21. urusan pemberdayaan masyarakat dan desa · · 2017-06-16urusan wajib pemberdayaan masyarakat...
TRANSCRIPT
IV.B.21. Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
LKPJ 2013 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 201
21. URUSAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA
Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya untuk memberikan kesempatan
dan kemampuan kepada kelompok masyarakat untuk berpartisipasi, bernegosiasi,
mempengaruhi dan mengendalikan kelembagaan masyarakat secara bertanggung jawab
demi perbaikan kehidupannya. Tujuan utama dari pemberdayaan masyarakat adalah
membentuk individu dan masyarakat yang mandiri, meliputi kemandirian dalam berpikir,
bertindak, dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Diharapkan masyarakat yang
mandiri tersebut secara bertahap dapat membangun diri dan lingkungannya secara mandiri
pula dengan menciptakan demokratisasi, transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan
pembangunan.
Terdapat perbedaan yang cukup mendasar antara “community empowerment
(pemberdayaan masyarakat)” dengan “community development (pembangunan
masyarakat)” yaitu terutama pada aspek “posisi” masyarakat lokal yang lebih sebagai
subyek pembangunan pada konsep pemberdayaan masyarakat, memperbaiki kondisi
sebelumnya yang hanya sebagai objek pembangunan pada konsep pembangunan
masyarakat. Namun demikian kendala yang selama ini sering dijumpai dalam menerapkan
metode “community empowerment (pemberdayaan masyarakat)” adalah mekanismenya
yang lebih membutuhkan upaya ekstra terutama untuk melakukan pendampingan agar
hasil yang dicapai lebih efektif dan efisien. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Wonosobo
melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa berusaha untuk mengkolaborasikan
antara konsep development dan empowerment dalam upaya pemberdayaan masyarakat
dan desa.
Pemberdayaan masyarakat memiliki empat unsur utama yang sekaligus dapat dijadikan
sebagai tolok ukur keberhasilannya, yaitu aksesibilitas informasi, menyangkut seberapa
mudah dan seberapa banyak masyarakat mampu mengakses berbagai informasi yang
dibutuhkan terkait dengan pembangunan, lalu partisipasi atau keterlibatan, menyangkut
siapa saja yang dilibatkan dan bagaimana mereka terlibat dalam keseluruhan proses
pembangunan. Selain itu unsur lainnya adalah akuntabilitas, yaitu bentuk
pertanggungjawaban publik atas segala kegiatan yang mengatasnamakan masyarakat,
serta kapasitas organisasi lokal, yaitu kemampuan bekerja sama, mengorganisir warga dan
memobilisasi sumber daya untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
Pemerintah Kabupaten Wonosobo dalam RPJMD Tahun 2011-2015 menetapkan sasaran
pembangunan pada urusan pemberdayaan masyarakat dan desa selama kurun waktu 2011
s.d. 2015, adalah sebagai berikut: (1) Meningkatnya kualitas penyelenggaraan
pemerintahan desa; (2) Berfungsinya Lembaga kemasyarakatan desa sesuai kedudukan,
tugas dan wewenangnya; (3) Berkembangnya Badan Usaha Milik Desa; (4) Meningkatnya
partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan desa; serta (5) Meningkatnya
keberdayaan masyarakat miskin.
a. Program dan Kegiatan
Untuk mendukung pelaksananan urusan pemberdayaan masyarakat dan desa, pada
tahun 2013 telah dialokasikan anggaran sebesar Rp 10.583.751.092 dan terealisir
sebesar Rp 8.044.182.123 atau 76.66 % dari rencana. Proporsi belanja urusan
pemberdayaan masyarakat dan desa tersebut adalah 0,81% dari total realisasi belanja
APBD Tahun 2013 yang berjumlah Rp 988.103.772.409,00. Anggaran tersebut digunakan
untuk kegiatan belanja langsung maupun belanja tidak langsung. Adapun program dan
alokasi anggaran dapat dilihat pada tabel berikut :
IV.B.21. Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
LKPJ 2013 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 202
Tabel IV.B.21.1
Rincian Program dan Realisasi Anggaran
Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Tahun 2013
No. Program Alokasi (Rp) Realisasi (Rp)
A Belanja Langsung 7.196.753.092 4.854.648.141
1 Program Peningkatan Keberdayaan
Masyarakat 4.992.062.300 2.743.262.597
2 Program Pengembangan Lembaga
Ekonomi Perdesaan 493.380.792 493.380.750
3 Program Peningkatan Partisipasi
Masyarakat Dalam Membangun Desa 515.000.000 444.148.000
4 Program Peningkatan Kapasitas
Aparatur Pemerintah Desa 509.000.000 500.507.500
5 Program Pengembangan Kecamatan
dan Kelurahan 374.500.000 372.445.000
6 Program Administrasi Perkantoran 124.380.000 114.619.794
7 Program Peningkatan Sarana
Prasarana 188.430.000 186.284.500
B Belanja Tidak langsung 3.386.998.000 3.189.533.982
1 Belanja Pegawai 1.615.748.000 1460.783.982
Gaji dan tunjangan 1.338.000.000 1.295.652.982
Tambahan penghasilan 223.748.000 165.131.000
Insentif Pajak/ Retribusi Daerah 54.000.000 -
2 Belanja Hibah 1.771.250.000 1.728.750.000
3 Belanja Bantuan - -
4 Belanja Tidak Tersangka - -
Jumlah Total 10.583.751.092 8.044.182.123
Sumber : APBD Kabupaten Wonosobo 2013 (diolah)
b. Realisasi Program dan Kegiatan
Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat
Sasaran dari program ini terutama adalah meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam
bidang ekonomi dan pemanfaatan sumber daya alam, meningkatkan kualitas kehidupan
sosial budaya masyarakat, dan mewujudkan kelembagaan masyarakat desa yang
berdaya dan mandiri. Program ini dilaksanakan melalui berbagai kegiatan, diantaranya
yaitu : fasilitasi Tentara Manunggal Masuk Desa (TMMD), fasilitasi lomba desa atau
kelurahan, fasilitasi dan pendampingan ADD, pemberdayaan petani tembakau dalam
rangka alih profesi dan alih komoditas, fasilitasi pendampingan posyandu, operasional
pelaksanaan lelang eks tanah bengkok/bondo desa, Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
Untuk Peningkatan Pendapatan Bagi Kelompok Miskin, Perencanaan Partisipasi
Masyarakat Berbasis Gender (P2MBG), Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah
(PMTAS), Fasilitasi Pembentukan Dan Pengembangan Badan Usaha Milik Desa, Fasilitasi
Monitoring Dan Evaluasi Dana Bantuan Provinsi, Fasilitasi Imbal Swadaya, Perangsang
Pembangunan Pedesaan, Fasilitasi Pembangunan Pedesaan, Operasional Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS).
