242-483-1-sm(1)

13
Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Perawat dalam Melakukan Tindakan Hisap Lendir pada Pasien yang Terpasang Ventilator di Ruang Intensif RSDK Semarang. Sri Hartini 1 , Edy Soesanto 2 , Dera Alfiyanti 3 . 1 Perawat PICU/NICU RS Dokter Kariadi Semarang,[email protected]. 2 Dosen S1Keperawatan Fikkes UNIMUS, [email protected] 3 Staf Dosen S1Keperawatan Fikkes UNIMUS, [email protected]. Abstrak Tindakan hisap lendir dibutuhkan untuk menjaga kepatenan jalan nafas, oleh karena itu perawat harus tahu dan terampil dalam melakukan hisap lendir sesuai prosedur agar tidak menimbulkan masalah.Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor yang mempengaruhi keterampilan perawat dalam melakukan tindakan hisap lendir pada pasien terpasang ventilator di ruang intensif RSDK Semarang tahun 2013. Penelitian ini penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel 69 responden. Analisis dengan uji Rank Spearman menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dan keterampilan ( α = 0,05; p = 0,098; r = 0,423 ) , ada hubungan antara lama kerja dengan keterampilan ( α = 0,05 ; p =0,000; r = 0,827), ada hubungan yang kurang erat antara pendidikan dan keterampilan (α = 0,05; p = 0,047; r = -0,239), ada hubungan antara pelatihan dan keterampilan ( α = 0,05; p = 0,000; r = -0,729) analisis multivariat dengan regresi linier berganda antara pendidikan, lama kerja dan pelatihan ada pengaruh terhadap ketrampilan, ( R = 0,844;α = 0,05; sig (Anova) =0,000. Dapat disimpulkan lama kerja, pendidikan dan pelatihan berpengaruh terhadap ketrampilan. Kata kunci : keterampilan, hisap lendir.

Upload: aprilia-andita-sari

Post on 13-Apr-2016

2 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jurnal

TRANSCRIPT

Page 1: 242-483-1-SM(1)

Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Perawat dalam Melakukan

Tindakan Hisap Lendir pada Pasien yang Terpasang Ventilator di

Ruang Intensif RSDK Semarang.

Sri Hartini1

, Edy Soesanto2

, Dera Alfiyanti3.

1 Perawat PICU/NICU RS Dokter Kariadi Semarang,[email protected].

2Dosen S1Keperawatan Fikkes UNIMUS, [email protected]

3Staf Dosen S1Keperawatan Fikkes UNIMUS, [email protected].

Abstrak

Tindakan hisap lendir dibutuhkan untuk menjaga kepatenan jalan nafas, oleh

karena itu perawat harus tahu dan terampil dalam melakukan hisap lendir sesuai

prosedur agar tidak menimbulkan masalah.Penelitian ini bertujuan mengetahui

faktor yang mempengaruhi keterampilan perawat dalam melakukan tindakan

hisap lendir pada pasien terpasang ventilator di ruang intensif RSDK Semarang

tahun 2013. Penelitian ini penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan

cross sectional. Sampel 69 responden. Analisis dengan uji Rank Spearman

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dan keterampilan ( α

= 0,05; p = 0,098; r = 0,423 ) , ada hubungan antara lama kerja dengan

keterampilan ( α = 0,05 ; p =0,000; r = 0,827), ada hubungan yang kurang erat

antara pendidikan dan keterampilan (α = 0,05; p = 0,047; r = -0,239), ada

hubungan antara pelatihan dan keterampilan ( α = 0,05; p = 0,000; r = -0,729)

analisis multivariat dengan regresi linier berganda antara pendidikan, lama kerja

dan pelatihan ada pengaruh terhadap ketrampilan, ( R = 0,844;α = 0,05; sig

(Anova) =0,000. Dapat disimpulkan lama kerja, pendidikan dan pelatihan

berpengaruh terhadap ketrampilan.

