260110140002_dinda anjani
DESCRIPTION
farmasi fisika IITRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II
SISTEM DISPERSI
NAMA : DINDA ANJANI
NPM : 260110140002
HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : SENIN, 11 MEI 2015
ASISTEN : 1. ANUGRAH RAHMAWAN
2. FERSTY ANDINI
LABORATORIUM FARMASI FISIKA II
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
ABSTRAK
Sistem disperse adalah salah satu sistem yang salah satu zat (fase terdispersi)
dalam sistem tersebar (terdispersi) dalam suatu zat (fase) lainnya. Telah dilakukan
percobaan tentang system disperse dengan tujuan mengamati proses sedimentasi pada
sediaan suspense. Sampel yang digunakan yaitu Mg(OH)2 , dibentuk 2 sampel
pengamatan yaitu sampel blanko Mg(OH)2 yang dilarutkan dalam air hingga 100 ml
dan sampel kedua Mg(OH)2 yang ditambahkan dengan tween 80, mucilago Na-
CMC(suspending agent) serta ditambahkan dengan air hingga 100 ml. Pengamatan
nilai sedimentasi dilakukan pada variasi waktu 0 menit, 15 menit, 30 menit, 60 menit,
90 menit dan 24 jam. Berdasarkan hasil percobaan, sedimentasi berlangsung cepat
pada blanko sedangkan pada sampel kedua sedimentasi berlangsung lambat.
Kata kunci : Mg(OH)2 , nilai sedimentasi, sedimentasi, suspending agent, suspensi.
ABSTRACT
Disperse system is a system in which one substance (the dispersed phase) in a
distributed system (dispersed) in a substance (phase) others. Experiment has been
conducted on the dispersion system with the aim of observing the preparation process
of sedimentation in suspense. The sample used is Mg(OH)2, formed two sample
observation is blank samples Mg (OH) 2 were dissolved in water to 100 ml and a
second sample of Mg (OH) 2 is added with tween 80, mucilago Na-CMC (suspending
agent ) and added with water to 100 ml. Observations made on the variation of
sedimentation value of time 0 minutes, 15 minutes, 30 minutes, 60 minutes, 90
minutes and 24 hours. Based on the experimental results, sedimentation took place
rapidly on the blank while the second sample was slow sedimentation.
Keywords: Mg (OH) 2, sedimentation, suspending agent, suspension, the value of
sedimentation.
I. TUJUAN
1. Mengamati proses sedimentasi pada sediaan suspense dan emulsi
2. Menentukan redispersibilitas suspense atau emulsi
3. Menguji konsistensi (kekentalan) sediaan gel
II. PRINSIP
1. Suspensi
Suspensi farmasi adalah disperse kasar, dimana partikel padat yang tak larut
terdispersi dalam medium cair (Anief,1993)
2. Evaluasi sediaan suspensi secara fisik
- Volume sedimentasi Adalah Suatu rasio dari volume sedimentasi akhir
(Vu) terhadap volume mula mula dari suspensi (Vo) sebelum mengendap.
- Derajat flokulasi. Adalah Suatu rasio volume sedimentasi akhir dari
suspensi flokulasi (Vu) terhadap volume sedimentasi akhir suspensi
deflokulasi (Voc)
(Nurwulandari,2013)
3. Redispersibilitas
Jika suatu sediaan suspensi menghasilkan endapan dalam penyimpanan
maka endapan tersebut harus terdispersi kembali sehingga keseragaman dosis
terpenuhi (Anjani,2010)
4. Emulsi
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. ( Depkes, 1995)
5. Viskositas
Viskositas adalah suatu cara untuk menyatakan berapa daya tahan dari aliran yang
diberikan oleh suatu cairan (Dudgale. 1986)
III.REAKSI
-
IV. TEORI DASAR
Sistem terdispersi terdiri dari partikel-partikel kecil yang dikenal sebagaifase
terdispersi yang terdistribusi secara merata keseluruh medium kontinu atau
medium dispersi. Bahan-bahan yang terdispersi bisa saja memiliki ukuran partikel
berdimensi atom atau molekul sampai partikel yang dapat diukur dengan satuan
milimeter. Oleh karena itu, cara paling mudah untuk menggolongkan
sistemdispersi adalah berdasarkan diameter dari partikel rata-rata dari bahan
yangterdispersi. Umumnya, sistem dispersi digolongkan menjadi tiga, yaitu:
1.Dispersi Molekular atau biasa disebut larutan
2.Dispersi Koloidal
3.Dispersi Kasar (Martin, 2008.)
