document2
DESCRIPTION
MotifatorTRANSCRIPT
![Page 1: Document2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083016/55cf91ba550346f57b901652/html5/thumbnails/1.jpg)
Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia 2(2), Maret 2015: 7-13ISSN 2302-187X
Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Kulit Buah Salak Pondoh (Salacca affinis Griff) Terhadap Mencit Putih
(Mus musculus L.) Jantan Diabetes
Nofri Hendri Sandi 1*, Endamora 1 dan Marisa Syaputri Harahap 1 1 Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau, Pekanbaru, Riau, Indonesia
*Unit Bidang Farmakologi Email : [email protected]
Telp. : 085355848355
ABSTRAK
Telah dilakukan uji aktivitas antidiabetes ekstrak etanol kulit buah salak pondoh (Salacca affinis Griff.) terhadap mencit putih (Mus musculus L.) jantan diabetes. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek antidiabetes ekstrak etanol kulit buah salak pondoh (Salacca affinis Griff.) dalam menurunkan kadar glukosa darah, karena masyarakat mempercayai khasiat kulit buah salak sebagai antidiabetes. Hewan percobaan dibagi atas 6 kelompok yang terdiri atas kontrol negatif (NaCMC 1%), kontrol positif (glibenklamid 0,65 mg/kgBB) dan kelompok ekstrak etanol kulit buah salak (Salacca affinis Griff.) dosis 100, 200, 300 mg/kgBB serta kelompok normal tanpa perlakuan. Parameter yang diamati meliputi pengukuran kadar glukosa darah, berat badan, volume urin dan volume air minum serta berat relatif organ. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan persentase penurunan kadar glukosa darah yang signifikan (p<0,05) dari kelompok dosis 200 dan 300 mg/kgBB bila dibandingkan terhadap kelompok kontrol negatif. Sedangkan kelompok dosis 100 mg/kgBB tidak signifikan (p>0,05) terhadap kontrol negatif.
Kata kunci: Antidiabetes, glukosa darah, kulit buah salak pondoh, Salacca affinis Griff.
ABSTRACT
Antidiabetic activities of ethanol extract of Salak Pondoh (Salacca affinis Griff.) rind on white male mice (Mus musculus L.) diabetic has been done. This study was conducted to determine the antidiabetic effect of ethanol extract of Salak Pondoh rind on blood sugar decrease, because the local people in Indonesia believe that Salak rind have peculiar property for antidiabetic. The experimental animals were divided into 6 groups consisting of the negative control group (NaCMC 1%), the positive control group (Glibenclamide 0,65 mg/kg BW), the ethanol extract of Salak Pondoh (Salacca affinis Griff.) rind 100, 200 and 300 mg/kg BW doses group and the normal group without treatment. The observed parameters including measurement of blood glucose levels, body weight, urine volume and the volume of drinking water as well as the organ relative weight. The test results showed a significant decrease on blood glucose level (p<0,05) from 200 and 300 mg/kg BW doses group compared to the negative control group. Meanwhile, 100 mg/kg BW dose group showed no significant differences (p>0,05) compared to the negative control group.
Keywords: Antidiabetic, blood glucose, Salacca affinis Griff., Salak Pondoh rind
PENDAHULUAN
Penderita diabetes mellitus (DM) dewasa ini
terus meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat
kemakmuran dan berubahnya gaya hidup (Soegondo et
al., 2009). Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-
duanya (Sudoyo et al., 2006). Penyakit ini mempunyai
gejala yang khas berupa polifagia (banyak makan),
poliuria (banyak kencing), polidipsia (banyak minum),
lemas dan berat badan menurun (Guyton,1997).
Diabetes mellitus (DM) dalam dunia kedokteran
dapat diatasi dengan menggunakan obat. Meskipun
banyak senyawa kimia sintetik telah tersedia untuk
pengobatan berbagai penyakit, usaha penemuan obat-obat
baru dari
*Unit Bidang FarmasiEmail :
Telp :
tumbuhan masih perlu dilakukan (Nurulita, 2008).
Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat
melimpah, banyak tumbuhan di Indonesia yang
digunakan secara tradisional sebagai antidiabetes, salah
satunya adalah kulit buah salak pondoh (Salacca affinis
Griff.). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, 10
µL larutan sampel dalam dimetil sulfoksida (DMSO)
memiliki potensi sebagai antidiabetes melalui uji aktivitas
penghambatan enzim α-glukosidase secara in vitro
(Sahputra, 2008). Pada penelitian lain, ekstrak etanol kulit
buah salak dosis 150 mg/kg BB memiliki aktivitas yang
hampir sama dengan glibenklamid dosis 0,45 mg/kg BB
dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus putih jantan
yang diinduksi sukrosa (Kanon et al., 2012).
![Page 2: Document2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083016/55cf91ba550346f57b901652/html5/thumbnails/2.jpg)
Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol 8
Dari uji fitokimia didapatkan ekstrak etanol kulit
buah salak mengandung senyawa flavonoid, alkaloid,
saponin, terpenoid, fenolik. Berbagai penelitian
menyebutkan senyawa flavonoid berperan sebagai
antidiabetes yang dapat menurunkan kadar glukosa darah
karena kerjanya yang bersifat insulinomimetic (Fawzy et
al, 2008). Alkaloid diduga memiliki aktivitas antidiabetes
karena mampu meregenarasi sel beta pankreas yang
rusak (Arjadi, 2010). Selain itu, senyawa saponin dapat
mengurangi kadar glukosa darah dengan membentuk
lapisan membran pada permukaan usus halus sehingga
dapat menghambat absorpsi glukosa (Mills, 2000).
Sedangkan senyawa terpenoid diduga dapat menurunkan
kadar glukosa darah dengan merangsang sekresi insulin
(Prameswari et al., 2014).
Disamping itu perlu kajian awal terhadap
keamanan obat baru dari bahan alam. Hal ini dapat
dilakukan dengan melihat pengaruhnya terhadap berbagai
organ penting dalam tubuh seperti jantung, hati dan
ginjal. Data yang diperoleh digunakan sebagai gambaran
awal adanya pengaruh negatif terhadap organ penting
tersebut (Armenia et al., 2004).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
aktivitas antidiabetes ekstrak etanol kulit buah salak
pondoh (Salacca affinis Griff.) pada mencit putih (Mus
musculus L.) jantan diabetes yang diinduksi diabetes
dengan aloksan tetrahidrat 175 mg/kgBB secara
intraperitonial. Parameter utama yang diamati adalah
penurunan kadar glukosa darah. Parameter pendukung
lainnya meliputi berat badan, volume urin, volume air
minum, dan berat relatif organ jantung, hati dan ginjal.
BAHAN DAN METODE
Alat yang digunakan adalah satu set alat
destilasi, satu set alat rotary evaporator, timbangan
analitik, timbangan hewan, desikator, beker glass, gelas
ukur, kapas, kertas saring, mortir dan stamfer, alat suntik
intraperitonial, jarum oral dan alat pengukur kadar
glukosa darah (Gluko DrTM Blood Glucose Test Meter,
Gluko DrTM Blood glucose Test Strips).
Bahan-bahan yang digunakan adalah kulit buah
salak pondoh (Salacca affinis Griff.), etanol, Na.CMC,
aloksan tetrahidrat, glibenklamid, NaCl fisiologis, larutan
glukosa 10 %, dan aquadest.
Sampel salak pondoh (Salacca affinis Griff.)
diambil di Desa Banjar, Kecamatan Dayun, Kabupaten
Siak Sri Indrapura, Riau. Identifikasi tanaman salak
pondoh (Salacca affinis Griff.) dilakukan di Herbarium
Universitas Andalas (ANDA) jurusan Biologi FMIPA
Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat.
Ekstraksi Sampel. Kulit buah salak pondoh
(Salacca affinis Griff.) dibersihkan, dikeringkan dibawah
sinar matahari. Sampel kering disortir untuk
menghilangkan kotoran yang masih tertinggal selama
proses pengeringan. Selanjutnya sampel dirajang lalu
ditimbang berat keringnya. Sampel dimaserasi dengan
etanol selama 3 kali 5 hari dalam botol yang berwarna
gelap pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya
matahari langsung, sambil sesekali diaduk. Maserat etanol
disaring, kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator
hingga didapatkan ekstrak kental. Ekstrak tersebut
dikumpulkan dan ditimbang.
