260110130098_mega trinova durika_1.pdf
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI
PEWARNAAN SEDERHANA
Rabu, 4 Maret 2015
Kelompok I
Rabu , Pukul 13.30 – 16.30 WIB
Nama NPM
MEGA TRINOVA DURIKA 260110130098
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
Nilai TTD
(Shintya) (Benedictus)
PEWARNAAN SEDERHANA
I. Tujuan
Mengamati ukuran, bentuk dan struktur-struktur tertentu dari bakteri dengan
menggunakan satu macam zat pewarna.
II. Prinsip
1. Teknik aseptis
Teknik aseptis adalah proses tanpa kontaminasi untuk menjamin preparasi
bebas dari mikroba kontaminan. Teknik aseptis digunakan sepanjang
percobaan berlangsung baik alat, bahan, lingkungan maupun praktikan.
2. Pewarnaan sederhana
Pewarnaan sederhana adalah pewarnaan yang menggunakan zat warna yang
tunggal bertujuan untuk mengidentifikasi morfologi sel bakteri.
3. Ikatan ion
Pewarnaan bakteri didasarkan atas adanya ikatan ion antara komponen
seluler dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut
kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada
komponen seluler maupun pewarnaan.
III. Teori Dasar
Bakteri atau mikroba dapat dilihat dengan mikroskop biasa yaitu
dengan cara-cara khusus, misalnya dengan cara tetesan bergantung
menggunaan kondesor medan gelap dan lain-lain. Tetapi pengamatan dari
pewarnan ini lebih sukar dan tidak dipakai untuk melihat bagian-bagian sel
dengan teliti karena sel bakteri dan mikroba lainnya transparan. Melihat dan
mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit karena selain bakteri itu
tidak bewarna juga transparan dan sangat kecil untuk mengatasi hal tersebut
maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan bakteri sehingga sel dapat terlihat
jelas dan mudah diamati. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini
merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian
mikrobiologi ( Dwijoseputro,2005 )
Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak
digunakan. Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna
untuk mewarnai organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi
dengan pewarnaan-pewarnaan sederhana karena sitoplasamanya bersifat
basofilik (suka dengan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan
sederhana umumnya bersifat alkolin. Dengan pewarnaan sederhana dapat
mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna basa yang biasa
digunakan untuk pewarnaan sederhana ialah metilen biru, kristal violet, dan
karbol fuehsin (
Prinsip dasar dari pewarnaan adalah adanya ikatan ion antara komponen
selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen.
Ikatan ion dapat terjadi karena adanya muatan listrik baik pada komponen
seluler maupun pada pewarna. Terdapat tiga mcam metode pewarnaan yaitu
pewarnaan sederhana, pewarnaan diferensial dan pewarnaan gram. Pewarnaan
sederhana menggunakan pewarna tunggal, pewarnaan diferensial memakai
serangkaian larutan pewarna atau reagen. Pewarnaan gram merupakan metode
pewarnaan yang paling umum digunakan untuk mewarnai sel bakteri (Umsl,
2008).
Prinsip pewarnaan negatif yaitu sutu metode pewarnaan tidak langsung
dimana digunakan larutan zat warna yang tidak meresap kedalam sel bakteri
melainkan ke dalam latar belakangnya ( Lay, 1994 )
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri sebagai
berikut:
1) Fiksasi
Fiksasi perlu dilakukan sebelum pewarnaan bakteri karena berguna
merekatkan sel bakteri pada gelas objek, membunuh bakteri, melepaskan
granula (butiran) protein menjadi gugusan reaktif (NH3+) membuat sel-sel
lebih kuat, mencegah terjadinya otolisis sel, mengubah avinitas, fiksasi
dapat dilakukan secara fisik atau dengan bahan kimia.
2) Peluntur zat warna
Peluntur zat warna berguna untuk menghasilkan kontras yang lebih baik
pada bayangan mikroskop. Pada umumnya, sel-sel yang mudah diwarnai
akan lebih mudah pula dilunturkan warnanya. Sedangkan sel-sel yang sukar
diwarnai akan lebih sukar dilunturkan warnanya.