Kata kunci : keterampilan, hisap lendir.

Page 2: 242-483-1-SM(1)

ABSTRACT

Background : suctioning was needed to maintain the airway, nurses had to be

qualified to perform as the well as the procedure to prevent the complication. The

aim of this research was to find the factor that correlate to the nurse’s competence

in suctioning toward intubated patients in Intensive Care Unit at Dokter Karia di

Hospital Semarang. This research used descriptive correlation with cross sectional

approach. Main sample were 69 nurses. Based on Rank Spearman analisys there

was a not closely relationships between knowledge and skill ( α = 0,05; p = 0,098;

r = 0,423), relationships between length of employment and skill ( α = 0,05; p =

0,000; r = 0,827), relationships not closely between education and skill ( α = 0,05;

p = 0,047; r = 0,-239), relationships between training and skill ( α = 0,05; p =

0,000; r = 0,-729). Multivariate analisys with multiple linear regression between

education, length of employment and training influencs to skill, partial regression

coefficient test training and length of employment influenc to skill, but not for

education ( R = 0,844;α = 0,05; sig (Anova) =0,000; partial coefficient length of

employment sig = 0,000; education = 0,641; training =0,000). Conclusion length

of employment and training were significantly influence together to skill to

perform suctioning based on SOP.

Keyword : skill, suctioning

PENDAHULUAN

Dewasa ini tuntutan masyarakat terhadap rumah sakit untuk lebih meningkatkan

kualitas dalam pelayanan kesehatan terhadap masyarakat sudah menjadi

tren.Pelayanan kesehatan ini meliputi pelayanan di unit rawat jalan, unit rawat

inap, unit gawat darurat, maupun di unit perawatan intensif). Ruang intensif

sebagai salah satu unit pelayanan tersebut di mana pasien-pasien yang dirawat di

sini adalah pasien-pasien berpenyakit kritis dan membutuhkan pelayanan

kesehatan secara intensif. Perawat merupakan tenaga yang berhubungan langsung

dengan pasien selama 24 jam, harus dapat mengaktualisasikan diri secara fisik,

emosional, dan spiritual untuk merawat orang yang mengalami penyakit

kritis.Apabila mutu pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pelanggan

dibawah standar, akan mempengaruhi citra rumah sakit.

Salah satu intervensi yang dilakukan oleh perawat di ruang Intensif adalah

pelaksanaan hisap lendir saluran pernafasan terutama pada pasien yang terpasang

Page 3: 242-483-1-SM(1)

alat bantu nafas (ventilator). Menurut Timby (2009), Suctioning atau penghisapan

merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan

terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan sekret

pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri.

Dari pengamatan peneliti, hampir semua pasien yang dirawat di ruang Intensif

Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang terpasang ventilator.Ventilator akan

dihubungkan dengan endotrakeal tube (ETT) yang dimasukkan ke trachea karena

mereka mengalami permasalahan dengan pernafasan.Dengan terpasangnya ETT

dan ventilator tubuh pasien akan berespon untuk mengeluarkan benda asing

dengan mengeluarkan sekret sehingga perlu dibantu untuk mengeluarkan sekret

agar tidak menghalangi jalan nafas dengan tindakan hisap lendir.

Perawat di ruang Intensif RS Dr Kariadi Semarang sangat bervariasi dilihat dari

sisi jenjang pendidikan yang ditempuh serta lama kerja, bahkan ada perawat yang

belum bersertifikasi.Dan dari pengamatan peneliti masih ditemukan perawat

dalam melakukan tindakan hisap lendir pada pasien yang terpasang ventilator

terjadi trauma pada jalan nafas seperti ada sedikit darah yang ikut tersedot pada

