22602914 aplikasi metode numerik dengan metode simpson

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring pesatnya perkembangan teknologi dan kemajuan zaman, maka diperlukan suatu produk dengan ketelitian dan akurasi tinggi, dan waktu pengerjaan yang singkat. Begitu juga dengan permasalahan dalam bidang ilmu pengetahuan fisika murni maupun terapan, bidang rekayasa teknik metalurgi, mesin, elektro, sipil dan lain-lain dituntut hal yang sama, dimana dalam suatu perhitungan dengan data numerik membutuhkan ketelitian dan akurasi yang cukup baik. Pada saat teknologi informasi belum ada atau boleh dikatakan belum maju pesat, para praktisi dan profesional di bidang rekayasa teknik dan sain menganalisa dengan perhitungan manual. Simplifikasi digunakan dimana struktur yang sangat kompleks disederhanakan menjadi struktur yang lebih sederhana. Artinya akan terjadi perbedaan dari suatu permodelan dengan kondisi aktual. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesulitan dalam analisa. Adanya perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat pada saat ini mendorong para praktisi untuk mengembangkan cara baru agar pekerjaan analisa dapat dilakukan dengan lebih baik dan lebih efektif. Metode kalkulasi dengan matriks dapat dilakukan dengan mudah menggunakan teknologi informasi. Sudah banyak persoalan di bidang teknik maupun sain yang dapat diselesaikan dengan menggunakan permodelan matematika. Sering kali permodelan matematika tersebut muncul dalam bentuk yang tidak ideal, sehingga tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan metode analitik untuk mendapatkan solusi sejatinya (exact solution). 1

Upload: billy-einstein

Post on 24-Nov-2015

110 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Seiring pesatnya perkembangan teknologi dan kemajuan zaman,

    maka diperlukan suatu produk dengan ketelitian dan akurasi tinggi, dan

    waktu pengerjaan yang singkat. Begitu juga dengan permasalahan dalam

    bidang ilmu pengetahuan fisika murni maupun terapan, bidang rekayasa

    teknik metalurgi, mesin, elektro, sipil dan lain-lain dituntut hal yang sama,

    dimana dalam suatu perhitungan dengan data numerik membutuhkan

    ketelitian dan akurasi yang cukup baik. Pada saat teknologi informasi

    belum ada atau boleh dikatakan belum maju pesat, para praktisi dan

    profesional di bidang rekayasa teknik dan sain menganalisa dengan

    perhitungan manual. Simplifikasi digunakan dimana struktur yang sangat

    kompleks disederhanakan menjadi struktur yang lebih sederhana. Artinya

    akan terjadi perbedaan dari suatu permodelan dengan kondisi aktual. Hal

    ini dilakukan untuk menghindari kesulitan dalam analisa.

    Adanya perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat pada

    saat ini mendorong para praktisi untuk mengembangkan cara baru agar

    pekerjaan analisa dapat dilakukan dengan lebih baik dan lebih efektif.

    Metode kalkulasi dengan matriks dapat dilakukan dengan mudah

    menggunakan teknologi informasi. Sudah banyak persoalan di bidang

    teknik maupun sain yang dapat diselesaikan dengan menggunakan

    permodelan matematika. Sering kali permodelan matematika tersebut

    muncul dalam bentuk yang tidak ideal, sehingga tidak dapat diselesaikan

    dengan menggunakan metode analitik untuk mendapatkan solusi sejatinya

    (exact solution).

    1

  • Jika persoalan-persoalan yang kita hadapi tidak dapat diselesaikan

    dengan metode permodelan matematika metode analitik menggunakan

    dalil-dalil kalkulus, maka solusinya dapat diperoleh dengan metode

    numerik. Metode numerik secara harfiah berarti suatu cara berhitung

    dengan menggunakan angka-angka, sedangkan secara istilah metode

    numerik adalah teknik yang digunakan untuk memformulasikan persoalan

    matematik sehingga dapat diselesaikan dengan operasi aritmatika biasa.

    Dengan menggunakan metode numerik, solusi exact dari persoalan

    yang dihadapi tidak akan diperoleh. Metode numerik hanya bisa

    memberikan solusi yang mendekati atau menghampiri solusi sejati

    sehingga solusi numerik dinamakan juga solusi hampiran ( approximation

    solution). Pendekatan solusi ini tentu saja tidak tepat sama dengan solusi

    sejati, sehingga ada selisih antara keduanya. Solusi tersebut disebut solusi

    galat (error). Semakin kecil galat yang diperoleh berarti semakin dekat

    solusi hampiran yang diperoleh dengan solusi sejatinya.