3) Substrata
Merupakan zat warna asam atau basa dapat bereaksi dengan senyawa-
senyawa tertentu. Oleh karena itu, senyawa-senyawa organik seperti
protein, karbohidrat, lemak dan asam nukleat akan mempengaruhi
pewarnaan. Berdasarkan jenis zat warna yang diserap oleh sel, maka dapat
dibedakan tiga macam sel yaitu: sel-sel asidofil, basodill dan sudanofil.
4) Intensifikasi warna
Zat warna dapat diintensifikasikan dengan cara menambahkan mordan,
yaitu zat kimia yang dapat menyebabkan sel-sel bakteri dapat diwarnai lebih
intensif karena zat warna terikat lebih kuat daripada jaringan sel. Mordan
dibagi atas dua macam, yaitu mordan asam dan mordan basa. Mordan asam
adalah mordan yang bereaksi dengan zat-zat warna basa. Sedangkan mordan
basa adalah mordan yang bereaksi dengan anion zat warna asam.
5) Zat warna penutup atau zat warna lawan
Zat warna lawan adalah suatu zat warna basa yang berbeda warnanya
dengan zat warna mula-mula yang digunakan. Gunanya adalah untuk
memberikan warna pada sel-sel yang berbeda warnanya dengan zat warna
mula-mula. Zat warna penutup diberikan pada akhir pewarnaan dengan
tujuan untuk memberikan kontras pada sel-sel yang tidak menyerap zat
warna utama (Sutedjo, 1991).
IV. Alat dan Bahan
5.1 Alat
1. Botol semprot
2. Bak pewarna
3. Kaca preparat
4. Kapas
5. Kertas saring
6. Korek
7. Mikroskop
8. Ose
9. Spirtus
5.2 Bahan
1. Alkohol 70%
2. Air suling
3. Emerge oil
4. Sampel (air liur)
5. Zat warna biru Metilen
V. Prosedur
Pertama-tama menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kaca
preparat direndam dalam larutan alcohol 70%, kemudian dikeringkan dengan
menggunakan kapas. Setelah kering pada salah satu sisi kaca preparat dibuat
lingkaran menggunakan spidol. Kemudian spirtus dinyalakan, lalu ose di
fiksasi melalui api hingga kawat ose berubah menjadi merah. Setelah itu, ose
didinginkan di dekat api dan sampel air liur diambil dengan menggunakan ose,
lalu cawan petri yang berisi air liur difiksasi. Kemudian ose yang ada air liurnya
dioleskan dilingkaran kaca preparat secara merata. Setelah rata, kaca preparat
difiksasi dan dibiarkan dingin. Setelah itu, kaca preparat diletakkan di atas bak
pewarna. Olesan bakteri digenangi dengan salah satu zat warna yaitu biru
metilen dan dibiarkan selama 1-2 menit. Kemudian sisa zat warna yang
berlebih pada preparat dibilas dengan menggunakan air suling sampai air
bilasan bewarna pucat. Lalu, kaca preparat dikeringkan menggunakan kertas
saring. Setelah itu, pada kaca preparat tetesi minyak emersi lalu diamati
dibawah mikroskop dan digambar hasilnya. Jika telah selesai, diulang kembali
prosedur diatas dengan zat warna yang berbeda.
VI. Data Pengamatan
Pewarna : Metilen blue
Preparat : Sampel air liur
Perbesaran : 10 x 40 kali
Identifikasi bakteri : bakteri bentuk basil dan bakteri bentuk coccus
VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan praktikum pewarnaan
sederhana. Tujuan dari praktikum ini adalah dapat mengamati ukuran, bentuk
dan struktur-struktur tertentu dari bakteri dengan menggunakan satu macam zat
pewarna. Prinsip yang mendasari praktikum ini yaitu teknik aseptis, pewarnaan
sederhana dan ikatan ion.
