identifikasi dan pemberdayaan sumberdaya desa (tinjauan sosiologis desa di … · 2017. 6. 6. ·...

125
i LAPORAN PENELITIAN HIBAH UNGGULAN UDAYANA JUDUL: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi UU No.6 Tahun 2014) TIM PENELITI Dr. Drs. GPB Suka Arjawa, M.Si (0008076403) (Ketua) Dr. Dra. Ni Luh Nyoman Kebayantini, M.Si (0005015713) (Anggota) Dr. Drh. Tjok Oka Pemayun, M.S. (0030065708) (Anggota) I.B. Wicaksana Herlambang (Anggota) I Gusti Agung Istri Devantari (Anggota) PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS UDAYANA 2015 Bidang Unggulan : Sosial Budaya Kode/Nama Bidang Ilmu : 612/Sosiologi

Upload: others

Post on 09-Dec-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

i

LAPORAN PENELITIAN

HIBAH UNGGULAN UDAYANA

JUDUL:

IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi UU No.6 Tahun 2014)

TIM PENELITI

Dr. Drs. GPB Suka Arjawa, M.Si (0008076403) (Ketua)Dr. Dra. Ni Luh Nyoman Kebayantini, M.Si (0005015713) (Anggota)

Dr. Drh. Tjok Oka Pemayun, M.S. (0030065708) (Anggota)I.B. Wicaksana Herlambang (Anggota)I Gusti Agung Istri Devantari (Anggota)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2015

Bidang Unggulan : Sosial Budaya

Kode/Nama Bidang Ilmu : 612/Sosiologi

Page 2: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

ii

DAFTAR ISI

RINGKASAN

BAB I PENDAHULUANI.1 Latar Belakang ................................................................................................. 11.1 Perumusan Masalah.......................................................................................... 21.2 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 31.3 Tujuan Utama .................................................................................... 31.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKAII. 1Tulisan dan Penelitian Terdahulu .................................................................. 5II. 2 Penjelasan Konsep........................................................................................... 6II. 3 Kerangka teoritis ................................................................................... 8II. 4 Studi Pendahuluan ............................................................................................. 9II. 5 Kerangka Pemikiran dan Luaran ........................................................................ 11

BAB III METODE PENELITIANIII. 1 Jenis Penelitian .............................................................................................. 13III. 2 Lokasi Penelitian dan Alasan Memilih Lokasi ........................................... 13III. 3 Metode Penarikan Sampel ............................................................................ 14III. 4 Unit Analisis ................................................................................................... 14III. 5 Sumber Data ................................................................................................... 14III. 6 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 15III. 7 Teknik Analisis Data ...................................................................................... 16

BAB IV. PEMBAHASAN........................................................................................ 18

BAB V. KESIMPULAN.......................................................................................... 77

LAMPIRAN.............................................................................................................. 82

Page 3: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

iii

IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi UU No.6 Tahun 2014)

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sumber daya baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan (tangible maupun intangible) di desa pakraman atau desa dinas di Bali dan kemudian menyumbangkan hal itu kepada masyarakat untuk dapat difungsikan dengan maksimal (diberdayakan). Masing-masing desa di masyarakat, pasti mempunyai sumber daya, akan tetapi masyarakat Bali tidak terlalu memperhatikan. Target dari penelitian ini adalah bahwa masyarakat desa mengetahui sumber daya tersebut dan mampu memanfaatkannya. Dengan pemahaman dan kemampuan itu, masyarakat akan siap menyongsong Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Undang- Undang ini mempunyai tujuan memaksimalkan potensi yang ada di desa untuk pembangunan, guna menunjang pembangunan nasional. Untuk itu, penelitian ini memakai metode kualitatif. Dengan metode ini peneliti langsung terjun ke lapangan, melihat perkembangan yang ada dan kemudian menafsirkan berbagai realitas dalam bentuk makna, untuk selanjutnya mendapatkan kesimpulan. Untuk menjelaskan pemanfaatan dan pemberdayaan suber daya yang ada, penelitian ini memakaii teori pilihan rasional, yang memandang bahwa manusia, dengan pengetahuannya akan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Dengan konteks pemikiran demikian, maka masyarakat, dengan bantuan melalui penelitian ini, akan terdorong untuk lebih memperhatikan terhadap potensi sumber daya yang ada di sekitarnya, kemudian focus mengembangkan sumber daya tersebut. Dengan cara seperti itu, baik desa pakraman atau desa dinas atau desa apapun sebutannya di wilayah itu, akan mampu optimal membangun dirinya dalam kerangka pembangunan nasional, sebagai desa yang mandiri. Di Bali dengan demikian, desa yang telah mandiri ini tidak akan kebingungan lagi untuk memilih salah satu desa itu untuk didaftarkan ke pusat, dan siap melaksanakan amanah Undang Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Kata Kunci: Sumberdaya, Pemberdayaan, Desa, Desa Pakraman

Page 4: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Upaya penerapan Undang Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa di Bali menuai

langkah cukup sulit. Baik masyarakat maupun pemerintah tidak berhasil mencapai kesepakatan

antara memilih Desa Pakraman atau Desa Dinas untuk diusulkan ke Jakarta. Hal ini menandakan

adanya faktor tertentu yang membuat kedua pihak kesulitan menentukan pilihan. Secara

sosiologis masyarakat Bali sudah terbiasa dengan pelaksanaan kedua jenis desa tersebut karena

dipandang telah berlangsung kooperatif. Desa pakraman merupakan desa tradisional di Bali yang

telah berlangsung berabad-abad. Munculnya Undang Undang No. 5 tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa, membuat di Bali juga diterapkan desa dinas. Dengan demikian di Bali

kemudian ada dua jenis desa, yaitu desa pakraman yang mengurus tentang hal-hal yang

berhubungan dengan adat dan Khayangan Tiga serta desa dinas yang berhubungan dengan hal

kenegaraan-kewarganegaraan. Dua desa itu ternyata mampu berjalan berdampingan dan saling

mendukung.

Karena itulah kemudian, ketika masyarakat diharuskan memilih salah satu dari desa

tersebut, tidak ada kesatuan pendapat bagi masyarakat di Bali. Sebagian cenderung memilih

desa pakraman dan sebagian lagi memilih desa dinas. Secara umum tidak ada kesepakatan

tentang hal ini. Akibatnya ketika tenggat batas waktu pendaftaran selesai tanggal 15 Januari

2015, tidak ada desa yang mendaftarkan diri melalui pemerintah daerah tingkat II. Dengan

kondisi seperti ini, ada waktu dua tahun lagi bagi masyarakat menetapkan pilihannya untuk

memilih salah satu dari dua desa tersebut. Undang Undang No. 6 Tahun 2014 pada hakekatnya

meminta masyarakat untuk memilih salah satu dari desa tersebut untuk di daftarkan kepada

pemerintah pusat

Dari sisi makna, Undang Undang No. 6 Tahun 2014 sesungguhnya ingin

memaksimalkan segala potensi sumber daya yang ada di desa untuk kemajuan dan kemandirian

desa tersebut. Pemerintah akan memberikan berbagai bimbingan dan rangsangan untuk

Page 5: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

2

memaksimalkan segala sumberdaya yang ada di desa agar dapat diberdayakan dan dimanfaatkan

secara maksimal. Salah satu upaya pemerintah untuk itu adalah memberikan bantuan keuangan

lebih dari 1 rupiah. Dana ini digunakan untuk memberdayakan segala sumber daya tersebut.

Dugaan ketidakmampuan masyarakat dan komponen masyarakat di Bali memilih salah satu

diantara desa dinas dan desa pakraman itu adalah tidak dan belum pernah diidentifikasinya

segala potensi sumber daya yang dimiliki, tidak memahami manfaat dari sumber daya, dan tidak

mempunyai pengetahuan untuk memberdayakannya. Padahal, setiap desa di Bali memiliki

sumber daya tangible (tampak) dan intangible (tidak Nampak) yang dapat dimanfaatkan secara

maksimal. Misalnya, desa pakraman mempunyai tanah laba pura yang luas, masyarakat

mempunyai lahan pertanian dan perkebunan yang luas, di desa juga banyak sarjana, potensi

semangat dan kebanggaan desa yang belum tergali, atau letak desa di jalan yang strategis.

Banyak potensi yang masih belum diidentifikasi dan diberdayakan.

Karena itulah, untuk memberikan masukan masyarakat memilih salah satu desa yang

akan dipilihnya, penelitian ini akan melakukan identifikasi sumber daya tersebut di desa-desa,

menggali manfaat dari sumber daya tersebut dan memberikannya kepada aparat desa untuk

menginformasikannya kepada masyarakat untuk dapat dimanfaatkan secara maksimal. Lokasi

penelitian yang dipilih adalah desa-desa di Kecamatan Kerambilan, Kabupaten Tabanan.

