document3
TRANSCRIPT
SKENARIO KASUS
SKENARIO
Seorang laki-laki, 30 tahun, dibawa oleh keluarganya ke IGD Rumah Sakit
dalam keadaan tidak sadar. 2 jam sebelum dibawa ke rumah sakit, pasien tiba-tiba
mengalami sakit kepala, pusing, lemas, mual, muntah dan diare. Selama
perjalanan ke Rumah Sakit, pasien menjadi tidak sadar, mengompol dan BAB di
celana.
Pada pemeriksaan di IGD didapatkan :
1. Tanda vital :
a. tekanan darah 140/90 mmHg
b. suhu 37,20C
c. nadi 58 kali permenit dan reguler.
2. Mata : pinpoint pupil, lakrimasi, tidak terdapat reflek kornea
3. Mulut : salivasi
4. Thorax
Pada auskultasi paru didapatkan ronkhi.
Pada auskultasi jantung terdengar gallop.
Terdapat paralisis general dan tidak ada respon terhadap nyeri.
Pemeriksaan abdomen tidak teraba massa, organomegali atau hiperperistaltik usus.
Setelah diintubasi, sekresi mukus disuction dari trachea dan pasien diberi bantuan
pernapasan. Dokter memberi terapi Narcan tetapi tidak ada perubahan.
1
A. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria
frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air
besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah (Simadibrata, 2009).
2. Salivasi
Sekresi saliva, sekresi air liur yang berlebihan ( Dorland, 2012).
3. Lakrimasi
Lakrimasi adalah seksresi atau pengeluaran air mata. (Dorland, 2010).
4. Ronchi
Ronchi merupakan indikasi adanya sumbatan jalan nafas pada trakea atau
laring terdengar selama ekspirasi, contohnya suara ngorok. Penyebabnya
gerakan udara melewati jalan napas yang menyempit akibat obstruksi napas.
Obstruksi adalah sumbatan akibat sekresi, odema, atau tumor (Agung, 2004).
5. Gallop
Bunyi yang terjadi pada fase sistolik maupun diastolik yang terjadi karena
patologis pada ventrikel (Muttaqin, 2009).
6. Pinpoint pupil
Bentuk pupil normal adalah bulat dengan ukuran normal adalah 4-
5 mm pada penerangan sedang. Bila ukuran pupil lebih dari 5 mm disebut
midriasis, sedangkan bila ukuran pupil kurang dari 2 mm disebut meiosis,
bila ukuran pupil sangat kecil disebut pinpoint pupil (Setiyohadi, 2009).
2
7. Pusing
Pusing merupakan manifestasi bebagai gangguan atau penyakit di
bidang neurologi, otologi, kardiologi, oftalmologi, psikiatri atau kelainan
iatrogenik (Sherwood,1996)
8. Mual (nausea)
Mual adalah pengenalan secara sadar terhadap eksitasi bawah sadar
pada daerah medulla yang secara erat berhubungan dengan atau
merupakan bagian dari pusat muntah, dan mual disebabkan oleh impuls
iritatif yang datang dari traktus gastrointestinal, impuls yang berasal dari
otak bawah yang berhubungan dengan motion sickness, atau impuls dari
korteks serebri untuk mencetuskan muntah (Guyton, 2007).
9. Organomegaly
Suatu peristiwa pembesaran alat/organ dalam tubuh /
visceromegaly. Misalnya, hepatomegaly merupakan nama lain dari
pembesaran hati (Dorland, 2012).
10. Terapi Narchan
Terapi narchan adalah terapi dengan pemberian obat narkotik
antagonis secara parenteral, yaitu obat narcan yang merupakan merk
dagang dari naloxone hydrochloride. Narchan adalah obat antagonis
opioid yang secara strukturan berkaitan dengan oksimorfon yang
digunakan pada diagnosis dan pengobatan oksisitas opioid untuk
membalikkan depresi pernapasan yang diinduksi opioid sebagai tambahan
pada pengobatan hipotensi yang disertai syok septik.