Pada praktikum ini, hal pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan. Selanjutnya kaca preparat direndam didalam
larutan alcohol 70%, perendaman kaca preparat ini bertujuan agar kaca
preparat bebas dari mikroorganisme dan lemak yang menempel pada kaca
preparat. Setelah itu kaca preparat dikeringkan dengan menggunakan kapas
sampai berbunyi yang menandakan bahwa kaca preparat sudah bisa digunakan.
Lalu pada salah satu sisi kaca preparat dibuat lingkaran menggunakan spidol,
lingkaran ini dibuat untuk media pengamatan materi supaya pada saat
mengamati dibawah mikroskop akan lebih mudah.
Selanjutnya, spirtus dinyalakan menggunakan korek api, spirtus
berguna untuk fiksasi. Fiksasi adalah proses pengawetan dan pelekatan atau
penempelan suatu struktur sel mikroorganisme pada suatu posisi. Hal yang
harus diperhatikan dalam proses fiksasi adalah kita hanya melewatkan objek
diatas api bukan membiarkan dia terbakar karena akan mengakibatkan
bakterinya mati dan tujuan fiksasi untuk pelekatan bakteri supaya pada saat
pencucian bakteri tidak hilang tercuci dan bakteri tidak berubah bentuk pada
saat diamati pada mikroskop. Kemudian ose difiksasi dengan melewatkannya
diatas api sampai berubah menjadi merah yang menandakan bahwa ose sudah
bebas dari kontaminasi. Lalu ose didinginkan didekat api, ose yang digunakan
haru dingin karena apabila ose masih panas maka akan mengakibatkan sel
bakteri yang akan diuji mati.
Cawan petri yang berisi sampel air liur dibuka didekat api untuk
mengurangi kontaminasi. Lalu sampel air lir diambil menggunakan ose dan
cawan petri difiksasi. Kemudian oleskan bakteri diatas kaca preparat secara
merata. Setelah rata, kaca preparat diletakkan diatas bak pewarna. Olesan
bakteri di kaca preparat ditetesi dengan salah satu zat warna. Zat warna yang
praktikan gunakan yaitu metilen biru dan dibiarkan selama 1-2 menit. Zat
warna adalah senyawa organik berwarna yang digunakan untuk memberi
warna ke suatu objek atau suatu kain. Proses terjadinya warna yang paling
umum adalah adanya absorpsi cahaya dari panjang gelombang tertentu oleh
suatu zat. Metilen biru merupakan salah satu zat warna thiazine yang sering
digunakan, karena harganya ekonomis dan mudah diperoleh. Penggunaan
metilen biru dapat menimbulkan beberapa efek, seperti iritasi saluran
pencernaan jika tertelan, menimbulkan sianosis jika terhirup, dan iritasi pada
kulit jika tersentuh oleh kulit.
Setelah dibiarkan selama 1-2 menit, sisa zat warna berlebih pada kaca
preparat dibilas dengan menggunakan air suling sampai berwarna pucat.
Pembilasan dilakukan untuk mengurangi berlebihnya zat warna yang diberikan
tetapi pada saat pembilasan tidak boleh terlalu keras karena akan
mengakibatkan olesan bakteri pada kaca preparat akn terbawa oleh air.
Kemudian kaca preparat dikeringkan dengan menggunakan kertas saring dan
yang dikeringkan bukan olesan bakterinya tetapi sisa aquades yang masih
menempel pada kaca preparat, ini dilakukan agar sisa aquades tidak bercampur
dengan olesan bakteri. Pengeringannya dilakukan dengan cara ditotol.
Penotolan dilakukan denagn hati supaya olesan bakteri tidak menempel pada
kertas saring.
