30505332-sanitasi.doc
TRANSCRIPT
BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang
Indonesia merupakan negara dengan sistem sanitasi
( pengelolaan air limbah domestic ) terburuk ketiga di Asia
Tenggara setelah Laos dan Myanmar ( ANTARA News, 2006 ).
Menurut data Status Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2002,
tidak kurang dari 400.000 m3 / hari limbah rumah tangga
dibuang langsung ke sungai dan tanah, tanpa melalui
pengolahan terlebih dahulu. 61,5 % dari jumlah tersebut
terdapat di Pulau Jawa. Pembuangan akhir limbah tinja
umumnya dibuang menggunakan beberapa cara antara lain dengan
menggunakan septic tank, dibuang langsung ke sungai atau
danau, dibuang ke tanah , dan ada juga yang dibuang ke kolam
atau pantai.
Di beberapa daerah pedesaan di Indonesia, masih banyak
dijumpai masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan
dengan sanitasi yang sangat minim. Masih sering dijumpai
sebagian masyarakat yang membuang hajatnya di sungai karena
tidak mempunyai saluran pembuangan khusus untuk pembuangan
air limbah rumah tangga maupun air buangan dari kamar mandi.
Bahkan terkadang masih dijumpai masyarakat yang membuang
hajatnya di pekarangan rumahnya masing-masing. Hal ini
terjadi selain disebabkan karena factor ekonomi, faktor
kebiasaan yang sulit dirubah dan kualitas pendidikan yang
relative rendah dari masyarakat pun memang sangat
berpengaruh besar terhadap pola hidup masyarakat.
Beberapa alasan mengapa perlu menggunakan berbagai macam
alternative teknologi, antara lain :
1. Membantu mengenal sistem sanitasi yang sesuai.
2. Memudahkan penentuan sistem sanitasi sesuai
pilihan masyarakat.
3. Alat yang tepat untuk perencanaan yang dimulai
dari masyarakat.
4. Sebagai informasi umum tentang pilihan-pilihan
teknologi sanitasi.
B. Tujuan
Sanitasi yang baik, termasuk pengetahuan tentang
cara mencuci tangan yang baik dengan sabun, dapat
mencegah penyebaran penyakit diare yang merupakan
penyebab kedua kematian balita di Indonesia.
Sanitasi yang baik ikut memperbaiki kesehatan,
meningkatkan harga diri, mendorong pembangunan
sosial dan ekonomi, mencegah kerusakan lingkungan
dan membantu umat manusia untuk memotong siklus
kemiskinan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sanitasi
1. Pengertian Sanitasi
Pengertian sanitasi menurut beberapa ahli, yaitu :
Menurut Dr.Azrul Azwar, MPH, sanitasi adalah cara
pengawasan masyarakat yang menitikberatkan kepada
pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan
yang mungkin mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat.
Menurut Ehler & Steel, sanitation is the
prevention od diseases by eliminating or
controlling the environmental factor which from
links in the chain of tansmission.
Menurut Hopkins, sanitasi adalah cara pengawasan
terhadap factor-faktor lingkungan yang mempunyai
pengaruh terhadap lingkungan.
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan
hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan
langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya
dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan
kesehatan manusia.
Sanitasi lingkungan adalah bagian dari system
pembuangan limbah, yang khususnya menyangkut pembuangan air
kotor dari rumah tangga, kantor, hotel, pertokoan (air
buangan dari WC,air cucian, dan lain-lain). Selain berasal
dari rumah tangga, limbah juga dapat berasal dari sisa-sisa
proses industri, pertanian, peternakan, dan rumah sakit
(sektor kesehatan)
2. Jenis-jenis Sanitasi
Berdasarkan jenisnya, sanitasi terbagi menjadi 2 yaitu:
Limbah
Sampah
3. Ruang lingkup sanitasi
Berdasarkan pengertiannya yang dimaksud dengan sanitasi
adalah suatu upaya pencegahan penyakit yang menitikberatkan
kegiatannya kepada usaha-usaha kesehatan lingkungan hidup
manusia. Ruang lingkup sanitasi yaitu :
Penyediaan air bersih
Penyediaan air bersih sangat penting diperhatikan,
karena kondisi tersedia atau tidaknya air bersih di
suatu daerah akan menentukan dari kelancaran operasi
sistem pengoahan air limbah. Yang mana, untuk sistem
pembungan terpusat itu memerlukan penyediaan air bersih
yang relatif lebih terjamin dibandingkan dengan sistem
pembungan setempat. Hal ini dikarenakan sistem terpusat
memerlukan proses penggelontoran yang baik dan
terjamin.
Pengolahan sampah
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan ,
pengangkutan , pemrosesan , pendaur-ulangan , atau
pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya
mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari
kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk
mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan
atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk
memulihkan sumber daya alam . Pengelolaan sampah bisa
melibatkan zat padat , cair , gas , atau radioaktif
dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing masing
jenis zat.
Pengolahan makanan dan minuman
Meliputi hal-hal sebagai berikut, pengadaan bahan
makanan/bahan baku, Penyimpanan bahan makanan/bahan
baku, Pengolahan makanan, Pengangkutan makanan,
Penyimpanan makanan, Penyajian makanan.
Pengawasan/pengendalian serangga dan binatang
pengerat
Kesehatan dan keselamatan
Meliputi hal-hal sebagai berikut, Tempat/ruang kerja
Pekerjaan
4. Manfaat sanitasi
Beberapa manfaat sanitasi dapat kita rasakan
apabila kita menjaga sanitasi dilingkungan kita,
misalnya :
Mencegah penyakit menular
Mencegah kecelakaan
Mencegah timbulnya bau tidak sedap
Menghindari pencemaran
Mengurangi jumlah persentase sakit
Lingkungan menjadi bersih,sehat dan nyaman.
B. Limbah
1. Pengertian Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu
proses produksi baik industri maupun domestic (rumah
tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak
memiliki nilai ekonomis. Dengan konsentrasi dan
kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak
negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan
manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap
limbah..
Air limbah juga dapat diartikan sebagai air dan
cair yang merupakan sisa dari kegiatan manusia di rumah
tangga/limbah domestic dan commercial buildy (kegiatan
yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan) atau
industri. Dari sini, kita dapat mengenal penggolongan
air limbah yaitu air limbah industri dan limbah
domestic.
2. Karakteristik limbah :
Karakteristik limbah:
1. Berukuran mikro
2. Dinamis
3. Berdampak luas (penyebarannya)
4. Berdampak jangka panjang (antar generasi)
Karakteristik air limbah perlu dikenal, karena hal
ini akan menentukan cara pengolahan yang tepat,
sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis
besar karakteristik air limbah ini digolongkan menjadi
sebagai berikut:
1. Karakteristik fisik
Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil
terdiri dari bahan-bahan padat dan suspensi.
Terutama air limbah rumah tangga, biasanya
berwarna suram seperti larutan sabun, sedikit
berbau. Kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas,
berwarna bekas cucian beras dan sayur, bagian-
bagian tinja, dan sebagainya.
2. Karakter kimiawi
Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-
zat kimia anorganik yang berasal dari air bersih
serta bermacam-macam zat organik berasal dari
penguraian tinja, urine dan sampah-sampah lainya.
Oleh sebab itu, pada umumnya bersifat basah pada
waktu masih baru, dan cenderung ke asam apabila
sudah memulai membusuk. Substansi organic dalam
air buangan terdiri dari dua gabungan, yakni :
a. Gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya:
urea, protein, amine, dan asam amino.
b. Gabungan yang tak mengandung nitrogen,
misalnya: lemak, sabun, dan karbuhidrat,
termasuk selulosa.
3. Karakteristik bakteriologis
Kandungan bakteri pathogen serta organisme
golongan coli terdapat juga dalam air limbah
tergantung darimana sumbernya, namun keduanya
tidak berperan dalam proses pengolahan air
buangan.
3. Jenis-Jenis Limbah
1. Limbah cair
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau
kegiatan yang berwujud cair (PP 82 thn 2001). Jenis-jenis
limbah cair dapat digolongkan berdasarkan pada :
a. Sifat Fisika dan Sifat Agregat . Keasaman sebagai
salah satu contoh sifat limbah dapat diukur dengan
menggunakan metoda Titrimetrik
b. Parameter Logam, contohnya Arsenik (As) dengan
metoda SSA
c. Anorganik non Metalik contohnya Amonia (NH3-N)
dengan metoda Biru Indofenol
d. Organik Agregat contohnya Biological Oxygen Demand
(BOD)
e. Mikroorganisme contohnya E Coli dengan metoda MPN
f. Sifat Khusus contohnya Asam Borat (H3 BO3) dengan
metoda Titrimetrik
g. Air Laut contohnya Tembaga (Cu) dengan metoda SPR-
IDA-SSA
2. Limbah padat
Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik.
Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah
tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran,
peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-
jenis limbah padat: kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan,
plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur,
dll
3. Limbah gas dan partikel
Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa
partikulat zat (limbah) yang mengandung partikel (asap dan
jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon
(asap kabut fotokimiawi), karbon monoksida dan timah.
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung
bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya,
baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau
mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan
manusia. Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan
baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi
karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli
bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan
khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki
salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak,
mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan
infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji
dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.
Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan
menjadi:
Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki
sedimentasi pada pemisahan awal dan banyak mengandung
biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap
Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari
proses koagulasi dan flokulasi
Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari
proses pengolahan dengn lumpur aktif sehingga banyak
mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil
proses tersebut
Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari
pengolahan biologi dengan digested aerobic maupun
anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup
stabil dan banyak mengandung padatan organik.
Macam Limbah Beracun
Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi
kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan
tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan.
Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila
berdekatan dengan api, percikan api, gesekan atau
sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan
bila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam
waktu lama.
Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran
karena melepaskan atau menerima oksigen atau limbah
organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang
berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat
menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke dalam
tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut.
Limbah yang menyebabkan infeksi adalah limbah
laboratorium yang terinfeksi penyakit atau limbah yang
mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh manusia
yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena
infeksi.
Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang
menyebabkan iritasi pada kulit atau mengkorosikan baja,
yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0 untuk
limbah yang bersifat asam dan lebih besar dari 12,5
untuk yang bersifat basa.
5. Sumber-Sumber Air Limbah
Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara
garis besar dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga
(domestic wastes water), yaitu air limbah yang berasal
dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini
terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas
cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari
bahan-bahan organic.
2. Air buangan industri (industrial wastes water), yang
berasal dari berbagai jenis industri akibat proses
produksi. Zat-zat yang tergantung di dalamnya sangat
bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai
oleh masing-masing industri, antara lain : nitrogen,
logam berat, zat pelarut dan sebagainya. Oleh sebab
itu pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak
menimbulkan polusi lingkungan memnjadi rumit.
3. Air buangan kotapraja (municipal wastes water),
yaitu air buangan yang berasal dari daerah :
perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-
tempat ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat
yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama
dengan air limbah rumah tangga.
parameter kualitas air limbah dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu :
1. parameter organik, merupakan ukuran jumlah zat organik
yang terdapat dalam limbah. Parameter ini terdiri dari total
organic carbon (TOC), chemical oxygen demand (COD),
biochemical oxygen demand (BOD), minyak dan lemak (O&G), dan
total petrolum hydrocarbons (TPH).
2. karakteristik fisik, dalam air limbah dapat dilihat dari
parameter total suspended solids (TSS), pH, temperatur,
warna, bau, dan potensial reduksi. dan
3. kontaminan spesifik dalam air limbah dapat berupa senyawa
organik atau inorganik.
5. Penggolongan Air Limbah
1.Air Limbah Domestik (Air limbah rumah tanga )
Air limbah domestik adalah air bekas yang tidak dapat
dipergunakan lagi untuk tujuan semula baik yang mengandung
kotoran manusia (tinja) atau dari aktivitas dapur, kamar
mandi dan air cucian dimana kuantitasnya antara 50-70% dari
rata-rata pemakaian air bersih (120-140 liter/orang/hari).
Sumber air limbah domestik berasal dari aktivitas rumah
tangga, kantor, commercial buildy (hotel, restoran, rumah
sakit), dll. Yang umumnya Sumber air limbah domestic ini
berasal dari kamar mandi, tempat cuci, dapur dan
toilet/kakus. Pengolahan air limbah, sangat berkaitan dengan
karakteristik air limbah.
Air limbah rumah tangga jika dilihat dari sumbernya ada dua
macam, yaitu:
1) Air limbah rumah tangga yang bersumber dari toilet/kakus
(black water).
2) Air limbah rumah tangga non kakus (grey water).
Adapun limbah domestik ini memiliki kandungan bahan berupa
99,9 persen air dan 0,1 persen bahan padat.
Karakterikstik air limbah rumah tangga dari WC/kakus :
No Parameter Satuan Konsentrasi
1 pH - -6.5 -7
2 Temperatur °C 37
3 Amonium Mg/L 25
4 Nitrat Mg/L 0
5 Nitrit Mg/L 0
6 Sulvat Mg/L 20
7 Phosfat Mg/L 30
8 CO2 Mg/L
9 HCO3- Mg/L 120
10 BODS Mg/L 220
11 COD Mg/L 610
12 Khilorida Mg/L 45
13 Total Coli MPN 3 X 105
Sumber: Laboratorium Balai Lingkungan Permukiman, 1994.
Karakteristik air limbah rumah tangga non kakus berdasarkan
hasil penelitian Puslitbang Permukiman.
No Parameter Satuan Konsentrasi
1 pH − 8.5
2 Tempratur °C 24
3 Amonium Mg/L 10
4 Nitrat Mg/L 0
5 Nitrit Mg/L 0.005
6 Sulfat Mg/L 150
7 Phospat Mg/L 6.7
8 CO2 Mg/L 44
9 HCO3- Mg/L 107
10 DO Mg/L 4.01
11 BOD5 Mg/L 189
12 COD Mg/L 317
13 Khlorida Mg/L 47
14 Zat Organik
Mg/L
KMnO4 554
15 Detergen Mg/L 2.7
16 Minyak Mg/L < 0.05
Sumber: Laboratorium TL ITB tahun 1994.
2 Air Limbah Non Domestik/Industri
Air limbah Non domestik/Industri adalah air limbah yang
bersumber dari aktivitas industri, pertanian, dan
sejenisnya. Sedangkan kandungan limbah industri ini
tergantung pada bahan dan teknologi yang digunakan serta
barang hasil produksi yang akan dihasilkan.
Faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah:
1. Volume limbah
2. Kandungan bahan pencemar
3. Frekuensi pembuangan limbah
6. Pengolahan Limbah
Prinsip utama dari pengolahan air limbah adalah untuk
menghilangkan unsur-unsur limbah yang berbahaya bagi
lingkungan, jika limbah tersebut di buang.
1. Pengolahan Limbah Rumah tangga
Sumber air limbah rumah tangga umumnya dari kamr mandi.
Tempat cuci, dapur, toilet/kakus.
Teknologi Pengolahan Air Limbah :
Sistem Cubluk
Sistem cubluk merupakan sistem pengolahan air
limbah yang sangat konvensionaldan masyarakat
sekarang cenderung menggunakan sistem cubluk yang
di lengkapi dengan kloset leher angsa.
Kloset leher angsa merupakan kloset yang di
lenkapi dengan perlatan penampung air perapat yang
dapat mencegah bau dan mencegah berkembang biaknya
lalat dan serangga lain di dalam perpipaan atau
pun ruang cubluk itu sendiri.
Sistem cubluk dapat di langsung di bangun di bawah
kloset jika lokasi untuk penempatan cubluk
tersebut sanagt terbatas atau penempatan kloset
dengan cubluk di lakukan pada lokasi yang
terpisah. Jarak maksimum letak cubluk terhadap
kloset dalah 8 m. Diameter pipa penyalur sekurang-
kurangnya 1 ; 40. Pengaturan perencanaan dan
pembuatan sistem pengolahan air limbah dengan
cubluk ini dapat di lihat pada petunjuk teknis
atau Standar Nasional Indonesi (SNI) mengenai
pembuanga air limbah rumah tanggga.
Septic Tank
Septictank adalah bak untuk menampung air limbah
yang digelontorkan dari WC (water closet),
konstruksi septictank ada disekat dengan dinding
bata dan diatasnya diberi penutup dengan pelat
beton dilengkapi penutup control dan diberi pipa
hawa T dengan diameter ø1 ½ “, sebagai hubungan
agar ada udara / oksigen ke dalam septictank
sehingga bakteri - bakteri menjadi subur. Sebagai
pemusnah kotoran - kotoran atau tinja yang masuk
ke dalam bak penampungannya. Sistem tangki septik
merupakan tangki berbentuk empat persegi panjang
atau bulat, umumnya terletak di bawah tanah di
mana air bekas dari kakus, kamar mandi, kamar
cuci, dapur dan air bekas lainnya di alirkan ke
dalam tangki septik (effluent) masih mengandung
kuman-kuman penyakit dan zat-zat organik, karena
itu masih perlu di olah lebih lanjut dalam suatu
bidang resapan atau media penyaring.
Tangki septik harus terbuat dari bahan yang tahan
terhadap korosi, rapat, air, dan tahan lama,
misalnya ; pasangan batu bata, batu kali, beton
atau fiberglass.
Fungsi Septictank :
Sebagai penampungan air limbah & proses
penghancuran kotoran - kotoran yang masuk, air
limbah ini akan mengalir ke rembesan/ sumur
peresapan yang jaraknya tidak jauh dari
septictank, begitu juga penempatan septictank
tidak terlalu jauh dari WC (water closet).
