2856-2846-1-pbb
TRANSCRIPT
-
8/17/2019 2856-2846-1-PBb
1/24
JURNAL
Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Imunisasi Dasar Lengkap Pada
Balita di Desa Botubarani Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango.
Fitriyanti Ismet. 841409086. Skripsi, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu
Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I dr.
Zuhriana K. Yusuf, M.Kes. Pembimbing II Vik Salamanja, S.Kep, Ns, M.Kes.
Abstrak
Cakupan imunisasi di Desa Botubarani belum memenuhi UCI (Universal
Coverage Imunization) yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara
merata pada bayi di 100% desa/kelurahan Penelitian ini bertujuan untukmengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan imunisasi dasar lengkap pada
balita di Desa Botubarani Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango.
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan
pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita di
Desa Botubarani yaitu 148 balita. Sampel dipilih dengan cara Purposive
Sampling, didapat 108 sampel. Yang menjadi responden dalam penelitian ini
adalah ibu balita. Analisis Data dengan Uji Chi-square.
Hasil analisis menunjukan urutan faktor yang paling berhubungan dengan
imunisasi dasar lengkap pada balita di Desa Botubarani adalah pengetahuan
(Contingency Coefficient = 0,200), sikap (Contingency Coefficient = 0,178),
dukungan keluarga (Contingency Coefficient = 0,111), dan pelayanan petugas
kesehatan (Contingency Coefficient = 0,089).
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pengetahuan ibu, sikap
ibu, dukungan keluarga dan pelayanan petugas kesehatan berhubungan secara
bermakna terhadap imunisasi dasar lengkap pada balita (p 0,05), sedangkan
pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan penghasilan keluarga tidak berhubungan secara
bermakna terhadap imunisasi dasar lengkap pada balita (p > 0,05). Diharapkan
petugas kesehatan setempat untuk memberikan informasi lebih kepada masyarakat
agar masyarakat mengetahui lebih banyak tentang imunisasi
Kata kunci : Imunisasi, Balita
-
8/17/2019 2856-2846-1-PBb
2/24
1.
Pendahuluan
Imunisasi dalam sistem kesehatan nasional adalah salah satu bentuk
intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka
kematian bayi dan balita.
Berdasarkan data terakhir WHO sampai saat ini, angka kematian balita
akibat penyakit infeksi yang seharusnya dapat dicegah dengan imunisasi masih
terbilang tinggi. Terdapat kematian balita sebesar 1,4 juta jiwa per tahun, yang
antara lain disebabkan oleh batuk rejan 294.000 (20%), tetanus 198.000 (14%)
dan campak 540.000 (38%). (Majalah Farmacia Edisi September 2012 , Halaman:
54).
Di Indonesia sendiri, UNICEF mencatat sekitar 30.000-40.000 anak setiap
tahun menderita serangan campak. Berdasarkan data yang diperoleh, Indonesia
merupakan salah satu dari 10 negara yang termasuk angka tinggi pada kasus anak
tidak diimunisasi, yakni sekitar 1,3 juta anak. (Majalah Farmacia Edisi September
2012 , Halaman: 54)
Data di Puskesmas Kabila Bone pada tahun 2012, berdasarkan hasil
survey peneliti bahwa sasaran imunisasi di Desa Botubarani sebanyak 27 jiwa
bayi, cakupan imunisasi (HB) usia 0 bulan atau kurang dari 7 hari sebanyak 0 jiwa
(0%),imunisasi Bacillus celmette Guerin (BCG) sebanyak 19 jiwa bayi (70,4%),
imunisasi DPT/HB 1 sebanyak 23 jiwa bayi (85,2%), imunisasi DPT/HB 2
sebanyak 19 jiwa bayi (70,4%), imunisasi DPT/HB 3 sebanyak 24 jiwa bayi
(88,9%), imunisasi Polio 1 sebanyak 19 jiwa bayi (70,4%), imunisasi polio 2
sebanyak 24 jiwa bayi (88,9%), imunisasi Polio 3 sebanyak 19 jiwa bayi (70,4%),
imunisasi Polio 4 sebanyak 24 jiwa bayi (88,9%), dan imunisasi campak sebanyak
18 jiwa bayi (66,7%). Dari data tersebut menunjukkan bahwa seluruh jenis
imunisasi belum mencapai target cakupan, dan cakupan yang paling rendah adalah
pada imunisasi (HB) usia 0 bulan atau kurang dari 7 hari sebanyak 0 jiwa (0%)
(Laporan Tahunan Puskesmas Kabila Bone, 2012).
Dari data diatas cakupan imunisasi belum memenuhi UCI (Universal
Coverage Imunization) yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara
-
8/17/2019 2856-2846-1-PBb
3/24
merata pada bayi di 100% desa/kelurahan pada tahun 2010 (Proverawati &
Andhini, 2010).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar
meliputi beberapa hal, salah satunya yang disampaikan oleh Suparyanto (2011)
yang menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi
balita antara lain adalah pengetahuan, motif, pengalaman, pekerjaan, dukungan
keluarga, fasilitas posyandu, lingkungan, sikap, tenaga kesehatan, penghasilan dan
pendidikan. Para peneliti juga telah melakukan riset tentang faktor yang
berhubungan dengan kelengkapan imunisasi, antara lain yang dilakukan oleh
Ningrum (2008) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi
dasar pada bayi di Puskesmas Banyudono Kabupaten Boyolali di dapatkan hasil
bahwa pengetahuan dan motivasi ibu berpengaruh positif terhadap kelengkapan
imunisasi dasar, sedangkan tingkat pendidikan dan jarak rumah tidak mempunyai
pengaruh terhadap kelengkapan imunisasi dasar. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Albertina (2009) tentang kelengkapan imunisasi dasar anak balita dan faktor-
faktor yang berhubungan di poliklinik anak beberapa rumah sakit di Jakarta dan
sekitarnya pada bulan Maret 2008 di dapatkan hasil bahwa terdapat hubungan
antara pengetahuan orang tua terhadap kelengkapan imunisasi dasar, sedangkan
faktor pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, dan sikap orang tua tidak
berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar.