Setelah itu kaca preparat ditetesi dengan minyak imersi. Minyak emersi
adalah minyak yang dipakai untuk olesan pada mikroskop yang fungsinya
untuk memperjelas objek dan melindungi mikroskop itu sendiri atau
Imersi minyak merupakan teknik yang digunakan pada saat kita akan
mengamati preparat mikroskopik dengan perbesaran yang besar (10x100
misalnya). Minyak imersi memiliki indeks refraksi yang tinggi dibandingkan
dengan air atau udara sehingga objek yang kita amati dapat terlihat lebih jelas
menggunakan minyak imersi dibandingkan menggunakan air.
Selanjutnya kaca preparat diamati di bawah mikroskop dan hasilnya
digambar. Pada pengamatan yang dilakukan dari sampel air liur didapatkan
bentuk bakteri yaitu bentuk coccos dan basil.
Pada saat praktikum, terjadi kesalahan yang mengakibatkan olesan
bakteri pada kaca preparat hilang. Factor-faktor yang menyebabkan hal
tersebut yaitu :
Olesan bakteri tidak merata
Fiksasi yang terlalu lama juga dapat menyebabkan dinding bakteri pecah
sehingga sulit untuk diamati
Pembilasan dengan air suling yang terlalu keras yang menyebabkan olesan
bakteri terbawa oleh air.
Proses penotolan dengan kertas saring yang tidak benar dan terlalu keras
yang mengakibatkan olesan bakteri menempel pada kertas saring.
VIII. Simpulan
Dapat mengamati ukuran,bentuk, dan struktur-struktur tertentu dari bakteri,
dengan menggunakan satu macam zat pewarna ( Metilen Biru ) pada sampel
air liur. Bakteri yang teramati berbentuk coccus dan basil.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.
Lay, B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : Rajawali.
Reyza, Muhammad. 2008. Metode Pewarnaan. Available online at
http://qi206.com/2008/10/17/mikroba/pewarnaan [diakses tanggal 8 Maret
2015]
Sutedjo, M.1991. Mikrobiologi Tanah. Jakarta : Rhineka Cipta.
Umsl, 2008, Staining Bacteria. Available online at http://www.umsl.edu
/~microbes/pdf/ [diakses tanggal 8 Maret 2015]
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI
PEWARNAAN GRAM
Rabu, 4 Maret 2015
Kelompok I
Rabu , Pukul 13.30 – 16.30 WIB
Nama NPM
MEGA TRINOVA DURIKA 260110130098
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
Nilai TTD
(Shintya) (Benedictus)
PEWARNAAN GRAM
I. Tujuan
1. Mengamati dua kelompok bakteri yaitu Gram positif dan Gram negatif
dengan menggunakan prosedur pewarnaan gram.
2. Memahami setiap langkah dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam
prosedur tersebut.
II. Prinsip
1. Teknik aseptis
Teknik aseptis adalah proses tanpa kontaminasi untuk menjamin preparasi
bebas dari mikroba kontaminan. Teknik aseptis digunakan sepanjang
percobaan berlangsung baik alat, bahan, lingkungan maupun praktikan.
2. Pewarnaan diferensial
Pewarnaan diferensial adalah pewarnaan yang menggunakan lebih dari
satu macam zat warna, seperti pewarnaan gram dan pewarnaan tahan
asam.
3. Ikatan ion
Pewarnaan bakteri didasarkan atas adanya ikatan ion antara komponen
seluler dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut
kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada
komponen seluler maupun pewarnaan.
4. Absorbsi
Absorpsi adalah proses penyerapan suatu zat ke dalam organ tertentu.
III. Teori Dasar
Bakteri memiliki beberapa bentuk,yaitu basil (tongkat), coccus,
spirillum. Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi
beberapa macam. Pada bentuk basil pembagiannya yaitu basil
tunggal,diplobasil,dan tripto basil. Sedangkan pada coccus dibagi menjadi
monococcus,diplococcus,sampai streptococcus. Khusus pada sprillum hanya
dibagi dua yaitu setengah melengkung dan melengkung (Dwidjosepuro.1998).
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sagat sulit,karena
selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk
mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknis pewarnaan sel bakteri
ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian
mikrobiologi (Dwidjoseputro,1998).
