3. kajian pemberian pakan kulit kakao fermentasi terhadap pertumbuhan sapi bali

8
Jurnal Agrisistem, Desember 2011, Vol. 7 No. 2 ISSN 1858-4330 79 KAJIAN PEMBERIAN PAKAN KULIT KAKAO FERMENTASI TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI STUDY OF GIFT OF COCOA HUSK FERMENTED FEED ON BALI COW GROWTH Serli Anas * , Annas Zubair, dan Dwi Rohmadi Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Gorontalo Jl. Kopi No 270 Desa Iloheluma, Kec. Tilong Kabila, Kab Bone Bolango, Prov. Gorontalo, 96183, Tlp/fax 0435-827627 * e-mail: [email protected] ABSTRAK Jumlah produksi kakao di kabupaten Pohuwato tahun 2009 sebanyak 3.478,86 ton. Dengan jumlah kulit kakaonya sekitar 70 %, masih kurang dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak. Penggunaan kulit kakao untuk ternak sapi bisa 3040% dari kebutuhan pakan, dengan demikian pemanfaatan kulit buah kakao dapat mengantisipasi masalah kekurangan pakan ternak serta menghemat tenaga kerja dalam penyediaan pakan hijauan. Fermentasi kulit kakao dapat mempertinggi daya cerna, menurunkan kandungan lignin, meningkatkan kadar protein, menekan efek buruk racun theobromine dan meningkatkan produktivitas ternak sapi. Penelitin bertujuan untuk dapat memanfaatkan kulit kakao sebagai pakan ternak untuk meningkatkan pertambahan berat badan ternak sapi Bali >0,5 kg ekor -1 hari -1 . Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pohuwato dari Februari sampai September 2012, menggunakan 12 ekor sapi Bali dengan pemberian pakan fermentasi kulit kakao dan konsentrat dengan 3 perlakuan (P1 sebagai kontrol, P2 sebanyak 2 kg fermentasi dan P3 sebanyak 4 kg fermentasi) dan 4 ulangan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Pengamatan yang dilakukan yaitu pertambahan berat badan sapi Bali selama 3 bulan, pengolahan data menggunakan analisa sidik ragam dan uji beda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian fermentasi kulit buah kakao sebagai pakan pada sapi bali memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan berat badan sapi Bali. Kata kunci: Fermentasi kulit kakao, sapi Bali, pertambahan berat badan ABSTRACT Production cacao in district Pohuwato year 2009 as much 3.478,86 ton. Production the husk cacao about 70 %, still less be exploited upon which feed livestock. use of Husk cacao for the livestock cattle can 30-40% from requirement feed, there by exploiting of husk of fruit cacao can anticipate the problem of insuffiency of feed livestock and also economize the labour in ready of feed. fermentation of Husk cacao can heighten the energy digest, degrading lignine content, improving protein rate, depressing ugly effect poison the theobromine and improve the productivity of cattle livestock. Intention of this study that is can exploit the husk cacao as feed livestock to increase heavy accretion of higher body weight livestock of bali cattle >0,5 kg tail -1 day -1 . This study in district Pohuwato of month February - September 2012, using 12 head of Bali cattle with the feed of fermentation of husk cacao and concentrat by 3 treatment ( P1 as control, P2 as much 2 kg of fermentation

Upload: yogi-pernanda

Post on 27-Oct-2015

252 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 3. Kajian Pemberian Pakan Kulit Kakao Fermentasi Terhadap Pertumbuhan Sapi Bali

Jurnal Agrisistem, Desember 2011, Vol. 7 No. 2 ISSN 1858-4330

79

KAJIAN PEMBERIAN PAKAN KULIT KAKAO FERMENTASI

TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

STUDY OF GIFT OF COCOA HUSK FERMENTED FEED

ON BALI COW GROWTH

Serli Anas*, Annas Zubair, dan Dwi Rohmadi

Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Gorontalo

Jl. Kopi No 270 Desa Iloheluma, Kec. Tilong Kabila, Kab Bone Bolango,

Prov. Gorontalo, 96183, Tlp/fax 0435-827627

* e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Jumlah produksi kakao di kabupaten Pohuwato tahun 2009 sebanyak 3.478,86 ton.