11. Pestisida
Zat untuk membunuh atau mengendalikan berbagai jenis hama (Lu, 2010).
3
12. Antidotum
Antidot penawar racun adalah obat atau bahan yang mempunyai
daya kerja yang bertentangan dengan racun, dapat mengubah sifat- sifat
kimia racun atau mencegah abrsorpsi racun. (Sartono, 2001).
13. Paralisis
Kehilangan atau gangguan fungsi motorik suatu bagian akibat lesi
pada mekanisme saraf atau otot (Dorland, 2012).
B. BATASAN MASALAH
1. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Lokasi sakit : seluruh tubuh (sistemik).
b. Onset dan kronologis : Onset : 2 jam sebelum dibawa ke
rumah sakit.
Kronologis : mengalami sakit
kepala, pusing, lemas, mual, muntah
dan diare
c. Kuantitas sakit : -
d. Kualitas sakit : -
e. Faktor yang memperberat sakit : -
f. Faktor yang memperingan sakit : -
g. Keluhan yang menyaertai : selama perjalanan ke rumah sakit,
pasien menjadi tidak sadar,
mengompol dan BAB di celana
2. Riwayat Penyakit Dahulu
(-)
3. Riwayat Penyakit Keluarga
(-)
4. Riwayat Sosial Ekonomi
Laki-laki dan berprofesi sebagai petani.
4
Sering mencampurkan pestisida.
Sering menyiramkan pestisida ke tanaman atau padinya dan biasanya
tidak berefek apa pun.
5. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium)
a. Pemeriksaan Tekanan Darah : 140/90 mmHg
b. Pemeriksaan suhu : 37,2 C
c. Pemeriksaan nadi : 58/menit
d. Pemeriksaan paru : Ronkhii
e. Pemeriksaan jantung : Gallop
f. Pemeriksaan Organ : Terdapat adanya Organomegali
g. Pemeriksaan Saraf : Terdapat adanya paralysis general
h. Pemeriksaan Gastro Intestinal : Terdapat hiperperistaktik usus
i. Pemeriksaan mata : Terdapat pinpoint pupil
j. Pemeriksaan mulut : Terdapat adanya salivasi
6. Diagnosis Diferensial/Sementara
Keracunan Pestisida.
C. RUMUSAN MASALAH
1 Apakah yang dimaksud dengan pestisida dan apa saja jenis beserta fungsi
dari pestisida tersebut ?
2 Bagaimana gejala orang yang terkena keracunan pestisida ?
3 Bagaimanakah mekanisme masuknya pestisida ke dalam tubuh ?
4 Bagaimanakah pertolongan pertama yang bisa dilakukan saat pasien
terkena keracunan pestisida ?
5 Apa saja cara pencegahan paparan pestisida?
6 Siapa yang berisiko terkena racun pestisida ?
7 Darimana saja sumber pencemaran pestisida ?
8 Bagaimanakah efek jangka panjang terpapar langsung atau tidak langsung
dari pestisida ?
D. ANALISIS MASALAH
5
1. Apakah yang dimaksud dengan pestisida dan apa saja jenis beserta
fungsi dari pestisida tersebut ?
Ada banyak penggolongan/jenis-jenis pestisida yang beredar di
pasaran dan senantiasa digunakan baik yang ditujukan kepada
hewan,tumbuhan maupun jazad renik, yang mengendalikan jenis
serangga maupun hewan yang berpotensi sebagai organisme
pengganggu tananam (OPT) adalah insektisida, rodentisida, molusisida,
avisida, dan mitisida. Sedangkan yang mengendalikan jazad renik
antara lain bakterisida, fungisida, algisida. Selain dari pada itu terdapat
senyawa kimia yang sifatnya hanya sebagai pengusir serangga (insect
repellent), dan sebaliknya ada pula yang justru menarik serangga untuk
datang (insect attractant) serta ada yang dapat memandulkan serangga
(Tabel 1) (Watterson, 1988).