Kecamatan ini merupakan salah satu lumbung pertanian Kabupaten Tabanan, tetapi terbengkalai

karena ditinggal oleh masyarakatnya pergi bekerja bolak-balik ke Denpasar atau Badung bagian

selatan.

I.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang diungkap dalam penelitian ini adalah:

1). Apa jenis dan bentuk sumber daya manusia di desa dinas dan desa pekraman yang

bersangkutan.

2). Bagaimana upaya pemberdayaan sumber daya tersebut bagi desa atau desa pakraman dalam

rangka penerapan Undang Undang No. 6 Tahun 2014

3). Bagaimana kesiapan desa dinas atau desa pakraman untuk memberdayakan sumber daya

tersebut?

Page 6: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

3

I.3 Tujuan Penelitian

1). Untuk mengetahui berbagai macam sumber daya, baik yang tangible maupun intangible dari

desa pakraman atau desa dinas.

2). Untuk menjelaskan berbagai manfaat dari sumber daya yang ditemukan di desa atau desa

pakraman tersebut.

3). Untuk mengetahui dan menjelaskan kesiapan desa atau desa pakraman dalam

memberdayakan sumber daya tersebut.

I.4 Tujuan Utama

Tujuan utama dari penelitian ini adalah memberikan gambaran kepada desa bersangkutan

(desa pakraman dan desa dinas) tentang potensi sumber daya yang dimiliki di wilayahnya,

upaya untuk memberdayakan sumber daya tersebut sehingga dengan modal itu dapat

melaksanakan amanat dari Undang Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.

I.5 Manfaat Penelitian

1). Penelitian ini akan memberikan bantuan dan bimbingan kepada desa pakraman dan desa

dinas untuk mengetahui apa saja sesungguhnya yang menjadi sumber daya yang ada di desa

tersebut, yang juga tidak saja memberikan inspirasi kepada desa lokasi penelitian tetapi juga

kepada desa pakraman lain di Bali.

2). Memberikan sumbangan pikiran dan inspirasi bagi desa di luar tempat penelitian, untuk

berupaya menggali sumber daya yang dimiliki dan upaya memberdayakannya.

3). Membuka pengetahuan masyarakat desa dan desa pakraman tentang potensi kemajuan yang

dimilikinya.

4). Memberikan sumbangan kepada pemerintah, khususnya daerah Tingkat II, baik di Bali

maupun di tempat lain di Indonesia dalam rangka menghadapi pemberlakuan Undang Undang

No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Page 7: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

4

5). Dengan pengetahuan yang diberikan tersebut, akan dapat membantu memudahkan pilihan

bagi komponen masyarakat untuk memilih desa pakraman atau desa dinas dalam kerangka

penerapan Undang Undang No. 6 Tahun 2014 ini.

Page 8: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Tulisan Terdahulu

Secara umum, tulisan-tulisan sosiologis tentang desa dan desa pakraman di Bali yang

mengupas tentang sumber daya dan pemberdayaan sumber daya desa, masih sangat minim.

Lebih banyak yang mengupas tentang desa pakraman, terutama menyangkut soal konflik. Ranah

yang dikupas kepanyakan dari sisi hukum. Windia (2014), dalam Hukum Adat Bali: Aneka

Kasus dan Penyelesaiannya, misalnya mengupas berbagai kasus yang ada di desa pakraman,

akan tetapi lebih banyak menitikberatkan pada masalah penyelesaian hukum. Beberapa tulisan

bunga rampai itu mempunyai persoalan sosial tentang kepemilikan sumber daya, terutama

berkitan dengan wilayah pariwisata. Tetapi yang ditekankan adalah kepantasan desa pakraman

dalam mengelolanya. Jadi tentang sumber daya dan pemberdayaan sumberdaya itu oleh

masyarakat, masih belum ada.

Tim Fakultas Hukum Universitas Udayana (2013) melakukan penelitian tentang “Konflik

Perbatasan Desa pakraman dalam Perspektif Ekonomis Tanah serta Penyelesaiannya”,

menyimpulkan bahwa konflik itu dipicu oleh faktor ekonomi rebutan lahan, retribusi, dan

manfaat ekonomi lainnya. Penyelesaian konflik menggunakan pola mediasi yang dilakukan

pemerintah daerah, dan upaya penanggulangannya lebih menekankan faktor represif. Jadi dalam

penelitian ini yang diungkapkan adalah faktor penyebab konflik dan penyelesaiannya yang

memang bersumber dari faktor-faktor ekonomi. Tidak mengupas soal sumber daya dan

pemberdayaannya.

Dharma Laksana dan kawan-kawan (2011) meneliti dengan judul “Eksistensi Gotong

Royong dan Tolong Menolong dalam Kehidupan masyarakat Adat dalam Perkembangan

Pariwisata di Desa Pakraman Penyaringan Desa Sanur Kauh”. Dalam kesimpulannya secara

garis besar disebutkan bahwa kehidupan gotong royong tersebut masih eksis di desa tersebut,

meskipun desa sudah menjadi daerah wisata. Penyebabnya adalah karena nilai solidaritas tinggi,

terutama saat kematian. Tulisan ini hanya menekankan tentang keberadaan nilai dan realitas

gotong royong saja, tetapi tidak mengupas tentang bagaimana pemberdayaan gotong royong itu

sebagai sebuah sumber daya tidak kelihatan (intangible) dari masyarakat. Sedangkan penelitian

Page 9: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

6

yang akan dilakukan ini, justru mencoba memberikan masukan kepada masyarakat tentang

bagaimana memanfaatkan modal itu untuk kepentingan desa, demi menghadapi UU No. 6 Tahun

2014

Jayantiari dan kawan-kawan (2012) meneliti tentang “Otonomi Desa Adat dalam Kaitan

dengan Eksistensi Tanah adat di Desa Pakraman Kukuh Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan”.

Dalam kesimpulannya disebutkan bahwa Desa Pakraman Kukuh secara mandiri mampu

menyelenggarakan kesejahteraan warganya melalui hutan desa sebagai pariwisata. Juga

ditemukan bahwa tanah adat di Desa Kukuh masih tetap eksis tanpa diperjualbelikan. Tulisan ini

memang mengupas tentang salah satu sumber daya yang diberdayakan desa pakraman. Akan

tetapi tidak mengupas tentang sumber daya lain yang mungkin berada di desa tersebut.

Penelitian yang hendak dilakukan penulis, akan mencoba menelusuri berbagai sumber daya yang

ada di satu desa pakraman yang kemudian berpotensi diberdayakan untuk menghadapi UU No. 6

Tahun 2014.

Dengan demikian, penelitian yang berjudul “Identifikasi dan Pemberdayaan Sumber

Daya Desa: Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi UU No.6 Tahun 2014” ini layak

dilakukan untuk melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya karena mempunyai tujuan paling

utama, yaitu mampu memberikan sarana dan pemikiran bagi desa ataupun desa pakraman untuk

menyongsong penerapan UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa, terutama tentang potensi desa

yang dimiliki dan upaya untuk memberdayakannya.

II. 2 Penjelasan Konsep

Identifikasi merupakan upaya mengenali bagian-bagian dari suatu obyek untuk

memudahkan pengenalan terhadap obyek tersebut. Upaya pengenalan itu dapat dilakukan

dengan melihat ciri-ciri utama dari obyek bersangkutan agar dapat dikenali oleh masyarakat.

Ciri-ciri utama ini akan melekat pada obyek tersebut akan didapatkan apabila dikaitkan dengan

manfaat yang diinginkan terhadap obyek bersangkutan. Secara sosiologis, kemanfaatan itu bisa

dikaitkan dengan kebutuhan dan keperluan lingkungan masyarakat di mana obyek tersebut

berada. Beckmann dan Beckmann, kurang lebih menekankan bahwa konteks identitas itu

mengandung makna katagori-katagori yang mempunyai kaitan dengan obyek tersebut dengan

masyarakat (Ramstedt dan Thufail, 2011:19). Dengan demikian, pengkatagorian-pengkatagorian

Page 10: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

7

yang dimaksudkan oleh Beckmann tersebut bisa dilihat pada pengenalan bagian-bagian dari

suatu obyek.

Identifikasi terhadap sumber daya ini dimaknai bahwa desa di Bali sesungguhnya telah

mempunyai sumber daya, akan tetapi karena kurang diperhatikan, menjadi terlantar dan

fungsinya tidak dimanfaatkan secara maksimal. Sumber daya itu sudah ada sehingga yang

duiperlukan hanya mengenalinya secara ulang dan menggali manfaat yang ada di dalam sumber

daya tersebut. Identifikasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini, tidak lain berupa penggalian

dan pengenalan sumber daya tersebut, untuk kemudian diinformasikan kepada aparat desa.