Dengan jumlah kulit kakaonya sekitar 70 %, masih kurang dimanfaatkan sebagai bahan

pakan ternak. Penggunaan kulit kakao untuk ternak sapi bisa 30–40% dari kebutuhan

pakan, dengan demikian pemanfaatan kulit buah kakao dapat mengantisipasi masalah

kekurangan pakan ternak serta menghemat tenaga kerja dalam penyediaan pakan hijauan.

Fermentasi kulit kakao dapat mempertinggi daya cerna, menurunkan kandungan lignin,

meningkatkan kadar protein, menekan efek buruk racun theobromine dan meningkatkan

produktivitas ternak sapi. Penelitin bertujuan untuk dapat memanfaatkan kulit kakao

sebagai pakan ternak untuk meningkatkan pertambahan berat badan ternak sapi Bali >0,5

kg ekor-1

hari-1

. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pohuwato dari Februari sampai

September 2012, menggunakan 12 ekor sapi Bali dengan pemberian pakan fermentasi kulit

kakao dan konsentrat dengan 3 perlakuan (P1 sebagai kontrol, P2 sebanyak 2 kg

fermentasi dan P3 sebanyak 4 kg fermentasi) dan 4 ulangan dengan menggunakan

rancangan acak lengkap (RAL). Pengamatan yang dilakukan yaitu pertambahan berat

badan sapi Bali selama 3 bulan, pengolahan data menggunakan analisa sidik ragam dan uji

beda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian fermentasi kulit buah kakao

sebagai pakan pada sapi bali memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan berat

badan sapi Bali.

Kata kunci: Fermentasi kulit kakao, sapi Bali, pertambahan berat badan

ABSTRACT

Production cacao in district Pohuwato year 2009 as much 3.478,86 ton. Production the

husk cacao about 70 %, still less be exploited upon which feed livestock. use of Husk

cacao for the livestock cattle can 30-40% from requirement feed, there by exploiting of

husk of fruit cacao can anticipate the problem of insuffiency of feed livestock and also

economize the labour in ready of feed. fermentation of Husk cacao can heighten the energy

digest, degrading lignine content, improving protein rate, depressing ugly effect poison the

theobromine and improve the productivity of cattle livestock. Intention of this study that is

can exploit the husk cacao as feed livestock to increase heavy accretion of higher body

weight livestock of bali cattle >0,5 kg tail-1

day-1

. This study in district Pohuwato of month

February - September 2012, using 12 head of Bali cattle with the feed of fermentation of

husk cacao and concentrat by 3 treatment ( P1 as control, P2 as much 2 kg of fermentation

Page 2: 3. Kajian Pemberian Pakan Kulit Kakao Fermentasi Terhadap Pertumbuhan Sapi Bali

Jurnal Agrisistem, Desember 2011, Vol. 7 No. 2 ISSN 1858-4330

80

and P3 as much 4 kg fermentation) and 4 replications by using RAL. Observation of higher

body weight of Bali cattle of during 3 month Statistical analysis using the least significant

different analysis and Duncan test.

Keywords: Fermentation of husk cacao, Bali cattle, higher body weight

PENDAHULUAN

Meningkatkan produksi daging merupa-

kan salah satu upaya untuk mewujudkan

ketahanan pangan sekaligus memajukan

tingkat kecerdasan sumberdaya manusia

Indonesia. Daging sapi adalah sumber

protein hewani yang kontribusinya dalam

memenuhi kebutuhan konsumen nasional

baru sekitar 23%. Telah banyak usaha

yang dilakukan untuk meningkatkan po-

pulasi, namun hasilnya belum memperli-

hatkan dampak yang positip, Selain pe-

nurunan populasi, produktivitas yang ren-

dah merupakan kendala peningkatan pro-

duksi daging terutama pada usaha sapi

potong rakyat. Keterbatasan modal, ku-

rang berwawasan agribisnis serta tata-

laksana pemeliharaan yang masih tradi-

sional merupakan penyebab rendahnya

produktivitas (dengan tingkat pertumbuh-

an <0,5 kg hari-1

). Salah satu faktor tata

laksana pemeliharaan yang penting dan

pengaruhnya cukup besar bagi produk-

tivitas adalah pakan. Pakan ternak meme-

gang peranan yang sangat penting dalam

usaha peternakan dan merupakan bagian

terbesar dari total biaya produksi. Pakan

ternak harus terjaga kualitas dan kuantitas

agar proses perkembangan, produksi diha-

silkan menjadi baik. Dalam usaha peter-

nakan, biaya produksi untuk pakan dapat

mencapai 70%. Oleh karena itu keuntung-

an usaha ini dapat diperoleh apabila ran-

sum/pakan yang diberikan cukup murah

tetapi dapat memenuhi kebutuhan ternak.

