22. megan

14
ISSN 2337-3776 HUBUNGAN JENIS PENGOBATAN DAN SIKAP DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG Mega Noviasari 1) , dr. TA Larasati, M.Kes 2) . Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 1) , Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2) . Email: [email protected] Abstrak Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup dan memerlukan terapi secara terus menerus. Sehingga tujuan penatalaksaan DM secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup. Selain menggunakan pengobatan medis modern, banyak pasien DM juga menggunakan pengobatan alternatif dan komplementer untuk mendapatkan pengobatan yang lebih baik. Pada pasien DM tipe 2 sikap merupakan komponen yang dapat mempengaruhi terhadap kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara jenis pengobatan dan sikap dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2 di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Design penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan teknik accidental sampling dengan jumlah sampel 80 responden. Untuk mengukur kualitas hidup digunakan kuesioner Diabetes Quality of Life Clinical Trial Quessionnaire (DQLCTQ). Sedangkan aspek sikap diukur dengan kuesioner yang telah diuji validitas dan jenis pengobatan diukur dengan kuesioner terbuka. Analisis data menggunakan koefisien korelasi Spearman dan uji Man Whitney. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 30 responden (37,5%) yang menggunakan pengobatan alternatif dan komplementer. Terdapat hubungan bermakna antara jenis pengobatan dengan kualitas hidup (p value 0.00, α < 0.05). Terdapat hubungan bermakna antara sikap dengan kualitas hidup (p value 0.00, α < 0.05). Kata kunci : Diabetes Melitus tipe 2, Jenis Pengobatan, Kualitas Hidup, Pengobatan Alternatif dan Komplementer, Sikap. RELATIONSHIP BETWEEN THE TYPE OF TREATMENT AND THE ATTITUDE TO THE QUALITY OF LIFE OF PATIENTS WITH TYPE 2 DIABETES IN HOSPITAL DR. H. ABDUL MOELOEK LAMPUNG PROVINCE. Mega Noviasari 1) , dr. TA Larasati, M.Kes 2) . 1) Student in Medical Faculty of Lampung University, 2) Lecturer in Medical Faculty of Lampung University Email: [email protected] Abstract Diabetes Melitus is a chronic disease that will remain for life and therapies continuouly . Therefore, the general purpose of therapy of Diabetes Melitus is to increase quality of life. Beside 1 MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 3 Februari 2013

Upload: syahrul-habibi-nasution

Post on 27-Oct-2015

59 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 22. Megan

ISSN 2337-3776

HUBUNGAN JENIS PENGOBATAN DAN SIKAP DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI

LAMPUNG

Mega Noviasari1), dr. TA Larasati, M.Kes 2).Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung1), Staf Pengajar Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung2).Email: [email protected]

AbstrakDiabetes Melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup dan memerlukan terapi secara terus menerus. Sehingga tujuan penatalaksaan DM secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup. Selain menggunakan pengobatan medis modern, banyak pasien DM juga menggunakan pengobatan alternatif dan komplementer untuk mendapatkan pengobatan yang lebih baik. Pada pasien DM tipe 2 sikap merupakan komponen yang dapat mempengaruhi terhadap kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara jenis pengobatan dan sikap dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2 di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Design penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan teknik accidental sampling dengan jumlah sampel 80 responden. Untuk mengukur kualitas hidup digunakan kuesioner Diabetes Quality of Life Clinical Trial Quessionnaire (DQLCTQ). Sedangkan aspek sikap diukur dengan kuesioner yang telah diuji validitas dan jenis pengobatan diukur dengan kuesioner terbuka. Analisis data menggunakan koefisien korelasi Spearman dan uji Man Whitney. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 30 responden (37,5%) yang menggunakan pengobatan alternatif dan komplementer. Terdapat hubungan bermakna antara jenis pengobatan dengan kualitas hidup (p value 0.00, α < 0.05). Terdapat hubungan bermakna antara sikap dengan kualitas hidup (p value 0.00, α < 0.05).

Kata kunci : Diabetes Melitus tipe 2, Jenis Pengobatan, Kualitas Hidup, Pengobatan Alternatif dan Komplementer, Sikap.

RELATIONSHIP BETWEEN THE TYPE OF TREATMENT AND THE ATTITUDE TO THE QUALITY OF LIFE OF PATIENTS WITH TYPE 2 DIABETES IN HOSPITAL DR.