Tabel berikut menjelaskan tentang perbedaan dispersi molekular, koloidal dan
dispersi kasar.
Tabel perbandingan antara larutan, koloid, dan suspensi
Larutan
(Dispersi
Molekuler)
Koloid
(Dispersi Koloid)
Suspensi
(Dispersi Kasar)
Contoh:
larutan gula
dalam air
Contoh:
Campuran susu
dengan air
Contoh:
Campuran
tepung terigu
dengan air
1. Homogen,
tak dapat
dibedakan
walaupun
menggunaka
n mikroskop
ultra
2. semua
partikelnya
berdimensi
(panjang,
lebar atau
tebal) kurang
dari 1 nm
3. Satu fase
4. Stabil
5. Tidak dapat
disaring
1. Secara
makroskopis
bersifat
homogen
tetapi
heterogen jika
diamati
dengan
mikroskop
ultra
2. Partikelnya
berdimensi
antara 1 nm
sampai 100 nm
3. dua fase
4. Pada
umumnya
stabil
5. tidak dapat
1. heterogen
2. Salah satu
atau semua
dimensi
partikelnya
lebih besar
dari 100 nm
3. dua fase
4. tidak stabil
5. dapat
disaring
6. tidak jernih
7. memisah
jika
didiamkan
6. Jernih
7. tidak
memisah jika
didiamkan
disaring
kecuali dengan
penyaring
ultra
6. tidak jernih
7. tidak memisah
jika
didiamkan
(Aryani, 2007.) .
Dispersi kasar terbagi ke dalam 3 kelompok:
a) Mixtura untuk pemakaian oral.
b) Lotio untuk pemakaian luar.
c) Sediaan Injeksi.Suatu suspensi dalam bidang farmasi adalah suatu dispersi
kasardimana partikel zat padat yang tidak larut terdispersi dalam suatu
mediumcair. (Martin, 1993)
Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat
yang terbagi secara halus disebarkan secara merata dalam pembawa obat dimana
obat tersebut menunjukkan kelarutan yang sangat minimum(Ansel,2005)
kestabilan sediaan suspensi. Yaitu:
1. Volume sedimentasi
Adalah Suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume mula
mula dari suspensi (Vo) sebelum mengendap.
2. Derajat flokulasi.
Adalah Suatu rasio volume sedimentasi akhir dari suspensi flokulasi (Vu)
terhadap volume sedimentasi akhir suspensi deflokulasi (Voc).
3.Metode reologi
Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan redispersibilitas, membantu
menemukan perilaku pengendapan, mengatur vehicle dan susunan partikel
untuktujuan perbandingan.
4.Perubahan ukuran partikel
Digunakan cara Freeze-thaw cycling yaitu temperatur diturunkan sampai
titikbeku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat
dilihatpertumbuhan kristal, yang pokok menjaga tidak terjadi perubahan ukuran
partikeldan sifat kristal. (Hoirul, 2010).
V. ALAT DAN BAHAN
5.1.Alat
5.1.1. Batang pengaduk
5.1.2. Beaker glass
5.1.3. Gelas ukur 100 ml
5.1.4. Mortir
5.1.5. Neraca analitik
5.2.Bahan
5.2.1. Aquades
5.2.2. Na-CMC
5.2.3. Magnesium Hidroksida
VI. PROSEDUR
6.1.Pembuatan sediaan uji dan pengamatan sedimentasi sediaan suspensi
Pertama- tama dibuat sediaan blanko , dengan cara menimbang 5 gr
magnesium hidroksida , kemudian dilarutkan dalam beaker glass dengan
aquades, diaduk. Tuangkan pada gelas ukur , ad 100 ml . Amati
pengendapanya pada variasi waktu 0,15,30, 60, 90 menit dan 24 jam. Untuk
sediaan uji, pertama-tama magnesium ditimbang sebanyak 5 gr, kemudian
dilakukan pengembangan Na-CMC menggunakan air panas dengan jumlah
20 kali bobot Na-CMC pada mortir gerus hingga homogen lalu keluarkan
dari mortir. Magnesium hidroksida di masukkan dalam mortir kemudian
ditambahkan Tween 80 , gerus ad homogen. Ditambahkan mucilago dari Na-
CMC gerus ad homogen, tambahkan aquades hingga bisa untuk dituang,
selanjutnya campuran dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml, tambahkan
aquades hingga batas 100 ml. Amati pengendapanya pada variasi waktu
0,15,30, 60, 90 menit dan 24 jam.