Prinsip dasar dari pewarnaan adalah adanya ikatan ion antara
komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut
kromogen. Ikatan ion dapat terjadi karena adanya muatan listrik baik pada
komponen seluler maupun pada pewarna. Terdapat tiga mcam metode
pewarnaan yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan diferensial dan pewarnaan
gram. Pewarnaan sederhana menggunakan pewarna tunggal, pewarnaan
diferensial memakai serangkaian larutan pewarna atau reagen. Pewarnaan
gram merupakan metode pewarnaan yang paling umum digunakan untuk
mewarnai sel bakteri (Umsl, 2008).
Pewarnaan gram merupakan pewarnaan yang digunakan untuk
mengelompokan bakteri gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif
akan mempertahankan zat warna crystal violet dan akan tampak berwarna ungu
tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan kehilangan zat
warna crystal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat
pewarna air fucsin atau safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan zat
warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya.
Pewarna yang digunakan dalam pewarnaan gram antara lain : crystal violet,
alkohol, safranin, dan iodine (Lay.1994).
Perbedaan warna antara bakteri Gram Negatif dan bakteri Gram Positif
disebabkan oleh adanya perbedaan struktur pada dinding sel nya. Dinding
Gram Positif mengandung banyak peptidoglikan,sedangkan dinding bakteri
Gram Negatif banyak mengandung lipopolisakarida (Suriawiria, 1999).
Perbedaan relatif sifat bakteri gram positif dan gram negatif.
Sifat Bakteri garam (+) Bakteri gram negatif(-)
Komposisi dinding sel Kandungan lipid rendah (1-
4%)
Kandungan lipid tinggi
Ketahanan terhadap
penisilin
Lebih sensitif Lebih tahan
Penghambatan oleh
pewarna basa (VK)
Lebih dihambat Kurang dihambat
Kebutuhan nutrisi Kebanyakan spesies relatif
kompleks
Relatif sederhana
Ketahanaa terhadap
perlakuan fisik
Lebih tahan Kurang tahan
(Manurung, 2010).
IV. Alat dan Bahan
4.1 Alat
10. Botol semprot
11. Bak pewarna
12. Kaca preparat
13. Kapas
14. Kertas saring
15. Korek
16. Mikroskop
17. Ose
18. Spirtus
4.2 Bahan
1. Alkohol 70%
2. Air suling
3. Emerge oil
4. karbol gentian violet
5. Lugol
6. Suspensi campuran bakteri E. Coli dan S. subtilis
7. Zat warna biru metilen
8. Zat warna karbol fuksin
V. Prosedur
Pertama-tama, menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kaca
preparat direndam didalam larutan alcohol 70% dan kaca preparat dikeringkan
dengan menggunakan kapas. Kemudian pada salah satu sisi kaca preparat
dibuat lingkaran menggunakan spidol. Lalu nyalakan spirtus dengan korek api
dan ose di fiksasi diatas api hingga kawat ose berubah menjadi merah.
Kemudian ose didinginkan di dekat api. Setelah itu, tabung reaksi yang berisi
campuran suspense bakteri ( Escherichia coli dan Bacillus subtilis) dibuka
didekat api dan suspense bakteri diambil dengan menggunakan ose. Kemudian
penutup tabung dan mulut tabung difiksasi dan tabung ditutup kembali. Lalu
olesan bakteri dioleskan secara merata diatas kaca preparat, ose dan kaca
preparat difiksasi. Setelah itu, kaca preparat diletakkan diatas bak warna.
Olesan bakteri ditetesi dengan karbol gentian violet dan dibiarkan selama 1
menit. Lalu zat warna yang berlebih dibuang dan dibilas degan air suling.
