38 - core.ac.uk · yang cukup stabil dan keadaan ekosistem sekitar sungai yang berbeda. berikut...

26
38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Penelitian Tahap I 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan secara sistematik, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Suryabrata, 1983). Menurut Sugiyono (2013), metode penelitian kuanitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Menurut Sugiyono (2009) penelitian kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan angka-angka data analisis mengunakan statistik. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan dan pengambilan sampel langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dari penelitian ini adalah Indeks Keanekaragaman (H’) dari Shannon-Wienner, Indeks Kemerataan, Indeks Dominansi, dan Indeks Nilai Penting (INP). 3.1.2 Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, baik hasil menghitung maupun pengukuran (kuantitatif atau kualitatif) dari karakteristik tertentu yang akan dikenai generalisasi (Sugiyono, 2013). Populasi pada penelitian ini adalah

Upload: dangnga

Post on 06-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

38

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Penelitian Tahap I

3.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Deskriptif yaitu

penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan secara sistematik,

faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah

tertentu (Suryabrata, 1983). Menurut Sugiyono (2013), metode penelitian

kuanitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada

populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya

dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian,

analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis

yang telah ditetapkan. Menurut Sugiyono (2009) penelitian kuantitatif bertujuan

untuk menjelaskan angka-angka data analisis mengunakan statistik. Pengambilan

data menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan dan pengambilan sampel

langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dari penelitian ini adalah

Indeks Keanekaragaman (H’) dari Shannon-Wienner, Indeks Kemerataan, Indeks

Dominansi, dan Indeks Nilai Penting (INP).

3.1.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, baik hasil menghitung

maupun pengukuran (kuantitatif atau kualitatif) dari karakteristik tertentu yang

akan dikenai generalisasi (Sugiyono, 2013). Populasi pada penelitian ini adalah

39

seluruh hewan yang ada di ekosistem sungai Brantas daerah Kampus III

Universitas Muhammadiyah Malang.

Menurut Sugiyono (2013), sampel adalah sebagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel pada penelitian ini adalah

makrofauna ekosistem sungai Brantas daerah Kampus III Universitas

Muhammadiyah Malang yang berada pada aliran sungai. Teknik penentuan lokasi

pengambilan sampel dengan menggunakan Teknik Purposive Sampling. Metode

ini merupakan metode penentuan lokasi secara sengaja yang dianggap

representatif (Sugiyono, 2013).

3.1.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2017. Lokasi penelitian yaitu

pada Sungai Brantas disekitar area Kampus 3 Universitas Muhammadiyah

Malang.

3.1.4 Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Pengambilan sampel air

