324-316-1-pb

9
Analisis Komparatif Pengelolaan Keuangan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) di Kota Padang (Studi Kasus pada 4 SMAN dan 4 SMKN) Zahara Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Padang Ulfi Maryati Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Padang Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengelolaan keuangan sekolah pada Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) di Kota Padang. SMAN yang dijadikan tempat penelitian adalah SMAN 1, SMAN 9, SMAN 10 dan SMAN 14. Sedangkan SMKN yang dijadikan tempat penelitian adalah SMKN 1, SMKN 3, SMKN 5 dan SMKN 6. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuisioner. Setiap sekolah dibagikan sebanyak 20 kuisioner dimana 10 kuisioner dibagikan kepada perwakilan stakeholders dan 10 kuisioner kepada perwakilan pihak sekolah. Pengukuran setiap aspek pengelolaan keuangan sekolah ini menggunakan skala linkert. Hasil penelitian ini menunjukkan secara rata-rata pengelolaan keuangan sekolah kelompok SMAN dan kelompok SMKN di Kota Padang memiliki nilai yang tidak jauh berbeda. Kelompok SMAN memiliki nilai rata-rata pengelolaan keuangan sekolah sebesar 2,84 yang masuk kedalam kriteria baik, sedangkan kelompok SMKN memiliki nilai rata-rata 2,91 yang juga masuk kedalam kriteria baik. Perbedaan nilai rata-rata kedua kelompok sekolah ini hanya terpaut 0,07, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata pengelolaan keuangan sekolah kelompok SMAN sama baiknya dengan kelompok SMKN. Keyword : Pengelolaan Keuangan, Akuntabilitas, Transparansi, SMAN, SMKN 1. Pendahuluan Baik atau buruknya pengelolaan keuangan lembaga pendidikan akan mempengaruhi kualitas pelayanan pendidikan pada lembaga tersebut. Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat. Pengelolaan kepercayaan publik dalam bidang pendidikan sangat terkait dengan perlunya menciptakan proses dan manajemen yang menjamin bahwa sumber daya publik digunakan sebagaimana mestinya. Proses dan manajemen tersebut memerlukan pengelolaan yang baik (good governance) terutama dibidang keuangan. Dengan terciptanya good governance, diharapkan terwujud efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) merupakan salah satu bentuk penyelenggara pendidikan sekolah tingkat menengah di Indonesia. Aturan mengenai pelaporan keuangan sekolah menegaskan keharusan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan sekolah, serta pertanggungjawaban atas pengelolaan dana pendidikan baik kepada pemerintah (akuntabilitas vertikal)

Upload: fajar-maulana

Post on 22-Oct-2015

49 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 324-316-1-PB

Analisis Komparatif Pengelolaan Keuangan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan Sekolah Menengah

Kejuruan Negeri (SMKN) di Kota Padang (Studi Kasus pada 4 SMAN dan 4 SMKN)

Zahara

Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Padang

Ulfi Maryati Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Padang

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengelolaan keuangan sekolah pada Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) di Kota Padang. SMAN yang dijadikan tempat penelitian adalah SMAN 1, SMAN 9, SMAN 10 dan SMAN 14. Sedangkan SMKN yang dijadikan tempat penelitian adalah SMKN 1, SMKN 3, SMKN 5 dan SMKN 6.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuisioner. Setiap sekolah dibagikan sebanyak 20 kuisioner dimana 10 kuisioner dibagikan kepada perwakilan stakeholders dan 10 kuisioner kepada perwakilan pihak sekolah. Pengukuran setiap aspek pengelolaan keuangan sekolah ini menggunakan skala linkert.

Hasil penelitian ini menunjukkan secara rata-rata pengelolaan keuangan sekolah kelompok SMAN dan kelompok SMKN di Kota Padang memiliki nilai yang tidak jauh berbeda. Kelompok SMAN memiliki nilai rata-rata pengelolaan keuangan sekolah sebesar 2,84 yang masuk kedalam kriteria baik, sedangkan kelompok SMKN memiliki nilai rata-rata 2,91 yang juga masuk kedalam kriteria baik. Perbedaan nilai rata-rata kedua kelompok sekolah ini hanya terpaut 0,07, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata pengelolaan keuangan sekolah kelompok SMAN sama baiknya dengan kelompok SMKN.

