25_02_2016_018_b485d4f6712a171378a254dbd5551e34.pdf

1
KAMIS, 25 FEBRUARI 2016 EKONOMI NASIONAL 18 Bunga Deposito Dibatasi 5% PEMERINTAH menetapkan batas maksimal suku bunga 5% bagi dana kementerian/ lembaga dan BUMN yang ditempatkan pada deposito perbankan pelat merah. Ba- tas atas itu lebih rendah ketimbang rata-rata counter rate deposito perbankan saat ini yang berkisar 7%. “Perlu ada batasan kalau kementerian lembaga atau BUMN yang naruh uang di bank, jangan karena dananya banyak, kemudian berani menekan bank. Jangan gara- gara uangnya Rp1 triliun, lalu minta bunga tinggi-tinggi,” ujar Menko Perekonomian Darmin Nasution di kan- tornya, di Jakarta, kemarin. Darmin menyoroti selama ini banyak bank yang cende- rung menetapkan special rate untuk memenangi ‘tender’ penempatan dana K/L dan BUMN. Itu lantas berdampak pada mahalnya suku bunga dana dan suku bunga kredit, sebab bank swasta akhirnya juga mengekor dengan mene- tapkan suku bunga tinggi. “Tugas utama BUMN bukan menempatkan uang dengan bunga tinggi. Kalau mau bunga agak tinggi, beli SUN (surat utang negara),” cetus Darmin. Penetapan suku bunga de- posito 5% diharapkan mem- buka ruang bagi bank-bank BUMN mengurangi suku bunga kredit. Di sisi lain, praktik negosiasi suku bunga dana bisa ditekan. Kebijakan pemerintah didu- kung BUMN energi, PT Per- tamina. Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman mengatakan pembatasan suku bunga dana dinilainya tidak akan berdampak signi- kan terhadap penerimaan Pertamina yang memang didominasi kegiatan operasi dan pengembalian investasi fisik.“Dampak pembatasan bunga tidak sampai 2% (ke penerimaan perseroan), ti- dak besar,” jelasnya saat dihubungi, kemarin. Awal pekan ini, BUMN dengan likuditas masif, PT Taspen, pun menyatakan sudah menyiapkan strategi investasi mengikuti kebijakan penurunan suku bunga de- posito bank BUMN. Kebijakan itu, menurut Dirut Taspen Iqbal Latanro, mendorong Taspen segera mengalihkan alokasi investasi ke portofolio yang lebih menjanjikan. Tahun ini, Taspen menar- getkan dana kelolaan in- vestasi sekitar Rp162 triliun, atau naik 21% dari 2015. Dari dana yang ada, 16% akan dialokasikan untuk deposito. (Jay/Jes/Ant/E-2) IRENE HARTY B ERBAGAI upaya un- tuk mengembangkan mobil listrik nasional masih berkutat di ta- hap wacana dan terus kandas saat uji coba dilakukan. Hal itu disebabkan belum ada niat pe- merintah untuk menciptakan kendaraan ramah lingkungan dan tidak lagi bergantung pada konsumsi bahan bakar fosil. ”Kami ingin mobil listrik masuk produksi dan industri. Itu butuh dukungan pemerin- tah dengan kebijakan yang kami usulkan,” ujar Ketua Asosiasi Pengembang Ken- daraan Listrik Bermerk Na- sional (Apklibernas) Sukotjo Herupramono dalam diskusi di Kementerian Perindustrian Jakarta, kemarin. Pihaknya mengusulkan pe- merintah memberi ruang bagi pengembang industri mobil listrik nasional di pasar ken- daraan berdaya 75 kilowatt (Kw). “Untuk yang di atas 75 Kw bisa dipegang produsen asing. Ini untuk melindungi dan mendukung produk anak bangsa,” ujar Sukotjo. Dengan taktik itu, Indonesia bisa menjadi produsen se- hingga terlepas dari ketergan- tungan konsumsi bahan bakar minyak (BBM). “Kalau dikonversikan 1 liter BBM di mobil listrik bisa me- nempuh jarak 90 km, diban- dingkan mobil konvensional yang hanya 10-15 km,” jelas Ketua Tim Mobil Listrik Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya Muhammad Nur Yuniarto. Ia mengakui ada beberapa hal yang masih perlu diteli- ti, utamanya terkait dengan kekuat an baterai. “Baterai kami masih di level 2 dari skala 10 yang memungkinkan bisa produksi. Butuh pengem- bangan 5 tahun lagi,” ucap- nya. Mobil listrik lebih cocok un- tuk transportasi dalam kota karena harus isi ulang baterai. Namun, pengembangan daya jelajah yang lebih jauh supaya bersaing dengan mobil kon- vensional terus dilakukan. “Kami terus meneliti metal air battery supaya baterai bisa diisi air. Kalau itu bisa, mobil listrik dapat menyaingi mobil konvensional,” ungkapnya. Sukotjo menambahkan pihaknya bekerja sama dengan tim perguruan tinggi. “Tar- getnya mobil listrik nasional menguasai 10% industri mobil nasional,” ungkapnya. Salah satu calon produsen yakni PT Great Asian Link yang tengah mengembangkan mo- bil listrik bersama peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB), ITS, Universitas