1. Botol plastik

2. Gayung

3. Tas plastik kedap cahaya

4. Kertas label

b. Pengambilan sampel Makrofauna

1. Tali rafia

2. Pasak

40

3. Jaring surber ukuran pori 0,5mm dengan luas 1mx1m

4. Jaring surber ukuran pori 0,5mm dengan luas 15cmx15cm

5. Toples plastik

6. Nampan plastik

7. Kertas label

8. Kamera

c. Pengukuran Kecepatan arus

1. Stopwatch

2. Sterofoam ukuran 3 cm3

3. Tali rafia

4. Pasak

5. Kalkulator

d. Pengukuran Suhu

1. Thermometer air raksa

e. Pengukuran pH

1. pH meter

f. Pengukuran BOD5

1. Botol inkubasi ± 150 ml

2. Inkubator dengan suhu 20ºC ± 1ºC

3. DO meter

4. Gelas ukur 250 ml- 500 ml

5. Pipet ukur 10 ml

6. Aerator

7. Tabung reaksi

41

g. Pengukuran COD

1. Spektrofotometer UV (Vesible Spektrofotometer 1601)

2. Tabung mikro COD yang mempunyai kapasitas ± 10 ml dan bertutup

3. Reaktor COD

4. Mikropipet 1 ml

5. Gelas piala

6. Timbangan analitik

h. Pengukuran DO

1. Botol winkler

2. Pipet

3. Alat titrasi

4. Tabung reaksi

5. Erlenmeyer

1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Pengambilan sampel air

1. Botol plastik

b. Pengambilan sampel Makrofauna

1. Formalin 4%

2. Aquadest

c. Pengukuran Ph

1. Air mineral

d. Pengukuran DO

1. Larutan MnSO4

42

2. Larutan Alkali iodide azida

3. Larutan H2SO4

4. Larutan Na2S2O3

e. Pengukuran BOD5

1. Larutan buffer phospat

2. Larutan MgSO4

3. Larutan FeCl3

4. Larutan CaCl2

5. Larutan H2SO4 1N

6. Larutan NaOH 1N

7. Air pengencer

8. Larutan seed

9. Larutan glucose-asam glutamate (larutan standar BOD ±194 mg/l)

10. Air larutan buatan, salinitas 19%

11. Larutan penghambat proses nitrifikasi (senyawa piridin)

f. Pengukuran COD

1. Kalium Hidrogen Ptalat (HOOC6H4COOK)

2. Larutan campuran K2Cr2O7-HgSO4 ± 0,02 N

3. Larutan campuran H2SO4 pekat – Ag2SO4

4. Air suling

3.1.5 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam berbagai tahapan. Tahapan yang dilakukan

dalam pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

43

1. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui keadaan awal lokasi

pengambilan sampel sebelum dilakukannya pengambilan sampel. Hal ini

bertujuan untuk mempermudah pengambilan sampel sesuai dengan keadaan

lokasi pengambilan sampel. Lokasi terletak pada aliran sungai Brantas area

Kampus III Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel

Berdasarkan hasil observasi, lokasi pengambilan sampel adalah aliran

sungai Brantas area Kampus III Universitas Muhammadiyah Malang pada daerah

dekat dengan jembatan tengah sebagai stasiun I dan jembatan timur sebagai

stasiun II. Pada masing-masing stasiun dibagi menjadi 3 plot dengan pengulangan

5 kali pada masing-masing plot. Hal ini dikarenakan pertimbangan peneliti bahwa

pada daerah tersebut terdapat jalur untuk masuk ke aliran sungai sehingga

memudahkan peneliti. Selain itu, pada daerah tersebut memiliki aliran sungai

yang cukup stabil dan keadaan ekosistem sekitar sungai yang berbeda. Berikut

adalah peta lokasi pengambilan sampel.

Gambar 3.1 Peta lokasi pengambilan sampel

Jembatan

Jembatan

500m

Stasiun I

100m

Plot 1 Plot 2 Plot 3

Stasiun II

100m

Plot 1 Plot 2 Plot 3

44

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pengambilan Sampel Air

1. Pengambilan sampel air pada setiap stasiun pengambilan sampel dengan

menggunakan water sampler sebanyak 1500 ml untuk masing-masing stasiun

pengambilan sampel

2. Air sampel dimasukkan kedalam botol plastik yang sudah diberi kertas label

dengan keterangan stasiun pengambilan sampel.

3. Botol berisi air dimasukkan kedalam tas plastik kedap cahaya.

b. Pengukuran Faktor Fisika-Kimia (kecepatan arus, suhu, Ph, BOD5, COD, DO)

1. Mengukur kecepatan arus dengan menggunakan sterofoam yang sudah

disiapkan dengan cara menghitung waktu tempuh sterofoam untuk

menempuh harak 1 m.

2. Menghitung kecepatan arus dengan rumus sebagai berikut.

Kecepatan arus = waktu tempuh : jarak

3. Menghitung suhu air dengan menggunakan thermometer air raksa. Caranya

adalah dengan mencelupkan thermometer kedalam air selama 5 menit dan

melihat nilai suhunya.

4. Nilai pH, DO, BOD5, dan COD diukur di Laboratorium Kualitas Air Perum

Jasa Tirta I Malang dengan cara sebagai berikut.

a. Menghitung pH air dengan menggunakan pH meter. Caranya adalah dengan

mencelupkan pH meter kedalam air mineral untuk menteralkan sehingga pH

nya 7 kemudian mencelupkan kedalam air selama 3 menit dan melihat

nilainya.

