document3

27
SKENARIO KASUS SKENARIO Seorang laki-laki, 30 tahun, dibawa oleh keluarganya ke IGD Rumah Sakit dalam keadaan tidak sadar. 2 jam sebelum dibawa ke rumah sakit, pasien tiba-tiba mengalami sakit kepala, pusing, lemas, mual, muntah dan diare. Selama perjalanan ke Rumah Sakit, pasien menjadi tidak sadar, mengompol dan BAB di celana. Pada pemeriksaan di IGD didapatkan : 1. Tanda vital : a. tekanan darah 140/90 mmHg b. suhu 37,20C c. nadi 58 kali permenit dan reguler. 2. Mata : pinpoint pupil, lakrimasi, tidak terdapat reflek kornea 3. Mulut : salivasi 4. Thorax Pada auskultasi paru didapatkan ronkhi. Pada auskultasi jantung terdengar gallop. Terdapat paralisis general dan tidak ada respon terhadap nyeri. Pemeriksaan abdomen tidak teraba massa, organomegali atau hiperperistaltik usus. Setelah diintubasi, sekresi mukus disuction dari trachea dan 1

Upload: normalisanovrita

Post on 28-Dec-2015

22 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Document3

SKENARIO KASUS

SKENARIO

Seorang laki-laki, 30 tahun, dibawa oleh keluarganya ke IGD Rumah Sakit

dalam keadaan tidak sadar. 2 jam sebelum dibawa ke rumah sakit, pasien tiba-tiba

mengalami sakit kepala, pusing, lemas, mual, muntah dan diare. Selama

perjalanan ke Rumah Sakit, pasien menjadi tidak sadar, mengompol dan BAB di

celana.

Pada pemeriksaan di IGD didapatkan :

1. Tanda vital :

a. tekanan darah 140/90 mmHg

b. suhu 37,20C

c. nadi 58 kali permenit dan reguler.

2. Mata : pinpoint pupil, lakrimasi, tidak terdapat reflek kornea

3. Mulut : salivasi

4. Thorax

Pada auskultasi paru didapatkan ronkhi.

Pada auskultasi jantung terdengar gallop.

Terdapat paralisis general dan tidak ada respon terhadap nyeri.

Pemeriksaan abdomen tidak teraba massa, organomegali atau hiperperistaltik usus.

Setelah diintubasi, sekresi mukus disuction dari trachea dan pasien diberi bantuan

pernapasan. Dokter memberi terapi Narcan tetapi tidak ada perubahan.

1

Page 2: Document3

A. KLARIFIKASI ISTILAH

1. Diare

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau

setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya

lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria

frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air

besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah (Simadibrata, 2009).

2. Salivasi

Sekresi saliva, sekresi air liur yang berlebihan ( Dorland, 2012).

3. Lakrimasi

Lakrimasi adalah seksresi atau pengeluaran air mata. (Dorland, 2010).

4. Ronchi

Ronchi merupakan indikasi adanya sumbatan jalan nafas pada trakea atau

laring terdengar selama ekspirasi, contohnya suara ngorok. Penyebabnya

gerakan udara melewati jalan napas yang menyempit akibat obstruksi napas.

Obstruksi adalah sumbatan akibat sekresi, odema, atau tumor (Agung, 2004).

5. Gallop

Bunyi yang terjadi pada fase sistolik maupun diastolik yang terjadi karena

patologis pada ventrikel (Muttaqin, 2009).

6. Pinpoint pupil

Bentuk pupil normal adalah bulat dengan ukuran normal adalah 4-

5 mm pada penerangan sedang. Bila ukuran pupil lebih dari 5 mm disebut

midriasis, sedangkan bila ukuran pupil kurang dari 2 mm disebut meiosis,

bila ukuran pupil sangat kecil disebut pinpoint pupil (Setiyohadi, 2009).