Jumlah produksi kakao di kabupaten Po-

huwato tahun 2009 sebanyak 3.478,86

ton. Dengan jumlah kulit kakaonya sekitar

70 %, masih kurang dimanfaatkan sebagai

bahan pakan ternak. Penggunaan kulit

kakao untuk ternak sapi bisa 30–40% dari

kebutuhan pakan, dengan demikian pe-

manfaatan kulit buah kakao dapat meng-

antisipasi masalah kekurangan pakan ter-

nak serta menghemat tenaga kerja dalam

penyediaan pakan hijauan. Fermentasi ku-

lit kakao dapat mempertinggi daya cerna,

menurunkan kandungan lignin, mening-

katkan kadar protein, menekan efek buruk

racun theobromine dan meningkatkan pro-

duktivitas ternak sapi. Pemberian kulit ka-

kao fermentasi dapat dilakukan dalam

bentuk segar dan tepung

Laconi (1998) menyatakan bahwa kulit

buah kakao mengandung lignin dan teo-

bromin tinggi (Aregheore, 2000), selain

juga mengandung serat kasar yang tinggi

(40,03%) dan protein yang rendah (9,71

%). Menurut Ammirroenas (1990), kulit

kakao mengandung selulosa 36,23%, he-

miselulosa 1,14% dan lignin 20%-27,95

%. Lignin yang berikatan dengan selulosa

menyebabkan selulosa tidak bisa diman-

faatkan oleh ternak. Upaya meningkatkan

kualitas dan nilai gizi pakan serat hasil

ikutan perkebunan yang berkualitas ren-

dah merupakan upaya strategis dalam me-

ningkatkan ketersediaan pakan. Penelitian

bertujuan untuk: 1) Menghasilkan pakan

fermentasi kulit kakao, 2) Meningkatkan

pertumbuhan berat badan sapi >0,5 kg

ekor-1

hari-1

, dan 3) Memperoleh reko-

mendasi fermentasi kulit kakao

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Panca-

karsa I, Kec. Taluditi, Kab. Pohuwato Pro-

vinsi Gorontalo. Secara keseluruhan wak-

tu pelaksanaan mulai bulan Pebruari–

September 2012.

Page 3: 3. Kajian Pemberian Pakan Kulit Kakao Fermentasi Terhadap Pertumbuhan Sapi Bali

Jurnal Agrisistem, Desember 2011, Vol. 7 No. 2 ISSN 1858-4330

81

Pengkajian ini menggunakan 16 ekor sapi

Bali dengan umur ± 1,5 tahun dan ternak

dipelihara dalam satu kandang. Pengka-

jian menerapkan empat macam perlakuan

pakan dan menggunakan Rancangan Acak

Kelompok (RAK), masing-masing perla-

kuan memiliki replikasi 4 ekor ternak sapi

Bali. Pengamatan pengaruh perlakuan pa-

kan fermentasi terhadap pertambahan be-

rat badan sapi Bali dilakukan selama 3

bulan.

Tabel 1. Perlakuan pakan

No Uraian Hijauan Fermentasi

Kulit Kakao Konsentrat

1. P1 (Kontrol) 10 % Berat Badan 1 % Berat Badan

2. P2 10 % Berat Badan 3 kg 1 % Berat Badan

3. P3 10 % Berat Badan 4 kg 1 % Berat Badan

4. P4 10 % Berat Badan 5 kg 1 % Berat Badan

Cara Pembuatan dan Pemberian

Ransum

Kulit buah kakao fermentasi dibuat de-

ngan mengunakan EM4, Urea, dan air.