Hubungan septictank dan rembesan, berupa pipa
paralon yang diujungnya diberi lubang - lubang
agar aliran air limbah dapat merata pada lubang
rembesannya.
Tidak semua saluran air kotor dialirkan ke
arah bak septictank, jadi aliran air limbah
yang masuk ke septictank hanya dari WC saja.
Tangki Biokontaktor
Sistem tangki biokontaktor merupakan pengembangan
dari sistem tangki septik yang terdiri dari dua
atau lebih kompartemen yang di lengkapi dengan
media kontak guna mempercepat proses
perkembangbiakan bakteri.
Persyaratan teknis sistem tangki biokontaktor
sebagai berikut :
Tangki harus di buat dari bahan yang kedap
air.
Media kontak harus di pilih dari bahan yang
tahan air limbah (yang telah di uji cobakan
berupa tempurung kelap, potongan bambu dan
bekas botol yakult).
Pengaliran air limbah melalui pipa inlet dan
outlet harus kontinyu.
Media kotak di tempatkan pada
ruangan/kompartment khusus setelah
pengendapan.
Waktu kontak yang di perlukan 12-36 jam.
Perlu di lakukan pembibitan dari lumpur
tinja/sampah yang sudah matang.
Tangki UASB (Upflow anaerobic Sludge Blanket)
Pengolahan air limbah dengan sistem UASB ini
merupakan pengembangan sistem tangki septik.
Sistem UASb selain dapat menurunkan parameter-
parameter air limbah, juga dapat menghasilkan gas
metan sebagai ciri khas dari sistem ini yang dapat
di pergunakan sebagai bahan bakar.
Air Limbah rumah tangga jika di lihat dari sumbernya ada 2
macam yaitu :
1. Air limbah rumah tangga yang bersumber dari
toilet/kakus (black water), seperti: kotoran
manusia.
Pengolahan lumpur tinja berupa pengolahan
biologis dengan sistem Oxidation Ditch (parit
atau kolam oksidasi). Proses pengolahan
biologis memanfaatkan sinar matahari,
mikrooganisme dengan penambahan oksigen yang
di peroleh melalui proses aerasi. Hasil
pengolahan lumpur tinja (IPLT)berupa effluent
yang aman di buang ke lingkungan badan air,
sedangkan lumpur dari pengeringan lumpur
dapat di manfaatkan untuk kompas.
2. Air limbah rumah tangga non kakus (grey
water), seperti : limbah dapur dan kamar
mandi.
Umumnya, orang membuang grey water langsung
ke selokan yang ada di depan rumah, tanpaa di
olah terlebih dahulu. Akibatnya, sungai yang
menjadi tempat bermuaranya selokan menjadi
tercemar, ewarnanya menjadi coklat dan
mengeluarkan bau busuk. Selain bisa
menyebabkanikan-ikan mati, zat-zat polutan
yang terkandung dalam limbah juga bisa
menjadi sumber penyakit, seperti : kolera,
disentri, dan berbagai penyakit lainnya.
Manfaat dari pengolahan air limbah non-kakus
(grey water) antar lain adalah :
Minimalisasi terjadinya pencemaran badan
air dan tanah.
Air hasil olahan dapat di daur ulang
menjadi sumber air baku untuk air
bersih.
Mengolah air limbah non kakus menjadi
air yang aman di alirkan ke badan air
atau air tanah.
Cara pengolahan Air limbah
1. Pengeceran (dilution)
Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang
cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air.
Tetapi, dengan makin bertambahnya penduduk, yang
berarti makin meningkatnya kegiatan manusia, maka
jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu banyak,
dan diperlukan air pengenceran terlalu banyak pula,
maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi.
2. Kolam Oksidasi (Oxidation ponds)
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan
sinar matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen
dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan
kedalam kolam berbentuk segi empat dengan kedalaman
antara 1-2 meter.
3. Irigasi
Air limbah dialirkan ke parit-parit terbuka yang
digali, dan air akan merembes masuk kedalam tanah
melalui dasar dan dinding parit tersebut.
Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai
kandungan bahan pencemar di dalam air terutama senyawa
organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa
organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang
terdapat di alam.
7. Sistem Pembuangan Air Limbah
a. Sistem sanitasi setempat (On Site Sanitation)
Proses pembuangan dan pengolahan air limbah
dilakukan secara bersamaan di tempat yang biasanya
menggunakan cubluk atau septic tank. Bila pada suatu
waktu cubluk atau septic tank tersebut sudah penuh
dengan lumpur tinja, maka harus disedot dan diangkut
dengan truk tinja ke IPLT (Instalasi Pengelolaan
Lumpur Tinja) untuk disempurnakan prosesnya agar
tidak merusak atau mencemari lingkungan.
Keuntungan :
Biaya pembuatan murah
Biasanya di buat oleh sektor
swasta/pribadi
Teknologi cukup sederhana
Sistem sangat privasi karena terletak pada
pensilnya.
Operasi dan pemeliharaandi lakukan secara
pribadi.
Kerugian :
Tidak selalu cocok di semua daerah
Sukar mengontrol operasi dan
pemeliharaannya
Bila pengendalian tidak sempurna, maka air
limbah di buang ke saluran drainase.
Resiko mencemari air tanah, bila
pemeliharaan tidak di lakukan dengan baik.
b. Sistem sanitasi tidak setempat/terpusat (Off Site
Sanitation)
Proses pembuangan air limbah atau penyaluran air
limbah yang berasal dari rumah-rumah dan berbagai
fasilitas lainnya, seperti air sisa mandi, air sisa
cucian, dan seterusnya, serta air limbah yang
berasal dari sisa-sisa proses industri dialirkan
melalui jaringan perpipaan menuju IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah) untuk diolah secara terpusat.
Keuntungan :
Pelayanan yang lebih aman
Pencemaran di lingkungan air tanah dapat
di hindari.
Cocok untuk daerah tingkat kepadatan yang
tinggi.
Masa umur pemakaian relatif lebih lama.
Kerugian :
Memerlukan pembiayaan yang tinggi
Memerlukan tenaga yang terampil
Memerlukan perencanaan dan pelaksanaan
jangka panjang.
Nilai manafaat akan terlihat apabila
sistem telah berjalan dan semua
penduduk/pemakai telah terlayani.
Mekanisme Sistem Pembuangan Air Limbah:
Fungsi system pembuangan Air limbah
Fungsi dari system pembuangan air limbah adalah
mengalirkan air limbah dari kawasan industri maupun
permukiman, agar tidak menyebabkan kerusakan lingkungan
dan mengganggu kesehatah manusia.
8. Pemanfaatan limbah
1) Pemanfaatan air limbah untuk pengairan tanaman.
Dalam dua dasawarsa yang lalu telah terjadi
peningkatan yang mencolok dalam penggunaan air
limbah untuk pengairan tanaman, terutama di daerah
kering dan daerah kering musiman baik di negeri
industri maupun negara sedang berkembang.
2) Pemanfaatan ekskreta dalam pertanian
Kebiasaan kuno dalam penggunanan ekskreta manusia
pada tanah telah memelihara kesuburan tanah di
banyak negeri asia bagian timur dan pasifik bagian
barat selama lebih dari 4000 tahun, dan tetap
merupakan satu-satunya pilihan penggunaan dalam
pertanian di daerah tanpa sarana sistem riol.
Kebanyakan rumah tangga dinegara sedang berkembang
masih tetap akan kekurangan sistem riol sampai masa
depan yang dapat diduga.
3) Pemanfaatan ekskreta dan air limbah dalam budidaya
air
Budidaya air mengacu kepada kebiasaan cara kuno
dalam budidaya ikan, terutama ikan mas dan mujair,
dan pemanfaatan tanaman air, kangkung air dan
teratai.
C. Sampah
1. Pengertian Sampah
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan
setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep
buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada sampah,
yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak. Sampah dapat
berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas.
Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir,
terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi
biasa dikaitkan dengan polusi.
Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar
datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan
limbah, misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi.
Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu
waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan
jumlah konsumsi.
3. Karakteristik Sampah
Karakteristik sampah, ditinjau dari kualifikasinya ada tiga
macam, yaitu :
1. Garbage. Yaitu sampah yang terdiri dari bahan – bahan
organic yang mempunyai sifat lekas membusuk
(Biodegradibility prosesnya cepat). Sampah jenis ini
lekas membusuk kira – kira dalam waktu sekitar 18 jam.
Yang termasuk dalam kategori sampah jenis ini antara
lain : Sampah dapur.
2. Rubbish. Yaitu sampah yang terdiri dari bahan – bahan
organic atau anorganik yang tidak / tahan berubah
sifatnya. Contoh dari sampah ini adalah : sampah
plastic, kaleng/logam, kertas, kaca.