    1.2 Tujuan

    Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mempermudah

    pemahaman prinsip dasar mengenai integrasi numerik khususnya dengan

    menggunakan Aturan Simpson sehingga dalam pengaplikasiannya di

    lapangan menjadi lebih mudah dan akurat.

    2

  • BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Integrasi Numerik

    Gambar 1 Integral Suatu Fungsi

    Integral suatu fungsi adalah operator matematik yang

    dipresentasikan dalam bentuk:

    dxxfI =b

    a)(

    dan merupakan integral suatu fungsi f (x) terhadap variabel x dengan

    batas-batas integrasi adalah dari x = a sampai x = b. Seperti pada Gambar

    1 dan persamaan di atas yang dimaksud dengan integral adalah nilai total

    atau luasan yang dibatasi oleh fungsi f (x) dan sumbu-x, serta antara batas

    x = a dan x = b. Dalam integral analitis, persamaan (7.1) dapat diselesaikan

    menjadi:

    3

  • [ ] )()()()( bab

    aaFbFxFdxxf ==

    dengan F (x) adalah integral dari f (x) sedemikian sehingga F ' (x) = f (x).

    Sebagai contoh:

    .9)0(31)3(

    31

    31 33

    3

    0

    33

    0

    2=

    =

    = xdxx

    Integral numerik dilakukan apabila:

    1) Integral tidak dapat (sukar) diselesaikan secara analisis.

    2) Fungsi yang diintegralkan tidak diberikan dalam bentuk analitis, tetapi secara numerik dalam bentuk angka (tabel).

    Metode integral numerik merupakan integral tertentu yang

    didasarkan pada hitungan perkiraan. Hitungan perkiraan tersebut

    dilakukan dengan fungsi polinomial yang diperoleh berdasar data tersedia.

    Bentuk paling sederhana adalah apabila tersedia dua titik data yang dapat

    dibentuk fungsi polinomial order satu yang merupakan garis lurus (linier).

    Seperti pada Gambar 2a, akan dihitung:

    dxxfI =b

    a)(

    yang merupakan luasan antara kurva f (x) dan sumbu-x serta antara x = a

    dan x = b, bila nilai f (a) dan f (b) diketahui maka dapat dibentuk fungsi

    polinomial order satu f1(x).

    Dalam gambar tersebut fungsi f (x) didekati oleh f1(x), sehingga

    integralnya dalam luasan antara garis f1(x) dan sumbu-x serta antara x = a

    dan x = b. Bidang tersebut merupakan bentuk trapesium yang luasannya

    dapat dihitung dengan rumus geometri, yaitu:

    4

  • 2)()()( bfafabI +=

    Dalam integral numerik, pendekatan tersebut dikenal dengan

    metode trapesium. Dengan pendekatan ini integral suatu fungsi adalah

    sama dengan luasan bidang yang diarsir (Gambar 2), sedang kesalahannya

    adalah sama dengan luas bidang yang tidak diarsir.

    Apabila hanya terdapat dua data f (a) dan f (b), maka hanya bisa

    dibentuk satu trapesium dan cara ini dikenal dengan metode trapesium satu

    pias. Jika tersedia lebih dari dua data, maka dapat dilakukan pendekatan

    dengan lebih dari satu trapesium, dan luas total adalah jumlah dari

    trapesium-trapesium yang terbentuk. Cara ini dikenal dengan metode

    trapesium banyak pias. Seperti pada Gambar 2b, dengan tiga data dapat

    dibentuk dua trapesium, dan luas kedua trapesium (bidang yang diarsir)

    adalah pendekatan dari integral fungsi. Hasil pendekatan ini lebih baik dari

    pada pendekatan dengan satu pias. Apabila digunakan lebih banyak

    trapesium hasilnya akan lebih baik.

    Fungsi yang diintegralkan dapat pula didekati oleh fungsi

    polinomial dengan order lebih tinggi, sehingga kurva yang terbentuk tidak

    lagi linier, seperti dalam metode trapesium, tetapi kurva lengkung. Seperti

    pada Gambar 2c, tiga data yang ada dapat digunakan untuk membentuk

    polinomial order tiga. Metode Simpson merupakan metode integral

    numerik yang menggunakan fungsi polinomial dengan order lebih tinggi.

