31112009 deagita puspitasari
DESCRIPTION
hhhhTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FARMASI ANALISIS I
PERCOBAAN I
ALKOHOL
Tanggal Praktikum : 5 September 2014
Deagita Puspitasari
31112009
Farmasi IIIA
PROGRAM STUDI SI FARMASI
STIKes BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2014
A. Pendahuluan
a. Judul Praktikum
Identifikasi Alkohol
b. Hari/Tanggal Praktikum
Jumat/5 September 2014
c. Tujuan Praktikum
Agar Praktikan dapat mengetahui dan mengidentifikasi sampel yang berupa alkohol
d. Dasar Teori
Alkohol adalah senyawa organik yang mengandung gugus fungsi hidroksi (-
OH). Alkohol bisa berasal dari alkana, alkena, maupun alkuna dengan adanya
pergantian gugus alkil dengan gugus hidroksi pada atom karbon jenuh. Rumus umum
alkohol adalah R-OH, dimana R adalah gugus alkil, alkenil, atau alkunal. Pada kasus
substitusi alkena dan alkuna hanya terjadi pada karbon jenuh (karbon yang tak
memiliki ikatan rangkap). Alkohol dapat dianggap sebagai molekul organik yang
analog dengan air. Kedua ikatan C-O dan H-O bersifat polar karena elektronegatifitas
pada oksigen. Sifat ikatan O-H yang sangat polar menghasilkan ikatan hidrogen
dengan alkohol lain atau dengan sistem ikatan hidrogen yang lain, misalnya alkohol
dengan air dan dengan amina. Jadi, alkohol memiliki titik didih yang cukup tinggi
disebabkan adanya ikatan hidrogen antar molekul. Alkohol lebih polar dibanding
hidrokarbon, dan alkohol merupakan pelarut yang baik untuk molekul-molekul polar.
a. Keasaman dan Kebasaan Alkohol
Keasaman dan kebasaan alkohol menyerupai air. Alokohol bersifat lebih asam
dibanding alkuna, amina primer, atau amina sekunder. Meskipun demikian, alkohol
bersifat asam yang lebih lemah dibanding HCl, H2SO4 dan bahkan dibanding asam
asetat. Alkohol akan mengalami disosiasi dalam air dan membentuk alkoksida (RO)
dan ion hidronium (H3O+)
R-O + H2O RO- + H-O-H
Ion alkoksida
H
Ion hidronium
Sebagaimana ion hidroksida ( OH ), ion alkoksida juga merupakan basa kuat
dan bersifat nukleofil. Halogen akan meningkatkan keasaman alkohol, akan tetapi
keasaman alkohol menurun dengan meningkatnya jumlah rantai alkil.
b. Penggolongan Alkohol
Berdasarkan letak gugus –OH pada posisi atom C, alkohol dapat dibedakan menjadi :
- Alkohol Primer
Jika gugus fungsi hidroksi terikat pada atom karbon yang hanya mengikat satu
atom karbon yang lain, maka senyawa tersebut dinamakan alkohol primer. Contoh
yang paling sederhana adalah etanol. Metanol bukan alkohol primer karena atom
karbon yang mengikat gugus -OH tidak mengikat karbon lain.
- Alkohol Sekunder
Jika gugus fungsi hidroksi terikat pada atom karbon yang mengikat dua atom
karbon yang lain, maka senyawa tersebut dinamakan alkohol sekunder. Contoh
alkohol sekunder adalah 2-propanol.
- Alkohol Tersier
Jika gugus fungsi hidroksi terikat pada atom karbon yang mengikat tiga atom
karbon yang lain, maka senyawa tersebut dinamakan alkoholtersier. Contoh senyawa
alkohol tersier adalah 2-metil-2-propanol.
