22 nov 10 kep.dewasa 2 (bu.ros) askep dgn gguan sistem sensorineural pendengaran

52
1 ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM SENSORINEURAL (PENDENGARAN) A. ANATOMI FISIOLOGI TELINGA Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu : 1. Telinga Luar, terdiri dari : a. Pinna/Aurikel/Daun Telinga Pinna merupakan gabungan tulang rawan yang diliputi kulit, melekat pada sisi kepala. Pinna membantu mengumpulkan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. b. Liang Telinga/Kanalis Autikus Externus (KAE) Memiliki tulang rawan pada bagian lateral dan bertulang pada bagian medial, seringkali ada penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang rawan ini. Terdapat di KAE adalah sendi temporoman-dibular, yang dapat kita rasakan dengan ujung jari pada KAE ketika membuka dan menutup mulut. c. Kanalis Auditorius Exsternus

Upload: dessy-choerunnisa-suherman

Post on 12-Dec-2014

36 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

1

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM

SENSORINEURAL (PENDENGARAN)

A. ANATOMI FISIOLOGI TELINGA

Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

1. Telinga Luar, terdiri dari :

a. Pinna/Aurikel/Daun Telinga

Pinna merupakan gabungan tulang rawan yang diliputi kulit, melekat pada sisi

kepala. Pinna membantu mengumpulkan gelombang suara dan perjalanannya

sepanjang kanalis auditorius eksternus.

b. Liang Telinga/Kanalis Autikus Externus (KAE)

Memiliki tulang rawan pada bagian lateral dan bertulang pada bagian medial,

seringkali ada penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang rawan ini.

Terdapat di KAE adalah sendi temporoman-dibular, yang dapat kita rasakan

dengan ujung jari pada KAE ketika membuka dan menutup mulut.

c. Kanalis Auditorius Exsternus

Panjangnya sekitar 2,5 cm, kulit pada kanalis mengandung kelenjar glandula

seruminosa yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut juga serumen.

Serumen mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan kulit.

Kanalis Auditorius Eksternus akan berakhir pada membran timpani.

2. Telinga Tengah, terdiri dari :

a. Membran Timpani/Gendang Telinga membatasi telinga luar dan tengah.

Page 2: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

2

Merupakan suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncak-nya umbo mengarah

ke medial. Membrane timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis, lapisan fibrosa,

tempat melekatnya tangkai malleus dan lapisan mukosa di bagian dalamnya.

b. Kavum Timpani

Dimana terdapat rongga di dalam tulang temporal dan ditemu-kan 3 buah tulang

pendengaran yang meliputi :

1) Malleus, bentuknya seperti palu, melekat padagendang telinga.

2) Inkus, menghubungkan maleus dan stapes.

3) Stapes, melekat pda jendela oval di pintu masuk telinga dalam.

c. Antrum Timpani

Merupakan rongga tidak teratur yang agak luas terletak dibagian bawah samping

kavum timpani, antrum dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan dari lapisan

mukosa kavum timpani, rongga ini berhubunga dengan beberapa rongga kecil yang

disebut sellula mastoid yang terdapat dibelakang bawah antrum di dalam tulang

temporalis.

d. Tuba Auditiva Eustakhius

Dimana terdapat saluran tulang rawan yang panjangnya ± 3,7 cm berjalan miring

kebawah agak ke depan dilapisi oleh lapisan mukosa. Tuba Eustakhius adalah saluran

kecil yang memungkinkan masuknya udara luar ke dalam telinga.

3. Telinga Dalam, terdiri dari :

telinga dalam terdapat jauh didalam bagian petrous tulang temporal, didalamnya terdapat

organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis) dan saraf

cranial VII (nervus fasialis) dan nervus VIII (nervus kokleovestibularis).

B. FISIOLOGI PENDENGARAN

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh pinna dalam bentuk

gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang koklea. Getaran tersebut menggetarkan

membrane timpani, diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang

akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian

perbandingan lurus membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getaran tersebut akan

diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap lonjong sehingga perilimfe pada skala

vestibula bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong

endolimfe sehingga akan menimbulkan gerakan relative antara membran basalis dan

membrantektoria. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya

defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion

Page 3: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

3

bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini meimbulkan proses depolarisasi sel rambut

sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial

aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks

pendengaran di lobus temporalis.

C. PENGKAJIAN

1) Riwayat kesehatan sekarang

a. Keluhan utama klien : klien susah mendengar rangsangan suara

b. Riwayat penyakit sekarang

Keluarga klien mengatakan susah mendengar pesan/rangsangan suara. Ketika

berbicara dengan orang lain klien tidak mengerti terhadap pembicaraan, untuk lebih

mengerti klien sering meminta mengulangi pembicaraan.

2) Riwayat kesehatan masa lalu

Menurut kelurga klien, klien tidak pernah mengalami penyakit akut maupun kronis,

kecuali sakit deam, flu, batu-batuk ringan

D. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum :

a. Kesadaran

b. Tekan darah

c. Suhu badan

d. Pernafasan

e. Berat badan

2. Pengkajian sistem pendengaran

a. Daun telinga

Inspeksi :

- Daun telinga simestris kiri dan kanan

- Posisi telinga normal yaitu sebanding dengan titik puncak penempatan pada

lipatan luar mata

- Auditorius tidak bengkak

Palpasi :

- Tidak terdapat nyeri raba

- Tidak ada pembengkakan

Page 4: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

4

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan otoskopik

Menggunakan alat otoskop untuk memeriksa meatus akustikus eksternus dan membran

timpani dengan cara inspeksi :

Hasil :

- Serumen berwarna kuning, konsistensi kental

- Dinding liang telinga berwarna merah muda

2. Test ketajaman pendengaran

a. Test penyaringan sederhana

Hasil :

- Klien tidak bisa mendengar secara jelas angka-angka yang di sebutkan

- Klien tidak mendengar jelas suara detak jarum jam pada jarak 1-2 inchi

b. Uji rinne

Hasil :

- Klien tidak mendengar adanya getaran garpu tala dan tidak jelas mendengar

adanya bunyi dan saat bunyi menghilang

3. Tes Fungsi Pendengaran

a. Pemeriksaan audiometri

Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri. Alat ini

menghasilkan nada-nada murni dengan frekuensi melalui aerphon. Pada sestiap

frekuensi ditentukan intensitas ambang dan diplotkan pada sebuah grafik sebagai

prsentasi dari pendengaran normal. Hal ini menghasilkan pengukuran obyektif

derajat ketulian dan gambaran mengenai rentang nada yang paling terpengaruh.

1) Definisi

Audiometri berasal dari kata audir dan metrios yang berarti mendengar dan

mengukur (uji pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan untuk mengukur

ketajaman pendengaran, tetapi juga dapat dipergunakan untuk menentukan lokalisasi

kerusakan anatomis yang menimbulkan gangguan pendengaran.

Audiometri adalah subuah alat yang digunakan untuk mengtahui level

pendengaran seseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut dengan

audiometri, maka derajat ketajaman pendengaran seseorang da[at dinilai. Tes

audiometri diperlukan bagi seseorang yang merasa memiliki gangguan pendengeran

Page 5: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

5

atau seseorang yag akan bekerja pada suatu bidang yang memerlukan ketajaman

pendngaran.

Pemeriksaan audiometri memerlukan audiometri ruang kedap suara, audiologis

dan pasien yang kooperatif. Pemeriksaan standar yang dilakukan adalah :

a) Audiometri nada murni

Suatu sisitem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik yang dapat

menghasilkan bunyi nada-nada murni dari berbagai frekuensi 250-500, 1000-2000,

4000-8000 dan dapat diatur intensitasnya dalam satuan (dB). Bunyi yang dihasilkan

disalurkan melalui telepon kepala dan vibrator tulang ketelinga orang yang diperiksa

pendengarannya. Masing-masing untuk menukur ketajaman pendengaran melalui

hntaran udara dan hantran tulang pada tingkat intensitas nilai ambang, sehingga akan

didapatkankurva hantaran tulang dan hantaran udara. Dengan membaca audiogram ini

kita dapat mengtahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang. Gambaran

audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran normal dan berusia sekitar

20-29 tahun merupakan nilai ambang baku pendengaran untuk nada muri.Telinga

manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran frekwuensi 20-20.000 Hz.