2

Page 3: Document3

7. Pusing

Pusing merupakan manifestasi bebagai gangguan atau penyakit di

bidang neurologi, otologi, kardiologi, oftalmologi, psikiatri atau kelainan

iatrogenik (Sherwood,1996)

8. Mual (nausea)

Mual adalah pengenalan secara sadar terhadap eksitasi bawah sadar

pada daerah medulla yang secara erat berhubungan dengan atau

merupakan bagian dari pusat muntah, dan mual disebabkan oleh impuls

iritatif yang datang dari traktus gastrointestinal, impuls yang berasal dari

otak bawah yang berhubungan dengan motion sickness, atau impuls dari

korteks serebri untuk mencetuskan muntah (Guyton, 2007).

9. Organomegaly

Suatu peristiwa pembesaran alat/organ dalam tubuh /

visceromegaly. Misalnya, hepatomegaly merupakan nama lain dari

pembesaran hati (Dorland, 2012).

10. Terapi Narchan

Terapi narchan adalah terapi dengan pemberian obat narkotik

antagonis secara parenteral, yaitu obat narcan yang merupakan merk

dagang dari naloxone hydrochloride. Narchan adalah obat antagonis

opioid yang secara strukturan berkaitan dengan oksimorfon yang

digunakan pada diagnosis dan pengobatan oksisitas opioid untuk

membalikkan depresi pernapasan yang diinduksi opioid sebagai tambahan

pada pengobatan hipotensi yang disertai syok septik.

11. Pestisida

Zat untuk membunuh atau mengendalikan berbagai jenis hama (Lu, 2010).

3

Page 4: Document3

12. Antidotum

Antidot penawar racun adalah obat atau bahan yang mempunyai

daya kerja yang bertentangan dengan racun, dapat mengubah sifat- sifat

kimia racun atau mencegah abrsorpsi racun. (Sartono, 2001).

13. Paralisis

Kehilangan atau gangguan fungsi motorik suatu bagian akibat lesi

pada mekanisme saraf atau otot (Dorland, 2012).

B. BATASAN MASALAH

1. Riwayat Penyakit Sekarang

a. Lokasi sakit : seluruh tubuh (sistemik).

b. Onset dan kronologis : Onset : 2 jam sebelum dibawa ke

rumah sakit.

Kronologis : mengalami sakit

kepala, pusing, lemas, mual, muntah

dan diare

c. Kuantitas sakit : -

d. Kualitas sakit : -

e. Faktor yang memperberat sakit : -

f. Faktor yang memperingan sakit : -

g. Keluhan yang menyaertai : selama perjalanan ke rumah sakit,

pasien menjadi tidak sadar,

mengompol dan BAB di celana

2. Riwayat Penyakit Dahulu

(-)

3. Riwayat Penyakit Keluarga

(-)

4. Riwayat Sosial Ekonomi

Laki-laki dan berprofesi sebagai petani.

4

Page 5: Document3

Sering mencampurkan pestisida.

Sering menyiramkan pestisida ke tanaman atau padinya dan biasanya

tidak berefek apa pun.

5. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium)

a. Pemeriksaan Tekanan Darah : 140/90 mmHg

b. Pemeriksaan suhu : 37,2 C

c. Pemeriksaan nadi : 58/menit

d. Pemeriksaan paru : Ronkhii

e. Pemeriksaan jantung : Gallop

f. Pemeriksaan Organ : Terdapat adanya Organomegali

g. Pemeriksaan Saraf : Terdapat adanya paralysis general

h. Pemeriksaan Gastro Intestinal : Terdapat hiperperistaktik usus

i. Pemeriksaan mata : Terdapat pinpoint pupil

j. Pemeriksaan mulut : Terdapat adanya salivasi

6. Diagnosis Diferensial/Sementara

Keracunan Pestisida.

C. RUMUSAN MASALAH

1 Apakah yang dimaksud dengan pestisida dan apa saja jenis beserta fungsi

dari pestisida tersebut ?

2 Bagaimana gejala orang yang terkena keracunan pestisida ?

3 Bagaimanakah mekanisme masuknya pestisida ke dalam tubuh ?

4 Bagaimanakah pertolongan pertama yang bisa dilakukan saat pasien

terkena keracunan pestisida ?

5 Apa saja cara pencegahan paparan pestisida?

6 Siapa yang berisiko terkena racun pestisida ?

7 Darimana saja sumber pencemaran pestisida ?

8 Bagaimanakah efek jangka panjang terpapar langsung atau tidak langsung

dari pestisida ?

