27.-penyakit-bulai-pada-tanaman-jagung-di-kabupaten-wasmo-wakman

Upload: yanuar

Post on 09-Jul-2015

158 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel, 2007

PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN BENGKAYANG PROPINSI KALIMANTAN BARATWasmo Wakman, A. H. Talanca, dan SurtikantiBalai Penelitian Tanaman Serealia, Maros

ABSTRAKKabupaten Bengkayang sebagai penghasil jagung terbesar di Propinsi Kalimantan Barat dengan luas pertanaman 23.213 ha dari 37.771 ha di seluruh propinsi, menjadikan komiditi jagung sebagai tulang punggung perekonomian di Kalbar. Akhirakhir ini terjadi wabah penyakit bulai pada jagung yang telah meresahkan masyarakat Kabupaten Bengkayang terutama petani, industri pakan, peternak, bahkan pemerintah daerah setempat, kaitannya dengan pendapatan daerah. Usaha pengendalian penyakit bulai yang dilakukan tidak berhasil, bahkan Pemda Kalbar telah memohon bantuan Peneliti Balitsereal untuk datang, guna mengadakan pengamatan dan memberikan rekomendasi cara mengatasinya. Hasil pengamatan di Kecamatan Sanggau Ledo dan Tujuh Belas menunjukkan serangan bulai berkisar antara 26-100%. Identifikasi bentuk konidia cendawan bulai adalah bulat yang menunjukkan spesies Peronosclerospora maydis penyebab penyakit bulai. Penyebab terjadinya wabah penyakit bulai pada jagung di Kalbar karena beberapa hal sebagai berikut; menanam varietas jagung rentan bulai, pertanaman jagung berkesinambungan, fungisida saromil tidak efektif, tidak ada tindakan eradikasi tanaman terinfeksi, diduga adanya resistensi cendawan terhadap fungisida dan virulensi cendawan terhadap tanaman jagung. Rekomendasi untuk pengendalian penyakit bulai pada jagung di Kalbar adalah; menanam varietas tahan bulai, penanaman serempak, adanya periode bebas tanaman jagung, eradikasi tanaman jagung terserang bulai, aplikasi fungisida apabila cara lain tidak bisa dilakukan. Kata kunci: Penyakit bulai, tanam serempak, eradikasi, Peronosclerospora maydis

PENDAHULUANKabupaten Bengkayang merupakan daerah penghasil jagung terbesar di Propinsi Kalimantan Barat dengan luas panen 23.213 ha pada tahun 2006 dari 37.771 ha di seluruh propinsi (Tabel 1). Keadaan ini telah menempatkan posisi Kabupaten Bengkayang sebagai pemasok jagung terbesar pada industri pakan ternak di Kalimantan Barat, sehingga jagung merupakan tulang punggung perekonomian masyarakat tani di Bengkayang. Kondisi ini kalau tidak segera ditangani dapat mengganggu pengolahan bahan pakan ternak di Kalbar. Berdasarkan laporan dari Dinas Pertanian Kalbar (2007b) mengenai luas tambahan serangan penyakit bulai dari Januari - April tercatat 140 ha. Selanjutnya hasil PRA pada 24 April 5 Mei 2007 oleh Tim dari gabungan beberapa institusi di Kalbar telah menemukan adanya serangan penyakit bulai pada jagung di Kecamatan Tujuh Belas Kabupaten Bengkayang. Untuk mengatasi masalah penyakit bulai ini. Tim Peneliti dari Balai Penelitian Tanaman Serealia telah melakukan pengamatan penyakit bulai di Kabupaten Bengkayang pada empat kecamatan dan 12 desa.

174

Wasmo Wakman et al.: Penyakit Bulai pada Tanaman Jagung di Kabupaten Bengkayang

Tabel 1. Luas panen jagung di tiap kabupaten se Propinsi Kalimantan Barat tahun 2006. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Kabupaten Bengkayang Pontianak Landak Sanggau Sintang Sekadau Kapuas Hulu Singkawang Ketapang Sambas Melawai Pontianak Jumlah Luas panen (ha) 23.213 7.047 3.767 953 893 610 539 463 360 256 93 77 37.771

Sumber : Diperta Kalbar (2007a)

HASIL PENGAMATANKondisi pertanaman jagung yang terserang penyakit bulai di Kabupaten Bengkayang mulai dari tanaman muda (umur 10 HST) sampai umur panen. Keadaan ini memungkinkan di lokasi tersebut akan terus terjadi serangan bulai karena selalu tersedia sumber inokulum. Hasil identifikasi bentuk konidia cendawan bulai di Kabupaten Bengkayang adalah bentuk bulat yang menunjukkan spesies P. maydis (Gambar 1).