H. ABDUL MOELOEK LAMPUNG PROVINCE.

Mega Noviasari1), dr. TA Larasati, M.Kes 2).1) Student in Medical Faculty of Lampung University, 2) Lecturer in Medical Faculty of Lampung

University Email: [email protected]

AbstractDiabetes Melitus is a chronic disease that will remain for life and therapies continuouly. Therefore, the general purpose of therapy of Diabetes Melitus is to increase quality of life. Beside of using modern medical therapies, many Diabetets Melitus patients are using complementer and alternative medicine (CAM) to get a better outcome. In patients with type 2 diabetes melitus, attitude is a component that can affect the quality of life. This research aims to know the relationship between the type of treatment and the attitude to the quality of life of patients with type 2 diabetes in hospital Dr. H. Abdul Moeloek Lampung province. This research used cross sectional method with accidental sampling technic and needed 80 respondents. Quality of life was measured by Diabetes Quality of Life Clinical Trial Questionnaire (DQLCTQ). While aspects of the attitudes was measured by questionnaires that have tested the validity and type of treatment was measured with an open questionnaire. Data analysis that was used in this research is Spearman correlation coefficient and Man Whitney test. The results of this research showed that there were 30 respondents (37.5%) were using CAM. There is a significant relationship between the type of treatment to quality of life (p value 0.00, α <0.05). There is a significant relationship between attitude and quality of life (p value 0.00, α <0.05).

Key words : Attitude, Complementary and Alternatif Medicine (CAM), Diabetes Melitus type 2, Quality of Life, Type of Treatment.

1MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 3 Februari 2013

Page 2: 22. Megan

ISSN 2337-3776

I. PENDAHULUAN

Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang

akan meningkat jumlahnya di masa datang. Menurut data statistik International

Diabetes Federation (2010), Indonesia menempati urutan ke-9 dengan jumlah

penderita DM terbesar di dunia setelah India, Cina, Amerika, Rusia, Brazil,

Jerman, Pakistan dan Jepang, yaitu sebanyak 6,9 juta penduduk. Sehingga

diprediksi pada tahun 2030 jumlah penderita DM akan meningkat menjadi 11,9

juta penduduk. Menurut Dinkes Lampung (2011) Angka kejadian DM di provinsi

Lampung untuk rawat jalan pada tahun 2009 mencapai 365 orang dan mengalami

peningkatan pada tahun 2010 sejumlah 1103 orang.

DM adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan, tetapi penderitanya dapat

hidup normal apabila gula darahnya dapat dikendalikan pada batas-batas normal

(Soegondo, 2009). Seseorang menderita suatu permasalahan mempunyai

kecenderungan untuk mencari informasi tentang permasalahan yang dihadapi

serta cara-cara mengatasinya (Zahtamal et al, 2007). Individu yang

memperlihatkan beberapa perilaku kesehatan yang positif lebih menyukai

memakai pengobatan alternatif dan komplementer secara independen dari status

kesehatan mereka (Nahin, 2007). Banyak diantaranya kemudian mencari alternatif

lain dalam mendapatkan pengobatan yang diinginkannya. Kecenderungan ini erat

kaitannya dengan semakin sadarnya masyarakat terhadap efek samping bahan

kimia sebagai bahan dasar pembuatan obat moderen. Akhir-akhir ini negara-

negara yang maju sudah mulai melakukan gerakan kembali ke alam (back to

nature) dengan melakukan perubahan gaya hidup, gerakan ekologis, serta

makanan dan pengobatan yang memacu perkembangan pengobatan alternatif dan

komplementer (Handriono, 2010).

Pada pasien DM sikap merupakan komponen yang dapat mempengaruhi terhadap

kesehatan meraka. Pasien DM mempunyai perbedaan sikap terhadap dirinya dan

kehidupannya termasuk dalam pola makan karena adanya perubahan fungsi dan

struktur tubuh, seperti sering kencing, perubahan pola tidur, dan stress (Ismail,

2MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 3 Februari 2013

Page 3: 22. Megan

ISSN 2337-3776

2000). Oleh karena itu kualitas hidup penting bagi penderita DM karena

menggambarkan kekuatan penderita dalam mengelola penyakit serta memelihara

kesehatannya dalam jangka waktu lama (Asri, 2006).

Memperhatikan hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih

lanjut kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2 yang diterapi rawat jalan di

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung berdasarkan jenis pengobatan

yang dilakukan dan sikap.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan

melakukan wawancara pada pasien DM tipe 2. Sampel diambil sebanyak 80

responden dengan menggunakan teknik non Probability sampling secara

accidental sampling yaitu dilakukan dengan mengambil kasus atau responden

yang kebetulan ada atau tersedia dan memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi

penelitian. Adapun kriteria kriteria inklusi penelitian ini adalah pasien dengan

diagnosis DM tipe 2, bersedia menjadi subjek penelitian. Sedangkan kriteria

eksklusi pada penelitian ini adalah pasien yang tidak mengisi kuesioner secara

lengkap. Uji analisis menggunakan uji Man whitney untuk menghubungkan jenis

pengobatan dan kualitas hidup. Sedangkan untuk menghubungkan sikap dan

kualitas hidup menggunakan uji Spearman.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan selama akhir bulan November sampai akhir bulan

Desember tahun 2012 di RSUD Dr. H. Abdul Moelok Provinsi Lampung dengan

cara wawancara langsung kepada responden.

3MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 3 Februari 2013

Page 4: 22. Megan

ISSN 2337-3776

Tabel 1. Hasil Analisis Umur dan Lama menderita DM Tipe 2 di RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek bulan Desember 2012

Variabel Mean Median SD Min-Maks 95% CI Distribusi

Umur (tahun) 58.8 59.0 9.06 33-77 56.8-60.8 Normal

Lama DM (tahun) 7.06 4.5 7.09 1-30 5.48-8.64 Tidak Normal

Hasil penelitian pada tabel 1 didapatkan bahwa rata-rata umur responden adalah

58.8 tahun. Umur termuda adalah 33 tahun dan tertua 77 tahun. Hasil estimasi

interval dapat disimpulkan bahwa rata-rata umur pasien DM tipe 2 yang

berkunjung ke laboratorium rawat jalan berkisar 56.8-60.8 tahun. Selanjutnya

rata-rata responden lama menderita DM tipe 2 adalah 7.06 tahun, lama menderita

DM tersingkat adalah 1 tahun dan terpanjang adalah 30 tahun. Hasil estimasi

interval dapat disimpulkan bahwa rata-rata lama menderita DM pada pasien DM

tipe 2 yang berkunjung ke laboratorium rawat jalan berkisar antara 5.48-8.64

tahun.

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Jenis Pengobatan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek bulan Desember 2012

Variabel Kategori Jumlah Persentase (%)

Jenis Kelamin Perempuan 44 55

Laki-laki 36 45

Pendidikan SD 2 2.5

SMP 5 6.3

SMA 23 28.8

Perguruan Tinggi 50 62.5

Jenis Pengobatan Kelompok A 30 37.5

Kelompok B 50 62.5

Pada tabel 2 menggambarkan mayoritas responden DM tipe 2 pada penelitian ini

adalah perempuan yaitu 44 (55 %), sedangkan jumlah responden laki-laki yaitu 36

(45 %) pasien. Tingkat pendidikan responden yang tertinggi terbanyak adalah

perguruan tinggi yaitu 50 (62.5 %) pasien dan SMA yaitu 23 (28.8 %) pasien.

Sedangkan SMP dan SD masing-masing sebanyak 5(6.3 %) dan 2 (2.5 %).

4MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 3 Februari 2013

Page 5: 22. Megan

ISSN 2337-3776

Distribusi frekuensi jenis pengobatan menunjukkan bahwa mayoritas dari 80

responden yang termasuk kedalam kelompok A yaitu 30 (37.5 %) responden dan

kelompok B sebanyak 50 (62.5 %) responden.

Tabel 3. Hasil Analisis Sikap dan Kualitas Hidup DM di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek bulan Desember 2012

Variabel Mean Median SD Min-Maks 95% CI Distribusi

Sikap 13.2 13.0 1.83 8-17 12.78-13.59 Tidak Normal

Kulitas Hidup 65.3 66.9 10.2 31-85.6 62.98-67.53 Tidak Normal

Rata-rata nilai sikap responden adalah 13.2. Nilai sikap terendah adalah 8 dan

nilai tertinggi adalah 17. Hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa rata-rata

sikap pasien DM tipe 2 tentang penyakitnya berkisar antara 12.78-13.59 tahun.

Sedangkan nilai rata-rata kualitas hidup responden adalah 65.3. Nilai kualitas

hidup responden terendah adalah 31 dan nilai tertinggi adalah 85.6. Berdasarkan

nilai mean dan disesuaikan dengan skala instrumen pada penelitian ini, dapat

disimpulkan bahwa responden merasa puas dengan kualitas hidup yang dimiliki.

Tabel 4. Distribusi Nilai Kualitas Hidup Menurut Jenis Pengobatan Responden di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek bulan Desember 2012

Variabel Mean SD n P Value

Kelompok A 71 6.12 30 0.00

Kelompok B 61.8 10.7 50

Rata-rata nilai kulitas hidup responden kelompok A adalah 71 sedangkan

responden kelompok B rata-rata kualitas hidupnya adalah 61.8. Hasil uji statistika

lebih lanjut disimpulkan ada perbedaan signifikan rata-rata nilai kualitas hidup

antara kelompok A dan kelompok B (p value = 0.00).

Tabel 5. Analisis Korelasi dan Regresi Sikap dengan Kualitas Hidup Responden di RSUD

Dr. H. Abdul Moeloek bulan Desember 2012

Variabel r R² P Value

Sikap 0.491 0.24 0.00

5MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 3 Februari 2013

Page 6: 22. Megan

ISSN 2337-3776

Analisis hubungan sikap dengan nilai kualitas hidup responden menunjukkan pola

positif, artinya semakin besar nilai sikap semakin besar pula nilai kualitas hidup

responden. Hubungan tersebut sedang (0.491). Besaran koefisien determinasi

umur adalah 0.24 berarti lama sikap menjelaskan 24 % nilai kualitas hidup. Hasil

uji statistika lebih lanjut disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara sikap

dengan nilai kualitas hidup responden (p value = 0.00).

Berdasarkan hasil uji statistika disimpulkan bahwa ada perbedaan yang bermakna

rata-rata nilai kualitas hidup antara kelompok A dan kelompok B (p value = 0.00).

Hal ini sejalan dengan penelitian McCarty et al. (2010) bahwa diet atau

pemakaian CAM (Complementary and Alternative Medicine) berhubungan

dengan peningkatan kualitas hidup pada Diabetes Melitus anak – anak.

Dalam penelitian Pandey (2011) menyatakan bahwa lebih dari 800 tanaman

dilaporkan memiliki antidiabetik properti. Ethanopharmacological survei

menunjukkan bahwa lebih dari 1200 tanaman yang digunakan dalam obat

tradisional untuk menurunkan kadar gula darah. Dengan menurunnya kadar gula

darah maka kualitas hidup pasien DM akan meningkat. Diet asli mungkin tidak

berguna dalam menurunkan gula darah pada tingkat yang sama sebagai insulin

dan agen hipoglikemik lain lakukan, tetapi memiliki beberapa pengaruh lainnya,

yang mungkin berguna untuk pengelolaan penyakit dan komplikasi diabetes.

Beberapa alternatif herbal terbukti membantu dalam pencegahan komplikasi

sekunder dari penyakit DM. Beberapa herbal juga telah terbukti untuk membantu

dalam regenerasi sel-sel. Selain untuk menjaga tingkat gula darah tetap normal,

beberapa herbal juga dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan dan dapat

menurunkan kolesterol.

Menurut asumsi peneliti, ada beberapa alasan mereka mencari pengobatan

tradisional. Alasan yang paling banyak dikemukakan adalah karena harga yang

lebih murah dan pelayanan yang lebih dekat dengan kediaman mereka. Alasan

yang lainnya adalah karena merasa lebih nyaman dengan pengobatan tradisional,

takut efek samping pengobatan modern, dan efektivitas pengobatan modern yang

6MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 3 Februari 2013

Page 7: 22. Megan

ISSN 2337-3776

lebih rendah. Selain itu, orang yang menggunakan metode CAM biasanya

memiliki kondisi kronis karena pengobatan konvensional belum memberikan

solusi yang memuaskan, baik karena kurang efektif atau karena menyebabkan

efek samping. Pada umumnya, mereka telah berkonsultasi dengan praktisi

kesehatan konvensional untuk masalahnya, dan banyak terus menggunakan dua

sistem secara bersamaan.

Analisis hubungan sikap dengan nilai kualitas hidup responden menunjukkan pola

positif, artinya semakin besar nilai sikap semakin besar pula nilai kualitas hidup

responden. Hasil uji statistika lebih lanjut disimpulkan ada hubungan yang

bermakna antara sikap dengan nilai kualitas hidup responden (p value = 0.00).

Penelitian ini sejalan dengan Martinez (2008) yang menjelaskan bahwa

pengetahuan yang kuat dan sikap yang positif adalah prekursor yang baik dalam

perilaku kepatuhan pengobatan yang dimana hal ini akan meningkatkan kualitas

hidup pasien DM tipe 2. Begitupun sebaliknya, pengetahuan yang lemah dan

sikap yang negatif akan menurunkan kualitas hidupnya.

Sikap adalah kecendrungan untuk berespon secara positif maupun negatif

terhadap orang, objek, atau situasi tertentu (Sarwono, 2007). Merujuk pada teori

procede-precede Lawrence Green (1980), bahwa sikap merupakan faktor

predisposisi untuk terjadi perilaku, maka sikap responden yang baik tentang

penyakitnya dan percaya bahwa pengobatan akan menguntungkan cenderung

untuk patuh pada instruksi dokter sehingga secara tidak langsung akan

mempengaruhi tingkat kualitas hidupnya.