D. ANALISIS MASALAH

5

Page 6: Document3

1. Apakah yang dimaksud dengan pestisida dan apa saja jenis beserta

fungsi dari pestisida tersebut ?

Ada banyak penggolongan/jenis-jenis pestisida yang beredar di

pasaran dan senantiasa digunakan baik yang ditujukan kepada

hewan,tumbuhan maupun jazad renik, yang mengendalikan jenis

serangga maupun hewan yang berpotensi sebagai organisme

pengganggu tananam (OPT) adalah insektisida, rodentisida, molusisida,

avisida, dan mitisida. Sedangkan yang mengendalikan jazad renik

antara lain bakterisida, fungisida, algisida. Selain dari pada itu terdapat

senyawa kimia yang sifatnya hanya sebagai pengusir serangga (insect

repellent), dan sebaliknya ada pula yang justru menarik serangga untuk

datang (insect attractant) serta ada yang dapat memandulkan serangga

(Tabel 1) (Watterson, 1988).

Menurut Kementerian Pertanian Indonesia (2011), berdasarkan

sasarannya, pestisida dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

No

.

Jenis Pestisida Fungsi

1. Akarisida Pestisida yang digunakan untuk membunuh

hewan golongan acarina, seperti tungau atau

kutu.

2. Algasida Pestisida yang digunakan untuk membasmi

ganggang/algae.

3. Alvisida Pestida yang berfungsi untuk membunuh dan

menolak kehadiran burung.

4. Bakterisida Pestisida yang bersifat toksik dan mebunuh

bakteri.

5. Fungisida Pestisida yang berfungsi memberantas jamur.

6. Herbisida Pestisida yang berfungsi membunuh tanaman

liar dan pengganggu/gulma.

6

Page 7: Document3

7. Insektisida Pestisida yang berfungsi membunuh serangga

(hewan dari kelas insekta).

8. Molluskusida Pestisida yang umum digunakan untuk

membasmi siput.

9. Nematisida Pestisida yang digunakan untuk membunuh

helminth (cacing) dari golongan Nermatoda.

10. Ovisida Pestisida yang digunakan untuk merusak sel

telur hewan/ovum.

11. Pedukulisida Pestisida yang digunakan untuk membasmi

kutu atau tuma.

12. Piscisida Pestisida yang digunakan untuk membunuh

dan menekan populasi ikan.

13. Rodentisida Pestisida yang digunakan untuk membunuh

tikus atau hewan pengerat.

14. Termisida Pestisida yang digunakan untuk membunuh

serangga-serangga penglubang kayu, seperti

rayap.

2. Bagaimana gejala

orang yang terkena

keracunan pestisida

?

Gejala klinis

keracunan pestisida:

a. Mata; pupil mengecil

dan penglihatan kabur.

7

Page 8: Document3

b. Pengeluaran cairan tubuh; pengeluaran keringat meningkat, lakrimasi,

salivasi, dan juga sekresi bronchial.

c. Saluran cerna; mual, muntah, diare, dan sakit perut

d. Saluran napas; batuk, bersin, dispnea, dan dada sesak

e. Kardiovaskuler; bradikardia, dan hipotensi

f. Sistem saraf pusat; sakit kepala, bingung, berbicara tidak jelas, ataksia,

demam, konvulsi dan koma.

g. Otot-otot; lemah, fascikulasi,dan kram

h. Komplikasi yang dapat terjadi, antara lain edema paru, pernapasan

berhenti, blokade atrioventrikuler, dan konvulsi.

