37596902 cerita dan unsurnya

17
CERITA DAN UNSUR-UNSURNYA Muslikh Madiyant 3 Cerita &Unsur-Unsurnya Pemaknaan teks adalah bagian dari kebebasan ekspresi, tetapi tujuan utamanya tetaplah untuk menyampaikan sesuatu…….. Penandaan atau pemaknaan sebuah teks, disadari atau tidak, memang terbentuk dari pilihan penutur atau pengarang. Penandaan-penandaan inidimunculkan semata-mata melalui dan untuk tujuan mengkomunikasikan sesuatu. Adapun kegiatan ini hanya mungkin, pada dasarnya, teroperasikan dalam tiga macam kegiatan yang menjadi aktivitas dasar jiwa manusia, yakni: menceritakan (atau menginformasikan, menyajikan); bertutur panjang lebar (berargumentasi, berlogika, berdiskusi, membebaskan pikiran bergerak secara leluasa); menyatakan (ketika pokok soalnya adalah menceritakan atau membicarakan tidak untuk sungguh-sungguh menciptakan suatu bentuk emosi melalui suatu ungkapan khusus). Umumnya, teks-teks seperti cerita, wacana dan puisi menempatkan diri pada salah satu penandaan di atas. Jarang ditemukan sebuah teks yang semata bergantung pada satu penandaan belaka. Biasanya teks yang dihadapi pembaca menggabungkan ketiganya dan salah satu penandaan saja yang memainkan dirinya secara dominan dalam teks. Semua unsur pembentuk makna mengintegrasikan diri pada arah yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Upload: epol-ewc

Post on 07-Aug-2015

46 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 37596902 Cerita Dan Unsurnya

CERITA DAN UNSUR-UNSURNYAMuslikh Madiyant

3

Cerita &Unsur-UnsurnyaPemaknaan teks adalah bagian dari kebebasan ekspresi,

tetapi tujuan utamanya tetaplah untuk menyampaikan sesuatu……..Penandaan atau pemaknaan sebuah teks, disadari atau tidak,

memang terbentuk dari pilihan penutur atau pengarang. Penandaan-penandaan inidimunculkan semata-mata melalui dan untuk tujuan mengkomunikasikan

sesuatu.Adapun kegiatan ini hanya mungkin, pada dasarnya, teroperasikan dalam

tiga macam kegiatan yang menjadi aktivitas dasar jiwa manusia, yakni:menceritakan (atau menginformasikan, menyajikan);

bertutur panjang lebar (berargumentasi, berlogika, berdiskusi, membebaskan pikiran bergerak secara leluasa);

menyatakan (ketika pokok soalnya adalah menceritakan atau membicarakantidak untuk sungguh-sungguh menciptakan suatu bentuk emosi

melalui suatu ungkapan khusus).Umumnya, teks-teks seperti cerita, wacana dan puisi menempatkan diri pada salah

satu penandaan di atas. Jarang ditemukan sebuah teks yang semata bergantung pada satu penandaan belaka. Biasanya teks yang dihadapi pembaca

menggabungkan ketiganyadan salah satu penandaan saja yang memainkan dirinya secara dominan dalam

teks. Semua unsur pembentuk makna mengintegrasikan diri pada arah yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Page 2: 37596902 Cerita Dan Unsurnya

3.1Cerita dan Fakta

²Definisi-definisi Kehidupan sehari-hari manusia senantiasa dirajut oleh cerita-cerita. Koran, radio, dan televisi menceritakan kepada kita aktualitas. Obrolan yang kita lakukan setiap hari, sesungguhnya merupakan suatu bagian kecil dari suatu kegiatan naratif: kita menceritakan apa yang kita lihat dan dengar. Di jalan, melihat kecelakaan atau kejadian yang menarik akan diresapkan oleh jiwa sebagai suatu cerita. Bahkan tidak jarang pula mimpi atau impian-impian kita sering menjadi bahan obrolan. Demikian pun dengan sastra, bisa dikenali dari jenis lisan atau tulis. Di lingkungan sastra istilah yang dikenal meliputi cerita, narasi, dan peristiwa.Cerita, peristiwa, narasi adalah istilah-istilah yang kurang lebih setara dalam bahasa sehari-hari karena ketiganya menggayut pada produktivitas dan aktivitas yang sama: melaporkan dalam suatu susunan runtut dan mudah dipahami. Tetapi, dalam peristilahannya harus dibedakan.

●Peristiwa adalah isi cerita, serangkaian peristiwa yang membentuk materi cerita, seperti situasi-situasi di dalamnya maupun tokoh-tokoh yang ada alam peristiwa tersebut. Ketika peristiwa-peristiwa ini sama sekali fiktif, maka disebut fiksi.●Narasi adalah cara penceritaan.●Cerita adalah keseluruhan yang dibentuk oleh peristiwa dan narasi.Cerita melaporkan fakta-fakta dalam dua cara.●Dalam bentuk naratif, artinya dengan cara memaparkan satu rangkaian fakta-fakta.Cerita dalam bentuk ini sering disebut cerita diegesis.●Dengan berusaha keras memaparkan fakta-fakta, menirukan bunyi-bunyianyang ada pada fakta-fakta itu, terutama dengan mereproduksi percakapanatau kata-kata tokoh dalam gaya langsung,disertai atau tidak dengan gerakantang an dan sikap-sikap tubuh.Cerita dalam bentuk ini sering disebut cerita mimesis.

Dengan pemahaman ini, sebuah lakon teater adalah sebuah cerita mimesis yang memaparkan fakta. Tetapi, tidak jarang cerita mimesis gagal menceritakan fakta-fakta yang semestinya muncul sebelum pementasan dimulai dan hal ini sering terlihat ketika seorang tokoh ditugasi menyampaikan cerita diegesis di tengah-tengah cerita mimesis. Ketika sebuah cerita merinci penyajian fakta, percakapan dan gerak-gerak tubuh tokoh, hal ini disebut adegan. Ketika sebuah cerita memaparkan fakta-fakta itu secara ringkas, artinya lebih sedikit kata-katanya dari fakta-faktanya dan dari panjang periode waktunya, cerita ini disebut ringkasan.

