238155902-reptil

17
BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Semua hewan vertebrata memiliki jaringan integumen yang terdapat pada tubuh bagian luar. Sistem integumen vertebrata memiliki fungsi untuk melindungi tubuh hewan vertebrata dari gangguan eksternal tubuh. Selain sebagai sistem pelindung tubuh , sistem integumen juga berfungsi sebagai pengatur regulasi suhu tubuh, mencegah masuknya mikroorganisme, memelihara keseimbangan air dan garam , sebagai tempat respirasi , ekskresi, sekresi menerima rangsang dan lain sebagainya . Sistem integumen membentuk lapisan terluar pada tubuh terdiri dari kulit dan beberapa derivat epidermis yang terspesialisasi , antara lain sisik,kuku, rambut, dan beberapa jenis kelenjar pada hewan vertebrata.Pada reptil memiliki derivat epidermis khusus berupa sisik , sisik inilah yang menunjang sistem perlindungan tubuh eksternal hewan reptil. Setelah mempelajari struktur histologis sistem integumen kami susun makalah ini dengan harapan untuk memperdalam pengetahuan tentang sistem integumen vertebrata khususnya pada sistem integumen reptil . Adapun bagian- bagian sistem integumen reptil ini akan kami bahas di dalam makalah ini.

Upload: fifahfifah

Post on 05-Jan-2016

232 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

REPTILINTEGUMENSISIKDERMISDERMALKELENJAR MINYAKMACAM-MACAM SISIK

TRANSCRIPT

Page 1: 238155902-reptil

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Semua hewan vertebrata memiliki jaringan integumen yang terdapat pada tubuh

bagian luar. Sistem integumen vertebrata memiliki fungsi untuk melindungi tubuh hewan

vertebrata dari gangguan eksternal tubuh. Selain sebagai sistem pelindung tubuh , sistem

integumen juga berfungsi sebagai pengatur regulasi suhu tubuh, mencegah masuknya

mikroorganisme, memelihara keseimbangan air dan garam , sebagai tempat respirasi ,

ekskresi, sekresi menerima rangsang dan lain sebagainya .

Sistem integumen membentuk lapisan terluar pada tubuh terdiri dari kulit dan

beberapa derivat epidermis yang terspesialisasi , antara lain sisik,kuku, rambut, dan

beberapa jenis kelenjar pada hewan vertebrata.Pada reptil memiliki derivat epidermis

khusus berupa sisik , sisik inilah yang menunjang sistem perlindungan tubuh eksternal

hewan reptil. Setelah mempelajari struktur histologis sistem integumen kami susun

makalah ini dengan harapan untuk memperdalam pengetahuan tentang sistem integumen

vertebrata khususnya pada sistem integumen reptil . Adapun bagian-bagian sistem

integumen reptil ini akan kami bahas di dalam makalah ini.

II. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana sistem integumen pada reptil?

III. TUJUAN

Mengetahui sistem integumen pada reptil

Page 2: 238155902-reptil

BAB II

ISI

SISTEM INTEGUMEN REPTIL

Integumen atau lapisan terluar dari tubuh, biasanya disebut dengan kulit. Bersama dengan

derivatnya, kulit membentuk sistem integument. Fungsi kulit terutama adalah untuk menutupi

dan melindungi jaringan yang berada di bawahnya, karena ini adalah bagian yang mengalami

kontak langsung dengan lingkungan (Weichert, 1959)

Secara umum, kulit reptile kasar, tebal, kering dan bersisik. Ia hampir tidak mempunyai

kelenjar-kelenjar. Kulit ini cocok untuk lingkungan darat yang mencegah kehilangan air (Jordan,

1983).

Integumen dari reptile terdiri dari dua lapisan utama, yaitu epidermis dan dermis.

Epidermis

Epidermis mengandung stratum korneum atau lapisan tanduk yang berkembang baik dan

melindungi reptile dari kekeringan (Jordan, 1983). Bercirikan keratin yang menutup secara

sempurna. Keratin adalah bahan yang sama yang menyusun rambut mamalia dan kuku/cakar

mamalia, aves dan reptile dan juga menyusun sisik. Keratin tersebut bisa tebal pada bagian perut

dan ekor, atau tipis, pada lipatan kulit longgar yang tergantung di leher (Kaplan, 2000)

Keratin tersusun dari sel-sel berlapis pipih yang sangat tipis. Semakin dekat dengan permukaan

reptile, semakin rapat dan padat susunan sel-sel tersebut karena mereka tertekan oleh sel keratin

yang baru dibentuk oleh lapisan di bawahnya , yaitu stratum germinativum. Epidermis terbagi

menjadi tiga lapisan, yaitu:

1. Stratum Korneum : Lapisan luar yang mengalami keratinasi, sel-selnya mati, dan tidak

mengandung sel- sel saraf dan pembuluh darah. Lapisan ini akan

ikut hilang apabila hewan berganti kulit

Page 3: 238155902-reptil

2. Zona Intermediet : Disebut juga zona transisi, yaitu wilayah dimana sel-sel berubah

bentuk menjadi pipih

3. Stratum Germinativum : Lapisan terdalam, mengandung sel-sel kuboid. Pada lapisan ini

sel mengalami mitosis yang membentuk sel-sel baru.