Efek Gejala

1. Muskarinik - Salivasi

- Kejang perut

- Nausea dan vomitus

- Bradicardia

- Miosis

- Berkeringat

2. Nikotinik - Pegal-pegal, lemah

- Tremor

- Paralysis

- Dyspnea

- Tachicardia

3. Sistem saraf pusat - Bingung, gelisah, insomnia, neurosis

- Sakit kepala

- Emosi tidak stabil

- Bicara terbata-bata

- Convulsi

- Depresi respirasi dan gangguan jantung

- Koma

(Sartono, 2001)

8

Page 9: Document3

3. Bagaimanakah mekanisme masuknya pestisida ke dalam tubuh ?

Jalur masuk pestisida kedalam tubuh tergantung pada jenis bahan sediaan

pestisidanya yaitu cair, pekat, berbentuk gas, atau padat. Menurut Kementerian

Pertanian (2011), jalur paparan pestisida ke dalam tubuh manusia dan hewan

terjadi melalui :

a. Dermal Contamination

Pestsida yang berupa cairan melakukan kontak dengan kulit lalu diabsorbsi

oleh kulit

b. Inhalasi

Pestisida yang berupa gas atau droplet masuk terhirup melalui hidung ke

saluran pernafasan dalam

c. Ingesti/oral

Pestisida masuk melalui mulut lalu ke area tractus gastrointestinal

(Kementerian Pertanian Indonesia, 2011).

Gejala dan mekanisme terjadinya keracunan pada masing-masing pestisida

adalah sebagai berikut:

a. Golonganorganoklorin (OC)

Pestisida golongan ini dapat merangsang system saraf dan dapat

menyebabkan parastesia, peka terhadap perangsangan, iritabilitas,

terganggunya keseimbangan, tremor, dankejang-kejang. (Lu, 2010).

b. Golongan organofosfat (OP) dan karbamat

Pestisida golongan ini merupakan inhibitor dari asetilkolinesterase

(AChE). Apabila AChE dihambat, maka yang terjadi adalah

penumpukan ACh di dalam tubuh yang dapat terjadi di beberapa

tempat dan menimbulkan gejala yang berbeda, diantaranya:

- Penumpukkan Ach pada sistem saraf pusat

Dapat menginduksi tremor, inkoordinasi, kejang-kejang, dan

lain-lain.

- Penumpukkan Ach pada system saraf otonom

9

Page 10: Document3

Mengakibatkan diare, urinasi tanpa sadar, broncokonstriksi,

miosis, dan lain-lain.

- Penumpukkan Ach pada neuromuscular junction

Menyebabkan kontraksi otot yang diikuti dengan kelemahan,

hilangnya refleks, dan paralisis. (Lu, 2010)

c. Golongan Bipiridum

Paparannya dapat masuk melalui inhalasi, oral, atau kontak

dengan kulit, pestisida ini akan berkerja menyerang lapisan jaringan

epitel pada kulit dan juga mengiritasi mukosa saluran pernafasan dan

saluran pencernaan (Kementerian Pertanian Indonesia, 2011).

d. Golongan Antikoagulan

Pestisida golongan ini dapat masuk kedalam tubuh melalui

saluran nafas, oral, dan absorbsi dari kulit. Kerja pestisida golongan

ini akan merusak system pembekuan darah dan melukai pembuluh

darah. Pembuluh darah yang pembekuaannya terhambat akan

membuat darah mudah merembes keluar dari pembuluh darah dan

dapat menyebabkan perdarahan pada organ dalam (Kementerian

Pertanian Indonesia, 2011).

4. Bagaimanakah pertolongan pertama yang bisa dilakukan saat

pasien terkena keracunan pestisida ?

Tips tradisional: Untuk menolong korban keracunan pestisida

dapat diberikan / diminumkan air kelapa hijau. Ingat, kelapa yang kulit

luarnya berwarna hijau yang jelas berbeda dengan warna kulit kelapa

gading atau jenis kelapa lainnya. Jangan lupa untuk mencampur air kelapa

hijau tersebut dengan garam dapur secukupnya. Sebelum diminumkan,

usahakan agar korban bisa muntah terlebih dahulu, agar cairan pestisida

yang tertelan dapat dikeluarkan dari lambung.