catheter suction atau desaturasi karena penghisapan yang terlalu lama durasinya

atau diulang sebelum pasien diberi kesempatan untuk bernafas lebih dari 3-7

siklus pernafasan pada sekali tindakan, bahkan kadang lupa prinsip septik dan

aseptik.Hal ini dapat mengakibatkan meningkatkan risiko kejadian infeksi

nosokomial.Data kejadian di RSUP Dokter Kariadi tahun 2000 didapatkan angka

kejadian infeksi nosokomial pada ruang ICU berkisar antara 13–42 % dan pada

ruang intensif 40 %. Prayitno, (2008). Masuknya bakteri-bakteri tersebut melalui

tindakan-tindakan invasif seperti pemasangan kateter, infus, nasogastriktube, ETT

serta tindakan hisap lendir.

Tindakan hisap lendir dibutuhkan untuk menjaga kepatenan jalan nafas.Oleh

karena itu perawat yang bertugas harus tahu dan terampil dalam melakukan hisap

lendir sesuai prosedur agar tidak menimbulkan masalah atau komplikasi.Menurut

penelitian Prayitno (2008) menjelaskan bahwa ada hubungan antara tingkat

Page 4: 242-483-1-SM(1)

pengetahuan perawat dengan perilaku perawat dalam melakukan tindakan hisap

lendir sesuai prosedur.Menurut penelitian Paryanti, dkk.(2007) menyatakan ada

hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan perawat dengan

keterampilan melaksanakan prosedur tetap isap lendir/suction di Ruang ICU

RSUD Prof. Dr.Margono Soekarjo Purwokerto.

Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian diatas peneliti ingin mengetahui selain

faktor tingkat pengetahuan adakah faktor lain yang mempengaruhi keterampilan

dari perawat dalam melakukan tindakan suction pada pasien yang terpasang

ventilator.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan

cross sectional dimana pengumpulan data dilakukan sekaligus pada suatu saat.,

Notoadmodjo, (2010).` Metode ini juga digunakan untuk menganalisis apakah ada

hubungan antara variabel tingkat pendidikan, lama kerja, dan pelatihan dengan

variabel ketrampilan perawat dalam melakukan tindakan hisap lendir pada pasien

terpasang ventilator.

Peneliti dalam hal ini mengambil populasi perawat pelaksana di ruang Intensif

RS Dr Kariadi Semarang sebanyak 78 orang dengan total sampel sesuai kriteria

inklusi, Arikunto, (2006)

Pengumpulan data dilakukan langsung kepada responden dengan menggunakan

kuisioner meliputi 15 pertanyaan pengetahuan tentang pengertian, indikasi,

prosedur dan komplikasi tindakan suction serta lembar observasional dengan

ceklist sebanyak 18 item untuk ketrampilan melakukan tindakan hisap lendir

yang dilakukan peneliti.

Penelitian dilakukan di ruang Intensif RS Dr Kariadi Semarang yang rata-rata

pasiennya menggunakan ventilator dan membutuhkan bantuan perawat untuk

bersihan jalan nafasnya dengan tindakan hisap lendir. Data dianalisa secara

Page 5: 242-483-1-SM(1)

univariat, bivariat (rank spearman, korelasi) dan multivariate (regresi linier

berganda)

HASIL PEMBAHASAN

Sebelum dilakukan uji korelasi analisis bivariat, semua data tentang pengetahuan,

lama kerja, pendidikan, pelatihan, dan ketrampilan hisap lendir sesuai Standar

Prosedur Operasional (SPO) di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang dilakukan

uji normalitas data dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov karena jumlah

sampel lebih dari 30.Uji normalitas data dengan menggunakan uji kolmogorov-

smirnov didapatkan output dengan nilai signifikansi 0,000 untuk semua item yang

diuji yang berarti bahwa data pengetahuan, lama kerja, pendidikan, pelatihan dan

ketrampilan hisap lendir sesuai SPO di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang

berdistribusi tidak normal. Hasil uji kolmogorv-smirnov distribusi data tidak

normal maka uji korelasi bivariat menggunakan uji Rank spearman. Hasil uji

Rank Spearman antara pengetahuan dan keterampilan melakukan hisap lendir

sesuai SPO yang dilakukan pada 69 responden didapatkan nilai r sebesar 0,423

dengan nilai signifikansi / p = 0,098. dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara

pengetahuan dan keterampilan melakukan hisap lendir sesuai SPO, hasil uji Rank

Spearman antara lama kerja dan keterampilan melakukan hisap lendir sesuai SPO

didapatkan nilai r sebesar 0,827 dengan nilai signifikansi / p = 0,000. dapat

disimpulkan ada hubungan antara lama kerja dan keterampilan melakukan hisap

lendir sesuai SPO, hasil uji Rank Spearman antara pendidikan dan keterampilan

melakukan hisap lendir sesuai SPO didapatkan nilai r sebesar -0,239 dengan nilai

signifikansi / p = 0,047, dapat disimpulkan ada hubungan antara tingkat

pendidikan dan keterampilan melakukan hisap lendir sesuai SPO, tetapi hubungan

itu tidak erat, hasil uji Rank Spearman antara pelatihan dan keterampilan

melakukan hisap lendir sesuai didapatkan nilai r sebesar -0,729 dengan nilai

signifikansi / p = 0,000, dapat disimpulkan ada hubungan antara pelatihan dan

keterampilan melakukan hisap lendir sesuai SPO. Hal ini dapat dilihat pada tabel

1

Page 6: 242-483-1-SM(1)

Tabel 2.

Hasil Uji Rank spearman

antara Pengetahuan, Lama Kerja, Pendidikan, Pelatihan

dengan Ketrampilan Hisap Lendir Sesuai SPO

di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang, Juni-Juli 2013 (n = 69)

Hasil uji analisis multivariat antara lama kerja, pendidikan dan pelatihan terhadap

ketrampilan melakukan hisap lendir sesuai SPO di Rumah Sakit Dokter Kariadi

Semarang yang dilakukan pada 69 responden didapatkan nilai R sebesar -0,884 ini

berarti bahwa korelasi berganda antara lama kerja, pendidikan dan pelatihan

terhadap ketrampilan melakukan hisap lendir sesuai SPO di Rumah Sakit Dokter

Kariadi Semarang terdapat hubungan yang erat karena semakin mendekati -1. Sig

(anova) yang merupakan uji signifikansi secara bersama-sama didapatkan hasil

output 0,000 dapat disimpulkan bahwa lama kerja, pendidikan dan pelatihan

secara bersama-sama berpengaruh terhadap ketrampilan.

Uji koefisien regresi secara partial antara lama kerja dengan keterampilan

melakukan hisap lendir sesuai SPO didapatkan output nilai signifikansi 0,000

dapat disimpulkan bahwa lama kerja berpengaruh terhadap ketrampilan.Uji

koefisien regresi secara partial antara pendidikan dengan keterampilan melakukan

hisap lendir sesuai SPO didapatkan output nilai signifikansi 0,641 dapat

disimpulkan bahwa pendidikan tidak berpengaruh terhadap ketrampilan.Uji

koefisien regresi secara partial antara pelatihan dengan keterampilan melakukan

hisap lendir sesuai SPO didapatkan output nilai signifikansi 0,000 dapat

variabel Sig (2-tailed)/

p-value

Koefisien korelasi Keterangan

Pengetahuan

dan Ketrampilan

.098

.423

Ada hub, tidak erat

Lama kerja dan

Keterampilan

.000 .827 Ada hub, erat

Pendidikan dan

Keterampilan

.047 -.239 Ada hu, tidak erat

Pelatihan dan

Keterampilan

.000 -.729 Ada hub, erat

Page 7: 242-483-1-SM(1)

disimpulkan bahwa pelatihan berpengaruh terhadap ketrampilan. Hal ini dapat

dilihat pada tabel 3.

Tabel 3.