    5

  • Metode Simpson 1/3 menggunakan tiga titik data (polinomial order dua)

    dan Simpson 3/8 menggunakan empat titik data (polinomial order tiga).

    Jarak antara titik data tersebut adalah sama.

    Gambar 2 Metode Integral Numerik

    Metode numerik merupakan teknik yang digunakan untuk

    memformulasikan persoalan matematik sehingga dapat dipecahkan dengan

    operasi hitungan/aritmatika biasa. Solusi angka yang didapatkan dari

    metode numeric adalah solusi yang mendekati nilai sebenarnya/solusi

    pendekatan (approximation) dengan tingkat ketelitian yang kita inginkan.

    Karena tidak tepat sama dengan solusi sebenarnya, ada selisih diantara

    keduanya yang kemudian disebut galat/error. Metode numeric dapat

    menyelesaikan persoalan didunia nyata yang seringkali non linier, dalam

    bentuk dan proses yang sulit diselesaikan dengan metode analitik.

    Metode numerik juga merupakan piranti utama yang dipakai

    ilmuwan dalam mencari pendekatan jawaban untuk integral tentu yang

    tidak bisa diselesaikan secara analitik. Pada bidang statistika termodinamik,

    model Debye untuk menghitung kapasitas panas dari benda memenuhi

    fungsi:

    saat tidak ada pernyataan analitik untuk (x) , integrasi numerik harus

    digunakan untuk mencari nilai pendekatannya. Sebagai contoh, nilai (5)

    adalah area dibawah kurva y=f(t)=t3/(et-1) untuk 0 t 5.

    6

  • Tujuan dari pembahasan materi ini adalah untuk memahami prinsip

    prinsip dasar integrasi numerik. Sasaran dasarnya adalah pendekatan

    integral tentu f(x) pada selang a_ x_b dengan sejumlah titik-titik sampel

    (sample nodes), (x0,f0), (x1,f1), (x2,f2),., (xM,fM) dengan f k=f(xk).

    Rumus pendekatan berbentuk:

    Nilai-nilai 0, 1,, M berupa konstanta atau bobot. Tergantung

    pada penerapan yang diinginkan, simpul-simpul xk dipilih dalam berbagai

    cara. Untuk aturan Trapesium, Simpson, dan aturan Boole, simpul-simpul

    xk=a+hk dipilih berjarak sama. Untuk integrasi Gauss-Legendre simpul-

    simpul dipilih berupa titik-titik nol dari polinom-polinom Legendre

    tertentu. Bilamana formula integrasi dipakai menurunkan suatu algoritma

    eksplisit untuk memecahkan persamaan diferensial, simpul-simpul

    semuanya dipilih lebih kecil dari b. Beberapa formula umum yang

    berdasarkan pada interpolasi polinom disebut formula integrasi Newton

    Cotes. Ketika titik sample x0=0 dan xM=b digunakan dalam formula,

    formula tersebut dinamakan formula Newton Cotes tertutup.

    7

  • Berikut ini adalah beberapa metode integrasi numerik yang popular

    digunakan:

    a. Trapezoidal Rule (Aturan Trapesium)

    Simplicity, Optimal for improrer integrals, Needs a large

    number of sub intervals for good accuracy.

    b. Simpsons 1/3 Rule

    Simplicity. Higher accuracy than trapezoidal rule, Even

    number of interval only.

    c. Multiple -application Simpsons 1/3 Rule.

    d. Simpsons 3/8 Rule.

    e. Newton Cotes.

    f. Romberg Integration.

    g. Gauss Quadrature.

    2.2 Metode Integrasi Simpson

    Di samping menggunakan rumus trapesium dengan interval yang

    lebih kecil, cara lain untuk mendapatkan perkiraan yang lebih teliti adalah

    menggunakan polinomial order lebih tinggi untuk menghubungkan titik-

    titik data. Misalnya, apabila terdapat satu titik tambahan di antara f (a) dan

    f (b), maka ketiga titik dapat dihubungkan dengan fungsi parabola

    (Gambar 3a). Apabila terdapat dua titik tambahan dengan jarak yang sama

    antara f (a) dan f (b), maka keempat titik tersebut dapat dihubungkan

    dengan polinomial order tiga (Gambar 3b). Rumus yang dihasilkan oleh

    8

  • integral di bawah polinomial tersebut dikenal dengan metode (aturan)

    Simpson.