IV.B.21. Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
LKPJ 2013 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 203
Dalam rangka mendukung keterlibatan TNI dalam pembangunan desa melalui program
Tentara Manunggal Membangun Desa, Kabupaten Wonosobo mengalokasikan Rp 133,5
juta dari APBD sebagai bentuk sharing dari alokasi APBD Provinsi sebesar Rp 288 juta
pada kegiatan Tentara Manunggal Masuk Desa (TMMD). Kegiatan ini digunakan untuk
rehab rumah tidak layak huni 5 rumah per desa, mushola 1 unit per desa, poskamling 2
unit per desa, dan penyuluhan tentang bebas buta aksara dan narkoba untuk
masyarakat. TMMD Tahap 1 dilaksanakan April 2013 berlokasi di Desa Slukatan-
Mojotengah, dan TMMD tahap 2 dilaksanakan November 2013 berlokasi di Desa
Kapencar-Kertek.
Kegiatan fasilitasi lomba desa/kelurahan merupakan salah satu amanat dari
Permendagri Nomor 13 Tahun 2007, yaitu bahwa setiap kabupaten wajib melaksanakan
lomba desa/kelurahan. Tahapan kegiatan meliputi penyebaran kuesioner ke masing-
masing desa/kelurahan, pemberian score pada kuesioner oleh kecamatan, seleksi 4
besar desa dengan nilai tertinggi, dan dilanjutkan survey lapangan. Penyebaran
kuesioner dilaksanakan April, sementara penilaian dan survey dilaksanakan bulan Juni.
Lokasi kegiatan yaitu di Desa Binangun Kecamatan Watumalang, Desa Randusari
Kecamatan Kepil, Desa Lamuk Kecamatan Kaliwiro, dan Desa Surengede Kecamatan
Kertek. Setelah survey lapangan dilaksanakan, Tim Penilai Lomba Desa Kabupaten
Wonosobo sepakat bahwa peringkat pemenang Lomba Desa adalah sebagai berikut : 1.
Desa Randusari, 2. Desa Lamuk, 3. Desa Binangun. Setiap desa mendapatkan hadiah
uang pembinaan sebesar 2 juta, 1.5 juta dan 1 juta untuk masing-masing pemenang
peringkat 1, 2 dan 3.
Pemberian bantuan keuangan kepada 236 desa melalui mekanisme Alokasi Dana Desa
(ADD) sebesar 27 Milyar, membutuhkan pendampingan yang intensif dari kabupaten
dan kecamatan melalui kegiatan fasilitasi dan pendampingan ADD. Diharapkan dari
kegiatan pendampingan, pelaksanaan kegiatan lebih efektif dan dapat berkontribusi
bagi kesejahteraan masyarakat. Kegiatan fasilitasi dan pendampingan ini diwujudkan
dalam bentuk sosialisasi dan penggandaan buku perbup tentang pedoman pelaksanaan
ADD, cetak poster tentang informasi ADD sebanyak 1000 buah, verifikasi persyaratan
pencairan ADD, rapat koordinasi tim fasilitasi ADD, pemberian biaya penunjang
pendampingan kecamatan ke desa sebesar Rp 455.000,00 per desa, dan monitoring
pelaksanaan ADD ke 45 desa. Kegiatan ini dilaksanakan selama bukan Januari sampai
dengan Desember 2013 oleh Tim Fasilitasi ADD Kabupaten Wonosobo.
Berdasarkan Permenkeu Nomor 20 Tahun 2009 setiap kabupaten penghasil
tembakau/industri rokok mendapatkan dana bagi hasil cukai dan hasil tembakau dari
pemerintah pusat yang digunakan untuk pemberdayaan masyarakat. Untuk Kabupaten
Wonosobo dana bagi hasil tersebut diwujudkan dalam kegiatan pemberdayaan petani
tembakau dalam rangka alih profesi dan alih komoditas. Melalui Bapermasdes, dana
tersebut dipergunakan untuk pelatihan dan pemberian alat usaha bagi embrio
kelompok produktif yang ada di kawasan penghasil tembakau, akan tetapi berdasarkan
Permenkeu Nomor 20 Tahun 2009 dinyatakan bahwa untuk kawasan penghasil
tembakau tidak diperkenankan untuk pemberian alat, hanya diperbolehkan untuk
peningkatan kapasitas, sehingga alokasi dana kegiatan yang semula pada penetapan
APBD sebesar Rp 100 juta, pada akhirnya dikurangi menjadi Rp 2.3 juta pada saat APBD
Perubahan. Dana ini dipergunakan untuk persiapan kegiatan, yaitu : rapat koordinasi tim
sebanyak 2 kali dan verifikasi proposal kegiatan sebanyak 12 buah.
Sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas dan kinerja posyandu di Kabupaten
Wonosobo dilaksanakanlah kegiatan fasilitasi pendampingan posyandu. Kegiatan ini
IV.B.21. Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
LKPJ 2013 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 204
dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan tentang posyandu bagi aktivis posyandu di 15
kecamatan, dilaksanakan dalam bulan Juni 2013 di Gedung Wanita Kabupaten
Wonosobo.