Menurut Notoatmodjo (2007) indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan

pengetahuan kesehatannya, yakni penilaian atau pendapat seseorang terhadap

gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara pencegahan penyakit,

serta cara-cara memelihara dan cara-cara berprilaku hidup sehat. Dengan

perkataan lain, pendapat atau penilaian pasien yang baik terhadap kesehatan dan

penyakitnya membuat ia terpicu untuk mengontrol gula darah pada pasien DM,

sehingga kualitas hidupnya senantiasa terpelihara dengan baik.

7MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 3 Februari 2013

Page 8: 22. Megan

ISSN 2337-3776

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai hubungan jenis pengobatan dan

sikap mengenai Diabetes Melitus dengan kualitas hidup pasien Diabetes Melitus

tipe 2 di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Jenis Pengobatan yang dilakukan pasien Diabetes Melitus Tipe 2 sebagian

besar responden 50 (62,5%) termasuk dalam kategori kelompok B yaitu

responden yang melakukan pengobatan konvensional dan tidak pernah atau

jarang menggunakan CAM dan sisanya 30 (37.5 %) responden termasuk

kelompok A, yaitu responden yang melakukan pengobatan konvesional dan

sering atau teratur memakai CAM.

2. Sikap mengenai Diabetes Melitus rata-rata nilainya adalah 13.2. Hal ini

menunjukkan bahwa sikap responden baik.

3. Kualitas hidup pasien Diabetes Melitus tipe 2 di RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek rata-rata nilainya adalah 65.3, hal ini menunjukkan bahwa

responden merasa cukup puas dengan kualitas hidup yang dirasakannya .

4. Ada hubungan bermakna antara jenis pengobatan dengan kualitas hidup

pasien Diabetes Melitus tipe 2 (p value = 0,00).

5. Ada hubungan bermakna antara sikap dengan kualitas hidup pasien Diabetes

Melitus tipe 2 (p value= 0,00).

Daftar Pustaka

Asri, D.N. 2006. Kualitas Hidup Penderita Diabetes melitus Tipe 2 Ditinjau Dari

Efikasi Diri, Persepsi, Dukungan Sosial Dan Strategi mengatasi masalah

Aktif. (Thesis). Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Dinas Kesehatan Bandar Lampung. 2011. Profil Kesehatan Provinsi Lampung.

Bandar Lampung.

8MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 3 Februari 2013

Page 9: 22. Megan

ISSN 2337-3776

Handriono, F.J. 2010. Perilakum Pencarian pengobatan Penyandang Diabetes

melitus Anggota Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) Kabupaten

Kapuas. (Thesis). Universitas gajah Mada. Yogyakarta.

IDF. 2010. Diabetes melitus prevalence in 7 region. Diunduh dari

http://www.idf.org/sites/default/files/DM%202010_7%20regions.xls pada

tanggal 30 september 2012.

Ismail, R. 2000. Perilaku Manusia dan Kejadian Sakit (Problem antara teori dan riset), Buletin Epidemiologi Indonesia (2-11) : 3-9, Jaringan Epidemiologi Nasional Jakarta.

Martinez, Y.V., C.P. Aquilar, R.R. Pacheco, J.V. Martinez. 2008. Quality of Life Associated With Treatment Adherence in Patient With Type 2 Diabetes : a Cross-Sectional Study. BMC Health Serv res.

McCarty, Rachele, W.J. Weber, B. Loots, C.C. Breuner, A.V. Stoep, L. Manhart, C. Pihoker. 2010. Complementary and Alternative Medicine Use and Quality of Life in Pediatric Diabetic. J Altern Complement Med.

Nahin, R.L. 2007. Health behaviours and risk factors in those who use

complementary and alternative medicine. MBC Complementary and

Alternative Medicine. USA.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta,

Jakarta. 249 hlm.

Pandey, A., P. Tripathi, R. Pandey, R. Srivatava, S. Goswami. 2011. Alternative therapies useful in the management of diabetes : A systematic review. Journal of Pharmacy and BioAllied Sciences.

Sarwono, S. 2007. Sosiologi Kesehatan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Soegondo, S. 2009. Farmakoterapi pada Pengendalian Glikemia Diabetes Melitus Tipe 2 : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Zahtamal, F. Chandra, Suyanto, T. Restuatuti. 2007. Faktor-faktor Risiko Pasien

Diabetes Melitus, berita Kedokteran Masyarakat, BKM/23/03/97-153, pp

142-147.

9MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 3 Februari 2013