    Gambar 3 Aturan Simpson

    2.2.1 Aturan-Aturan Simpson

    2.2.1.1 Aturan Simpson 1/3

    Gambar 4 Penurunan metode Simpson

    9

  • Di dalam aturan Simpson 1/3 digunakan

    polinomial order dua (persamaan parabola) yang

    melalui titik f (xi 1), f (xi) dan f (xi + 1) untuk

    mendekati fungsi. Rumus Simpson dapat

    diturunkan berdasarkan deret Taylor. Untuk itu,

    dipandang bentuk integral berikut ini.

    dxxfxI =x

    a)()(

    (persamaan 1)

    Apabila bentuk tersebut didiferensialkan

    terhadap x, akan menjadi:

    )()()(' xfdx

    xdIxI ==

    (persamaan 2)

    Dengan memperhatikan Gambar 4 dan persamaan

    (2) maka persamaan deret Taylor adalah:

    )(''!3

    )('!2

    )()()()( i3

    i

    2

    iii1i xfxxfxxfxxIxxIxI +++=+=+

    )()('''!4

    5i

    4

    xOxfx ++

    (persamaan 3)

    )(''!3

    )('!2

    )()()()( i3

    i

    2

    iii1i xfxxfxxfxxIxxIxI +==

    )()('''!4 5

    i

    4

    xOxfx +

    (persamaan 4)

    10

  • Pada Gambar 4, nilai I (xi + 1) adalah luasan

    dibawah fungsi f (x) antara batas a dan xi + 1.

    Sedangkan nilai I (xi 1) adalah luasan antara batas

    a dan I (xi 1). Dengan demikian luasan di bawah

    fungsi antara batas xi 1 dan xi + 1 yaitu (Ai), adalah

    luasan I (xi + 1) dikurangi I (xi 1) atau persamaan

    (3) dikurangi persamaan (4).

    Ai = I (xi + 1) I (xi 1)

    Atau

    )()(''3

    )(2 5i3

    ii xOxfxxfxA ++=

    (persamaan 5)

    Nilai f ''(xi) ditulis dalam bentuk diferensial

    terpusat:

    )(

    )()(2)()('' 22

    1ii1ii xOx

    xfxfxfxf +

    +=

    +

    Kemudian bentuk diatas disubstitusikan ke dalam

    persamaan 5. Untuk memudahkan penulisan,

    selanjutnya notasi f (xi) ditulis dalam bentuk fi,

    sehingga persamaan 5 menjadi:

    )()(3

    )2(3

    2 523

    1ii1iii xOxOxfffxfxA ++++= +

    atau

    11

  • )()4(3

    51ii1ii xOfff

    xA +++= +

    (persamaan 6)

    Persamaan 6 dikenal dengan metode Simpson 1/3.

    Diberi tambahan nama 1/3 karena x dibagi

    dengan 3. Pada pemakaian satu pias, 2

    abx = ,

    sehingga persamaan 6 dapat ditulis dalam bentuk:

    [ ])()(4)(6i

    bfcfafabA ++=

    (persamaan 7)

    dengan titik c adalah titik tengah antara a dan b.

    Kesalahan pemotongan yang terjadi dari metode

    Simpson 1/3 untuk satu pias adalah:

    )(''''901 5

    t fx=

    Oleh karena 2

    abx = , maka:

    )(''''2880

    )( 5t fab =

    Contoh soal:

    Hitung ,dxeI =4

    0

    x dengan aturan Simpson 1/3.

    Penyelesaian:

    12

  • Dengan menggunakan persamaan 7 maka luas

    bidang adalah:

    [ ] .7696,56)4(6

    04)()(4)(6

    420i =++

    =++

    = eeebfcfafabA

    Kesalahan terhadap nilai eksak:

    %.917,5%100598150,53

    7696,56598150,53t =

    =

    2.2.1.2 Aturan Simpson 1/3 dengan banyak pias

    Seperti dalam metode trapesium, metode

    Simpson dapat diperbaiki dengan membagi luasan

    dalam sejumlah pias dengan panjang interval yang

    sama (Gambar 5):

    nabx =

    dengan n adalah jumlah pias.

    Gambar 5 Metode Simpson dengan banyak

    pias

    13

  • Luas total diperoleh dengan menjumlahkan semua

    pias, seperti pada Gambar 5.