Melalui Bapermasdes, dilaksanakan juga kegiatan operasional pelaksanaan lelang eks
tanah bengkok/bondo desa. Tanah bengkok desa yang beralih statusnya menjadi
kelurahan berubah menjadi aset daerah yang kemudian sering disebut dengan eks
tanah bengkok. Tanah tersebut dimanfaatkan oleh warga kelurahan dengan mekanisme
sewa selama 2 tahun yang penentuannya melalui proses lelang di setiap kelurahan. Dari
hasil sewa lelang yang disetor ke pemda tersebut, kelurahan mendapatkan
pengembalian lelang yang salah satunya digunakan untuk kegiatan pemberdayaan
masyarakat. Kegiatan ini diwujudkan dalam bentuk monev pelaksanaan lelang di 7
kelurahan, monev pengelolaan kegiatan yang didanai oleh pengembalian lelang di 8
kelurahan, fasilitasi rakor Lurah, biaya penunjang lelang untuk kecamatan sebesar Rp 18
juta, fasilitasi penyelesaian kasus tanah Gunungtawang (tukar guling), serta memfasilitasi
pencairan pengembalian lelang eks tanah bengkok. Kegiatan dilaksanakan selama bulan
Januari sampai Desember 2013. Monev pengelolaan kegiatan yang didanai oleh
pengembalian lelang (8 kelurahan) meliputi Kelurahan : Garung, Selomerto, Kejajar,
Kalianget, Tawangsari, Wonorejo, Kalibeber, dan Selomerto. Monev pelaksanaan lelang
dilakukan di Kelurahan : Jlamprang, Bumireso, Wonoroto, Kejajar, Kalibeber, Selomerto,
Kalikajar.
Berdasarkan Permenkeu Nomor 20 Tahun 2009 setiap kabupaten penghasil
tembakau/industri rokok mendapatkan dana bagi hasil cukai dan hasil tembakau dari
pemerintah pusat yang digunakan untuk pemberdayaan masyarakat, salah satunya
melalui kegiatan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Untuk Peningkatan Pendapatan Bagi
Kelompok Miskin. Melalui Bapermasdes, dana dipergunakan untuk pelatihan dan
pemberian alat usaha bagi embrio kelompok produktif yang ada di kawasan penghasil
tembakau, akan tetapi berdasarkan Permenkeu Nomor 20 Tahun 2009 dinyatakan
bahwa untuk kawasan penghasil tembakau tidak diperkenankan untuk pemberian alat,
hanya diperbolehkan untuk peningkatan kapasitas, sehingga alokasi dana kegiatan yang
semula pada penetapan APBD sebesar Rp 100 juta, pada akhirnya dikurangi menjadi Rp
1,8 juta pada saat APBD Perubahan. Kegiatan yang dilakukan hanya sebatas pada
persiapan kegiatan yaitu rapat koordinasi tim sebanyak 2 dan verifikasi proposal
kegiatan sebanyak 14 buah, dilaksanakan pada bulan Mei 2013.
Untuk meningkatkan peran perempuan dalam proses perencanaan pembangunan di
tingkat desa dilaksanakanlah kegiatan Perencanaan Partisipasi Masyarakat Berbasis
Gender (P2MBG). Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk Pelatihan tentang
Participatory Rural Assesment (PRA) dengan peserta kader-kader perempuan desa.
Lokasi kegiatan di Desa Gumiwang, Sukoharjo, dan dilaksanakan oleh Bagian PP Setda
Kab. Wonosobo.
Salah satu upaya meningkatkan motivasi anak sekolah dilaksanakan melalui kegiatan
Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS). Kegiatan ini juga merupakan
salah satu peran yang dilaksanakan oleh Bapermasdes selaku koordinator PMTAS di
Kabupaten Wonosobo. Kegiatan ini dilaksnakan dalam bentuk Pelatihan pembuatan
jajanan (PMT) dengan menggunakan bahan lokal dengan peserta anggota PKK desa,
guru SD dan pengelola PMT desa, dan dalam bentuk pemberian makanan tambahan
kepada anak sekolah yaitu di SD 3 Tirip Wadaslintang selama 90 kali pemberian.
Kegiatan ini dilaksanakan selama bulan Maret sampai dengan Desember 2013 di Desa
Tirip Wadaslintang bekerjasama dengan Pengelola PMT Desa.
IV.B.21. Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
LKPJ 2013 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 205
Kegiatan Fasilitasi Monitoring Dan Evaluasi Dana Bantuan Provinsi merupakan upaya
untuk mengawal bantuan provinsi Jawa Tengah kepada lembaga ekonomi masyarakat,
yaitu kepada 2 UP2K, 1 BUMDes dan 5 CPPD. Verifikasi proposal dan monitoring
evaluasi bantuan yang diterima oleh ke 8 Lembaga ekonomi masyarakat dilaksanakan
selama bulan Januari sampai dengan Maret 2013. Bantuan UP2K dilaksanakan di Desa
Kalikuning Kecamatan Kalikajar, dan di Desa Karangluhur Kecamatan Kertek, bantuan
BUMDes dilaksanakan di Desa Lamuk Kecamatan Kaliwiro, sementara CPPD dilaksnakan
di Desa Besani Kecamatan Leksono, Desa Larangan Kulon Kecamatan Mojotengah, Desa
Glagah Kecamatan Sapuran, Desa Karangsari Kecamatan Sapuran, dan Desa Plunjaran
Kecamatan Wadaslintang.
Salah satu kelemahan dalam upaya mengembangkan BUMDes adalah rendahnya
inisiatif lokal desa untuk menggali dan mengembangkan potensi desanya. Kendala lain
yaitu masih terbatasnya kualitas SDM desa dalam mengelola pengembangan ekonomi
lokal yang ada di desanya. Untuk itu dilaksanakan kegiatan Fasilitasi Pembentukan Dan
Pengembangan Badan Usaha Milik Desa. Kegiatan ini diwujudkan dengan 2 kegiatan
utama yaitu penggalian potensi ke 25 desa serta pelatihan pengelolaan BUMDes bagi
13 desa yang memiliki inisiatif.
Kegiatan Fasilitasi Imbal Swadaya merupakan kegiatan pendampingan dari dana
Stimulan Pembangunan Pedesaan (dana aspirasi dari legislatif sebagai salah satu upaya
penataan lingkungan pemukiman). Dana stimulan diberikan kepada 201 kelompok
masyarakat masing-masing menerima kisaran 10 juta s.d 50 juta, sesuai dengan
kebutuhan yang tertuang pada proposal. Kegiatan diwujudkan dengan Verifikasi
proposal dan monitoring pelaksanaan kegiatan pembangunan ke 50 desa sampel,
dilansakanan selama bulan Oktober - Desember 2013, berlokasi di 105 desa di 15
kecamatan.