Keyword : Pengelolaan Keuangan, Akuntabilitas, Transparansi, SMAN, SMKN

1. Pendahuluan

Baik atau buruknya pengelolaan keuangan lembaga pendidikan akan mempengaruhi kualitas pelayanan pendidikan pada lembaga tersebut. Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat. Pengelolaan kepercayaan publik dalam bidang pendidikan sangat terkait dengan perlunya menciptakan proses dan manajemen yang menjamin bahwa sumber daya publik digunakan sebagaimana mestinya. Proses dan manajemen tersebut memerlukan pengelolaan yang baik (good

governance) terutama dibidang keuangan. Dengan terciptanya good governance, diharapkan terwujud efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) merupakan salah satu bentuk penyelenggara pendidikan sekolah tingkat menengah di Indonesia. Aturan mengenai pelaporan keuangan sekolah menegaskan keharusan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan sekolah, serta pertanggungjawaban atas pengelolaan dana pendidikan baik kepada pemerintah (akuntabilitas vertikal)

Page 2: 324-316-1-PB

Analisis Komparatif Pengelolaan Keuangan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) di Kota Padang (Studi Kasus pada 4 SMAN dan 4 SMKN)

maupun kepada masyarakat (akuntabilitas horizontal).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuai dan menganalisis Pengelolaan Keuangan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) di Kota Padang (Studi Kasus pada 4 SMAN dan 4 SMKN) dan komparasi kedua kelompok sekolah tersebut. Hasil penelitian ini akan memberikan gambaran tentang pengelolaan keuangan masing-masing sekolah pada kedua kelompok sekolah dan komparasinya. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi terhadap pengelolaan keuangan sekolah bagi semua pihak yang terkait, baik pihak sekolah selaku pengelola langsung keuangan, siswa dan komite sekolah sebagai stake holders, maupun Dinas Pendidikan Sekolah Menengah Pertama dan Atas selaku regulator. 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengelolaan Keuangan Sekolah

Sekolah yang berstatus negeri merupakan salah satu lembaga sektor publik yang dalam kegiatannya harus menerapkan tata kelola yang baik (good governance) dalam setiap aktivitasnya. Akuntabilitas dan transparansi merupakan dua pilar utama dalam kegiatan pengelolaan yang baik (good governance) terutama dalam bidang keuangan. Akuntabilitas dan transparansi seperti dua sisi mata uang yang saling terkait sehingga sering dibahas secara bersama.

79 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 6 No.1 Juni 2011 ISSN 1858-3687 hal 78-86

Halim (2002) menyatakan adanya akuntabilitas keuangan merupakan pertanggungjawaban mengenai integritas keuangan, pengungkapan dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Premchand (1999) dalam Halim (2002) menyatakan bahwa instrument utama akuntabilitas finansial adalah anggaran pemerintah, data keuangan publik yang dipublikasikan

secara periodik, laporan-laporan tahunan, dan laporan-laporan pemeriksaan dan laporan lainnya yang disusun oleh badan-badan independen. Mardiasmo (2003) mendefinisikan akuntabilitas publik sebagai kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan , melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas dapat dibagi menjadi akuntabilitas vertikal dan horizontal lebih dimaksudkan untuk menegaskan pihak pemberi amanah (principal) sebagai pihak yang memilki hak dan otoritas untuk meminta pertanggungjawaban. Akuntabilitas vertikal (vertical accountability) adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, sedangkan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability) adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas. Parwita (2008) merangkum beberapa pendapat tentang akuntabilitas yaitu : akuntabilitas timbul karena adanya hak dan otoritas pemberi amanah untuk menuntut pertanggungjawaban dari pemegang amanah. Akuntabilitas mengandung hubungan otoritas sehingga mengandung hubungan ketidaksetaraan di antara dua pihak yang merupakan aspek hubungan otoritas. Sedangkan dalam literatur administrasi publik akuntabilitas sering dibedakan menjadi akuntabilitas finansial, politis dan legal, serta kemudian ditambahkan akuntabilitas efisiensi dan efektivitas (Jackson, 1982). Model tradisional akuntabilitas yang membedakan akuntabilitas menjadi akuntabilitas finasial, politis, dan legal dimaksudkan untuk memastikan bahwa departemn-departemen (pemerintah) bekerja dalam kekuasaan khusus (yang diberikan kepada mereka) serta berada