Frekwensi dari 500-2000 Hz yang paling penting untuk memahami percakapan sehari-

hari.

Tabel berikut memperlihatkan klasifikasi kehilangan pendengaran

Kehilangan dalam Desibel Klasifikasi

0-15 Pendengaran normal

>15-25 Kehilangan pendengaran kecil

>25-40 Kehilangan pendengaran ringan

>40-55 Kehilangan pendengaran sedang

>55-70 Kehilangan pendenngaran sedang sampai berat

>70-90 Kehilangan pendengaran berat

>90 Kehilangan pendengaran berat sekali

Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran psien pada

stimulus nada murni. Nilai ambang diukur dengan frekuensi yang berbeda-beda.

Secara kasar bahwa pendengaran yang normal grafik berada diatas. Grafiknya terdiri

dari skala decibel, suara dipresentasikan dengan aerphon (air kondution) dan skala

Page 6: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

6

skull vibrator (bone conduction). Bila terjadi air bone gap maka mengindikasikan

adanya CHL. Turunnya nilai ambang pendengaran oleh bone conduction

menggambarkan SNHL.

b) Audiometri tutur

Audiometri tutur adalah system uji pendengaran yang menggunakan kata-kata terpilih

yang telah dibakukan, dituturkan melalui suatu alat yang telah dikaliberasi, untuk

mrngukur beberapa aspek kemampuan pendengaran. Prinsip audiometri tutur hampir

sama dengan audiometri nada murni, hanya disni sebagai alat uji pendengaran

digunakan daftar kata terpuilih yang dituturkan pada penderita. Kata-kata tersebut

dapat dituturkan langsung oleh pemeriksa melalui mikropon yang dihubungkan

dengan audiometri tutur, kemudian disalurkan melalui telepon kepala ke telinga yang

diperiksa pendengarannya, atau kata-kata rekam lebih dahulu pada piringan hitam atau

pita rekaman, kemudian baru diputar kembali dan disalurkan melalui audiometer tutur.

Penderita diminta untuk menirukan dengan jelas setip kata yang didengar, dan apabila

kata-kata yang didengar makin tidak jelas karena intensitasnya makin dilemahkan,

pendengar diminta untuk mnebaknya. Pemeriksa mencatata presentase kata-kata yang

ditirukan dengan benar dari tiap denah pada tiap intensitas. Hasil ini dapat

digambarkan pada suatu diagram yang absisnya adalah intensitas suara kata-kata yang

didengar, sedangkan ordinatnya adalah presentasi kata-kata yanag diturunkan dengan

benar. Dari audiogram tutur dapat diketahui dua dimensi kemampuan pendengaran

yaitu :

Kemampuan pendengaran dalam menangkap 50% dari sejumlah kata-kata

yang dituturkan pada suatu intensitas minimal dengan benar, yang lazimnya

disebut persepsi tutur atau NPT, dan dinyatakan dengan satuan de-sibel (dB).

Kemamuan maksimal perndengaran untuk mendiskriminasikan tiap satuan

bunyi (fonem) dalam kata-kata yang dituturkan yang dinyatakan dengan nilai

diskriminasi tutur atau NDT. Satuan pengukuran NDT itu adalah persentasi

maksimal kata-kata yang ditirukan dengan benar, sedangkan intensitas suara

barapa saja. Dengan demikian, berbeda dengan audiometri nada murni pada

audiometri tutur intensitas pengukuran pendengaran tidak saja pada tingkat

nilai ambang (NPT), tetapi juga jauh diatasnya.

Audiometri tutur pada prinsipnya pasien disuruh mendengar kata-kata yang jelas

artinya pada intensitas mana mulai terjadi gangguan sampai 50% tidak dapat

menirukan kata-kata dengan tepat.

Page 7: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

7

Kriteria orang tuli :

o Ringan masih bisa mendengar pada intensitas 20-40 dB

o Sedang masih bisa mendengar pada intensitas 40-60 dB

o Berat sudah tidak dapat mendengar pada intensitas 60-80 dB

o Berat sekali tidak dapat mendengar pada intensitas >80 dB

Pada dasarnya tuli mengakibatkan gangguan komunikasi, apabila seseorang masih

memiliki sisa pendengaran diharapkan dengan bantuan alat bantu dengar

(ABD/hearing AID) suara yang ada diamplifikasi, dikeraskan oleh ABD sehingga bisa

terdengar. Prinsipnya semua tes pendengaran agar akurat hasilnya, tetap harus pada

ruang kedap suara minimal sunyi. Karena kita memberikan tes paa frekuensi tertetu

dengan intensitas lemah, kalau ada gangguan suara pasti akan mengganggu penilaian.

Pada audiometri tutur, memng kata-kata tertentu dengan vocal dan konsonan tertentu

yang dipaparkan kependrita. Intensitas pad pemerriksaan audiomatri bisa dimulai dari

20 dB bila tidak mendengar 40 dB dan seterusnya, bila mendengar intensitas bisa

diturunkan 0 dB, berarti pendengaran baik. Tes sebelum dilakukan audiometri tentu

saja perlu pemeriksaan telinga : apakah congok atau tidak (ada cairan dalam telinga),

apakah ada kotoran telinga (serumen), apakah ada lubang gendang telinga, untuk

menentukan penyabab kurang pendengaran.

b. Manfaat audiometri

1) Untuk kedokteran klinik, khususnya penyakit telinga

2) Untuk kedokteran klinik Kehakiman,tuntutan ganti rugi

3) Untuk kedokteran klinik Pencegahan, deteksi ktulian pada anak-anak

c. Tujuan

Ada empat tujuan (Davis, 1978) :

1) Mediagnostik penyakit telinga

2) Mengukur kemampuan pendengaran dalam menagkap percakpan sehari-hari,

atau dengan kata lain validitas sosial pendengaran : untuk tugas dan

pekerjaan, apakah butuh alat pembantu mendengar atau pndidikan khusus,

ganti rugi (misalnya dalam bidang kedokteran kehkiman dan asuransi).

3) Skrinig anak balita dan SD

4) Memonitor untuk pekerja-pekerja dinetpat bising.

Page 8: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

8

1. Test Rinne

Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang dengan

hantaran udara pada satu telinga pasien.

Ada 2 macam tes rinne, yaitu :

a. Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak

lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah

pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan

meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih dapat

mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya

b. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya

secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala

didepan meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah

bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada

dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika

pasien mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes

rinne negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus lebih

lemah atau lebih keras dibelakang.

Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne :

1) Normal : tes rinne positif

2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang

lebih lama)

3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan :

a) Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu

tala.

b) Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-)

c) Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada

posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga

mula-mula timbul.

Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa

maupun pasien. Kesalah dari pemeriksa misalnya meletakkan garputala tidak tegak

lurus, tangkai garputala mengenai rambut pasien dan kaki garputala mengenai

aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak planum mastoid pasien tebal.

Page 9: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

9

Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia

sudah tidak mendengar bunyi garputala saat kita menempatkan garputala di planum

mastoid pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garputala sudah berhenti saat kita

memindahkan garputala kedepan meatus akustukus eksternus.

2. Test Weber

Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang

antara kedua telinga pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan

garputala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal.

Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras. Jika

telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga maka terjadi

lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama tidak mendengar atau

sam-sama mendengaar maka berarti tidak ada lateralisasi.

Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga

akan terdengar diseluruh bagian kepala. Pada keadaan ptologis pada MAE atau cavum

timpani missal:otitis media purulenta pada telinga kanan. Juga adanya cairan atau pus

di dalam cavum timpani ini akan bergetar, biala ada bunyi segala getaran akan

didengarkan di sebelah kanan.

Interpretasi:

a. Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut

lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya.

b. Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya:

1) Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya ototis media disebelah kanan.

2) Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada telinga kanan ebih

hebat.

3) Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu, maka di

dengar sebelah kanan.

4) Tuli persepsi pada kedua teling, tetapi sebelah kiri lebih hebaaaat dari pada

sebelah kanan.

5) Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kana jarang terdapat.

Page 10: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

Kurang aktivitas

Gangguan komunikasi verbal

Harga diri rendah

10

3. Test Swabach

Tujuan :

Membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa (normal)

dengan probandus.