Kegiatan Perangsang Pembangunan Pedesaan merupakan kegiatan aspirasi dari
legislatif. Kegiatan tidak dapat dilaksanakan karena proposal tidak masuk sampai
dengan batas waktu yang ditentukan. Dana Rp 2,6 juta digunakan untuk tahapan
persiapan kegiatan, yaitu survey harga material (semen).
Kegiatan Fasilitasi Pembangunan Pedesaan merupakan dana pendamping dari kegiatan
aspirasi dari legislatif. Kegiatan utamanya tidak dapat dilaksanakan karena proposal
tidak masuk sampai dengan batas waktu yang ditentukan. Dana Rp 1,6 juta digunakan
untuk tahapan persiapan kegiatan, yaitu pembelian ATK.
Kegiatan Operasional Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) merupakan
pendampingan dari kegiatan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya dari APBN, yakni
pemberian bantuan stimulan perbaikan rumah tidak layak huni kepada 790 KK @ Rp 7.5
juta yang berada di seluruh desa di Kecamatan Watumalang dan di Desa Lamuk-
Selomanik Kecamatan Kaliwiro. Kegiatan diwujudkan dalam bentuk sosialisasi program,
verifikasi berkas administrasi, verifikasi lapangan, serta monitoring dan evaluasi.
Kegiatan dilaksanakan selama bulan Januari-Desember 2013 berlokasi di semua desa di
Kecamatan Watumalang dan Desa Lamuk serta Desa Selomanik Kecamatan Kaliwiro.
Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Membangun Desa
Kegiatan Bulan Bhakti Gotong-Royong Masyarakat (BBGRM) dilaksanakan sebagai salah
upaya melestarikan kearifan lokal yaitu budaya gotong royong di masyarakat. Bulan
Bhakti Gotong Royong Masyarakat ini pelaksanaannya digabung dengan Hari Kesatuan
IV.B.21. Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
LKPJ 2013 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 206
Gerak PKK, dilaksanakan dalam bentuk pemasangan spanduk tentang pentingnya
budaya gotong royong di semua kecamatan, upacara Penutupan BBGRM, lomba-lomba
menu lokal dan tradisional, expo produk unggulan UPK PNPM, tes IVA gratis, dan
pemasangan IUD gratis. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 di Gedung
Sasana Adipura Kencana Kab. Wonosobo dan dilaksanakan oleh Bapermasdes
bekerjasama dengan TP PKK Kecamatan dan Kabupaten.
Program Administrasi Pendamping (PAP) PNPM Mandiri Perdesaan diberikan dalam
rangka mendukung pelaksanaan PNPM Mandiri Pedesaan di Kabupaten Wonosobo.
Anngaran kegiatan sebagian besar diberikan kepada kecamatan untuk pendampingan
kegiatan di desa. Bentuk kegiatan yang dilakukan berupa pelatihan untuk meningkatkan
kapasitas perangkat kecamatan dan desa dalam pendampingan PNPM, sosialisasi
petunjuk teknis operasional PNMP, rapat-rapat dan fasilitasi permasalahan serta untuk
bantuan kepada badan kerjasama antar desa. Manfaat dari berbagai kegiatan tersebut
adalah terciptanya proses dan mekanisme PNPM Mandiri sesuai dengan aturan melalui
bentuk-bentuk pembinaan, monitoring, koordinasi, pengendalian serta pelaporan yang
akuntabel.
Kegiatan Gelar Teknologi Tingkat Kabupaten Dan Mengikuti Gelar Teknologi Tepat
Guna Tingkat Nasional merupakan kegiatan tahunan di Bapermasdes. Dalam rangka
meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui teknologi tepat guna, diperlukan data-
data tentang potensi TTG yang dimiliki dan informasi tentang inovasi TTG pada daerah
lain sebagai dasar replikasi/ pengembangan TTG di Kabupaten Wonosobo. Kegiatan ini
dilaksanakan dengan melakukan pemetaan potensi TTG per kecamatan, mengikuti gelar
TTG Tingkat Nasional di Padang, Sumatera Barat, dan menginventarisir informasi inovasi
TTG pada kabupaten/kota yang lain. Pendataan dilakukan pada bulan Maret 2013,
sementara gelar TTG dilaksanakan pada bulan September 2013 di Kota Padang, Provinsi
Sumatera Barat.
Sebagai salah satu upaya menciptakan lingkungan permukiman bagi masyarakat dan
dalam rangka meningkatkan keswadayaan serta partisipasi masyarakat dalam
pembangunan, Bapermasdes Kab. Wonosobo memiliki alokasi bantuan stimulan
penataan lingkungan bagi desa/kel di Kab. Wonosobo melalui kegiatan Penataan
Lingkungan Pemukiman Kumuh. Pemberian bantuan stimulan kepada kelompok
masyarakat untuk kegiatan penataan lingkungan kumuh sebesar Rp 9 juta per kelompok
masyarakat. Tahapan kegiatan yang dilakukan adalah verifikasi proposal, survey
lapangan, pencairan bantuan dan monitoring dilaksanakan selama bulan Maret -
November 2013, berlokasi di Kelurahan Rojoimo, Kec. Wonosobo dan Desa Kumejing,
Kec. Wadaslintang, dan dikerjakan secara swakelola oleh kelompok masyarakat.
Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa
Profesionalisme pemerintah desa adalah salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan program pemberdayaan masyarakat desa. Tujuan dari program ini adalah
mewujudkan tata kelola pemerintahan desa yang baik dan profesional yang antara lain
ingin diwujudkan melalui sasaran meningkatnya kualitas administrasi desa (termasuk
keuangan dan aset desa), meningkatnya kualitas akuntabilitas pemerintahan desa dan
berfungsinya peran pemerintahan desa sesuai kedudukan, tugas dan wewenangnya dan
meningkatnya kapasitas pemerintah desa.