Kemudian ditetesi dengan lugol dan dibiarkan selama 2 menit,lalu dibilas
dengan air suling. Setelah itu,olesan bakteri dicuci dengan alcohol 95% tetes
demi tetes hingga zat warna larut,dan dibilas dengan air suling. Olesan
kemudian ditetesi dengan pewarna tanding karbol fuksin selama 30 detik. Lalu
zat warna berlebih dibuang dan olesan dicuci dengan air suling ,kemudian
dikeringkan. Lalu minyak imersi ditetesi pada kaca preparat olesan
bakteri,kemudian preparat olesan bakteri diamati dibawah mikroskop.
VI. Data Pengamatan
Pewarna : CGV – lugol – alcohol 90% - air fuksin
Preparat : Suspensi bakteri Escherichia coli dan Bacillus
Subtilis
Perbesaran : 10 x 100 kali
Identifikasi bakteri : bakteri bentuk basil dan bakteri bentuk coccus
VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan praktikum pewarnaan
gram. Tujuan dari praktikum ini adalah dapat mengamati dua kelompok bakteri
yaitu gram positif dan negatif dengan menggunakan prosedur pewarnaan gram
dan dapat memahami setiap langkah dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam
prosedur tersebut. Adapun prinsi yang mendasari praktikum ini yaitu teknik
aseptis, pewarnaan diferensial, ikatan ion dan absorpsi.
Pada praktikum ini, hal pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan. Selanjutnya kaca preparat direndam didalam
larutan alcohol 70%, perendaman kaca preparat ini bertujuan agar kaca
preparat bebas dari mikroorganisme dan lemak yang menempel pada kaca
preparat. Setelah itu kaca preparat dikeringkan dengan menggunakan kapas
sampai berbunyi yang menandakan bahwa kaca preparat sudah bisa digunakan.
Lalu pada salah satu sisi kaca preparat dibuat lingkaran menggunakan spidol,
lingkaran ini dibuat untuk media pengamatan materi supaya pada saat
mengamati dibawah mikroskop akan lebih mudah.
Selanjutnya, spirtus dinyalakan menggunakan korek api, spirtus
berguna untuk fiksasi. Fiksasi adalah proses pengawetan dan pelekatan atau
penempelan suatu struktur sel mikroorganisme pada suatu posisi. Hal yang
harus diperhatikan dalam proses fiksasi adalah kita hanya melewatkan objek
diatas api bukan membiarkan dia terbakar karena akan mengakibatkan
bakterinya mati dan tujuan fiksasi untuk pelekatan bakteri supaya pada saat
pencucian bakteri tidak hilang tercuci dan bakteri tidak berubah bentuk pada
saat diamati pada mikroskop. Kemudian ose difiksasi dengan melewatkannya
diatas api sampai berubah menjadi merah yang menandakan bahwa ose sudah
bebas dari kontaminasi. Lalu ose didinginkan didekat api, ose yang digunakan
harus dingin karena apabila ose masih panas maka akan mengakibatkan sel
bakteri yang akan diuji mati.
Selanjutnya tabung reaksi yang berisi campuran suspense bakteri (
Escherichia coli dan Bacillus subtilis) dikocok dan dibuka dekat api untuk
mengurangi kontaminasi. Lalu sampel diambil menggunakan ose, ose dan
tabung difiksasi. Kemudian oleskan bakteri diatas kaca preparat secara merata.