Dasar :

Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat ditimbulkan oleh :

Getaran yang datang melalui udara. Getaran yang datang melalui tengkorak,

khususnya osteo temporale

Cara Kerja :

Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak kepala

probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu makin lama makin

melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. Pada saat garputala tidak

mendengar suara garputala, maka penguji akan segera memindahkan garputala itu, ke

puncak kepala orang yang diketahui normal ketajaman pendengarannya (pembanding).

Bagi pembanding dua kemungkinan dapat terjadi : akan mendengar suara, atau tidak

mendengar suara.

F. PATOFISIOLOGI

Degenerasi tulang-tulang pendengaran bagian dalam

Hilangnya sel-sel rambut pada basal kokhlea

Gangguan neuron-neuron kokhlea

Fungsi pendengaran menurun

Pendengaran terhadap

kata-kata/rangsang menurun

menarik diri dari lingkungan

tidak mau mengikuti kegiatan rumah maupun masyarakat

lebih banyak istirahat

Page 11: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

11

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan komunikasi verbal b.d degenerasi tulang-tulang pendengaran bagian

dalam di tandai dengan :

a. Data subjektif

Kelurga klien mengtakakn bahwa :

- Klien susah mendengar atau menerima pesan

- Klien tidak mengerti terhadapa pembicaraan orang

- Klien susah mendengar berupa rangsangan suara

b. Data objektif

- Lambat berespon terhadap rangsang suara

- Klien nampak bingung jika di ajak bicara

- Klien meminta untuk mengulangi pembicaraab atau pesan

- Komunikasi sebagian besar berjalan melalui pesan-pesan tertulis dan perantara

anggota kelurga

- Klien tidak mendengar secara jelas angka-angka yang di sebutkan

- Klien tidak mendengar jelas sura detak jarum jam pada jarak 1-2 inchi

- Klien tidak mendengar adanya detaran garpu tala dan tidak jelas mendengar

adanya bunyi dan saat bunyi menghilang

- Klien tidak komunikatif

2. Gangguan harga diri rendah b.d fungsi pendengaran menurun di tandai dengan:

a. Data subjektif

Kelurga klien mengatakan bahwa:

- Klien senang menyendiri

- Klien menarik diri dari lingkungan

- Klien tidak mau kumpul bersama kelurga

b. Data objektif

- Klien suka duduk menyendiri

- Klien mengekspresikan perasaan kesepian

3. Kurang kativitas b.d menarik diri dari lingkungan di tandai dengan :

1. Data subjektif

- Klien sulit mengikuti perintah untuk melakukan aktifitas di rumah

- Klien tidak mau mengikuti kegiatan sehari-hari di rumah

Page 12: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

12

2. Data objektif

- Klien lebih banyak tidur

- Klien nampak gelisah atau bosan

- Sebagian besar waktu klien digunakan istirahat

H. INTERVENSI

1. Gangguan komunikasi verbal

a. Kaji tingkat kemampuan klien dalam penerimaan pesan

b. Periksa apakah ada serumen yang mengganggu pendengaran

c. Bicara dengan pelan dan jelas

d. Gunakan alat tulis pada waktu penyampaian pesan

e. Beri dan ajarkan klien pada penggunaan alat bantu dengar

f. Pastikan alat bantu dengar berfungsi dengan baik

g. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan telinga.

2. Harga diri rendah

a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya

b. Beri kesempatan pada klien untuk menungkapkan perasaan penyebab klien tidak

mau bergaul atau menarik diri

c. Beri pujian terhadap kemampuan klien menungkapkan perasaan

d. Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan dan kerugian dari perilaku

menarik diri

e. Dorong dan bantu klian untuk berhubungan dengan orang lain

f. Bina hbungan saling percaya dengan klien

3. Kurang kativitas

a. Beri motivasi untuk dapat saling berbagi perasaan dan pengalaman

b. Bantu klien untuk mengatasi perasaan marah dan berduka

c. Variasikan rutinitas sehari-hari

d. Libatkan induvidu dalam merencanakn rutinitas sehari-hari

e. Rencanakan suatu aktivitas sehari-hari

f. Berikan alat bantu dengan dalam melakukan aktivitas

Page 13: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

13

I. GANGGUAN TELINGA

1. GANGGUAN TELINGA LUAR

Telinga luar terdiri dari : daun telinga (pinna/aurikula), meatus autikus Kelainan

ini jarang ditemukan, penyebabnya belum diketahui dengan jelas,diduga oleh factor

genetic seperti infeksi virus atau intoksikasi bahan kimia padakehamilan muda misalnya

talidomida. Manifestasi klinis yang tampak adalah dauntelinga yang tidak tumbuh dan

liang telinga yang atressia sehingga tindakan yangdapat dilakukan untuk kelainan ini

adalah rekonstruksi yang bertujuan memperbaiki

fungsi pendengaran juga untuk kosmetik.Pinna yang sangat besar (makrotia) atau sangat

kecil (mikrotia). Secara umumdeformitas pinna berkorelasi dengan deformitas pada

membran timpani dan telingatengah dalam derajat yang dapat diperkirakan. Intervensi

eksternus, kanalis auditorius eksternus dan membran timpani. Pinna merupakan

gabungan dari rawan yang diliputi kulit. kanalis auditorius eksternus memiliki tulang

rawan pada bagian lateral dan bertulang pada bagian medial.

Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan menghantarkan gelombang bunyi ke

struktur telinga tengah, karena keunikan anatomi airikula serta konfiigurasi liang telnga

yang melengkung atau spiral, maka telinga luar mampu melindungi membran timpani

dari trauma serta benda asing. Salah satu perlindungan yang di berikan telinga luar adalah

dengan pembentukan serumen atau kotoran telinga yang sebagian besar terdiri dari

struktur kelenjar sebasea dan apokrin.

Kondisi-kondisi yang mempengaruhi telinga luar adalah :

1) Malformasi congenital

Malformasi congenital pada telinga luar adalah sebagai akibat

gangguanperkembangan arkus brakial 1 dan 2 diantaranya adalah :

a. Atresia Liang Telinga

Kelainan ini jarang ditemukan, penyebabnya belum diketahui dengan

jelas,diduga oleh factor genetic seperti infeksi virus atau intoksikasi bahan kimia

padakehamilan muda misalnya talidomida. Manifestasi klinis yang tampak

adalah dauntelinga yang tidak tumbuh dan liang telinga yang atressia sehingga

tindakan yangdapat dilakukan untuk kelainan ini adalah rekonstruksi yang

bertujuan memperbaiki fungsi pendengaran juga untuk kosmetik.

Page 14: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

14

b. Mikrotia atau Makrotia

Gambar Mikrotia

Pinna yang sangat besar (makrotia) atau sangat kecil (mikrotia). Secara

umumdeformitas pinna berkorelasi dengan deformitas pada membran timpani dan

telingatengah dalam derajat yang dapat diperkirakan. Intervensi yang dapat

dilakukan adalahperbaikan kosmetik dari pinna sendiri sebelum anak berinteraksi

di lingkungansekolah.

c. Fistula Preaurikular

Fistula dapat ditemukan di depan tragus dan sering terinfeksi. Pada

keadaantenang tampak muara fistula berbentuk bulat atau lonjong, berukuran

seujung pensil,dan dari muara tersebut sering keluar secret yang berasal dari

kelenjar sebasea.

d. Lop Ear (Bat’s Ear)

Merupakan bentuk abnormal dari daun telinga, dimana daun telinga

tampaklebih lebar dan lebih berdiri. Secara fisiologis tidak terdapat gangguan

body imagekarena berpengaruh pada estetika.

Page 15: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

15

2) Trauma

Trauma pada telinga luar dapat merusak dan menghancurkan aurikula dankanalis

autikus eksternus, yang termasuk bagaian dari trauma ini diantaranya :

a. Laserasi

Trauma akibat laserasi biasa terjadi karena klien tampak mengorek-

ngoroktelinga dengan jari atau penjepit rambut atau klip kertas. Laserasi dinding

kanalisdapat menyebabkan

b. Frostbite

Frostbite pada aurikula dapat timbul dengan cepat pada lingkungan

bersuhurendah dengan angin dingin yang kuat, pemanasan yang cepat dinjurkan

sepertidengan mengguyur telinga yang terkena dengan air hangat bersuhu 100

dan 108ºFsampai terlihat tanda-tanda pencairan.

c. Hematoma

Hematoma telinga luar sering dijumpai pada pengulat dan petinju

akibatpenumpukan bekuan darah diantara perikondrium dan tulang rawan, yang

dapatberakibat terbentuknya telinga bunga kol jika tidak diobati, oleh karena itu

perlunyatindakan insisi dan drainage kumpulan darah dalam kondisi steril diikuti

denganpemasangan balutan tekan khususnmya pada konka. Pada para pegulat

atau petinjuperlunya memakai pelindung kepala saat latihan atau saat bertanding.