Dalam rangka memberikan petunjuk teknis tentang beberapa produk hukum tentang
pemerintahan desa, disusunlah 2 peraturan bupati tentang pemerintahan desa. Perbup
IV.B.21. Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
LKPJ 2013 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 207
Nomor 50 Tahun 2013 tentang Pedoman Pembentukan dan Pengelolaan BUMDes
sebagai juklak dari Perda Nomor 4 Tahun 2010. Sedangkan Perbup Wonosobo Nomor
42 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Hari Kerja dan Jam Kerja bagi Kades dan
Perangkat Desa disusun karena dipandang perlu untuk meningkatkan pelayanan publik
pemerintah desa kepada masyarakat. Kegiatan yang dilaksanakan adalah rapat
pembahasan konsep Perbup, sosialisasi draft perbup ke PKKW (persatuan kepala desa
Kab. Wonosobo), koordinasi dengan Bagian Hukum Setda, pencetakan dan
penggandaan buku perbup, dan sosialisasi perbup ke semua pemerintah desa. Kegiagtan ini dilaksanakan selama bulan Oktober - Desember 2013.
Kegiatan Evaluasi Kinerja Pemerintahan Desa/Kelurahan disebabkan karena belum ada
standarisasi ukuran keberhasilan sistem penyelenggaraan pemerintahan di suatu desa,
dan belum diterapkannya “reward and punishment” kepada desa yang penilaiannya
bukan saja berlandaskan atas ketertiban administrasi atau kemajuan infrastruktur tapi
juga inovasi desa dalam pembangunan non fisik seperti halnya program pengentasan
kemiskinan. Selain itu juga karena kegiatan lomba desa dianggap belum representatif
untuk menilai kinerja pemerintahan desa atau keberhasilan desa, dan juga sebagai
pemberian motivasi agar desa lebih bersemangat dalam melaksanakan pembangunan
di desanya. Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan evaluasi kinerja pemerintahan
desa dengan tolok ukur kewenangan yang dimiliki oleh desa yang didimensikan dalam
indikator Input-Output-Hasil-Manfaat-Dampak pada setiap kewenangan. Totalnya
terdapat 710 indikator untuk mengevalusi kinerja tersebut. Indikator ini menjadi
kuesioner pertanyaan yang dijalankan dalam proses wawancara tim kecamatan kepada
desa. Pada kegiatan ini diberikan bantuan operasional kepada 15 kecamatan sebesar Rp
11,8 juta. Sedangkan survey lapangan tahap kedua dilaksanakan oleh Bapermasdes
pada lokasi desa-desa terbaik yang masuk nominasi ke 10 kategori. Kegiatan ini
dilaksanakan selama bulan Januari-Desember 2013 berlokasi di 236 desa se Kabupaten
Wonosobo.
Untuk meningkatkatkan motivasi kerja Kades dan Perangkat Desa diberikan Tunjangan
Perbaikan Penghasilan Perangkat sebesar Rp 20,84 Milyar dari APBD Kab. Wonosobo.
Tunjangan ini diberikan untuk 2458 perangkat desa lainnya, 43 sekdes non PNS dan 236
Kepala Desa. Untuk memperlancar pemberian tunjangan tersebut diperlukan kegiatan
update dan rapat koordinasi. Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan Operasional
Tunjangan Kades Dan Perangkat Desa ini adalah update data Kades dan perangkat desa,
rapat koordinasi kasi pemerintahan, dan verifikasi berkas pengajuan TPP.
Bantuan keuangan untuk sarana pemerintah desa dari APBD Prov Jareng sebesar Rp 5
juta per desa ke 236 desa harus digunakan untuk sarana pemerintahan desa dan tidak
boleh untuk infrastruktur atua barang pakai habis, untuk itu dilakukan kegiatan
Operasional Monitoring, Evaluasi Sarpras Dan Pemerintahan Desa yang dilaksanakan
pada bulan Agustus-September 2013. Verifikasi proposal 2013 dan monitoring evaluasi
bantuan yang diterima pada tahun 2012 ke desa sampel 15 yaitu : Desa Gunungtawang
Kec. Selomerto, Desa Besani Kec. Leksono, Desa Sikunang Kec. Kejajar, Desa Tempursari
Kec. Sapuran, Desa Tempurejo Kec. Kalibawang, Desa Karangluhur Kec. Kertek, Desa
Wonosari Kec. Kalikajar, Desa Karanganyar Kec. Sukoharjo, Desa Tegalgot Kec. Kepil,
Desa Krasak Kec. Mojotengah, Desa Mlandi Kec. Garung, Desa Tanjunganom Kec.
Kaliwiro, Desa Trimulyo Kec. Wadaslintang, Desa Tlogojati Kecamatan Wonosobo, dan
Desa Limbangan Kecamatan Watumalang.
Sebanyak 40 Kepala Desa habis masa jabatannya selama periode tahun 2013, sesuai
dengan ketentuan Perda Kab. Wonosobo Nomor 6 Tahun 2006 maka dilaksanakan
IV.B.21. Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
LKPJ 2013 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 208
pemilihan Kepala Desa. Kegiatan Pengisian Jabatan Kepala Desa ini diwujudkan dalam
bentuk : 1. persiapan (pencetakan kartu suara, rapat koordinasi tim) 2. pelaksanaan
(biaya pemantauan pilkades) 3. evaluasi (penanganan kasus pasca pilkades, yaknis kasus
gugatan SK Pemberhentian Sementara Kades Sumberwulan di PTUN). Kegiatan
dilaksanakan dalam 6 gelombang yaitu : 6 Februari (9 desa), 6 maret (9 desa), 3 Juli (15
desa), 18 sept (4 desa), 5 des (3 desa) 40 desa Wonosobo (Bomerto); Kertek (Purwojati,
Banjar, Damarkasiyan, Candimulyo, Surengede, Tlogomulyo, Pagerejo, Purbosono);
Selomerto (Tumenggungan, Candi, Bumitirto, Kadipaten); Leksono (Besani); Sukoharjo
(Plodongan, Pucungwetan, Jebengplampitan); Mojotengah (Krasak, Candirejo, Larangan
Kulon); Watumalang (Bumireso, Wonokampir); Garung (Siwuran, Sitiharjo, Kayugiyang);
Kejajar (Dieng, Parikesit); Kalikajar (Mungkung, Maduretno, Kembaran, Mangunrejo),
Kepil (Rojosari); Sapuran (bogoran, karangsari); Kaliwiro (Cledok, Kemiriombo),
Wadaslintang (Plunjaran, Lancar); Kalibawang (mergolangu, kalikarung). Pembuatan
kartu suara dilakukan dengan mekanisme penunjukan langsung kepada CV. Milarda,
Wonosobo.