    +++=

    b

    a1n31 ...)( AAAdxxf

    (persamaan 8)

    Dalam metode Simpson ini jumlah interval adalah

    genap. Apabila persamaan 6 disubstitusikan ke

    dalam persamaan 8 akan diperoleh:

    )4(3

    ...)4(3

    )4(3

    )( n1n2nb

    a321210 fff

    xfffxfffxdxxf +++ ++++++=

    atau

    +++=

    =

    =

    b

    a

    2n

    2ii

    1n

    1ii )(2)(4)()(3

    )( xfxfbfafxdxxf

    (persamaan 9)

    Seperti pada Gambar 5, dalam penggunaan

    metode Simpson dengan banyak pias ini jumlah

    interval adalah genap. Perkiraan kesalahan yang

    terjadi pada aturan Simpson untuk banyak pias

    adalah:

    ''''180

    )(4

    5

    a fnab

    =

    dengan ''''f adalah rerata dari turunan keempat

    untuk setiap interval.

    Contoh soal:

    14

  • Hitung ,dxeI =4

    0

    x dengan metode Simpson

    dengan x = 1.

    Penyelesaian:

    Dengan menggunakan persamaan 9 maka luas

    bidang adalah:

    .863846,53]2)(4[31 23140

    =++++= eeeeeI

    Kesalahan terhadap nilai eksak:

    .%5,0%100598150,53

    863846,53598150,53t =

    =

    2.2.1.3 Metode Simpson 3/8

    Metode Simpson 3/8 diturunkan dengan

    menggunakan persamaan polinomial order tiga

    yang melalui empat titik.

    dxxfdxxfI =b

    a3

    b

    a)()(

    Dengan cara yang sama pada penurunan

    aturan Simpson 1/3, akhirnya diperoleh:

    [ ])()(3)(3)(83

    3210 xfxfxfxfxI +++=

    (persamaan 10)

    15

  • dengan:

    3abx =

    Persamaan 10 disebut dengan metode

    Simpson 3/8 karena x dikalikan dengan 3/8.

    Metode Simpson 3/8 dapat juga ditulis dalam

    bentuk:

    [ ]8

    )()(3)(3)()( 3210 xfxfxfxfabI +++=

    (persamaan 11)

    Metode Simpson 3/8 mempunyai kesalahan

    pemotongan sebesar:

    )(''''803 3

    t fx=

    (persamaan 12a)

    Mengingat 3

    abx = , maka:

    )(''''6480

    )( 5t fab =

    (persamaan 12b)

    Metode Simpson 1/3 biasanya lebih

    disukai karena mencapai ketelitian order tiga dan

    hanya memerlukan tiga titik, dibandingkan

    metode Simpson 3/8 yang membutuhkan empat

    titik. Dalam pemakaian banyak pias, metode

    Simpson 1/3 hanya berlaku untuk jumlah pias

    genap. Apabila dikehendaki jumlah pias ganjil,

    maka dapat digunakan metode trapesium. Tetapi

    metode ini tidak begitu baik karena adanya

    16

  • kesalahan yang cukup besar. Untuk itu kedua

    metode dapat digabung, yaitu sejumlah genap pias

    digunakan metode Simpson 1/3 sedang 3 pias

    sisanya digunakan metode Simpson 3/8.

    Contoh soal:

    Dengan aturan Simpson 3/8 hitung dxeI =4

    0

    x .

    Hitung pula integral tersebut dengan

    menggunakan gabungan dari metode Simpson 1/3

    dan 3/8, apabila digunakan 5 pias dengan x =

    0,8.

    Penyelesaian:

    a) Metode Simpson 3/8 dengan satu piasIntegral dihitung dengan menggunakan

    persamaan (11):

    [ ]8

    )()(3)(3)()( 3210 xfxfxfxfabI +++=

    .07798,558

    )33()04(46667,23333,10

    =

    +++=

    eeeeI

    Besar kesalahan adalah:

    .%761,2%10059815,53

    07798,55598150,53t =

    =

    17

  • b) Apabila digunakan 5 pias, maka data untuk kelima pias tersebut adalah:

    f (0) = e0 = 1 f (2,4) = e2,4 =

    11,02318.

    f (0,8) = e0,8 = 2,22554 f (3,2) = e3,2 =

    24,53253.

    f (1,6) = e1,6 = 4,9530 f (4) = e4 =

    54,59815.