Data dan uraian diatas menunjukkan bahwa cakupan pelayanan yang
berdampak pada penurunan angka kesehatan bayi di Desa Botubarani Kecamatan
Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango masih menunjukkan nilai yang masih
rendah. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Imunisasi
Dasar Lengkap Pada Balita di Desa Botubarani Kecamatan Kabila Bone
Kabupaten Bone Bolango.
2.
Metode penelitian
2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Botubarani Kecamatan Kabila Bone
Kabupaten Bone Bolango. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 20-30 Mei 2013.
-
8/17/2019 2856-2846-1-PBb
4/24
2.2
Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik. Rancangan
penelitian yang dipakai adalah potong lintang (cross sectional)
2.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita di Desa Botubarani
Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango tahun 2013, yaitu terdapat 148
balita.
Dengan menggunakan teknik pengambilan sampel purpossive sampling
maka diperoleh sampel dalam penelitian ini berjumlah 108 responden. Dalam hal
ini yang menjadi responden adalah ibu balita.
2.4
Variabel Penelitian
Variabel independent dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang
berhubungan dengan imunisasi dasar lengkap yang meliputi : faktor pendidikan
ibu, faktor pekerjaan ibu, faktor penghasilan keluarga, faktor pengetahuan ibu,
faktor sikap ibu, faktor dukungan keluarga dan faktor pelayanan petugas
kesehatan.
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah imunisasi dasar lengkap.
2.5 Teknik Analisis data
2.5.1
Analisa univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian.
2.5.2 Analisa bivariat
Dalam penelitian ini analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara pendidikan ibu, pekerjaan ibu, penghasilan keluarga,
pengetahuan ibu, sikap ibu, dukungan keluarga dan pelayanan petugas kesehatan
dengan imunisasi dasar lengkap pada balita di Desa Botubarani Kecamatan KabilaBone Kabupaten Bone Bolango. Uji statistik yang digunakan adalah Chi square.
-
8/17/2019 2856-2846-1-PBb
5/24
3.
Hasil dan Pembahasan
3.1
Hasil Penelitian
3.1.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 3.1 Distribusi responden berdasarkan karakteristik Usia di Desa Botubarani
Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango Tahun 2013
Usia (Thn) Frekuensi Persentase (%)
15 – 20
21 - 30
31 - 40
> 40
3
70
29
6
2.8
64.8
26.8
5.6
Jumlah 108 100.0Sumber : Data primer 2013
Berdasarkan Tabel 3.1 tentang distribusi responden berdasarkan usia
terlihat bahwa dari 108 responden persentase responden terbanyak adalah
golongan usia antara 21-30 tahun yaitu sebanyak 70 responden (64.8%) dan
persentase responden paling sedikit adalah golongan usia 15-20 tahun yaitu
sebanyak 3 responden (2.8%).
3.1.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 3.2Distribusi responden berdasarkan karakteristik Pendidikan di Desa
Botubarani Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango Tahun 20134.
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
Tamat SD
Tamat SMPTamat SMA
Tamat perguruan tinggi
83
1310
2
76.8
12.09.3
1.9
Jumlah 108 100.0
Sumber : Data primer 2013SD= Sekolah Dasar; SMP= Sekolah Menengah Pertama; SMA= Sekolah Menengah Atas.
Berdasarkan Tabel 3.2 tentang distribusi responden berdasarkan
pendidikan terlihat bahwa dari 108 responden tingkat pendidikan terbanyak yang
dicapai responden adalah tamat SD sebanyak 83 responden dan yang paling
sedikit adalah yang tamat perguruan tinggi yaitu sebanyak 2 responden (1.9%).
-
8/17/2019 2856-2846-1-PBb
6/24
3.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 3.3
Distribusi responden berdasarkan karakteristik Pekerjaan di DesaBotubarani Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango Tahun 2013
Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
Ibu rumah tangga
Petugas kesehatan
106
2
98.1
1.9
Jumlah 108 100.0Sumber : Data primer 2013
Berdasarkan tabel 3.3 tentang distribusi responden berdasarkan pekerjaan
terlihat bahwa dari 108 responden sebagian besar pekerjaan responden yang ada di
Desa Botubarani yaitu sebanyak 106 responden (98.1%) mempunyai pekerjaan
sebagai IRT dan sebagian kecil yaitu 2 responden (1.9%) sebagai petugas
kesehatan.
3.1.4 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Imunisasi Dasar Lengkap Pada
Balita
Tabel 3.4
Hubungan Pendidikan Ibu dengan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita di
Desa Botubarani Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango Tahun2013
Sumber : Data primer 2013
Ketetangan F = Frekuensi/ jumlah sampel; %= Persentase
Berdasarkan hasil analisis didapatkan koefisien proporsi (p) sebesar 0,214.
Dengan demikian p=0,214 adalah lebih besar dibandingkan dengan taraf
kesalahan yang digunakan pada taraf α = 0,05. Hal ini berarti H 0 diterima yang
artinya tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan imunisasi dasar lengkap
pada balita.
Pendidikan
Responden
Status Imunisasi Dasar Balita Total
Lengkap Tidak lengkap F %
F % F %
Tinggi
Rendah
9
54
75.0
56.3
3
42
25.0
43.7
12
96
100.0
100.0
Total 63 58.3 45 41.7 108 100.0
Chi-square p= 0,214
-
8/17/2019 2856-2846-1-PBb
7/24
3.1.5 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita
Tabel 3.5Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita di
Desa Botubarani Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango Tahun
2013
Pekerjaan
Responden
Status Imunisasi Dasar Balita Total
Lengkap Tidak lengkap F %
F % F %
Bekerja
Tidak bekerja
2
61
100.0
57.5
0
45
0
42.5
2
106
100.0
100.0
Total 63 58.3 45 41.7 108 100.0
Chi-square p= 0,228
Sumber : Data primer 2013Ketetangan F = Frekuensi/ jumlah sampel; %= Persentase
Berdasarkan hasil analisis didapatkan koefisien proporsi (p) sebesar 0,228.