Terdapat formasi jabatan perangkat desa lainnya yang kosong dan dapat diisi pada
tahun ini adalah sebanyak 207, sehingga diadaakan pengisian jabatan perangkat desa.
Dari 207 jabatan tersebut terdapat 341 pelamar yang berhak mengikuti ujian tertulis.
Dari 341 pelamar tersebut yang kemudian diangkat menjadi perangkat desa lainnya
adalah 171 perangkat desa lainnya, adapun 36 formasi lainnya tidak dapat diisi karena
alasan tidak ada pelamar dan ada yang tidak lulus ujian tertulis. Kegiatan ini dilakukan
dengan melakukan verifikasi berkas pesyaratan calon perangkat desa, penyusunan dan
penggandaan soal, pemantauan pelaksanaan ujian utama dan perbaikan. Mei - Juni
2013. 125 desa. Tim Pengisian Perangkat Desa Lainnya 2013. Tahapan kegiatan meliputi
: 1. Pengumuman alokasi formasi jabatan 2. Pendaftaran dan seleksi administrasi
pelamar di kecamatan 3. Verifikasi berkas lolos seleksi 4. Pelaksanaan ujian utama dan
ujian perbaikan 5. Pelantikan di masing-masing kecamatan.
Pembentukan Badan Permusyawaratan Desa periode 2012-2018 di 236 desa
menyebabkan adanya pergantian kepemimpinan pada lingkup pemerintahan desa,
sehingga diperlukan pembekalan bagi anggota BPD dengan tujuan utama
meningkatkan pemahaman tentang pelaksanaan tupoksi dan kewenangan mereka selaku unsur Pemerintahan Desa. Kegiatan fasilitasi BPD baru ini diwujudkan dalam
bentuk pelatihan dengan materi antara lain tentang motivasi dan kepemimpinan; bedah
aturan desa; penggalian masalah utama penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan
publik; perencanaan Pembangunan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Desa serta
pengembangan potensi lokal, legal drafting, pertanahan, pengawasan dan anti korupsi.
Dilaksanakan secara bertahap : Angkatan I : 8-10 April 2013 Angkatan II : 10-12 Juni
2013 Angkatan III : 8-10 Oktober 2013 Angkatan IV : 22-24 Oktober 2013. Kegiatan
dilakukan di Meeting room RM. Sari Rasa, Wonosobo. Kegiatan ini dilaksanakan
bekerjasama dengan FNF Indonesia. Peserta adalah Ketua BPD atau yang mewakili dari
236 desa. Trainer dan fasilitator bersumber dari praktisi pemerintahan desa (FNF),
perwakilan camat, bagian tata pemerintahan, kejaksaan, dan desa. Kegiatan ini
dilaksanakan bersama dengan kegiatan fasilitasi kepala desa baru, diwujudkan dalam
bentuk pelatihan selama 3 hari dengan metode ceramah, presentasi, kerja kelompok,
diskusi panel, dan brainstorming.
Pemilihan Kepala Desa Baru sebanyak 169 Kades periode 2012-2018 menyebabkan
adanya pergantian kepemimpinan pada lingkup pemerintahan desa sehingga diperlukan pembekalan bagi 169 Kepala Desa Baru dan refresh bagi 67 Kades lama
dengan tujuan utama meningkatkan pemahaman tentang pelaksanaan tupoksi dan
IV.B.21. Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
LKPJ 2013 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 209
kewenangan mereka selaku unsur Pemerintahan Desa. Kegiatan fasilitasi kepala desa
baru ini diwujudkan dalam bentuk pelatihan dengan materi antara lain tentang motivasi
dan kepemimpinan; bedah aturan desa; penggalian masalah utama penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik; perencanaan Pembangunan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset Desa serta pengembangan potensi lokal, legal drafting, pertanahan,
pengawasan dan anti korupsi. Dilaksanakan secara bertahap : Angkatan I : 8-10 April
2013 Angkatan II : 10-12 Juni 2013 Angkatan III : 8-10 Oktober 2013 Angkatan IV : 22-24
Oktober 2014. Kegiatan ini dilaksanakan di Meeting room RM. Sari Rasa, Wonosobo,
bekerjasama dengan FNF Indonesia. Peserta adalah 236 Kepala Desa se Kab. Wonosobo.
Trainer dan fasilitator bersumber dari praktisi pemerintahan desa (FNF),perwakilan
camat, bagian tata pemerintahan, kejaksaan, dan desa. Kegiatan ini dilaksanakan
bersama dengan kegiatan fasilitasi BPD baru, diwujudkan dalam bentuk pelatihan
selama 3 hari dengan metode ceramah, presentasi, kerja kelompok, diskusi panel, dan
brainstorming.
Sebagian besar LPMD hanya lembaga formalitas yang kurang berperan dalam proses
pemberdayaan masyarakat yang ada di desa, sedangkan sebagian besar KPMD kegiatan
utamanya hanya pada kegiatan PNPM Mandiri Pedesaan. Muncul gagasan untuk
menciptakan suatu kegiatan yang tujuan utamanya adalah untuk pengkayaan konsep,
metode dan pendekatan partisipatoris dalam pemberdayaan masyarakat sebagai bekal
dalam melaksanakan praksis pemberdayaan masyarakat yang sekaligus dapat
mengintegrasikan kerja antara LPMD dan KPMD di level desa, yatu dalam bentuk
pengembangan Sekolah Lapang Pemberdayaan Masyarakat Desa Wonosobo (SLPM
Dewo). Kegiatan Revitalisasi LPMD Dan LPMK ini diwujudkan dalam bentuk lokalatih
dengan agenda sebagai beirkut : Pembekalan pemandu kabupaten dan kecamatan,
berbagi pengalaman dan pandangan terhadap Pemberdayaan Masyarakat, penjelasan
konsep dan perspektif pemberdayaan masyarakat menuju pewujudan desa mandiri dan
berdikari, penjelasan penguasaan metode dan pendekatan partisipatoris pemberdayaan
masyarakat, pengorganisasian masyarakat pemanduan masyarakat, dan penyusunan
rancang tindak dan rancang kelola SLPM Dewo. Dilaksanakan pada tanggal 26-28
September 2013 di Meeting room RM. Sari Rasa, Wonosobo Kegiatan ini dilaksanakan
bekerjasama dengan FNF Indonesia, dengan fasilitator dari praktisi pemberdayaan.