45

b. Nilai BOD5 diukur dengan menggunakan cara winkler yaitu pengukuran nilai

didasarkan pada reaksi oksidasi zat organik dengan oksigen di dalam air dan

proses berlangsung dengan adanya bakteri aerobic, sebagai hasil oksidasi

akan dikeluarkan karbondioksida, amoniak, dan air. BOD5 ditetapkan dengan

berdasarkan selisih DO 0 hari dengan DO 5 hari pada suhu 20ºC.

c. Nilai DO diukur dengan menggunakan cara winkler metode alkali iodide

azida yaitu dengan cara titrasi, dalam penetapan kadar oksigen terlaut

dugunakan pereaksi MnSO4, H2SO4 dan alkali iodide azida. Selain itu dapat

diukur dengan menggunakan DO meter.

d. Nilai COD diukur dengan metode analisa COD secara spektrofotometer UV

(Vesible Spektroforometer 1601).

c. Pengambilan Sampel Makrofauna

1. Mempersiapkan alat dan bahan.

2. Memulai merentangkan jaring surber kedalam daerah sepanjang stasiun

pada sungai menghadap kearah hulu, kemudian menggerak-gerakan dasar

sungai agar sampel yang berada didasar sungai ikut terjaring.

3. Mengambil makrofauna yang terjaring dengan menggunakan jaring kecil.

4. Mengisi toples dan plastik dengan air sungai.

5. Mengisi botol flakon dengan formalin.

6. Memasukkan makrofauna yang terjaring kedalam toples atau plastik yang

telah diisi air sungai atau kedalam botol flakon berisi formalin (tergantung

keadaan makrofauna yang diambil).

7. Melakukan pengambilan sampel sampai 5 kali pengulangan pada masing-

masing plot pada stasiun.

46

8. Mendokumentasikan makrofauna yang diperoleh.

9. Menuliskan hasil penelitian kedalam tabel hasil penelitian pada lembar

instrument penelitian.

10. Lembar instrument penelitian terdapat pada Lampiran 1.

4. Analisis Data

1. Identifikasi Makrofauna

Sampel makrofauna yang diperoleh kemudian diidentifikasi jenisnya.

Identifikasi bertujuan untuk memperoleh data informasi secara obyektif melalui

proses pengamatan langsung terhadap objek benda. Hasil identifikasi digunakan

sebagai bahan menyusun materi modul. Proses ini dilakukan di Laboratorium

Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang pada bulan Februari 2016.

2. Indeks Keanekaragaman

Menurut Southwood (1978) dalam (Suheriyanto, 2013), indeks

keanekaragaman dirumuskan sebagai berikut:

atau

Keterangan rumus :

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon Wiener

Pi = Proporsi spesies ke I di dalam sampel total

ni = Jumlah individu dari seluruh jenis

47

N = Jumlah total individu dari seluruh jenis

Tabel 3.1 Kriteria Indeks Keanekaragaman (Odum, 1993)

Nilai H’ Keterangan

<1 Rendah

1-3 Sedang

>3 Tinggi

3. Indeks Kemerataan

Menurut Kerbs (1985), indeks kemerataan atau Evennes (E) dapat dihitung

melalui rumus sebagai berikut:

Keterangan rumus:

E = Indeks keanekaragaman

H’ = Indeks kemerataan

Hmaks = Keanekaragaman spesies maksimum

= ln S (S adalah jumlah spesies)

4. Indeks Dominansi

Nilai indeks dominansi dapat dihitung dengan menggunakan rumus

Simpson (1949) sebagai berikut.

atau

Keterangan rumus:

C = Indeks dominansi

ni = Jumlah individu dari seluruh jenis

N = Jumlah total individu dari seluruh jenis

Pi = Proporsi spesies ke I di dalam sampel total

48

5. Indeks Nilai Penting

Persentase atau besarnya pengaruh yang diberikan suatu jenis hewan

terhadap komunitasnya dapat ditentukan dengan menghitung indeks nilai penting.