Dengan demikian p=0,228 adalah lebih besar dibandingkan dengan taraf
kesalahan yang digunakan pada taraf α = 0,05. Hal ini berarti H 0 diterima yang
artinya tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan imunisasi dasar lengkap
pada balita.
3.1.6 Hubungan Penghasilan Keluarga dengan Imunisasi Dasar Lengkap
Pada Balita
Tabel 3.6
Hubungan Penghasilan Keluarga dengan Imunisasi Dasar Lengkap Pada
Balita di Desa Botubarani Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone
Bolango Tahun 2013
Penghasilan
Keluarga
Status Imunisasi Dasar Balita Total
Lengkap Tidak lengkap F %
F % F %
Tinggi
Rendah
10
53
76.9
55.8
3
42
23.1
44.2
13
95
100.0
100.0Total 63 58.3 45 41.7 108 100.0
Chi-square p= 0,147 Sumber : Data primer 2013Ketetangan F = Frekuensi/jumlah sampel; %= Persentase
-
8/17/2019 2856-2846-1-PBb
8/24
Berdasarkan hasil analisis didapatkan koefisien proporsi (p) sebesar 0,147.
Dengan demikian p=0,147 adalah lebih besar dibandingkan dengan taraf
kesalahan yang digunakan pada taraf α = 0,05. Hal ini berarti H 0 diterima yang
artinya tidak ada hubungan antara penghasilan keluarga dengan imunisasi dasar
lengkap pada balita.
3.1.7 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Imunisasi Dasar Lengkap Pada
Balita
Tabel 3.7
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita di
Desa Botubarani Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango Tahun
2013
Pengetahuan
Responden
Status Imunisasi Dasar Balita Total
Lengkap Tidak lengkap F %
F % F %
Baik
Kurang
60
3
64.5
20.0
33
12
35.5
80.0
93
15
100.0
100.0
Total 63 58.3 45 41.7 108 100.0
Chi-square p= 0,001 Contingency Coefficient = 0,200
Sumber : Data primer 2013
Ketetangan F = Frekuensi/jumlah sampel; %= Persentase
Berdasarkan hasil analisis didapatkan koefisien proporsi (p) sebesar 0,001.
Dengan demikian p=0,001 adalah lebih kecil dibandingkan dengan taraf kesalahan
yang digunakan pada taraf α = 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak yang artinya ada
hubungan antara pengetahuan ibu dengan imunisasi dasar lengkap pada balita.
Nilai dari Contingency Coefficient diperoleh 0,200 atau 20.0% yang
menyatakan kekuatan hubungan pengetahuan ibu dengan imunisasi dasar lengkap
pada balita rendah.
-
8/17/2019 2856-2846-1-PBb
9/24
3.1.8
Hubungan Sikap Ibu dengan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita
Tabel 3.8Hubungan Sikap Ibu dengan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita di Desa
Botubarani Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango Tahun 2013
Sikap
Responden
Status Imunisasi Dasar Balita Total
Lengkap Tidak lengkap F %
F % F %
Positif Negatif
621
63.310.0
369
36.790.0
9810
100.0100.0
Total 63 58.3 45 41.7 108 100.0
Chi-square p= 0,001 Contingency Coefficient = 0,178
Sumber : Data primer 2013Ketetangan F = Frekuensi/jumlah sampel; %= Persentase
Berdasarkan hasil analisis didapatkan koefisien proporsi (p) sebesar 0,001.
Dengan demikian p=0,002 adalah lebih kecil dibandingkan dengan taraf kesalahan
yang digunakan pada taraf α = 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak yang artinya ada
hubungan antara sikap ibu dengan imunisasi dasar lengkap pada balita.
Nilai dari Contingency Coefficient diperoleh 0,178 atau 17.8 % yang
menyatakan kekuatan hubungan sikap ibu dengan imunisasi dasar lengkap pada
balita sangat rendah.
-
8/17/2019 2856-2846-1-PBb
10/24
3.1.9 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Imunisasi Dasar Lengkap Pada
Balita
Tabel 3.9
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Imunisasi Dasar Lengkap Pada
Balita di Desa Botubarani Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone
Bolango Tahun 2013
Dukungan Keluarga Status Imunisasi Dasar Balita Total
Lengkap Tidak lengkap F %
F % F %
Mendukung
Kurang mendukung
43
20
68.3
44.4
20
25
31.7
55.6
63
45
100.0
100.0
Total 63 58.3 45 41.7 108 100.0
Chi-square p=0,013 Contingency Coefficient = 0,111
Sumber : Data primer 2013
Ketetangan F = jumlah sampel; %= Persentase
Berdasarkan hasil analisis didapatkan koefisien proporsi (p) sebesar 0,013.
Dengan demikian p=0,013 adalah lebih kecil dibandingkan dengan taraf kesalahan
yang digunakan pada taraf α = 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak yang artinya ada
hubungan antara dukungan keluarga dengan imunisasi dasar lengkap pada balita.
Nilai dari Contingency Coefficient diperoleh 0,111 atau 11.1% yang
menyatakan kekuatan hubungan dukungan keluarga dengan imunisasi dasar
lengkap pada balita sangat rendah.