3. Ashes atau dust. Yaitu sampah – sampah sisa pembakaran
dan dari bahan – bahan partikel kecil yang mempunyai
sifat mudah berterbangan.
4. Jenis-Jenis Sampah
Pada umumnya sampah terbagi menjadi 3 yaitu ;
Sampah padat, yaitu sampah yang berasal dari
permukiman, restoran dan lain-lain.
Gbr. 1. Sampah padat
Sampah Cair, yaitu sampah yang berupa air limbah.
Gbr.2. sampah cair
Sampah gas, yaitu sampah yang berupa gas yang
menimbulkan polusi udara, seperti asap kendaraan,
asap pabrik, dan sebagainya.
Gbr.3. Sampah Gas
Jenis-jenis sampah di bagi berdasarkan sumber dan
sifatnya:
Berdasarkan sumbernya:
1. Sampah alam
Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan
melalui proses daur ulang alami, seperti halnya daun-daun
kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar
kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah,
misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.
2. Sampah manusia
Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang
biasa digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia,
seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya
serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vector
(sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan
bakteri. Salah satu perkembangan utama pada dialektika
manusia adalah pengurangan penularan penyakit melalui sampah
manusia dengan cara hidup yang higienis dan sanitasi.
Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran
pipa (plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai
ulang misalnya melalui sistem urinoir tanpa air.
3. Sampah konsumsi
Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh
(manusia) pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-
sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah sampah yang
umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah
kategori ini pun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-
sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan
industri.
4. Sampah nuklir
Sampah nuklir ahasil dari fusi nuklir dan fusi nuklir yang
menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi
lingkngan hidup dan juga manusia. Oleh karena itu sampah
nuklir di simpan di tempat-tempat yang tidak berpotensi
tinggi untuk melakukan aktivitas tempat-tempat yang dituju
biasanya bekas tambang garam atau dasar laut( walau jarang
namun kadang masih di lakukan)
5. Sampah industry
Sampah yang berasal dari kawasan industry, termasuk sampah
yang berasal dari pembangunan industry dan segala sampah
yang berasal dari proses industry, misalnya sampah-sampah
pengepakan barang, logam, plastic, kayu, potongan tekstil,
kaleng dan sebagainya.
6. Sampah pertambangan
Sampah yang bersal dari daerah pertambangan dan jenisnya
tergantung dari jenis usaha pertambangan itu sendiri .
Misalnya : batu-batuan, tanah/cadas, pasir sisa-sisa
pembakaran (arang) dan sebagainya.
7. Sampah sisa bangunan dan konstruksi Bangunan
Sumber sampah yang menghasilkan barang-barang sisa yang
kurang atau bahkan tidak di peerlukan dalam kegiatan
pembangunan gedung atau pemugaran bangunan. Sampah ini biasa
berupa bahan organic maupun an-organik, misalnya : semen,
pasir, spesi, batu-bata, ubin, besi, baja, kaca, dan kaleng.
8. Sampah Pertanian dan perkebunan
Sampah sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian,
misalnya : jerami, sisa sayur mayor, batang padi, batang
jagung, ranting kayu yang patah, dan sebagainya.
9. Sampah Rumah Sakit
Sampah ini merupakan sampah biomedis, seperti sampah dari
pembedahan, peralatan (misalnya pisau bedah yang di buang),
botol, infuse dan sebagainya, serta obat-obatan (pil,
obat,bius, vitamin). Semua sampah ini mungkin terkontaminasi
oleh bakteri, virus dan sebagian beracun ehingga sangat
berbahaya bagi manusia dan makhluk lainnya. Limbah medis
semestinya di bakar menjadi abu di incinerator (tempat
pembakaran) yang bersuhu minimal 1200 derajat celcius.
Berdasarkan sifatnya
1. Sampah organik - dapat diurai (degradable)
yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang bisa
terurai secara alamiah/ biologis. Misalnya adalah sisa
makanan. Pemanfaatan sampah organik, seperti composting
(pengomposan). Sampah yang mudah membusuk dapat diubah
menjadi pupuk kompos yang ramah lingkungan untuk
melestarikan fungsi
kawasan wisata.
2. Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable)
yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang sulit
terurai secara biologis sehingga penghancurannya
membutuhkan penanganan lebih lanjut. Misalnya adalah
plastik dan styrofoam.
Pemanfaatan kembali secara
langsung, misalnya
pembuatan kerajinan yang
berbahan baku dari barang
bekas, atau kertas daur
ulang. Sedangkan
pemanfaatan kembali secara tidak langsung, misalnya
menjual barang bekas seperti kertas, plastik, kaleng,
koran bekas, botol, gelas dan botol air minum dalam
kemasan.
ss
Tujuan Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan
dengan dua tujuan:
mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai
ekonomis, atau
mengolah sampah agar menjadi material yang tidak
membahayakan bagi lingkungan hidup.
Cara pengolahan Sampah
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan , pengangkutan ,
pemrosesan , pendaur-ulangan , atau pembuangan dari material
sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg
dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola
untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan
atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk
memulihkan sumber daya alam . Pengelolaan sampah bisa
melibatkan zat padat , cair , gas , atau radioaktif dengan
metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat.
Metoda Pembuangan :
Penimbunan darat
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk
menguburnya untuk membuang sampah, metode ini adalah
metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya
dilakukan di tanah yg ditinggalkan , lubang bekas
pertambangan , atau lubang lubang dalam. Sebuah situs
penimbunan darat yg di desain dan di kelola dengan baik
akan menjadi tempat penimbunan sampah yang hiegenis dan
murah. Sedankan penimbunan darat yg tidak dirancang dan
tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai
masalah lingkungan , diantaranya angin berbau sampah ,
menarik berkumpulnya Hama , dan adanya genangan air
sampah.
Pembakaran/pengkremasian
Pembakaran adalah metode yang melibatkan pembakaran zat
sampah. Pengkremasian dan pengelolaan sampah lain yg
melibatkan temperatur tinggi baisa disebut "Perlakuan
panas". kremasi merubah sampah menjadi panas, gas, uap
dan abu.
Pengkremasian dilakukan oleh perorangan atau oleh
industri dalam skala besar. Hal ini bsia dilakukan
untuk sampah padat , cari maupun gas. Pengkremasian
dikenal sebagai cara yang praktis untuk membuang
beberapa jenis sampah berbahaya, contohnya sampah medis
(sampah biologis). Pengkremasian adalah metode yang
kontroversial karena menghasilkan polusi udara.
Metode Daur-ulang :
Pengolahan kembali secara fisik
Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur
ulang , yaitu mengumpulkan dan menggunakan kembali
sampah yang dibuang , contohnya botol bekas pakai yang
dikumpulkan kembali untuk digunakan kembali.
Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang sudah
dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan sampah
khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur.
Pengolahan biologis
Material sampah organik , seperti zat tanaman , sisa
makanan atau kertas , bisa diolah dengan menggunakan
proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan
istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang
bisa digunakan sebagi pupuk dan gas methana yang bisa
digunakan untuk membangkitkan listrik.
Penimbunan darat
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa
diambil langsung dengan cara menjadikannya bahan bakar,
atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya
menajdi bahan bakar tipe lain. Daur-ulang melalui cara
"perlakuan panas" bervariasi mulai dari menggunakannya
sebakai bahan bakar memasak atau memanaskan sampai
menggunakannya untuk memanaskan boiler untuk
menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator.
Pirolisa dan gasifikasi adalah dua bentuk perlakukan
panas yang berhubungan , dimana sampah dipanaskan pada
suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen.
Proses ini biasanya dilakukan di wadah tertutup
pada Tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat
mengubah sampah menjadi produk berzat padat , gas, dan
cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk
menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk
lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan menjadi
produk seperti karbon aktif. Gasifikasi dan Gasifikasi
busur plasma yang canggih digunakan untuk mengkonversi
material organik langsung menjadi Gas sintetis
(campuran antara karbon monoksida dan hidrogen). Gas
ini kemudian dibakar untuk menghasilkan listrik dan
uap.
Metode penghindaran dan pengurangan :
Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah
adalah pencegahan zat sampah terbentuk , atau dikenal
juga dengan "pengurangan sampah". Metode pencegahan
termasuk penggunaan kembali barang bekas pakai ,
memperbaiki barang yang rusak , mendesain produk supaya
bisa diisi ulang atau bisa digunakan kembali (seperti
tas belanja katun menggantikan tas plastik ), mengajak
konsumen untuk menghindari penggunaan barang sekali
pakai (contohnya kertas tissue) ,dan mendesain produk
yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi
yang sama (contoh, pengurangan bobot kaleng minuman).