    Integral untuk 2 pias pertama dihitung dengan

    metode Simpson 1/3 (persamaan 7):

    [ ])()(4)(6i

    bfcfafabA ++=

    .96138,3)95303,4)22554,24(1(66,1

    =++=I

    Tiga pias terakhir digunakan aturan Simpson

    3/8:

    [ ]8

    )()(3)(3)()( 3210 xfxfxfxfabI +++=

    .86549,498

    )59815,54)53253,243()02318,113(95303,4(4,2 =+++=I

    Integral total adalah jumlah dari kedua hasil

    diatas:

    .826873,5386549,4996138,3 =+=I

    Kesalahan terhadap nilai eksak:

    18

  • %.427,0%10059815,53

    826873,53598150,53t =

    =

    2.2.2 Algoritma Metode Integrasi Simpson

    (1) Definisikan y=f(x)

    (2) Tentukan batas bawah (a) dan batas atas integrasi (b)

    (3) Tentukan jumlah pembagi n

    (4) Hitung h=(b-a)/n

    2.3 Pengaplikasian Integrasi Numerik

    2.3.1 Aturan Simpson Di Lapangan

    Masalah getaran sering dijumpai dalam kehidupan sehari-

    hari. Respons suatu struktur yang tergetar dapat diwakili oleh

    percepatan, kecepatan, atau perpindahan. Masalah yang dibahas

    dalam penelitian ini ialah mengenai bagaimana mengolah sinyal

    percepatan struktur menjadi respons lainnya dan menganalisis pola

    percobaan dari struktur tersebut.

    Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahapan. Pada tahap

    pertama telah dibuat program perubahan sinyal percepatan menjadi

    sinyal kecepatan dan perpindahan setelah dilakukan pengembangan

    19

  • program akuisisi data. Tahap kedua meliputi pembuatan program

    analisis pola percobaan untuk struktur sederhana dan percobaan

    modus getar skala laboratorium bagi struktur sederhana tersebut.

    Pada kedua tahapan, struktur uji yang berupa pelat tipis dianggap

    tetap berada dalam keadaan elastis. Sebagian subrutin-subrutin

    program pada tahap awal maupun program akuisisi dan

    pembacaannya digunakan untuk penelitian tahap kedua.

    Kajian tahap pertama memperlihatkan bahwa perpindahan

    dan kecepatan dapat diperhitungkan dari percepatannya yang

    diperoleh dengan bantuan satu peralatan penangkap sinyal dan

    percepatan. Hasil penelitian ini yang berupa program perubahan

    sinyal percepatan menjadi kecepatan dan perpindahan, juga

    digunakan untuk mendapatkan kecepatan dan perpindahan tanah

    dari satu rekaman percepatan tanah oleh satu strong motion

    accelerograph. Rekaman percepatan tanah tersebut didapat akibat

    adanya pergerakan tanah sewaktu gempa bumi terjadi. Teknik

    perolehan respons perpindahan dari sinyal percepatan tersebut

    dilakukan dalam 2 ranah, yaitu ranah waktu dan ranah frekuensi.

    Pendekatan dalam ranah waktu dilakukan dengan 2 teknik

    integrasi, yaitu formulasi Newton-Cotes dan Simpson. Kedua cara

    tersebut dikombinasikan dengan koreksi garis basis. Teknik

    koreksi garis basis yang digunakan ialah teknik waktu akhir nol.

    Ranah frekuensi didekati dengan bantuan algoritma

    transformasi Fourier cepat. Penerapan pada beberapa kasus studi

    memperlihatkan bahwa hasil perolehan perpindahan dalam ranah

    frekuensi memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan

    dengan perolehan dalam ranah waktu. Hasil perolehan dalam ranah

    frekuensi juga masih memperlihatkan beberapa kelemahan namun

    secara umum masih lebih baik daripada hasil dalam ranah waktu.