Page 3: 37596902 Cerita Dan Unsurnya

Penceritaan atau pengisahan Bahwa acuan atau referensi suatu cerita kerap meminjam dari realitas cerita atau

justru menciptakannya, namun situasi itu tetaplah produk suatu pandangan prismatik realitas. Memang sering terjadi penyesuaian antara fakta dengan

peristiwa dihubungkan dengan kebenaran cerita (pandangan prismatik tidak berarti kebohongan), tetapi penceritaan atau pengisahan memilih dan menyusun

unsur-unsur realitas dengan caranya yang khas.

teks4

Berkelahi Dikira BerpelukanHaries Sesetyo reporter Bogor Expose Radio Megaswara ini, Selasa (13/11/01) petang, keluar dari Balai Wartwan untuk mencari tahu tentang apa yang sedang terjadi di belakang Balai Wartawan dan samping Stadion Pajajaran, Bogor. Di sana sedang terjadi aksi kejar-kejaran dan tawuran yang melibatkan puluhan pelajar tiga SMK. Mereka ini diduga musuh bebuyutan yang berjumpa saat akan menonton konser kelompok musik Dewa 19 di GOR (Gelanggang Olah Raga) di Jalan Pemuda yang berdekatan dengan Balai Wartawan.Haries melihat seorang pelajar yang jatuh akibat dihajar senjata tajam dan gir oleh sekelompok pelajar. Seorang di antaranya berlari menuju mushala untuk sembunyi. Haries yang adik kandung Ketua PRD (Partai Rakyat Demokratik) Budiman Sudjatmiko yang mengetahui hal itu, lalu menyergap seorang pelajar yang membantai pelajar itu. Yang disergap itu, ternyata tidak tinggal diam. Maka terjadi pergumulan, Haries dan pelajar itu terjatuh di lantai. Rekan wartawan yang berada di dalam ruang Balai Wartawan lewat jendela kaca yang menyaksikan hal itu berteriak,”Hai siang-siang jangan berpelukan!” Begitu mengetahui apa yang terjadi, lalu ramai-ramai keluar meringkus pelajar tersebut.Haries kemudian melampiaskan kegemasannya menampari sekitar 30an pelajar satu per satu yang naik truk Dalmas Polresta Bogor untuk dibawa ke Markas Polresta Bogor. Sedang pelajar yang dibantai itu, Ridwan (16), pelajar SMK Yapis, tewas dalam perjalanan ke RS Salak. Haries yang sudah lama tidak berkelahi itu, terpaksa diurut akibat memar bagian dadanya terantuk pinggiran lantai.Kompas, Minggu, 18 November 2001

Pembacaan teks 4Pada artikel di atas, terdapat sejumlah informasi penting yang seharusnya

disampaikan tetapi tidak dilakukan: usia Haries (sementara usia Ridwan, si korban tewas tertulis), peristiwanya pagi atau siang,

nama pelajar yang diringkus Haries dan berasal dari SMK mana, dst.Informasi-informasi tersebut tidak dituliskan karena, menurut reporter yang

menyusun berita tersebut, tidak memiliki kepentingan dengan tipe informasi yang akan disampaikan kepada pembaca.

Page 4: 37596902 Cerita Dan Unsurnya

Pada kasus-kasus lainnya, ideologi juga ikut memainkan sudut pengisahan: misalnya dalam kasus tertangkapnya seorang koruptor yang melarikan diri dari jangkauan pengadilan, penyajian foto setiap koran atau majalah amat bergantung pada ‘haluan’ media tersebut. Demikian pula halnya dengan pencantuman kop berita untuk berita yang sama, setiap koran atau media akan memilihnya sesuai dengan pilihan ideologi redakturnya.Dalam kasus yang lebih terkait dengan bab ini, klasifikasi umum genre cerita didasarkan pada oposisi antara acuan nyata dan acuan fiktif. Novel, cerpen, dongeng, naskah lakon selalu dikaitkan dengan fiksi; otobiografi, kronik atau laporan, memoar, sejarah selalu dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa nyata. Namun, pembedaan ini tidak selalu diikuti dengan setia. Tidak jarang cerita-cerita dalam novel adalah otobiografi yang disamarkan dan seringkali terjadi cerpen atau bahkan naskah lakon diangkat dari pengalaman-pengalaman nyata. Oleh sebab itu memang sukar membedakan antara nyata dan fiktif, sama halnya membedakan antara novel sejarah dengan novel biasa karena batas yang memisahkan amat tipis.

Sesungguhnya oposisi antara nyata dan fiktif tidak selalu memadai dalam membedakan bentuk-bentuk cerita. Misalnya, suatu genre pernah harus menempatkan diri secara kaku dalam fiksi, sebagai contoh misalnya dia didahulu oleh suatu rumusan ritual alkisah seperti yang disampaikan turun temurun atau pada zaman dulu kala mengingatkan kepada kita bahwa bacaan yang dihadapi adalah dongeng. Demikian halnya juga dengan novel-novel fiksi-ilmiah. Pada awal-awal baris kalimatnya senantiasa mengacu pada suatu masa dan tempat yang belum terjadi atau belum dikenal pembaca, dan hal ini menjadi karakter fiktif cerita fiksi-ilmiah tersebut.

Namun, seiring dengan terkembangnya gerakan novel realis di Eropa pada abad ke-18, garis pemisah antara fiksi dan non-fiksi tersebut menuntut definisi ulang. Pada novel-novel realis, penyajian latar dan tokoh-tokohnya demikian hidup. Penggambaran adat istiadat masyarakat yang dituturkan dalam cerita seakan-akan begitu dekat dengan pembaca dan tak asing. Tokoh-tokohnya pun digambarkan demikian hidup dan seolah-olah dilukiskan dari suatu potret keseharian seseorang. Semua ini pada akhirnya mengaburkan batas nyata dengan seolah-olah nyata. Fakta lain kemudian ikut bicara bahwa sebuah cerita fiktif kelak dapat dipergunakan sebagai suatu kesaksian zaman atau suatu dokumen. Di saat yang bersamaan, wartawan menuliskan berita-beritanya menggunakan perangkat-perangkat naratif yang menjadi peralatan sehari-hari penulis fiksi. Oleh sebab itu kini mungkin dikatakan: data-data pokok dalam suatu penceritaaan atau pengisahan (memilih fakta adalah memilih cara penyajian) tidaklah berbeda, betapapun berbeda genrenya.