-
8/17/2019 2856-2846-1-PBb
11/24
3.1.10 Hubunga Pelayanan Petugas Kesehatan dengan Imunisasi Dasar
Lengkap Pada Balita
Tabel 3.10
Hubungan Pelayanan Petugas Kesehatan dengan Imunisasi Dasar Lengkap
Pada Balita di Desa Botubarani Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone
Bolango Tahun 2013
Pelayanan
Petugas
Kesehatan
Status Imunisasi Dasar Balita Total
Lengkap Tidak lengkap F %
F % F %
Baik
Kurang
62
1
60.8
16.7
40
5
39.2
83.3
102
6
100.0
100.0
Total 63 58.3 45 41.7 108 100.0
Chi-square p=0,033 Contingency Coefficient = 0,089
Sumber : Data primer 2013
Ketetangan F = jumlah sampel; %= Persentase
Berdasarkan hasil analisis didapatkan koefisien proporsi (p) sebesar 0,033.
Dengan demikian p=0,033 adalah lebih kecil dibandingkan dengan taraf kesalahan
yang digunakan pada taraf α = 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak yang artinya ada
hubungan antara pelayanan petugas kesehatan dengan imunisasi dasar lengkap
pada balita.
Nilai dari Contingency Coefficient diperoleh 0,089 atau 8.9% yang
menyatakan kekuatan hubungan pelayanan petugas kesehatan dengan imunisasi
dasar lengkap pada balita sangat rendah.
3.2 Pembahasan
3.2.1
Hubungan Pendidikan Ibu dengan Imunisasi Dasar Lengkap Pada
BalitaBerdasarkan hasil penelitian (tabel 3.4) menunjukan bahwa dari 108
responden, sebagian besar yakni 96 responden (88.9%) tingkat pendidikannya
termasuk dalam kategori pendidikan rendah. Meskipun demikian jumlah
responden dengan status imunisasi dasar balitanya lengkap lebih banyak yaitu
sebesar 54 responden (56.3%) dibandingkan dengan responden dengan status
-
8/17/2019 2856-2846-1-PBb
12/24
imunisasi dasar balitanya tidak lengkap. Hasil uji Chi Square menunjukan bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan imunisasi dasar
lengkap pada balita dimana nilai p Value = 0,214 lebih besar dari nilai = 0,05
sehingga hipotesa yang mengatakan adanya hubungan antara pendidikan ibu
dengan imunisasi dasar lengkap pada balita ditolak secara statistik. Hal ini terjadi
karena pengetahuan responden tentang pentingnya imunisasi dasar tidak
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden. Hasil penelitian menunjukan
bahwa pengetahuan responden tentang imunisasi dasar diperoleh dari penyuluhan
kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan setempat.
Hasil penelitian ini didukung oleh teori Siregar (2007) yang mengatakan
bahwa pengetahuan seseorang bukan hanya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
karena pengetahuan tidak hanya didapat dari bangku sekolah, namun pengetahuan
lebih banyak diperoleh dari pengalaman hidup dan informasi yang diperoleh.
Penelitian ini juga didukung oleh teori yang diungkapkan oleh Notoatmodjo
(2003) bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat dipengaruhi seberapa
banyak informasi yang diperolehnya baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengetahuan juga dapat dipengaruhi oleh kecepatan seseorang dalam menerima
informasi yang diperoleh, sehingga semakin banyak seseorang memperoleh
informasi maka semakin baiklah pengetahuaanya, sebaliknya semakin kurang
informasi yang diperoleh, maka semakin kurang pengetahuannya. Informasi
tersebut dapat diperoleh melalui media massa dan elektronik serta tenaga
kesehatan dan penyuluhan-penyuluhan kesehatan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Widiastuti (2008) Faktor Yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu Dalam
Memberikan Imunisasi Dasar Kepada Bayinya di Desa Banyutowo Kabupaten
Kendal, yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
pendidikan dengan perilaku ibu dalam memberikan imunisasi dasar pada bayinya.
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian teori di atas menurut analisis
peneliti pengetahuan tidak hanya didapat dari pendidikan formal semata,
pengetahuan juga dapat diterima dari generasi sebelumnya dan juga penyuluhan-
penyuluhan yang diberikan petugas kesehatan. Disini kemauan ibu juga berperan
-
8/17/2019 2856-2846-1-PBb
13/24
tidak hanya pendidikan ibu, ibu dengan tingkat pengetahuan tinggi, namun tidak
ada kemauan untuk mengetahui pentingnya imunisasi dasar juga dapat
menyebabkan status imunisasi dasar balita tidak lengkap. Selain itu juga tidak
menutup kemungkinan bahwa ibu yang berpendidikan tinggi memiliki tingkat
pengetahuan rendah tentang imunisasi dasar dan status imunisasi dasar balitanya
tidak lengkap, dan sebaliknya ibu dengan tingkat pendidikan rendah memiliki
pengetahuan yang baik tentang imunisasi dasar sehingga status imunisasi dasar
balitanya menjadi lengkap.
3.2.2
Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Imunisasi Dasar Lengkap Pada
Balita
Berdasarkan hasil penelitian (tabel 3.5) menunjukan bahwa dari 108
responden, sebagian besar yakni 106 responden (98.1%) tidak mempunyai
pekerjaan atau hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT) dan sebagian kecil
responden yang bekerja yakni 2 responden (1.9%). Meskipun demikian baik ibu
yang memiliki pekerjaan maupun yang tidak memiliki pekerjaan sebagian besar
yakni 63 responden (58.3%) status imunisasi dasar balitanya lengkap
dibandingkan dengan yang tidak lengkap status imunisasi dasarnya. Hasil uji Chi
Square menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan
ibu dengan imunisasi dasar lengkap pada balita dimana nilai p Value = 0,228
lebih besar dari nilai = 0,05 sehingga hipotesa yang mengatakan adanya
hubungan antara pekerjaan ibu dengan imunisasi dasar lengkap pada balita ditolak
secara statistik. Hal ini disebabkan karena baik ibu yang bekerja maupun ibu yang
tidak bekerja mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh informasi
tentang pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan imunisasi dasar pada
anak .