Page 3: 324-316-1-PB

Analisis Komparatif Pengelolaan Keuangan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) di Kota Padang (Studi Kasus pada 4 SMAN dan 4 SMKN)

dalam kerangka hukum yang lebih luas. Akuntabilitas tradisional ini dikaitkan dengan ketaatan financial bahwa setiap departemen membelanjakan alokasi sumber dayanya sesuai dengan yang ditetapkan dan memastikan bahwa setiap departemen menyajikan laporan pertanggungjawaban keuangan yang setiap diaudit. Akuntabilitas efisiensi dan efektivitas berupaya mengevaluasi seperangkat aktivitas yang diselenggarakan pada sektor publik berkaitan dengan “value for money”. Sedangkan transparansi merupakan sisi lain dari mata uang yang sama dengan akuntabilitas. Transparansi didasarkan pada adanya kebebasan memperoleh informasi. Baik akuntabilitas dan transparansi keduanya merupakan karakteristik good governance (UNDP, 2004). Dalam pelaksanaan pelayanan publik, informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan. Transparansi mencakup semua cara yang memfasilitasi para pemangku kepentingan memperoleh akses informasi dan memudahkan pemahaman mereka dalam mekanisme pengambilan keputusan. Transparansi sektor publik dimulai dengan aplikasi yang jelas atas standard dan akses informasi. Sektor publik dengan demikian harus memiliki kejelasan mengenai instrumen-instrumen yang disediakan bagi publik untuk memperoleh akses informasi. 2.2. Peraturan-Peraturan yang

Berakaitan dengan Pengelolaan Keuangan Sekolah dan Komite Sekolah

Beberapa peraturan yang terkait dengan pengelolaan keuangan sekolah dan komite sekolah dirangkumkan dari Parwita (2008) sebagai berikut : Ketentuan yang mengatur pengelolaan pendanaan pendidikan serta peran serta masyarakat secara umum diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Pasal 46 ayat 1 Undang-

Undang Sisdiknas menyatakan bahwa pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Selanjutnya dalam pasal 47 ayat 2 dinyatakan bahwa pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber yang ada sesuai dengan perundangan-undangan yang berlaku. Peran serta masyarakat, Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari penyelenggara, masyarakat,pemerintah, pemerintah daerah (pasal 55 ayat 3). Peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan mutu pelayanan pendidikan dilaksanakan melalui dewan pendidikan dan komite sekolah /madrasah (pasal 56 ayat 1). Ketentuan lebih lanjut mengenai dewan pendidikan dan komite sekolah diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.

3. METODE PENELITIAN

3.1. Aspek Penelitian

Sebelum melakukan analisis komparatif dari kedua kelompok sekolah yang dijadikan tempat penelitian, terlebih dahulu akan dilakukan analisis tingkat pengelolaan keuangan sekolah untuk masing-masing kelompok sekolah. Dalam melakukan analisis terhadap tingkat pengelolaan keuangan sekolah ini, penelitian difokuskan kepada 5 aspek utama yaitu : (1) Pengukuran Akuntabilitas merupakan pengukuran untuk tingkat akuntabilitas pelaporan keuangan sekolah terutama terkait Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS); (2) Pengukuran Transparansi merupakan pengukuran untuk tingkat transparansi pelaporan keuangan sekolah terutama terkait RAPBS; (3) Peran Sekolah dan Komite Sekolah dalam Menciptakan Akuntabilitas dan Tranparansi dalam pengelolaan keuangan sekolah terutama terkait RAPBS; (4) Penyajian

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 6 No.1 Juni 2011 ISSN 1858-3687 hal 78-86 80

Page 4: 324-316-1-PB

Analisis Komparatif Pengelolaan Keuangan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) di Kota Padang (Studi Kasus pada 4 SMAN dan 4 SMKN)

dan Penggunaan Informasi dalam pengelolaan keuangan sekolah terutama Laporan Pertanggungjawaban RAPBS; (5) Sarana dan Proses Pembukuan dalam pengelolaan keuangan sekolah terutama terkait Penyusunan Laporan RAPBS. 3.2. Pengukuran dan Analisis