10

Page 11: Document3

Pertolongan pertama (First aid) sangat tergantung pada cara racun masuk

ke dalam tubuh penderita

a. Racun yang tertelan

Segera baringkan penderita pada tempat datar

Usahakan secepatnya memuntahkan racun dengan cara :

Merangsang faring dengan ujung telunjuk, pangkal sendok

Memberi minum 15 – 30 ml sirop Ipecac diikuti ½ gelas air minum

diulang setelah 15 menit

Berikan Norit sebanyak 25 – 40 gram.

b. Apabila gejala keracunan mulai timbul betapa pun ringannya gejala

tersebut, segeralah berhenti bekerja dan pergilah ke dokter atau klinik

terdekat untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut. Hal tersebut harus

segera dilakukan karena sewaktu-waktu keadaan dapat berkembang

menjadi gawat. Supaya tindakan pertolongan selanjutnya dapat dilakukan

dengan cepat dan tepat, dokter harus diberitahu nama pestisida yang

menyebabkan keracunan. Untuk ini sebaiknya bawalah label pestisida

tersebut untuk ditunjukkan kepada dokter.

c. Dalam hal kulit atau rambut dan pakaian terkena pestisida, cucilah segera

kulit dan rambut yang terkena dengan sabun dan air yang banyak dan

lepaskan pakaian untuk diganti dengan yang bersih.

d. Apabila pestisida mengenai mata, cucilah segera mata dengan air bersih

yang banyak selama 15 menit atau lebih terus menerus. Kemudian ditutup

dengan kapas seteril yang dilengketkan dengan kain pembalut.

e. Apabila debu, bubuk, uap, gas atau buti-butir semprotan terhisap melalui

pernafasan, bawalah penderita ke tempat terbuka yang berudara segar,

longgarkan pakaiannya yang ketat dan baringkan dengan dagunya agak

terangkat ke atas supaya dapat bernafas dengan bebas. Jaga supaya

11

Page 12: Document3

penderita dalam keadaan tenang dan tidak kedinginan (apabila perlu

selimutilah penderita tetapi jangan sampai terlalu kepanasan). Sementara

menunggu pertolongan dokter, awasilah terus keadaan penderita.

f. Apabila pestisida tertelan dan penderita dalam keadaan sadar, usahakan

supaya penderita muntah dengan cara mencolek bagian belakang

tenggorokan dengan jari tangan atau alat lain yang bersih dan/atau dengan

memberi minum larutan garam sebanyak satu sendok makan dalam

segelas air hangat. Ulangi proses pemuntahan sampai yang dimuntahkan

berupa cairan yang jernih. Pada waktu penderita mulai muntah, usahakan

mukanya menghadap ke bawah dan kepalanya agak direndahkan supaya

muntahan tidak masuk dalam paru-paru. Selanjutnya harus dijaga jangan

sampai muntahan menghalangi pernafasan. Usaha pemuntahan tidak dapat

dilakukan apabila penderita dalam keadaan kejang atau tidak sadar,

penderita telah menelan bahan yang mengandung minyak bumi dan

penderita telah menelan bahan alkalis atau asam kuat yang korosif (secara

kimiawi merusak jaringan hidup)dengan gejala rasa terbakar atau nyeri

sekali pada mulut dan kerongkongan.

g. Apabila bahan korosif tertelan dan penderita dalam keadaan sadar, berilah

penderita minum susu atau putih telur dalam air, atau hanya air saja dalam

kondisi dimana susu atau telur tidak tersedia. Susu atau minyak tidak

boleh diberikan kepada penderita keracunan pestsida hirokarbon berklor.

h. Apabila penderita tidak sadar, usahakan supaya saluran pernafasan tidak

tersumbat. Bersihkan hidung dari lendir atau muntahan dan bersihnya

mulut dari air liur, lendir, sisa makanan dan sebagainya. Jangan

memberikan sesuatu melalui mulut kepada penderita yang tidak sadar.

i. Apabila pernafasan penderita berhenti, usahakanlah pernafasan buatan.

Bersihkan lebih dulu mulut dari air liur, lendir, sisa makanan dan

sebagainya.