    Selain itu proses komputasi perolehan perpindahan dalam ranah

    20

  • frekuensi masih lebih cepat bila dibandingkan dengan proses dalam

    ranah waktu. Respons mekanik dapat mewakili perilaku mekanik

    dari sebuah struktur yang terkena suatu eksitasi gaya. Respons

    mekanik tersebut sangat dipengaruhi oleh parameter sistem

    dinamik struktur tersebut. Kajian tahun kedua meliputi penentuan

    parameter tersebut, yaitu pola getar, nilai-nilai frekuensi, dan

    nisbah redaman yang ada pada suatu struktur sederhana. Parameter

    dinamik ini dapat ditentukan melalui analisis pola percobaan pada

    struktur tersebut. Parameter tersebut ditentukan dalam 4 tahapan,

    yaitu pengujian data dan akuisisi data, penentuan fungsi respons

    frekuensi, penentuan parameter dinamik, dan penggambaran pola

    struktur. Untuk dapat melakukan tahap kedua dan ketiga,

    dikembangkan 2 program terpisah untuk setiap tahapnya. Hasil

    yang didapat melalui beberapa tahapan tersebut walau cukup baik

    masih memperlihatkan kelemahan sehingga masih harus dilakukan

    beberapa perbaikan program sebelum dapat digunakan untuk jenis

    struktur yang lebih kompleks. Program akuisisi dan osiloskop yang

    digunakan pada studi di tahap pertama dapat digunakan untuk

    mengukur respons lain denga bantuan jenis transducer lainnya dan

    amplifier yang bersesuaian. Jenis transducer dapat berupa

    transducer perpindahan, strain gauge, pressure transducer, atau

    yang lainnya.

    Program yang digunakan pada tahap kedua selain dapat

    diterapkan pada struktur pelat juga dapat diterapkan pada jenis

    struktur lainnya. Program yang digunakan pada tahap ketiga selain

    dapat diterapkan pada pelat tipis yang terbuat dari baja atau beton

    serat (fiber), dapat juga diterapkan pada pelat tipis dengan jenis

    bahan lain seperti tripleks. Selain itu program dapat juga digunakan

    untuk mengenali pengaruh ketidaksempurnaan perletakan tepat

    pada parameter yang didapat. Selain itu perluasan yang lebih jauh

    21

  • meliputi program analisis pola percobaan pada dek atau lantai

    jembatan konvensional. Kerusakan atau kelainan daya dukung

    fondasi dalam pembangunan suatu gedung atau struktur lainnya

    biasanya terjadi akibat kelalaian operator ataupun oleh kondisi

    tanah. Program pendeteksian kerusakan struktural seperti program

    analisis integritas tiang pancang beton atau tiang bor yang

    mencakup salah satu jenis analisis dinamika tiang pancang beton,

    dapat merupakan topik perluasan penelitian ini.

    BAB III

    22

  • PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Dalam dunia statistik khususnya matematika numerik terdapat

    berbagai macam teknik integrasi metode-metode numerik dalam

    pengaplikasiannya di dunia nyata salah satunya aturan simpson. Di dalam

    aturan simpson terdapat dua bagian yaitu aturan simpson 1/3 dan 3/8.

    Hampiran nilai integrasi yang lebih baik dapat ditingkatkan dengan

    menggunakan polinom interpolasi yang berderajat lebih tinggi. Misalkan

    fungsi f(x) dihampiri dengan polinom interpolasi derajat 2 yang grafiknya

    berbentuk parabola. Luas daerah yang dihitung sebagai hampiran nilai

    integrasi adalah daerah di bawah parabola, untuk itu dibutuhkan 3 buah

    titik data,misalkan (0,f(0)), (h,f(h)),(2h,f(2h)). Sedangkan untuk aturan

    simpson 3/8 dibutuhkan 4 buah titik dimana tingkat nilai dari integrasi

    cenderung lebih baik dari pada aturan simpson 1/3.

    3.2 Saran

    Dalam aturan simpson terdapat dua bagian yaitu 1/3 dan 3/8. kedua

    bagian aturan simpson ini dapat digunakan untuk diaplikasikan dalam

    permasalahan-permasalahn yang ada dan membutuhkan perhitungan

    secara numerik. Sebaiknya dalam menggunakan aturan simpson

    gunakanlah bagian yang kedua karena aturan simpson 3/8 membutuhkan 4

    buah titik yang tingkat nilai dari integritasnya cenderung lebih baik dari

    pada aturan simpson 1/3.

    DAFTAR PUSTAKA

    23

  • - mat.um.ac.id/eLearning/numerik/Integrasi/Simpson2.htm. Internet- Jack.2006. Buku ajar jurusan matematika, FMIPA,UNILA.- http://lecturer.eepis-its.edu/~amang/pdf/bab6tm.pdf. Internet- http://alifis.files.wordpress.com/2009/09/bab-iv-diferensiasi-integrasi-

    komputasi-nume.pdf. Internet

    24