Menurut Sugianto (1994) dalam (Suheriyanto, 2013), indeks nilai penting

duirumuskan sebagai berikut :

g. Frekuensi (F)

Frekuensi dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan rumus :

Fi = Frekuensi relative untuk spesies ke i

Ji = Jumlah plot yang terdapat spesies ke i

K = Jumlah total plot yang dibuat

h. Frekuensi Relatif

Frekuensi relatif dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan rumus:

Fr = Frekuensi relatif spesies ke i

Fi = Frekuensi untuk spesies ke i

ƩF = Jumlah total frekuensi untuk semua spesies

i. Kelimpahan (K)

Kelimpahan dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan rumus :

K = Kelimpahan spesies untuk spesies ke i

49

ni = Jumlah total individu spesies ke i

A = Luas total daerah yang disampling

j. Kelimpahan relatif (Kr)

Kelimpahan relatif dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan rumus :

Kr = Kelimpahan relatif spesies ke i

Ki = Kelimpahan untuk spesies ke i

ƩK = Jumlah kelimpahan semua spesies

k. Indeks Nilai Penting (INP)

Indeks Nilai Penting (INP) dirumuskan sebagai berikut :

INP = Fr + Kr

Keterangan rumus :

INP = Indeks nilai penting

Fr = Frekuensi relatif

Kr = Kelimpahan relatif 3.2 Penelitian Tahap II

3.2.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan atau

Research and Development ( R&D). Penelitian dilakukan dengan

mengembangkan perangkat pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan

bahan ajar cetak yaitu modul berbasis riset keanekaragaman fauna ekosistem

sungai. Penelitian dilakukan menggunakan metode penelitian pengembangan

50

ADDIE yang terdiri atas 5 tahap, yaitu Analyze, Design, Develope,

Implementation, dan Evaluation (Branch, 2009). Gambar 3.1 menunjukkan

konsep model pengembangan ADDIE (Clark, 2015)

Gambar 3.2 Tahap-tahap model pengembangan ADDIE. Sumber: Clark, 2015.

3.2.2 Prosedur Penelitian Pengembangan

Bagian ini menjelaskan terkait dengan prosedur penelitian pengembangan

bahan ajar pada gambar 3.2. Prosedur penelitian pengembangan modul biologi

menjelaskan tentang tahapan prosedural yang ditempuh oleh peneliti dalam

membuat modul biologi berbasis riset tentang keanekaragaman makrofauna

sungai. Sesuai dengan model pengembangan yang digunakan, prosedur penelitian

pengembangan modul biologi berbasis riset adalah sebagai berikut:

51

b) Analyze

Tahap analisis merupakan tahap awal dari penelitian pengembangan yang

bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan penyebab dari

ketidakseimbangan kondisi nyarta dengan kondisi ideal (performance gap) atau

masalah yang ada sehingga memerlukan suatu pengembangan produk. Tahap ini

memuat tiga kegiatan utama yang dilakukan yaitu analisis kebutuhan guru dan

siswa, analisis kurikulum, dan analisis studi pustaka.

Analisis kebutuhan guru dilakukan untuk mengetahui keadaan nyata

proses pembelajaran Biologi pada umumnya dan materi keanekaragaman hayati

yang ada di dalam kelas. Pada tahap ini akan diketahui metode pembelajaran serta

bahan ajar yang digunakan oleh guru. Analisis kebutuhan siswa dilakukan dengan

tujuan untuk mengetahui karakteristik siswa termasuk didalamnya adalah metode

pembelajaran serta bahan ajar yang disukai dalam proses pembelajaran. Tahap ini

dilakukan dengan metode observasi, angket, dan wawancara Langkah selanjutnya

adalah analisis kurikulum. Hal ini dilakukan agar bahan ajar yang dikembangkan

sesuai dengan Kurikulum yang berlaku di Sekolah Menengah saat ini yaitu

Kurikulum 2013. Pada tahap ini dilakukan pengkajian Kompetensi Dasar dan

tagihan-tagihan kemampuan siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Analisis yang terakhir adalah analisis studi pustaka. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui bahan ajar yang digunakan oleh guru dan siswa pada saat proses

pembelajaran Biologi.

c) Design

Tahap ini merupakan tahap kedua dari penelitian pengembangan yang

dilakukan. Tahap ini bertujuan untuk memverifikasi tujuan yang diharapkan

52

dengan kesesuaian spesifikasi produk yang dikembangkan. Pada akhir tahap ini,

akan diperoleh spesifikasi fungsi dari modul berbasis penelitian. Berikut adalah

langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini.