Konsep pengelolaan sampah :
Terdapat beberapa konsep tentang pengelolaan sampah yang
berbeda dalam penggunaannya, antara negara-negara atau
daerah. Beberapa yang paling umum, banyak-konsep yang
digunakan adalah:
Hirarki Sampah - hirarki limbah merujuk kepada " 3 M "
mengurangi sampah, menggunakan kembali sampah dan daur
ulang, yang mengklasifikasikan strategi pengelolaan
sampah sesuai dengan keinginan dari segi minimalisasi
sampah. Hirarki limbah yang tetap menjadi dasar dari
sebagian besar strategi minimalisasi sampah. Tujuan
limbah hirarki adalah untuk mengambil keuntungan
maksimum dari produk-produk praktis dan untuk
menghasilkan jumlah minimum limbah.
Perpanjangan tanggung jawab penghasil sampah / Extended
Producer Responsibility (EPR).(EPR) adalah suatu
strategi yang dirancang untuk mempromosikan integrasi
semua biaya yang berkaitan dengan produk-produk mereka
di seluruh siklus hidup (termasuk akhir-of-pembuangan
biaya hidup) ke dalam pasar harga produk. Tanggung
jawab produser diperpanjang dimaksudkan untuk
menentukan akuntabilitas atas seluruh Lifecycle produk
dan kemasan diperkenalkan ke pasar. Ini berarti
perusahaan yang manufaktur, impor dan / atau menjual
produk diminta untuk bertanggung jawab atas produk
mereka berguna setelah kehidupan serta selama
manufaktur.
prinsip pengotor membayar - prinsip pengotor membayar
adalah prinsip di mana pihak pencemar membayar dampak
akibatnya ke lingkungan. Sehubungan dengan pengelolaan
limbah, ini umumnya merujuk kepada penghasil sampah
untuk membayar sesuai dari pembuangan.
Manfaat pengelolaan sampah
1. Penghematan sumber daya alam
2. Penghematan energi
3. Penghematan lahan TPA
4. Lingkungan asri (bersih, sehat, nyaman)
Sistem Pembuangan Sampah
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 18 TAHUN 2008
TENTANG
PENGELOLAAN SAMPAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang:a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi
masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah yang semakin beragam;
b. bahwa pengelolaan sampah selama ini belum sesuai dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan;
c. bahwa sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat;
d. bahwa dalam pengelolaan sampah diperlukan kepastian hukum, kejelasan tanggung jawab dan kewenangan Pemerintah, pemerintahan daerah, serta peran masyarakat dan dunia usaha sehingga pengelolaan sampah dapat berjalan secara proporsional, efektif, dan efisien;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tentang Pengelolaan Sampah;
Mengingat: Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 33 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
danPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.
BAB IKETENTUAN UMUMBagian Kesatu
DefinisiPasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:1. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.2. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus.3. Sumber sampah adalah asal timbulan sampah.4. Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang menghasilkan timbulan sampah.5. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.6. Tempat penampungan sementara adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.7. Tempat pengolahan sampah terpadu adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan
ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.8. Tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.9. Kompensasi adalah pemberian imbalan kepada orang yang terkena dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di tempat pemrosesan akhir sampah.10. Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan hukum.11. Sistem tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengendalian yang meliputi pencegahan dan penanggulangan kecelakaan akibatpengelolaan sampah yang tidak benar.12. Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.13. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.14. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan di bidang pemerintahan lain yang terkait.
Bagian KeduaRuang Lingkup
Pasal 2(1) Sampah yang dikelola berdasarkan Undang-Undang ini
terdiri atas:a. sampah rumah tangga;b. sampah sejenis sampah rumah tangga; danc. sampah spesifik.
(2) Sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
(3) Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.
(4) Sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;b. sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan
beracun;c. sampah yang timbul akibat bencana;d. puing bongkaran bangunan;e. sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atauf. sampah yang timbul secara tidak periodik.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis sampah spesifik di luar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup.
BAB IIASAS DAN TUJUAN
Pasal 3Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi.
Pasal 4Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.
BAB IIITUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAHAN
Bagian KesatuTugas
Pasal 5Pemerintah dan pemerintahan daerah bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Pasal 6Tugas Pemerintah dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 terdiri atas:a. menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam pengelolaan sampah;
b.melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan, dan penanganan sampah;
c. memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan upaya pengurangan, penanganan, dan pemanfaatan sampah;d. melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah;e. mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan sampah;f. memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada masyarakat setempat untuk mengurangi dan menangani sampah; dang. melakukan koordinasi antarlembaga pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.
Bagian KeduaWewenang Pemerintah
Pasal 7Dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah, Pemerintah mempunyai kewenangan:a. menetapkan kebijakan dan strategi nasional pengelolaan sampah;b. menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria pengelolaan sampah;c. memfasilitasi dan mengembangkan kerja sama antardaerah, kemitraan, dan jejaring dalam pengelolaan sampah;d. menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, dan pengawasan kinerja pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah; dane. menetapkan kebijakan penyelesaian perselisihan antardaerah dalam pengelolaan sampah.
Bagian KetigaWewenang Pemerintah Provinsi
Pasal 8Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, pemerintahan provinsi mempunyai kewenangan:a. menetapkan kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah sesuai dengan kebijakan Pemerintah;b. memfasilitasi kerja sama antardaerah dalam satu provinsi, kemitraan, dan jejaring dalam pengelolaan sampah;
c. menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, dan pengawasan kinerja kabupaten/kota dalam pengelolaan sampah; dand. memfasilitasi penyelesaian perselisihan pengelolaan sampah antarkabupaten/antarkota dalam 1 (satu) provinsi.
Bagian KeempatWewenang Pemerintah Kabupaten/Kota
Pasal 9(1) Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, pemerintahan kabupaten/kota mempunyai kewenangan:a. menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah berdasarkan kebijakan nasional dan provinsi;b. menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kabupaten/kota sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah;c. melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh pihak lain;d. menetapkan lokasi tempat penampungan sementara, tempat pengolahan sampah terpadu, dan/atau tempat pemrosesan akhir sampah;e. melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6 (enam) bulan selama 20 (dua puluh) tahun terhadap tempat pemrosesan akhir sampah dengan system pembuangan terbuka yang telah ditutup; danf. menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan sampah sesuai dengan kewenangannya.(2) Penetapan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu dan tempat pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan bagian dari rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman penyusunan sistem tanggap darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f diatur dengan peraturan menteri.
Bagian KelimaPembagian Kewenangan
Pasal 10Pembagian kewenangan pemerintahan di bidang pengelolaan
sampah dilaksanakan sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB IVHAK DAN KEWAJIBANBagian Kesatu
HakPasal 11
(1) Setiap orang berhak:a. mendapatkan pelayanan dalam pengelolaan sampah secara baik dan berwawasan lingkungan dari Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau pihak lain yang diberi tanggung jawab untuk itu;b. berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan, dan pengawasan di bidang pengelolaan sampah;c. memperoleh informasi yang benar, akurat, dan tepat waktu mengenai penyelenggaraan pengelolaan sampah;d. mendapatkan pelindungan dan kompensasi karena dampak negatif dari kegiatan tempat pemrosesan akhir sampah; dane. memperoleh pembinaan agar dapat melaksanakan pengelolaan sampah secara baik dan berwawasan lingkungan. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah dan peraturan daerah sesuai dengan kewenangannya.
Bagian KeduaKewajibanPasal 12
(1) Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampahrumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yangberwawasan lingkungan.(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan kewajiban pengelolaan sampahrumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud padaayat (1) diatur dengan peraturan daerah.Pasal 13Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus,fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan fasilitas pemilahan
sampah.Pasal 14Setiap produsen harus mencantumkan label atau tanda yang berhubungan denganpengurangan dan penanganan sampah pada kemasan dan/atau produknya.
Pasal 15Produsen wajib mengelola kemasan dan/atau barang yang diproduksinya yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam.
Pasal 16Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyediaan fasilitas pemilahan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, tata cara pelabelan atau penandaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, dan kewajiban produsen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 diatur dengan peraturan pemerintah.
BAB VPERIZINANPasal 17
(1) Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha pengelolaan sampah wajib memiliki izin dari kepala daerah sesuai dengan kewenangannya.(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Pemerintah.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara memperoleh izin sebagaimana dimaksud padaayat (1) diatur dengan peraturan daerah sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 18(1) Keputusan mengenai pemberian izin pengelolaan sampah harus diumumkan kepada masyarakat.(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis usaha pengelolaan sampah yang mendapatkan izin dan tata cara pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan daerah.
BAB VIPENYELENGGARAAN PENGELOLAAN SAMPAH
Bagian KesatuPengelolaan Sampah Rumah Tangga danSampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Pasal 19Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah
rumah tangga terdiri atas:a. pengurangan sampah; dan
b. penanganan sampah.Paragraf Kesatu
Pengurangan SampahPasal 20
(1) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a meliputi kegiatan:a. pembatasan timbulan sampah;b. pendauran ulang sampah; dan/atauc. pemanfaatan kembali sampah.(2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:a. menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu;b. memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan;c. memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan;d. memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dane. memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.(3) Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan bahan produksi yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.(4) Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur dengan peraturan pemerintah.