Menurut Kementerian Pertanian Indonesia (2011), berdasarkan
sasarannya, pestisida dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
No
.
Jenis Pestisida Fungsi
1. Akarisida Pestisida yang digunakan untuk membunuh
hewan golongan acarina, seperti tungau atau
kutu.
2. Algasida Pestisida yang digunakan untuk membasmi
ganggang/algae.
3. Alvisida Pestida yang berfungsi untuk membunuh dan
menolak kehadiran burung.
4. Bakterisida Pestisida yang bersifat toksik dan mebunuh
bakteri.
5. Fungisida Pestisida yang berfungsi memberantas jamur.
6. Herbisida Pestisida yang berfungsi membunuh tanaman
liar dan pengganggu/gulma.
6
7. Insektisida Pestisida yang berfungsi membunuh serangga
(hewan dari kelas insekta).
8. Molluskusida Pestisida yang umum digunakan untuk
membasmi siput.
9. Nematisida Pestisida yang digunakan untuk membunuh
helminth (cacing) dari golongan Nermatoda.
10. Ovisida Pestisida yang digunakan untuk merusak sel
telur hewan/ovum.
11. Pedukulisida Pestisida yang digunakan untuk membasmi
kutu atau tuma.
12. Piscisida Pestisida yang digunakan untuk membunuh
dan menekan populasi ikan.
13. Rodentisida Pestisida yang digunakan untuk membunuh
tikus atau hewan pengerat.
14. Termisida Pestisida yang digunakan untuk membunuh
serangga-serangga penglubang kayu, seperti
rayap.
2. Bagaimana gejala
orang yang terkena
keracunan pestisida
?
Gejala klinis
keracunan pestisida:
a. Mata; pupil mengecil
dan penglihatan kabur.
7
b. Pengeluaran cairan tubuh; pengeluaran keringat meningkat, lakrimasi,
salivasi, dan juga sekresi bronchial.
c. Saluran cerna; mual, muntah, diare, dan sakit perut
d. Saluran napas; batuk, bersin, dispnea, dan dada sesak
e. Kardiovaskuler; bradikardia, dan hipotensi
f. Sistem saraf pusat; sakit kepala, bingung, berbicara tidak jelas, ataksia,
demam, konvulsi dan koma.
g. Otot-otot; lemah, fascikulasi,dan kram
h. Komplikasi yang dapat terjadi, antara lain edema paru, pernapasan
berhenti, blokade atrioventrikuler, dan konvulsi.
Efek Gejala
1. Muskarinik - Salivasi
- Kejang perut
- Nausea dan vomitus
- Bradicardia
- Miosis
- Berkeringat
2. Nikotinik - Pegal-pegal, lemah
- Tremor
- Paralysis
- Dyspnea
- Tachicardia
3. Sistem saraf pusat - Bingung, gelisah, insomnia, neurosis
- Sakit kepala
- Emosi tidak stabil
- Bicara terbata-bata
- Convulsi
- Depresi respirasi dan gangguan jantung
- Koma
(Sartono, 2001)
8
3. Bagaimanakah mekanisme masuknya pestisida ke dalam tubuh ?
Jalur masuk pestisida kedalam tubuh tergantung pada jenis bahan sediaan
pestisidanya yaitu cair, pekat, berbentuk gas, atau padat. Menurut Kementerian
Pertanian (2011), jalur paparan pestisida ke dalam tubuh manusia dan hewan
terjadi melalui :
a. Dermal Contamination
Pestsida yang berupa cairan melakukan kontak dengan kulit lalu diabsorbsi
oleh kulit
b. Inhalasi
Pestisida yang berupa gas atau droplet masuk terhirup melalui hidung ke
saluran pernafasan dalam
c. Ingesti/oral
Pestisida masuk melalui mulut lalu ke area tractus gastrointestinal
(Kementerian Pertanian Indonesia, 2011).