Informasi inilah merupakan salah satu komponen kognitif yang dapat dipakai oleh aparat desa

dalam konteks pemberdayaan sumber daya itu.

Sumber daya tidak lain merupakan obyek, baik berupa benda atau hal yang kelihatan

maupun tidak kelihatan (tangible maupun intangible), yang bisa diberdayakan (digunakan)

kemanfaatannya bagi masyarakat lingkungan maupun masyarakat secara luas. Dalam konteks

sosial, sumber daya yang tidak kelihatan misalnya adalah semangat kelompok, harmonisasi

hubungan sosial, stablitas sosial dan sebagainya. Sedangkan yang kelihatan dapat bermacam-

macam seperti luas tanah, kesuburan tanah, keindahan lokasi, jumlah penduduk, lokasi strategis,

arus air, angin dan sebagainya. Menurut James S. Colemaan, sumber daya itu merupakan hal

yang dapat dikendalikan oleh manusia (Ritzer, Nurhadi, 2011: 480). Lebih jauh lagi dikatakan

bahwa sumber daya tersebut dapat dikontrol oleh individu maupun korporat (lembaga). Dengan

demikian, kelompokpun dapat mengendalikan sumber daya ini.

Dalam konteks desa atau desa pakraman, sumber daya yang dimiliki itu dapat

dikendalikan oleh individu yang ada di desa, kelompok-kelompok atau sekehe yang ada, dan

juga dapat dikendalikan oleh desa maupun desa pakraman.

Sedangkan pemberdayaan adalah pemanfaatan dari sumber daya tersebut secara

operasional sesuai dengan keunggulan dan fungsionalisasinya oleh dan untuk masyarakat.

Ginanjar Kartasasmita, dikutip oleh Mukhtar Sarman (1997:38), menyebutkan bahwa makna

pemberdayaan bagi masyarakat adalah bahwa mereka hendaknya tidak dijadikan obyek dalam

pembangunan, tetapi justru dijadikan subyek dalam pembangunannya sendiri. Penjelasan Catur

Utami dalam Supraja (2014:87) menyiratkan bahwa konteks makna pemberdayaan tersebut

Page 11: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

8

mengaitkan antara masyarakat dengan sumber-sumber yang ada agar sumber itu mampu

dimanfaatkan atau dioperasionalkan oleh masyarakat itu sendiri demi tujuan kehidupannya.

Dengan demikian, pemberdayaan adalah pemanfaatan sumber daya oleh masyarakat untuk

tujuan kehidupan. Anggota masyaratlah yang harus bergerak secara aktif untuk mengolah dan

memanfaatkan kekayaan yang dimiliki. Pemberdayaan ini dapat menguntungkan bagi

masyarakat baik secara materiil maupun spiritual.

II. 3 Kerangka Teoretis

Dalam sosiologi, secara umum ada tiga bentuk teori yang penting bagi perkembangan

manusia. Yang pertama, manusia selalu mengembangkan pengetahuan untuk tujuan penting

tertentu. Kedua, manusia mengubah lingkungan, bahasa dan kepentingan praktis yang

selanjutnya melahirkan pengetahuan hermeneutik, yakni tentang interpretasi, dan ketiga

kepentingan emansipasi (Pelly, Menanti, 1994:159).

Dalam penelitian ini, teori utama yang dipakai, adalah Teori Pilihan Rasional. Teori ini

merefleksikan upaya manusia mengembangkan pengetahuan demi tujuan-tujuan yang dipandang

penting bagi masyarakat.

Pada hakekatnya pemberdayaan merupakan pilihan-pilihan yang menguntungkan dan

terbaik dari berbagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk meraih manfat maksimal

kepada desa. Sumber daya di desa terdiri dari berbagai macam ragam dan karena itu mesti

dipilih yang paling tepat dan pantas untuk mendorong kemajuan. Karena itulah, dalam

penelitian ini teori paling relevan yang dipakai sebagai pembimbing dan pendorong aplikasi

adalah teori pilihan rasional. Teori ini merupakan teori sosial yang diterapkan pada masyarakat

dan mempunyai sentuhan dengan perilaku-perilaku ekonomi, terutama pada aspek yang

menyangkut pilihan yang menguntungkan tersebut. Ritzer yang mengutip Coleman mengatakan

bahwa dalam teori pilihan rasional ini, aktor akan memilih tindakan yang memaksimalkan

keuntungannya (Ritzer, Nurhadi, 2011: 480). Aktor tersebut bisa individu, kelompok, lembaga,

komunitas atau masyarakat itu sendiri.

Teori Pilihan Rasional diungkapkan pertama kali oleh James C.Coleman, dengan dasar

pemahaman bahwa orang bertindak secara sengaja untuk mencapai suatu tujuan, dimana tujuan

dan tindakannya ini mempunyai satu nilai atau preferensi (Ritzer, Nurhadi, 2011: 480). Coleman

Page 12: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

9

juga menyebutkan bahwa dalam melakukan pilihan untuk mendapatkan manfaat maksimal ini,

aktor akan menggunakan pertimbangan-pertimbangan kognitif. Pemahaman inilah yang

kemudian diperluas maknanya oleh Darren Sherkat bahwa untuk mendukung keuntungan

maksimal itu, diperlukan banyak informasi dalam proses pembalajaran (Mellor, 2000: 284).

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teori pilihan rasional itu menekankan kepada

pemampuan manusia atau kelompok sebagai aktor dalam memilih berbagai sumber yang ada,

untuk kemajuan demi mencapai tujuannya. Untuk melakukan pilihan yang tepat itu, haruslah

dilakukan pertimbangan-pertimbangan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, dimana

pengetahuan ini didapatkan secara akumulatif. Bisa melalui pengetahuan lewat teman-teman,

informasi dan sebagainya. Dalam hubungan meraih keuntungan maksimal antara individu dan

kelompok, ada dua kondisi yang bisa diungkap oleh teori pilihan rasional, yakni ketika

pemikiran individu yang digunakan oleh kelompok dan pada saat pemikiran atau tindakan

kelompok atau korporat ditujukan untuk mencapai keuntungan bersama (lihat pembahasan Suka

Arjawa, 2014: 53).

Dalam konteks desa atau desa pakraman menghadapi penerapan Undang Undang No. 6

Tahun 2014, maka untuk dapat menjalankan amanat undang-undang ini yang berupa

kemandirian dan memberdayakan segala sumber daya yang ada, tidak lain dengan cara

mengenali sumber daya yang dimilikinya, kemudian memilih dari sumber daya tersebut untuk

dimaksimalkan manfaatnya agar dapat mencapai tujuan bersama. Penelitian ini membantu

mengenalkan dan menggali potensi sumber daya manusia yang ada di desa tersebut, dan

kemudian memberikan pemahaman tentang manfaat dan upaya untuk memaksimalkan

pemberdayaan sumber daya tersebut.

II. 4 Studi Pendahuluan yang Sudah Dilakukan

Dalam hal wilayah penelitian yang akan dilaksanakan, penulis telah melakukan observasi

awal, melihat kemungkinan-kemungkinan potensi yang ada di wilayah Kecamatan Kerambitan.

Beberapa temuan yang sudah dilihat adalah:

1. Pada bagian tengah kecamatan ini, dilewati oleh jalan utama Denpasar-Gilimanuk.

Sebagai area yang dilalui dengan jalan utama itu, mestinya masyarakat dapat melakukan

aktivitas perdagangan. Tidak semua dimanfaatkan dengan baik.

Page 13: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

10

2. Pada bagian selatan, kecamatan ini berbatasan dengan Samudra Indonesia, dengan ombak

yang besar. Ini seharusnya dapat dipakai obyek pariwisata laut, tanpa harus merusak

alam.

3. Sebagian besar jalan yang menghubungkan desa-desa dan banjar di Kecamatan

Kerambitan, relatif baik. Demikian juga yang menghubungkannya dengan kota Tabanan.

Seharusnya relasi sosial untuk perdagangan, juga bagus. Tetapi ini belum dimanfaatkan

dengan baik.

4. Tanah subur, banyak persawahan dan ladang. Ini sangat memprihatinkan karena banyak

terbengkalai. Banyak masyarakat bekerja di Denpasar dan Hotel-hotel di Badung selatan

5. Kehidupan gotong royong bagus.

6. Catatan memperlihatkan di seluruh Kecamatan Kerambitan telah banyak penduduk

menyandang gelar sarjana.

