242614848 makalah prostatitis pak sur

Upload: tatikwidayati

Post on 08-Mar-2016

362 views

Category:

Documents


77 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar belakangProstatitis menunjukkan adanya peningkatan jumlah sel-sel radang (paling sering limfosit) pada stroma prostat didekat asinus kelenjar prostat (Nickel et al 1999). Prostatitis adalah Peradangan pada kelenjar prostat pada pria. Prostatitis adalah Istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan radang prostat. Prostatitis bukanlah suatu kondisi tunggal tetapi sekelompok gangguan dengan gejala terkait. Kuman yang sering ditemukan adalah E. coli, Klebsiella spp, Proteus mirabilis, Enterococcus faecalis dan Pseudomonas aeruginosa. Jenis kuman yang juga dapat ditemukan adalah Staphylococci, Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma hominis walaupun masih menimbulkan perdebatan.Penderitanya nampak kesakitan, terutama di daerahperineal, Adanya gangguan miksi (berkemih),Demam, Mengigil, Pada pemeriksaan fisis dengan colok dubur, prostat terababengkak, hangat dan nyeri (pada keadaan ini tidakdiperkenankan melakukan masase prostat untukmengeluarkan getah kelenjar prostat karena dapatmanimbulkan rasa sakit dan akan memacu terjadinyabakteremia, bahkan bila tidak tertangani secara tepat dapatmenmbulkan abses prostat atau menimbulkan urosepsis)

1.2. Rumusan Masalah1. Apa pengertian dari Prostatitis ?

1.3. Tujuan Penulisan1. Untuk mengidentifikasi pengertian Prostatitis2. Untuk mengidentifikasi etiologi Prostatitis3. Untuk mengidentifikasi klasifikasi Prostatitis4. Untuk mengidentifikasi patofisiologi Prostatitis5. Untuk mengidentifikasi manifestasi klinis Prostatitis6. Untuk mengidentifikasi komplikasi Prostatitis7. Untuk mengidentifikasi penatalaksanaan Prostatitis8. Untuk mengidentifikasi pemeriksaan diagnostic Prostatitis9. Untuk mengidentifikasi asuhan keperawatan Prostatitis

1.4. Manfaat Penulisan1. Bagi MahasiswaDengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang Prostatitis2. Bagi InstitusiDapat dijadikan sebagai referensi perpustakaan.

1.5 Ruang LingkupDalam pembuatan makalah ini penulis membatasi pembahasan tentang Prostatitis.

1.6 Metode PenulisanMetode yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini adalah metode studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku atau literatur yang berkaitan dengan Prostatitis.

1.7. Sistematika PenulisanBAB I:Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,manfaat penulisan, Ruang lingkup, metode penulisan,dan sistematika penulisan.BAB II:Tinjauan teoritis pada ProstatitisBAB III: Asuhan Keperawatan ProstatitisBAB IV: Kesimpulan dan saran

BAB IIPEMBAHASAN( PROSTATITIS)2.1. DEFINSIProstatitis adalah Peradangan pada kelenjar prostat pada pria. Prostatitis adalah Istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan radang prostat. Prostatitis bukanlah suatu kondisi tunggal tetapi sekelompok gangguan dengan gejala terkait.

2.2. KLASIFIKASIInfeksi prostatitis bisa diklasifikasikan dalam 4 jenis, yaitu :1. prostatitis katagori akut (katagori 1) a. Bakteri masuk ke dalam kelenjar prostat diduga melalui beberapa cara: Ascending dari uretra Refluk urine yang terinfeksi dalam urin prostatikus Langsung / secara limfogendari organ yang berada disekitarnya (rektum) yang mengalami infeksi Penyebaran secara hematogen Kuman penyebab infeksi yang paling sering adalah: (E. coli,Proteous, Klebsella,Pseudomonas spp,Enterobacter,Serratia spp )

b. Gambaran Klinis Penderitanya nampak kesakitan, terutama di daerahperineal, Adanya gangguan miksi (berkemih),Demam, Mengigil, Pada pemeriksaan fisis dengan colok dubur, prostat terababengkak, hangat dan nyeri (pada keadaan ini tidakdiperkenankan melakukan masase prostat untukmengeluarkan getah kelenjar prostat karena dapatmanimbulkan rasa sakit dan akan memacu terjadinyabakteremia, bahkan bila tidak tertangani secara tepat dapatmenmbulkan abses prostat atau menimbulkan urosepsis)

c. Terapi Antibiotik yang senitif terhadap kuman penyebab infeksi.Misalkan antibiotik yang dipilih dari golongan fluroquinolone,trimetropim-sulfametoksazol, dan golongan aminoglikosida. Setelah keadaan membaik, antibiotikaa per-oral diteruskanhingga 30 hari ke depan. Bila perlu pasien harus menjalaniperawatan di RS guna pemberian obat secara parenteral. Jika terjadi gangguan miksi sehingga menimbulkan retensiurine, sebaiknya dilakukan pemasangan kateter suprapubik. 2. Prostatitis Bakteriel Kronis (Kategori II) Prostatitis bakterial kronis terjadi karena adanya infeksisaluran kemih yang sering kambuh Pada uji 4 tabung tampak pada EPS dan VB3 didapatkankuman yang lebih banyak daripada VB1 dan VB2; disamping itupada pemeriksaan mikroskopik pada EPS nampak oval fat body a. Gejala yang sering dikeluhkan pasien antara lain adalah: Disuria Urgensi Frekuensi Nyeri perineal (Terkadang nyeri pada saat ejakulasi / hematospermi ) Pada pemeriksaan fisis colok dubur mungkin terabakrepitasi yang merupakan tanda dari suatu kalkulosa prostat

b. Terapi: Antimikroba yang diberikan dalam jangka waktu lamahingga pemeriksaan kultur ulangan tidak Menunjukkan adanya kuman Mengapa pemilihan antimikroba? Karena pada prostatisbakterial akut, hampir semua jenis antibiotik dapatmenembus barier plasma epithelium dan masuk ke dalamsel-sel kelenjar prostat. Sedangkan pada infeksi kronis, tidakbanyak jenis antibiotika yang dapat menembus bariertersebut.(Oleh karena itu dipilhlah jenis antimikroba yang dapatmenembusnya, antara lain adalah: trimetropim-sulfameksasol, minosiklin, karbenisilin dan fluroquinolone) 3. Prostatitis non Bacteriel Kronis (Kategori III) Merupakan reaksi inflamasi kelenjar prostat yang belumdiketahui penyebabnya Sesuai kategori dari NIH (National Institute of Health) kategori III dibagi menjadi 2 subkategori: a. Subkategori IIIA Tidak nampak adanya kelainan pemeriksaan fisis dan padauji 4 tabung tidak didapatkan pertumbuhan kuman; hanyasaja pada EPS (terlihat banyak leukosit dan bentukan oval fat body ). Diduga inflamasi ini disebabkan karena infeksi dari Ureaplasma urealitikum atau Chlamidia tracheomatis Sehingga dalam terapinya diberikan antibiotik yang sensitif terhadap kuman tersebut; antara lain adalah: minosikllin ,doksisiklin atau eritromisin selama 2-4 minggu

b. Subkategori IIIB; Dahulunya dikenal dengan nama prostatodinia Terdapat nyeri pada pelvis yang tidak berhubungan dengankeluhan miksi Sering terjadi pada usia 20-45 tahun Pada uji 4 tabung: tidak didapatkan adanya bakteripenyebab infeksi maupun sel-sel penanda proses inflamasi Diduga kelaian ini ada hubungannya dengan faktor stress Pemberian obat-obatan simptomatik berupa obatpenghambat adrenergik alfa; guna mengurangi keluhanmiksi

4. Prostatitis Inflamasi Asimtomatik (Kategori IV) Secara klinis, pasien tidak menunjukkan adanya keluhanmaupun tanda dari suatu prostatitis. Adanya proses inflamasi pada prostat diketahui darispesimen yang kemungkinan didapat dari cairan semenpada saat analisis semen dan jaringan prostat yangdidapatkan pada biopsy maupun pada saat operasi prostat.Sebagian besar prostatitis yang tanpa menunjukkan gejalaseperti pada kategori ini tidak memerlukan terapi, tetapididapatkannya sel-sel inflamasi pada analisis semenseorang pria yang mandul perlu mendapatkan terapi antibiotic2.3. ETIOLOGIPenyebab dari prostatitis antara lain : Idiopatik Striktur uretra Hyperplasia prestatik Agent infeksius (bakteri,fungi, mikoplasma) Umumnya infeksi prostatitis disebabkan beberapa jenis bakteri berikut :enereribakteri eshericia colI ,klebsiella, proteus, pseudomonas, serratia, stafilokokus, sterptokokus

2.4. FAKTOR RESIKOFaktor resiko seseorang untuk terserang prostatitis hubungan fisik yang terlalu sering atau jarang dengan pasangan prosedur seperti sistoskopi atau kateterisasi

2.5. TANDA DAN GEJALAGejala Prostatitis bakteri Akut biasanya terjadi begitu saja, antara lain : Mengigil Demam Gangguan kencing Nyeri sendi Nyeri Tulang Belakang Sakit Pada Otot Merasa sakit ketika ejakulasi Nyeri pada penis, testikel, dan daerah sekitar skrotum dan rectum Perasaan sering ingin buang air kecil dan kerap diiringi rasa sakit pada kandung kemih.Gejala pada Prostatitis bakterial kronis dan nonbakterial adalah : Sperma bercampur Darah (Hematospermia) Perasaan tidak Nyaman di daerah Genital dan Perineum Demam Nyeri Tulang Belakang Rasa Sakit pada Perut Bawah Nyeri Ketika Ejakulasi Sering Terkena Penyakit Infeksi pada Saluran Urine

2.6. PATOFISIOLOGIProstatitis adalah peradangan pada prostat. Dapat bersifat akut maupun kronis dan sebabnya dapat berupa bakterial ataupun non bakterial, prostatitis bakterial biasanya disebabkan oleh karena bakteri escherichia coli dan kadang kadang enterokok. Infeksi dapat terjadi karena organisme naik keatas melalui uretra. Refkuks kemih dari kandung kemih yang terinfeksi atau penyebaran langsung melalui aliran limfe atau darah. Prostatitis bakterial akut menyebabkan demam, menggigil, nyeri pada pinggang bawah,nyeri perineum,disuria,dan spasme uretra. Pada periksaan rektal, prostat teraba nyeri, membengkak, hangat dan keras. Resiko bakteremia merupakan kontra indikasi pemijatan prostat, sewaktu melakukan pemeriksaan, karena biasanya disertai dengan sistisis, pembiakan spesimen kemih sering kali dapat mengidentifikasi organismenya.Pengobatan prostatitis bakterial adalah dengan pemberian agen agen antibakteri spesifik untuk organisme penyebab. Terapi penyokong berupa tirah baring, hidrasi, analgesik, dan antipiretik. Prostatektomi transuretral dapat dilakukan jika terapi dengan obat obatan tidak berhasil.Prostatitis bakterial kronik adalah sebab utama dari infeksi saluran kemih yang sering kambuh pada pria. Gejala gejalanya adalah disuria, kebelet sering berkemih dan nokturia. Nyeri dapat terjadi dipunggung bawah daerah perineum.penis, skrotum, dan suprapubik. Pemeriksaan rektal untuk meraba prostat mungkin tidak menghasilkan apa apa. Seringkali orang yang bersangkutan tidak menunjukkan gejala sampai terjadi bakteriuria yang bermakna. Acapkali terjadi sistisis simtomatik yang rekuren. Jika diobati dengan antibody, gejala gejala ini meredakan biakan kemih menjadi negatif. Tetapi organismenya akan menetap didalam prostate dan sewaktu waktu akan menginfeksi saluran kemih kembaliProstatitis non bakterial menimbulkan gejala gejala yang sama dengan prostatitis kronik tetapi ada infeksi saluran kemih dan tidak ditemukan organisme penyebabnya. Kadang kadang orang yang bersangkutan akan menemukan benang benang mukus didalam kemihnya. Tidak ada pengobatan dan tindakan spesifik untuk keadaan ini.

2.7. MANIFESTASI KLINISInfeksi prostat menyebabkan nyeri diselangkangan, daerah antara penis dan anus serta punggung bagian bawah. Infeksi juga menyebabkan demam dan menggigil. Penderita sering berkemih dan mengalami desakan untuk berkemih, air kemihnya mengandung darah. Infeksi bakteri bisa menyebar ke skrotum (kantong zakar) menyebabkan rasa nyeri yang hebat, pembengkakan, kemerahan, dan jika disentuh akan terasa sangat nyeri. Karena nyeri, penderita juga mengalami impotensiGejala gejala prostatitis dapat mencakup rasa tidak nyaman pada perineal, rasa terbakar, ingin berkemih terus menerus, dan nyeri atau saat ejakulai. Postatodenia (nyeri pada prostat) dimanifestasikan oleh nyeri saat berkemih diperineal tanpa adanya inflamasi atau pertumbuhan bakterial dalam prostat. Dapat dibedakan menjadi prostatitis bakterial akut dan prostatitis bakterial kronis. Prostatitis bakterial akut adalah dapat menyebabkan demam mendadak dan menggigil serta nyeri perineal, rektal dan pinggang. Gejala gejala seperti disuria, sering berkemih, dorongan untuk berkemih dan noturia dapat terjadi. Meskipun demikian, beberapa pasien tidak menunjukkan gejala atau asimptomatik. Sedangkan prostatitis bakterial kronis adalah penyebab utama relaps infeksi saluran kemih pada pria. Gejala gejala biasanya ringan terdiri dari sering berkemih disuria dan kadang rabas uretral. Demam tinggi dan menggigil adalah tidak lazim.

2.8. PROGNOSISSebagian besar kasus prostatitis yang terjadi umumnya mudah untuk untuk dikenali dan ditangani. Namun jika peradangan ini dibiarkan berlarut larut hingga skrotum membengkak, maka bisa mengakibatkan penurunan fungsi alat reproduksi.

2.9. PEMERIKSAAN PENUNJANGPada pasien Prostat umumnya dilakukan pemeriksaan:a. Pada pemeriksan colok dubur, prostat teraba membengkak dan nyeri jika disentuh.b. Kadang dilakukan pemeriksaan terhadap air kemih atau cairan prostat.c. urinalisa memperlihatkan bakteriuria, sel darah putih, dan endapan sel darah merah dengan keterlibatan ginjal.d. Kultur ( biakan ) urine mengidentifikasi organisme penyebabe. Tes bakteri bersalut- antibodi terhadap bakteri bersalut antibodi diindikasikan pada pielonefritisf. Sinar x ginjal, ureter dan kandung kemih mengidentifikasi anomali struktur nyata.g. Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi perubahan atau abnormalitas struktur.

2.10. KOMPLIKASIKomplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalah. Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksic. Hernia / hemoroid. Karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batue. Hematuriaf. Sistitis dan Pielonefritis

2.11. PENATALAKSANAANPengobatan yang bisa diberikan pada pasien prostatitis bisa berupa : terapi antibiotik terapi suportif dengan istirahat di ranjang pemijatan pada area prostat (untuk prostatitis kronis)Namun jika terapi yang dilakukan tidak berhasil, maka penanganan yang diberikan bisa meliputi resesksi transuteral prostat, yaitu pembuangan semua jaringan yang telah terinfeksi.

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN PROSTATITIS

A. Pengkajian1. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe2. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko: Adakah riwayat infeksi sebelumnya? Adakah riwayat obstruksi pada saluran kemih?3. Adanya faktor predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial Bagaimana dengan pemasangan folley kateter ? Imobilisasi dalam waktu yang lama ? Apakah terjadi inkontinensia urine?4. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah) Adakah disuria? Adakah urgensi? Adakah hesitancy? Adakah bau urine yang menyengat? Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine? Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah ? Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas ? Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.5. Pengkajian psikologi pasien: Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah dilakukan? Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya.

B. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi prostat2. Perubahan pola eliminasi berhubungan penyempitan uretra akibat pembengkakan prostat3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

C. Intervensi1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi prostatKriteria Hasil : Nyeri berkurang / hilang Intervensi: Pantau perubahan warna urin, pantau pola berkemih, masukan dan keluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulangRasional: untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) nyeri.Rasional: membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan. Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot. Berikan perawatan perineal Rasional: untuk mencegah kontaminasi uretra Jika dipaang kateter, perawatan kateter 2 kali per hari.Rasional: Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan. Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkanRasional : relaksasi, menghindari terlalu merasakan nyeri.

2. Perubahan pola eliminasi berhubungan penyempitan uretra akibat pembengkakan prostatKriteria Hasil: Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (urgensi, oliguri, disuria) Intervensi:Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urinRasional: memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi Dorong meningkatkan pemasukan cairanRasional: peningkatan hidrasi membilas bakteri. Kaji keluhan pada kandung kemihRasional: retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi jaringan (kandung kemih/ginjal) Observasi perubahan tingkat kesadaranRasional: akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada susunan saraf pusat Kolaborasi: Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatininRasional: pengawasan terhadap disfungsi ginjal Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin: tingkatkan masukan sari buah berri dan berikan obat-obat untuk meningkatkan aam urin.Rasional: aam urin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan masukan sari buah dapt berpengaruh dalm pengobatan infeksi saluran kemih.

3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.KriteriaHasil : menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.Intervensi: Berikan waktu kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak di ketahui tentang penyakitnya.Rasional : Mengetahui sejauh mana ketidak tahuan pasien tentang penyakitnya. Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datangRasional: memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan beradasarkan informasi. Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran, jelaskan pemberian antibiotik, pemeriksaan diagnostik: tujuan, gambaran singkat, persiapan ynag dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.Rasional: pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan membantu mengembankan kepatuhan klien terhadap rencan terapetik. Anjurkan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, minum sebanyak kurang lebih delapan gelas per hari.Rasional: Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit mereda. Cairan menolong membilas ginjal. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan masalah tentang rencana pengobatan.Rasional: Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhan dan membantu mengembangkan penerimaan rencana terapeutik.D. ImplementasiTahap pelaksanaan merupakan langkah keempat melaksanakan berbagaistartegi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakandalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2004).Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya kemampuan dalam prosedur klien. Dalam pelaksanaan rencana tindakan terdapat dua jenis tindakan yaitu tindakan jenis mandiri dan kolaboratif. Sebagai profesi perawat mempunyai kewenangan dalam tanggung jawab dalam menentukan komponen pada tahap asuhan keperawatan.Komponen pada tahap implementasi adalah:a) Tindakan keperawatan mandiriTindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesan dokter. Tindakan keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktek American Nurses Associantion (1973) dan kebijakan institusi perawatan kesehatan.b) Tindakan keperawatan kolaboratifTindakan keperawatan kolaboratif di implementasikan bila perawat bekerja dengan anggota tim perawat kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertujuan untuk mengatasi masalah klien.

E.EvaluasiSetelah melaksanakan tindakan keperawatan, kita sebagai perawat perlu untuk menilai kembali hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan, seperti menilai:1. Beradaptasi dengan nyeri yang dialami2. Tidak terjadi devisit volume cairan seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.3. Dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi4. Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan.5. Pola tidurnya tidak terganggu6. menunjukkan tidak terjadi panas7. kecemasan berkurang.

BAB IVPENUTUP4.1. KesimpulanProstatitis adalah Peradangan pada kelenjar prostat pada pria. Prostatitis adalah Istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan radang prostat. Prostatitis bukanlah suatu kondisi tunggal tetapi sekelompok gangguan dengan gejala terkait.

4.2. Saran Dengan adanya makalah ini pembaca dapat mengenal tanda tanda dari prostatitis serta dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami prostatitis.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.

Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan KeperawatanNugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.

Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI

Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.

Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

Prostatitis Page 17