Pemeriksaan Kandungan Metabolit Sekunder dari
Ekstrak Etanol Kulit Buah Salak Pondoh.
1. Pemeriksaan alkaloid
Pemeriksaan menggunakan metode Culvenor
Fiztgerald, yaitu: sejumlah kecil ekstrak etanol
kulit buah salak dimasukkan dalam tabung reaksi,
ditambahkan 10 mL kloroform dan 10 mL
kloroform amoniak 0,05 N, dikocok, dan
ditambahkan 10 tetes asam sulfat 2N kocok selama
1 menit. Biarkan sampai terjadi pemisahan. Setelah
itu diambil lapisan asam (atas) dan pindahkan
kedalam tabung reaksi lain. Ditambahkan beberapa
tetes pereaksi mayer. Reaksi positif ditandai
dengan adanya kabut putih hingga gumpalan putih
atau endapan.
2. Pemeriksaan Flavonoid, Fenolik, Terpenoid,
Steroid dan Saponin
Pemeriksaan kandungan metabolit sekunder
dilakukan terhadap ekstrak etanol kulit buah salak.
![Page 3: Document2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083016/55cf91ba550346f57b901652/html5/thumbnails/3.jpg)
9 Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia Nofri, et al
Sejumlah kecil ekstrak etanol kulit buah salak
ditambah 5 mL air suling dan kloroform didalam
tabung reaksi, lalu di kocok kuat dan di biarkan
beberapa saat sampai terbentuk dua lapisan.
Lapisan air digunakan flavonoid, fenolik dan
saponin sedangkan lapisan kloroform digunakan
untuk uji terpenoid dan steroid.
a. Uji Flavonoid
Beberapa tetes lapisan air dimasukkan kedalam
tabung reaksi, lalu ditambahkan sedikit serbuk
magnesium dan beberapa tetes asam klorida pekat,
terbentuk warna orange sampai merah
menunjukkan adanya flavonoid.
b. Uji Fenolik
Beberapa tetes lapisan air dipindahkan ke plat tetes
dan ditambahkan beberapa larutan besi (III)
klorida, reaksi ditandai dengan terbentuk warna
hijau tua.
c. Uji Terpenoid dan Steroid
Lapisan kloroform disaring dengan norit yang
diletakan kedalam pipet tetes yang diberi kapas
pada ujungnya, kemudian ditampung pada plat
tetes, setelah kering ditambahkan pereaksi
Liebermann-Burchard (asam asetat anhidrat dan
H2SO4 pekat sama banyak), bila terbentuk warna
merah positif untuk terpenoid dan warna hijau atau
biru positif untuk steroid.
d. Uji Saponin
Ambil beberapa mL lapisan air masukkan kedalam
tabung reaksi dikocok kuat, bila terbentuk busa yang
tetap selama 5 menit menandakan positif saponin.
Persiapan Hewan Percobaan. Mencit putih
(Mus musculus L.) jantan umur 2-3 bulan, berat badan 20-
30 gram, diaklimatisasi selama satu minggu dengan diberi
makanan dan minuman yang cukup. Selama aklimatisasi
berat badan ditimbang,mencit yang digunakan adalah
mencit yang sehat yakni berat badan selama aklimatisasi
tidak mengalami perubahan lebih 10 % dan secara visual
menunjukkan prilaku yang normal (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia,1979).
Perencanaan Dosis. Dosis ekstrak etanol kulit
buah salak pondoh (Salacca affinis Griff.) adalah 100,
200, dan 300 mg/kg BB secara peroral. Dosis aloksan
tetrahidrat adalah 175 mg/kg BB secara intraperitonial.