Penggunaan bentuk-bentuk naratif Bagian dan peran cerita dalam sebuah teks bisa amat beragam. Seringkali cerita adalah suatu alat penyampai sesuatu yang sama sekali lain (lihat

Page 5: 37596902 Cerita Dan Unsurnya

fabel Tantri Kamandaka), hal ini terutama tampak dalam kasus cerita berbingkai. Tetapi sebaliknya, sering juga cerita menjadi pengikat sejumlah wacana atau unsur-unsur puitik. Dalam kasus ini cerita tersebut disebut cerita-pembingkai.Cerita berbingkai dan bingkai-cerita Sebagian besar wacana berisikan cerita-cerita: antawacana (dialog) adalah suatu keseharian yang tidak asing; pleidoi dan tuntutan terhadap tertuduh haruslah berisikan suatu paparan fakta-fakta dan paparan ini adalah suatu narasi. Genre wacana, dalam pengembangan ceritanya, sama mendasarkan diri pada pengembangan cerita yang diarahkan pada suatu ajaran moral, keagamaan, atau simbolik, seperti yang ditemukan dalam fabel atau dongeng rakyat. Dalam teks-teks demikian, wacana-pembingkai bisa saja amat ringkas (beberapa baris kalimat atau bahkan bisa cuma satu baris kalimat dan ini memadai untuk membangun wacana dengan cara memberi peluang cerita suatu makna tertentu (lih. Teks 05). Tidak jarang juga, wacana bingkai muncul hanya sekali saja (di awal atau di akhir). Sebuah cerita dapat dibingkai oleh cerita yang lain. Sering terjadi sebuah cerita, nyata atau fiktif, menuntut seorang narator harus beringsut ke belakang untuk menjelaskan biografi seorang tokoh baru, untuk menegaskan sebab-sebab suatu peristiwa, dsb. Tradisi sorot balik cerita bukanlah hal baru, bukan tradisi yang hanya ada di barat, tetapi juga terdapat di naskah-naskah kuno atau dongeng-dongeng kuno yang ada di timur. Dalam pementasan suatu drama, banyak peristiwa yang terjadi di luar panggung yang harus dijelaskan sebelum pementasan dimulai. Untuk itu diperlukan seorang tokoh yang menceritakan kepada penonton agar dapat mengikuti secara utuh lakon yang akan dipentaskan. Pada puisi juga acap ditemukan kontribusi cerita berbingkai, terutama ketika si penyair memaparkan pandangan dunianya melalui ilustrasi naratif. Kepentingan narasi dalam hal ini hanya pemaparan sesuatu. Dalam kasus ini yang dibicarakan adalah cerita puitis (Iwan Simatupang dalam novel-novelnya sering memainkan cara ini, terutama dalam Ziarah dan Kering): narasi secara eksplisit diberi peran semata-mata untuk memainkan suatu pencarian relasi-relasi yang tersembunyi antara tanda dan halnya, untuk mencari suatu arti khusus dari tanda-tanda tersebut. (Dalam hal ini jangan dicampurkadukkan dengan puisi naratif, yakni penyampaian suatu cerita atau suatu informasi dalam bentuk persajakan). Sebaliknya, cerita dapat memadukan atau membingkaikan fragmen-fragmen atau teks-teks yang diangkat dari puisi atau wacana. Dengan demikian, sebuah karya sejarah, reportase pers, novel atau cerpen yang mencakupi fragmen-fragmen wacana seperti wicara antartokoh (lih. Teks 11), keterlibatan pengarang atau narator, membuka peluang untuk pengutipan wacana atau puisi. Dalam kasus yang kerap ditemui, wacana disusupkan dalam cerita sebagai bagian dari bingkai naratif untuk memainkan peran dalam adegan atau dalam momentum cerita mimetik. Dalam kasus yang istimewa, bisa saja sebuah cerita dibentuk oleh serangkaian wacana (novel melalui huruf-huruf).

Page 6: 37596902 Cerita Dan Unsurnya

Pada kasus yang lain lagi, wacana-wacana yang dipadukan dalam cerita umumnya adalah refleksi pemaknaan cerita itu sendiri atau sesuatu yang bersifat sementara saja. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa estetika sebuah novel biasanya meletakkan diri pada perpaduan perubahan suasana dan, yang semata-mata naratif, antawacana atau perenungan (tokoh atau pengarang). Ketiganya ini bisa muncul secara berganti-ganti (dalam novel-novel Mochtar Lubis misalnya: perenungan metafisis digantikan dengan suasana yang sama sekali naratif) atau bahkan bercampur aduk begitu saja (dalam novel-novel Iwan Simatupang, misalnya). Teks-teks lain seperti reportase pers atau pemikiran sejarah sering menggunakan cara seperti itu: munculnya komentar interpretatif pengarang difungsikan sebagai bingkai naratif.Bingkai dan dominan

Cerita berbingkai umumnya lebih panjang dari pada teks wacana yang befungsi sebagai bingkainya. Sebaliknya, bingkai cerita boleh saja menduduki suatu fragmen teks saja dari wacana dan puisi yang memanfaatkannya sebagai bingkai. Dalam hal ini memang harus diperhatikan pentingnya kuantitatif pada setiap domain (naratif, diskursif dan puitik) pada semua teks, bahwa yang menduduki posisi lebih penting secara kuantitatif dan memiliki posisi desisif disebut dominan. Dalam kaitan ini dominan menentukan terbentuknya makna pertama teks, sedangkan bingkai menentukan bagaimana makna pertama itu harus ditafsirkan. Lebih sering dominan adalah sebuah teks yang taksa.

teks5 Bayi Lahir Bulan Mei 1998Dengarkan itu ada bayi mengea di rumah tetanggaSuaranya keras, menangis berhiba-hibaBegitu lahir ditating tangan bidannyaBelum kering darah dan air ketubannyaLangsung dia memikul hutang di bahunyaRupiah sepuluh jutaKalau dia jadi petani dia akan mensubsidi beras orang kotaKalau dia jadi orang kota dia akan mensubsidi pengusaha kayaKalau dia bayar pajak, pajak itu akan dibelikan peluru tajamYang dibidikkan ke arah jantungnyaCobalah nasehati bayi ini dengan penataran jugaMulutmu belum selesai bicara kau pasti dikencinginya. Taufiq Ismail, HorisonXXXII/6/1998.