Pasal 21(1) Pemerintah memberikan:a. insentif kepada setiap orang yang melakukan pengurangan sampah; danb. disinsentif kepada setiap orang yang tidak melakukan pengurangan sampah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, bentuk, dan tata cara pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.
Paragraf KeduaPenanganan Sampah
Pasal 22(1) Kegiatan penanganan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b meliputi:a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu;c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah; dan/ataue. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penanganan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat(1) diatur dengan peraturan pemerintah dan/atau peraturan daerah sesuai dengan kewenangannya.
Bagian KeduaPengelolaan Sampah Spesifik
Pasal 23(1) Pengelolaan sampah spesifik adalah tanggung jawab Pemerintah.(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.
BAB VIIPEMBIAYAAN DAN KOMPENSASI
Bagian KesatuPembiayaanPasal 24
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membiayai penyelenggaraan pengelolaan sampah.(2) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta anggaran pendapatan dan belanja daerah.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah dan/atau peraturan daerah.
Bagian KeduaKompensasiPasal 25
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat memberikan kompensasi kepada orang sebagai akibat dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di tempat pemrosesan akhir sampah.(2) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:a. relokasi;b. pemulihan lingkungan;c. biaya kesehatan dan pengobatan; dan/ataud. kompensasi dalam bentuk lain.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai dampak negatif dan kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah.(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian kompensasi oleh pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah dan/atau peraturan daerah.
BAB VIIIKERJA SAMA DAN KEMITRAAN
Bagian KesatuKerja Sama Antardaerah
Pasal 26(1) Pemerintah daerah dapat melakukan kerja sama antarpemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan sampah.(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diwujudkan dalam bentuk kerja sama dan/atau pembuatan usaha bersama pengelolaan sampah.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman kerja sama dan bentuk usaha bersama antardaerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dalam peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri.
Bagian KeduaKemitraanPasal 27
(1) Pemerintah daerah kabupaten/kota secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapatbermitra dengan badan usaha pengelolaan sampah dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah.(2) Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk perjanjianantara pemerintah daerah kabupaten/kota dan badan usaha yang bersangkutan.(3) Tata cara pelaksanaan kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
BAB IXPERAN MASYARAKAT
Pasal 28(1) Masyarakat dapat berperan dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.(2) Peran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui:a. pemberian usul, pertimbangan, dan saran kepada Pemerintah dan/atau pemerintah daerah;b. perumusan kebijakan pengelolaan sampah; dan/atauc. pemberian saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketa persampahan.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara peran masyarakat sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah dan/atau peraturan daerah.
BAB XLARANGANPasal 29
(1) Setiap orang dilarang:a. memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. mengimpor sampah;c. mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun;d. mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan;e. membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan;f. melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat pemrosesan akhir; dan/ataug. membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah.(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf c, dan huruf d diatur dengan peraturan pemerintah.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, huruf f, dan huruf g diatur dengan peraturan daerah kabupaten/kota.(4) Peraturan daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat menetapkan sanksi pidana kurungan atau denda terhadap pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, huruf f, dan huruf g.
BAB XIPENGAWASANPasal 30
(1) Pengawasan terhadap kebijakan pengelolaan sampah oleh pemerintah daerah dilakukan oleh Pemerintah.(2) Pengawasan pelaksanaan pengelolaan sampah pada tingkat kabupaten/kota dilakukan oleh gubernur.
Pasal 31(1) Pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pengelola sampah dilakukan oleh pemerintah daerah, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.(2) Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada norma, standar, prosedur, dan kriteria pengawasan yang diatur olehPemerintah.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan daerah.
BAB XIISANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 32(1) Bupati/walikota dapat menerapkan sanksi administratif kepada pengelola sampah yang melanggar ketentuan persyaratan yang ditetapkan dalam perizinan.(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. paksaan pemerintahan;b. uang paksa; dan/atauc. pencabutan izin.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan daerah kabupaten/kota.
BAB XIIIPENYELESAIAN SENGKETA
Bagian KesatuUmum
Pasal 33(1) Sengketa yang dapat timbul dari pengelolaan sampah terdiri atas:a. sengketa antara pemerintah daerah dan pengelola sampah; danb. sengketa antara pengelola sampah dan masyarakat.(2) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melaluipenyelesaian di luar pengadilan ataupun melalui pengadilan.(3) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Bagian KeduaPenyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan
Pasal 34
(1) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan dilakukan dengan mediasi, negosiasi, arbitrase, atau pilihan lain dari para pihak yang bersengketa.(2) Apabila dalam penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai kesepakatan, para pihak yang bersengketa dapat mengajukannya ke pengadilan.
Bagian KetigaPenyelesaian Sengketa di Dalam Pengadilan
Pasal 35(1) Penyelesaian sengketa persampahan di dalam pengadilan dilakukan melalui gugatan perbuatan melawan hukum.(2) Gugatan perbuatan melawan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mensyaratkan penggugat membuktikan unsur-unsur kesalahan, kerugian, dan hubungan sebab akibat antara perbuatan dan kerugian yang ditimbulkan.(3) Tuntutan dalam gugatan perbuatan melawan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat(2) dapat berwujud ganti kerugian dan/atau tindakan tertentu.
Bagian KeempatGugatan Perwakilan Kelompok
Pasal 36Masyarakat yang dirugikan akibat perbuatan melawan hukum di bidang pengelolaan sampahberhak mengajukan gugatan melalui perwakilan kelompok.
Bagian KelimaHak Gugat Organisasi Persampahan
Pasal 37(1) Organisasi persampahan berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan pengelolaan sampah yang aman bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan.(2) Hak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbatas pada tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu, kecuali biaya atau pengeluaran riil.(3) Organisasi persampahan yang berhak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan:
a. berbentuk badan hukum;b. mempunyai anggaran dasar di bidang pengelolaan sampah; danc. telah melakukan kegiatan nyata paling sedikit 1 (satu) tahun sesuai dengan anggaran dasarnya.
BAB XIVPENYIDIKANPasal 38
(1) Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, pejabat pegawai negeri sipiltertentu di lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya dibidang pengelolaan persampahan diberi wewenang khusus sebagai penyidiksebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.(2) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang:a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana di bidang pengelolaan sampah;b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana di bidang pengelolaan sampah;c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang berkenaan dengan peristiwa tindak pidana di bidang pengelolaan sampah;d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang pengelolaan sampah;e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan bukti, pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan dan barang hasil kejahatan yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang pengelolaan sampah; danf. meminta bantuan ahli dalam pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang pengelolaan sampah.(3) Penyidik pejabat pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan hasil penyidikannya kepada Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.(4) Penyidik pejabat pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan hasil penyidikan kepada
penuntut umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.
BAB XVKETENTUAN PIDANA
Pasal 39(1) Setiap orang yang secara melawan hukum memasukkan dan/atau mengimpor sampah rumah tangga dan/atau sampah sejenis sampah rumah tangga ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia diancam dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga)tahun dan paling lama 9 (sembilan) tahun dan denda paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).(2) Setiap orang yang secara melawan hukum memasukkan dan/atau mengimpor sampah spesifik ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia diancam dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Pasal 40(1) Pengelola sampah yang secara melawan hukum dan dengan
sengaja melakukankegiatan pengelolaan sampah dengan tidak memperhatikan
norma, standar, prosedur,atau kriteria yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan
masyarakat, gangguankeamanan, pencemaran lingkungan, dan/atau perusakan
lingkungan diancam denganpidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 10 (sepuluh) tahun dandenda paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
dan paling banyakRp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang mati atau
luka berat, pengelola sampah diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Pasal 41(1) Pengelola sampah yang karena kealpaannya melakukan
kegiatan pengelolaan sampahdengan tidak memperhatikan norma, standar, prosedur, atau
kriteria yang dapatmengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat, gangguan
keamanan, pencemaranlingkungan, dan/atau perusakan lingkungan diancam dengan
pidana penjara paling lama3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah).(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan orang mati atauluka berat, pengelola sampah diancam dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima)tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah).Pasal 42
(1) Tindak pidana dianggap sebagai tindak pidana korporasi apabila tindak pidana dimaksud
dilakukan dalam rangka mencapai tujuan korporasi dan dilakukan oleh pengurus yang
berwenang mengambil keputusan atas nama korporasi atau mewakili korporasi untuk
melakukan perbuatan hukum atau memiliki kewenangan guna mengendalikan dan/atau
mengawasi korporasi tersebut.(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh atau atas namakorporasi dan orang-orang, baik berdasarkan hubungan kerja
maupun berdasarkanhubungan lain yang bertindak dalam lingkungan korporasi,
tuntutan pidana dan sanksipidana dijatuhkan kepada mereka yang bertindak sebagai
pemimpin atau yang memberiperintah, tanpa mengingat apakah orang dimaksud, baik
berdasarkan hubungan kerjamaupun hubungan lain, melakukan tindak pidana secara sendiri
atau bersama-sama.