Volume penyuntikan 1% dari berat badan hewan,
konsentrasi dihitung menggunakan rumus (Thompson,
1985):
VAO (mL )=Berat Badan (kg ) x Dosis ( mg
kgBB)
Konsentrasiobat ( mgml
)
Keterangan :
VAO : Volume Administrasi Obat
Penginduksian Diabetes. Mencit dipuasakan
selama 16 jam (air minum tetap diberikan), kemudian
diinjeksi dengan larutan aloksan tetrahidrat dosis 175
mg/kgBB secara intraperitonial (Vogel, 2002). Mencit
diberi makan pelet dan minum yang mengandung glukosa
10 % selama 2 hari setelah pemberian aloksan. Hari ke-3
dan seterusnya glukosa 10 % diganti dengan air minum
biasa dan mencit dipindahkan ke kandang metabolik, tiap
kandang berisi satu ekor mencit. Pada hari ke-3 itu juga
ditentukan kadar glukosa darah mencit dengan
menggunakan Gluko DrTM Blood Glucose Test Meter,
Gluko DrTM Blood glucose Test Strips . Mencit yang kadar
glukosa darahnya ≥ 200 mg/dl dinyatakan sebagai mencit
diabetes dan diikutkan dalam percobaan ini, kadar
glukosa darah yang didapat ini dinyatakan sebagai kadar
glukosa darah pada hari pertama diabetes.
Pembuatan Sediaan Uji. Ekstrak etanol kulit
buah salak pondoh (Salacca affinis Griff.) disuspensikan
dengan pensuspensi NaCMC 1%. NaCMC 1%
dikembangkan diatas air panas sebanyak 20 kali berat
NaCMC dalam lumpang panas. Biarkan 15 menit hingga
NaCMC mengembang lalu gerus. Masukkan ekstrak
etanol kulit buah salak pondoh (Salacca affinis Griff.)
yang telah ditimbang sedikit demi sedikit sambil digerus
homogen dan cukupkan volumenya dengan aquadest
sampai volume yang diinginkan.
Pemberian Sediaan Uji. Mencit putih (Mus
musculus L.) jantan dibagi 6 kelompok secara acak, tiap
![Page 4: Document2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083016/55cf91ba550346f57b901652/html5/thumbnails/4.jpg)
Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol 10
kelompok terdiri dari 5 ekor mencit. Kelompok 1 hingga
kelompok 5 adalah kelompok mencit diabetes. Kelompok
1 kontrol negatif (suspensi NaCMC 1% secara peroral,
sekali sehari selama 15 hari). Kelompok 2 (glibenklamid
0,65 mg/kgBB secara peroral, sekali sehari selama 15
hari). Kelompok 3, 4, 5 adalah kelompok mencit diabetes
yang diberi ekstrak uji masing-masing dengan dosis 100,
200 dan 300 mg/kgBB secara peroral, sekali sehari
selama 15 hari. Pemberian dimulai pada hari pertama
mencit dinyatakan diabetes. Kelompok 6 adalah
kelompok normal tidak diberi apa-apa.
Parameter Penelitian
Penentuan Kadar Glukosa Darah. Pada hari
ke-1, 5, 10, dan 15 mencit mengalami diabetes, darah
diambil dari ekor mencit. Kadar glukosa darah ditentukan
dengan menggunakan alat Gluko DrTM Blood Glucose
Test Meter, Gluko DrTM Blood glucose Test Strips.
Kemudian hitung persentase perubahan kadar glukosa
dengan rumus :
% penurunan kadar glukosa darah = Ko−Kd
Ko x 100 %
Keterangan : Ko = kadar glukosa darah pada hari ke-1 diabetes
mellitus
Kd = kadar glukosa darah pada hari pengamatan (hari ke-
5, 10, dan 15)
Pengukuran Berat Badan. Berat badan mencit
ditimbang pada hari ke-1, 5, 10, dan 15 dengan
menggunakan timbangan hewan, kemudian ditentukan
persentase perubahan berat badan dengan rumus sebagai
berikut :
% perubahan berat badan = Bb−Bo
Bo x 100 %
Keterangan : Bo = berat badan pada hari ke-1 diabetes
Bb = berat badan pada hari pengamatan (hari ke-5, 10, dan
15)
Pengukuran Volume Air Minum 24 jam.
Pengukuran volume air minum dilakukan dengan
cara memberikan air minum pada mencit dengan volume
yang terukur kemudian setelah 24 jam volume sisa yang
tertinggal diukur kembali. Selisih volume air yang
diberikan dengan air yang tertinggal dihitung sebagai
volume air minum. Konsumsi air minum diukur pada hari
ke-1, 5, 10, dan 15.
Pengukuran Volume Urin Mencit 24 jam.