Data Penelitian Setiap aspek penelitian diatas akan diuraikan menjadi butir-butir pertanyaan dalam kuisioner. Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada kuisioner penelitian Parwita (2008). Reliabilitas dan validitas kuisioner akan diuji dengan teknik Pilot Testing. Dalam setiap kuisioner alternatif jawaban setiap pertanyaan akan diukur dengan skala Likert yaitu : (1) jawaban a, (2) jawaban b, (3) jawaban c, (4) jawaban d, dan tidak ada nilai (0) untuk jawaban e. Pengolahan data akan digunakan bantuan program Microsoft Excell untuk menghitung nilai mean (rata-rata) dari setiap butir pertanyaan dan masing-masing aspek penelitian. Analisis dilakukan secara bertingkat mulai dari pengelolaan masing-masing sekolah samapi kepada analisis komparatif kedua kelompok sekolah. Pada tahap ini analisis data dilakukan berdasarkan hasil nilai rata-rata dari masing-masing kelompok sekolah untuk setiap aspek penelitian. Karena alternatif jawaban setiap pertanyaan dinilai dengan skor 0 – 4, maka rentang penilaian hasil kuisioner dihitung dengan rumus sebagai berikut : Rentang nilai hasil kuisioner = nilai terendah + nilai tertinggi

Jumlah alternatif jawaban

= 0 + 4 = 0,8 5

81 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 6 No.1 Juni 2011 ISSN 1858-3687 hal 78-86

Sehingga kriteria penilaian hasil kuisioner untuk masing-masing rentang penilaian adalah sebagai berikut :

4. HASIL PENELITIAN

Pada penelitian ini sekolah yang menjadi tempat penelitian dikelompokkan atas 2 kelompok yaitu kelompok Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan kelompok Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN). Dimana masing-masing kelompok dipilih 4 sekolah sebagai tempat penelitian. Untuk kelompok SMAN terpilih 4 sekolah yaitu SMAN 1, SMAN 9, SMAN 10, dan SMAN 14. Sedangkan untuk kelompok SMKN terpilih SMKN 1, SMKN 3, SMKN 5, dan SMKN 6. Pada masing-masing sekolah telah disebarkan kuisioner sebanyak 20 kuisioner yang dibagikan kepada kepala sekolah, bagian keuangan/bendaharawan sekolah, guru, komite sekolah dan siswa yang terpilih sebagai responden. 4.1. Analisa Pengelolaan

Keuangan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN)

Berdasarkan hasil rekapitulasi kuisioner dari masing-masing SMAN yang telah diolah, diperoleh nilai rata-rata pengelolaan keuangan sekolah untuk masing-masing sekolah dan rata-rata untuk ke 4 SMAN sebagai berikut :

Rentang Nilai Nilai rata-rata

Kriteria Penilaian Pengelolaan Keuangan

3,3 – 4 Sangat Baik 2,5 – 3,2 Baik 1,7 – 2,4 Cukup Baik 0,9 – 1,6 Kurang Baik 0 – 0,8 Tidak Baik

Page 5: 324-316-1-PB

Analisis Komparatif Pengelolaan Keuangan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) di Kota Padang (Studi Kasus pada 4 SMAN dan 4 SMKN)

Tabel 4.1 Nilai Rata-Rata

Pengelolaan Keuangan Sekolah dan Kriteria Penilaian untuk

Kelompok SMAN

SMAN 1SMAN 9 SMAN 10 SMAN 141 Akuntabilitas 3.33 2.12 2.08 2.94 2.62 Baik2 Transparansi 3.44 2.60 2.31 2.85 2.80 Baik3 Peranan Sekolah dan Komite Sekolah 3.44 2.76 2.51 2.78 2.87 Baik4 Penyajian dan penggunaan Informasi 3.32 2.35 2.41 3.03 2.78 Baik5 Sarana dan Proses Pembukuan 3.25 3.50 3.00 2.75 3.13 Baik