Dengan perbandingan 5 liter EM4 dan 5

kg urea untuk 1 ton kulit buah kakao ba-

sah. Kulit kakao segar dicacah menjadi

ukuran 2–3 cm, kulit buah kakao yang te-

lah dicacah dimasukkan ke dalam kantong

plastik kemudian disemprot dengan larut-

an fermentor. Larutan fermentor dibuat

dengan mencampurkan 5 kg urea dan 5

liter EM4 dalam air untuk kulit buah ka-

kao sebanyak 1 ton secara merata. Kulit

buah kakao dibuat berlapis di dalam plas-

tik dan setiap lapis disemprot fermentor.

Setelah selesai plastik ditutup rapat sete-

lah sebelumnya udara di dalam dihisap

menggunakan vacum sehingga suasana

anaerob bisa tercapai. Kantong dibuka

setelah 21 hari dan kulit buah kakao fer-

mentasi diangin-anginkan sebelum diberi-

kan pada ternak

Adapun formulasi konsentrat yaitu: Dedak

halus 60%, jagung halus 25%, tepung ikan

10%, mineral 4%, garam 1%.

Komponen ransum konsentrat dicampur

secara manual dengan tangan sesuai ta-

karan yang sudah ditentukan. Pakan tam-

bahan konsentrat yang digunakan untuk

mendapatkan kandungan protein 12%

yang diberikan 1% dari berat badan ekor-1

hari-1

. Pemberian pakan konsentrat dilaku-

kan 2 jam pada pagi hari sebelum pem-

berian rumput dan fermentasi kulit kakao.

Hijauan yang diberikan ke ternak adalah

jerami jagung yang masih segar. Hijauan

diransumkan dua kali sehari, air minum

disediakan adlibitum dan diganti dengan

air yang baru setiap hari. Sebelum dilaku-

kan pengkajian ini, semua ternak diberi

obat cacing untuk mengantisipasi ke-

mungkinan terdapatnya parasit dalam sa-

luran pencernaan yang dapat menimbul-

kan bias terhadap data pengaruh pakan

percobaan selama penelitian. Pengamatan

yang dilakukan yaitu pertambahan berat

badan sapi Bali yang ditimbang setiap bu-

lan. Pengolahan data menggunakan ana-

lisis sidik ragam dan uji beda nyata ter-

kecil (Gomez, 1995).

Pengukuran Pertambahan Berat Badan

Sapi

Seleksi calon sapi yang akan dijadikan

sample pengkajian yaitu sapi Bali dengan

berat rata-rata 200–250 kg dengan umur

Page 4: 3. Kajian Pemberian Pakan Kulit Kakao Fermentasi Terhadap Pertumbuhan Sapi Bali

Jurnal Agrisistem, Desember 2011, Vol. 7 No. 2 ISSN 1858-4330

82

1,5–2 tahun sebanyak 16 ekor. Setelah

sapi tersebut dipilih berdasarkan kesepa-

katan sapi tersebut akan diintensifkan se-

bagai sapi penggemukan di kandang se-

lama 90 hari, selama jangka waktu ter-

sebut sapi-sapi yang telah dipilih tidak

boleh digunakan sebagai sapi pekerja di

luar kandang. Selanjutnya setelah seleksi

calon sapi dilakukan penimbangan berat

badan awal secara digital. Setelah itu

pemberian pakan baik berupa hijauan, fer-

mentasi kulit kakao dan konsentrat diberi-

kan sesuai dengan perlakuan yang disertai

pengamatan perkembangan berat badan

setiap 10 hari.

Pengumpulan Data dan Analisis Data

Data berat badan sapi yang ditimbang se-

tiap 7 hari diolah dan dianalisis berdasar-

kan uji statistik dengan menggunakan me-

tode RAK (Rancangan Acak Kelompok)

dan analisis uji BNT.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Geografis dan Iklim Wilayah

Kabupaten Pohuwato mempunyai luas:

4.291,81 km2. Kabupaten Pohuwato ter-

letak antara 0,27°–0,01° Lintang Utara

dan 121,23°–122,44° Bujur Timur. Pada

tahun 2003 kabupaten ini terdiri dari 13

kecamatan dengan adanya 9 pemekaran

kecamatan baru. Ujung paling selatan di

Tanjung Panjang pada 0,41° Lintang Se-

latan dan 121,804° BT. Paling Utara di

Gunung Tentolomatinan pada 0,938° LU

dan 121,776° BT. Batas Paling Barat di

Gunung Sentayu pada 0,682° LU dan

121,173°BT, dan paling Timur di Desa

Tabulo pada 0,506° LU dan 122,152°BT.