Gambar 1. Konidia Peronoscelrospora maydis Penyakit bulai disebabkan oleh cendawan P. maydis yang apabila menyerang pada pertanaman muda, tingkat serangannya dapat mencapai 100%. Gejala penyakit bulai secara umum dapat dilihat pada tanaman jagung yang terserang bulai daundaunnya berwarna kuning keputih-putihan dan bergaris-garis khlorofil sejajar dengan urat daun dan pada bagian bawah daun terdapat konidia berwarna putih seperti tepung (Gambar 2).

175

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel, 2007

Gambar 2. Gejala penyakit bulai (Peronosclerospora maydis)

PENYAKIT BULAI DI BENGKAYANGHasil pengamatan serangan penyakit bulai pada tanaman jagung di empat kecamatan yaitu Kecapatan Monterado, Kecamatan Sungai Betung, Kecamatan Sanggau Ledo, dan Kecamatan Tujuh Belas, pada 12 desa sebagai lokasi sampel pengamatan menunjukkan bahwa di dua kecamatan (Monterado dan Sungai Betung) belum nampak adanya serangan penyakit bulai. Selanjutnya di dua kecamatan (Sanggau Ledo dan Tujuh Belas) tingkat serangan penyakit bulai cukup tinggi yaitu berkisar 26 - 100% (Tabel 2). Pada Tabel 2 terlihat bahwa tingkat serangan penyakit bulai tertinggi terjadi di Desa Lembang dan Bange pada jagung varietas C7 (95-100%) dan varietas Bisi-9 (90%). Selanjutnya di Desa Sinar Tebudak pada varietas Lokal tingkat serangannya mencapai 64-84%. Keadaan ini menunjukkan bahwa tidak menutup kemungkinan tanaman jagung di Kecamatan Monterado dan Sungai Betung yang belum terinfeksi bulai dapat terserang. Tabel 2. Persentase serangan penyakit bulai pada tanaman jagung di empat kecamatan. Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat, 2007 Kecamatan Monterado Sungai Betung Sanggau Ledo Desa/Sampel Mekar Baru Sukamaju Sukamaju Cipta Karya Lembang Lembang Lembang Lembang Bange SInar Tebudak Sinar Tebudak Kamuh Bulai (%) 0 0 0 0 52-75 95-100 26-34 28-34 90-90 30-40 64-84 55-71 Varietas Jaya-1 C-7 P-12 BISI-9 Lokal -

Tujuh Belas

Keterangan : - Tidak diketahui varietas jagung yang ditanam

176

Wasmo Wakman et al.: Penyakit Bulai pada Tanaman Jagung di Kabupaten Bengkayang

Penyakit bulai di Kalimantan Barat dilaporkan telah merebak pada waktu lalu, namun kemudian dapat ditekan dengan penggantian varietas jagung hibrida baru yaitu C-7 yang diberi perlakuan benih dengan fungisida berbahan aktif metalaksil. Terjadinya peningkatan serangan penyakit bulai saat ini telah benar-benar meresahkan bukan hanya petani jagung tapi juga para petugas pertanian terkait dan pemerintah daerah setempat. Hal ini terjadi karena berbagai tindakan untuk mengatasinya seperti yang telah dilakukan pada waktu lalu tidak mampu mengatasinya. Perlakuan benih dengan fungisida yang diberikan oleh pengusaha benih ternyata tidak mampu menekan penyakit bulai, sehingga petani melakukan berbagai perlakuan tambahan seperti memberi perlakuan fungisida saromil tepung, ridomil gold cair, tepung batere, bahkan ada informasi yang memberi perlakuan dengan minyak tanah. Namun demikian tingkat infeksi penyakit bulai pada jagung di Kecamatan Sanggau Ledo dan Kecamatan Tujuh Belas masih tinggi.