Berdasarkan R-nya (strukturnya), alkohol dapat dibedakan menjadi :
- Alkohol alifatis
Alkohol alifatik merupakan cairan yang sifatnya sangat dipengaruhi oleh ikatan
hidrogen. Dengan bertambah panjangnya rantai, pengaruh gugus hidroksil yang polar
terhadap sifat molekul menurun. Sifat molekul yang seperti air berkurang, sebaliknya
sifatnya lebih seperti hidrokarbon. Akibatnya alkohol dengan bobot molekul rendah
cenderung larut dalam air, sedangkan alkohol berbobot molekul tinggi tidak demikian.
Alkohol mendidih pada temperatur yang cukup tinggi. Sebagai suatu kelompok
senyawa, fenol memiliki titik didih dan kelarutan yang sangat bervariasi, tergantung
pada sifat subtituen yang menempel pada cincin benzena (Petrucci, 1987)
- Alkohol aromatis
Jenuh, contoh : benzil alkohol
Tidak jenuh : sinamil alkohol
- Alkohol siklik
Monovalen, memiliki satu gugus (–OH) pada molekulnya
Polivalen, memiliki banyak gugus (–OH) pada molekulnya
Berdasarkan jumlah gugus hidroksi (-OH), alkohol dapat dibedakan menjadi :
- Alkohol Monovalen adalah alkohol yang hanya mempunyai satu gugus
fungsional (-OH)
- Alkohol Polivalen adalah alkohol yang mempunyai dua atau lebih gugus
fungsional (-OH)
B. Alat dan Bahan
a. Alat
- Tabung reaksi
- Gelas kimia
- Pipet
- Pembakar spirtus
- Penjepit
- Cawan krus
b. Bahan
- CuSO4 - KHSO4
- K2Cr2O7 - Kloroform
- H2SO4 - Etanol
- NaOH - KMnO4
- CH3COOH
- Resorsin
c. Sampel yang bisa berupa
- Gliseril guaiakolat
- Etanol
- Metanol
- Gliserin
- Sorbitol
- Mannitol
- Isopropil alkohol
- Isoamil alkohol
- Amil alkohol
- N-butil alkohol
- Kloralhidrat
- Setil alkohol
- Propilenglikol
C. Hasil Pengamatan
Prosedur Hasil Pengamatan Dugaan Kesimpulan
1Uji
Organoleptis
2GWujud Warna Kelarutan Alkohol
monovalenCairan Hijau Air : larut
4BCairan kental
BeningAir : larut Alkohol
polivalenP.O : tidak larut
2 Uji Golongana. Untuk
membedakan alkohol monovalen & polivalen menggunakan uji cuprifil
+ NaOH + 1 tts CuSO4
S(terbentuk kompleks Cu jernih)
(+) = polivalen(-) = monovalen
2GTerbentuk endapan biru, yang bila di kocok menjadi larutan biru keruh (-)
Alkohol monovalen
4BTerbentuk endapan biru,
yang bila dikocok menjadi larutan biru jernih (+)
Alkohol Polivalen
Uji Identifikasi
untuk alkohol
polivalen
b. Jika sampel (-) maka lakukan uji identifikasi untuk membedakan alkohol primer, sekunder dan tersier menggunakan
2G Setelah dipanaskan, sampel berubah warna dari oranye
menjadi hijau (+)
Alkohol monovalen atau alkohol
polivalen
Uji Identifikasi
Untuk alkohol
Primer dan Sekunder
uji Beckman
+ 1tts H2SO4 + K2Cr2O7
panaskan
(Terbentuk warna Hijau)
(+) = primer, sekunder
(-) = Tersier
3
Uji Identifikasi
Alkohol Polivalen
Uji Carletti
+ HAc + H2SO4 + + ResorsinS(+) Ungu Violet
4B Tidak ada perubahan (-)
Uji AcroleinSampel di uapkan hingga airnya menguap semua + KHSO4 padat panaskanS(+) asap putih
4BTerbentuk asap putih yang sangat banyak dan tercium
bau lemak terbakar (+)
Gliserol atau Propilengliko
l
Uji kelarutan di pelarut organik
+ Kloroform SLarut = PropilenglikolTidak larut = gliserol
4BTerbentuk dua lapisan yang
saling tidak larutGliserol
4
Uji Identifikasi Untuk Alkohol
primer dan Sekunder
Esterifikasi + H2SO4 + HAc panaskanS
2G Tidak terbentuk bau (-)Isopropil Alkohol
Reaksi Deniges + pereaksi deniges Panaskan S dinginkan + KMnO4
2G Warna KMnO4 hilangIsopropil Alkohol
D. Pembahasan
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengidentifikasi analit berupa
alkohol. Kedua sampel yang didapatkan berupa larutan. Sebelum memulai pengujian,
sebaiknya sampel dibagi 3 bagian, bagian pertama untuk uji organoleptik dan uji
golongan, bagian ke dua untuk uji identifikasi dan bagian ketiga sebagai cadangan.