3.35 2.67 2.46 2.87 2.84 Baik

Kriteria Penilaian Rata2 4 SMAN

Total Rata-rata

Nilai Rata-rata SekolahAspek PengukuranNo

Rata-Rata 4 SMAN

Tabel 4.1 diatas menunjukkan nilai rata-rata pengelolaan keuangan sekolah untuk kelompok SMAN. Dari 5 aspek yang diukur dalam pengelolaan keuangan sekolah ini, nilai rata-rata dari ke 4 sekolah yang dijadikan tempat penelitian hampir sama untuk setiap aspeknya yaitu dalam rentang nilai 2,7 – 3,1 yang masuk dalam kriteria penilaian baik. Aspek akuntabilitas memiliki nilai rata-rata terendah dibanding aspek lainnya yaitu 2,62, sedangkan aspek sarana dan proses pembukuan dalam penyusunan laporan keuangan sekolah memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu 3,13. Secara keseluruhan pengelolaan keuangan sekolah pada kelompok SMAN dari ke 4 SMAN di kota Padang ini masuk dalam kriteria baik juga dengan nilai rata-rata total 2,84. Pengelolaan keuangan sekolah yang sudah baik ini masih perlu untuk terus ditingkatkan terutama terhadap aspek-aspek yang masih rendah nilainya seperti aspek akuntabilitas, transparansi, peranan sekolah dan komite sekolah serta penyajian dan penggunaan informasi keuangan sekolah. Sedangkan untuk aspek sarana dan proses pembukuan yang memiliki nilai diatas 3 harus dipertahankan dan perlu terus ditingkatkan. Sehingga untuk masa yang akan datang diharapkan tetap terjadi perbaikan yang terus menerus dalam pengelolaan pengelolaan keuangan sekolah pada SMAN di kota Padang ini. Dengan perbaikan yang berkelanjutan ini tidak mustahil pengelolaan keuangan

sekolah pada SMAN di kota Padang akan memperoleh nilai sangat baik. 4.2. Analisa Pengelolaan

Keuangan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN)

Berdasarkan hasil rekapitulasi kuisioner dari masing-masing SMKN yang telah diolah, diperoleh nilai rata-rata pengelolaan keuangan sekolah untuk masing-masing sekolah dan rata-rata untuk ke 4 SMKN sebagai berikut :

Tabel 4.2 Nilai Rata-Rata Pengelolaan Keuangan Sekolah

dan kreteria Penilaian untuk Kelompok SMKN

SMKN 1SMKN 3SMKN 5SMKN 61 Akuntabilitas 3.15 2.10 1.98 2.53 2.44 Cukup Baik2 Transparansi 3.41 2.96 2.65 2.77 2.95 Baik3 Peranan Sekolah dan Komite Sekolah 3.48 3.09 2.81 2.53 2.98 Baik4 Penyajian dan penggunaan Informasi 3.31 2.55 2.39 2.82 2.77 Baik5 Sarana dan Proses Pembukuan 3.00 3.75 3.50 3.50 3.44 Sangat Baik

3.27 2.89 2.67 2.83 2.91 BaikTotal Rata-rata

No Aspek PengukuranNilai Rata-rata Sekolah Rata-Rata

SMKNKriteria Penilaian Rata-Rata 4 SMKN

Tabel 4.2 menunjukkan nilai rata-rata pengelolaan keuangan sekolah untuk kelompok SMKN. Dari 5 aspek yang diukur dalam pengelolaan keuangan sekolah ini, nilai rata-rata dari ke 4 sekolah ini, 3 aspeknya memiliki nilai rata-rata diatas 2,5 yang masuk ke dalam kriteria baik. Ke 3 aspek tersebut adalah aspek transparansi, peranan sekolah dan komite sekolah serta penyajian dan penggunaan informasi laporan keuangan sekolah. Aspek sarana dan proses pembukuan dalam penyusunan laporan keuangan sekolah memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu 3,44 yang masuk kedalam kriteria sangat baik. Tetapi aspek akuntabilitas memiliki nilai rata-rata terendah dibanding aspek lainnya yaitu 2,44 yang hanya masuk kedalam kriteria cukup baik. Dari ke 4 SMKN yang diteliti SMKN 1 memiliki nilai tertinggi untuk aspek akuntabilitas ini yaitu 3,15 yang masuk kedalam kriteria baik bahkan mendekati sangat baik. SMKN 6 memiliki nilai rata-rata 2,53 untuk aspek akuntabilitas ini