Setelah rata, kaca preparat diletakkan diatas bak pewarna. Olesan bakteri
ditetesi dengan karbol gentian violet dan dibiarkan selama 1 menit. Gentian
violet adalah zat pewarna yang memberikan warna keunguan seperti warna
kelopak bunga gentian. Gentian violet biasanya digunakan untuk melakukan
pewarnaan bakteri dengan metode gram, pewarnaan histologi, dan
elektroforesis DNA. Karbol gentian violet digunakan untuk pewarnaan gram
bakteri yang berfungsi mengikat zat warna ungu. Lalu,zat warna yang berlebih
dibuang dan dibilas dengan air suling. Kemudian ditetesi dengan lugol dan
dibiarkan selama 2 menit. Fungsi lugol dalam pewarnaan yaitu bereaksi dengan
Kristal violet untuk membentuk senyawa relative tidak larut pada bakteri gram
positif dan tujuan penambahan lugol agar sel-sel bakteri akan dapat diwarnai
lebih intensif dan menyebakan pewarna terikat lebih kuat. Lalu dibilas dengan
air suling. Setelah itu,olesan bakteri dicuci dengan pemucat alcohol 95% tetes
demi tetes hingga zat warna larut,dan dibilas dengan air suling. Etanol 95%
merupakan solven organik yang berfungsi untuk membilas (mencuci) atau
melunturkan kelebihan zat warna pada sel bakteri (mikroorganisme). Tujuan
pemberian alcohol yaitu untuk membersihkan lemak pada kaca preparat dan
untuk melepaskan zat warna violet-yodium pada bakteri sehinggan dpaat
memperjelas dalam penentuan warna bakteri, baik bakteri gram positif maupun
bakteri gram negatif.
Kemudian ditetesi dengan pewarna karbol fuksin dan dibiarkan selama
30 detik. Lalu zat warna berlebih dibuang dan olesan dicuci dengan air suling
,kemudian dikeringkan. Karbol fuksin berfungsi untuk mewarnai kembali sel-
sel yang telah kehilangan pewarna utama setelah perlakuan dengan alkohol.
Lalu zat warna berlebih dibuang dan dibilas dengan air suling.
Setelah itu kaca preparat ditetesi dengan minyak imersi. Minyak emersi
adalah minyak yang dipakai untuk olesan pada mikroskop yang fungsinya
untuk memperjelas objek dan melindungi mikroskop itu sendiri atau
Imersi minyak merupakan teknik yang digunakan pada saat kita akan
mengamati preparat mikroskopik dengan perbesaran yang besar (10x100
misalnya). Minyak imersi memiliki indeks refraksi yang tinggi dibandingkan
dengan air atau udara sehingga objek yang kita amati dapat terlihat lebih jelas
menggunakan minyak imersi dibandingkan menggunakan air.
Selanjutnya kaca preparat diamati di bawah mikroskop dan hasilnya
digambar. Pada pengamatan yang dilakukan dari sampel air liur didapatkan
bentuk bakteri yaitu bentuk coccos dan basil.
Pada saat praktikum, terjadi kesalahan yang mengakibatkan olesan
bakteri pada kaca preparat hilang dan menyebabkan praktikan susah
menemukan bentuk bakteri yang terdapat pada suspensi. Faktor-faktor yang
menyebabkan hal tersebut yaitu :
Olesan bakteri tidak merata
Fiksasi yang terlalu lama juga dapat menyebabkan dinding bakteri pecah
sehingga sulit untuk diamati
Pembilasan dengan air suling yang terlalu keras yang menyebabkan olesan
bakteri terbawa oleh air.
Proses penotolan dengan kertas saring yang tidak benar dan terlalu keras
yang mengakibatkan olesan bakteri menempel pada kertas saring.
VIII. Simpulan
1. Dapat mengamati dua kelompok bakteri yaitu Gram Positif dan Gram
negative, dengan menggunakan prosedur pewarnaan Gram. Bakteri Gram
positif adalah Bacillus subtilis dengan bentuk batang berwarna ungu dan
bakteri Gram negative adalah Escherichia coli dengan bentuk batang
berwarna merah
2. Dapat memahami setiap langkah dan reaksi reaksi kimia yang terjadi dalam
prosedur tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.
Lay, B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : Rajawali.
Manurung, Pebrin. 2010. Pengamatan Bentuk Bakteri. Available online at
http://pebrimanurung.com/2010/10/pengamatan-bentuk-bakteri.html
[diakses tanggal 8 Maret 2015]
Suriawiria, U. 1999. Mikrobiologi. Jakarta : Universitas Terbuka.
Umsl, 2008, Staining Bacteria. Available online at http://www.umsl.edu
/~microbes/pdf/ [diakses tanggal 8 Maret 2015]