Hasil Uji Regresi Linear Berganda

antara Lama Kerja, Pendidikan dan Pelatihan dengan Ketrampilan Hisap Lendir

Sesuai SPOdi Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang, Juni-Juli 2013 (n = 69)

Responden pada penelitian ini usia rata-rata 30 tahun nilai tengah usianya 28

tahun atau tergolong dalam usia remaja akhir dan dewasa awal (usia menurut

Depkes 2009). Sesuai karakteristik dewasa muda termasuk masa transisi, baik

transisi secara fisik (physically trantition) transisi secara intelektual (cognitive

trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition). Segi emosional, pada

masa dewasa awal adalah masa dimana motivasi untuk meraih sesuatu sangat

besar yang didukung oleh kekuatan fisik yang prima.Sehingga, ada steriotipe yang

mengatakan bahwa masa remaja dan masa dewasa awal adalah masa dimana lebih

mengutamakan kekuatan fisik daripada kekuatan rasio dalam menyelesaikan suatu

masalah.Hal ini memungkinkan dalam pengambilan keputusan masih sangat

dipengaruhi oleh lingkungan atau komunitasnya.Pada tingkat pengetahuan

responden tentang Standar Prosedur Operasional (SPO) menghisap sekresi di

ruang intensif sebagian besar responden tingkat pengetahuannya baik (95,7%).

SPO merupakan panduan dalam melakukan tindakan namun ada responden

dengan tingkat pengetahuan kurang, terutama dalam tujuan lain dari tindakan

hisap lendir selain untuk bersihan jalan nafas adalah untuk pengambilan specimen

pemeriksaan laboratorium dan pemberian cairan Nacl 0,9% untuk mengencerkan

sekret. Hal ini menjadi pertentangan karena SPO yang ada terbit tahun 2004 dan

sudah tidak relevan dengan literatur sekarang.Sebagian besar responden adalah

variabel R F

(Anova)

Sig

(Anova)

Sig

Lama

Kerja

Sig

Pendidikan

Sig

Pelatihan

Lama

Kerja,

Pendidikan

Pelatihan

dengan

ketrampilan

.844

53.659

.000

.000

.641

.000

Page 8: 242-483-1-SM(1)

karyawan baru yang bekerja kurang dari 1 tahun.Hal ini akan sangat

mempengaruhi kinerja dari responden tersebut karena belum banyak pengalaman

sehingga akan mempengaruhi tingkat keterampilan responden.Sebagian besar

tingkat pendidikan responden adalah D III. Hal ini akan berpengaruh terhadap

tingkat analisa responden terhadap keadaan klien, karena pada tingkat D III lebih

ditekankan pada keterampilan dalam melakukan tindakan tidak sampai

menganalisa tindakan tersebut dilakukan dan rasionalisasinya.Sebagian besar

responden telah mengikuti pelatihan keperawatan kritis.Hal ini sangat diperlukan

bagi tenaga yang bekerja di ruang khusus seperti ruang intensif ini, karena dalam

pelatihan tersebut peserta selain ada teori-teori tentang keperawatan kritis peserta

dituntut untuk terampil melakukan tindakan yang aplikatif di ruang

intensif.Namun masih banyak responden yang belum mengikuti pelatihan

keperawatan kritis, sehingga mempengaruhi tingkat keterampilan

mereka.Responden yang terampil sebesar 50,7% atau 35 responden dan yang

kurang terampil 49,3% atau 34 responden. Dari data crostabulasi terlihat bahwa

responden yang terampil adalah responden yang telah lama bekerja dan telah

mengikuti pelatihan keperawatan kritis.Walaupun responden tingkat

pendidikannya tinggi dalam hal ini s1, berpengatahuan baik dan telah mengikuti

pelatihan keperawatan kritis karena pengalaman kerja yang relatif singkat ternyata

responden tersebut kurang terampil dalam melakukan tindakan.