Gambar 1. Lapisan kulit pada tetrapoda (Weichert, 1959)

Pada saat ecdysis (berganti kulit), metabolism kulit aktif dan pada periode ini aktivitas

penyembuhan terjadi. Pada kondisi biasa (tidak sedang berganti kulit) kulit bersifat tidak aktif.

Pada saat ecdysis, mitosis pada stratum germinativum membentuk sel-sel baru (mitosis), sel-

sel yang baru dibentuk tersebut secara bertahap naik ke permukaan, menjadi semakin pipih. Pada

permukaan (stratum korneum/ lapisan bertanduk), sel-sel tersebut mati dan kehilangan

nukleusnya. Ecdysis ini diperlukan untuk menggantikan lapisan kulit yang mati tersebut.

Kulit reptile mengalami penyembuhan lebih lambat daripada kulit mamalia, sering

memakan waktu 6 minggu bagi kulit yang mengalami kerusakan untuk pulih secara total

(Kaplan, 2000)

Pada beberapa jenis reptile, misalnya kadal dan bunglon, di bawah stratum korneum

terdapat lapisan kromatofor. Kromatofor adalah sel-sel yang memberi warna sehingga beberapa

Page 4: 238155902-reptil

kadal dan ular bisa memiliki warna yang menarik. Mekanisme yang sebenarnya dari

pembentukan pola warna sebenarnya tidak diketahui. Beberapa kadal, misalnya bunglon,

merubah warna mereka sebagai respon atas lingkungan dengan cara mengkonsentrasikan dan

membubarkan granula pigmen. Pewarnaan ini dapat bersifat protektif (kamuflase dan

peringatan), merefleksikan status social, pengenalan seksual, atau mungkin penting untuk

regulasi suhu (Linzey, 2001)

Gambar 2. Warna pada bunglon (Anonim, tanpa tahun)

Gambar 3. Tiga tahap konsentrasi dan disperse dari pigmen kromatopor pada kulit

vertebrata tertentu. A. pigmen terkonsentrasi pada tengah sel. B. Kondisi intermediate. C.

pigmen terdispersi/bubar dari sitoplasma kromatopor (Weichert, 1959)

Dermis

Dermis berada di bawah lapisan epidermis. Dermis merupakan lapisan tebal yang berkembang

dengan baik dan mengandung jaringan ikat,serabut otot, pembuluh darah dan syaraf (Jordan,

Page 5: 238155902-reptil

1983). Pada beberapa reptile, ada banyak tulang-tulang kecil yang disebut osteoderm. Osteoderm

ini membentuk sisik khas contohnya pada crocodilian (Kaplan, 2000) dan kura-kura (Linzey,

2001)

Derivat kulit

1. Kelenjar

Reptil mempunyai kulit kasar dan bersisik yang teradaptasi untuk hidup di darat. Pada

reptile hampir tidak mempunyai kelenjar-kelenjar integument. Integument pada Reptilia

umumnya tidak mengandung kelenjar keringat Kelenjar integument yang ada pada reptile,

adalah kelenjar bau yang mensekresikan subtansi yang berbau kuat yang mungkin menjijikkan

bagi predator dan berguna untuk pengenalan seksual (feromon) selama berkembang biak

(Linzey, 2001)

2. Sisik epidermis

Tubuh reptil umumnya tertutupi oleh sisik-sisik yang beraneka bentuk, terkecuali anggota

suku Amphisbaenidae yang tak bersisik. Sisik-sisik itu dapat berukuran amat halus, seperti

halnya sisik-sisik yang menutupi tubuh cecak, atau pun berukuran besar seperti yang dapat kita

amati pada tempurung kura-kura. Sisik-sisik tersebut merupakan derivat atau modifikasi dari

lapisan epidermis sehingga sisik pada reptil berbeda dengan sisik pada ikan yang merupakan

struktur dari lapisan dermis dan terkadang dilengkapi dengan pelat-pelat tulang di lapisan

bawahnya, yang dikenal sebagai osteoderm.