Sedangkan untuk pemahaman tentang Undang Undang No. 6 tahun 2014, tentang Desa,

penulis telah melakukan beberapa hal:

1. Memberikan wawancara dengan media massa, terutama televisi Republik Indonesia,

pada akhir bulan Januari 2015

2. Memberikan ceramah sebagai sosiolog dalam diskusi tentang UU No. 6 tahun 2014 di

Darmantra Centre, tanggal 12 Januari 2015.

3. Menulis Artikel di Harian Balipost tanggal 13 Januari 2015 (dilampirkan)

4. Mengupas dan menafsirkan pasal-pasal dan ketentuan-ketentuan yang ada dalam UU

No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Page 14: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

11

II. 5 Kerangka Pemikiran dan Luaran

Bagan diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahap awal, penelitian ini membantu melihat

dan mengenali berbagai sumber daya yang ada di desa bersangkutan, yang sebelumnya mungkin

belum dipahami kelebihan dan potensi yang dimilikinya. Segala temuan ini, dalam bentuk

laporan, akan diserahkan kepada desa atau desa pakraman bersangkutan. Akan tetapi, laporan ini

juga akan diberikan kepada pemerintah, baik melalui pemerintah kabupaten maupun pemerintah

provinsi dengan harapan dapat disebarkan kepada desa atau desa pakraman lain di Bali.

Tujuannya agar desa tersebut dapat memakai sebagai rujukan atau referensi.

Identifikasi

Sumber Daya

Desa Pakraman /Desa dinas

Pengenalan Terhadap Potensi Diri Desa

Masukan dari ahli, dosen, mahasiswa, tokoh masyarakat dsb.

Desa Mandiri dengan pemahaman atas potensi sumber daya.

Desa Mandiri Siap Menyongsong UU No. 6 tahun 2014

2016

2017

Page 15: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

12

Peneliti juga akan tetap melakukan hubungan dengan desa atau desa pakraman, melalui

tokoh-tokohnya atau melaluii pertemuan rutin, untuk memberikan penasihatan atau petunjuk,

bimbingan serta diskusi untuk mengoperasionalkan sumber daya tersebut. Tujuan lanjutan dari

penelitian ini adalah bahwa desa mampu memanfaatkan dan memberdayakan sumber daya yang

dimilikinya untuk kemandirian dari desa bersangkutan. Dengan kemampuan seperti itu, maka

desa ini akan dapat mandiri, mampu membangun sesuai dengan modal yang ada dalam kerangka

pembangunan nasional. Bagi desa di Bali, kemandirian ini akan membuat mereka percaya diri

dalam menyikapi amanah Undang Undang No. 6 Tahaun 2014, sehingga tidak terjadi keragu-

raguan. Desa dan Desa Pakraman akan dapat mengenali dirinya, mana yang lebih layak untuk

diajukan ke pusat. Paling tidak dalam waktu dua tahun (tahun 2017), desa di Bali sudah dapat

menentukan kemandiriannya ini.

Dalam konteks praktis, luaran penelitian ini akan dapat dijadikan contoh oleh masyarakat

desa pakraman atau desa dinas di Bali. Dalam konteks ilmiah, penelitian ini akan dimuat dalam

jurnal ilmiah nasional.

Page 16: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

13

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini sifatnya kualitatif. Metode ini digunakan agar bisa melihat langsung dan

meresapi bagaimana kondisi di lapangan. Metode penelitian dengan jenis kualitatif merupakan

metode yang melibatkan penelitinya langsung turun ke lapangan, melihat dan menyelami

keadaan sosial yang berlaku sesungguhnya (Bryman, 2004:267). Dalam penelitian ini, terjun

langsung ke lapangan sangat dipentingkan. Tujuannya adalah dapat melihat langsung keadaan

geografis, mengamati lokasi yang bermanfaat dapat dikembangkan, serta melihat interaksi sosial

masyarakat. Interaksi ini perlu didalami untuk melihat karakter mereka, apakah semangat, penuh

konflik atau ada gaya interaksi lainnya. Terjun langsung ke lapangan juga berguna untuk

merasakan semangat mereka bekerja. Seluruhnya berguna untuk mengamati bagaimana potensi-

potensi yang ada di desa tersebut.

III. 2 Lokasi dan Alasan Pemilihan

Lokasi penelitian adalah di Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, Bali.

Kecamatan ini terletak kurang lebih 60-70 Kilometer di sebelah barat Kota Denpasar atau Kuta.

Akan tetapi, banyak masyarakat yang justru pergi bolak-balik dari Kerambitan menuju Denpasar,

Badung, Kuta, Jimbaran. Disaat ini, tanah-tanah pertanian di desa-desa Kecamatan Kerambitan

yang berdekatan dengan kota Tabanan, banyak yang telah beralih fungsi jadi perumahan.

Padahal, Kerambitan dikenal sebagai salah satu lumbung industri, sumber pertanian serta

perkebunan di Kabupaten Tabanan. Tetapi sumber daya ini terbengkalai karena tidak dilirik dan

ditinggal bekerja di Denpasar atau Kuta. Daerah ini juga mempunyai pantai yang berbatasan

dengan Samudra Indonesia, yang semuanya merupakan sumber daya yang mampu

dimaksimalkan manfaatnya untuk masyarakat. Jika hal ini mampu dimanfaatkan oleh desa atau

desa pakraman, anggota masyarakat tidak perlu sampai jauh pergi ke Denpasar dan tidak perlu

menjual tanah untuk kebutuhan keluarga, karena telah dapat memanfaatkan lahannya sendiri.

Page 17: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

14

III. 3 Sampel

Sampel pada penelitian kualitatif merupakan sampel purposif. Artinya sampel yang sudah

ditentukan. Metode penarikan sampel ini sesuai dengan teknik bola salju. Artinya jumlah sampel

akan ditentukan oleh kualitas pertanyaan dari peneliti dan kualitas jawaban dari responden.

Apabila jawaban dinilai mempunyai kekurangan akan dikembangkan lagi dan memungkinkan

terjadinya pertambahan sampel kepada individu yang lain.

Dalam konteks desa, atau desa pakraman akan dicari desa di Kecamatan Kerambitan

secara berimbang, di daerah selatan, utara, barat, timur dan tengah, masing-masing dua desa.

Misalnya, Desa Tista di Selatan, Timpag di utara, Desa Tibubiyu di Barat, Desa Samsam bagian

timur dan Kukuh di bagian tengah.

III. 4 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah wilayah desa, baik desa pakraman maupun desa

dinas atau dengan sebutan lainnya, dengan lingkungan yang ada di dalamnya. Dipakainya desa

sebagai unit analisis adalah untuk melihat, mengobservasi, dan mencari sumber daya yang ada di

wilayah tersebut terutama sumber daya yang nampak secara kasat mata, misalnya sawah, sungai

atau letak strategis. Sebagai sasaran analisis yang lain adalah anggota masyarakat, terutama

tokoh-tokoh yang berpengaruh baik dari kalangan remaja, dewasa muda, dewasa mauptun tokoh

yang sudah tua. Sasaran atau obyek analisis ini dipentingkan untuk mendapatkan pendapat dan

gambaran tentang potensi sumber daya tidak nampak, seperti misalnya semangat, kecerdasan,

tingkat pengetahuan dan cara pandang anggota masyarakat di desa tersebut. Dengan demikian,

unit yang akan dianalisis adalah desa dan anggota masyarakat yang ada di desa tersebut.

III. 5 Sumber Data

Data dalam penelitian ini ada dua yakni data primer dan data sekunder. Dalam penelitian

kualitatif, data primer merupakan data yang berasal dari lingkungan yang berasal dari wilayah

penelitian. Data seperti ini dapat dikumpulkan melalui observasi pada saat awal perencanaan

penelitian maupun setelah penelitian. Data hasil observasi ini akan dicatat dan direkam. Dapat

Page 18: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

15

juga dilakukan melalui wawancara mendalam atau mendengarkan percakapan warga tentang

potensi desa dimana mereka berada.

Sumber data berikutnya adalah data sekunder yang berupa berbagai informasi yang telah

tercatat, baik dilihat dari buku-buku, internet maupun catatan yang ada di kecamatan, balai desa

maupun yang telah ada di arsip sederhana yang dimiliki penduduk. Misalnya penduduk yang

kebetulan menyimpan catatan pembangunan sebuah bendungan. Di Desa Pakaraman Telaga

Tunjung, Kerambitan, ada bendungan yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Termasuk

pula berbagaisumber tercatat yang ada di kantor pemerintahan Kabupaten Tabanan. Pendapat

dan hasildiskusi dengan para ahli atau cendekiawan juga dipakai sebagai acuan dan dipandang

sebagai data sekunder, sepanjang pendapat itu sesuai dengan tema dalam penelitian ini.