Jumlah peserta sebanyak 80 orang yang terdiri dari : 1. 1 orang LPMD dari 30 desa (1
kecamatan 2 desa) 2. 1 orang KPMD dari 30 desa (1 kecamatan 2 desa) 3. 15 orang kasi
ekonomi pembangunan kecamatan 4. 5 orang staf Bapermasdes Kegiatan ini
dilaksanakan bersama dengan kegiatan fasilitasi BPD baru, diwujudkan dalam bentuk
pelatihan selama 3 hari dengan metode ceramah, presentasi, kerja kelompok, diskusi
panel, brainstorming.
Sebagai tahapan akhir pemilihan Kepala Desa dan untuk mengesahkan jabatan Kepala
Desa yang dipilih adalah pelantikan Kepala Desa oleh Bupati. Pelantikan kepala desa
dilaksanakan bagi 165 Kades hasil pilkades Desember 2012 dan 40 Kades hasil pilkades
tahun 2013. Kegiatan persiapan yang dilaksanakan adalah penyiapan tempat, koordinasi
dengan petugas, dan gladi bersih. Pelantikan dilaksanakan dalam 6 gelombang yaitu : 6
Februari (9 desa), 6 Maret (9 desa), 3 Juli (15 desa), 18 September (4 desa), 5 Desember
(3 desa) di Sasana Adipura Kencana Kab. Wonosobo dan Pendopo Bupati Wonosobo
Program Pengembangan Kecamatan dan Kelurahan
Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas kegiatan serta kualitas
pelayanan kecamatan dan kelurahan dan juga untuk meningkatkan kapasitas aparatur
IV.B.21. Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
LKPJ 2013 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 210
pemerintahan desa dan kelembagaan kemasyarakatan desa. Kegiatan ini dilaksanakan
oleh seluruh kecamatan dan beberapa kelurahan di wilayah Kabupaten Wonosobo,
antara lain digunakan untuk mengadakan berbagai pelatihan bagi aparatur pemerintah
kecamatan, kelurahan, lembaga kemasyarakatan desa, dan juga pengadaan aplikasi
pelayanan administrasi bagi kecamatan, kelurahan dan desa sekaligus pelatihan
penerapan dan pendampingannya.
Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan
Dalam program pengembangan lembaga ekonomi pedesaan ini dilaksanakan berbagai
kegiatan diantaranya adalah Pengembangan Ekonomi Rakyat (PER) yang ditujukan
untuk peningkatan wawasan dan pengetahuan bagi pelaku usaha dan pengelola
agropolitan. Kegiatan ini penting karena dianggap perlu adanya pembinaan dan
pelatihan SDM bagi pengelola agropolitan kabupaten dan kecamatan dalam rangka
peningkatan kualitas SDM bagi pelaku usaha dan pengelola agropolitan.
Kegiatan lainnya adalah Fasilitasi Pengembangan LKM. Bentuk kegiatan ini berupa
pelatihan terhadap LKM yang sudah ada, dan dilakukan pada semester 1 tahun 2013,
diikuti oleh SKPD terkait, Praktisi/Pprofesional, LKM, PPC pendamping, dan Pemerintah
Desa/kelurahan.
Kegiatan Monitoring Kelembagaan Perekonomian Rakyat dilakukan melalui Monitoring
dan Evaluasi terhadap LKM yang sudah mendapat fasilifasi. Kegiatan ini dilaksanakan
pada semester 2 tahun 2013, diikuti oleh SKPD terkait, praktisi/profesional, LKM, PPC
pendamping, Pemerintah Desa/Kelurahan. Kegiatan ini juga dilaksanakan dalam bentuk
pelatihan terhadap pembina LKM, PPC pendamping, dan Pemerintah Desa/Kelurahan.
Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau (DBHCT) dimanfaatkan dalam berbagai bentuk
kegiatan pelatihan, diantaranya Pelatihan Peningkatan Ketrampilan Perajin Sapu.
Kegiatan ini didasari perlunya pemberdayaan SDM dan SDA lokal berupa glagah untuk
peningkatan kesejahteraan. Bentuk kegiatan ini berupa pelatihan pengelolaan glagah
menjadi sapu bernilai tinggi, dilaksanakan pada 9-14 Desember di Desa Krinjing,
Watumalang
Kegiatan pelatihan lainnya dengan menggunakan dana DBHCT adalah Peningkatan
Kapasitas Manajemen Kelompok Perajin Bambu. Kegiatan ini didasari oleh perlunya
pemberdayaan SDM dan SDA lokal berupa bambu untuk peningkatan kesejahteraan.
Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pelatihan pengolahan bambu menjadi produk
anyaman yang bernilai jual tinggi seperti baki, tempat buah, topi, dan lain-lain
dilaksanakan pada Desember 2013 di Desa Klesman, Kepil.
Dengan menggunakan dana DBHCT juga dilakukan kegiatan Pelatihan Ketrampilan
Pengolahan Bulu Domba. Kegiatan ini didasari oleh perlunya pengkatan kesejahteraan
masyarakat melalui pemberdayaan SDM & SDA lokal berupa bulu domba. Kegiatan
dilaksanakan dalam bentuk pelatihan pengolahan bulu domba dari awal pencukuran
sampai menjadi produk bernilai jual, pada tanggal 3-5 desember 2013 Surengede,
Kejajar, dan study banding ke Jogjakarta.
Kegiatan Pelatihan Evaluator Kinerja Keuangan Dan Penyusunan RKAP Bagi BUMD
diikuti oleh SKPD pembina BUMD, dewan pengawas, komisaris BUMD dan direksi serta
karyawan BUMD, dilaksanakan dalam bentuk teori dan praktek, pada tri wulan 3 tahun
2013 dan dihadiri oleh Biro Perekonomian Jateng.