3) Infeksi dan Non Infeksi Pada Pinna, Aurikula dan Kananlis Autikus Eksternus

a. Serumen

Adalah secret kelenjar sebasea dan apokrin yang terdapat pada bagian

kartilaginosaliang telinga yang diketahui memiliki fungsi sebagai sarana

pengangkut debrisepitel dan kontaminan untuk dikeluarkan dari membrane

timpani. Serumen jugaberfungsi sebagai pelumas dan dapat mencegah kekeringan

dan pembentukan fisurapada epidermis.Pada keadaan normal serumen tidak akan

tertumpuk di liang telinga, tetapiakan keluar sendiri pada waktu mengunyah dan

setelah sampai diluar liang telingaakan menguap oleh panas. Penumpukan

serumen yang berlebihan akan menimbulkangangguan pendengaran, juga bila

liang telinga kemasukan air maka serumen akanmengembang sehingga

menyebabkan rasa tertekan yang menggangu pendengaran.Interfensi kolaboratif

yang dianjurkan adalah :

Page 16: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

16

1) Pemberian obat tetes telinga untuk waktu yang singkat, seperti

minyakmineral, H2O2 3%,

2) Irigasi telinga dengan campuran air (sesuai suhu tubuh) dan H2O2 3%,dalam

melakukan irigasi ini harus berhati-hati agar tidak merusak membranetimpani

dan jika tidak dapat memastikan keutuhan membrane timpaniusebaiknya

irigasi tidak dilakukan.

3) Jika klien mengeluh telinganya tersumbat maka perlunya

dilakukanpenghisapan dengan menggunakan forceps alligator tipe Hartmann.

b. Benda Asing

Benda asing yang sering ditemukan pada liang telinga dapat berupa :

Benda hidup seperti serangga(kecoa, semut atau nyamuk)

Benda mati seperti komponentumbuh-tumbuhan atau mineral ?

(kacang-kacangan, karet penghapusan,potongan korek api, dll)

Intervensi yang dapat dilakuakan adalah kerjasama yang baik antara klien

dengandokter , karena usaha mengeluarkan benda asing oleh klien sendiri

seringkali akanmendorong benda asing lebih ke dalam.

Tindakan yang harus diperhatikan oleh perawat :

1) Bila benda asing berupa

serangga, maka harus dimatikan terlebih dahulu sebelum serangga

dikeluarkan,dengan memasukan tampon basah ke liang telinga lalu

meneteskan cairanmisalkan larutan rivanol ke liang telinga selama 10 menit,

lalu lakukan irigasidengan air sesuai suhu tubuh untuk mengeluar-kannya.

2) Bila benda asing berupa

kacang-kacangan, maka teteskan minyak mineral yang berguna

untukmelunakan kacang-kacangan tersebut dan lakukan irigasi dengan air

untukmengeluarkannya.

3) Bila benda asing yang

besar dapat ditarik dengan pengait serumen dan yang kecil dapat

diambildengan kunam atau pengait.

c. Otitis Eksternus

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan

olehbakteri dapat terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit. Faktor ini penyebab

Page 17: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

17

timbulnyaotitis eksterna ini, kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma local

dan alergi.Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang

menyebabkan edemadari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma local

yang mengakibatkanbakteri masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan

eksudat. Bakteri patogen padaotitis eksterna akut adalah pseudomonas (41 %),

strepokokus (22%), stafilokokusaureus (15%) dan bakteroides (11%).

Terbagi atas Konsep Otitis Eksternus dan Proses Keperawatannya.

1) Konsep Otitis Eksternus

a. Pengertian

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronisdisebabkan oleh

bakteri dapat terlogalisir atau difus, telinga rasasakit.

Otitis eksterna adalah radang merata kulit liang telinga yangdisebabkan oleh kuman

maupun jamur (otomikosis) dengantanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak di liang

telinga,deskuamasi, sekret di liang telinga dan kecenderungan untukkambuhan.

Adalah peradangan, infeksi atau respon alergi pada struktur Kanalis AutikusEksternal

atau Aurikula. Infeksi dapat terjadi sebagai akibat factor-faktor predisposisi :

Perubahan pH kulit kanalis yang biasanya asam menjadi basa.

Perubahan lingkungan terutama gabungan peningkatan suhu tubuh

dankelembaban.

Suatu trauma ringan seringkali karena berenang atau membersihkantelinga

secara berlebihan.

b. Etiologi

Agen infeksi berupa bakteri atau jamur :

Pseudomonas Aeruginosa

Streptococcus

Staphylococcus

Aspergillus

Allergen eksternal berupa:

Kontak dengan kosmetik

Hair spray

Earphone

Anting-anting

Hearing aid (Alat Bantu Mendengar)

Page 18: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

18

c. Patoflow diagram

Agen iritan (allergen), Agen infeksusMasuk dan kontak dengan lapisan epitel

telinga luarRespon alergi dan respon peradangan dengan/tanpa infeksi

a) Ggn RasaNyaman Nyeri

Bengkaknyeri bila disentuhobstruksi pada kanal auditorius eksternus

konductive hearing loss

b) Ggn Persepsi SensoryPendengaran

d. Klasifikasi Otitis Eksterna

Otitis Eksternus terbagi atas:

Otitis Eksterna Akut

Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel)/Bisul adalah infeksi

bakteri(Staphylococcus) pada folikel rambut, biasanya lokasi pada ½ bagianluar dari

kanal eksternal. Keluhan klien yang dapat muncul adalahnyeri, area bengkak dan

kemerahan, kemungkinan ditemukan cairanpurulen bila didapatkan furunkelpecah dan

lambat laun terjadigangguan pendengaran bila lesi menyumbat kanal. Intervensi

yangdiberikan adalah terapi sistemik dengan pengobatan topical dengantampon yang

diberi tetes telinga yang mengandung antibiotika.

Otitis Eksterna Difusi adalah infeksi bakteri (Pseudomonas) yangbiasanya terjadi

pada cuaca yang panas dan lembab, disebut juga‘Swimmer’s ear’. Keluhan klien yang

muncul adalah nyeri tekantragus, kulit liang telinga hipermi, kadang-kadang terdapat

secret yangberbau, edema dengan tidak jelas batasnya serta tidak terdapat

furunkel.Intervensi yang diberikan adalah dengan memasukan tampon yangmen

gandung antibiotica ke liang telinga supaya terdapat kontak yangbaik antara obat

dengan kulit yang meradang, juga dapat pula diberikanobat antibiotika sistemik.

OtitisEksterna Kronik

Otitis Eksterna Kronis adalah infeksi bakteri yang tidak diobati denganbaik,

trauma berulang, adanya benda asing, penggunaan cetakan telingapada Alat Bantu

Mendengar yang menyebabkan infeksi kronis.Akibatnya terjadi penyempitan liang

telinga oleh pembentukan jaringanparut (sikatrik). Intervensi kolaboratif adalah

dengan cara operasirekonstruksi liang telinga.

Page 19: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

19

e. Insiden

1. Sering terjadi pada musim panas dimana banyak orangmenikmati olahraga air

(berenang di danau, laut atau kolam renang)

2. Klien yang mengalami trauma terbuka pada kanalis akustikuseksterna akan lebih

mudah mengalami infeksi.

f. Penatalaksanaan

1. Membersihkan liang telinga dengan penghisap atau kapasdengan hati-hati.

2. Penilaian terhadap secret, edema dinding kanalis danmembrane timpani bila

memungkinkan.

3. Terapi antibiotika local, topical dan sistemik

4. Terapi analgetik

ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH TELINGA LUAR

a. Pengkajian

Perawat perlu melakukan anamnesa dari keluhan klien seperti :

Nyeri saat pinna dan tragus bergerak

Nyeri pada liang telinga

Telinga terasa tersumbat

Perubahan pendengaran

Keluar cairan dari telinga yang berwarna kehijauan.