Kepustakaan menyebutkan bahwa pekerjaan ibu sebagai rumah tangga
manggambarkan angka ketidaklengkapan yang lebih tinggi yakni sekitar 50%
dibandingkan angka kelengkapan. Namun kepustakaan tersebut berbeda dengan
hasil penilitian ini yang menunjukan bahwa sebagian besar yakni 106 responden
(98.1%) memiliki aktivitas di dalam rumah yakni sebagai ibu rumah tangga (IRT),
namun lebih banyak yang memiliki balita dengan status imunisasi dasar yang
-
8/17/2019 2856-2846-1-PBb
14/24
lengkap yakni berjumlah 61 responden (57.5%) dibandingkan dengan ibu yang
memiliki balita dengan status imunisasi dasar yang tidak lengkap. Hal ini karena
ibu rumah tangga lebih banyak mempunyai waktu dirumah sehingga lebih dapat
memperhatikan pemberian imunisasi pada balitanya. Hal ini diperkuat dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2008) bahwa status perkerjaan seorang
ibu dapat berpengaruh terhadap kesempatan dan waktu yang digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan dengancara menambah pengetahuan tentang imunisasi
dan perhatian terhadap kesehatan anak-anaknya. Ibu yang mempunyai pekerjaan
sebagai ibu rumah tangga mempunyai banyak waktu yang luang, ini berarti ibu-
ibu tersebut bisa mendapatkan banyak informasi dari berbagai media, antara lain:
televisi, radio, surat kabar.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wardhana (2001) menyatakan bahwa pekerjaan ibu terhadap status kelengkapan
imunisasi dasar pada anak secara statistik tidak bermakna. Hasil penelitian Isfan
(2006) menyatakan bahwa pekerjaan ibu tidak berhubungan dengan status
imunisasi dasar pada anak di Puskesmas Pauh Kota Padang Tahun 2006.
Penelitian dengan hasil yang sama dilakukan oleh Savitri (2009) yang menyatakan
bahwa pekerjaan ibu tidak berhubungan dengan status imunisasi dasar lengkap
tepat waktu pada anak usia 12 bulan di 16 Kabupaten Provinsi NTT tahun 2007.
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian teori di atas menurut analisis
peneliti bahwa ibu yang tidak bekerja yang hanya sebagai ibu rumah tangga tidak
selalu memiliki pengetahuan yang sedikit tentang kesehatan. Ibu rumah tangga
mempunyai banyak waktu yang luang untuk bisa mendapatkan banyak informasi
dari berbagai media antara lain : televisi, radio, surat kabar tentang imunisasi
dasar dibandingkan dengan ibu yang bekerja akan cenderung tidak memiliki
waktu yang cukup untuk imunisasi anaknya. Namun pada hasil penelitian yang
menunjukan bahwa ibu bekerjapun status imunisasi dasar balitanya lengkap. Hal
ini tidak lain karena profesi pekerjaan mereka yakni sebagai petugas kesehatan
yang lebih mengerti dan memahami pentingnya imunisasi dasar pada anak.
-
8/17/2019 2856-2846-1-PBb
15/24
3.2.3
Hubungan Penghasilan Keluarga dengan Imunisasi Dasar Lengkap
Pada Balita
Berdasarkan hasil penelitian (tabel 3.6) menunjukan bahwa dari 108
responden, sebagian besar yakni 95 responden (88.0%) yang mempunyai
penghasilan keluarga tergolong dalam kategori rendah. Meskipun demikian
jumlah responden dengan status imunisasi dasar balitanya lengkap lebih banyak
yaitu sebesar 53 responden (55.8%) dibandingkan dengan responden dengan
status imunisasi dasar balitanya tidak lengkap. Hasil uji Chi Square menunjukan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara penghasilan keluarga dengan
imunisasi dasar lengkap pada balita dimana nilai p Value = 0,147 lebih besar dari
nilai = 0,05 sehingga hipotesa yang mengatakan adanya hubungan antara
penghasilan keluarga dengan imunisasi dasar lengkap pada balita ditolak secara
statistik. Hal ini disebabkan karena sudah adanya program-program dari
pemerintah sehingga dapat memberikan biaya yang murah bahkan gratis untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan. Sehingga responden yang berpenghasilan
rendahpun mempunyai kesempatan yang sama dengan responden yang
berpenghasilan tinggi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Hasil penelitian ini berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh Wibowo
(2007) bahwa penghasilan keluarga mempunyai peranan penting dalam
peningkatan status kesehatan bayi. Namun hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Syafie (2006) dan Delan (2011) yang menyatakan
bahwa pendapatan keluarga terhadap status kelengkapan imunisasi dasar pada
anak secara statistik tidak bermakna.
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian teori di atas menurut analisis
peneliti kebijakan pemerintah mengenai pelaksanaan imunisasi tidak dikenakan
biaya dapat mempengaruhi status imunisasi dasar anak menjadi lengkap. Karena
walaupun dengan pendapatan ataupun tingkat ekonomi rendah atau kurang,
imunisasi tetap dapat dilaksanakan.
-
8/17/2019 2856-2846-1-PBb
16/24
3.2.4 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Imunisasi Dasar Lengkap Pada
Balita
Berdasarkan hasil penelitian (tabel 3.7) menunjukan bahwa dari 108
responden, sebagian besar yakni 93 responden (86.1%) yang berpengetahuan baik
dibandingkan dengan yang bepengetahuan kurang. Dari 93 (86.1%) responden
yang berpengetahuan baik tersebut, sebagian besar yaitu sebanyak 60 responden
(64.5%) memiliki balita dengan status imunisasi dasar lengkap dibandingkan
dengan responden yang memiliki balita dengan status imunisasi dasar tidak
lengkap. Hasil uji Chi Square menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan ibu dengan imunisasi dasar lengkap pada balita dimana nilai
p Value = 0,001 lebih kecil dari nilai = 0,05 sehingga hipotesa yang
mengatakan adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan imunisasi dasar
lengkap pada balita diterima secara statistik.
Berdasarkan penelitian tingginya tingkat pengetahuan responden tentang
imunisasi dasar dipengaruhi oleh kualitas pelayanan yang baik dari petugas
kesehatan dalam hal memberikan informasi atau penyuluhan kesehatan kepada
masyarakat. Semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang imunisasi,
memungkinkan orang tersebut untuk mengaplikasikan pengetahuannya yakni
dalam hal ini mengimunisasikan balitanya secara lengkap. Hal ini didukung oleh
teori Suryanto (2007) yang menyatakan bahwa informasi adalah salah satu organ
pembentuk pengetahuan. Semakin banyak seseorang memperoleh informasi, maka
semakin baik pula pengetahuannya, sebaliknya semakin kurang informasi yang
diperoleh, maka semakin kurang pengetahuannya. Hasil penelitian ini juga
didukung oleh pendapat Kuntjoro (2004) dalam Lina (2006) yang menyatakan
semakin baik pengetahuan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga
makin baik pula pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan suatu bentuk tahu yang
diperoleh dari pengetahuan, akal dan pikiran seseorang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu pada akhirnya memungkinkan seseorang untuk
melakukan suatu tindakan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rois (2000), penelitian
Siswandoyo dan Putro (2003) yang menyatakan semakin tinggi pengetahuan ibu
-
8/17/2019 2856-2846-1-PBb
17/24
semakin besar kemungkinan status imunisasi anaknya lengkap. Penerimaan ibu
akan imunisasi terhadap anaknya karena mereka mengerti tentang pesan-pesan
kesehatan yang disampaikan kepada mereka. Penelitian yang sama dilakukan oleh
Kurniati (2008) yang berjudul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Imunisasi dengan Kelengkapan Imunisasi Pada Bayi di Klogenwonosari,
Klirong, Kabumen” yang manyatakan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan
ibu dengan kelengkapan imunisasi pada bayi.
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian teori di atas menurut analisis
peneliti pada dasarnya pengetahuan yang dimiliki seseorang akan merubah orang
tersebut dari tidak tahu menjadi tahu dan semakin mengerti dalam hal pentingnnya
imunisasi dasar bagi balita dan akibatnya berdampak positif terhadap perilaku ibu
dalam mengimunisasikan balitanya, sehingga imunisasi dasar balita menjadi
lengkap.
3.2.5 Hubungan Sikap Ibu dengan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita
Berdasarkan hasil penelitian (tabel 3.8) menunjukan bahwa dari 108
responden, sebagian besar yakni 98 responden (90.7%) yang bersikap positif
terhadap imunisasi dasar balita. Dari 98 (90.7%) responden yang bersikap positif
tersebut, sebagian besar yaitu sebanyak 62 responden (63.3%) memiliki balitadengan status imunisasi dasar lengkap dibandingkan dengan responden yang
memiliki balita dengan status imunisasi dasar tidak lengkap. Hasil uji Chi Square
menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan
imunisasi dasar lengkap pada balita dimana nilai p Value = 0,001 lebih kecil dari
nilai = 0,05 sehingga hipotesa yang mengatakan adanya hubungan antara sikap
ibu dengan imunisasi dasar lengkap pada balita diterima secara statistik.
Berdasarkan penelitian sikap positif responden terhadap imunisasi dasar
dipengaruhi tingkat pengetahuan yang baik tentang imunisasi dasar yang dimiliki
sebagian besar responden di Desa Botubarani, serta dipengaruhi oleh dukungan
dari keluarga dan petugas kesehatan. Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang
dikemukakan oleh Azwar (2010) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan sikap diantaranya adalah pengetahuan dan pengaruh orang lain yang
-
8/17/2019 2856-2846-1-PBb
18/24
dianggap penting. Kurangnya pengetahuan seseorang akan mudah terpengaruh
dalam bersikap dan pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap
yang konformasi atau searah dengan orang yang dianggap penting sepeti keluarga.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Emmy, Yosafianti dan
Shobirun (2011) yang berjudul ”Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu
Terhadap Kepatuhan Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi di Desa Monorejo
Kaliwungu Kabupaten Kendal yang menyatakan terdapat hubungan yang
signifikan antara sikap ibu dengan kepatuhan pemberian imunisasi dasar pada
bayi.
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian teori diatas menurut analisis
peneliti pada dasarnya sikap positif terhadap imunisasi dasar yang terbentuk pada
diri responden tidak lain karena sikap yang terbentuk pada individu selalu didasari
pengetahuannya tentang masalah yang dihadapinya, disamping itu terdapat
konsistensi antara pengetahuan dan sikap. Semakin baik tingkat pengetahuan
seseorang tentang imunisasi dasar maka akan semakin baik pula sikap yang akan
terbentuk, sehingga dapat berdampak positif terhadap status imunisasi dasar
balita. Sikap negatif responden terhadap imunisasi selain dipengaruhi oleh
kurangnya pengetahuan dan kurangnya dukungan dari keluarga juga dipengaruhi
oleh faktor keadaan geografis Desa Botubarani dengan luas dataran tinggi 738,8
Ha dan tidak sedikit warga yang bermukim di dataran tinggi tersebut yang sulit
menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan dan sulit pula dijangkau oleh petugas
kesehatan. Jarak dari tempat tinggal ke fasilitas pelayanan kesehatan juga
merupakan faktor penentu lain untuk pelayanan kesehatan. Jarak dapat membatasi
kemampuan dan kemauan wanita untuk mencari pelayanan terutama ibu.
Anderson (1975) mengatakan bahwa semakin dekat jarak, maka penggunaan
pelayanan kesehatan akan semakin tinggi.