Uji Rank Spearman antara lama kerja dan keterampilan melakukan hisap lendir

sesuai SPO didapatkan nilai signifikansi / p = 0,098 yang berarti tidak ada

hubungan antara pengetahuan dan keterampilan melakukan hisap lendir sesuai

SPO. Hasil penelitian ini berbeda dengan Budi Prayitno (2008) ada hubungan

antara tingkat penetahuan perawat dengan perilaku dalam melakukan tindakan

suction sesuai prosedur di divisi rawat intensif. Hal yang melatar belakangi

perbedaan hasil penelitian ini karena responden dalam bekerja harus sesuai SPO,

sehingga diharuskan mengetahui SPO menghisap sekresi di ruang intensif, tetapi

karena banyak responden yang bekerja kurang dari 1 tahun sehingga keterampilan

mereka masih kurang karena untuk terampil seseorang harus melakukannya

Page 9: 242-483-1-SM(1)

berulang-ulang.Dengan banyaknya responden dengan pengalaman kerja di bawah

1 tahun (53,6%) ternyata responden hanya sampai pada tingkatan tahu saja belum

bisa mengaplikasikan ke dalam tindakan-tindakan keperawatan khususnya

ketrampilan melakukan hisap lendir sesuai SPO, karena pengalaman kerja adalah

pengetahuan dan ketrampilan yang telah diketahui dan dikuasai seseorang sebagai

akibat dari perbuatan atau pekerjaan yang telah dilakukan selama beberapa waktu

tertentu. Uji Rank Spearman antara pendidikan dan keterampilan melakukan hisap

lendir sesuai SPO didapatkan nilai signifikansi / p = 0,047 yang berarti ada

hubungan antara pengetahuan dan keterampilan melakukan hisap lendir sesuai

SPO,Menurut Ambar (2004) bahwa, “Pendidikan merupakan usaha yang sengaja

diadakan dan dilakukan secara sistematis serta terus-menerus dalam jangka waktu

tertentu sesuai dengan tingkatannya, guna menyampaikan, menumbuhkan dan

mendapatkan pengetahuan, sikap, nilai, kecakapan atau keterampilan yang

dikehendaki.Sehingga dapat disimpulkan pendidikan merupakan usaha seseorang

untuk mengembangkan kemampuan, pengetahuan, sikap, ketrampilan yang

dikehendaki yang dilakukan dengan sengaja, terus menerus dan sistematis sesuai

tingkatannya.Uji Rank Spearmanantara pelatihan dan keterampilanmelakukan

hisap lendir sesuai SPO didapatkannilai signifikansi / p = 0,000 yang berarti ada

hubungan antara pelatihan dan keterampilanmelakukan hisap lendir sesuai

SPO.Pelatihan merupakan suatu proses belajar mengajar terhadap pengetahuan

dan ketrampilan tertentu agar peserta semakin terampil sehingga mampu

melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik dan sesuai standar.Tujuan

pelatihan menurut Notoatmodjo, (2010) penting untuk meningkatkan pengetahuan

dan ketrampilan sebagai tolok ukur keberhasilan dari seluruh program, dan harus

dapat memberikan pengalaman belajar yang baik bagi peserta.

Hasil uji analisis multivariat antara lama kerja, pendidikan dan pelatihan terhadap

ketrampilan melakukan hisap lendir sesuai SPO di Rumah Sakit Dokter Kariadi

Semarang pada uji signifikansi secara bersama-sama didapatkan hasil output

0,000 yang berarti bahwa lama kerja, pendidikan dan pelatihan secara bersama-

sama berpengaruh terhadap ketrampilanUji koefisien regresi secara partial antara

Page 10: 242-483-1-SM(1)