Indo- nesia (UI), Universitas Sebelas Maret (UNS), dan Universitas Gadjah Mada (UGM). Produsen, perakit, atau diler Di kesempatan sama, Direk- tur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika, Kementerian Per- industrian I Gusti Putu Sur- yawirawan mengakui belum ada sinergi untuk memproduksi mobil beremisi karbon rendah seperti mobil listrik atau mobil berbahan bakar hidrogen. “Kalau tidak antisipasi per- kembangan teknologi hanya menyisakan Indonesia sebagai pengguna,” ungkapnya. Untuk itu, industri nasional harus jelas memosisikan diri sebagai produsen, perakit, atau hanya menjadi diler. “Kita semua tahu industri ber- beda dengan membuat. Jika memang untuk produksi, pe- merintah menyediakan labo- ratotium kajian,” tuturnya. Pemerintah pun perlu me- nyiapkan sinergi industri kom- ponen yang telah ada. “Untuk baterai, kita undang Kemen- terian Lingkungan Hidup dan Kehutanan karena baterai masuk limbah B3. Kita perlu pikirkan recycle (daur ulang) baterai dan mesin motor diproduksi di dalam negeri,” tandasnya. (*/E-4) [email protected] Industri mobil listrik harus jelas memosisikan diri sebagai produsen, perakit, atau diler. Butuh Taktik untuk Mobil Listrik EKONOMI MEMBAIK: Chief Executive Partner RSM Indonesia Amir Abadi Jusuf (kiri) berbincang dengan Pengamat Ekonomi Faisal Basri di sela Indonesia’s Economy Outlook 2016 yang diselenggarakan RSM Indonesia, di Jakarta, kemarin. RSM Indonesia menilai perekonomian nasional saat ini membaik, seperti tecermin pada naiknya pertumbuhan ekonomi kuartalan. SERTIJAB DIRUT BPJS: Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan periode 2016-2021 Agus Susanto (kiri) berjabat tangan dengan mantan Dirut Elvyn G Masassya pada serah terima jabatan di Jakarta, kemarin. Presiden Joko Widodo resmi mengangkat Dewan Pengawas dan Direksi BPJS Ketenagakerjaan periode 2016-2021 berdasarkan Keppres 25/P/2016. Agus Susanto resmi menjadi Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan yang baru menggantikan Elvyn G Masassya. ANTARA/AUDY ALWI DOK. BPJS KETENAGAKERJAAN Urgen, Peternakan Berbasis Industri SAMPAI saat ini, harga da- ging sapi di pasaran tidak kunjung turun dari level Rp100 ribu per kg. Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Raya Sarman Simanjorang menyebut harga daging sapi masih bertengger di Rp110 ribu-Rp115 ribu per kg. Sarman mengatakan per- soalan dasar gejolak harga daging sapi ialah tidak ada- nya pasokan melimpah di pasar. Ia mempertanyakan data pasokan sapi yang di- sebut selalu cukup oleh Ke- menterian Pertanian, tapi faktanya tidak ada di pasar. Tahun ini, Sarman me- nyebut kebutuhan daging sapi yang didata pemerintah sebanyak 3,9 juta ekor sapi. Jumlah itu dihitung dari kon- sumsi daging sapi per kapita masyarakat Indonesia yang sebesar 2,6 kg per tahun. “Sementara impor sapi hanya 600 ribu ton atau 15% dari kebutuhan. Anehnya, kalau terjadi gejolak sapi yang ditanya selalu impor? Impor kan kecil, mana mung- kin bisa pengaruhi harga. Lalu, 3,3 juta ekor di mana?” ujar Sarman dalam suatu dis- kusi di Jakarta, kemarin. Menurut dia, jumlah sapi lokal yang merupakan sapi peternakan rakyat tidak akan mampu memenuhi ke- butuhan masyarakat Indone- sia dalam jangka menengah hingga jangka panjang. Total sapi yang di data Badan Pusat Statistik hanya sebanyak 15 juta ekor dan itu berasal dari sapi peternakan rakyat. “Tingkat kelahiran sapi di Indonesianya juga hanya 20% per tahun. Untuk jangka menengah dan panjang de- ngan pasokan 3,3 juta per tahun, 5 tahun lagi kita lihat sapi hanya di kebun bina- tang,” cetus Sarman. Swasembada daging sapi yang diimpikan pemerin- tah, dinilainya harus diu- payakan lewat skema pe- ternakan berbasis industri. “Pulau-pulau yang belum berpenghuni bisa dibuka untuk peternakan berba- sis industri karena yang tradisional tidak mungkin diandalkan,” tegasnya. Ketua Dewan Daging Sapi Nasional Soehadji menam- bahkan, harus ada upaya melepas ketergantungan terhadap impor jika ingin mencapai swasembada. Paling tidak secara ber- tahap. Badan Pusat Statistik me- nyebut estimasi ketersedia- an daging sapi 2016 adalah 347,04 ribu ton. Direktur Statistik Peternakan Peri- kanan dan Kehutanan BPS Yomin Tofri menilai harga berpotensi naik jika impor ditiadakan. (Jes/Adi/E-2) Kebutuhan daging sapi yang didata pemerintah sebanyak 3,9 juta ekor sapi.

Upload: kesia78

Post on 16-Jul-2016

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 25_02_2016_018_b485d4f6712a171378a254dbd5551e34.pdf

KAMIS, 25 FEBRUARI 2016EKONOMI NASIONAL18

Bunga Deposito Dibatasi 5%

PEMERINTAH menetapkan batas maksimal suku bunga 5% bagi dana kementerian/lembaga dan BUMN yang ditempatkan pada deposito perbankan pelat merah. Ba-tas atas itu lebih rendah ketimbang rata-rata counter rate deposito perbankan saat ini yang berkisar 7%.

“Perlu ada batasan kalau kementerian lembaga atau BUMN yang naruh uang di bank, jangan karena dananya banyak, kemudian berani menekan bank. Jangan gara-gara uangnya Rp1 triliun, lalu minta bunga tinggi-tinggi,” ujar Menko Perekonomian Darmin Nasution di kan-tornya, di Jakarta, kemarin.

Darmin menyoroti selama ini banyak bank yang cende-rung menetapkan special rate untuk memenangi ‘tender’ penempatan dana K/L dan BUMN. Itu lantas berdampak pada mahalnya suku bunga dana dan suku bunga kredit, sebab bank swasta akhirnya juga mengekor dengan mene-tapkan suku bunga tinggi.

“Tugas utama BUMN bukan menempatkan uang dengan bunga tinggi. Kalau mau bunga agak tinggi, beli SUN (surat utang negara),” cetus Darmin.

Penetapan suku bunga de-posito 5% diharapkan mem-

buka ruang bagi bank-bank BUMN mengurangi suku bunga kredit. Di sisi lain, praktik negosiasi suku bunga dana bisa ditekan.

Kebijakan pemerintah didu-kung BUMN energi, PT Per-tamina. Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman mengatakan pembatasan suku bunga dana dinilainya tidak akan berdampak signi-fi kan terhadap penerimaan Perta mina yang memang didominasi kegiatan operasi dan pengembalian investasi fisik.“Dampak pembatasan bu nga tidak sampai 2% (ke penerimaan perseroan), ti-dak besar,” jelasnya saat dihubungi, kemarin.

Awal pekan ini, BUMN dengan likuditas masif, PT Taspen, pun menyatakan sudah menyiapkan strategi investasi mengikuti kebijakan penurunan suku bunga de-posito bank BUMN. Kebijakan itu, menurut Dirut Taspen Iqbal Latanro, mendorong Taspen segera mengalihkan alokasi investasi ke portofolio yang lebih menjanjikan.

Tahun ini, Taspen menar-getkan dana kelolaan in-vestasi sekitar Rp162 triliun, atau naik 21% dari 2015. Dari dana yang ada, 16% akan dialokasikan untuk deposito. (Jay/Jes/Ant/E-2)

IRENE HARTY

BERBAGAI upaya un-tuk mengembangkan mobil listrik nasional masih berkutat di ta-

hap wacana dan terus kandas saat uji coba dilakukan. Hal itu disebabkan belum ada niat pe-merintah untuk menciptakan kendaraan ramah lingkungan dan tidak lagi bergantung pada konsumsi bahan bakar fosil.

”Kami ingin mobil listrik masuk produksi dan industri. Itu butuh dukungan pemerin-tah dengan kebijakan yang kami usulkan,” ujar Ketua

Asosiasi Pengembang Ken-daraan Listrik Bermerk Na-sional (Apklibernas) Sukotjo Herupramono dalam diskusi di Kementerian Perindustrian Jakarta, kemarin.

Pihaknya mengusulkan pe-merintah memberi ruang bagi pengembang industri mobil listrik nasional di pasar ken-daraan berdaya 75 kilowatt (Kw). “Untuk yang di atas 75 Kw bisa dipegang produsen asing. Ini untuk melindungi dan mendukung produk anak bangsa,” ujar Sukotjo.

Dengan taktik itu, Indonesia bisa menjadi produsen se-hingga terlepas dari ketergan-tungan konsumsi bahan bakar minyak (BBM).

“Kalau dikonversikan 1 liter BBM di mobil listrik bisa me-nempuh jarak 90 km, diban-dingkan mobil konvensional yang hanya 10-15 km,” jelas

Ketua Tim Mobil Listrik Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya Muhammad Nur Yuniarto.

Ia mengakui ada beberapa hal yang masih perlu diteli-ti, utamanya terkait dengan kekuat an baterai. “Baterai kami masih di level 2 dari skala 10 yang memungkinkan bisa produksi. Butuh pengem-bangan 5 tahun lagi,” ucap-nya.

Mobil listrik lebih cocok un-tuk transportasi dalam kota karena harus isi ulang baterai. Namun, pengembangan daya jelajah yang lebih jauh supaya bersaing dengan mobil kon-vensional terus dilakukan.

“Kami terus meneliti metal air battery supaya baterai bisa diisi air. Kalau itu bisa, mobil listrik dapat menyaingi mobil konvensional,” ungkapnya.

Sukot jo menambahkan

pihaknya bekerja sama dengan tim perguruan tinggi. “Tar-getnya mobil listrik nasional menguasai 10% industri mobil nasional,” ungkapnya.

Salah satu calon produsen yakni PT Great Asian Link yang tengah mengembangkan mo-bil listrik bersama peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB), ITS, Universitas Indo-nesia (UI), Universitas Sebelas Maret (UNS), dan Universitas Gadjah Mada (UGM).

Produsen, perakit, atau dilerDi kesempatan sama, Direk-

tur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika, Kementerian Per-industrian I Gusti Putu Sur-yawirawan mengakui belum ada sinergi untuk memproduksi mobil beremisi karbon rendah seperti mobil listrik atau mobil berbahan bakar hidrogen.

“Kalau tidak antisipasi per-kembangan teknologi hanya menyisakan Indonesia sebagai pengguna,” ungkapnya.

Untuk itu, industri nasional harus jelas memosisikan diri sebagai produsen, perakit, atau hanya menjadi diler. “Kita semua tahu industri ber-beda dengan membuat. Jika memang untuk produksi, pe-merintah menyediakan labo-ratotium kajian,” tuturnya.

Pemerintah pun perlu me-nyiapkan sinergi industri kom-ponen yang telah ada. “Untuk baterai, kita undang Kemen-terian Lingkungan Hidup dan Kehutanan karena baterai masuk limbah B3. Kita perlu pikirkan recycle (daur ulang) baterai dan mesin motor diproduksi di dalam negeri,” tandasnya. (*/E-4)

[email protected]

Industri mobil listrik harus jelas memosisikan diri sebagai produsen, perakit, atau diler.

Butuh Taktik untuk Mobil Listrik

EKONOMI MEMBAIK: Chief Executive Partner RSM Indonesia Amir Abadi Jusuf (kiri) berbincang dengan Pengamat Ekonomi Faisal Basri di sela Indonesia’s Economy Outlook 2016 yang diselenggarakan RSM Indonesia, di Jakarta, kemarin. RSM Indonesia menilai perekonomian nasional saat ini membaik, seperti tecermin pada naiknya pertumbuhan ekonomi kuartalan.

SERTIJAB DIRUT BPJS: Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan periode 2016-2021 Agus Susanto (kiri) berjabat tangan dengan mantan Dirut Elvyn G Masassya pada serah terima jabatan di Jakarta, kemarin. Presiden Joko Widodo resmi mengangkat Dewan Pengawas dan Direksi BPJS Ketenagakerjaan periode 2016-2021 berdasarkan Keppres 25/P/2016. Agus Susanto resmi menjadi Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan yang baru menggantikan Elvyn G Masassya.

ANTARA/AUDY ALWI

DOK. BPJS KETENAGAKERJAAN

Urgen, Peternakan Berbasis Industri

SAMPAI saat ini, harga da-ging sapi di pasaran tidak kunjung turun dari level Rp100 ribu per kg. Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Raya Sarman Simanjorang menyebut harga daging sapi masih bertengger di Rp110 ribu-Rp115 ribu per kg.

Sarman mengatakan per-soalan dasar gejolak harga daging sapi ialah tidak ada-nya pasokan melimpah di pasar. Ia mempertanyakan data pasokan sapi yang di-sebut selalu cukup oleh Ke-menterian Pertanian, tapi faktanya tidak ada di pasar.

Tahun ini, Sarman me-nyebut kebutuhan daging sapi yang didata pemerintah sebanyak 3,9 juta ekor sapi. Jumlah itu dihitung dari kon-sumsi daging sapi per kapita masyarakat Indonesia yang sebesar 2,6 kg per tahun.

“Sementara impor sapi hanya 600 ribu ton atau 15% dari kebutuhan. Anehnya, kalau terjadi gejolak sapi yang ditanya selalu impor? Impor kan kecil, mana mung-kin bisa pengaruhi harga. Lalu, 3,3 juta ekor di mana?” ujar Sarman dalam suatu dis-kusi di Jakarta, kemarin.

Menurut dia, jumlah sapi lokal yang merupakan sapi peternakan rakyat tidak akan mampu memenuhi ke-butuhan masyarakat Indone-sia dalam jangka menengah hingga jangka panjang. Total sapi yang di data Badan Pusat Statistik hanya sebanyak 15

juta ekor dan itu berasal dari sapi peternakan rakyat.

“Tingkat kelahiran sapi di Indonesianya juga hanya 20% per tahun. Untuk jangka menengah dan panjang de-ngan pasokan 3,3 juta per tahun, 5 tahun lagi kita lihat sapi hanya di kebun bina-tang,” cetus Sarman.

Swasembada daging sapi yang diimpikan pemerin-tah, dinilainya harus diu-payakan lewat skema pe-ternakan berbasis industri. “Pulau-pulau yang belum

berpenghuni bisa dibuka untuk peternakan berba-sis industri karena yang tradisional tidak mungkin diandalkan,” tegasnya.

Ketua Dewan Daging Sapi Nasional Soehadji menam-bahkan, harus ada upaya melepas ketergantungan terhadap impor jika ingin mencapai swasembada. Paling tidak secara ber-tahap.

Badan Pusat Statistik me-nyebut estimasi ketersedia-an daging sapi 2016 adalah 347,04 ribu ton. Direktur Statistik Peternakan Peri-kanan dan Kehutanan BPS Yomin Tofri menilai harga berpotensi naik jika impor ditiadakan. (Jes/Adi/E-2)

Kebutuhan daging sapi yang didata pemerintah

sebanyak 3,9 juta ekor sapi.