Riwayat kesehatan yang perlu ditanyakan kepada klien diantaranyaadalah:

Kapan keluhan nyeri terasa oleh klien?

Apakah klien dalam waktu dekat lalu berenangdi laut, kolam renang ataukah

didanau?

Apakah klien sering mengorek-ngorek telingasehingga mengakibatkan nyeri

setelah dibersihkan?

Apakah klien pernah mengalami trauma terbukapada liang telinga akibat terkena

benturan sebelumnya?

Apakah klien seorang petinju atau pegulat yangsering mengalami trauma pada

telinganya?

Page 20: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

20

b. Diagnosis Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri : nyeri padatelinga b.d reaksi inflamasi, reaksi

infeksi pada telinga.

2. Perubahan persepsi sensory :pendengaran b.d obstruksi pada kanalis akustikus

eksternus akibatinfeksi oleh agen bakteri dan allergen.

3. Resiko tinggi terjadi infeksi b.dperkembangan penyakitnya.

4. Resiko tinggi injury b.d penurunan prosespendengaran.

5. Harga diri rendah b.d gangguan padapendengaran, telinga sakit.

6. kurang pengetahuan mengenai penyakitpenyebab, penatalaksanaan dan prosedur

pembedahan.

c. Intervensi

Prinsip intervensi untuk Otitis Eksterna adalah mengurangi peradangan(infeksi) dan

mengurangi edema serta nyeri yang dirasakan oleh klien,dengan cara :

1. Kompres hangat local 20 menit selama 3 kali sehari denganmenggunakan handuk

dan air hangat.

2. Istirahat klien

3. Membatasi gerakan kepala

4. Kaji kemampuan klien dalam memberikan obat tetes telingaatau salep telinga

5. Jelaskan pada klien tentang penyakit yang dialaminya,penyebab terjadinya

penyakit tersebut dan kemungkianan rencanapembedahan yang akan dilakukan

pada klien.

6. Berikan support (dukungan) pada klien tentang usaha-usahaatau intervensi yang

harus dilakukan bagi kesembuhannya.

7. Jika edema mengakibatkan obstruksi kanal maka gunakanlahEarwick, dengan

teknik : kassa yang sudah diberi tetes telingaantibiotika dimasukkan ke kanalis,

dilakukan oleh dokter THT.

8. Kolaborasi terapi antibiotika topical dan steroid

9. Kolaborasi terapi analgetik seperti Acetylsalisilat acid(Aspirin Entrophen) dan

Acetaminophen (Tylenol,Abenol).

d. Evaluasi

Tujuan yang diharapkan adalah :

1. Rasa nyaman klien terpenuhi, nyeri berangsur-angsur hilang.

2. Persepsi sensory pendengaran dalam batas normal.

Page 21: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

21

3. Tidak terjadi infeksi.

4. Tidak terjadi resiko injury.

5. Harga diri klien tidak terganggu.

6. Pemahaman klien mengenai penyakit, penyebab dan prosedurpembedahan

bertambah.

2. GANGGUAN TELINGA TENGAH

Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri dari membrane timpani, biladilihat dari arah

liang telinga berbentuk bundar dan lekung dan gendang telinga adalahsuatu bangunan berbentuk

kerucut dengan puncaknya, umbo, mengarah ke medial.Membrane timpani tersusun oleh suatu

lapisan epidermis, lapisan fibrosa tempatmelekatnya tangkai maleus dan lapisan mukosa

dibagian dalamnya.Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling berhubungan, prosesus

mlongus maleus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada inkus dan inkusmelekat

pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengankoklea. Hubungan

antara tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. Pada parsflaksida terdapat daerah yang

disebut atik, ditempat ini terdapat aditus adantrum yaitulubang yang menghubungkan daerah

nasopharing dengan telinga tengah.Penyakit pada telinga tengah banyak ditemukan diseluruh

dunia, sepertibeberapa penelitian menunjukan bahwa otitis media merupakan masalah paling

umumterutama pada anak-anak. Yang termasuk Gangguan pada Telinga Tengah diantaranya

A. Penyakit Membran Timpani

Membran Timpani normalnya memberikan refleks cahaya (cone of ligh)

positifyang berarti cahaya dari luar dapat dipantulkan oleh membrane timpani.

PenyakitMembran timpani terjadi secara primer yaitu berasal dari membran timpani

dan dapat mpula terjadi akibat adanya penyakit yang mendahuluinya seperti Otitis

Media danMastoiditis.

Jika terjadi peradangan pada membran timpani dapat terlihat bercak-bercakputih

tebal akibat timbunan kolagen terhialinisasi pada lapisan tenaghnya sebagaiakibat

peradangan terdahulu (timpanosklerosis). Retraksi membran timpani dapat pulaterjadi

bila vakum dalam telinga tengah atau dapat menonjol bila terdapat cairan,infeksi atau

massa jaringan dalam telinga tengah. Otitis media kronis dengankeluarnya secret

selalu disertai perforasi membrane timpani yang serius.Intervensi kolaboratif pada

Penyakit Membran Timpani adalah pemberian tetestelinga antibiotika seperti

eritromisin, yang merupakan obat pilihan untukmenghilangkan nyeri, adanya bulging

atau vesikel dapat dipecahkan dengan jarumhalus atau miringotomi.

Page 22: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

22

B. Gangguan Tuba Eustakhius

Tuba Eustakhius menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasopharing dan

sepertiga bagian lateral tuba berhubungan dengan telinga berupa tulang sedangkandua

pertiga medial adalah fibrokartilaginosa. Fungsi Tuba Eustakhius adalah

untukventilasi, drainage secret dan menghalangi masuknya secret dari nasopharing

ketelinga tengah.Ventilasi berguna untuk menjaga agar tekanan udara dalam telinga

tengahselalu sama dengan tekanan udara luar, ini dapat dibuktikan :

1) Perasat Valsava

Teknik yang dilakukan dengan cara meniupkan dengan kertas dari

hidungdipijat serta mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka akan terasa udara

masukkedalam telinga tengah yang menekan membrane timpani kearah lateral

seperti“meletup”. Perasat ini tidak boleh dilakukan apabila terjadi infeksi pada

jalannafas.

2) Perasat Tyonbee

Teknik yang dilakukan dengan cara menelan ludah sambil hidung dipijat

sertamulut ditutup. Bila tuba terbuka maka akan terasa membrane tympani tertarik

kemedial. Perasat ini lebih fisiologis.Drainage secret akan dialirkan ke

nasopharing melalui tuba eustakhius yangberfungsi normal. Jika tuba tersumbat,

maka akan tercipta keadaan vakum dalamtelinga tengah, sumbatan yang lama

dapat mengarah pada peningkatan produksi cairanyang akan memperberat

masalah klien. Bila tidak dapat diatasi dengan pengobatan,maka keadaan vakum

harus dihentikan dengan miringotomi sehingga cairan dapatdidrainage melalui

kanalis akustikus eksternus.

Tuba Eustakhius biasanya dalam keadaan tertutup dan baru akan

terbukaapabila oksigen diperlukan masuk ketelinga tengah atau pada saat

mengunyah,menelan dan menguap. Karena selalu tertutup inilah maka tuba

eustakhius dapatmelindungi telinga tengah dari kontaminasi sekrei telinga tengah

dan organismepatologik. Gangguan pada Tuba Eustakhius antara lain berupa

Tuba TerbukaAbnormal, Myoklonus Palatal, Palatoskisis dan Obstruksi Tuba.

C. Barotrauma

Adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-tiba di luartelinga

tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam, yang menyebabkan tubagagal

Page 23: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

23

membuka. Apabila perbedaan tekanan melebihi 90 mmHg, maka otot yangnormal

aktivitasnya tidak mampu membuka tuba. Pada keadaan ini terjadi tekanannegative

sehingga cairan keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa dan

kadangkadangdisertai dengan rupture pembuluh darah, yang dapat menyebabkan

cairan ditelinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah.Manifestasi klinis berupa

nyeri pada telinga, klien mengeluh kurang jelaspendengarannya, autofonia, perasaan

ada air dalam telinga dan kadang-kadang tinnitusdan vertigo.