Pengukuran volume urin mencit dilakukan dengan
mengukur volume urin yang dihasilkan selama 24 jam
dengan menggunakan gelas ukur. Pengukuran volume
urin 24 jam dilakukan terhadap urin hari ke-1, 5, 10 dan
15.
Penentuan Berat Relatif Organ Jantung, Hati
dan Ginjal. Pada hari terakhir perlakuan (hari ke-16)
organ jantung, hati dan ginjal diambil. Organ dikeringkan
dengan kertas saring kemudian ditimbang dan tentukan
berat relatif organ dengan menggunakan persamaan :
BRO = BOBB
Keterangan :
BRO = Berat Relatif Organ Mencit
BO = Berat Organ Mencit
BB = Berat Badan Mencit
Analisis Data. Data hasil penelitian dianalisis
secara statistik dengan Analysis of Variance (ANOVA)
dua arah untuk parameter glukosa darah, berat badan,
konsumsi air minum dan volume urine, sedangkan berat
organ relatif dianalisis dengan ANOVA satu arah.
Analisis lanjut menggunakan Uji Wilayah Berganda
Tukey (Tukey multiple range test).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari 4,54 kg kulit buah salak pondoh segar
diperoleh simplisia kering sebanyak 2,21 kg. Setelah
dilakukan maserasi diperoleh ekstrak kental sebanyak
45,9976 g. Uji fitokimia ekstrak etanol kulit buah salak
pondoh ditemukan adanya kandungan alkaloid, flavonoid,
terpenoid, fenolik dan saponin.
Pemberian ekstrak etanol kulit buah salak
pondoh (Salacca affinis Griff.) pada dosis 200 dan 300
mg/kgBB menunjukkan persentase penurunan kadar
glukosa darah yang signifikan (p<0,05) jika dibandingkan
terhadap kontrol negatif, sedangkan pada dosis 100
mg/kgBB tidak signifikan (p>0,05) terhadap kontrol
negatif (Tabel 1). Persentase penurunan kadar glukosa
darah yang signifikan pada dosis ekstrak 200 dan 300
![Page 5: Document2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083016/55cf91ba550346f57b901652/html5/thumbnails/5.jpg)
11 Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia Nofri, et al
mg/kgBB ini diduga diakibatkan adanya senyawa
metabolik sekunder (flavonoid, alkaloid, terpenoid dan
saponin) yang terdapat dalam ekstrak yang berefek
sebagai antidiabetes. Sedangkan pada dosis 100 mg/kgBB
yang memperlihatkan persentase penurunan glukosa
darah yang tidak signifikan diduga karena masih
rendahnya dosis yang diberikan sehingga senyawa aktif
yang diduga berefek sebagai antidiabetes belum bekerja
secara optimal dalam menurunkan kadar glukosa darah
mencit.
Tabel 1. Analisis uji lanjut Tukey pengaruh dosis uji terhadap persentase penurunan kadar glukosa darah.
(I) Kelompok (J)
Kelompok
Mean
Difference
(I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol
negatif
Kontrol
positif
-16.9525* 3.86683 .000 -27.7447 -6.1603
Dosis 100 -8.2325 3.86683 .218 -19.0247 2.5597
Dosis 200 -15.1150* 3.86683 .002 -25.9072 -4.3228
Dosis 300 -26.5210* 3.86683 .000 -37.3132 -15.7288
Pada kelompok yang diberi ekstrak etanol kulit
buah salak pondoh (Salacca affinis Griff.) dosis 100, 200
dan 300 mg/kgBB memperlihatkan penghambatan
penurunan berat badan yang signifikan (p<0,05) jika
dibandingkan terhadap kelompok kontrol negatif (tabel
2). Kelompok kontrol negatif memperlihatkan penurunan
berat badan yang besar. Penurunan berat badan ini
disebabkan oleh karena pada keadaan diabetes yang tidak
terkontrol, sebagian besar energi dihasilkan melalui
proses metabolisme lemak dan protein tubuh, sehingga
akan menyebabkan penurunan berat badan (Ganong,
1998). Penghambatan penurunan berat badan yang
signifikan (p<0,05) yang diperlihatkan kelompok yang
diberi ekstrak etanol kulit buah salak pondoh (Salacca
affinis Griff.) dosis 100, 200 dan 300 mg/kgBB
disebabkan oleh perbaikan kondisi diabetes yang ditandai
oleh peningkatan persentase penurunan glukosa darah
yang diperlihatkan oleh kelompok-kelompok yang diberi
ekstrak uji.