Pembacaan teks 5 Pada sajak di atas, larik-larik awalnya adalah naratif karena cerita pada sajak tersebut adalah dominan yang berujungpada bait-bait akhir yang berupa

wacana, sebab di bait tersebut penyair melakukan intervensi untuk menjelaskanmakna-makna simbolis pada fakta-fakta yang saling dipertautkan.

Dengan demikian, wacana pada sajak ini adalah bingkai.

Page 7: 37596902 Cerita Dan Unsurnya

Sedangkan aspek material teks ini menegaskannya sebagai sebuah sajak.Cerita di dalam sajak berfungsi sebagai suatu wacana (eksposisi suatu gagasan)

dalam bentuk puisi.Tulisan puisi menjadi alat untuk mengetuk jiwa pembaca.Fakta yang terasakan, terjadi persaingan antara dominan naratif dan dominan

puitik. Untuk membaca sebuah teks, yang pertama-tama harus dipelajari dan diperhitungkan adalah kombinasi-kombinasinya. Hal ini dengan pertimbangan khusus bahwa kehadiran sebuah cerita tidak selamanya demi cerita itu sendiri. Meskipun tidak diingkari bahwa terdapat genre-genre naratif tertentu yang kehadirannya semata-mata untuk menghibur seperti novel detektif, komik, cerita-cerita lucu, novel pop, dongeng dan cerpen menyajikan cerita dari awal hingga akhir sekadar untuk pelipur lara. Namun, lebih sering penceritaan itu ditujukan pada suatu keinginan untuk menyampaikan informasi dengan tujuan khusus. Ambil contoh telegram atau SMS yang dikirimkan seseorang kepada orang lain adalah kurang lebih berisikan informasi khusus, berita-berita yang ditulis di koran atau majalah secara khusus diarahkan pada ketepatan penafsiran, laporan penelitian ilmiah selalu bertujuan mengkonfirmasi atau menyampaikan suatu hipotesis. Untuk kasus teks-teks fiksi, pilihan yang harus dihadapi lebih kerap adalah arah wacananya eksplisit atau implisit: sebuah novel atau cerpen bisa saja cerita bertesis atau bertendensi (ditujukan untuk mempertahankan atau memperjuangkan suatu gagasan) atau sekurang-kurangnya ditandai oleh opini pengarangnya atau kelompok sosial-ideologi tertentu. Berdasarkan fakta tersebut, teks dominan naratif (yang sama sekali bukan cerita berbingkai) memainkan perannya melalui makna-makna simbolisnya, nilai penggam-baran suatu gagasan atau suatu cara penafsiran realitas. Dengan demikian, mitos dan legenda sebagian besar harus ditafsirkan karena bersembunyi di balik cerita-cerita fabel, fakta-fakta yang tidak bisa dijelaskan oleh pengetahuan rasional dari suatu budaya yang memproduksinya. Telaah pengisahan dan perangkatnya, unsur-unsurnya dan efek-efeknya, tidak dapat menjelaskan secara praktis makna teks naratif dengan hanya mendifinisikan tempat, status, dan peran yang dimainkannya di dalam cerita.3.2Sudut pandang naratif

Catatan:Sudut pandang naratif adalah bagaimana fakta-fakta sebuah cerita dituturkan,

artinya situasi yang menempatkan narator dalam pautannya dengan yang dituturkannya.

Situasi ini akan menentukan tingkat pengetahuan yang dimiliki narator dankonsekuensinya langsung dengan lingkungan pembaca yang ingin didekatinya.

Terdapat tiga tipe sudut pandang naratif yang mungkinuntuk dipadukan secara bersamaan. Gerard Genette, dalam

Figures III, membedakan antara fokalisasi nol (pandangan dari atas),fokalisasi internal (pandangan internal), dan fokalisasi eksternal

Page 8: 37596902 Cerita Dan Unsurnya

(pandangan eksternal). Ketiganya sering disebut cara pandangdan kadang disebut fokalisasi.

Teknik-tekniknya

●Fokalisasi eksternalCerita dikisahkan oleh seorang ‘pencatat’ fakta-fakta. Satu-satunya pemarkahan dari pencatatan fakta tersebut: adanya tingkah laku yang teramati, ada tempat-tempat yang dilukiskan pada tingkat presisi tertentu, dan ada tuturan-tuturan yang dilaporkan. Dengan demikian kita tidak akan dapat mengetahui segalanya, khususnya yang berkaitan dengan isi benak tokoh-tokohnya, dengan peristiwa yang diceritakan dan peristiwa yang sebenarnya terjadi, dan kita pun tidak akan mengetahui masa lalu tokoh kecuali jika si tokoh membeberkannya atau ada diungkapkan dokumen yang berkaitan dengannya. Semua dunia dalam teks itu diamati oleh seorang pengamat dari luar peristiwa, semacam penonton. Hal ini sudah menjadi kaidah umum pada cerita-cerita yang mengutamakan kesaksian (reportase olah raga, misalnya). Dalam cerita fiksi, pemanfaatan secara sistematik teknik ini terbilang langka, tetapi tidak sedikit pula penulis novel memakai teknik ini, terutama membuka awal-awal cerita demi menciptakan suatu efek keingintahuan pembaca. Teknik ini berniat mereproduksi situasi semua tokoh demi suatu pencapaian pandangan berjarak. ●Fokalisasi internal Cara pandang kedua ini melibatkan tokoh berpartisipasi dalam fakta-fakta serta mudah dijumpai pada cerita-cerita yang bertokohaku dan tidak jarang pula ditemukan pada cerita-cerita tertentu yang bertokoh dia yang memungkinkan tokoh mampu melompat dari tokoh satu ke tokoh lainnya (sementara pengetahuannya hanya terbatas pada jenis kelamin, usia, situasi sosiohistoris, perilaku psikologis). Dalam cerita fiksi, cara ini adalah pilihan sulit karena tokoh harus mengenal benar unsur-unsur cerita agar pembaca jenak mengikuti cerita yang digulirkannya, yang di saat bersamaan pembaca justru amat bergantung pada tokoh dia. Teknik terobosan yang kerap ditempuh adalah monologue intérieur (cakapan batin) untuk mereproduksi pikiran setiap tokoh, dengan risiko terjadi kesalahan perspektif, oleh karena perspektif realitasnya juga amat terbatas.

teks6Pada teks di bawah ini, Trisnoyuwono dalam novelnya menggunakan

teknik penceritaan surat menyurat, mencoba menggandakan pandangan internal dengan cara menceritakan cerita yang sama oleh sepasang kekasih

(Sinta tokoh utamanya, gadis remaja yang terlibat percintaan dengan banyak pemuda,tetapi akhirnya terlibat dalam percintaan dengan dua lelaki:

Permana dan Iwan yang telah beristeri).Kesalahpahaman dan kesimpangsiuran pandangan masing-masing,akhirnya menjadi terjelaskan dengan adanya campur tangan teknik

Page 9: 37596902 Cerita Dan Unsurnya

pandangan internal.Petikan di bawah ini adalah pembuka novel Surat-Surat Cinta(1992).