PENYEBAB TERJADINYA WABAH PENYAKIT BULAIHasil identifikasi faktor penyebab terjadinya ledakan penyakit bulai di Kabupaten Bengkayang diduga banyak hal yang saling terkait meliputi : 1. Penanaman varietas jagung rentan bulai 2. Penanaman jagung yang berkesinambungan 3. Fungisida dengan bahan aktif metalaksil yang diberikan secara perlakuan benih efektifitasnya rendah. 4. Tindakan eradikasi tanaman jagung terserang bulai tidak dilakukan 5. Terjadinya resistensi cendawan terhadap fungisida dengan b.a metalaksil 6. Terjadinya virulensi cendawan terhadap tanaman jagung. Ada beberapa tindakan pengendalian penyakit bulai pada tanaman jagung di Kabupaten Bengkayang yang dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Penggunaan varietas jagung yang tahan, hal ini dapat dilakukan dengan menskrining varietas-varietas jagung yang ada baik komposit maupun hibrida (Wakman dan Kontong, 2000) 2. Mengubah waktu tanam jagung yang tidak serempak dengan penanaman serempak dalam areal yang luas (Wakman, 2000) 3. Perlu adanya periode bebas tanaman jagung untuk memutus siklus inokulum (Wakman, 2002) 4. Eradikasi tanaman jagung terserang bulai untuk mengurangi populasi sumber inokulum agar tidak cepat menyebar. 5. Pengujian efektivitas fungisida berbahan aktif metalaksil (saromil) dan mefenoksan (ridomil gold) terhadap penyakit bulai di Bengkayang, untuk mengetahui jenis fungisida yang paling efektif

PENUTUPPenyakit bulai yang telah menyerang pertanaman jagung di Kabupaten Bengkayang sangat meresahkan masyarakat tani maupun pemda setempat. Hal ini sangat beralasan karena Kabupaten Bengkayang merupakan pemasok jagung terbesar di Kalbar. Tingkat serangan penyakit bulai sangat tinggi (100%), terutama pada pertanaman jagung yang masih berumur 10 HST. Hasil identifikasi konidia cendawan bulai berbentuk

177

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel, 2007

bulat yang menunjukkan spora P. maydis. Langkah-langkah pengendalian penyakit bulai adalah dengan menggunakan varietas tahan dengan melakukan skrining varietasvarietas jagung hibrida dan komposit, waktu tanam serempak, dan eradikasi. UCAPAN TERIMA KASIH Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Kepala Balai Pengkajin Teknologi Pertanian dan Staf Peneliti, serta Saudara Azri yang telah membantu kami dalam melakukan pengamatan dan identifikasi serangan penyakit bulai di Bengkayang Kalbar.

DAFTAR PUSTAKADiperta Kalbar. 2007a. Data luas panen jagung per kecamatan Propinsi Kalimanta Barat tahun 2006.Laporan Tahunan Dperta Kalimantan Barat 2006. Diperta Kalbar. 2007b. Kumulatif luas tambah serangan OPT Tanaman Pangan (ha) UPTPH Kalimantan Barat, Musim Tanam tahun 2007. Laporan Tahunan Dperta Kalimantan Barat 2007. Wakman, W. dan M. Said, K. 1986. Penggunaan fungisida ridomil untuk pengendalian penyakit bulai pada tanaman jagung di Sulawesi Selatan. AGRIKAM. Buletin Penelitian Pertanian Maros. 1(2):41-44 Wakman, W. 2000. Pengendalian penyakit bulai pada tanaman jagung. Prosiding Aplikasi Paket Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah. Hal.17-22 Wakman, W. dan M.S. Kontong. 2000. Pengendalian penyakit bulai pada tanaman jagung dengan varietas tahan dan aplikasi fungisida metalaksil. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 19(2):3-42. Wakman, W. 2002. Penyakit bulai pada tanaman jagung di Indonesia: Masalah, penelitian, dan cara mengatasinya. Makalah disajikan pada Seminar Tahun PFI Komda Sul-Sel. 29 Oktober. Wakman, W. dan M.S. Kontong. 2004. Pengaruh volume air suspensi fungfisida metalaksil pada perlakuan benih jagung terhadap daya kecambah. Risalah. Penelitian Jagung dan Serealia Lain. Vol. 9. Hal.23-26.

178