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 6 No.1 Juni 2011 ISSN 1858-3687 hal 78-86 82

Page 6: 324-316-1-PB

Analisis Komparatif Pengelolaan Keuangan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) di Kota Padang (Studi Kasus pada 4 SMAN dan 4 SMKN)

yang walaupun masuk kriteria baik tetapi hanya sedikit diatas batas nilai terendah baik. Sedangkan untuk SMKN 3 dan SMKN 5 hanya memiliki nilai rata-rata 2,10 dan 1,98 untuk aspek akuntabilitas ini. Sehingga secara keseluruhan aspek akuntabilitas rata-rata ke 4 SMKN ini hanya 2,44 yang masuk kriteria cukup baik. Secara keseluruhan pengelolaan keuangan sekolah pada kelompok SMKN dari ke 4 SMKN di kota Padang ini memiliki nilai rata-rata total 2,91 yang masuk kedalam kriteria baik. Pengelolaan keuangan sekolah yang sudah baik ini masih perlu untuk terus ditingkatkan terutama terhadap aspek-aspek yang masih rendah nilainya seperti aspek akuntabilitas. Aspek transparansi, peranan sekolah dan komite sekolah serta penyajian dan penggunaan informasi keuangan sekolah yang telah memiliki nilai baik maupun aspek sarana dan proses pembukuan yang memiliki nilai sangat baik, diharapkan dapat dipertahankan dan perlu terus ditingkatkan. Sehingga untuk masa yang akan datang diharapkan tetap terjadi perbaikan yang terus menerus dalam pengelolaan pengelolaan keuangan sekolah pada SMKN di kota Padang ini. Dengan perbaikan yang berkelanjutan ini tidak mustahil pengelolaan keuangan sekolah pada SMKN di kota Padang akan memperoleh nilai sangat baik untuk setiap aspeknya. 4.3. Analisa Komparatif

Pengelolaan Keuangan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dengan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN)

83 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 6 No.1 Juni 2011 ISSN 1858-3687 hal 78-86

Pembahasan yang dilakukan pada sub bab 4.1 dan 4.2 diatas merupakan analisis pengelolaan keuangan sekolah untuk masing-masing sekolah dan kelompok sekolah secara rata-rata, baik untuk kelompok SMAN maupun kelompok SMKN. Selain analisis tersebut diatas dapat dilakukan juga

analisis komparatif untuk kedua kelompok sekolah tersebut. Perbandingan nilai rata-rata pengelolaan keuangan sekolah untuk masing-masing kelompok beserta kriterianya penilaiannya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.3 Perbandingan Nilai Rata-Rata

Pengelolaan Keuangan Sekolah Kelompok SMAN dan Kelompok SMKN

Nilai Rata-RataKriteria PenilaianNilai Rata-RataKriteria Penilaian1 Akuntabilitas 2.62 Baik 2.44 Cukup Baik2 Transparansi 2.80 Baik 2.95 Baik3 Peranan Sekolah dan Komite Sekolah 2.87 Baik 2.98 Baik4 Penyajian dan penggunaan Informasi 2.78 Baik 2.77 Baik5 Sarana dan Proses Pembukuan 3.13 Baik 3.44 Sangat Baik