10 JuniIwan,…………..Surat-suratmu ternyata telah dibaca oleh kakakku dan seisi rumah sudah mengetahui hubungan kita. Dan, ketika kau datang tadi pagi, meluaplah segala kemarahan mereka. Kau tentu mengerti kenapa mereka begitu marah padamu dan menumpukkan segala kesalahan padamu. Selama ini, mereka tidak menyangka bahwa aku, anggota keluarga “terhormat dan martabat tinggi” itu, telah bercintaan denganmu, seorang laki-laki telah beristeri. Mereka kecewa, mereka sakit hati, mereka bingung, sebab mereka meras akau kelabui selama ini. Dan, bagiku mereka, pasti aku kautipu untuk kaujadikan mangsamu. Bagaimana mungkin gadis cantik pujaan suatu keluarga mulia mau bercintaan denganmu kalau tidak kau tipu atau kau guna-gunai? Bukan itu saja, bagi mereka kau pengkhianat paling keji, berkhianat pada keluargamu dan keluarga kami. Aku tidak bisa apa-apa ketika kau tadi pagi berhadapan dengan kakak-kakakku. Aku hanya menangis dan merasa celaka. Setelah kau pergi, kakakku yang tertua berkata padaku, rasanya mirip dengan yang dikatakan padamu kalau aku tidak salah dengar: “Kalau memang menyintainya, lepaskan dia!” Dengan tambahan:”Dia telah kawin dan kau kenal baik, kami semua kenal baik isterinya yang sedang mengandung dan selalu baik pada kita!”Iwan, aku tidak tahu betul kenapa aku begitu menyintaimu, kenapa aku yakin bahwa kaulah satu-satunya lelaki yang bisa mengertiku dan yang bisa kumengerti, yang paling cocok bagiku. Tidak semestinya kau mendapat tuduhan semacam itu. Aku tidak rela kau dipersalahkan dan dijadikan kambing hitam segala kekeruhan keluargaku. Aku tidak akan membiarkan kau jadi sasaran segala keberangan keluargaku, apalagi mengenai hal-hal yang sebenarnya tidak ada sangkut pautnya denganmu. Kau tentu sudah tahu bahwa kekalutan telah lama berkecamuk di antara kami. Satu-satunya jalan untuk kebaikan bersama hanyalah aku mesti melepaskanmu. Terlalu pahit kata-kata itu bagiku, tapi aku musti berani menyisihkan berbagai kepentingan demi kebaikan keluargaku, keluargamu, kebaikan kita semua. Memang aku cinta padamu seperti yang bisa kau rasakan selama ini, aku membutuhkanmu, tapi aku bukannya tidak kasih dan sayang pada ibuku dan aku tidak akan tega meninggalkannya. Tidak sanggup aku “menjerumuskan” ibu kandungku. Ibu tidak mengerti, tidak mau mengerti hubungan kita. Itulah yang paling celaka. Ibu langsung pingsan ketika kukatakan bahawa aku mencintaimu bahwa cintaku padamu bukan main-main. Selanjutnya tidak mungkin kujelaskan

Page 10: 37596902 Cerita Dan Unsurnya

padanya, sekalipun ibu kawin dengan seorang duda beranak seorang, almarhum ayahku. (……..) Pulanglah Iwan. Kembalilah ke kotamu. Pulanglah ke rumahmu. Isterimu sedang mengandung dan tentu sangat membutuhkanmu. Jika kita bertemu, hanyalah akan menyulitkan. Sampaikan salam dan doaku pada isterimu, dari seorang gadis yang mencintai suaminya. Buatmu, Sinta

21 JuniSINTA,anggap saja suratku ini surat terakhir yang ada sangkut-pautnya dengan percintaan kita, surat perpisahan dari seorang laki-laki yang angkuh yang menjadi getir karena kecewa. Segalanya sudah kupertaruhkan, ternyata sia-sia. Mesti kusadari dan kuterima bahwa aku telah melakukan “kesalahan” yang mesti kubayar mahal: kehilangan kau. (………) Suratmu 10 Juni cukup tegas, tetapi surat-suratmu berikutnya simpangsiur tak karuan. Dan, suratmu yang baru saja kuterima tidak lagi kacau dan menjelaskan bahwa dalam beberapa hari sejak aku datang ke rumahmu dan diumpat keluargamu, kau telah berhasil membentuk keyakinan lain buat masa depan dan hubungannya dengan hidup berumah tangga. Ada laki-laki yang telah menggantikanku. Ketika aku datang 10 Juni itu, aku tidak menyangka sama sekali akan terjadi kekisruhan. Waktu itu aku datang tidak dengan suburban sebab duit cuma sedikit dan berangkat dengan kereta api pertama dari Jakarta yang sampai Bandung sebelum pukul 11.00. Segera aku ke rumahmu, sebab aku kuatirkan kau setelah menerima suratmu via suburban yang menerangkan bahwa kau tidak diperbolehkan berlibur di ibukota. Agak pening karena letih aku turun dari becak, kumasuki pekarangan rumahku dan kita bertemu. Begitu mendadak kakakmu tertua muncul dan tanpa ancang-ancang dengan muka merah marah aku diumpatnya. Mendengar caci-makinya, terpikir olehku bahwa ia telah mencuri membuka dan membaca surat-suratku padamu. Kemudian muncul kakakmu yang lain dan ikut mendampratku. Kakak-kakakmu perempuan itu memang sudah sejak lam akurasa tidak atau kurang menyukaiku. Kalau saja mereka itu laki-laki, tentulah bisa diselesaikan secara jantan! Setelah aku tenang-tenang saja menjawab pertanyaan mereka, tenang menerima umpatan, sadarlah mereka akan kedudukan mereka dalam perhubungan kita dan kakakmu yang tertua menangis. Tidak sedikit air mata yang ditumpahkannya, membasahi muka dan bajunya. Ia menangis amat mengharukan (buatku tidak begitu mengharukan!) dan meminta dengan sangat, dengan segala hormat, demi segala kebaikan, supaya aku sudi melepaskanmu,