(3) Jika tuntutan dilakukan terhadap korporasi, panggilan untuk menghadap dan penyerahan
surat panggilan ditujukan kepada pengurus pada alamat korporasi atau di tempat
pengurus melakukan pekerjaan yang tetap.(4) Jika tuntutan dilakukan terhadap korporasi yang pada
saat penuntutan diwakili olehbukan pengurus, hakim dapat memerintahkan pengurus agar
menghadap sendiri kepengadilan.Pasal 43
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39, Pasal 40, Pasal 41, dan Pasal 42
adalah kejahatan.BAB XVI
KETENTUAN PERALIHANPasal 44
(1) Pemerintah daerah harus membuat perencanaan penutupan tempat pemrosesan akhir
sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka paling lama 1 (satu) tahun
terhitung sejak berlakunya Undang-Undang ini.(2) Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir
sampah yangmenggunakan sistem pembuangan terbuka paling lama 5 (lima)
tahun terhitung sejakberlakunya Undang-Undang ini.
Pasal 45Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan
industri, kawasan khusus,fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya yang
belum memiliki fasilitas pemilahansampah pada saat diundangkannya Undang-Undang ini wajib
membangun ataumenyediakan fasilitas pemilahan sampah paling lama 1 (satu)
tahun.BAB XVII
KETENTUAN LAIN-LAINPasal 46
Khusus untuk daerah provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 29 ayat
(3) dan ayat (4), serta Pasal 32 merupakan kewenangan pemerintah daerah provinsi.
BAB XVIIIKETENTUAN PENUTUP
Pasal 47(1) Peraturan pemerintah dan peraturan menteri yang
diamanatkan Undang-Undang inidiselesaikan paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak
Undang-Undang inidiundangkan.
(2) Peraturan daerah yang diamanatkan Undang-Undang ini diselesaikan paling lama 3
(tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.Pasal 48
Pada saat berlakunya Undang-Undang ini semua peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan pengelolaan sampah yang telah ada tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.Pasal 49
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Undang-Undang inidengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.Disahkan di Jakarta
pada tanggal 7 Mei 2008PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA,DR. H. SUSILO BAMBANG
YUDHOYONODiundangkan di Jakartapada tanggal 7 Mei 2008
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,
ANDI MATTALATTALEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 69
PENJELASANATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 18 TAHUN 2008
TENTANGPENGELOLAAN SAMPAH
I. UMUMJumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat
pertumbuhan yang tinggimengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu,
pola konsumsi masyarakatmemberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang
semakin beragam, antaralain, sampah kemasan yang berbahaya dan/atau sulit diurai
oleh proses alam.Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah
sebagai barang sisayang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu
dimanfaatkan. Masyarakatdalam mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir
(end-of-pipe), yaitusampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat
pemrosesan akhir sampah. Padahal,timbunan sampah dengan volume yang besar di lokasi tempat
pemrosesan akhir sampahberpotensi melepas gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan
emisi gas rumah kaca danmemberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Agar
timbunan sampah dapat teruraimelalui proses alam diperlukan jangka waktu yang lama dan
diperlukan penanganan denganbiaya yang besar.
Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya
ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru
memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat
dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri.
Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak
sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu
pada fase produk sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan
ke media lingkungan secara aman. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut
dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah
meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan
kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan,
pengolahan, dan pemrosesan akhir.Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dansehat. Amanat Undang-Undang Dasar tersebut memberikan
konsekuensi bahwa pemerintahwajib memberikan pelayanan publik dalam pengelolaan sampah.
Hal itu membawakonsekuensi hukum bahwa pemerintah merupakan pihak yang
berwenang dan bertanggungjawab di bidang pengelolaan sampah meskipun secara
operasional pengelolaannya dapatbermitra dengan badan usaha. Selain itu organisasi
persampahan, dan kelompokmasyarakat yang bergerak di bidang persampahan dapat juga
diikut sertakan dalamkegiatan pengelolaan sampah.
Dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan sampah secara terpadu dan
komprehensif, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan wewenang
Pemerintah dan pemerintahan daerah untuk melaksanakan pelayanan publik, diperlukan
payung hukum dalam bentuk undang-undang. Pengaturan hukum pengelolaan sampah
dalam Undang-Undang ini berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas
manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas
keamanan, dan asas nilai ekonomi.Berdasarkan pemikiran sebagaimana diuraikan di atas,
pembentukan Undang-Undang inidiperlukan dalam rangka:
a. kepastian hukum bagi rakyat untuk mendapatkan pelayanan pengelolaan sampah yang
baik dan berwawasan lingkungan;b. ketegasan mengenai larangan memasukkan dan/atau mengimpor
sampah ke dalamwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. ketertiban dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah;d. kejelasan tugas, wewenang, dan tanggung jawab Pemerintah
dan pemerintahan daerahdalam pengelolaan sampah; dan
e. kejelasan antara pengertian sampah yang diatur dalam undang-undang ini dan pengertian
limbah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1Cukup jelasPasal 2Ayat (1)
Cukup jelasAyat (2)
Cukup jelasAyat (3)
Yang dimaksud dengan sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah yang
tidak berasal dari rumah tangga.Kawasan komersial berupa, antara lain, pusat perdagangan,
pasar, pertokoan, hotel,perkantoran, restoran, dan tempat hiburan.
Kawasan industri merupakan kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola
oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri.
Kawasan khusus merupakan wilayah yang bersifat khusus yang digunakan untuk
kepentingan nasional/berskala nasional, misalnya, kawasan cagar budaya, taman
nasional, pengembangan industri strategis, dan pengembangan teknologi tinggi.
Fasilitas sosial berupa, antara lain, rumah ibadah, panti asuhan, dan panti sosial.
Fasilitas umum berupa, antara lain, terminal angkutan umum, stasiun kereta api,
pelabuhan laut, pelabuhan udara, tempat pemberhentian kendaraan umum, taman,jalan, dan trotoar.
Yang termasuk fasilitas lain yang tidak termasuk kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum antara lain rumah tahanan, lembaga
pemasyarakatan, rumah sakit, klinik, pusat kesehatan masyarakat, kawasan
pendidikan, kawasan pariwisata, kawasan berikat, dan pusat kegiatan olah raga.
Ayat (4)Cukup jelasAyat (5)
Cukup jelasPasal 3
Yang dimaksud dengan asas "tanggung jawab" adalah bahwa Pemerintah dan
pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab pengelolaan sampah dalam mewujudkan
hak masyarakat terhadap lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.Yang dimaksud dengan asas "berkelanjutan" adalah bahwa
pengelolaan sampahdilakukan dengan menggunakan metode dan teknik yang ramah
lingkungan sehingga
tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan, baik
pada generasi masa kini maupun pada generasi yang akan datang.
Yang dimaksud dengan asas "manfaat" adalah bahwa pengelolaan sampah perlu
menggunakan pendekatan yang menganggap sampah sebagai sumber daya yang dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.Yang dimaksud dengan asas "keadilan" adalah bahwa dalam
pengelolaan sampah,Pemerintah dan pemerintah daerah memberikan kesempatan yang
sama kepadamasyarakat dan dunia usaha untuk berperan secara aktif dalam
pengelolaan sampah.Yang dimaksud dengan asas "kesadaran" adalah bahwa dalam
pengelolaan sampah,Pemerintah dan pemerintah daerah mendorong setiap orang agar
memiliki sikap,kepedulian, dan kesadaran untuk mengurangi dan menangani
sampah yangdihasilkannya.
Yang dimaksud dengan asas "kebersamaan" adalah bahwa pengelolaan sampah
diselenggarakan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
Yang dimaksud dengan asas "keselamatan" adalah bahwa pengelolaan sampah harus
menjamin keselamatan manusia.Yang dimaksud dengan asas "keamanan" adalah bahwa
pengelolaan sampah harusmenjamin dan melindungi masyarakat dari berbagai dampak
negatif.Yang dimaksud dengan asas "nilai ekonomi" adalah bahwa
sampah merupakan sumberdaya yang mempunyai nilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan
sehingga memberikan nilaitambah.Pasal 4
Cukup jelasPasal 5
Cukup jelasPasal 6Huruf a
Cukup jelasHuruf b
Cukup jelasHuruf c
Cukup jelasHuruf d
Cukup jelasHuruf e
Hasil pengolahan sampah, misalnya berupa kompos, pupuk, biogas, potensi energi,
dan hasil daur ulang lainnya.Huruf f
Cukup jelasHuruf g
Cukup jelasPasal 7
Cukup jelasPasal 8
Cukup jelasPasal 9Ayat (1)Huruf a
Cukup jelasHuruf b
Penyelenggaraan pengelolaan sampah, antara lain, berupa penyediaan tempat
penampungan sampah, alat angkut sampah, tempat penampungan sementara,
tempat pengolahan sampah terpadu, dan/atau tempat pemrosesan akhir sampah.