12

Page 13: Document3

j. Apabila penderita kejang, usahakanlah kekejangan tersebut tidak

mengakibatkan cidera. Longgarkan pakaian disekitar leher, taruh bantal di

bawah kepala dan berilah ganjal antara gigi untuk mencegah supaya bibir

atau lidah tidak tergigit.

k. Penanggulangan keracunan setalah dilakukan pertolongan pertama

selanjutnya diambil tindakan sebagai berikut

untuk golongan pestisida klor organik, dilakukan tindakan

mencuci lambung dengan memberi garam isotoris larutan natrium

bikarbonat 5%. Untuk mengurangi absorbsi dapat diberikan 30

gram norit yang disuspensikan dalam air;

untuk golongan fosfat organik, diberikan antodote Atropin sulfat

intra vena atau intra muskuler, bila mungkin dilakukan

penyuntikan intra vena. Dosis dewasa dan anak-anak lebih dari 12

tahun 0,4-2,0 mg dan untuk anak-anak 0,05 mg/kg berat badan.

Dosis diulangi tiap 15-30 menit sampai kelihatan gejala

atropinasi/gejala keracunan ringan dari atropin seperti muka

merah, frekuensi detak jantung meningkat (140/menit) dan pupil

melebar. Pralidoxim diberi-kan setalah atropin, bila diberikan

sebelum 36 jam setalah keracunan akan dapat menanggulangi efek

dari pestisida fosfat organik ini. Dosis dewasa 1 gr/kg berat badan

dan anak-anak 20-50 gr/kg berat badan dengan kecepatan tidak

lebih dari setengah dosis total tiap menit. Ulangi lagi setelah 1 jam

bila kelemahan/ kelumpuhan otot belum tertanggulangi;

untuk golongan karbamat, penaggulangan-nya sama dengan

pestisida golongan fosfat organik, tapi disini tidak digunakan

pralidoxim;

untuk golongan senyawa dipiridil tindakannya adalah untuk

mengurangi absorbsi dari saluran pencernaan, diberikan absorben

Fuller”s Earth 30% suspensi dalam air;

13

Page 14: Document3

untuk golongan antikoagulan dilakukan pemberian antidote

fitonadion, yakni dosis dewasa dan anak-anak lebih dari 12 tahun

25 mgr intra muskuler dan anak-anak di bawah 12 tahun 0,6

mgr/kg berat badan;

untuk golongan arsen dilakukan pemberian antidote Dimerkaprol

(B.A.L), Dimerkaptopropanol.

l. Untuk penanggulangan selanjutnya, dilakukan pendataan mencakup

tempat kejadian, tanggal, nama korban, umur, jenis kelamin, keracunan

melalui apa (mulut, pernafasan, kulit), sampel pestisida, muntahan atau

sisa makanan (dalam hal penderita tidak diketahui, dapat disebutkan

pestisida-pestisda apa yang biasa digunakan di tempat tersebut, dan jenis-

jenis pertolongan yang telah diberikan kepada penderita (Anonim, 1984).

5. Apa saja cara pencegahan paparan pestisida?

Cara-cara pencegahan keracunan pestisida yang mungkin terjadi

pada pekerja pekerja pertanian, perkebunan, dan kehutanan sebagai berikut

:

a. Penyimpanan pestisida :

Pestisida harus disimpan dalam wadah wadah yang diberi tanda,

sebaiknya tertutup dan dalam lemari terkunci.

Campuran pestisida dengan tepung atau makanan tidak boleh

disimpan dekat makanan. Campuran yang rasanya manis biasanya

paling berbahaya. Tanda-tanda harus jelas juga untuk mereka yang

buta huruf.

Tempat-tempat bekas menyimpan yang telah tidak dipakai lagi

harus dibakar agar sisa pestisida musnah sama sekali.

b. Pemakaian alat-alat pelindung :

Pakailah masker dan adakanlah ventilasi keluar setempat selama

melakukan pencampuran kering bahan-bahan beracun.

14

Page 15: Document3

Pakailah pakaian pelindung, kacamata, dan sarung tangan terbuat

dari neopren, jika pekerjaan dimaksudkan untuk mencampur bahan

tersebut dengan minyak atau pelarut-pelarut organis.

Pakaian pelindung harus dibuka dan kulit dicuci sempurna sebelum

makan.

Pakaialah respirator, kacamata, baju pelindung, dan sarung tangan

selama menyiapkan dan menggunakan semprotan, kabut, atau

aerosol, jika kulit atau paru-paru mungkin kontak dengan bahan

tersebut.

d. Cara-cara pencegahan lainnya :

Selalu menyemprot ke arah yang tidak memungkinkan angin

membawa bahan, sehingga terhirup atau mengenai kulit tenaga

kerja yang bersangkutan.