Page 11: 37596902 Cerita Dan Unsurnya

supaya aku teringat isteriku yang sedang mengandung, supaya aku ingat betapa keluargamu, dsb-nya, dsb-nya…..(………) Baiklah, kuterima bahwa kau berniat menerima Permana kembali sebagai calon teman hidupmu. Aku yakin ia memang berkehendak baik terhadapmu, menyintaimu dengan tulus, terlepas dari sifatnya yang kau sebut sebagai terlalu lemah-lembut. Ia menurut istilahnya memang “deudeuh” (bahasa Sunda,tresno, bahasa Jawa) kepadamu, Mudah-mudahan ia akan mampu memenuhi harapanmu. Aku sedih kehilangan kau, tetapi aku tidak akan mengganggumu dengan ratapan atau gugatan. Biarlah segala nikmat kemesraan bercinta atau sebut saja segala kebahagian yang pernah kita hayati bersama menjadi kenangan indah saja. Aku yakin bahwa di atas reruntuhan percintaan kita akan sanggup kubangun hal-hal yang baik. Isteriku baik-baik saja. Perutnya sudah membesar. Ia tersenyum ketika kuberitahu bahwa hubungan kita putus, Senyum ikhlas dan pasrah, sebab bagaimanapun juga ia tahu bahwa aku selalu sayang padanya. Mungkin kau belum tahu, segalamnya tentang kita tidak ada yang kurahasiakan. Ia tahu, tapi mungkin terlalu asyik dengan bayi yang dikandungnya yang baru didapatnya setelah hampir sewindu jadi isteriku. Mungkin ia yakin bahwa apapun yang terjadi, aku tidak akan meninggalkannya. Ia terlalu baik, bisa jadi itulah kekurangan-nya.

Baiklah sampai di sini saja. Salam dari isteriku. Baik-baik sajalah kalian

Iwan

●Fokalisasi nol Ini merupakan cara pandang seorang narator yang mengetahui semua fakta-fakta yang diceritakan, yang mengenali pemikiran dan perasaan tokoh-tokoh, dan memiliki keleluasaan membicarakan pelbagai fakta di pelbagai tempat dan waktu. Narator melihat pemikiran dan peristiwa ‘dari atas’, seakan-akan dia mahatahu. Banyak cerita yang menggunakan teknik ini, tidak peduli apakah cerita itu beracuan kenyataan atau fiktif. Cerita-cerita ‘sejarah’ sering menggunakan teknik ini, terutama dalam penggambaran tokoh-tokoh di suatu masa tertentu dan seakan-akan tokoh tersebut nyata (padahal kronik atau babad yang dikutipnya hanya mengatakan :’….menurut kabarnya, ada seorang bekel bernama Kromodongso…’). Sebagian besar novel memanfaatkan teknik ini untuk mencapai ilusi realistis dalam imajinasi pembaca.

teks7Ayah, ‘tokoh utama’ cerpen ini, dulunya seorang pengusaha

real-estate yang dituduh menyengsarakan rakyat,terutama dalam soal pembebasan tanah yang selalu

diwarnai protes dan unjuk rasa. Dalam suatu protes unjuk rasaAyah tewas tertembak dan tidak diketahui pembunuhnya.

Page 12: 37596902 Cerita Dan Unsurnya

Meski kemudian tersangka pembunuhan telah ditangkap,tetapi Ayah yang telah menjadi jenazah selalu pulang ke rumah.

Situasi ini tentu saja menambah kekalutan tokoh ‘saya’,adik-adik dan Ibu. Meski dengan terbunuhnya Ayah,

maka sebenarnya sudah menebus kesalahan-kesalahannya.Ternyata menurut Pak Kyai Ayah ditolak tanah karena

telah menyengsarakan dan menelantarkan tanah.Berikut ini adalah adegan saat janazah Ayah dipindahkan ke Pulau Seribu.

(…) Puluhan tahun seseorang membina hidupnya untuk bisa berjalan lurus, berusaha sekuat tenaga untuk tidak tergelincir, justru di hari tuanya sudah tidak mampu berpegangan lagi, lalu jatuh terguling-guling. Mestinya seseorang cukup layak masuk surga, akhirnya malah sebaliknya. Dari cerita begini banyak pula yang sadar—lalu banyak orang yang tidak siap mati, memohon diberi kesempatan sedikit untuk meluruskan kembali jalan hidupnya. Tapi apa mau dikata, orang itu tiba-tiba mati. Maka setiap kali dalam pengajiannya, Kiai selalu mengingatkan bahwa kematian tidak mengetuk pintu.Ibu menjerit setelah sore harinya saya beri tahu bahwa jenazah ayah telah meninggalkan kuburannya. Kami lalu tancap gas ngebut ke pemakaman lagi. Dua orang satpam yang menungguinya mematung. Lubang kuburan itu menganga seolah menantang kami untuk mengembalikan jenaza ayah ke dalamnya. Sambil menangis kedua adik saya menanyakan ke mana perginya jenazah ayah. Adik-adik lalu dipeluk ibu, ketiganya bertangisan.Malam harinya, bel pintu berdering panjang. Saya, ibu, adik-adik, satpam, par apembantu, bersamaan keluar menyaksikan jenazah ayah mengapung diam di pelataran. Kami bertangisan sambil memasukkan jenazah ayah ke dalam mobil, mengantarkannya ke makam dan menguburkannya kembali. Esoknya, satpam menelepon bahwa lubang kuburan kembali menganga tanpa jenazah ayah di dalamnya. Malam harinya kembali bel berdering panjang dan kami berbondong keluar mendapatkan kembali jenazah ayah mengapung diam di pelataran.Dengan persiapan matang, kami sebarangkan jenazah ayah ke Pulau Seribu dan menguburkannya di sana, Makam itu kami beton dan dua orang satpam menjaganya. Beberapa hari kemudian, satpam menelepon bahwa kuburan itukembali kosong dan tak tahu ke mana jenazah ayah pergi.Saya sudah sangat lelah. Begitu pula ibu. Kedua adik saya sudah tidak tahan lagi, mereka ke Yogya untuk melupakan semuanya itu.Malam hari, bel pintu berdering panjang lagi. Saya dan ibu mengintip dari korden jendela, terlihat jenazah ayah mengapung diam di pelataran. Kami sudah memutuskan untuk tidak hirau lagi terhadap nasib yang menimpa jenazah ayah.Masya Allah! Pagi harinya ternyata jenazah ayah itu masih mengapung diam di pelataran, Kami jadi ribut karena bau busuk jenazah itu memenuhi udara, mengepung rumah kami.