2.84 Baik 2.91 Baik

No Aspek PengukuranRata-Rata 4 SMAN

Total Rata-rata

Rata-Rata 4 SMKN

Dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa secara rata-rata kedua kelompok sekolah SMAN dan SMKN di kota Padang memiliki nilai pengelolaan keuangan sekolah yang hampir sama. Untuk aspek akuntabilitas, walaupun kelompok SMAN masuk dalam kriteria baik, tetapi nilai rata-ratanya hanya 2,62 hanya sedikit diatas batas terendah kriteria baik yaitu 2,5. Pada kelompok SMKN hanya memnuhi kriteria cukup baik untuk aspek akuntabilitas ini, tetapi nilai rata-ratanya cukup tinggi yaitu 2,44 yang hampir mendekati batas terendah kriteria baik 2,5. Dari segi nilai rata-rata untuk aspek akuntabilitas ini kedua kelompok sekolah SMAN dan SMKN tidak begitu jauh berbeda. Kelompok SMAN memiliki nilai rata-rata 2,62 yang hanya terpaut 0,18 dari kelompok SMKN yang memiliki nilai rata-rata 2,44. Sehingga dapat disimpulkan pada dasarnya kemampuan kedua kelompok SMAN dan SMKN ini dalam pengelolaan keuangan sekolah untuk aspek akuntabilitas adalah hampir sama. Aspek transparansi, peranan sekolah dan komite sekolah serta penyajian dan penggunaan informasi laporan keuangan sekolah untuk kedua kelompok sekolah SMAN dan SMKN ini juga memiliki kriteria penilaian yang sama yaitu baik. Dari segi nilai rata-rata

Page 7: 324-316-1-PB

Analisis Komparatif Pengelolaan Keuangan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) di Kota Padang (Studi Kasus pada 4 SMAN dan 4 SMKN)

pun kedua kelompok sekolah ini memiliki nilai yang mendekati sama, dimana selisih nilai tertinggi antara kedua kelompok sekolah untuk ketiga aspek ini hanya 0,15. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk aspek tranparansi, peranan sekolah dan komite sekolah serta penyajian dan penggunaan informasi laporan keuangan sekolah untuk kedua kelompok sekolah SMAN dan SMKN adalah sama. Pada aspek sarana dan proses pembukuan dalam penyusunan RAPBS, kedua kelompok sekolah memiliki nilai yang cukup berbeda. Kelompok SMAN memiliki nilai rata-rata 3,13 yang masuk kedalam kriteria baik, sedangkan kelompok SMKN memiliki nilai rata-rata 3,44 yang masuk kedalam kriteria sangat baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk aspek sarana dan proses pembukuan dalam penyusunan RAPBS kelompok sekolah SMKN lebih baik dari pada kelompok sekolah SMAN. Secara keseluruhan nilai rata-rata pengelolaan keuangan sekolah kelompok SMAN dan kelompok SMKN memiliki nilai yang tidak jauh berbeda. Kelompok SMAN memiliki nilai rata-rata pengelolaan keuangan sekolah sebesar 2,84 yang masuk kedalam kriteria baik, sedangkan kelompok SMKN memiliki nilai rata-rata 2,91 yang juga masuk kedalam kriteria baik. Perbedaan nilai rata-rata kedua kelompok sekolah ini hanya terpaut 0,07, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata pengelolaan keuangan sekolah untuk kelompok SMAN adalah sama dengan kelompok SMKN yaitu baik.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum pengelolaan keuangan sekolah untuk kedua kelompok SMAN dan SMKN di Kota Padang sudah baik dan cukup akuntabel serta transparan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan sekolah menengah atas di Kota Padang lebih baik dan lebih akuntabel serta

transparan jika dibandingkan dengan pengelolaan keuangan sekolah menengah pertama di Banyumas yang masih belum akuntabel dan transparan berdasarkan hasil penelitian Parwita (2008).

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal utama berikut : (1) Secara rata-rata pengelolaan keuangan sekolah untuk kelompok SMAN di Kota Padang masuk ke dalam kriteria baik. (2) Pada kelompok SMKN di Kota Padang, secara rata-rata pengelolaan keuangan sekolah mereka juga masuk kedalam kriteria baik. (3) Secara rata-rata kedua kelompok SMAN dan SMKN memiliki kriteria pengelolaan keuangan yang sama yaitu baik. Tetapi beberapa aspek dalam pengelolaan keuangan ini ada yang masuk kriteria cukup baik sehingga perlu ditingkatkan dimasa yang akan datang. 5.2 Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini, semua data diperoleh hanya melalui kuisioner saja. Aspek aspek lain diluar pernyataan kuisioner yang mungkin dapat mempengaruhi pengelolaan keuangan sekolah tidak terefleksikan dalam penelitian ini seperti kebijakan sekolah dalam pengelolaan dana Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP), hubungan baik sekolah dengan alumni untuk mendapatkan dukungan dana dari alumni, bantuan dana hibah dari pihak yang tidak mengikat dan lain sebagainya. Disamping itu pengisian kuisioner oleh responden tidak didampingi oleh peneliti sehingga peluang untuk biasnya persepsi responden terhadap penyataan kuisioner dapat memberikan gambaran yang berbeda dengan kondisi yang sebenarnya. 5.3 Saran