1) Mendaftar hal-hal yang dibutuhkan. Pengaturan isi modul dilakukan pada tahap

ini untuk menghasilkan draft produk yang dapat mengantarkan siswa mencapai

tujuan pembelajaran.

2) Menyusun tujuan pengembangan produk. Tahap ini bertujuan untuk menyusun

tujuan-tujuan spesifik yang diharapkan dimiliki oleh siswa terkait dengan

produk yang diharapkan.

3) Menyusun strategi pengujian. Pada tahap ini, dilakukan penyusunan instrumen

tes dan instrumen validasi modul yang meliputi, validasi ahli bahan ajar,

validasi ahli materi, dan keefektivan modul.

d) Development

Tahap ini merupakan tahap pengembangan, yang memiliki tujuan untuk

mengembangkan bahan ajar serta memvalidasi bahan ajar yang dikembangkan.

Setelah melewati tahap ini, akan dihasilkan produk dibutuhkan untuk tahap

Implentation. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai

berikut.

1.Menyusun isi/materi. Pengembangan bahan ajar dilakukan sesuai dengan

reancangan yang telah disusun pada tahap sebelumnya.

2. Memilih atau mengembangkan media pendukung. Pada tahap ini dilakukan

pengembangan media pendukung yaitu modul berbasis riset keanekaragaman

makrofauna ekosistem sungai serta instrumen penilaian modul (validasi dan

keterbacaan).

53

3. Melakukan revisi formatif. Tujuan dari tahap ini adalah untuk merevisi atau

memperbaiki produk pembelajaran sebelum diimplementasikan. Pada tahap ini

terdiri dari 2 langkah yaitu.

Validasi Ahli

Validasi merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan

produk baru secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak.

Dikatakan rasional, karena validasi disini masih bersifat penilaian berdasakan

pemikiran rasional, belum merupakan fakta lapangan. Validasi produk dapat

dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah

berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut (Sugiyono,

2013).

Pada tahap validasi ini, modul keanekaragaman fauna ekosistem sungai

berbasis riset identifikasi yang telah dibuat kemudian divalidasi oleh validator

ahli. Validasi ini bertujuan untuk melihat apakah modul yang dikembangkan layak

digunakan sebagai bahan ajar atau tidak. Instrumen yang digunakan adalah lembar

validasi desain modul dan lembar validasi kesesuaian materi. Validator ahli dalam

penelitian ini adalah dua dosen Program Studi Biologi Universitas

Muhammadiyah Malang. Satu validator ahli memvalidasi desain modul dan satu

validator ahli memvalidasi kesesuaian materi. Validasi dilakukan di laboratorium

Mikroteaching Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah

Malang. Hasil validasi terhadap desain modul dan kesesuaian isi materi modul

keanekaragaman fauna ekosistem sungai berbasis riset identifikasi kemudian

dianalisis dan digunakan untuk memperbaiki kekurangan sehingga modul yang

dihasilkan layak digunakan dalam pembelajaran.

54

Revisi Tahap I

Setelah desain produk divalidasi oleh para ahli dan dianalisis, maka akan

diketahui kelemahannya. Berdasarkan hasil analisis tersebut, kemudian dilakukan

perbaikan desain. Perbaikan desain akan dilakukan apabila masih terdapat aspek

validasi yang mendapat predikat kurang baik dan tidak baik, dan tidak direvisi

apabila modul tersebut dikatakan valid atau mendapat predikat baik atau sangat

baik. Selain itu, desain modul akan diperbaiki menurut komentar dan saran dari

validator. Setelah modul dikatakan valid atau layak digunakan sebagai bahan ajar

akan dilanjutkan dengan tahap uji coba awal dengan skala kecil.

Uji Coba Tahap Awal

Menurut Sugiyono (2013) dalam bidang pendidikan, desain produk seperti

penelitian ini yaitu mengembangkan bahan ajar baru dapat langsung diujicobakan

setelah divalidasi dan revisi. Pada tahap ini akan dilakukan uji coba awal atau uji

coba skala kecil.

Uji coba awal atau uji coba skala kecil dilakukan di SMA Panjura Malang.