3.2.6
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Imunisasi Dasar Lengkap
Pada Balita
Berdasarkan hasil penelitian (tabel 3.9) menunjukan bahwa dari 108
responden, sebagian besar yakni 63 responden (58.3%) yang mendapatkan
dukungan dari keluarga. Dari 63 (58.3%) responden yang mendapatkan dukungan
-
8/17/2019 2856-2846-1-PBb
19/24
dari keluarga tersebut, sebagian besar yaitu sebanyak 43 responden (68.3%)
memiliki balita dengan status imunisasi dasar lengkap dibandingkan dengan
responden yang memiliki balita dengan status imunisasi dasar tidak lengkap. Hasil
uji Chi Square menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan
keluarga dengan imunisasi dasar lengkap pada balita dimana nilai p Value =
0,013 lebih kecil dari nilai = 0,05 sehingga hipotesa yang mengatakan adanya
hubungan antara dukungan keluarga dengan imunisasi dasar lengkap pada balita
diterima secara statistik.
Berdasarkan penelitian respon positif keluarga responden terhadap
pelaksanaan kegiatan imunisasi dipengaruhi oleh faktor pengetahuan yang baik
yang dimiliki oleh keluarga responden tentang pentingnya imunisasi dasar pada
balita yang tidak lain pengetahuan tersebut diperoleh dari informasi atau
penyuluhan-penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan. Karena petugas
kesehatan menyadari bahwa dukungan keluarga sangat berperan penting terhadap
keaktifan ibu dalam program imunisasi, sehingga sasaran penyuluhan tentang
imunisasi pun selain ibu-ibu yang mempunyai balita juga keluarga bahkan
ditujukan kepada seluruh masyarakat. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang
diungkapkan oleh Suparyanto (2011) bahwa pengaruh keluarga terhadap
pembentukan sikap sangat besar karena keluarga merupakan orang yang paling
dekat dengan anggota keluarga yang lain. Jika sikap keluarga terhadap imunisasi
kurang begitu merespon dan bersikap tidak menghiraukan pelaksanaan kegiatan
imunisasi maka pelaksanaan imunisasi tidak akan dilakukan oleh ibu bayi karena
tidak ada dukungan oleh keluarga.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Gunawan (2009) yang
berjudul “Pengaruh Karakteristik Ibu dan Lingkungan Sosial Budaya Terhadap
Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada Bayi 0 – 7 Hari di Kabupaten Langkat”
yang menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga
dengan pemberian imunisasi Hepatitis B 0-7 pada bayi.
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian teori di atas menurut analisis
peneliti pada dasarnya keaktifan ibu dalam program imunisasi tidak lepas dari
pengaruh dukungan keluarga karena salah satu faktor yang mempengaruhi
-
8/17/2019 2856-2846-1-PBb
20/24
pembentukan sikap seseorang adalah pengaruh orang lain yang dianggap penting
dalam hal ini diantaranya adalah keluarga.
3.2.7
Hubungan Pelayanan Petugas Kesehatan dengan Imunisasi Dasar
Lengkap Pada Balita
Berdasarkan hasil penelitian (tabel 3.10) menunjukan bahwa dari 108
responden, sebagian besar yakni 102 responden (94.4%) mendapatkan pelayanan
yang baik dari petugas kesehatan. Dari 102 (94.4%) responden yang
mendapatkan pelayanan yang baik tersebut, sebagian besar yaitu sebanyak 62
responden (60.8%) memiliki balita dengan status imunisasi dasar lengkap
dibandingkan dengan responden yang memiliki balita dengan status imunisasi
dasar tidak lengkap. Hasil uji Chi Square menunjukan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara pelayanan petugas kesehatan dengan imunisasi dasar lengkap
pada balita dimana nilai p Value = 0,033 lebih kecil dari nilai = 0,05 sehingga
hipotesa yang mengatakan adanya hubungan antara pelayanan petugas kesehatan
dengan imunisasi dasar lengkap pada balita diterima secara statistik.
Berdasarkan penelitian pelayanan petugas kesehatan yang baik terhadap
pasien dipengaruhi oleh kesadaran petugas kesehatan akan profesionalisme kerja
sangat mempengaruhi kepuasan pasien. Pelayanan petugas kesehatan dapat
mempengaruhi imunisasi dasar lengkap pada balita, karena ibu balita merasa puas
dengan pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan. Hal ini didukung oleh
teori Soejadi (1996) yang mengatakan bahwa kepuasan pasien akan tercapai,
apabila diperoleh hasil yang optimal bagi setiap pasien dan pelayanan kesehatan
memperhatikan kemampuan pasien atau keluarganya, ada perhatian terhadap
keluhan, kondisi lingkungan fisik dan memprioritaskan kebutuhan pasien,
sehingga tercapai keseimbangan yang sebaik-baiknya antara tingkat rasa puas dan
hasil yang diderita-derita serta jerih payah yang dialami guna memperoleh hasil
tersebut. Hasil penelitian ini juga didukung oleh teori yang dikemukakan oleh
Suparyanto (2011) yang mengatakan bahwa memberikan pelayanan kesehatan
pada individu dan masyarakat yang profesional akan mempengaruhi status
kesehatan masyarakat.
-
8/17/2019 2856-2846-1-PBb
21/24
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Siswandoyo dan Putro (2003) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara pelayanan petugas kesehatan dengan kelengkapan imunisasi.
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian teori diatas menurut analisis
peneliti pada dasarnya pelayanan yang baik dari petugas kesehatan sangat
mempengaruhi status imunisasi dasar lengkap pada balita. Petugas yang bersikap
ramah, baik dan selalu memberikan informasi tentang pentingnya imunisasi dasar
pada balita akan mempengaruhi ibu-ibu yang mempunyai balita akan datang ke
tempat pelayanan kesehatan dalam hal ini Posyandu untuk mengimunisasikan
anaknya dengan lengkap.