Intervensi yang dapat dilakukan diantaranya adalah :

a. Melakukan Perasat Valsava salama tidak ada infeksi pada jalan nafas atas.

b. Terapi dekongestan.

c. Jika cairan masih menetap ditelinga tengah sampai beberapa minggu

makadianjurkan untuk tindakan miringotomi dan bila perlu pemasangan

pipaventilasi (Grommet).

Usaha preventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan

selalumengunyah permen karet atau melakukan Perasat Valsava, terutama

sewaktu dalampesawat terbang mulai turun untuk mendarat.

D. Gangguan pada Rantai Osikula

Pada telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran (rantai osikula)

yangterdiri dari maleus, inkus dan stapes yang mentransmisikan suara dari

membranetympani ke fenestra yang dapat disebabkan oleh infeksi, trauma ataupun

prosescongenital dapat menghambat transmisi suara ke tempat lainnya.

E. Kelainan Kongenital

Osikula dapat mengalami kelainan bentuk, terputus ataupun terfiksasisecara

congenital, bentuk yang paling umum adalah hilangnya sebagian inkus dan fiksasi

stapes. Liang telinga dapat sama sekali tidak berkembang atau berujungbuntu atau

tumbuh dengan penyempitan konsentris. Hal ini secara fungsional dapatmenyebabkan

ketulian congenital yang seharusnya mendapatkan terapi secara dini.Koreksi

kosmetik dari mikrosa perlu segera dilakukan sebelum anak masuksekolah serta

perunya alat Bantu mendengar yang menempel pada tulangpendengaran agar anak

dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Page 24: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

24

1. Otosklerosis

a) Pengertian

Otosklerosis adalah penyakit pada kapsul tulang labirin yang

mengalamispongiosis si daerah kaki stapes, sehingga stapes menjadi kaku dan

tidak dapatmenghantarkan getaran suara ke labirin dengan baik.Pengertian

lain Otosklerosis adalah pengeseran telinga dimana dalamkondisi ini

kelebihan tulang stapes mengakibatkan hilangnya gerakan stapes.

b) Patofisiologi

Kondisi otosklerosis mengenai stapes dan diperkirakan disebabkan

olehpembentukan tulang spongius yang abnormal, khususnya sekitar jendela

ovalisyang mengakibatkan fiksasi stapes yang menyebabkan

kehilanganpendengaran konduktif.

c) Etiologi

Otosklerosis merupakan gangguan herediter yang dimulai sejak

remajadengan bentuk dominant autosomal yang diwariskan.

d) Insiden

Terjadi lebih banyak pada Caucasian dan Perempuan yang dapat

memperberat kehamilan.

e) Tanda dan Gejala

Tes Rinne abnormal.

Hilangnya pendengaran secara progesive lambat.

Membrane tympani normal atau berwarna orange kemerahan karenaterjadi

peningakatan vaskularisasi dari telinga tengah.

f) Penatalaksanaan

Pengangkatan stapes yang diganti dengan prosthesis

metallic(stapedektomy).

Penggunaan fluorikal (suplemen fluoride) dapatmemperlambat

pertumbuhan tulang spongiosa abnormal.

Pemakaian Alat Bantu Dengar.

g) Proses Keperawatan klien dengan Post Operasi padaOtosklerosis

Pengkajian Fungsi pendengaran :

- Vertigo

- Tinitus

Diagnosa keperawatan dan Intervensi :

Page 25: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

25

DK : Resiko tinggi intoleransi aktivitas b.d bedrest, vertigo setelahoperasi

stapedektomy.

Intervensi :

1. Kaji pasien : nyeri, mual atau pusing

2. Dorong pasien untuk latihan aktivitas fisik secara bertahap.

3. Instruksikan pasien untuk istirahat baringa dengan

memutarkankepalanya ke samping dengan telinga yang dioperasi

menghadap keatas untuk menjaga posisi protese.

4. Mengatur pemberian analgetik, suppressant vestibular, obat

mualjika diperlukan.

2. Otitits Media

a. Pengertian

Otitis media adalah pendengaran sebagian atau seluruh mukosa telingatengah, tuba

eustakhius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.

b. Pembagian Otitis Media

Otitis media terbagi atas :

1) Otitis media supuratif, terdiri dari :

Otitis Media Supuratif akut = otitis media akut (OMA)

Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK/OMP)

2) Otitis media non supuratif, terdiri dari :

Otits Media Serosa Akut (barotraumas)

Otitis Media Serosa Kronis

A. Otitis Media Akut (OMA)

1. Pengertian

Otitis Media Akut (OMA) adalah infeksi akut telinga tengah.(Brunner and

Sudath. 1997 :2050). Otitis Media Akut (OMA) adalah penyakit yang

disebabkan oleh seranganmendadak dari infeksi bakteri dalam telinga bagian

tengah. (CharleneJ.Reevas.2001:16)

2. Etiologi

Penyebab utama Otitis Media Akut (OMA) :

a) Masuknya bakteri patogenik (Streptococcus Pnemoniae,Hemophillus

Influenza, Moraxella Catarrhalis) ke dalam telinga tengah.

Page 26: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

26

b) Disfungsi tuba eustakhius, seperti obstruksi yang diakibatkaninfeksi saluran

pernapasan atas, inflamasi jaringan disekitar(sinusitis,hipertropi adenoid), atau

reaksi alergi (rhinitis Alergika)

3. Patofisiologi

Masuknya mikroorganisme (Streptococcus Pnemoniae, HemophillusInfluenza,

Moraxella Catarrhalis) ke telinga tengah dai nasopharing atautelinga luar melalui

tuba eustakhius yang mengalami infeksi.Mukosa yang melapisi tuba Eustakhius,

telinga tengah, dan sel-sel mastoidmengalami peradangan akut. Mukopus

terkumpul di dalam telinga dan sel-seludara. Tekanan dalam telinga tengah makin

meningkat, gendang telingameradang, disebabkan oleh nekrosis iskhemik.

Mukopus kemudian keluar ketelinga luar. Gendang telinga menyembuhkan dan

tuba eustakhius terbuka lagi.

Peradangan biasanya sembuh dengan pengobataan yang efektif dan telingatengah

kembali pada bentuk dan fungsi normal. Tetapi kadang-kadangperadangan terus

berlangsung dan diikuti dengan komplikasi.

4. Tanda dan Gejala : tergantung berat ringannya infeksi

a) Otlagia (nyeri telingah), akan hilang secara spontan jika terjadi

perforasispontan membrane timpani.

b) Keluarnya cairan dari telinga

c) Demam

d) Kehilangan pendengaran

e) Tinitus

5. Stadium Otitis Media Akut

Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas

5stadium yaitu :

a. Stadium oklusi tuba eustakhius adalah adanya gambaran retraksi

akibatterjadinya tekanan negative di dalam tekanan tengah, karena

adanyaabsorbs udara. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat

dideteksi.Stadium ini sukar dibedakan dengan Otitis Media Serosa yang

disebabkanoleh virus atau alergi.

b. Stadium hiperemesis (stadium presupurasi): Stadium ini tampak pembuluh

daerah yang melebar di membrane timpaniatau seluruh membrane timpani

tampak hiperemesis serta edema. Secretyang telah terbentuk mungkin masih

bersifat eksudat yang serosa sehinggasukar terlihat.

Page 27: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

27

c. Stadium supurasi: Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan

hancurnya sel epitelsuperficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di

kavum timpani,menyebabkan membrane timpani menonjol kea rah liang

telinga luar.Pada keadaan ini pasien tampak sakit, suhu meningkat, rasa nyeri

ditelinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di cavum timpani

tidakberkurang, maka terjadi ischemia akibat tekanan pada kapiler

dantimbulnya trombophlebitis pada vena kecil dan nekrosis mukosa,

dansubmukosa. Nekrosis terlihat sebagai daerah yang lebih lembek

danberwarna kekuningan dan di tempat ini akan terjadi ruptur.

d. Stadium perforasi: Akibat terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi

kuman yangtinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah

keluarmengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar, pada keadaan ini

anakyang tadinya gelisah menjadi tenang, suhu badan turun dan anak

tidurnyenyak. Keadaan ini disebut Otitis Media Akut Stadium Perforasi.

e. Stadium resolusi: Bila membran timpani utuh maka perlahan-lahan akan

normal kembali,bila sudah perforasi maka secret akan berkurang dan akhirnya

kering. Biladaya tahanm tubuh baik atau virulensi kuman reda, maka resolusi

dapatterjadi, walaupun tanpa pengobatan.