III. 6 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan beberapa cara. Yang pertama adalah

observasi terhadap lingkungan fisik yang ada di desa yang telah ditetapkan sebagai sampel

untuk penelitian ini. Dalam konteks observasi, lokasi, kondisi geografis, demografis, sampai

hubungan sosial diantara penduduk akan dicatat sebagai langkah awal untuk melakukan

penelitian. Berdasarkan pencatatan segala obyek yang menonjol tersebut akan dilakukan langkah

lanjutan yang dapat berupa wawancara maupun diskusi dengan anggota masyarakat setempat.

Untuk mendapatkan pola pekerjaan mereka, jumlah ternak, penempatan kandang ternak juga

akan dicatat dan dimaknai.

Kedua, data dikumpulkan melalui wawancara mendalam. Dalam hal ini, wawancara

merupakan langkah lanjutan yang dilakukan setelah observasi. Diperlukan wawancara untuk

mengamati secara lebih mendalam dari pola interaksi, kondisi obyek yang dilihat, yang dapat

merupakan sumber daya dari desa tersebut. Disamping dilakukan dengan pencatatan, berbagai

obyek tersebut juga akan difoto dan direkam untuk kemudian dianalisis melalui metode

penafsiran atau hermenautika. Baik pertanyaan untuk wawancara dicatat diturunkan dari

perumusaan masalah, dan kemudian dikembangkan saat melakukan wawancara. Observasi juga

merupakan turunan dari perumusan masalah yang ada dalam penelitian ini.

Page 19: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

16

Ketiga, data dikumpulkan melalui diskusi kelompok yang terpusat (focus group

discusion), baik kepada anak-anak muda, remaja, dewasa dan orang tua. Tujuannya adalah untuk

mendapatkan gambaran yang komprehensif tentang persoalan yang diangkat.

Data sekunder yang didapatkan dari buku-buku, maupun wawancara dengan pihak lain di

luar Kecamatan Kerambitan, akan dicatat untuk mendukung data primer.

III. 7 Teknik Analisis Data

Analisis data ini didasarkan pada perumusan masalah yang sudah ditetapkan. Analisis

data pada penelitian kualitatif sifatnya induktif. Artinya dari demikian banyak data yang

didapatkan, ditafsirkan melalui sebuah kesimpulan dan kemudian dikelompokkan sesuai dengan

perumusan masalah yang telah ditetapkan. Data yang didapatkan dari observasi fisik, akan

dimaknai sesuai dengan tema yang ada. Demikian juga data yang didapatkan melalui wawancara,

akan dikelompokkan sesuai dengan perumusan masalah, ditafsirkan dengan keterkaitan antara

satu pernyataan dengan pernyataan yang lainnya. Keterkaitan ini akan memungkinkan membuat

kesimpulan terhadap satu fenomena tertentu. Dalam pemahaman hermenutika, memahami

sesuatu itu adalah melalui penafsirannya (Gibbons, Noer Zaman, 2002: xiv)

Contoh Pencatatan Realitas, Tindak Lanjut, dan Pemaknaan

No Realitas yang Dicatat

Tindak Lanjut Pemaknaan/Penafsiran

1 Kondisi geografis tanah subur

-Bertanya dan wawancara kepada anggota masyarakat (tokoh, ahli, mahasiswa dsb), tentang pemanfaatan tanah tersebut

-Melakukan perbandingan dengan wilayah desa lain, kecamatan lain, atau kabupaten lain.

-Petani yang rumahnya besar memahami bahwa tanah subur memang dapat diberdayakan.

-Anggota masyarakat yang memilih kerja sebagai tukang kebun di kota, masih belum melihat sebagai potensi sumberr

Page 20: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

17

daya

2 Lokasi di jalan raya utama

Melihat aktifitas kegiatan masyarakat yang berhubungaan dengan lokasi tersebut.

-Banyak warung pinggir jalan merupakan indikasi masyarakat memahami kelebihan lokasinya.

3 Hewan dan ternak terpelihara dengan baik.

Melihat aktivitas ternak di keluarga lain atau di desa lain.

Masyarakat memanfaatkan ternak sebagai penghasilan tamabahan. Bisa dikatakan sebagai potensi desa.

4. Bale banjar dimanfaatkan, baik sebagai ruang kumpul-kumpul maupun kreatifitas.

Ikut beraktivitas dan menyelami aktivitas yang ada.

Potensi semangat kekeluargaan tinggi dan kreativitas hidup dii desa tersebut.

5 Dan sebagainya

Page 21: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

18

BAB IV

PEMBAHASAN

IV. 1 Menggali Potensi Sumberdaya di Pedesaan

Salah satu pemikiran yang muncul terhadap keberadaan Undang-Undang No 6 Tahun

2014 tentang Desa ini adalah keinginann untuk menggerakkan desa dengan potensi-potensi yang

dimilikinya. Karena desa jumlahnya puluhan ribu di Indonesia, maka dapat dikatakan tidak

semua desa mempunyai potensi sumber daya manusia yang sama antara satu desa dengan yang

lain. Bentangan geografis Indonesia yang jutaan kilometer luasnya, dengan sifat geografis yang

bermacam-macam tidak memungkinkan kesamaan itu. Di Pulau Jawa dan Bali misalnya, banyak

dijumpai daerah pegunungan. Beberapa dari gunung itu aktif meletus atau dalam sejarahnya

pernah meletus. Ini yang membuat kekayaan alam di dua pulau tersebut lebih bervariasi serta

tanahnya subur. Di Pulau Papua, geografisnya lain lagi karena kaya dengan bahan tambang.

Demikian juga dengan Pulau Sumatra, Kalimantan serta Sulawesi yang kaya dengan bahan

pertambangan.

Apabila dilihat dari konteks budaya, Indonesia ini juga sangat kaya ragam. Catatan yang

pernah ada menyebutkan bahwa paling kurang Indonesia terdiri dari 250 suku bangsa. Masing-

masing suku ini mempunyai budaya, seni, kebiasaan, sejarah yang berbeda-beda yang dapat

ditampilkan sebagai sebuah kekayaan budaya yang dapat diolah. Misalnya ditampilkan sebagai

sebuah pesta kesenian yang dapat mengundang turis. Budaya merupakan salah satu aset desa

yang dapat dimanfaatkan untuk memaksimalkan pendapatan desa kelak. Di Bali, dengan

kekayaan budayanya mempunyai bentuk budaya dalam wujud kesenian tradisionil yang

demikian banyak ada di setiap desa. Tari Sanghyang dengan berbagai bentuknya itu, tidak hanya

dijumpai di satu tempat tetapi juga ada di berbagai tempat, dengan wujud yang berbeda.

Disamping itu atraksi budaya yang dapat ditafsirkan sebagai bentuk seni seperti Perang Tipat di

Kapal, Mekotek di Tabanan, atau Omed-Omedan di Sesetan, merupakan atraksi yang dapat

diklaim sebagai milik desa dan kemudian diberdayakan untuk kemanfaatan desa tersebut. Salah

satu resiko dari pemberdayaan desa ini adalah komersialisasi terhadap upacara-upacara ritual

yang sebelumnya dipandang sakral.

Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa sesungguhnyaa menginginkan adanya

pemberdayaan sumber daya desa ini agar ke depan desa mampu mandiri. Dalam penjelasan

Page 22: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

19

undang-undang ini, disebutkan bahwa tujuan dibentuknya pengaturan desa melalui keluarnya

undang-undang, ada sembilan butir. Dari seluruh butir tersebut, setidaknya sebagian

mempunyai kaitan dengan upaya memberdayakan sumber daya desa, aset desa untuk mencapai

kesejahteraan masyarakat. Tujuan itu adalah mendorong prakarsa, gerakan dan partisipasi

masyarakat desa untuk mengembangkan potensi dan aset desa guna kesejahteraan bersama;

meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat desa guna mempercepat perwujudan

kesejahteraan umum; memajukan perekonomian masyarakat desa serta mengatasi kesenjangan

pembangunan nasional; dan memperkuat masyarakat desa sebagai subyek pembangunan.

Dari tujuan yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat desa, ada beberapa kalimat

kunci yang dapat dilihat yaitu, masyarakat desa harus dijadikan sebagai subyek pembangunan.