IV.B.21. Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
LKPJ 2013 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 211
c. Capaian Kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa
Untuk mengetahui kinerja urusan ini ditetapkan beberapa indikator yang dapat dilihat
seperti dibawah ini :
Tabel IV.B.21.2
Capaian kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Tahun 2012 - 2013
berdasarkan Indikator Kinerja Kunci (IKK) penyelenggaraan pemerintahan daerah
No Indikator 2012 2013
1 Jumlah desa/kelurahan
berswasembada
- -
2 Jumlah LPM Aktif 212 227
3 Jumlah kelompok PKK aktif 6.726/8.969 x 100%
(74.99%)
6.726/8.969 x 100%
(74.99%)
4 Jumlah kelompok binaan PKK 30 45
5 Posyandu aktif 1.321/1.321 x 100%
= 100%
1323/1323 X 100 %
= 100 %
6 Rasio rumah layak huni per jumlah
total rumah
75244/213509
=0,35
76096/213509
=0,36
Sumber : Bapermasdes
Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah desa atau kelurahan yang telah
berswasembada belum dapat ditampilkan karena untuk mengetahui klasifikasi
desa/kelurahan masuk dalam kategori swasembada, swakarya atau swadaya adalah
dengan tersedianya profil desa/kelurahan selama 5 tahun berturut-turut. Hal ini sesuai
dengan ketentuan Pasal 18 Permendagri Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penyusunan dan Pendayagunaan Data Profil Desa dan Kelurahan, yang menyebutkan
bahwa “Hasil analisis laju perkembangan desa dan kelurahan setiap tahun digunakan
untuk mengukur tingkat perkembangan desa dan kelurahan setiap lima tahun dalam
klasifikasi desa dan kelurahan swasembada, swakarya, dan swadaya”. Sementara
penyusunan profil desa/kelurahan baru dimulai sejak tahun 2011 dan sampai saat ini
masih dalam proses, dan hingga akhir tahun 2013 desa/kelurahan yang telah menyusun
profil desa/kelurahan adalah 165 desa (62.26%).
Pada tabel di atas juga dapat diketahui bahwa data jumlah LPM adalah 227. Data
tersebut menjelaskan bahwa LPM yang dimaksud adalah lembaga pemberdayaan
masyarakat yang jumlahnya masing-masing satu lembaga di setiap desa/kelurahan,
berdasarkan pengertian pada penjelasan Pasal 63 PP Nomor 72 Tahun 2005. Pada tahun
2013 jumlah desa/kelurahan yang LPMnya aktif adalah sebanyak 227 atau 96,19%. Selain
itu jumlah kelompok PKK yang aktif adalah sebanyak 6.726 atau 74.99 %, sementara
kelompok posyandu dari total jumlah yang ada sebanyak 1.232 aktif semua atau 100 %
aktif.
IV.B.21. Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
LKPJ 2013 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 212
Tabel IV.B.21.3
Capaian Kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Tahun 2012-2013
Berdasarkan RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2010-2015
No. Indikator 2012 2013
1 % Jumlah Raperdes yang disetujui bersama 102.54 100
2 % Jumlah BPD yang melakukan rapat pembahasan
LKPJ 42.37
89.41
3 % Kades yang telah mengikuti pelatihan peningkatan
kapasitas 100 96.61
4 % Sekretaris Desa yang telah mengikuti pelatihan
peningkatan kapasitas 100 91.1
5 % Perangkat desa lainnya yang telah mengikuti
pelatihan peningkatan kapasitas 7 35.79
6 % desa yang menyusun profil desa 42.37 62.26
7 % jumlah desa yang melaksanakan tertib adminitrasi
keuangan dan aset desa 72.88 94.92
8 Jumlah desa yang menetapkan APBDes tepat waktu 230 235
9 Jumlah desa yang menetapkan laporan keterangan
pertanggungjawaban APBDes tepat waktu 230 235
10 % Jumlah LPMD yang aktif 80 96.19
11 Jumlah Desa yang membentuk BUMDes 11 11
12 % swadaya masyarakat dalam kegiatan
pembangunan desa 26.69 26.73
13 % penduduk miskin 24.21 25.33
14 % realisasi keuangan PNPM-MD 99.9 99.9
15 % realisasi kegiatan PNPM-MD 100 100
Sumber : Bapermasdes
d. Permasalahan dan Solusi
Permasalahan yang selama ini seringkali dihadapi dalam pelaksananaan urusan
pemberdayaan masyarakat dan desa adalah :
Pengertian “kemandirian atau keberdayaan masyarakat” yang menjadi tujuan dari
proses pemberdayaan masyarakat masih sangat beragam, sehingga beberapa upaya
dalam rangka pemberdayaan masyarakat memiliki tujuan yang berbeda-beda;
Masih adanya beberapa kegiatan yang kurang memperhatikan sasaran yang harus
dicapai, walaupun telah menghasilkan output kegiatan sesuai dengan rencana awal,
namun outcame yang dhasilkan kurang maksimal;
Seringkali suatu kegiatan kurang berkesinambungan dengan kegiatan lain ataupun
dengan kegiatan selanjutnya, sehingga aspek keberlanjutan program pemberdayaan
kurang tercapai terutama untuk kegiatan yang membutuhkan waktu dalam periode
tertentu;
Aspek monitoring, evaluasi dan pendampingan dalam setiap kegiatan masih kurang,
terutama untuk kegiatan di tingkat desa;
Masih adanya beberapa kelompok masyarakat yang belum berperan serta secara
IV.B.21. Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
LKPJ 2013 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 213
aktif dalam proses pembangunan;
Akses masyarakat terhadap informasi mengenai program pemberdayaan masyarakat
dan program pembangunan secara umum masih kurang dan terbatas;
Beberepa usaha yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut antara lain :
Penyusunan perencanaan program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan
desa dilakukan dengan lebih integratif, tepat sasaran, tujuan yang jelas, dan
berkelanjutan;
Perlu adanya pendampingan yang berkesinambungan pada kegiatan pemberdayaan
masyarakat dan desa, dan pihak kecamatan bisa lebih mengambil peran sebagai
pendamping kegiatan;
Sistem monitoring dan evaluasi kegiatan perlu diperkuat, didukung dengan database
desa, sehingga hasil kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat lebih terukur serta
tepat sasaran;
Keterlibatan lembaga desa, lembaga masyarakat, serta masyarakat secara umum dari
berbagai kelompok perlu ditingkatkan, dalam rangka meningkatkan dukungan
terhadap pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
Perlunya peningkatan akses masyarakat terhadap informasi pembangunan dan
informasi lain yang dibutuhkan, melalui berbagai media informasi dan komunikasi
yang efektif dan efisien.