lama kerja dengan keterampilan melakukan hisap lendir sesuai SPO didapatkan

output nilai signifikansi 0,000 dapat disimpulkan bahwa lama kerja berpengaruh

terhadap ketrampilan. Hasil uji regresi ini semakin menguatkan dari hasil uji

bivariat dengan Rank Spearman antara lama kerja dan keterampilan melakukan

hisap lendir sesuai SPO juga didapatkan nilai signifikansi / p = 0,000.Uji koefisien

regresi secara partial antara pendidikan dengan keterampilan melakukan hisap

lendir sesuai SPO didapatkan output nilai signifikansi 0,641 ini berati bahwa

pendidikan tidak berpengaruh terhadap ketrampilan. Sedangkan pada uji bivariat

dengan Rank Spearman antara pendidikan dan keterampilan melakukan hisap

lendir sesuai SPO yang dilakukan pada 69 responden didapatkan nilai r sebesar -

0,239 dengan nilai signifikansi / p = 0,047. Nilai koefisien lebih mendekati 0

maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara pengetahuan dan keterampilan

melakukan hisap lendir sesuai SPO adalah lemah.Ini menunjukkan bahwa dengan

adanya hubungan yang lemah antara pendidikan dengan ketrampilan melakukan

hisap lendir sesuai SPO maka setelah dilakukan uji regresi linier berganda hasil

menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan dengan ketrampilan

melakukan hisap lendir sesuai SPO. Ada beberapa kemungkinan yang perlu

diamati lebih lanjut bahwa tingkat pendidikan yang diperoleh seseorang dalam arti

luas baik secara formal maupun informal akan berpengaruh terhadap seseorang

dalam mengetahui, mengerti, memahami sesuatu karena kemampuan tersebut

dipengaruhi oleh kemampuan belajar dan daya ingat. Kariyoso dalam Prayitno,

(2008), tetapi pada saat menjalani pendidikan seseorang tidak hanya belajar

tentang ketrampilan melakukan hisap lendir saja.Uji koefisien regresi secara

partial antara pelatihan dengan keterampilan melakukan hisap lendir sesuai SPO

didapatkan output nilai signifikansi 0,000 ini berarti bahwa pelatihan berpengaruh

terhadap ketrampilan. Uji regresi linier berganda secara partial ini semakin

menguatkan uji bivariat dengan Rank Spearman antara pelatihan dan keterampilan

melakukan hisap lendir sesuai SPO yang didapatkan nilai signifikansi / p-value

0,000.

Page 11: 242-483-1-SM(1)

Keterbatasan dalam penelitian ini meliputi instrument penelitian berupa kuisioner

sehingga data belum tergali secara mendalam dan kurang dapat mengeksplorasi

jawaban responden, sehingga hasil yang didapat dimungkinkan belum dapat

mewakili seluruh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketrampilan melakukan

hisap lendir sesuai SPO, pengisian kuesioner terutama pada kuesioner

pengetahuan yang merupakan panduan bagi responden dalam melakukan

tindakan, antar responden saling bekerja sama, sehingga hasil dari kuesioner yang

cenderung sama.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap keterampilan melakukan hisap lendir yang sesuai SPO yaitu

lama kerja dan pelatihan. Sehingga dengan adanya hasil tersebut diharapkan dapat

menjadi bahan informasi bagi perawat tentang pentingnya pengalaman seseorang

untuk diadopsi oleh perawat yang belum berpengalaman melalui proses

mentoring. Adapun pelatihan adalah hal yang wajib diikuti oleh semua perawat

yang bertugas di keperawatan kritis karena dengan adanya pelatihan akan

menambah pengetahuan dan ilmu yang siap diterapkan dalam proses pemberian

asuhan keperawatan kritis. Hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan tingkat

pengetahuan perawat ruang intensif RS Dr Kariadi Semarang dengan

keterampilan perawat tentang tindakan hisap lendir pada pasien terpasang

ventilator,ada hubungan lama bekerja perawat ruang intensif RS Dr Kariadi

Semarang dengan keterampilan perawat dalam melakukan tindakan hisap lendir

pada pasien terpasang ventilator, tidak ada hubungan pendidikan perawat ruang

intensif RS Dr Kariadi Semarang dengan keterampilan perawat dalam melakukan

tindakan hisap lendir pada pasien terpasang ventilator, ada hubungan pengalaman

pelatihan perawat ruang intensif Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang dengan

keterampilan perawat dalam melakukan tindakan hisap lendir pada pasien

terpasang ventilator, tidak ada faktor yang paling berpengaruh terhadap

keterampilan perawat dalam melakukan tindakan hisap lendir pada pasien

terpasang ventilator.