Disini harus dilihat bahwa pembangunan yang hendak dilakukan di desa, tidak boleh

menyimpang dari lingkungan sosial dan lingkungan budaya yang ada di desa tersebut. Proyek

pembangunan yang akan dilaksanakan harus mengacu kepada lingkungan tersebut. Perencanaan

pembangunan dan pengembangannya harus dimulai dari apa yang ada di desa. Misalnya, apabila

di desa itu ada bendungan, maka proyek pembangunan dan pengembangan ke depan, haruslah

dimulai dari bendungan ini. Artinya pengembangan dapat dari pertanian, pengembangan

pariwisata air, budidaya perikanan, dan seterusnya. Apabila kebanyakan masyarakat di desa

tersebut dalam kehidupan sosialnya sebagai pedagang, maka haruslah dikembangkan upaya-

upaya pengembangan jiwa wirausaha, terutama bagi generasi penerusnya.

Kalimat kunci lain yang dapat dilihat dari tujuan tersebut adalah pengembangan potensi

dan aset desa demi kesejahteraan bersama. Dengan kalimat kunci seperti ini, maka yang

dipentingkan adalah mengenali potensi sumber daya manusia yang ada di desa untuk

mengembangkan potensi dan aset tersebut. Dalam kehidupan sosial sekarang, sesungguhnya

tantangan besar terletak disini karena orientasi pemuda desa, kebanyakan ke kota atau ke

wilayah-wilayah yang telah menyediakan lahan untuk langsung bekerja. Misalnya, pemuda desa

yang sudah mempunyai keterampilan, tamat diploma, tamat sarjana bahkan tamat doktor,

memilih bekerja di bank, di perhotelan dan sebagainya. Padahal, maksud dan tujuan dari undang-

undang ini adalah untuk menahan mereka-mereka itu keluar desa dan mengenali potensi yang

ada di desanya. Untuk hal ini, beberapa cara dapat dilakukan demi mengembangkan potensi desa

yang ada. Yang pertama, dalam bidang pendidikan tinggi, para dosen atau pengajar berupaya

mengenalkan pemahaman kepada mahasiswa tentang manfaat pembangunan desa, pengenalan

Page 23: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

20

potensi sumber daya desa yang dimilikinya atau pemahaman tentang bagaimana perlunya

pembangunan desa demi memamtapkan pembangunan nasional. Kedua, dalam hal demikian,

para pejabat desa, baik kepala desa maupun tokoh-tokoh desa harus pro aktif melihat potensi

generasi mudanya, dan kemudian memberikan pesan kepada lembaga pendidikan dimana

pemuda itu melanjutkan pendidikan, agar kelak pemuda tersebut bersedia kembali ke desa.

Ketiga, desa dapat mengeluarkan bantuan keuangan untuk ikut membiaya pemuda melanjutkan

sekolah. Dan keempat adalah, pemantauan dini kepada sumber daya manusia desa, tentang

keahlian-keahlian yang dimiliki. Selanjutnya memberikan biaya melanjutkan pendidikan sesuai

dengan keterampilan yang dimiliki. Dengan cara demikian, akan dapat diupayakan partisipasi

warga untuk memanfaatkan potensi dan aset desa guna kesejahteraan bersama.

Peningkatan pelayanan publik juga merupakan kata kunci menarik. Tidak lain, ini

ditujukan kepada aparat-aparat desa yang bekerja di birokrasi desa. Disamping aparatur desa

yang bertugas harus ditingkatkan kualitasnya, penting juga diperhatikan kualitas instrumen-

instrumen yang dipakai untuk melayani masyarakat. Intinya adalah bagaimana aparat tersebut

sigap, kosentrasi dan dengan menggunakan prasarana yang modern, dapat memperingkas

pelayanannya kepada masyarakat, membuat rakyat merasa puas dan senang ketika berususan

dengan kantor kepala desa. Pembuatan kartu penduduk yang memerlukan waktu hanya satu hari,

tentu akan mempercepat proses lanjutan lainnya sehingga percepatan ini dapat mewujudkan

kesejahteraan umum. Pemakaian komputer dan internet, menjadi persyaratan pokok bagi

keberlangsungan dari keberhasilan desa di masa depan.

Pembangunan desa pada akhirnya merupakan upaya untuk menghilangkan kesenjangan

nasional. Untuk menghilangkan kesenjangan ini, tidak lain cara yang dipakai adalah gerakan-

gerakan pada bidang ekonomi. Kritik paling banyak yang ditujukan kepada Indonesia saat ini

adalah adanya kesenjangan dengan dimensi banyak. Artinya, dalam konteks negara secara utuh,

kemakmuran ekonomi antara Indonesia di bagian barat dengan baagian timur, sangat senjang.

Pembangunan banyak dilakukan di bagian barat, terutama di Pulau Jawa dan Bali. Jalan beraspal,

kendaraan serta pusat pengembangan intelektual, ada di wilayah Indonesia bagian barat.

Demikian juga halnya dengan proyek industri. Juga ada kesenjangan antara kota dengan desa.

Dalam proses pembangunan, kota seolah lebih dulu dikembangkan di dibanding dengan desa.

Akibatnya, banyak masyarakat desa mengalir ke kota dalam bentuk urbanisasi. Kesenjangan lain

antara kaya dengan miskin. Yang ditekankan dalam hal ini adalah lebar kesenjangan itu sangat

Page 24: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

21

kentara. Contoh paling menyolok, justru dapat dilihat di Indonesia bagaian Barat, terutama di

Jakarta. Disamping hotel-hotel berbintang justru terlihat banyak sekali perumahan gubuk yang

memperlihatkan kontrasnya hasil pembangunan. Tidak hanya di Jakarta, kota besar lain seperti

Surabaya, Denpasar juga memperlihatkan disparitas kekayaan tersebut. Banyak masih dijumpai

ada pengemis dan gubuk-gubuk liar di pinggir jalan, padahal di beberapa wilayah hotel bintang

lima bertebaran.

Karena itulah kemudian, untuk menghindari adanya kesenjangan seperti ini,

pembangunan dengan pusat pedesaan akan memberikan banyak manfaat bagi perkembangan

Indonesia. Satu hal paling utama yang dapat dilihat dari pembangunan di desa, adalah bahwa

proyek tersebut akan dapat menekan arus urbanisasi ke kota. Urbanisasi ini disebabkan oleh

tidak adanya kegiatan pembangunan atau kegiatan ekonomi di pedesaan sehingga kebutuhan

masyarakat tidak mampu dipenuhi dengan baik. Dengan kegiatan ekonomi yang reletif lebih

banyak di perkotaan, membuat urbanisasi itu meningkat. Menghentikan hal itu adalah dengan

menggerakkan perekonomian di pedesaan. Dengan cara seperti inilah kelak diharapkan tidak

akan terjadi kesenjangan pembangunan anatara desa dengan kota. Karena Undang-Undang No. 6

Tahun 2014 ini berlaku untuk seluruh Indonesia, maka yang menjadi sasaran adalah seluruh

pedesaan di Indonesia. Hilangnya kesenjangan inipun diharapkan untuk seluruh negara

Indonesia.

Maka, upaya-upaya untuk mencapai tujuan seperti yang disebutkan diatas, tidak lain

dengan cara memaksimalkan berbagai sumber daya yang ada di desa, dikembangkan dengan

karakter lingkungan dan identitas lingkungan di desa tersebut. Undang-Undang No. 6 Tahun

2014 menyebutkan bahwa desa sesungguhnyaa telah mempunyai aset yang dapat dikelola. Pasal

76 undang-undang ini menyebutkan bahwa aset desa itu dapat berupa tanah kas desa, tanah

ulayat, pasar desa, pelelangan ikan, pelelangan hasil pertanian, hutan milik desa, mata air milik

desa, pemandian umum dan aset lainnya milik desa.

Terutama setelah reformasi, Bali menjadi salah satu daerah yang paling banyak

mendapat luberan pendatang. Hal ini awalnya disebabkan oleh kerusuhan yang terjadi setelah

jatuhnya rejim Orde Baru. Bali yang dipandang aman, menjadi daerah tujuan tempat tinggal bagi

mereka-mereka yang berduit di Jakarta. Pada akhir kekuasaan Orde Baru juga terlihat ada

kelompok minoritas Tionghoa yang merasa terganggu tinggal di Jakarta, memindahkan tempat

tinggalnya di Bali.

Page 25: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

22

Dampak lain dari kerusuhan Mei 1998 itu, yakni setelah runtuhnya Orde Baru adalah

penurunan aktivitas perekonomian negara. Investor banyak yang lari dari Jakarta sehingga mulai

banyak munculnya pengangguran di Jakarta khusunya dan di Jawa pada umumnya. Sebagai

daerah yang menjadi daerah tujuan pariwisata internasional dan terbaik di Indonesia, maka

perekonomian Bali relatif tidak terganggu, kecuali pada dua kali peledakan bom di Kuta. Hal ini

pula yang mendorong adanya aarus urbanaisasi semakin banyak ke Pulau Bali. Kaum urban dan

pendatang inilah yang kemudian datang ke desa-desa di Bali, termasuk juga desa pakraman.