Uji coba dilakukan pada 9 siswa yang diambil dengan menggunakan teknik

Cluster Sampling kemudian simple random sampling serta 1 guru. Hasil dari uji

coba awal ini digunakan sebagai bahan revisi untuk menghasilkan modul yang

layak digunakan dalam proses pembelajaran. Uji coba dilakukan dengan

memberikan modul serta lembar penilaian modul kepada siswa dan guru yang

telah dipilih untuk menjadi sampel uji coba.

Revisi Tahap II

Modul yang telah diujicobakan kemudian direvisi kembali berdasarkan

hasil penilaian siswa dan guru pada ujicoba skala kecil. Apabila setelah

55

diujicobakan kepada ahli media, ahli materi, dan kelompok terbatas masih

terdapat kekurangan atau belum memenuhi kriteria yang diharapkan, maka perlu

adanya revisi atau perbaikan sebagai penyempurnaan produk. Revisi ini dilakukan

sebagai upaya untuk menghasilkan modul yang layak digunakan sebagai bahan

ajar pada materi keanekaragaman hayati khususnya materi keanekaragaman fauna

pada ekosistem sungai.

e) Implementation

Tahap implementation atau penerapan bertujuan untuk menerapkan produk

yang telah dikembangkan agar dapat menciptakan lingkungan belajar yang

menarik untuk siswa. Menurut Sugiyono (2013), setelah pengujian terhadap

produk berhasil, dan mungkin ada revisi yang tidak terlalu penting. Maka

selanjutnya produk diterapkan dalam kondisi yang nyata untuk lingkup yang lebih

luas. Selama operasinya, produk harus tetap dinilai kekurangan atau hambatan

yang muncul guna perbaikan yang lebih lanjut. Modul hasil revisi merupakan

produk jadi yang telah siap untuk dilakukan pengujian terhadap keefektivan oleh

siswa dan guru namun tidak dilakukan dalam penelitian ini karena kurangnya

waktu, tenaga, dan biaya.

e) Evaluate

Tahap evaluate atau evaluasi bertujuan untuk menilai kualitas produk.

Berikut adalah uraian dari langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini.

1) Menentukan kriteria evaluasi. Tahap ini bertujuan untuk menentukan kriteria-

kriteria penilaian yang akan digunakan untuk mengetahui kualitas modul yang

dikembangkan berdasarkan hasil validasi dan kefektivan modul.

56

2) Memilih alat evaluasi. Kriteria-kriteria yang telah ditentukan disusun menjadi

instrumen evaluasi yang digunakan untuk mengevaluasi produk yang

dikembangkan.

3) Melakukan evaluasi. Pada tahap ini dilakukan evaluasi produk yang telah

dikembangkan dengan melakukan analisis data.

3.2.3 Desain Uji Coba

Desain uji coba modul yang dilakukan adalah validasi dan uji coba

produk. Validasi ini dilakukan oleh validator dengan mengisi lembar validasi

guna memberikan penilaian terhadap modul yang disusun. Desain validasi yang

digunakan adalah deskriptif yang memungkinkan peneliti untuk memperoleh

informasi atau data secara kualitatif dan kuantitatif. Pada tahap validasi ini,

produk pengembangan modul kemudian divalidasikan kepada validator ahli.

Setelah dilakukan validasi ahli kemudian dilakukan revisi/perbaikan modul

apabila modul telah mendapat predikat layak baru di uji keterbacaan pada siswa.

Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang digunakan

sebagai pertimbangan dan menetapkan kelayakan modul biologi pada materi

keanekaragaman hayati kelas X SMA/MA. Uji coba keterbacaan modul dilakukan

pada kelompok terbatas. Sampel yang diambil sebanyak 9 siswa kelas X MIA 1

SMA Panjura Malang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Cluster

Sampling kemudian Simple Random Sampling (teknik pengambilan sampel secara

acak). Teknik Cluster Sampling digunakan untuk menggolongkan siswa kedalam

tiga kategori yaitu siswa berkemampuan tinggi, rendah, dan sedang. Setelah itu,

sampel diambil secara acak dari masing-masing kategori.

57

3.2.4 Subjek Uji Coba

Subjek validasi untuk pengembangan modul biologi yang dikembangkan

terdiri dari dua dosen Program Studi Pendidikan Biologi yang merupakan ahli

bahan ajar dan ahli materi, serta praktisi pendidikan dengan uraian sebagai

berikut.

a) Ahli Materi

Isi dari modul Biologi berbasis penelitian ini adalah materi

keanekaragaman hayati khususnya pada keanekaragaman makrofauna ekosistem

sungai Brantas area Kampus III Universitas Muhammadiyah Malang. Oleh karena

itu, yang berperan sebagai validator modul dari aspek materi adalah Dosen

Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang yaitu,

Bapak Dr. Sukarsono, M.Si.

b) Ahli Bahan Ajar

Ahli bahan ajar dalam penelitian ini akan menilai tentang struktur modul

dan kesesuian dengan kompetensi dasar sesuai dengan Kurikulum 2013. Validator

yang menilai modul dari aspek pengembangan bahan ajar yaitu Bapak Dwi

Setiyawan, M.Pd.

c) Praktisi Pendidikan

Praktisi pendidikan yang berperan untuk menguji validitas modul Biologi

berbasis penelitian ini adalah guru Biologi di SMA Panjura Malang, yaitu Ibu Tin

Nur Usamah, S.P.

d) Uji Keterbacaan Modul

Subjek uji keterbacaan modul Biologi yang telah dikembangkan adalah 9

siswa kelas X MIA 1 SMA Panjura Malang.

58

3.2.5 Jenis Data

Jenis data yang diperoleh dalam tahap validasi, uji coba tahap I atau skala

kecil, dan uji coba tahap II atau uji keterbacaan ini berupa data kuantitatif dan data

kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari validator dan responden melalui lembar

validasi, lembar keterbacaan modul oleh siswa dan guru yang berupa angket. Data

kualitatif diperoleh dari hasil kritik dan saran dari validator, dan guru pada lembar

kritik dan saran, serta hasil respon keterbacaan siswa.

3.2.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah cara-cara yang

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang bertujuan untuk

mendapatkan data yang valid sebagai penunjang keberhasilan. Teknik

pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode:

1) Wawancara

Wawancara atau sering disebut kuesioner lisan, adalah sebuah dialog

yang dilakukan oleh pewawancara (Interviewer) untuk memperoleh informasi dari

terwawancara. Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan

seseorang, misalnya untuk mencari data tetang variabel latar belakang murid,

orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu dalam (Arikunto,

2006).

2) Metode Angket atau Kuesioner

Angket adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden

untuk diberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna (Widoyoko, Eko

Putro., 2012). Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket

59

tertutup yaitu jenis yang alternatif jawabannya sudah ditentukan dan

responden tinggal memilih sesuai dengan keadaan sebenarnya.

Angket yang digunakan terdiri dari tiga jenis, yaitu angket validasi untuk

ahli bahan ajar dan ahli materi, angket uji tanggapan siswa dan guru, serta angket

uji keterbacaan oleh siswa dan guru. Berdasarkan angket tersebut, diharapkan data

yang diperoleh dapat memvalidasi modul Biologi yang dikembangkan sehingga

layak digunakan sebagai bahan ajar dalam materi Keanekaragaman Hayati.

3.2.7 Instrumen Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2013), instrumen penelitian adalah suatu alat yang

digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

Instrumen yang digunakan untuk pengembangan modul meliputi:

1) Lembar Validasi

Lembar validasi berbentuk angket. Angket validasi yang akan dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan kepada dosen ahli bahan ajar, dosen

ahli materi, dan guru Biologi sebagai praktisi pendidikan. Angket validasi

diberikan untuk mengukur kelayakan pengembangan modul yang akan diuji

cobakan. Angket validasi disusun dengan menggunakan Skala Likert. Menurut

Sugiyono (2013), Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan

persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial yang

selanjutnya disebut variabel penelitian.

2) Lembar Uji Keterbacaan oleh Siswa

Lembar uji keterbacaan modul oleh siswa terdiri dari angket tertutup.

Angket ini digunakan untuk mengetahui tingkat keterbacaan siswa terhadap

modul yang telah dikembangkan. Setiap butirnya memuat tentang aspek

60

keterbacaan modul oleh siswa. Angket uji keterbacaan siswa disusun dengan

menggunakan Skala Likert.