Danarto, Jejak Tanah, Cerpen Pilihan Kompas 2002.

Page 13: 37596902 Cerita Dan Unsurnya

Pada teks di atas terjadi pergantian pemerian tingkah laku, tuturanyang diutarakan dan pengungkapan pemikiran tersembunyi

yang menjelaskan gerak-gerik dan kewicaraan:narator mengenali pikiran ayah seperti sama halnya narator mengenali

pemikiran ibu dan bekas bawahan ayah(dan pemikiran para penduduk kota). Kata-kata yangmenandai dan

membuat konstruksi pemikiran dan persepsi menjadi tumpah-ruah antara lain:Tapi apa mau dikata, orang tiba-tiba mati; Kiai selalu mengatakan,

kematian tidak mengetuk pintu;“Bumi menolak jenazah ayah Nakmas”;

Kami sudah memutuskan untuk tidak hirau lagiterhadap nasib yang menimpa jenazah ayah….

Fokalisasi campuran Pada sebagian besar cerita, penggunaan momentum narasi tidak selalu monoton, tetapi selalu berganti-ganti menurut suasana yang ingin ditumbuhkan. Untuk mencapai tujuan ini dipakailah secara bergantian teknik-teknik cara pandang: cara pandang seorang tokoh, lalu diikuti dengan cara pandang eksternal, untuk kemudian dilanjuti dengan cara pandang dari atas (jika dalam cara ini narator mengetahui segalanya, maka hal itu hanyalah untuk mencapai efek-efek khusus). Dalam kasus lainnya, narator bisa saja tergeser posisinya, jika dia telah memilih seorang tokoh sebagai tokoh istimewa, artinya tokoh yang mandiri, yang hanya dijelaskan sedikit saja oleh narator mengenai pikiran si tokoh, tetapi selebihnya narator sama sekali tidak mengetahuinya, dia hanya menilainya, dan mengambil jarak. Teknik campuran seperti ini sering dijumpai dalam novel. Teknik ini mengilustrasikan secara khusus posisi praktis seorang narator yang leluasa bergerak dari satu ruang ke ruang lainnya, tanpa mempengaruhi tokoh-tokoh yang dijumpainya.

3.3Tipe-tipe naratorCatatan:

Pengarang (orang yang memproduksi teks)tidak dapat dicampuradukkan dengan narator(orang yang dalam cerita bertugas bercerita).

Narator selalu menjadi bagian teks,di luar teks dia tak pernah menjadi apa pun dan siapa pun.

Meski demikian narator bisa memiliki banyak status.Narator sambung Seorang pencerita disebut narator sambung ketika ‘gawang’ cerita dijaga oleh seseorang (nyata atau fiktif) yang ‘hidup’ di alam cerita itu. Akan tetapi, dia tidak (atau sedikit) memainkan peran dalam fakta-fakta yang dirujuk: dia sekedar

Page 14: 37596902 Cerita Dan Unsurnya

saksi di luar cerita. Tipe demikan banyak dianut oleh banyak reportase jurnalistik dengan melibatkan cerita-cerita yang bernarasumber juga dianut oleh buku-buku sejarah yang banyak mengutip memoar dan narasumber. Di dalam teks fiksi, pengarang berpura-pura mendistribusikan cerita kepada seseorang untuk tujuan memunculkan fiksi menjadi otentik, atau sekedar untuk tidak mengontrol jalannya cerita, atau sekedar untuk membebaskan cerita dalam genrenya. Contoh-contoh yang mudah diingat adalah: ada sejumlah orang di suatu tempat terpencil, kemudian orang-orang ini secara bergantian bercerita untuk melipur lara dan kegiatan ini telah mkenciptakan suatu kelompok narator. Dalam kasus seperti itu narator dapat melengkapi cerita yang dituturkannya, di sana sini, berbagai komentar. Pengarang secara diam-diam bisa lengser ke sebalik narator atau pada gilirannya balas mengomentari. Pembaca, dengan demikian, menerima cerita secara siar sambung.Narator tersembunyi Tak tampak seorang pun menceritakan peristiwa-peristiwa, namun cerita mengalir terus. Namun, di balik ini semua, ada seorang pengatur tersembunyi yang memilihkan narasi tertentu, atau memaparkan fakta-fakta dengan cara tertentu pula. Terkadang suatu rincian mengungkap kehadiran seorang narator, halus tapi terasakan: ada penilaian terhadap tokoh-tokoh (penilaian moral, misalnya, dapat dijadikan indikasi), atau perenungan secara global yang tidak menjadi bagiandari jaringan naratif dan hanya mungkin dipautkan dengan narator tersembunyi tersebut.

teks8Sudiarto dan Johan berpaling melihat kepada bayi itu sebentar. Dan kemudian ke arah dauh pisang yang berlumuran darah merah, yang melimpah membasahi tanah – merah sekali jika dibandingkan dengan paha perempuan yang putih pucat. Johan jadi teringat pada Hassan. Terbayang dalam kepalanya, Hassan yang dulu berlumuran darah, Hassan yang dengan darah dan kukunya mencengkam-cengkam tanah dan seperti orang mendoa berkata,”…..darahku, darahku……., bumiku, bumiku……” hingga saat matinya.Di sana darah mengalir memerahi bumi, mengakhiri seorang manusia. Di sini darah mengalir memerahi bumi, memberi hidup seorang manusia.

Mochtar Lubis, Tak Ada Esok, hlm. 209 (1982)

Pada teks tersebut, tampak tak seorang pun bercerita,tetapi dua rincian merupakan petunjuk campur tangan seorang narator

tersembunyi(darah, petunjuk suatu intervensi; darah mengalir memerahi bumi,petunjuk

tersembunyi).