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 6 No.1 Juni 2011 ISSN 1858-3687 hal 78-86 84

Page 8: 324-316-1-PB

Analisis Komparatif Pengelolaan Keuangan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) di Kota Padang (Studi Kasus pada 4 SMAN dan 4 SMKN)

85 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 6 No.1 Juni 2011 ISSN 1858-3687 hal 78-86

Untuk penelitian berikutnya yang sejenis disarankan untuk mengembangkan pernyataan kuisioner yang mencakup semua sumber dan penggunaan dana sekolah dengan lebih rinci. Disamping pendampingan responden dalam pengisian kuisioner untuk menghindari bias persepsi responden.

2

Pengumpulan data dalam penelitian berikutnya sebaiknya juga dilengkapi dengan wawancara mendalam terhadap pihak-pihak terkait untuk mengekplorasi lebih jauh kondisi pengelolaan kuangan sekolah yang sebenarnya. Sekolah yangpengelolaan keuangannya masih cukup baik, ataupun sekolah yang memiliki kriteria baik tetapi beberapa aspeknya masih ada yang bernilai cukup baik, diharapkan memberikan perhatian untuk perbaikan ke depan. Dengan adanya perbaikan

yang berkelanjutan oleh setiap sekolah dalam pengelolaan keuanggannya, akan sangat membantu terciptanya tata kelola yang baik (good governance) di lembaga pendidikan menengah atas di kota Padang.

Daftar Referensi

Halim, A. (2002). “Akuntansi dan Pengendalian, Akuntansi dan Pengendalian Keuangan Daerah”. Editor Abdul Halim. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Harjono, Y (2007). “Kepsek Bukan Lagi ‘Penguasa’ Tunggal”.www.kompas.com, 2 Oktober 2007

Jackson, P.M. (1982). “The Political Economy of Bureaucrazy”. Oxford : Philip Allan Publishers Limited.

Jogiyanto, H.M, Prof., Dr., M.B.A., Akt (2004). “Metodologi Penelitian Bisnis Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman”. Yogyakarta : BPFE UGM.

Komisi Standar Akuntansi Pemerintahan. (2005). Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Jakarta : Salemba Empat.

Mardiasmo, (2003). “Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah”. Yogyakarta : Penerbit Andi

Mulgan, R (1997). “The Processes of Public Accountability”. Australian Journal of Public Administration 56 (1) pp.25-36.

Parwita, Diyah Desi. (2008). “Evaluasi Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Keuangan Sekolah (Studi Kasus Pengelolaan Keuangan SMP Negeri di Kabupaten Bayumas”. Karya Akhir Program Studi Magister Akuntansi Universitas Indonesia, Jakarta.

Page 9: 324-316-1-PB

Analisis Komparatif Pengelolaan Keuangan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) di Kota Padang (Studi Kasus pada 4 SMAN dan 4 SMKN)

Purnomo, S.H., (2005). “Mandulnya

Komite Sekolah”. www.suaramerdeka.com, 22 Juli 2005

Santosa. (2005). “Partisipasi Pembiayaan dan Efisiensi Penyelenggaraan Pendidikan (Studi pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Bayumas”. Thesis Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Shciavo-Campo, S., and Tomasi, Daniel. (1999). “Managing Government Expenditure”. Asia Development Bank, Manila.

Sunaryanto, A. (2007). “Wajib Belajar Tak Sekedar Angka Partisipasi”. www.tempointeraktif.com, 8 Maret 2007.

Sutisna, A. (2004). ”Amburadulnya Laporan Keuangan Sekolah”. www.tempointeraktif.com, 28 Juli 2004.

United National Developtment Programme (UNDP), (2004). Anti-Corruption Practice Note.

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 6 No.1 Juni 2011 ISSN 1858-3687 hal 78-86 86