Uji yang pertama kali dilakukan yaitu uji organoleptis. Pada uji organoleptis,
sampel dilihat warna dan bentuknya serta kelarutannya dalam air. Untuk sampel 2G,
bentuknya adalah cairan. Warnanya hijau. Serta larut dalam air dan etanol. Sedangkan
untuk sampel 4B memiliki bentuk yaitu cairan, warnanya bening serta larut dalam air
dan etanol tapi tidak larut dalam kloroform.
Lalu dilanjutkan pada uji golongan. Untuk mempermudah mengidentfikasi
analit alkohol, uji yang dilakukan yaitu menggunakan uji cuprifil. Uji cuprifil
digunakan untuk mengklasifikasikan alkohol menjadi alkohol monovalen dan alkohol
polivalen. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya kompleks Cu berwarna biru tua
jernih. Sampel yang memberikan hasil positif adalah sampel 4B. Karena sampel 4B
merupakan alkohol polivalen, maka dapat dilakukan uji identifikasi untuk alkohol
polivalen.
Karena sampel 2G merupakan alkohol monovalen, maka sampel ini masih
harus di uji golongan untuk mengklasifikasikannya menjadi alkohol primer, sekunder
dan tersier. Untuk mengklasifikasikannya menjadi alkohol pimer, sekunder ataupun
tersier dapat menggunakan uji Beckman berdasarkan oksidasi alkohol. Dapat pula
menggunakan uji Lukas berdasarkan kecepatan pembentukan senyawa alkil klorida
dan juga dapat menggunakan uji Deniges. Uji yang dipilih adalah uji Beckmen. Uji
Beckman yaitu berdasarkan oksidasi alkohol dalam suasana asam. Sampel
ditambahkan H2SO4 pekat. H2SO4 pekat bertujuan untuk memberikan suasana asam
sehingga harus ditambahkan terlebih dahulu. Setelah itu tambahkan K2Cr2O7 sebagai
agen pengoksidasi lalu panaskan hingga terjadi perubahan warna dari oranye ke hijau.
Jika alkohol dioksidasi maka alkohol dapat berubah menjadi senyawa lain tergantung
pada jenis alkoholnya. Jika alkohol primer, maka alkohol akan mengalami dua kali
oksidasi secara bertahap menjadi senyawa aldehid lalu menjadi asam karboksilat.
Untuk alkohol sekunder hanya mengalami satu kali oksidasi menjadi senyawa keton.
Sedangkan untuk alkohol tersier tidak akan mengalami oksidasi. Hal ini terjadi karena
pada alkohol primer memiliki dua hidrogen alfa yang berikatan pada atom C pusat
sehingga alkohol primer mengalami dua kali proses oksidasi. Untuk alkohol sekunder
hanya memiliki satu hidrogen alfa sehingga hanya mengalami satu kali proses
oksidasi. Sedangkan alkohol tersier tidak memiliki hidrogen alfa sehingga tidak
mengalami proses oksidasi. Setelah sampel 2G dioksidasi, sampel mengalami
perubahan warna dari oranye ke hijau. Namun masih belum dapat ditentukan apakah
sampel 2G itu alkohol primer atau sekunder. Maka dari itu pengujian di lanjutkan ke
uji identifikasi.