6. Insiden

Infeksi telinga bagian tengah, merupakan infeksi yang paling umumditemukan

pada anak-anak berumur kurang dari 4 tahun.

7. Komplikasi

a. Sukar menyembuh

b. Cepat kambuh kembali setelah nyeri telingaa berkurang

c. Ketulian sementara atau menetap

d. Penyebaran infeksi ke struktur sekitarnya yang menyebabkanmastoiditis akut,

kelumpuhan saraf facialis, komplikasi intracranial(meningitis, abses otak),

thrombosis sinus lateralis.

8. Tes diagnostic

a. Pemeriksaan fisik dan riwayat penyakit

b. Audiometric impedans, Audiometri Nada Murni

c. Kultur organism

9. Penatalaksanaan

Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya

Page 28: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

28

a. Stadium oklusi

Pengobatan bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius,sehingga

tekanan negative di telinga tengah hilang. Pemberian obat teteshidung : HCl

efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis (usia di atas 12 tahun)sumber infeksi

harus diobati, antibiotika diberikan bila penyebab penyakitadalah kuman

bukan virus atau alergi

b. Stadium presupurasi

Pemberian antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Bila membrantimpani

terlihat hiperemis difus dilakukan Miringotomi. Antibiotika yangdiajurkan

golonga Penicillin diberikan Eritromisin.

c. Stadium supurasi

Pemberian antibiotika dan tindakan miringotomi jika membran timpanimasih

utuh untuk menghilangkan gejala klinis dan ruptur dapat dihindari.

d. Stadium resolusi

Pemberian antibiotika dilanjutkan sampai 3 minggu jika tidak terjadiresolusi.

Proses Keperawatan Pada Pasien dengan Otitis Media Akut

1. Pengkajian

Pengumpulan pengkajian data melalui riwayat kesehatan dan pemeriksaanfisik seperti di

bawah ini :

a. Riwayat kesehatan : adakah baru-baru ini infeksi pernafasan atasataukah sebelumnya

klien mengalami ISPA, ada nyeri daerah telinga,perasaan penuh atau tertekan di

dalam telinga, perubahanpendengaran.

b. Pemeriksaan fisik : tes pendengaran, memeriksa membran timpani.

2. Diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan

Gangguan rasa nyaman nyeri b.d adanya oedema jaringan, efusi telingatengah, proses

infeksi/inflamasi pada telinga bagian tengah.

Tujuan : meningkatkan rasa nyaman

Intervensi :

a) Kaji tingkat nyeri, kualitas dan lokasi nyeri.

R : untuk menentukan sumber dari nyeri karena nyeri dari otitis mediatidak sama

dengan otitis eksternal.

b) Anjurkan untuk menggunakan obat analgeti seperti aspirin, atauasetaminofen setiap 4

kali sehari sesuai kebutuhan untukmenghilangkan nyeri dan panas.

Page 29: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

29

R : aspirin mempunyai efek antiinflamatori yang dapat membantumenghilangkan

inflamasi dari telinga.

c) Anjurkan untuk menghangatkan telinga untuk mengurangikontraindikasi.

R : menghangatkan dapat melebarkan pembuluh darah, meningkatkanreabsorbsi dari

cairan dan mengurangi bengkak.

d) Ajarkan untuk melaporkan segera nyeri yang tiba-tiba untukperawatan primer.

R : nyeri yang tiba-tiba mengindikasikan adanya perforasi spontan darimembran

timpani dengan tekanan tiba-tiba dari telinga tengah.

3. Discharge planning (perencanaan pulang)

Klien dengan otitis media memerlukan pendidikan tentang gangguan,penyebab dan

pencegahan dan pengobatan spesifik yang direkomendasikanatau diperintahkan.

Diskusikan masalah dibawah ini dengan klien dankeluarga :

a. Terapi antibiotika dan kemungkinan efek samping

b. Follow up kesehatan dalam 2-4 minggu.

c. Hindari berenang, menyelam, mengorek telinga.

B. Otitis Media Kronis (OMK)

1. Pengertian

OMK adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan

biasanya disebabkan karena episode berulang OMA (Bruner and Suddath.1997 :

2052).OMK adalah perforasi membran timpani secara permanen, dengan atau

tanpapengeluaran pus dan kadang-kadang disertai oleh perubahan dalam mukosadan

struktur tulang dari telinga tengah. (Pricilla Lemone. 2001 : 1496).

2. Etiologi

Otitis media kronis biasanya disebabkan karena pengulangan dari penyakitotitis

media akut dan disfungsi tuba akustikus.

Trauma atau penyakit lain.

3. Patofisiologi

Otitis media yang berulang akan menghancurkan pars tensa dan tulang dantulang

pendengaran, luasnya kerusakan tergantung dari berat dan seringnyapenyakit tersebut

kambuh. Prosesus longus inkus menderita paling dini karenaaliran darah ke bagian ini

kurang. Klien tidak pernah mendapatkan suatukomplikasi yang berat.

Page 30: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

30

4. Tanda dan Gejala

a. Kehilangan Pendengaran

b. Otorea intermitten atau persisten yang bau busuk

c. Tidak ada nyeri

d. Pada pemeriksaan audiogram menunjukan tuli konduktif dalamberbagai derajat

5. Test Diagnostik

a. Otoskopik Membran Timpani tampak perforasi dan Kolesteatoma dapatterihat

sebagai massa putih dibelakang membrane timpani

b. Audiometri memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif ataucampuran

6. Penatalaksanaan

a. Penanganan local : pembersihan hati-hati telinga menggunakan mikroskopdan

alat penghisap, pemberian antibiotika tetes

b. Timpanoplasti, untuk mengembalikan fungsi telinga tengah, menutuplubang

perforasi tengah, mencegah infeksi berulang dan memperbaikipendengaran

c. Prodesur bedah paling sederhana tipe I ( miringoplasti ) untuk menutuplubang

perforasi pada membrane timpani, tipe II sampai V untuk perbaikanyang lebih

intensif struktur telinga tengah

d. Mastoidektomi, untuk mengangkat kolesteatoma, mencapai struktur yangsakit,

dan menciptakan telinga yang aman, kering dan sehat

7. Kopmplikasi

a. Kehilangan pendengaran sensorineural

b. Disfungsi syaraf fasial

c. Lateral sinus thrombosis

d. Abses otak atau subdural

e. Meningitis

C. Otitis Media Perforasi (OMP)

1. Pengertian

Otitis Media Akut Perforasi adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosatelinga

bagian tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoidyang diikuti dengan

rupturnya membrane tympani dan biasanya terdapat sekretyang mengalir keluar dari

telinga bagian tengah ke telinga bagian luar. (www.indoskripsi.com)

OMP adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membrantimpani dan secret

yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilangtimbul, sekret mungkin encer,

kental, bening atau berupa nanah. (Dr Efiaty danProf Nurbaity Sp. THT)

Page 31: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

31

2. Patofisiologi

Otitis media akut dengan perforasi membrane timpani menjadi otitismedia perforatif

apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan.Bila pross infeksikurang dari 2 bulan disebut

otitis media supuratif subakut.Beberapa factor yang menyababkan OMA menjadi OMP

adalah terapiyang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman

tinggi,daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk. Otitis

MediaAkut perforasi biasanya disebabkan karena adanya komplikasi dari infeksisaluran

pernafasan bagian atas. Sekresi dan inflamasi dari infeksi saluranpernafasan bagian atas

ini dapat menyebabkan terjadnya oklusi tuba Eustachii.Normalnya, mukosa dari telinga

bagian tengah mengabsorpsi udara di liangtelinga bagian tengah. Jika udara tersebut tidak

terabsorpsi karena adanyaobstruksi tuba Eustachii, maka akan timbul suatu tekanan

negativeyangmenyebabkan terjadinya suatu produksi secret yang serous. Sekret di

telingabagian tengah ini merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri

danmikroba. Dan dengan adanya infeksi saluran pernafasan bagian atas,memudahkan

masuknya virus atau bakteri ke telinga tengah. Jikapertumbuhannya cepat, maka hal ini

akan menyebabkan terjadinya infeksitelinga bagian tengah. Jika infeksi dan inflamasi ini

terjadi secara terusmenerus, hal ini dapat menyebabkan perforasi pada membran

thympani.