Gejala dan mekanisme terjadinya keracunan pada masing-masing pestisida
adalah sebagai berikut:
a. Golonganorganoklorin (OC)
Pestisida golongan ini dapat merangsang system saraf dan dapat
menyebabkan parastesia, peka terhadap perangsangan, iritabilitas,
terganggunya keseimbangan, tremor, dankejang-kejang. (Lu, 2010).
b. Golongan organofosfat (OP) dan karbamat
Pestisida golongan ini merupakan inhibitor dari asetilkolinesterase
(AChE). Apabila AChE dihambat, maka yang terjadi adalah
penumpukan ACh di dalam tubuh yang dapat terjadi di beberapa
tempat dan menimbulkan gejala yang berbeda, diantaranya:
- Penumpukkan Ach pada sistem saraf pusat
Dapat menginduksi tremor, inkoordinasi, kejang-kejang, dan
lain-lain.
- Penumpukkan Ach pada system saraf otonom
9
Mengakibatkan diare, urinasi tanpa sadar, broncokonstriksi,
miosis, dan lain-lain.
- Penumpukkan Ach pada neuromuscular junction
Menyebabkan kontraksi otot yang diikuti dengan kelemahan,
hilangnya refleks, dan paralisis. (Lu, 2010)
c. Golongan Bipiridum
Paparannya dapat masuk melalui inhalasi, oral, atau kontak
dengan kulit, pestisida ini akan berkerja menyerang lapisan jaringan
epitel pada kulit dan juga mengiritasi mukosa saluran pernafasan dan
saluran pencernaan (Kementerian Pertanian Indonesia, 2011).
d. Golongan Antikoagulan
Pestisida golongan ini dapat masuk kedalam tubuh melalui
saluran nafas, oral, dan absorbsi dari kulit. Kerja pestisida golongan
ini akan merusak system pembekuan darah dan melukai pembuluh
darah. Pembuluh darah yang pembekuaannya terhambat akan
membuat darah mudah merembes keluar dari pembuluh darah dan
dapat menyebabkan perdarahan pada organ dalam (Kementerian
Pertanian Indonesia, 2011).
4. Bagaimanakah pertolongan pertama yang bisa dilakukan saat
pasien terkena keracunan pestisida ?
Tips tradisional: Untuk menolong korban keracunan pestisida
dapat diberikan / diminumkan air kelapa hijau. Ingat, kelapa yang kulit
luarnya berwarna hijau yang jelas berbeda dengan warna kulit kelapa
gading atau jenis kelapa lainnya. Jangan lupa untuk mencampur air kelapa
hijau tersebut dengan garam dapur secukupnya. Sebelum diminumkan,
usahakan agar korban bisa muntah terlebih dahulu, agar cairan pestisida
yang tertelan dapat dikeluarkan dari lambung.
10
Pertolongan pertama (First aid) sangat tergantung pada cara racun masuk
ke dalam tubuh penderita
a. Racun yang tertelan
Segera baringkan penderita pada tempat datar
Usahakan secepatnya memuntahkan racun dengan cara :
Merangsang faring dengan ujung telunjuk, pangkal sendok
Memberi minum 15 – 30 ml sirop Ipecac diikuti ½ gelas air minum
diulang setelah 15 menit
Berikan Norit sebanyak 25 – 40 gram.
b. Apabila gejala keracunan mulai timbul betapa pun ringannya gejala
tersebut, segeralah berhenti bekerja dan pergilah ke dokter atau klinik
terdekat untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut. Hal tersebut harus
segera dilakukan karena sewaktu-waktu keadaan dapat berkembang
menjadi gawat. Supaya tindakan pertolongan selanjutnya dapat dilakukan
dengan cepat dan tepat, dokter harus diberitahu nama pestisida yang
menyebabkan keracunan. Untuk ini sebaiknya bawalah label pestisida
tersebut untuk ditunjukkan kepada dokter.