Setelah melakukan uji golongan untuk kedua sampel tersebut, selanjutnya
dilakukan uji identifikasi. Untuk sampel 4B yang termasuk dalam golongan alkohol
polivalen, dilakukan uji Carleti. Sampel 4B memberikan hasil negatif karena tidak
terbentuk warna ungu violet.
Dilanjutkan dengan uji akrolein untuk mengidentifikasi alkohol yang dapat
membentuk senyawa akrolein. Sebelum ditambahkan KHSO4, sampel harus
dihilangkan dulu airnya dengan cara diuapkan karena akrolein tidak akan terbentuk
jika sampelnya mengandung air. Setelah airnya diuapkan, tambahkan KSHO4 padat.
Terbentuk asap putih yang sangat banyak dan bau nya seperti lemak terbakar. Adanya
asap putih ini menunjukan bahwa senyawa akrolein telah terbentuk. Akrolein
terbentuk karena KHSO4 mengkatalisis analit yang akan menarik air, maka bagian
analit akan terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid tidak jenuh atau dikenal sebagai
akrolein. Sampel 4B menghasilkan reaksi positif pada uji akrolein ini. Dugaan
sementara untuk sampel 4B yaitu mengandung analit antara gliserol atau
propilenglikol. Karena gliserol dan propilenglikol dapat membentuk senyawa
akrolein.
Untuk dapat membedakannya, dapat diketahui dengan uji kelarutan pada
pelarut organik. Pada saat uji organoleptis, sampel 4B larut dalam etanol namun tidak
larut dalam kloroform. Menurut literatur (Farmakope Indonesia IV), kelarutan gliserol
yaitu dapat bercampur dengan air, dengan etanol, tidak larut dalam kloroform, eter,
minyak lemak dan minyak menguap. Sedangkan kelarutan propilenglikol menurut
Farmakope Indonesia IV yaitu dapat bercampur dengan air, aseton, kloroform, larut
dalam eter dan beberapa minyak essensial tapi tidak dapat bercampur dengan minyak
lemak. Dilihat dari literatur, maka bisa disimpulkan bahwa sampel 4B adalah gliserol.
Selanjutnya dilakukan uji identifikasi untuk sampel 2G. Uji identifikasi yang
pertama dilakukan yaitu esterifikasi alkohol dengan asam asetat. Sampel ditambahkan
H2SO4 pekat dan asam asetat glacial lalu dipanaskan. Penambahan H2SO4 pekat
bertujuan untuk memberikan suasana asam dalam proses esterifikasi dan juga sebagai
pendonor proton kepada alkohol sehingga alkohol berubah menjadi bentuk
elektrofilik. Jika proses esterfikasi telah selesai, maka akan menghasilkan suatu ester.
Untuk sampel 2G, setelah dilakukan uji esterifikasi tidak tercium bau balon. Karena
jika menghasilkan bau balon menandakan bahwa sampel mengandung etanol.
Dilanjutkan ke uji identifikasi yang lain yaitu uji deniges. Sampel 2G
ditambahkan pereaksi deniges lalu dipanaskan. Setelah dipanaskan lalu dinginkan dan
tambahkan KMnO4. Saat ditambahkan KMnO4, warna ungu dari KMnO4 menghilang
yang menandakan bahwa KMnO4 mengalami reduksi. Hasil positif diberikan oleh
sampel 2G sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel 2G merupakan isopropil
alkohol. Namun pada kenyataannya sampel 2G bukan isopropil alkohol melainkan
metanol.
E. Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Sampel 4B adalah gliserol
2. Sampel 2G adalah metanol
DAFTAR PUSTAKA
Craine, Hart. (2003). Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi ke-11. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Departemen Kesehatan. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Fesenden & Fesenden. (1982). Kimia Organik Edisi Ketiga jilid I. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Nahar, Lutfun dkk. 2009. Kimia untuk Mahasiswa Farmasi Bahan Kimia Organik , Alam dan Umum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Riswiyanto, S. (2009). Kimia Organik. Jakarta : Penerbit Erlangga