Gambar 4. Bagian-bagian kulit reptil yang memperlihatkan sisik epidermis (Hickman, 2001: 564)

Page 6: 238155902-reptil

Sisik pada reptile dapat dibagi menjadi dua tipe umum:

1. Pada ular dan kadal

Sisik pada ular dan kadal tubuh tertutup oleh sisik yang berkembang dari stratum

korneum (Linzey, 2001). Sisik tersebut saling tumpang tindih (Weichert, 1959). Pada

ular, tubuhnya dilapisi oleh sisik berbentuk seperti wajik kecil pada bagian atas dan

persegi panjang pada bagian bawah.

Gambar 5. Sisik epidermis yang saling tumpang tindih pada ular (Weichert,

1959)

Beberapa ular memiliki sisik pipih yang lebar, yang dikenal sebagai scute, pada

bagian bawah perutnya untuk membantu dalam pergerakan (Linzey, 2001). Scute

membantu ular untuk bergerak dengan mengait pada batu, cabang pohon atau benda lain

di tanah.

Gambar 6. Scute pada ular (Harding, 2000) Gambar 7. Sisik ular dan scute pada ular.

(Anonim)

Page 7: 238155902-reptil

Ular dan kadal secara periodik mengalami ecdysis. Sebelumnya terbentuk sisik

yang baru di bawah sisik yang lama. Lapisan korneal mengelupas seluruhnya dan pada

ular bagian dalam keluar untuk menggantikannya. Frekuensi shedding (pergantian kulit)

bergantung pada faktor misalnya jumlah makanan yang dimakan dan aktivitas kelenjar

tiroid dan lobus anterior dari kelenjar pituitary (Weitcher, 1959)

Gambar 8 Ecdysis pada kadal. Kebanyakan kadal melepaskan kulit mereka

dalam beberapa pecahan/potongan, namun ular yang sehat melepas kulit mereka dalam

satu pecahan

Modifikasi special dari sisik epidermis kadal dan ular termasuk tanduk pada

kadal bertanduk (horned lizard) dan rattle (kerincingan) pada rattlesnake (ular derik),

Rattle terbuat dari rangkaian sisik tua dan kering yang menempel satu sama lain secara

longgar dalam suatu rangkaian (Weitcher, 1959)

Page 8: 238155902-reptil

Gambar 9. Horned Lizard (Anonim,) Gambar 10. Ular derik (Anonim)

Gambar 11 Rattle pada ular derik (Anonim) Gambar 12. Rattle diagramatik

(Weichert,1959)

Banyak kadal yang dapat memanjat pada permukaan vertikal menggunakan kuku

mereka yang tajam. Beberapa kadal pemanjat, seperti cicak menggunakan sistem

perlekatan “kering” pada jari kaki mereka untuk membantu saat memanjat pada

Page 9: 238155902-reptil

permukaan halus yang curam dan ketika bergantung (Catmill, 1985). Pada bagian bawah

jari kaki, terdapat kira-kira 20 sisik (lamella) lebar yang saling tumpang tindih dan

mengandung banyak bulu (setae) kecil yang terbuat dari keratin (Ruibal dan Ernst, 1965;

Ernst dan Ruibal, 1966). Lebih dari 150.000 setae terdapat dalam permukaan masing-

masing lamella. Setae ini sangat kecil sehingga interaksinya dengan permukaan

memungkinkan cicak untuk menempel pada permukaan.

Gambar 13 Modifikasi stratum korneum pada kadal. (a) Jari kaki pada kadal

pemanjat misalnya cicak menggunakan system perlekatan “kering” untuk membantu

ketika memanjat pada permukaan curam yang licin dan ketika bergantung. (b) Lamela

pada jari kaki yang mengandung banyak setae, yang bagian ujung distalnya

meenghasilkan bulu.

2. Pada kura-kura dan crocodilian

Page 10: 238155902-reptil

Sisik epidermis kura-kura menutupi plastron dan karapaks. Pada kura-kura,

cangkang pada pelat dermal (gambar a, b) tertutup oleh lapisan bertanduk dan mengalami

keratinasi (yang disebut shields atau pelindung) (gambar c,d)

Gambar 14 Atas: Tulang dermal membentuk karapaks (a) dan plastron (b) pada kura-

kura. Bawah: Sisik epidermis menutupi karapaks (a) dan plastron (b) pada kura-kura (Linzey,

2001)

Bagian dermis kura-kura merupakan pelat/lempeng tulang dermal (osteoderm).