c. Dalam hal kulit atau rambut dan pakaian terkena pestisida, cucilah segera
kulit dan rambut yang terkena dengan sabun dan air yang banyak dan
lepaskan pakaian untuk diganti dengan yang bersih.
d. Apabila pestisida mengenai mata, cucilah segera mata dengan air bersih
yang banyak selama 15 menit atau lebih terus menerus. Kemudian ditutup
dengan kapas seteril yang dilengketkan dengan kain pembalut.
e. Apabila debu, bubuk, uap, gas atau buti-butir semprotan terhisap melalui
pernafasan, bawalah penderita ke tempat terbuka yang berudara segar,
longgarkan pakaiannya yang ketat dan baringkan dengan dagunya agak
terangkat ke atas supaya dapat bernafas dengan bebas. Jaga supaya
11
penderita dalam keadaan tenang dan tidak kedinginan (apabila perlu
selimutilah penderita tetapi jangan sampai terlalu kepanasan). Sementara
menunggu pertolongan dokter, awasilah terus keadaan penderita.
f. Apabila pestisida tertelan dan penderita dalam keadaan sadar, usahakan
supaya penderita muntah dengan cara mencolek bagian belakang
tenggorokan dengan jari tangan atau alat lain yang bersih dan/atau dengan
memberi minum larutan garam sebanyak satu sendok makan dalam
segelas air hangat. Ulangi proses pemuntahan sampai yang dimuntahkan
berupa cairan yang jernih. Pada waktu penderita mulai muntah, usahakan
mukanya menghadap ke bawah dan kepalanya agak direndahkan supaya
muntahan tidak masuk dalam paru-paru. Selanjutnya harus dijaga jangan
sampai muntahan menghalangi pernafasan. Usaha pemuntahan tidak dapat
dilakukan apabila penderita dalam keadaan kejang atau tidak sadar,
penderita telah menelan bahan yang mengandung minyak bumi dan
penderita telah menelan bahan alkalis atau asam kuat yang korosif (secara
kimiawi merusak jaringan hidup)dengan gejala rasa terbakar atau nyeri
sekali pada mulut dan kerongkongan.
g. Apabila bahan korosif tertelan dan penderita dalam keadaan sadar, berilah
penderita minum susu atau putih telur dalam air, atau hanya air saja dalam
kondisi dimana susu atau telur tidak tersedia. Susu atau minyak tidak
boleh diberikan kepada penderita keracunan pestsida hirokarbon berklor.
h. Apabila penderita tidak sadar, usahakan supaya saluran pernafasan tidak
tersumbat. Bersihkan hidung dari lendir atau muntahan dan bersihnya
mulut dari air liur, lendir, sisa makanan dan sebagainya. Jangan
memberikan sesuatu melalui mulut kepada penderita yang tidak sadar.
i. Apabila pernafasan penderita berhenti, usahakanlah pernafasan buatan.
Bersihkan lebih dulu mulut dari air liur, lendir, sisa makanan dan
sebagainya.
12
j. Apabila penderita kejang, usahakanlah kekejangan tersebut tidak
mengakibatkan cidera. Longgarkan pakaian disekitar leher, taruh bantal di
bawah kepala dan berilah ganjal antara gigi untuk mencegah supaya bibir
atau lidah tidak tergigit.
k. Penanggulangan keracunan setalah dilakukan pertolongan pertama
selanjutnya diambil tindakan sebagai berikut
untuk golongan pestisida klor organik, dilakukan tindakan
mencuci lambung dengan memberi garam isotoris larutan natrium
bikarbonat 5%. Untuk mengurangi absorbsi dapat diberikan 30
gram norit yang disuspensikan dalam air;
untuk golongan fosfat organik, diberikan antodote Atropin sulfat
intra vena atau intra muskuler, bila mungkin dilakukan
penyuntikan intra vena. Dosis dewasa dan anak-anak lebih dari 12
tahun 0,4-2,0 mg dan untuk anak-anak 0,05 mg/kg berat badan.