Pada bulan Juni sampai dengan September

arus angin berasal dari Australia dan tidak

banyak mengandung uap air, sehingga

mengakibatkan musim kemarau. Sebalik-

nya pada bulan Desember sampai dengan

Maret arus angin banyak berasal dari Asia

dan Samudera Pasifik terjadi musim hu-

jan. Keadaan seperti ini berganti setiap

setengah tahun setelah melewati masa

peralihan pada bulan April sampai Mei

dan Oktober sampai November.

Karakteristik Fermentasi

Fermentasi merupakan salah satu tekno-

logi untuk meningkatkan nilai gizi pakan

berserat tinggi. Fermentasi dapat meng-

hidrolisis protein, lemak, sellulosa, lignin

dan polisakarida lain, sehingga bahan

yang difermentasi akan mempunyai daya

cerna yang lebih tinggi, selama proses

fermentasi terjadi pertumbuhan kapang,

selain dihasilkan enzim juga dihasilkan

protein ekstraseluler dan protein hasil

metabolisme kapang sehingga terjadi pe-

ningkatan kadar protein. Fermentasi akan

meningkatkan Total Digestible Nutrien

(TDN) dari bahan menjadi 70%.

Fermentasi limbah kulit buah kakao me-

rupakan proses perombakan struktur keras

secara fisik, kimia dan biologi, sehingga

bahan dengan struktur yang kompleks

akan berubah menjadi lebih sederhana,

dan hal tersebut menyebabkan daya cerna

ternak menjadi lebih efisien.

Kandungan Nutrisi

Kulit buah Kakao mengandung alkaloid

theobromin (3,7–dimethylxantine) yang

merupakan faktor pembatas pada pema-

kaian limbah Kakao sebagai pakan ternak.

Kandungan alkaloid theobromin (3,7–di-

methylxantine) pada kulit buah Kakao

yaitu 0,17-0,20 % (Wong et al., 1988).

Dari hasil analisis fermentasi kulit kakao

pada Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5

dapat dilihat bahwa kandungan kulit buah

kakao setelah difermentasi dapat mening-

katkan manfaat nilai pakan dibandingkan

sebelum difermentasi. Zain (2007) mela-

porkan bahwa penggunaan pakan serat

amoniasi sampai 100% pengganti rumput

dan disuplementasi dengan daun ubi kayu

Page 5: 3. Kajian Pemberian Pakan Kulit Kakao Fermentasi Terhadap Pertumbuhan Sapi Bali

Jurnal Agrisistem, Desember 2011, Vol. 7 No. 2 ISSN 1858-4330

83

mampu mendukung laju pertumbuhan ter-

nak yang tinggi. Aregheore (2002) menge-

mukakan bahwa amoniasi diyakini dapat

meningkatkan kualitas sifat fisik kulit

buah kakao dan punya potensi untuk me-

nurunkan faktor pembatas penggunaan

kulit buah kakao sebagai pakan.

Tabel 2. Kandungan nutrisi kulit buah

kakao (shel food husk).

Nutrisi Kulit Kakao Segar

Bahan Kering 14,5

Protein 9,15

Lemak 1,25

Serat Kasar 32,7

TDN 50,3

CA 0,29

P 0,19

Sumber: BPTP Sumatera Barat

Tabel 3. Kandungan nutrisi kulit buah

kakao

Nutrisi Kulit Kakao Segar

Bahan Kering 17,2

Bahan Organik 81,2

Protein Kasar 9,07

NDF 73,9

ADF 58,98

Selulosa 38,65

Lignin 20,15

Pada Tabel 2 dan Tabel 4, dapat dilihat

dari kandungan protein yang tinggi, fer-

mentasi dapat meningkatkan kandungan

protein hal ini sesuai dengan pernyataan

Nguyen et al., 2001; Granzin & Dryden,

2003 bahwa amoniasi dapat meningkatkan

protein kasar. Dengan tingginya protein

sehingga ketersediaan nitrogen untuk per-

tumbuhan mikroba menjadi lebih baik.