Lengkungan cangkang pada bagian dorsal disebut karapaks, sedangkang bagian ventral bagian

yang datar disebut plastron. Keduanya disatukan oleh struktur tulang yang disebut jembatan

lateral. (Linzey, 2001)

Pada kura-kura masing-masing sisik epidermis berkembang secara terpisah, jadi

sisik tersebut tidak membentuk lembaran/lapisan yang solid. Jumlah dan aransemen sisik

epidermis pada tubuh biasanya spesifik pada tiap jenis dan digunakan untuk klasifikasi (Linzey,

2001)

Page 11: 238155902-reptil

Gambar 15. Aransemen sisik pada karapaks kura-kura kayu (Weichert, 2001)

Pada beberapa kura-kura, sisik tua mengalami pengelupasan, namun pada jenis yang lain,

sisik tersebut tetap ada dan memberi cangkang tekstur yang kasar (Linzey, 2001).

Pada crocodilian, sisik epidermisnya menutupi seluruh tubuh pada sisi lateral, ventral,

dan ekor. Pada crocodilian, lapisan dermis tebal dan lembut kecuali pada bagian dorsal dan

tenggorokan dimana ada lempeng tulang (osteoderm) di bawah sisik epidermis. Lempeng dermal

kecil dan tidak bergabung satu sama lain. Lempeng dermal kecil juga nampak pada beberapa

kadal dan ular. (Weichert, 1959)

Gambar 16. Aransemen sisik pada leher dan area bahu dari alligator (Weichert, 1959)

Page 12: 238155902-reptil

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Secara umum, kulit reptile kasar, tebal, kering dan bersisik. Ia hampir tidak mempunyai

kelenjar-kelenjar. Kulit ini cocok untuk lingkungan darat yang mencegah kehilangan air..

Integumen dari reptile terdiri dari dua lapisan utama, yaitu epidermis dan dermis. Epidermis

terdiri dari stratum korneum, daerah transisi dan stratum germinativum. Reptil mengalami

ecdysis atau pergantian kulit, dimana sel-sel yang dibentuk pada stratum germinativum

menggantikan sel-sel stratum korneum yang mati. Dermis pada reptile mengandung jaringan

ikat, otot, pembuluh darah dan syaraf. Selain itu, pada dermis reptile juga ada kromatofor yang

membuat warna lebih menarik dan lempeng dermal (osteoderm) pada beberapa jenis reptile

misalnya pada kura-kura dan crocodilian.

Pada reptile terdapat derivate yaitu kelenjar dan sisik. Reptil hampir tidak memiliki

kelenjar, kelanjar yang ada hanya kelenjar bau yang melindunginya dari predator dan untuk

pengenalan seksual (feromon). Sisik pada reptile dapat dibagi menjadi dua tipe utama, yaitu yang

nampak pada kadal dan ular, berupa modifikasi dari stratum korneum yang saling tumpang tindih

satu sama lain. Pada kadal terdapat modifikasi khusus yaitu kaki untuk memanjat pada kadal

pemanjat misalnya cicak dan tanduk pada kadal bertanduk (horned lizard), sedangkan modifikasi

khusus pada ular misalnya rattle pada ekor ular derik. Tipe kedua adalah sisik pada kura-kura

dan crocodilian. Keduanya mempunyai lempeng dermal (osteoderm) pada lapisan dermis dan

sisik epidermis yang menutupi seluruh tubuh.

Page 13: 238155902-reptil

DAFTAR RUJUKAN

Anonim. Reptilia (online) Diakses pada tanggal 10 Maret 2014 dari

http://fitrianiulfatus.files.wordpress.com

Anonim 2013. Sistem Integumen. (online) Diakses pada tanggal 10 Maret 2014 dari

himbiounpad.files.wordpress.com

Anonim. Snakes. (online) Diakses pada tanggal 10 Maret 2014 dari http://dnr.wi.gov

Anonim. Horn Toad Face. Diakses pada tanggal 10 Maret 2014 dari www.kingsnake.com

Harding, J.H. 2000. Amphibians and Reptile of the Great Lakes Region. University of Michigan

Press, Ann Arbor. (online) Diakses pada tanggal 10 Maret 2014 dari

www.michherp.org

Jordan, E.L dan Verma P.S. Chordate Zoology and Animal Physiology. New Delhi: S. Chand

and Company Ltd

Kaplan, Melissa. 2000. Reptile Skin Basics: Construction, Infection, and Color. (online)

Diakses pada 9 Maret 2014 dari http://www.anapsid.org/basicdermatology.html

Linzey, Donald. 2001. Vertebrata Biology. Singapura: McGraw-Hill Higher Education.

Weichert, Charles K. 1959. Elements of Chordate Anatomy. New York, Toronto, London:

McGraw-Hill Book Company, Inc.