Dosis diulangi tiap 15-30 menit sampai kelihatan gejala
atropinasi/gejala keracunan ringan dari atropin seperti muka
merah, frekuensi detak jantung meningkat (140/menit) dan pupil
melebar. Pralidoxim diberi-kan setalah atropin, bila diberikan
sebelum 36 jam setalah keracunan akan dapat menanggulangi efek
dari pestisida fosfat organik ini. Dosis dewasa 1 gr/kg berat badan
dan anak-anak 20-50 gr/kg berat badan dengan kecepatan tidak
lebih dari setengah dosis total tiap menit. Ulangi lagi setelah 1 jam
bila kelemahan/ kelumpuhan otot belum tertanggulangi;
untuk golongan karbamat, penaggulangan-nya sama dengan
pestisida golongan fosfat organik, tapi disini tidak digunakan
pralidoxim;
untuk golongan senyawa dipiridil tindakannya adalah untuk
mengurangi absorbsi dari saluran pencernaan, diberikan absorben
Fuller”s Earth 30% suspensi dalam air;
13
untuk golongan antikoagulan dilakukan pemberian antidote
fitonadion, yakni dosis dewasa dan anak-anak lebih dari 12 tahun
25 mgr intra muskuler dan anak-anak di bawah 12 tahun 0,6
mgr/kg berat badan;
untuk golongan arsen dilakukan pemberian antidote Dimerkaprol
(B.A.L), Dimerkaptopropanol.
l. Untuk penanggulangan selanjutnya, dilakukan pendataan mencakup
tempat kejadian, tanggal, nama korban, umur, jenis kelamin, keracunan
melalui apa (mulut, pernafasan, kulit), sampel pestisida, muntahan atau
sisa makanan (dalam hal penderita tidak diketahui, dapat disebutkan
pestisida-pestisda apa yang biasa digunakan di tempat tersebut, dan jenis-
jenis pertolongan yang telah diberikan kepada penderita (Anonim, 1984).
5. Apa saja cara pencegahan paparan pestisida?
Cara-cara pencegahan keracunan pestisida yang mungkin terjadi
pada pekerja pekerja pertanian, perkebunan, dan kehutanan sebagai berikut
:
a. Penyimpanan pestisida :
Pestisida harus disimpan dalam wadah wadah yang diberi tanda,
sebaiknya tertutup dan dalam lemari terkunci.
Campuran pestisida dengan tepung atau makanan tidak boleh
disimpan dekat makanan. Campuran yang rasanya manis biasanya
paling berbahaya. Tanda-tanda harus jelas juga untuk mereka yang
buta huruf.
Tempat-tempat bekas menyimpan yang telah tidak dipakai lagi
harus dibakar agar sisa pestisida musnah sama sekali.
b. Pemakaian alat-alat pelindung :
Pakailah masker dan adakanlah ventilasi keluar setempat selama
melakukan pencampuran kering bahan-bahan beracun.
14
Pakailah pakaian pelindung, kacamata, dan sarung tangan terbuat
dari neopren, jika pekerjaan dimaksudkan untuk mencampur bahan
tersebut dengan minyak atau pelarut-pelarut organis.
Pakaian pelindung harus dibuka dan kulit dicuci sempurna sebelum
makan.
Pakaialah respirator, kacamata, baju pelindung, dan sarung tangan
selama menyiapkan dan menggunakan semprotan, kabut, atau
aerosol, jika kulit atau paru-paru mungkin kontak dengan bahan
tersebut.
d. Cara-cara pencegahan lainnya :
Selalu menyemprot ke arah yang tidak memungkinkan angin
membawa bahan, sehingga terhirup atau mengenai kulit tenaga
kerja yang bersangkutan.
Hindarkan waktu kerja lebih dari 8 jam sehari bekerja di tempat
tertutup dengan penguap termis, juga alat demikian tidak boleh
digunakan di tempat kediaman penduduk atau di tempat
pengolahan bahan makanan.
Janganlah disemprot tempat-tempat yang sebagian tubuh
manusia akan bersentuhan dengannya (Lubis, 2002).
6. Siapa yang berisiko terkena racun pestisida ?
Menurut Djojosumanto dalam bukunya yang berjudul Pestisida dan
Aplikasinya, orang-orang yang beresiko keracunan pestisida antara lain:
a. Petani dan keluarganya . Terlebih anak-anak sangatlah rentan akan
keracunan pestisida. Hal ini dikarenakan anak-anak memiliki sistem
imunitas yang masih rentan sehingga lebih rawan terkena paparan
racun pestisida. Sementara petani beresiko karena dalam pekerjaannya
mereka melakukan kontak langsung dengan pestisida pada saat
pencampuran dan penyemprotan sehingga rawan terkena paparan
melalui inhalasi atau jalur dermal.
15
b. Pekerja di pabrik pestisida baik peracik maupun distributor. Terutama
untuk peracik yang melakukan kontak langsung untuk meramu
pestisida.
c. Konsumen hasil pertanian yang terkena paparan kronik pestisida
d. Tukang cor. Karena dalam bekerja ternyata mereka menggunakan jenis
insektisida untuk menghilangkan semut
e. Tukang cat . Karena ternyata tukang cat menggunakan golongan
fungisida yang digunakan untuk menghilangkan jamur tembok.
7. Darimana saja sumber pencemaran pestisida ?
Pabrik
Asap pabrik
Gudang penyimpanan
Toko pestisida
Rumah tangga
Tanah
Sungai
Sayur (Watterson, 1988).
8. Bagaimanakah efek jangka panjang terpapar langsung atau tidak
langsung ?
Secara garis besar, keracunan pestisida dibagi menjadi dua
1. Keracunan akut
2. Keracunan kronis
Keracunan akut
Keracunan akut adalah efek keracunan pestisida yang dirasakan akibat
paparan langsung pestisida pada saat itu juga.
16
Keracunan kronis
Keracunan kronis adalah keracunan dimana efeknya membutuhkan waktu
untuk muncul atau berkembang. Efek-efek keracunan ini baru muncul
setelah berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Gejala-gejala yang dapat timbul dari keracunan kronis antara lain
Muka pucat
Luka tidak sembuh-sembuh
Masalah jantung
Kemandulan
Masalah liver/hati
Kehilangan kesadaran
Sementara, untuk efek keracunan sendiri dibagi menjadi dua
Efek akut lokal
Efek akut lokal terjadi bila efeknya hanya mempengaruhi bagian tubuh
yang terkena kontak langsung dengan pestisida. Efek akut lokal biasanya
berupa iritasi, seperti rasa kering, kemerahan dan gatal gatal di mata, hidung,
tenggorokan dan kulit; mata berair dan batuk.Atau berupa masalah-masalah
kulit, seperti kemerahan, gatal-gatal, kudis, melepuh dan kulit kehilangan
warna. Gejala yang umum dari keracunan pestisida adalah bila kuku-kuku jari
berubah warna menjadi hitam atau biru. Pada kasus- kasus yang lebih serius
kuku-kuku jari akan lepas.
Efek sistemik
Efek sistemik muncul bila pestisida masuk kedalam tubuh manusia dan
mempengaruhi seluruh sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida ke
seluruh bagian dari tubuh dan mempengaruhi mata, jantung, paru-paru, perut,
hati, lambung, otot, usus, otak dan syaraf. Gejala-gejala keracunan dan berapa
17
cepat bekerjanya tergantung pada jenis bahan kimia, waktu dan kadar racun
dalam pestisida tersebut.
18