VII. DATA PENGAMATAN
7.1.Pembuatan sediaan suspense
Sediaan 1 (blanko)
Bahan uji Konsentrasi Jumlah sediaan
Mg(OH)2 5%
100 ml Air sampai 100%
Sediaan 2
Bahan uji Konsentrasi Jumlah sediaan
Na-CMC 1%
100 ml
Mg(OH)2 5%
Tween 80 1%
Air sampai 100%
7.2.Pengamatan sedimentasi blanko
Waktu Volume sedimentasi(ml) Nilai sedimentasi
0 menit 55 0,55
15 menit 11 0,11
30 menit 9,9 0,099
60 menit 8 0,08
90 menit 7 0,07
24 jam 6 0,06
Perhitungan nilai sedimentasi blanko
1) Waktu 0 menit
Nilai = 55 ml/ 100 ml = 0,55
2) Waktu 15 menit
Nilai = 11 ml/100 ml= 0,11
3) Waktu 30 menit
Nilai = 9,9 ml / 100 ml = 0,099
4) Waktu 60 menit
Nilai = 8 ml/100 ml = 0,08
5) Waktu 90 menit
Nilai = 7 ml/ 100 ml = 0,07
6) Waktu 24 jam
Nilai = 6 ml/100 ml = 0,06
7.3. Pengamatan sedimentasi sediaan 2
Waktu Volume sedimentasi(ml) Nilai sedimentasi
0 menit 100 1
15 menit 98 0,98
30 menit 95 0,95
60 menit 94 0,94
90 menit 92 0,92
24 jam 26 0,26
Perhitungan nilai sedimentasi sediaan 2
1) Waktu 0 menit
Nilai = 100 ml/100 ml= 1
2) Waktu 15 menit
Nilai = 98 ml/ 100ml = 0,98
3) Waktu 30 menit
Nilai = 95 ml/ 100 ml = 0,95
4) Waktu 60 menit
Nilai = 94 ml/ 100 ml = 0,94
5) Waktu 90 menit
Nilai = 92 ml/ 100 ml = 0,92
6) Waktu 24 jam
Nilai= 26 ml/ 100 ml= 0,26
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan perocbaan tentang sistem dispersi, yang
bertujuan untuk mengetahui proses sedimentasi pada suspensi. Sistem dispersi adalah
salah satu sistem yang salah satu zat (fase terdispersi) dalam sistem tersebar
(terdispersi) dalam suatu zat (fase) lainnya, sedangkan suspensi merupakan dispersi
kasar, dimana partikel padat yang tak larut terdispersi dalam medium cair. Kestabilan
suspensi dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya ukuran partikel, viskositas,
konsentrasi, dan sifat partikel. Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas
penampang partikel tersebut serta daya tekan ke atas dari cairan suspense itu, semakin
kecil ukuran partikel , semakin besar luas penampang partikel dan daya tekan ke atas
cairan akan semakin besar, akibatnya memperlambat gerakan partikel untuk
mengendap, ukuran partikel dapat diperkecil dengan penggerusan. Viskositas
berpengaruh pada gerakan turun partikel yang terdapat di dalamnya, dengan
menambah viskositas cairan maka gerakan turun partikel akan diperlambat.
Konsentrasi berpengaruh kepada pembentukan endapan dari zat tersebut, jika
konsentrasi partikel semakin besar semakin besar pula kemungkinan terjadi endapan
partikel dalam waktu singkat. Sifat partikel berpengaruh pada kelarutan dalam
suspense, suatu suspensi kemungkinan terdiri dari beberapa macam campuran zat
yang sifatnya tidak selalu sama, dan memungkinkan terjadinya interaksi antarbahan
yang menyebabkan bahan sukar larut dalam cairan tersebut.