Tabel 2. Analisis uji lanjut Tukey pengaruh dosis uji terhadap penghambatan penurunan berat badan.
(I)
Kelompok
(J)
Kelompok
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error
Sig. 95% Confidence Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
Kontrol
negatif
Kontrol
positif
-13.2875* 1.60873 .000 -17.7774 -8.7976
Dosis 100 -10.7190* 1.60873 .000 -15.2089 -6.2291
Dosis 200 -11.9310* 1.60873 .000 -16.4209 -7.4411
Dosis 300 -11.8215* 1.60873 .000 -16.3114 -7.3316
Pada pengukuran volume urin, pemberian
ekstrak etanol kulit buah salak pondoh (Salacca affinis
Griff.) dosis 100, 200, 300 mg/kgBB memperlihatkan
penurunan volume urin 24 jam yang signifikan (p<0,05)
jika dibandingkan terhadap kontrol negatif (tabel 3).
Ketika kadar glukosa darah meningkat melebihi jumlah
kapasitas sel-sel tubulus melakukan reabsorbsi, maka
glukosa akan tetap berada di tubulus dan menimbulkan
![Page 6: Document2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083016/55cf91ba550346f57b901652/html5/thumbnails/6.jpg)
Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol 12
glukosuria. Glukosa di urin menimbulkan efek osmotik
yang menarik air bersamanya, meningkatkan volume urin
dan poliurea atau sering berkemih (Ocktarina, 2010).
Penurunan volume urin yang terjadi pada kelompok yang
diberi ekstrak dosis 100, 200 dan 300 mg/kgBB
disebabkan karena adanya penurunan kadar glukosa
dalam darah pada kelompok yang diberi ekstrak uji
tersebut.
Tabel 3. Analisis uji lanjut Tukey pengaruh dosis uji terhadap penurunan volume urin 24 jam.
(I)
Kelompok
(J) Kelompok Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error
Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper
Bound
Kontrol
negatif
Kontrol positif .510* .0590 .000 .345 .675
Dosis 100 .440* .0590 .000 .275 .605
Dosis 200 .430* .0590 .000 .265 .595
Dosis 300 .380* .0590 .000 .215 .545
Volume konsumsi air minum pada
kelompok yang diberi ekstrak etanol kulit buah
salak pondoh (Salacca affinis Griff.) dosis 100,
200, 300 mg/kgBB memperlihatkan penurunan
volume air minum 24 jam yang signifikan
(p<0,05) jika dibandingkan terhadap kontrol
negatif (tabel 4). Hal ini disebabkan karena
adanya penurunan kadar glukosa dalam darah
pada kelompok yang diberi ekstrak uji. Pada
kontrol negatif volume air minumnya meningkat
dibandingkan kelompok lain. Peningkatan
konsumsi air minum merupakan mekanisme
kompensasi tubuh untuk mengatasi dehidrasi
akibat poliuria. Cairan yang berlebihan keluar
dari tubuh menyebabkan dehidrasi akibat
perpindahan osmotik air dari dalam sel ke cairan
ekstrasel yang hipertonik (Ocktarina, 2010).
Hiperosmolaritas diikuti dengan kehilangan air
secara cepat, sehingga mengurangi cairan
intrasel pada reseptor dari pusat haus di otak.
Akibatnya perlu minum lebih banyak untuk
menggantikan air yang hilang (Arifin et al.,
2004).
Tabel 4. Analisis uji lanjut Tukey pengaruh dosis uji terhadap penurunan volume air minum 24 jam.