Narator tokoh

Page 15: 37596902 Cerita Dan Unsurnya

Pada banyak cerita, dalam bentuk tokoh aku, narator menuturkan sebuah cerita dan dirinya terlibat di dalamnya. Cerita demikian banyak ditemui pada otobiografi atau dalam surat menyurat pribadi. Dalam sejumlah novel terkenal ditemukan beberapa narator jenis ini yang bergantian membawakan cerita. Dalam novel Sampar karya Albert Camus, seorang narator terungkap pada akhirnya bahwa dia adalah salah seorang tokoh cerita (dokter Rieux), yang selama cerita dituturkan dia bersembunyi sebagai orang ketiga (dia). Dalam cerita fabel kuno Tantri Kamandaka, setiap tokoh dia hampir dipastikan berfungsi sebagai narator yang membawakan cerita-cerita kebajikan dilawankan dengan kebatilan.

3.4 Tipe-tipe NaraterCatatan :

Pembaca (unsur riil yang membaca dan menafsirkan teks)tidak dapat dicampuradukkan dengan narater,

yakni kepada siapa narator mengisahkan cerita.Narater bisa memiliki sejumlah status, sama seperti halnya narator.

Narater sambung Narater jenis ini merupakan semacam jaminan kepada pembaca dalam pautan dengan fungsinya sebagai penghubung seseorang untuk berbicara kepada orang kedua dan meyakinkan kebenaran yang dibicarakan atau menumbuhkan keyakinan moral yang disampaikan cerita. Dalam cerita-cerita fiksi hal ini sering dipergunakan dan seringnya membentuk suatu kontruksi rumit, karena seorang narator bisa menjadi seorang narataire, dan sebaliknya. Dalam kasus yang begitu mudah dijumpai ada pada dongeng-dongeng binatang seperti Tantri Kamandaka atau bahkan dongeng Si Kancil juga menggunakan teknik ini: Si Sapi dalam Tantriadalah salah seorang narator yang bertugas membawakan cerita orang lain, tetapi di saat tertentu dia adalah narater karena harus mendengarkan cerita yang dikisahkan Si Anjing, yang juga membawakan cerita orang lain lagi. Ketaksaan dari model permainan demikian bertujuan mencapai efek hubungan antara pengisah dengan si pendengar kisah adalah berada dalam ilusi hubungan antara pengarang dan pembaca.

Narater tersembunyi Pendengar kisah ini tidak tersebutkan atau terhadirkan seperti seumumnya, tetapi kehadirannya bersifat implisit terhadap semua yang berupaya dipahamkenali oleh narator dalam kaitannya dengan narater dan terasakan melalui pandangan nilai-nilai, penilaian dan sikap-sikap yang dihadirkan sebagai sesuatu yang wajar.

teks9“……semua ini kita bikin untuk keselamatan perjuangan bangsa kita mengciptakankeadilan sosial, untuk membela pancasila sebagai dasar negara kita. Partai kita satu-satunya partai politik yang dengan tegas hendak membela

Page 16: 37596902 Cerita Dan Unsurnya

pancasila sebagai dasar negara. Partai-partai Islam mau membikin negara Darul Islam, partai komunis mau bikin negara komunis, dan demikian seterusnya. Karena itu partai kita harus menang dalam pemilihan umum. Untuk menang, partai harus mempunyai fonds yang cukup besar dan kuat. Karena itu apa yang kit alakukan tidka lain sebahagian dari perjuangan kita untuk menyelamatkan pancasila. Inilah dasar apa yang kit alakukan kini, dan telah mendapat persetujuan sepenuhnya dari dewan partai.”Suryono menenteramkan hatinya kembali dengan kata-kata Husin Limbara, dan kembali dia merasa senang menyetir mobil “Dodge” sedannya yang berwarna merah itu. Jengkelnya pada Sugeng menjadi hilang pula, dan di a berpaling pada Sugeng.“Engkau sudah beli mobil?”“Ah belum. Aku masih khawatir. Kalau aku beli mobil, nanti orang-orang di kantor menuduh aku yang bukan-bukan.” “Takut apa engkau? Kapan menteri akan melindungi. Jika orang bertanya ‘kan boleh engkau katakan dapat persen dari pamilimu? Taruh dia atas nama isterimu. Baru satu bulan engkau berapa sudah dapat, ada seratus ribu?” “Kurang sedikit,”jawab Sugeng. “Jika engkau minta prioriteit mobil sebagai kepala bahagian tentu dapat. Engkau bisa beli mobil prioriteit seperti ‘Zephyr’ dengan harga hanya enam puluh dua ribu. Mobil itu bisa engkau jual kembali dengan harga seratus dua puluh lima ribu. Beli saja mobil tweedehands seharga lima puluh ribu, sudah baik, dan engkau masih ada untung tujuh puluh lima ribu,”kata Suryono.

Mochtar Lubis, Senja di Jakarta, hlm.163-164 (1981)

Pembacaan teks 9Cerita ini, salah satu episode dalam novel Senja di Jakarta¸ bukanlahsuatu

ajaran moral kepada pembaca. Cerita itu justru harus dipahami sebagai pengetahuan informatif yang terutama berkaitan dengan kehidupan politik

semasa demokrasi liberal,Indonesia dekade 50-an.Multipartai yang melatari dialog tersebut mewakili evolusi rezimSukarno

sebelumDemokrasi Terpimpin;

Evolusi digambarkan oleh orang-orang seperti Suryonoyang justru masuk ke partai tidak untuk memperjuangkan rakyat, tetapi

mencari kekayaan sebanyak-banyaknya dengan cara apa saja.Penguasaan kehidupan berpolitik yang dikendalikan oleh masyarakat sipil

adalah suatu kekalahan militer di hadapan demokrasi,yang justru kemudian merobohkan Sukarno dengan demokrasi terpimpinnya.

Secara perlahan dan nyata, peran tokoh sebagai narator, beringsut lengser oleh peran tokoh-tokoh narater tersembunyi.

Page 17: 37596902 Cerita Dan Unsurnya

Narater-tokohKasus tokoh yang berfungsi sebagai narater sering ditemukan dalam surat-surat pribadi (dan tentu saja novel yang mempergunakan gaya surat-menyurat), yakni penulis surat itu adalah narator dan menyampaikan ceritanya kepada seorang koresponden tertentu yang juga seorang tokoh.

(bersambung)