4.
Simpulan dan Saran
4.1 Simpulan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
sebagai beikut :
4.1.1 Tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan imunisasi dasar lengkap
pada balita di Desa Botubarani Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone
Bolango Tahun 2013.
4.1.2
Tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan imunisasi dasar lengkap
pada balita di Desa Botubarani Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone
Bolango Tahun 2013.
4.1.3
Tidak ada hubungan antara penghasilan keluarga dengan imunisasi dasar
lengkap pada balita di Desa Botubarani Kecamatan Kabila Bone
Kabupaten Bone Bolango Tahun 2013.
4.1.4 Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan imunisasi dasar lengkap
pada balita di Desa Botubarani Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone
Bolango Tahun 2013.
4.1.5
Ada hubungan antara sikap ibu dengan imunisasi dasar lengkap pada balita
di Desa Botubarani Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2013.
-
8/17/2019 2856-2846-1-PBb
22/24
4.1.6
Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan imunisasi dasar lengkap
pada balita di Desa Botubarani Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone
Bolango Tahun 2013.
4.1.7
Ada hubungan antara pelayanan petugas kesehatan dengan imunisasi dasar
lengkap pada balita di Desa Botubarani Kecamatan Kabila Bone
Kabupaten Bone Bolango Tahun 2013.
4.2
Saran
4.2.1 Dengan adanya penelitian ini, bagi Puskesmas diharapkan dapat membuat
program yang lebih bersifat promotif dan preventif terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan program imunisasi pada balita.
4.2.2
Bagi petugas kesehatan setempat untuk memberikan informasi lebih
kepada masyarakat agar masyarakat mengetahui lebih banyak tentang
imunisasi.
4.2.3
Bagi petugas kesehatan juga diharapkan untuk lebih meningkatkan
pemantauan pelaksanaan imunisasi baik kualitas maupun cakupan
imunisasi, koordinasi serta kerja sama dengan dokter praktek dan bidan
swasta agar mau melaporkan data balita yang telah diimunisasi kepada
pihak puskesmas sehingga dapat membantu menyukseskan program
pemerintah mengenai imunisasi dasar wajib bagi balita.
4.2.4 Disini penulis menghimbau agar masyarakat berperan aktif untuk
membawa balitanya ke Posyandu atau tempat pelayanan kesehatan
terdekat guna mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
4.2.5
Pemberdayaan anggota masyarakat khususnya adalah keluarga untuk ikut
mendukung dan meningkatkan bahkan bila perlu mengantar ibu untuk
mengimunisasikan anaknya.
4.2.6
Bagi peneliti selanjutnya, peneliti mengharapkan adanya penelitian lebih
lanjut untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai
faktor-faktor yang berhubungan dengan status imunisasi dasar lengkap
pada balita dengan jenis penelitian, metode dan sampel yang berbeda dan
lebih besar lagi agar didapatkan hasil yang lebih berarti.
-
8/17/2019 2856-2846-1-PBb
23/24
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik .Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin., 2010. Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar Offset
Depkes RI. 2006. Cara Pemberian Imunisasi. Jakarta: Depkes.
. 2006. Jadwal Pemberian Imunisasi. Jakarta: Depkes.
Hidayat, A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan.
Yogyakarta: Salemba Medika.
Huda, Nurul. 2009. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Tentang Imunisasi Dasar Lengkap di Puskesmas Ciputat . Skripsi, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Negeri Syarif HidayatullahJakarta.
Isnaini, Vivi dan Shobirun. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu
Terhadap Kepatuhan Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi di Desa
Mororejo Kaliwungu Kabupaten Kendal. Jurnal Stikes Ilmu
Keperawatan (Online),(http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article
/view/87/114, diakses 25 Februari 2013).
Kurniawaty. 2004. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Imunisasi Dasar Bayi di Desa Mukti Jaya Kecamatan Rimba Melintang Kabupaten
Rokan Hilir . Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara Medan.
Desi, Lina. 2006. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Status Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Balita di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya
Kabupaten Organ Ilir. Skripsi, STIK Bina Husada Palembang.
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: TransInfo Media.
Mubarak, Iqbal. 2009. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
. 2003. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
. 2005. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
-
8/17/2019 2856-2846-1-PBb
24/24
. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Proverawati, Citra dan Andhini. 2010. Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Ranuh, Hariyono, Sri, dkk. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta:
Satgas Imunisasi IDAI.
Riyanto, A,. 2009. Pengolahan Dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta : Nuha
Medika
Saryono, A,. 2010. Metode Penelitian Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika
Simposia. 2012. September. Meluruskan Isu Miring Imunisasi. Majalah Farmacia.
Hh. 54.
Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Ikatan Penerbit Indonesia.
Sulastri. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi Dasar
Pada Bayi di Puskesmas Banyudono Kabupaten Boyolali. Berita Ilmu
Keperawatan ISSN 1979-2697 (Online), Vol 1 No. 1.
(http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=jurnal tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi imunisasi dasar lengkap).
Wahab, Samik. 2002. Sistem Imun, Imunisasi, dan Penyakit Imun. Jakarta: Widya
Medika.
Widiastuti,dkk. 2008. Analisis Faktor Yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu
Dalam Memberikan Imunisasi Dasar Kepada Bayinya di Desa
Banyutowo Kabupaten Kenda. Jurnal PDII (Online),
(http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1108714.pdf)
Zainiyyah, Zakiyyatus. 2012. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dengan Kelengkapan Imunisasi Bayi Umur 0-12 Bulan Di
Desa Pamolaan Di Wilayah Puskesmas Tanjung Kecamatan Camplong
Kabupaten Sampang. Jurnal Keperawatan UNAIR (Online), Vol 2
No.1. (http://jurnal-nursingupdate-nhm.page4.me/64.html).