pada tujuan2. Hasil evaluasi didokumentasikanf. Catatan Asuhan Keperawatan1. Menulis pada format yang baku2. Pendokumentasian dilakukan sesuai dengan implementasi keperawatan3. Pendokumentasian ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang baku dan beanar4. Setiap melakukan tindakan perawat mencantumkan paraf dan nama dengan jelas 5. Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dokumentasi Asuhan Keperawatan Baik tidaknya mutu dokumentasi proses keperawatan sangat dipengaruhi oleh unsur masukan, proses pencatatan dan lingkungan dari institusi yang bersangkutan (Nursalam, 2011) :a. Unsur Masukan.1) Tenaga Perawat (Sumber Daya Manusia)a) Pengetahuan dan keterampilan perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan sangat diperlukan dalam meningkatkan mutu dokumentasi, yaitu ketrampilan dalam berkomunikasi, keterampilan untuk dapat memenuhi standar dokumentasi dan ketrampilan dalam mencatat proses keperawatan b) Umur Secara fisiologi pertumbuhan dan perkembangan sesorang dapat digambarkan dengan pertambahan umur, peningkatan umur diharapkan terjadi pertambahan kemampuan motorik sesuai dengan tumbuh kembangnya. Akan tetapi pertumbuhan dan perkembangan seseorang pada titik tertentu akan terjadi kemunduran akibat faktor degeneratip. Menurut Susilo Sumarliyo bahwa usia lanjut umumnya lebih bertanggung jawab dan lebih teliti dibanding dengan usia muda, hal ini terjadi kemungkinan usia yang lebih muda kurang berpengalaman.c) Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang berpendidikan tinggi akan lebih rasional dan kreatif serta terbuka dalam menerima adanya bermacam usaha pembaharuan. Gilmer dalam frazer ( 1992 ) mengatakan bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah seseorang berfikir secara luas, makin tinggi daya inisiatifnya dan makin mudah pula untuk menemukan cara cara yang efisien guna menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.

d) Masa kerja Seseorang akan mencapai kepuasan tertentu bila sudah mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Semakin lama karyawan bekerja mereka cenderung lebih terpuaskan dengan pekerjaan mereka . Para karyawan yang relatip baru cenderung kurang terpuaskan karena berbagai pengharapan yang lebih tinggi. Penelitian Eni Suhaeni tahun 2005 menyatakan semakin lama masa kerja bidan maka semakin banyak pengalaman yang dimiliki dalam memberikan pelayanan dibanding dengan bidan yang baru2) Format Dokumentasi. Format dokumentasi masih banyak ragamnya, dalam pencatatan perawat merasa rumit dan banyak memakan waktu. Maka dalam pelaksanaan dokumentasi proses keperawatan diperlukan sistem dokumentasi yang efisien, komprehensif dapat mendokumentasikan lebih banyak data dalam waktu yang lebih sedikit dan sesuai standar yang berlaku.

b. Unsur Proses. Pelaksanaan dokumentasi proses keperawatan yang meliputi aspek dokumentasi, yaitu : pengkajian, perencanaan, tindakan dan evaluasi, yang harus dilaksanakan secara terus menerus sampai tujuan berhasil. Sedangkan kendala dalam pelaksanaan dokumentasi adalah kemapuan perawat dalam mendokumentasikan proses keperawatan. Disini dipengaruhi oleh beban kerja dan motivasi kerja perawat.c. Unsur lingkungan. Unsur lingkungan yang dimaksud disini adalah kebijakan organisasi dan manajemen institusi atau rumah sakit yang melaksanakan dokumentasi proses keperawatan. Apabila ketiganya tidak saling mendukung, maka sulit diharapkan akan mendapatkan hasil dokumentasi proses keperawatan yang baik.

9. Hubungan Beban Kerja dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Dokumen asuhan keperawatan merupakan hal yang sangat penting bagi perawat karena di dalam pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien membutuhkan pencatatan dan pelaporan yang dapat digunakan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai kemungkinan masalah yang dihadapi oleh pasien dalam memberikan pelayanan. Beban kerja perawat dapat mencakup fungsi utamanya dan tugas tambahan yang ia kerjakan, serta jumlah pasien yang harus dirawatnya. Kapasitas kerjanya sesuai dengan pendidikan yang dia perolah, waktu kerja yang dia gunakan untuk mengerjakan tugasnya sesuai dengan jam kerja yang berlangsung setiap hari. Banyak tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang perawat dapat mengganggu efektifitas kerja dari perawat tersebut, beban kerja yang berlebihan ini sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja dan tentu saja berpengaruh terhadap kualitas pelayanan yang diberikan salah satunya yaitu pendokumentasian asuhan keperawatan (Mastini,2013).

C. Kerangka Konsep

Faktor-faktor yang mempengaruhi Beban kerja:Faktor eksternalFaktor internalFaktor-faktor yang mempengaruhi pendokumentasian asuhan keperawatan:Unsur masukanUnsur prosesMotivasiUnsur lingkunganDokumentasi Asuhan keperawatan :Baik CukupKurangPendokumentasian Asuhan Keperawatan:PengkajianDiagnosaPerencanaan PelaksanaanEvaluasi Catatan Asuhan KeperawatanTidak menjadi beban kerjaRingan SedangBeratBeban kerjaBeban kerja perawat mencakup :Fungsi utamanya Tugas tambahan yang dikerjakan jumlah pasien yang dirawatnya

Keterangan: : Diteliti : Tidak diteliti

Bagan 2.1. Kerangka Konsep Hubungan Beban Kerja dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan.

D. Hipotesis Hipotesis merupakan sebuah pernyataan tentang hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris (Hidayat, 2010). Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian pustaka, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:Ha: Ada Hubungan Beban Kerja dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan.Ho: Tidak Ada Hubungan Beban Kerja dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan.

10