Hampir 80% mikroba rumen membutuh-

kan nitrogen untuk mensintesis protein

tubuhnya. Pertumbuhan mikroba yang

baik akan menyebabkan kecernaan pakan

juga menjadi lebih baik (Zein, 2009).

Kandungan lignin pada kuit buah kakaio

fermentasi rendah disebabkan karena per-

lakuan fermentasi dengan urea mampu

melonggarkan ikatan ligniselulosa sehing-

ga lebih mudah dicerna oleh mikroba

rumen (Nguyen et al., 2001; Granzin &

Dryden, 2003).

Tabel 4. Kandungan nutrisi fermentasi

kulit buah kakao (anaslis prok-

simat).

Nutrisi Kulit Kakao

Fermentasi

Air 84,16

Protein 17,68

Lemak Kasar 1,49

Serat Kasar 46,34

BETN 12,26

Abu 22,23

Ca 0,98

P 0,22

Keterangan: Kecuali air, semua fraksi di-

nyatakan dalam bahan kering

Sumber : Laboratorium Kimia Makan-

an Ternak, Fapet UNHAS.

Tabel 5. Kandungan nutrisi fermentasi

kulit buah kakao (anaslis Van

Soest).

Nutrisi Kulit Kakao

Fermentasi

ADF 64,16

NDF 17,68

Hemiselulosa 1,49

Selulosa 46,34

Lignin 12,26

Abu Tak Larut 22,23

Sumber: Laboratorium Kimia Makanan

Ternak, Fapet UNHAS.

Page 6: 3. Kajian Pemberian Pakan Kulit Kakao Fermentasi Terhadap Pertumbuhan Sapi Bali

Jurnal Agrisistem, Desember 2011, Vol. 7 No. 2 ISSN 1858-4330

84

Pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa kan-

dungan ADF dan NDF rendah dibanding-

kan dengan kulit kakao tanpa fermentasi.

NDF berkorelasi negatif dengan konsumsi

apabila persentasenya tinggi maka akan

menurunkan konsumsi pada pada ternak,

apabila persentase ADF tinggi maka akan

menurunkan daya cerna pada ternak

(Ruddel et al., 2002). Tillman et al. (1989)

menyatakan bahwa konsumsi ransum di-

pengaruhi oleh bentuk dan sifat fisik pa-

kan, dan komposisi kimia ransum, fre-

kuensi pemberian dan anti nutrisi dalam

ransum.

Pertambahan Berat Badan

Pertambahan berat badan sapi Bali yang

diberi perlakuan keempat formulasi pakan

menunjukkan bahwa sapi mengalami per-

tambahan berat badan selama kegiatan.

Uji statistik terhadap pertambahan berat

badan memperlihatkan bahwa berbeda

nyata (P>0,05) dari keempat formulasi

pakan (Tabel 6).

Tabel 6. Rata-rata pertambahan bobot badan sapi minggu-1

(kg minggu-1

)

Perlakuan Rata-rata Pertambahan Bobot Badan Minggu-1

(kg) NP BNTα=0,05

P1 (Kontrol)

P2 (Kakao 3 Kg)

P3 (Kakao 4 Kg)

P4 (Kakao 5 kg)

3,75c

6,00b

8.50a

5.25bc

1,885

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom berarti tidak

berbeda nyata pada taraf uji BNTα=0,05

Meskipun terdapat pengaruh yang tidak

nyata pada P4 terhadap P2 pada pem-

berian pakan fermentasi kulit kakao tetapi

ada kenaikan lebih tinggi pertambahan

berat badan sapi Bali, sedangkan tanpa

fermentasi kulit kakao P1 memberikan

pertambahan berat badan terendah.

Variasi pakan yang diberikan ke ternak

sangat berpengaruh terhadap bobot ba-

dannya. Hal ini sejalan dengan pendapat

Yanovi et al. (2011) yang menyatakan

bahwa perbedaan pertambahan berat ba-

dan antar perlakuan kemungkinan dise-

babkan pengaruh variasi bahan pakan,

kualitas dan kuantitas ransum. Pemberian

kulit kakao fermentasi sebagai pakan sup-

lemen mengakibatkan penyajian pakan le-

bih bervariasi dengan komposisi seim-

bang, sehingga kebutuhan akan nutrisi

tercukupi termasuk yang tidak dapat ter-

penuhi oleh hijauan. Parakassi (1995) me-

nyatakan bahwa laju pertumbuhan, nutrisi,

umur dan berat badan mempunyai hu-

bungan erat satu dengan yang lain dan

biasanya dapat secara individu atau kom-

binasi mmepengaruhi tubuh dan karkas.

Pertambahan Berat Badan Harian

Pertambahan berat badan harian sapi Bali

yang diberi perlakuan keempat formulasi

pakan menunjukkan bahwa sapi meng-

alami pertambahan berat badan selama

kegiatan. Uji statistik terhadap pertambah-

an berat badan memperlihatkan bahwa

dari keempat formulasi pakan memberi-

kan hasil yang tidak berbeda nyata pada

taraf uji P>0,05 (Tabel 6).

Page 7: 3. Kajian Pemberian Pakan Kulit Kakao Fermentasi Terhadap Pertumbuhan Sapi Bali

Jurnal Agrisistem, Desember 2011, Vol. 7 No. 2 ISSN 1858-4330

85

Tabel 7. Rata-rata pertambahan bobot badan sapi hari-1

(kg hari-1

)

Perlakuan Rata-rata Pertambahan Bobot Badan

Hari-1

(kg) NP BNTα=0,05

P1 (Kontrol)

P2 (Kakao 3 Kg)

P3 (Kakao 4 Kg)

P4 (Kakao 5 kg)

0,54a

0,86a

1,21a

0,75a

0,269

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom berarti tidak

berbeda nyata pada taraf uji BNTα=0,05

Tidak terdapatnya pengaruh kenaikan be-

rat badan harian secara statistik disebab-

kan variasi jumlah kulit kakao fermentasi

yang diberikan. Dapat dilihat bahwa pada

pemberian pakan kulit kakao fermentasi

P3 memberikan pengaruh pertambahan

bobot badan lebih tinggi dibandingan

dengan dengan formula yag lain, dan

pemberian pada P4 ternyata lebih rendah

dibandingkan degan P2. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa pemberian kulit kakao

fermentasi lebih baik pada 4 kg. Pada ha-

sil penelitian sebelumnya yang menyim-

pulkan bahwa pemakaian kulit kakao

fermentasi sebanyak 3 kg menghasilkan

bobot badan sapi lebih tinggi dibanding-

kan dengan pemakaian 2 kg, dan dilaku-

kan penelitian kembali untuk pemakaian 4

kg kulit kakao fermentasi, ternyata meng-

hasilkan pertambahan berat badan yang

lebih tinggi dibandingkan dengan pema-

kaian sebanyak 3 kg. Tidak terdapatnya

pengaruh kenaikan berat badan kemung-

kinan disebabkan perbedaan kandungan

lignin akibat perbedaan jumlah pemberi-

an, pengolahan kulit buah kakao dengan

proses fermentasi secara menyeluruh akan

menurunkan kandungan lignin, namun

pemberian dengan jumlah banyak meng-

akibatkan kualitas ransum menurun se-

hingga mengganggu petumbuhan ternak

sapi, penggunaan kulit buah fermentasi

sebagai pakan suplemen efisien dan eko-

nomis jika diberikan dengan jumlah ter-

batas (Yanovi et al., 2011).

KESIMPULAN

1. kandungan kulit buah kakao setelah

difermentasi dapat meningkatkan man-

faat nilai pakan dibandingkan sebelum

difermentasi .

2. Dari hasil analisis laboratorium dike-

tahui bahwa Fermentasi dapat mening-

katkan kandungan protein.

3. Dari hasil analisis laboratorium diketa-

hui bahwa kandungan lignin pada kulit

buah kakao fermentasi rendah dise-

babkan karena perlakuan fermentasi

dengan urea mampu melonggarkan

ikatan ligniselulosa sehingga lebih

mudah dicerna oleh mikroba rumen.

4. Dari pengkajian dapat disimpulkan

bahwa pemberian fermentasi kulit bu-

ah kakao sebagai pakan pada sapi bali

meningkatkan Pertambahan berat ba-

dan sapi Bali.

5. Pemberian kulit kakao fermentasi 4 kg

memberikan hasil yang lebih baik,

pemberian dengan jumlah yang lebih

banyak mengakibatkan kualitas ran-

sum menurun sehingga mengganggu

petumbuhan ternak sapi, penggunaan

kulit buah fermentasi sebagai pakan

suplemen efisien dan ekonomis jika

diberikan dengan jumlah terbatas.

Page 8: 3. Kajian Pemberian Pakan Kulit Kakao Fermentasi Terhadap Pertumbuhan Sapi Bali

Jurnal Agrisistem, Desember 2011, Vol. 7 No. 2 ISSN 1858-4330

86

DAFTAR PUSTAKA

Amirroenas, D.E., 1990. Mutu ransum

berbentuk pellet dengan bahan serat

biomassa pod coklat (Theobroma

cacao L) untuk pertumbuhan sapi

perah jantan. Tesis. Fakultas Pasca

sarjana, Institut Pertanian Bogor,

Bogor.

Aregheore, E.M., 2000. Crop residues and

agro-industrial by product in four

Paci_Island countries: availability,

utilization and potential value in

ruminant nutrition. Asian_Aust. J. of

Anim. Sci. 13 (Supplement B): 266–

269.

Aregheore, E.M., 2002. Chemical evalua-

tion and digestibility of cacao

(Theobroma cacao) by product fed

to goats. Tropical Animal Health and

Production 34: 339–348.

BPS, 2010. Pohuwato dalam Angka

2010. Provinsi Gorontalo.

Gomez and Gomez, 1985. Statistical

Procedures For Agricultural

Research. 2Ed

, Jhon Wiley & Son.

Granzin, B.C. & G. Dryden. 2003. Effect

of alkali, oxidants and urea treatment

on the nutritive value Rhodes grass

(Chloris gayana). Anim. Feed. Sci.

Tech. 103: 113–122.

Nguyen, X.T., C.X. Dan, L.V. Ly, & F.

Sundstol. 2001. Effect of urea

concentration, moisture content and

duration of treatment on chemi- cal

composition of alkali treated rice

straw. Livest. Res. Rural. Develop.

10(1). [diakses pada situs

http://www.cipav.org.co/lrrd/lrrd10/1

/trac101.htm]

Prawirodigdo, T. Herawati, dan B. Utomo,

2010. Pertumbuhan ternak domba

jantan yang diberi pakan mengan-

dung kulit ubi singkong dipermen-

tasi. J. Pengkajian Dan Pengem-

bangan Teknologi Pertanian 13(3):

207–214.

Ruddel, A., S. Filley and M. Porat. 2002.

Understanding Your Forage Test

Result. Oregon State University.

Extension Service. [diakses pada

situs http://alfalfa.ucdavis.edu/SUB

PAGES/ForageQuality/interpreting

fqreport.pdf.].

Tillman, A.D., H. Hartadi, S.

Reksodiprodjo, S. Prwawirokusomo

and L. Lebdosoekojo. 1989. Ilmu

Makanan Ternak Dasar. Gajah

Mada University Press, Yogyakarta.

Yanovi. H, P. Yufdi, dan Azwir K. 2011.

Pengaruh pemberian pakan suple-

men (kulit kakao fermentasi) ter-

hadap pertambahan berat badan sapi

persilangan simental. Prosiding Se-

minar Nasional Pengkajian dan Di-

seminasi Inovasi Pertanian Men-

dukung Program Strategis Kemen-

terian Pertanian Buku 1, Cisarua, 9–

11 Desember 2010.

Zain, M. 2007. Optimalisasi penggunaan

serat sawit sebagai pakan serat al-

ternative dengan suplementasi daun

ubi kayu dalam ransum ruminansia.

J. Pengembangan Peternakan Tropis

32: 100–105.

Zain, M. 2009. Substitusi rumput lapang-

an dengan kulit buah coklat amo-

niasi dalam ransum domba lokal. J.

Media Peternakan 32: 47–52.