(I)
Kelompok
(J)
Kelompok
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error
Sig. 95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
Kontrol
negatif
Kontrol
positif
2.125* .3762 .000 1.075 3.175
Dosis 100 1.975* .3762 .000 .925 3.025
Dosis 200 1.075* .3762 .042 .025 2.125
Dosis 300 1.900* .3762 .000 .850 2.950
![Page 7: Document2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083016/55cf91ba550346f57b901652/html5/thumbnails/7.jpg)
13 Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia Nofri, et al
Pada pengukuran berat relatif organ, yang
meliputi berat relaif organ jantung, hati dan ginjal, pada
kelompok yang diberi ekstrak etanol kulit buah salak
pondoh (Salacca affinis Griff.) dosis 100, 200, 300
mg/kgBB menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan
(p>0,05) terhadap berat relatif organ jantung, hati dan
ginjal kelompok kontrol normal. Hal ini memberi
gambaran awal bahwa ekstrak etanol kulit buah salak
tidak memberikan dampak negatif terhadap organ
jantung, hati dan ginjal. Berat relatif organ biasanya
merupakan petunjuk yang peka untuk menilai efek suatu
senyawa terhadap organ (Lu, 1995).
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol kulit buah salak
pondoh (Salacca affinis Griff.) dosis 200 dan 300
mg/kgBB dapat menurunkan kadar glukosa darah mencit
putih (Mus musculus L.) jantan diabetes secara signifikan
(p<0,05).
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H., Mellisa dan Almahdy A. 2004. Efek Antidiabetes Ekstrak Etanol Daun Eugenia cumini Merr Pada Mencit Diabetes Yang Diinduksi Dengan Aloksan. Journal matematika dan pengetahuan alam, 13(1):36-37.
Arjadi, F. 2010. Regenerasi Sel Pulau Langerhans Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Diabetes yang Diberi Rebusan Daging Mahkota Dewa (Phaleria macrocarp (scheff.)Boerl). Jurnal Ilmiah, 2(2).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Indonesia.
Armenia, Megawati dan Rusdi. 2004. Efek Penurunan Gula Darah Air Perasan Buah Belimbing Wuluh (Averrhon bilimbi Linn) pada Mencit Diabetes Yang Diinduksi Aloksan Dan Mencit Yang Dibebani Glukosa. Jurnal Sains dan Teknologi, 9(2).
Fawzy, C., Christer, S. 2008. Antidiabetic and Antioxidant Activities of Major Flavonoids of Cynanchum acutum L. (Asclepiadaceae) Growing in Egypt. Naturforsch, 63 : 658-662.
Ganong, W. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed 17. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Guyton, A and J. 1997. Anatomi Fisologi Kedokteran, Ed.9. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kanon, M, Q., Fatimawali, dan Widdhi,B. 2012. Uji Efektivitas Ekstrak Kulit Buah Salak (Salacca zalacca (Gaertn.) Voss) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattuss norvegicus L.) yang Diinduksi Sukrosa, Jurnal Farmakologi, FMIPA UNSRAT, Manado.
Lu, F.C. 1995. Toksikologi Dasar, Azas, Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi III. Terjemahan oleh E.Nugroho, Z.S.Bustatami dan Z. Darmansjah. Jakarta : Universitas Indonesia.
Mills, J., 2000, Effects on Flavonoids on Insulin Secretin & 4S Ca2+
Handling in Rat Islet of Langerhans. Journal Endocrinol, 107(18)
Nurulita, Y., Dhanutirto, H., Soemardji, A. 2008. Penapisan Aktivitas dan Senyawa Antidiabetes Ekstrak Air Daun Dandang Gendis (Clinacanthus nutans). Jurnal Natur Indonesia, 10 (2)
Ocktariana, R.. 2010, Pengaruh Estrak Herba Anting-anting (Acalypha australis L.) Terhadap Kadar Glukosa Darah Mencit Balb/C Induksi Streptozotocin. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Prameswari, Meidiana dan Suharmiati. 2014. Uji Efek Ekstrak Air Daun Pandan Wangi Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah dan Histopatologi Tikus Diabetes Mellitus. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 2(2).
Sahputra, F, M. 2008. Potensi Ekstrak dan Daging Buah Salak sebagai Antidiabetes. Skripsi FMIPA Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soegondo, S. Soewondo, P. dan Subekti, I. 2009, Penataklaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, Edisi Kedua. Jakarta. Balai Penerbit FKUI.
Sudoyo, A., W. Setiyohadi, B. Alwi, T. Simadibrata, M., Setiati, S. 2006. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 3, Edisi IV. Jakarta: Balai penerbit FKUI
Thompson, E.B. 1985. Drugs Bioscreening Fundamental of Drug, Evaluation Technique in Pharmacology. New York: Graceway Publishing Company.