Salah satu akibat psoitif dari adanya hal ini adalah semakin banyaknya usaha penginapan

(kos-kosan) yang ada di pedesaan. Usaha seperti ini memberikan pemasukan yang tidak sedikit

kepadamasyarakat yang membuka lahan itu. Di beberapa tempat, dibukanya upaya penginapan

atau kos-kosan di pedesaan ini mengubah secara mendasar mata pencaharian anggota masyarakat

dari sebelumnya menjadi petani kemudian menjadi pengusaha kos-kosan. Bagi mereka yang

mempunyai kemampuan kreatif dan memiliki usaha yang cukup banyak, usaha tersebut dapat

diperlebar juga dengan sampingan berupa usaha dagang, baik yang kecil maupun menengah.

Artinya ada masyarakat yang melebarkan usahanya dengan menyediakan usaha rantangan atau

jualan kebutuhan pangan yang dibutuhkan oleh mereka yang mengontrak kamar tersebut. Jika

bukan pemilik yang melakukan diversifikasi ini, masyarakat setempat juga dapat menggerakkan

perekonomian dengan membuka warung makanan. Jadi, mirip dengan upaya yang dilakukan

masyarakat kota.

Disamping upaya tersebut, di desa juga semakin banyak dijumpai usaha perbengkelan,

baik untuk kendaraan besar roda empat atau lebih maupun untuk roda dua. Relatif baik

tumbuhnya perekonomian Bali yang digerakkan oleh pariwisata, membuat dinamika gerakan

masyarakat semakin banyak, termasuk juga untuk mekukan aktivitas pariwisata yang jaraknya

cukup jauh dari desa di Tabanan ke Denpasar atau Badung. Dinamika ini pada akhirnya

membuat munculnya perpaduan antara kebutuhan gerak-cepat dengan kemampuan daya beli

masyarakat. Dipadu dengan relatif baiknya lalu lintas transportasi sampai ke desa-desa, maka

usaha perbengkelan itu dapat tumbuh sampai ke desa-desa. Dengan kemampuan daya beli

demikian, bukan hanya bengkel kendaraan roda dua yang ada, juga roda empat dengan bisnis

ikutannya, seperti karoseri dan pengelasan.

Karena listrik sudah mulai masuk desa-desa, maka alat-alat rumah tangga yang dapat

digerakkan dengan listrik juga banyak ada di desa. Sebagai penunjangnya, tidak hanya ada

Page 26: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

23

usaha perbengkelan alat-alat listrik ini tumbuh di desa, akan tetapi juga toko-toko yang menjual

alat-alat listrik. Di daerah Kecamatan Kerambitan, terutama di bagian yang dibelah oleh alur

jalan raya Denpasar-Gilimanuk, segala macam barang-barang yang dijual di kota, termasuk

juga jenis-jenis usaha yang ada di perkotaan, seperti misalnya di kota Denpasar, juga ada di

sepanjang jalan tersebut. Ini disebabkan karena berbagai kebutuhan pengguna jalan raya sangat

beragam. Bahkan kompleks industri juga mulai merambah wilayah ini. Kecenderungan sosial

awal abad ke-21 (tahun 2015), kepadatan kota telah meningkat dengan banyaknya kaum urban

yang datang. Fenomena ini menyebabkan wilayah-wilayah untuk membangun kompleks

perindustrian semakin susah dijumpai. Karena itu untuk membangun kompleks perindustrian

yang semakin dibutuhkan masyarakat, pindah ke pedesaan. Dan wilayah desa yang dipilih

adalah yang dekat dengan jalan poros Denpasar-Gilimanuk serta mempunyai jalan aspal yang

kondisinya baik. Inilah yang membuat industri seperti perakitan mobil, gudang mobil, industri

furniture berdiri di wilayah pedesaan. Misalnya di Desa Pangkungkarung, Banjar Selingsing

tempat lokasi furniture atau servis mobil di Banjar Lumajang, Desa Samsam.

Suasana dan ciri masyarakat desa yang agraris tersebut sudah boleh dikatakan hilang

pada jalur-jalur seperti ini. Desa-desa yang ada di jalur ini hanya dicirikan oleh desa pakraman,

yaitu adanya tempat persembahyangan Khayangan Tiga, dimana masyarakatnya menggelar ritual

secara bersama-sama pada momen-momen tertentu. Ritual itu misalnya ngaben, atau

persembahyangan bersama (odalan). Model kehidupan masyarakat kota sehari-hari lebih banyak

kelihatan dengan penghargaan terhadap waktu. Jalan raya secara langsung dan tidak langsung

menjadi pendorong menjalarnya pola kehidupan kota menuju desa tersebut. Secara langsung

karena jalan rayalah yang menjadi alur utama lalu-lintas masyarakat sehingga pertokoan dan

usaha jual beli, muncul di tempat seperti ini. Hal itu muncul di jalan raya di Kecamatan

Kerambitan yang dibelah oleh jalur utama Jawa-Bali. Secara tidak langsung, penduduk yang

tinggal di wilayah ini mempunyai kesempatan untuk melakukan perjalanan ke kota secara lebih

cepat dibandingkan dengan penduduk yang ada di pedalaman. Akibatnya, segala modernisasi

dan perubahan sosial yang ada di kota dapat masuk ke desa tersebut secara lebih cepat pula.

Masyarakat akan mencontoh segala perkembangan yang ada di kota untuk di bawa ke wilayah

desa mereka.

Page 27: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

24

IV. 2 Potensi di Kecamatan Kerambitan, Tabanan

IV. 2. 1 Embung Telaga Tunjung

Embung, yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan bendungan yang ukuranya lebih

kecil, telah ada di Desa Telaga Tunjung. Ini berada di Keperbekelan Timpag. Dalam konteks

ekonomis, ia dapat digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan keuntungan. Pada bidang

pertanian, bendungan ini sudah jelas mampu dimanfaatkan sebagai sumber air untuk mengairi

lahan pertanian yang ada di wilayah Timpag dan Kecamatan Kerambilan di bagian utara. Akan

tetapi, bendungan juga dapat dimanfaatkan untuk menarik pariwisata air, seperti wisata mancing

alami serta rekreasi. Bendungan yang luasnya mencapai 10 hektar ini sesungguhnya santat

bagus dipakai untuk sarana mancing. Beberapa dekade yang lalu, pemerintah Provinsi Bali

pernah menaburkan bibit ikan di Danau Batur yang kemudian dimanfaatkan masyarakat, bukan

saja sebagai sarana pariwisata tetapi juga sebagai tempat mata pencaharian. Hal yang sama

seharusnya juga dapat dilakukan di Embung Telaga Tunjung ini. Keuntungan yang dapat diraih

adalah bahwa dengan lokasi yang lebih kecil dibandingkan dengan Danau Batur, masyarakat

lebih mudah untuk melakukan aktivitas macing. Dalam arti secara teoritis, mendapatkan ikannya

lebih mudah dibanding dengan apa yang dilakukan di Danau Batur. Pemerintah Kabupaten

Tabanan tidak melakukan hal itu untuk memetik keuntungan dari keberadaan Embung Telaga

Tunjung. Padahal, masyarakat Tabanan, terutama di desa-desa, sangat rajin melakukan lomba

mancing di berbegai desa, dengan memakai kolam-kolam yang kecil dan dimiliki oleh

perkumpulan. Atau juga dilaksanakan di selokan-selokan kecil. Jadi, secara sosial, potensi untuk

melakukan lomba sebagai sebuah atraksi wisata di Emung Telaga Tunjung, sangat dimungkinkan

dalam bentuk lomba mancing.

Kalaupun kemudian tidak ada perhatian terhadap hal itu oleh pemerintah Kabupaten

Tabanan, seharusnya hal ini dapat dilakukan oleh pemerintahan desa yang ada di wilayah

tersebut, atau oleh bendesa pakraman yang ada di wilayah itu. Dalam hal ini, bukan berarti

lomba yang sifatnya mendadak. Dengan luas mencapai 10 hektar tersebut terlalu luas dipakai

sebagai sebagai arena lomba mincing secara mendadak. Akan tetapi dalam dilakukan sebagai

arena mincing secara regular. Pengelola, yang dalam hal ini bisa oleh kebendesaan atau desa

pakraman, dapat menggelar acara mancing itu di setiap waktu dan di setiap saat. Hanya saja

pengelola harus siap dan menjamin adanya ikan di dalam kolam besar tersebut, dengan cara

Page 28: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

25

memasok ikan. Jadi, setiap hari anggota masyarakat dapat menggunakan tempat ini sebagai

arena mancing dan arena rekreasi. Sudah tentu yang kemudian menjadi pemasukan adalah

pungutan yang ditimpakan kepada mereka yang ingin memancing di lokasi tersebut.