Sampel yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu magnesium hidroksida
(Mg(OH)2) , berdasarkan farmakope Indonesia 4 kelarutan Mg(OH)2 praktis tidak
larut dalam air dan dalam etanol encer sedangkan dalam asam encer akan melarut.
Dibuat 2 sampel pengujian yaitu sampel blanko dimana Mg(OH)2 5% hanya
dilarutkan dalam air dan sampel kedua yaitu Mg(OH)2 5% ditambahkan dengan
tween 80 1% , dan menggunakan suspending agent Na-CMC 1% kemudian
digenapkan dengan aquades hingga 100 ml.
Pembuatan sampel 1 dilakukan dengan cara menimbang Mg(OH)2 sebanyak
5 gr, kemudian dilarutkan dalam aquades pada beaker glass, diaduk hingga homogen
kemudian tuangkan pada gelas ukur dan genapkan hingga 100 ml. Pembentukan
sedimen pada sediaan ini akan mudah terbentuk maka ketika digenapkan dengan
aquades hingga 100 ml , aduk kembali sediaan yang terbentuk dan lakukan
pengamatan sedimentasi pada waktu 0 menit, 15 menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit
serta 24 jam.
Sedangkan pada pembuatan sediaan 2, pertama-tama dibuat terlebih dahulu
mucilago Na-CMC menggunakan air panas pada mortir, Na CMC merupakan
turunan dari selulosa dan sering dipakai dalam industri pangan,atau digunakan dalam
bahan makanan untuk mencegah terjadinya retrogradasi. Pembuatan CMC adalah
dengan cara mereaksikan NaOH dengan selulosa murni,kemudian ditambahkan Na-
kloro asetat. Jumlah air panas untuk mengembangkan Na-CMC yaitu 20 kali bobot
Na-CMC yang digunakan, jumlah 20 kali bobot ini didasarkan pada kelarutan Na-
CMC yang larut pada 20 bagian air. Pengembangan Na-CMC dilakukan secara
monolayer agar Na-CMC mengembang merata dan mengecilkan kemungkinan
terjadinya gumpalan. Setelah mengembang ,gerus mucilago hingga homogen dan
keluarkan dari mortir. Kemudian Mg(OH)2 ditimbang sebanyak 5 gr, setelah
ditimbang tuangkan dalam mortir kemudian ditambahkan tween 80 , tween 80 sendiri
berperan sebagai wetting agent, zat terdispersi yang digunakan memiliki sifat
hidrofob dimana sudut kontak zat terdispersi dengan medium ±90o dan zat akan sulit
terbasahi, maka untuk memudahkan pembasahan perlu adanya penurunan tegangan
permukaan dengan penambahan wetting agent, setelah ditambahkan digerus hingga
homogen. Setelah itu ditambahkan mucilago dari Na-CMC, lalu gerus kembali
hingga homogen, mucilago Na-CMC berfungsi sebagai penambah viskositas yang
berkaitan dengan kestabilan suspensi. Setelah homogen tambahkan aquades hingga
campuran menjadi lebih encer dan bisa dituang dalam gelas ukur, jumlah aquades
yang dituangkan tidak boleh melebihi 100 ml karena akan melebihi batas
pengamatan. Setelah dituangkan dalam gelas ukur, genapkan campuran hingga 100
ml dan diaduk kembali, amati sedimentasi pada waktu 0 menit, 15 menit, 30 menit,
60 menit, 90 menit serta 24 jam.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh nilai sedimentasi yang beragam , pada
sediaan blanko diperoleh nilai sedimentasi pada waktu 0 menit nilainya 0,55, waktu
15 menit nilainya 0,11, waktu 30 menit nilainya 0,099, waktu 60 menit nilainya 0,08,
waktu 90 menit nilainya 0,07, waktu 24 jam nilainya 0,06. Sedangkan pada sediaan 2
diperoleh nilai sedimentasi pada waktu 0 menit nilainya 1, waktu 15 menit nilainya
0,98, waktu 30 menit nilainya 0,95, waktu 60 menit nilainya 0,94, waktu 90 menit
nilainya 0,92, dan pada waktu 24 jam nilainya 0,26.