3) Alat Dokumentasi

Alat dokumentasi yang digunakan pada penelitian dan pengembangan ini

yaitu dengan kamera digital. Kamera digital digunakan selama riset identifikasi

dan uji coba modul berlangsung.

3.2.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan

ini adalah pengumpulan data menggunakan instrumen pengumpulan data

kemudian dikerjakan sesuai dengan prosedur penelitian pengembangan. Data

terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diubah menjadi

bentuk presentase dan kemudian diinterpretasikan dengan kalimat yang bersifat

kualitatif. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif. Data kualitatif diperoleh dari

kritik dan saran yang diberikan oleh validator, guru, serta uji keterbacaan siswa.

Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil pengisian angket oleh validator,

guru, dan siswa yang berupa skor penilaian.

Teknik analisis data yang digunakan dalam proses analisis data hasil uji

validasi modul yang diperoleh melalui instrumen pengumpulan data, digunakan

rumus sebagai berikut.

Keterangan:

P = Presentase

∑x = jumlah skor jawaban per item

∑xi = jumlah skor total maksimal per item

61

Hasil analisis data tersebut kemudian dilakukan penafsiran dan

disimpulkan berdasarkan pada kriteria klasifikasi penilaian yang diadaptasi dari

Akbar (2013) yang ditujukkan pada tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2 Kriteria Validasi Analisis Presentase

No Kriteria (%) Kategori Tingkat Validitas 1. 81-100 Sangat Layak Tanpa Revisi 2. 61-80 Layak Tanpa Revisi 3. 41-60 Cukup Layak Revisi 4. 21-40 Kurang Layak Revisi 5. 0-20 Tidak Layak Revisi

Angket lain yang perlu dianalisis adalah angket tanggapan guru dan siswa

serta angket uji keefektivan oleh guru dan siswa. Berikut adalah teknik analisis

data angket:

a. Mengkode atau mengklasifikasikan data. Hal ini bertujuan untuk

mengelompokkan jawaban dari angket berdasarkan aspek pertanyaan angket.

Pengkodean data ini dibuat tabel yang berisi tentang aspek yang hendak

diukur, pertanyaan-pertanyaan yang menjadi alat ukur aspek tersebut serta

kode jawaban setiap pertanyaan tersebut.

b. Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat. Hal ini

bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari

setiap jawaban berdasarkan pertanyaan angket dan banyaknya responden.

c. Memberikan skor jawaban responden. Penskoran jawaban responden dalam

validasi modul, uji tanggapan siswa dan guru, dan uji keterbacaan yang

disusun berdasarkan skala Likert seperti pada tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3 Skor Pilihan Jawaban Angket

No. Pilihan Jawaban Skor 1. Tidak sesuai, tidak menarik, tidak jelas,

tidak baik. 1

62

2. Kurang sesuai, kurang menarik, kurnag jelas, kurang baik

2

4. Sesuai, menarik, jelas, baik 3 5. Sangat sesuai, sangat menarik, sangat

jelas, sangat baik. 4

d. Mengolah jumlah jawaban responden. Pengolahan jumlah skor (∑S) jawaban

angket adalah sebagai berikut.

1. Skor untuk pernyataan tidak sesuai, tidak menarik, tidak jelas, tidak baik.

Skor = 1 x jumlah responden

2. Skor untuk pernyataan kurang sesuai, kurang menarik, kurang jelas, kurang

baik

Skor = 2 x jumlah responden

3. Skor untuk pernyataan sesuai, menarik, jelas, baik

Skor = 3 x jumlah responden

4. Skor untuk pernyataan sangat sesuai, sangat menarik, sangat jelas, sangat

baik.

Skor = 4 x jumlah responden

e. Menghitung presentase jawaban angket pada setiap item dengan

menggunakan rumus sebagai berikut.

(Sudjana, 2005)

f. Menafsirkan presentase angket secara keseluruhan dengan menggunakan

tafsiran Arikunto (2006) yang tercantum pada tabel 3.4 berikut.

63

Tabel 3.4 Tafsiran Skor Hasil Angket (persen)

Presentase Kriteria 80,1%-100% Sangat Tinggi 60,1%-80% Tinggi 40,1%-60% Sedang 20,1%-40% Rendah 0,0%-20% Sangat Rendah