Hindarkan waktu kerja lebih dari 8 jam sehari bekerja di tempat

tertutup dengan penguap termis, juga alat demikian tidak boleh

digunakan di tempat kediaman penduduk atau di tempat

pengolahan bahan makanan.

Janganlah disemprot tempat-tempat yang sebagian tubuh

manusia akan bersentuhan dengannya (Lubis, 2002).

6. Siapa yang berisiko terkena racun pestisida ?

Menurut Djojosumanto dalam bukunya yang berjudul Pestisida dan

Aplikasinya, orang-orang yang beresiko keracunan pestisida antara lain:

a. Petani dan keluarganya . Terlebih anak-anak sangatlah rentan akan

keracunan pestisida. Hal ini dikarenakan anak-anak memiliki sistem

imunitas yang masih rentan sehingga lebih rawan terkena paparan

racun pestisida. Sementara petani beresiko karena dalam pekerjaannya

mereka melakukan kontak langsung dengan pestisida pada saat

pencampuran dan penyemprotan sehingga rawan terkena paparan

melalui inhalasi atau jalur dermal.

15

Page 16: Document3

b. Pekerja di pabrik pestisida baik peracik maupun distributor. Terutama

untuk peracik yang melakukan kontak langsung untuk meramu

pestisida.

c. Konsumen hasil pertanian yang terkena paparan kronik pestisida

d. Tukang cor. Karena dalam bekerja ternyata mereka menggunakan jenis

insektisida untuk menghilangkan semut

e. Tukang cat . Karena ternyata tukang cat menggunakan golongan

fungisida yang digunakan untuk menghilangkan jamur tembok.

7. Darimana saja sumber pencemaran pestisida ?

Pabrik

Asap pabrik

Gudang penyimpanan

Toko pestisida

Rumah tangga

Tanah

Sungai

Sayur (Watterson, 1988).

8. Bagaimanakah efek jangka panjang terpapar langsung atau tidak

langsung ?

Secara garis besar, keracunan pestisida dibagi menjadi dua

1. Keracunan akut

2. Keracunan kronis

Keracunan akut

Keracunan akut adalah efek keracunan pestisida yang dirasakan akibat

paparan langsung pestisida pada saat itu juga.

16

Page 17: Document3

Keracunan kronis

Keracunan kronis adalah keracunan dimana efeknya membutuhkan waktu

untuk muncul atau berkembang. Efek-efek keracunan ini baru muncul

setelah berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Gejala-gejala yang dapat timbul dari keracunan kronis antara lain

Muka pucat

Luka tidak sembuh-sembuh

Masalah jantung

Kemandulan

Masalah liver/hati

Kehilangan kesadaran

Sementara, untuk efek keracunan sendiri dibagi menjadi dua

Efek akut lokal

Efek akut lokal terjadi bila efeknya hanya mempengaruhi bagian tubuh

yang terkena kontak langsung dengan pestisida. Efek akut lokal biasanya

berupa iritasi, seperti rasa kering, kemerahan dan gatal gatal di mata, hidung,

tenggorokan dan kulit; mata berair dan batuk.Atau berupa masalah-masalah

kulit, seperti kemerahan, gatal-gatal, kudis, melepuh dan kulit kehilangan

warna. Gejala yang umum dari keracunan pestisida adalah bila kuku-kuku jari

berubah warna menjadi hitam atau biru. Pada kasus- kasus yang lebih serius

kuku-kuku jari akan lepas.

Efek sistemik

Efek sistemik muncul bila pestisida masuk kedalam tubuh manusia dan

mempengaruhi seluruh sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida ke

seluruh bagian dari tubuh dan mempengaruhi mata, jantung, paru-paru, perut,

hati, lambung, otot, usus, otak dan syaraf. Gejala-gejala keracunan dan berapa

17

Page 18: Document3

cepat bekerjanya tergantung pada jenis bahan kimia, waktu dan kadar racun

dalam pestisida tersebut.

18