Volume sedimentasi semakin menurun dengan bertambahnya waktu
sedangkan nilai sedimentasi juga menurun dengan bertambahnya waktu. Penurunan
nilai sedimentasi dapat diamati dari grafik nilai sedimentasi terhadap waktu. Volume
sedimentasi merupakan perbandingan antara volume sedimentasi akhir terhadap
volume mula-mula suspense sebelum mengendap. Perbedaan volume sedimentasi
yang cukup jauh dipengaruhi oleh viskositas dari sediaan tersebut semakin besar
viskositas maka gerakan turun partikel yang dikandungnya akan diperlambat,
viskositas dari suspensi dapat ditingkatkan dengan menggunakan suspending agent,
pada praktikum ini suspending agent yang digunakan adalah Na-CMC, terbukti pada
sediaan 2 sedimentasi berjalan sangat lambat, sedangkan pada blanko sedimentasi
berjalan sangat cepat. Sediaan suspensi yang baik adalah kondisi suspensi dimana
partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Partikel yang
mengendap akan melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregasi dan
selanjutnya membentuk compacted cake, peristiwa tersebut disebut peristiwa
“caking”.
Dalam pembuatan suspensi terdapat 2 metode pembuatan yaitu metode
dispersi dan metode presipitasi. Metode dispersi yaitu metode yang dilakukan dengan
cara menambahkan mucilago yang terbentuk ke dalam serbuk yang akan
didispersikan. Sedangkan metode presipitasi yaitu metode melarutkan zat yang akan
didispersikan dengan pelarut organik lalu ditambahkan dengan air. Berdasarkan
praktikum ini metode yang digunakan yaitu metode disperse karena serbuk Mg(OH)2
ditambahkan dengan mucilago yang sebelumnya ditambahkan tween 80 sebagai
wetting agent agar serbuk mudah dibasahi.
Dalam bidang farmasi , sistem dispersi memiliki peranan penting dalam
pembentukan berbagai jenis sediaan baik itu sediaan larutan, koloid dan suspense
atau emulsi, sistem dispersi juga dapat menentukan kestabilan dari suatu sediaan.
IX. SIMPULAN
1. Proses sedimentasi pada sediaan suspensi dan emulsi dapat diamati
dengan membandingkan blanko sampel dan sampel dengan
penambahan suspending agent, dengan adanya suspending agent ,
viskositas campuran bertambah dan sedimentasi berlangsung lambat.
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
0 menit 15 menit 30 menit 60 menit 90 menit 24 jam
nil
ai
sed
imen
tasi
Grafik hubungan nilai sedimentasi terhadap waktu
Blanko
Sediaan 2
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 1993. Farmasetika. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Anjani,Mita Retno.2010. FORMULASI SUSPENSI SIPROFLOKSASIN
MENGGUNAKAN SUSPENDING AGENT PULVIS GUMMI ARABICI:
UJI STABILITAS FISIK DAN DAYA ANTIBAKTERI. Available at
http://eprints.ums.ac.id/8175/2/K100050273.pdf [Diakses tanggal 6 Maret
2015]
Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press.
Aryani, Merliana. 2007. Perbandingan Larutan, Koloid, dan Suspensi. Available
online at
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/Merliana%20Aryani/
perbandingan.html [diakses tanggal 10 Mei 2015]
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV.
Jakarta : Kemenkes RI
Dudgale. 1986. Mekanika Fluida Edisi 3. Jakarta : Erlangga
Hoirul. 2010. Emulsi dan Suspensi. Available online at
http://www.scribd.com/doc/25264308/EMULSI-Www-hoirulblog-co-Cc-a-
Pengertian-Emulsi-Adalah-Sediaan [diakses tanggal 10 Mei 2015]
Martin, A. 1993. Farmasi Fisika Edisi 3. Jakarat : UI Press.
Martin, Alfred. Swarwick. Cammarata. 2008. Farmasi Fisik. Jakarta: UI Press
Nurwulandari,Nunik.2013. Sistem Dispersi. Available at
https://www.academia.edu/5674871/SISTEM_DISPERSI_TINJAUAN_DAP
US [Diakses tanggal 6 Maret 2015]