Page 12: 242-483-1-SM(1)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan bagi institusi

pelayanan kesehatan karena pengalaman kerja berpengaruh terhadap

keterampilan, perlu dilakukan proses transfer pengalaman seorang senior kepada

yuniornya melalui mentoring.Pelatihan yang diikuti oleh perawat juga

mempengaruhi ketrampilan seorang perawat dalam melakukan tindakan dan

memberikan asuhan keperawatan kritis sehingga perlu dilakukan up-date dan up-

grade ilmu keperawatan kritis melalui pelatihan keperawatan kritis.Standar

Prosedur Operasional sebagai pedoman dan acuan dalam melakukan tindakan

hendaknya selalu dilakukan up-date dan up-grade sesuai dengan perkembangan

ilmu agar tidak terjadi kesenjangan antara standar yang ada dengan perkembangan

teknologi ataupun teori saat ini.Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan, dapat

dijadikan pertimbangan dalam mempersiapkan lulusan yang siap kerja di tempat

yang sesuai dengan kemampuan dan peminatan calon tenaga kerja dengan

mewajibkan mahasiswanya untuk mengikuti program magang atau pelatihan agar

dalam memberi pelayanan kepada klien lebih optimal.Bagi peneliti

selanjutnya.agar dipertimbangkan dalam pengambilan sampel penelitian lebih

homogen supaya hasil penelitian benar-benar dapat menjawab hipotesis dan

menggambarkan populasi dan situasi yang ada, selanjutnya dapat menganalisa dan

mengeksplorasi lebih dalam variabel yang dapat mempengaruhi ketetampilan.

KEPUSTAKAAN

Ambar, T.S, (2004). Kemitraan dan Model-Model Pemerkasaan. Yogyakarta :

Gaya Media.

Arikunto & Suharsimi. (2006).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta : PT Rineka Cipta.

Page 13: 242-483-1-SM(1)

Hadiwinoto. (2012).Kategori Umur. Di akses pada tanggal 15 September 2013

dari http://ilmu-kesehatan-masyarakat.blogspot.com/2012/05/kategori-

umur.html

Kariyoso, (1994). Pengantar Komunikasi Bagi Perawat. Jakarta : EGC.

Notoadmodjo. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta

Prayitno, B. (2008). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat tentang

ProsedurSuction dengan Perilaku Perawat dalam Melakukan Tindakan

Suction Sesuai Prosedur di ICU Rumah Sakit Dr.Kariadi Semarang.Diakses

darihttp://eprints.undip.ac.id/9708/1/Budi_Prayitno.pdf. pada tanggal 14

januari 2013.

Paryanti, dkk, (2009).Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dengan

Ketrampilan Melaksanakan Prosedur Tetap Isap Lendir/Suction di Ruang

ICU RSUD Prof.DR.Margono Soekarjo, Purwokerto. Diakses

darihttp://www.library.upnvj.ac.id/pdf/5FIKESS1KEPERAWATAN/10107

12008/BAB%20V.pdf. Pada tanggal 10 januari 2013.

Tanjung, D, (2003). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Ventilasi Mekanik,

Digital Library USU.Diaksespadatanggal 28 Desember 2012

darihttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3600/1/keperawatan-

dudut.pdf

Timby, B.K, (2009). Fundamental Nursing Skill and Concept (9th

ed.).

Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins