2a error detektor
TRANSCRIPT
1
ERROR DETEKTOR
Dosen : Nurlita Gamayanti, ST
PENGANTAR
Dalam bahasan ini akan dijelaskan tentang error detektor sebagai salah satu komponen
dalam sistem pengaturan khususnya sistem pengaturan loop tertutup. Materi yang
dibahas meliputi apakah fungsi error detektor, klasifikasi error detektor maupun
implementasi rangkaiannya secara fisik dalam sistem pengaturan.
ERROR DETEKTOR
Error detektor merupakan salah satu komponen sistem pengaturan yang sangat penting.
Dalam sistem pengaturan khususnya sistem pengaturan loop tertutup atau sistem
pengaturan umpanbalik, error detektor digunakan untuk membandingkan sinyal
keluaran sebenarnya atau sinyal keluaran terukur dengan sinyal masukan acuan
(setpoint). Kedudukan error detektor dalam sistem pengaturan dapat dilihat pada blok
diagram berikut ini :
Simbol untuk menyatakan sebuah error detektor adalah sebagai berikut : Atau
R(s)
Sensor / Elemen ukur
Σ
Kontroler
Plant +
-
Aktuator C(s)
C*(s)
E(s)
error detektor
+R(s)
C*(s)
E(s) = R(s) – C*(s) -
+R(s)
C*(s)
E(s) = R(s) – C*(s) -
2
dimana,
E : sinyal kesalahan (error)
R : sinyal masukan acuan (setpoint)
C* : sinyal keluaran terukur
Rangkaian error detektor dapat diklasifikasikan menjadi rangkaian analog dan digital.
Rangkaian error detektor secara analog dapat berupa rangkaian elektronik dan rangkaian
mekanik. Rangkaian elektronik dari suatu error detektor pada umumnya diimplemen
tasikan dalam bentuk rangkaian amplifier.
Rangkaian error detektor dengan Summing Amplifier + Inverting Amplifier :
• Analisa Summing Amplifier :
Analisa rangkaian summing amplifier diatas adalah sebagai berikut :
Di node A :
0021 =−++ iiii f dimana 00 ≈i dan 0ε ==AV
)( 21 iii f +−=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ −+
−−=⎟
⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ −
21
10 2R
VVR
VVR
VV AA
f
A
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+−=
2
2
1
10RV
RV
RV
f
jika iRRR == 21
+
-
R1
Rf
A V0 V2
I2
I1
V1
R2
If
ε
Gambar 1. Summing Amplifier
3
maka
( )210 VVRR
Vi
f +−=
• Analisa Summing Amplifier + Inverting Amplifier :
Analisa rangkaian summing amplifier + inverting amplifier diatas adalah sebagai
berikut :
( ) ( )21120 VVRR
VVRR
Vi
f
i
f −=−−=
Jika
RRR if ==
Maka
210 VVV −=
Jika diasumsikan 0V adalah sinyal error (E(s)), 2V adalah sinyal keluaran terukur
(C*(s)) dan 1V adalah sinyal masukan acuan (R(s)) maka didapatkan :
E(s) = R(s) – C*(s)
+
-
+
-
Inverter Phasa Summing Amplifier
R1
R
R2
Rf
V1
R
V2 V0
-V1
Gambar 2. Summing amplifier + Inverting amplifier
4
Contoh rangkaian mekanik dari suatu error detector adalah bimetal.
Tampak sebuah mercury switch pada sebuah keping bimetal pada temperatur setpont.
Jika temperatur menurun dibawah temperatur setpoin, keping bimetal akan melengkung
ke bawah mengakibatkan mercury strip meluncur ke bagian bawah (sisi kanan) dan
menghubungkan kontak listrik (switch on). Sebaliknya, jika temperatur naik diatas
temperatur setpoin keping bimetal akan melengkung ke atas mengakibatkan mercury
strip meluncur ke bagian sisi kiri dan memutuskan kontak listrik (switch off).
RINGKASAN
1. Pada sistem pengaturan, error detektor berfungsi membandingkan sinyal keluaran
sebenarnya atau sinyal keluaran terukur dengan sinyal masukan acuan (setpoint).
2. Keluaran error detektor adalah sinyal kesalahan atau sinyal error.
LATIHAN
Beri satu contoh lainnya realisasi error detektor dengan menggunakaan rangkaian
elektronika.
Base
Temperature Rendah
Switch on
Base
SetPoint
SwitchConnection
Bimetal Strip
Mercury Glass Bulb
Base
Temperature Tinggi
Switch off
Gambar 3. Bimetal