3. Insiden

Sering dijumpai pada anak-anak, bila terjadi pada orang dewasa kemungkinapada pasien

yang menjalani radioterapi dan barotrauma seperti penyelam

4. Tanda dan Gejala

a. Pasien mengeluh kehilangan pendengaran

b. Rasa penuh dalam telinga

c. Suara letup atau berderik yang terjadi ketika tuba eusakhius berusahamembuka.

5. Test Diagnostik

a. Audiogram menunjukan adanya tuli konduktif dalamberbagai derajat

b. Otoscope pada membrane timpani tampak sklerotik(tidak terisi sel udara dan

mungkin terdapat rongga dalam tulang akibaterosi oleh kolesteoma)

6. Penatalaksanaan

a. Miringoplasti, bila kehlangan pendengaran yangberhubungan dengan efusi telinga

tengah menimbulkan masalah bagipasien

Page 32: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

32

b. Mastoidektomie yang bertujuan menghilangkan jaringanpatologis serta eradikasi

kuman

c. Kortikosteroid dosis rendah, untuk mengurangi oedematuba eustakhius pada kasus

barotraumas

D. MASTOIDITIS

Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yangterletak pada

tulang temporal. Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasayang sebelumnya telah

menderita infeksi akut pada telinga tengah. Gejala-gejala awalyang timbul adalah gejala-

gejala peradangan pada telinga tengah, seperti demam,nyeri pada telinga, hilangnya sensasi

pendengaran, bahkan kadang timbul suaraberdenging pada satu sisi telinga (dapat juga pada

sisi telinga yang lainnya). Sumber : www . idmgarut.wordpress.com

a. Konsep Penyakit Mastoiditis

Mastoiditis merupakan suatu infeksi dari otitis media akut yang melanjutkanke dalam sel

udara mastoid (Lemone 2004 : 1496)

b. Patofisiologi

Pada mastoiditis akut, tulang septal antara sel udara mastoid dihancurkan dansel

bergabung untuk membentuk ruang yang besar. Bagian dari jalannyamastoid terkikis.

Dengan adanya infeksi kronis, dapat menyebabkan sebuahabses dapat terbentuk, atau

sklerosis tulang dari mastoid.Mastoiditis akut meningkatkan resiko meningitis karena

hanya sebuah tulangyang sangat tips memisahkan sel udara mastoid dari otak.

Beruntungnya,komplikasi ini jarang terjadi sejak pemberian antibiotika yang efektif

untuktherapy otitis media.

c. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala mastoiditis akut biasanya berkembang antara 2 atau 3 minggusetelah

episode dari otitis media akut dan termasuk :

1) Sakit telinga

2) Kehilangan pendengaran

3) Tampak kemerahan dan inflamasi

4) Bengkak dapat menyebabkan aurikula dari telinga menonjol melebihi darinormal

(retroaurikula)

5) Panas dapat disertai dengan tinnitus dan sakit kepala.

Page 33: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

33

6) Pengeluaran cairan dari telinga yang berlebihan perlu dicatat.

d. Penatalaksanaan

1) Pencegahan adalah focus primer dari kolaboratif dan tindakan keperawatanyang

berhubungan dengan mastoiditis.

2) Pengobatan antibiotika yang efektif dari otitis media akut mencegahmastoiditis pada

tingkat awal.

3) Mengikuti tindakan pembedahan, menetapkan secara hati-hati luka danpengeluaran

untuk membuktikan infeksi atau komplikasi lainnya.

4) Pendengaran klien mungkin sementara atau menetap terpengaruh,tergantung pada

luasnya operasi.

5) Bicara pelan dan jelas, jangan berteriak atau bicara keras yang tidak biasa.

6) Yakinkan keluarganya dan staff mengetahui tentang kehilanganpendengaran klien

dan menggunakan tekhnik komunikasi yang sesuai.

7) Membantu pasien dengan ambulasi awal, karena pusing dan vertigobiasanya

mengikuti pembedahan.

8) Pemberian antibiotika untravena seperti penicillin, Cefriaxone selama 14hari.

9) Jika tidak membaik dengan antibiotic maka dilakukan operasiMastoidektomi,

bersama dennganTimpanoplasti.

10) Penghembusan udara melalui hidung, bersin dan batuj harus dihindarikarena dapat

meningkatkan tekanan pada telinga bagian tengah.

e. Perawatan di rumah

1) Pendidikan tentang mastoiditis akut, menekankan pentingnya pemberianterapi

antibiotika dan menganjurkan untuk follow up.

2) Instruksikan klien dan keluarga untuk melaprkan reaksi yang merugigakuntuk

perawatan primer.

3) Ajarkan klien dan keluarga bagaimana teknik aseptic.

Page 34: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

34

Proses Keperawatan Untuk Pasien Yang Menjalani Pembedahan Mastoid

1. Pengkajian

a. Riwayat kesehatan : penggambaran lengkap masalah telinga, otorea,kehilangan

pendengaran

b. Pengkajian fisik observasi adanya eritema, oedema, otorea, lesi dan baucairan yang

keluar

c. Hasil audiogram harus dikaji

2. Diagnose Keperawatan

DK : Ansietas b.d prosedur pembedahan, potensial kehilangan pendengaran,potensial

ganguan pengecap, dan potensial kehilangan gerakan fasial.

Tujuan : Meredakan ansietas

Intervensi :

1) Berikan informasi yang kuat yang telah didiskusikan oleh ahliotology pada pasien

termasuk anastesi, lokasi insisi dan hasilpembedahan.

2) Dorong pasien untuk mendiskusikan setiap ansietas dankeprihatinan mengenai

pembedahan

DK : Nyeri akut b.d Pembedahan Mastoid

Tujuan : Bebas dari rasa tak nyaman

Intervensi :

1) Berikan pasien obat analgetik sesuai dengan kebutuhan

2) Ajarkan pasien tentang penggunaan dan efek samping obat

Evaluasi :

1) Bebas dari rasa tak nyaman atau nyeri

2) Tidak memperlihatkan tanda mengernyitkan wajah, mengeluh

ataumenangis

3) Meminum analgetik bila perlu

Page 35: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

35

DK : Resiko infeksi b.d post op Mastoidektomi, pemasangan graft/tandur,trauma bedah

terhadapjaringan dan struktur di sekitarnya

Tujuan : pencegahan infeksi

Intervensi :

1) Rendam tampon kanalis auditorius eksternus dalam larutanantibiotika sebelum

dipasangInstruksikan kepada pasien untuk mencegah air masuk ke kanalisauditorius

eksternus selama 2 mingguPasang bola kapas yang diolesi bahan yang tak larut air

(vaselin)dan diletakkan di telinga

2) Beritahukan kepada pasien tanda-tanda infeksi (meningkatnya suhu,

3) cairan purulen)

Evaluasi ;

1) Tidak ada tanda atau gejala infeksi

2) Tanda vital normal termasuk suhu

3) Tak mengeluarkan cairan purulen dari kanalis auditorius externus

DK : Perubahan persepsi sensori auditoris b.d kelainan telinga/pembedahantelinga

Tujuan : Memperbaiki komunikasi

Intervensi :

1) Mengurangi kegaduhan lingkungan, memandang pasien ketikaberbicara, berbicara jelas

dan tegas tanpa berteriak, memberikanpencahayaan yang baik dan menggunakan tanda

nonverbal.

2) Instruksikan anggota keluarga mengenai praktik yang efektif.

3) Gunakan alat bantu dengar pada telinga yang tidak dioperasi.

Page 36: 22 Nov 10 Kep.dewasa 2 (Bu.ros) Askep Dgn Gguan Sistem Sensorineural Pendengaran

36

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan sudart. 2000.keperawatan medical bedah. Buku 2 edisi 9, Alih bahasa :agung

waluyo dkk. EGC. Jakarta

Ari, elisabet. 2007. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system pendengaran

dan wicara. Editor : Dr. ratna anggraeni, Sp THT-KL, M. kesehatan. Stikes santo

borromeus. Bandung