Huruf cCukup jelasHuruf d
Cukup jelasHuruf e
Cukup jelasHuruf f
Cukup jelas
Ayat (2)Cukup jelasAyat (3)
Cukup jelasPasal 10
Cukup jelasPasal 11
Cukup jelasPasal 12
Cukup jelasPasal 13
Kawasan permukiman meliputi kawasan permukiman dalam bentuk klaster, apartemen,
kondominium, asrama, dan sejenisnya.Fasilitas pemilahan yang disediakan diletakkan pada tempat
yang mudah dijangkau olehmasyarakat.Pasal 14
Untuk produk tertentu yang karena ukuran kemasannya tidak memungkinkan
mencantumkan label atau tanda, penempatan label atau tanda dapat dicantumkan pada
kemasan induknya.Pasal 15
Yang dimaksud dengan mengelola kemasan berupa penarikan kembali kemasan untuk
didaur ulang dan/atau diguna ulang.Pasal 16
Cukup jelasPasal 17Ayat (1)
Cukup jelasAyat (2)
Lingkup perizinan yang diatur oleh Pemerintah, antara lain, memuat persyaratan untuk
memperoleh izin, jangka waktu izin, dan berakhirnya izin.Ayat (3)
Cukup jelasPasal 18
Cukup jelasPasal 19
Cukup jelasPasal 20Ayat (1)
Cukup jelasAyat (2)Huruf a
Pemerintah menetapkan kebijakan agar para produsen mengurangi sampah dengan
cara menggunakan bahan yang dapat atau mudah diurai oleh proses alam.
Kebijakan tersebut berupa penetapan jumlah dan persentase pengurangan
pemakaian bahan yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam dalam jangka
waktu tertentu.Huruf b
Teknologi ramah lingkungan merupakan teknologi yang dapat mengurangi timbulan
sampah sejak awal proses produksi.Huruf c
Cukup jelasHuruf d
Cukup jelasHuruf e
Cukup jelasAyat (3)
Yang dimaksud bahan produksi dalam ketentuan ini berupa bahan baku, bahan
penolong, bahan tambahan, atau kemasan produk.Ayat (4)
Cukup jelasAyat (5)
Cukup jelasPasal 21Ayat (1)Huruf a
Insentif dapat diberikan misalnya kepada produsen yang menggunakan bahan
produksi yang dapat atau mudah diurai oleh proses alam dan ramah lingkungan.
Huruf b
Disinsentif dikenakan misalnya kepada produsen yang menggunakan bahan
produksi yang sulit diurai oleh proses alam, diguna ulang, dan/atau didaur ulang,
serta tidak ramah lingkungan.Ayat (2)
Cukup jelasPasal 22Ayat (1)Huruf a
Pemilahan sampah dilakukan dengan metode yang memenuhi persyaratan
keamanan, kesehatan, lingkungan, kenyamanan, dan kebersihan.Huruf b
Cukup jelasHuruf c
Cukup jelasHuruf d
Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah
dimaksudkan agar sampah dapat diproses lebih lanjut, dimanfaatkan, atau
dikembalikan ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.
Huruf eCukup jelasAyat (2)
Cukup jelasPasal 23
Cukup jelasPasal 24
Cukup jelasPasal 25Ayat (1)
Kompensasi merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintah terhadap
pengelolaan sampah di tempat pemrosesan akhir yang berdampak negatif terhadap
orang.Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)Cukup jelasAyat (4)
Cukup jelasPasal 26
Cukup jelasPasal 27
Cukup jelasPasal 28
Cukup jelasPasal 29Ayat (1)
Cukup jelasAyat (2)
Hal-hal yang diatur dalam peraturan pemerintah memuat antara lain jenis, volume,
dan/atau karakteristik sampah.Ayat (3)
Cukup jelasAyat (4)
Cukup jelasPasal 30
Cukup jelasPasal 31
Cukup jelasPasal 32Ayat (1)
Cukup jelasAyat (2)Huruf a
Paksaan pemerintahan merupakan suatu tindakan hukum yang dilakukan oleh
pemerintah daerah untuk memulihkan kualitas lingkungan dalam keadaan semula
dengan beban biaya yang ditanggung oleh pengelola sampah yang tidak mematuhi
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.Huruf b
Uang paksa merupakan uang yang harus dibayarkan dalam jumlah tertentu oleh
pengelola sampah yang melanggar ketentuan dalam peraturan perundang-undangan
sebagai pengganti dari pelaksanaan sanksi paksaan pemerintahan.
Huruf cCukup jelasAyat (3)
Cukup jelasPasal 33Ayat (1)
Sengketa persampahan merupakan perselisihan antara dua pihak atau lebih yang
ditimbulkan oleh adanya atau diduga adanya gangguan dan/atau kerugian terhadap
kesehatan masyarakat dan/atau lingkungan akibat kegiatan pengelolaan sampah.
Ayat (2)Cukup jelasAyat (3)
Cukup jelasPasal 34Ayat (1)
Penyelesaian sengketa persampahan di luar pengadilan diselenggarakan untuk
mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau mengenai
tindakan tertentu guna menjamin tidak akan terjadinya atau terulangnya dampak
negatif dari kegiatan pengelolaan sampah.Ayat (2)
Cukup jelasPasal 35Ayat (1)
Cukup jelasAyat (2)
Cukup jelasAyat (3)
Yang dimaksud dengan tindakan tertentu dalam ayat ini, antara lain, perintah
memasang atau memperbaiki prasarana dan sarana pengelolaan sampah.
Pasal 36Gugatan perwakilan kelompok dilakukan melalui pengajuan
gugatan oleh satu orang ataulebih yang mewakili diri sendiri atau mewakili kelompok.
Pasal 37Ayat (1)
Organisasi persampahan merupakan kelompok orang yang terbentuk atas kehendak
dan keinginan sendiri di tengah masyarakat yang tujuan dan kegiatannya meliputi
bidang pengelolaan sampah.Ayat (2)
Yang dimaksud dengan biaya atau pengeluaran riil adalah biaya yang secara nyata
dapat dibuktikan telah dikeluarkan oleh organisasi persampahan.Ayat (3)
Cukup jelasPasal 38
Cukup jelasPasal 39
Cukup jelasPasal 40
Cukup jelasPasal 41
Cukup jelasPasal 42
Cukup jelasPasal 43
Cukup jelasPasal 44
Cukup jelasPasal 45
Cukup jelasPasal 46
Cukup jelasPasal 47
Cukup jelasPasal 48
Cukup jelasPasal 49
Cukup jelas
Tentang Air Limbah Mengatur pemanfaatn sebagian atau seluruh sumber air
tertentu mealuui perizinan, dan/atau Pelarangan untuk memanfaatkan sebagian atau seluruh
sumber air tertentu
Huruf CYang dimaksud dengan pengisian air pada sumber air antara lain : pemindahan aliran ir dari satu daerah aliran sungai ke daerah aliran sungai lainnya, misalnya dengan sudetan,
interkoneksi, suplesi, dan/atau imbuhan air tanah.Huruf d
Yang dimaksud dengan sanitasi meliputi prasarana dan sarana air limbah dan persampahan.
Huruf eCukup jelasHuruf f
Cukup jelasHuruf g
Cukup jelasHuruf h
Cukup jelasPasal 22
Cukup jelasPasal 23Ayat (1)
Cukup jelasAyat (2)
Yang dimaksud dengan memperbaiki kualitas air pada sumber air antara lain dilakukan upaya aerasi pada sumber air
Ayat (3)Untuk mencegah masuknya pencemaran air pada sumber air, misalnya dilakukan denngan cara tidak membuang sampah di
sumber air, dan mengolah limbah sebelum dialirkan ke sumber air.
Ayat (4)Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4851.Go Back | Tentang Kami | Forum Diskusi | Web Mail | Kontak
Kami © Legalitas.Org
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dampak kesehatan layanan air dan sanitasi merupakan
contoh khusus dari biaya dan manfaat jangka panjang yang
sering di abaikan. Pengembangan yang tidak seimabang (
meningkatnya kualitas persediaan air tanpa menyediakan
sarana pembuangan limbah atau sarana sanitasi pokok) secara
plitis memang populer, tetapi mungkin tidak menaikkan
tingkat kesehatan sebab lingkungan tetap tercemar. Limbah
industri yang tidak di tangani mungkin akan menimbulkan
masalah kesehatan di kemudian hari. Dengan dampak kesehatan
yang mungkin belum di ketahui dari zat-zat kimia modern yang
baru akhir-akhir ini saja di temukan, industri dan pencemar
potensial lainnya harus menanggung kewajiban untuk
membuktikan bahwa kegiatan-kegiatan yang mereka rencanakan
tidak merugikan.