Pengeloaan ini dapat dilakukan oleh pihak swasta, lembaga atau secara mandiri oleh desa

pakraman atau keperbekelan. Pengelolaan oleh pihak swasta akan memberikan kesempatan bagi

pengusaha untuk mengembangkan keterampilannya di bidang manajemen. Akan tetapi juga

mampu memberikan solusi terhadap desa pakraman atau desa dinas yang tidak mempunyai

keahlian di bidang itu untuk melakukan pengelolaan. Desa Pakraman atau desa dinas harus

terampil dalam membuat perjanjian dengan pihak yang akan diajak bekerja sama. Dalam hal ini,

pemerintah daerah tingkat II Tabanan seharusnya memberikan kesempatan kepada pihak desa

pakraman atau desa dinas untuk melakukan hal ini demi memaksimalkan kesempatan yang ada.

Pengelolaan yang dilakukan oleh lembaga atau korporasi atau kelompok orang juga dapat

dilakukan. Dengan pengelolaan oleh kelompok ini, keterampilan yang ada pada masing-masing

orang akan menyatu sehingga secara manajemen lebih baik. Kelemahannya adalah terletak pada

menyatukan keterampilan tersebut agar dapat menjadikan manajamen yang hebat. Masing-

masing pihak yang mempunyai keterampilan biasanya mengeluarkan egonya masing-masing

sehingga kelompok sukar bertahan lama.

Paling menguntungkan sesungguhnya dilakukan oleh desa pakraman atau desa dinas.

Manfaat paling besar akan mengaktifkan potensi-potensi terampil yang ada di desa pakraman

dan di desa dinas tersebut. Ini memberikan manfaat pada beberapa hal. Secara ekonomis,

pengelolaan yang dilakukan desa pakraman atau desa dinas, memberikan keuntungan material

kepada desa tersebut sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan desa bersangkutan, baik

desa pakraman atau desa dinas. Selanjutnya akan merangsang lahirnya tenaga-tenaga

professional di desa sehingga tidak harus pergi ke luar desa mencari pekerjaan. Desa mempunyai

otonomi dan pengetahuan untuk mengelola aset miliknya sendiri.

Dalam hal wisata air, Embung Telaga Tunjung tidak hanya dilakukan dengan

memanfaatkan embung tersebut sebagai sarana mancing. Rekreasi air seperti menghadirkan

perahu untuk rekreasi bagi anak-anak atau anak-anak muda juga dapat dilakukan sebagai

alternatif yang lain. Di masa lalu, masyarakat Bali, terutama di desa-desa sudah akrab dengan hal

seperti ini, apalagi di Kecamatan Kerambitan. Paling tidak ada dua tempat yang pernah populer

pada dekade tujuhpuluhan sebagai tempat rekreasi jukung yang laris dimanfaatkan oleh anak-

Page 29: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

26

anak, yaitu di Banjar Mandung dan Banjar Selingsing pada Empelan Gubug. Wisata mejukungan

pada Hari Raya Ngembak Geni atau Galungan dan Kuningan di masa lalu merupakan pilihan

lain di luar menonton bioskop yang ada di kota Tabanan. Saat ini untuk membuat jukung, banyak

pilihan yang dapat dilakukan, yaitu memakai jukung tradisionil yang terbuat dari kayu atau

membeli yang sudah modern, seperti yang terbuat dari plastik. Wisata seperti ini akan menarik

bagi anak-anak, remaja atau muda-mudi. Dengan luas yang lebih dari lima hektar dari embung

tersebut, sangat memungkinkan mengembangkan wisata rekreasi ini karena manufer yang

dilakukan jukung dapat dilakukan secara lebih luas. Dengan latar belakang tradisi yang sudah

ada sebelumnya pada rekreasi jukung, maka menggalakkan rekreasi ini di embung tersebut

secara manajemen cukup dengan membangkitkan nostalgia masa lalu. Anak-anak muda sekarang

mempunyai orang tua yang mengalami masa-masa rekreasi jukung tradisionil tersebut. Maka

cerita dan pengalaman masa lalu, akan dapat memantik rekreasi seperti ini sekarang.

Olahraga air yang mungkin digelar di Embung Telaga Tunjung adalah kayak termasuk

juga penggelaran lomba kayak. Kayak tidak hanya dapat dilakukan di laut seperti yang dilakukan

di daerah pariwisata Sanur tetapi juga dapat dilakukan di Embung Telaga Tunjung yang cukup

luas areal bagi olahraga ini. Lomba-lomba yang dilakukan setiap minggu dapat juga digelar oleh

pengelola, baik desa pakraman maupun desa dinas.

Sekeliling embung ini luas, dengan dikitari oleh pohon-pohon hijau yang masih sangat

subur. Embung ini berada masuk ke pedesaan sekitar 20 menit dari jalur utama Denpasar-

Gilimanuk dengan kondisi jalan aspal yang bagus. Dengan begitu tidak terlalu susah untuk

dijangkau. Dikelilingi oleh tebing alami yang tinggi di kiri-kanan embung, maka lokasi ini

potensial untuk membuat sarana pendukung rekreasi. Masyarakat dapat membuka warung

tradisionil sebagai lokasi penjualan makanan ringan. Bahkan juga dapat dimanfaatkan dengan

membuka lapangan futsal karena hawanya sejuk, bahkan di siang hari. Daerah pinggiran dari

Emung Telaga Tunjung juga dapat dibesihkan, dibentuk taman dengan diteduhi oleh pohon-

pohon rindang yang alami. Lingkungan ini juga dapat memberikan pemandangan yang jauh lebih

luas, lebih alami dan memikat dibandingkan dengan apa yang ditampilkan oleh hotel-hotel

berbintang, baik yang ada di daerah Nusa Dua, Jimbaran maupun tempat lain di Bali.

Page 30: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

27

IV. 2. 2 Posisi Geografis di Poros Jalan Raya Jawa-Bali

Kecamatan Kerambitan boleh dikatakan mempunyai lokasi yang menguntungkan apabila

dilihat dari alur jalan yang dimiliki. Sebagian dari desa-desa yang ada di Kecamatan ini dilalui

oleh jalan poros Bali-Jawa, yaitu jalan Denpasar-Gilimanuk. Kecamatan ini juga dihubungkan

oleh jalan aspal menuju Kota Tabanan. Pembangunan dan perencanaan sosial akan lebih mudah

dilakukan apabila mempunyai jalan raya yang lebih bagus. Pertama karena dengan transportasi

yang lebih baik, dapat diperkirakan alur angkutan kebutuhan masyarakat lebih terjamin

sampainya di tempat tujuan. Kedua, segala hasil barang dan jasa yang hidup di wilayah tersebut,

akan dijamin tercapai tujuannya dan waktu sampainya. Ketiga, lalu-lintas pergerakan masyarakat

dari satu wilayah ke wilayah lainnya relatif tidak mengalami hambatan sehingga kontak sosial

juga akan berlangsung dengan lebih baik. Keempat, dengan kontak sosial yang berlangsung lebih

baik, maka berbagai kebutuhan masyarakat akan dapat dipenuhi. Akan lebih baik lagi apabila

dengan kondisi sarana transportasi yang baik tersebut, masyarakat juga mampu melakukan

aktivitasnya secara lebih baik dengan dukungan alat komunikasi yang modern. Saat ini berbagai

pilihan alat komunikasi modern sudah tersedia di pasaran.

Di Kecamatan Kerambilan, Desa Pakraman Penyalin, Samsam I dan II, Lumajang,

Mandung, Sembung Meranggi, Sembung Gede, Meliling dan Pucuk merupakan desa-desa yang

dilalui dan dibelah oleh Jalan Raya Denpasar-Gilimanuk. Desa dinas yang dilalui oleh jalan

tersebut adalah Desa Dinas Samsam, Sembung Gede dan Timpag. Melihat kondisi demikian,

seharusnya baik desa pakraman maupun desa dinas yang ada berpotensi besar untuk

meningkatkan kemakmuran rakyatnya. Desa-desa lain di kecamatan Kerambitan telah

dihubungkan oleh jalan yang telah diaspal dengan baik.

Berbagai kreatifitas untuk memanfaatkan potensi sumber daya dapat dilakukan oleh

desa pakraman dan desa dinas untuk meningkatkan kapasitas pendapatannya. Secara ekonomi

pembukaan toko, warung dan berbagai jasa lainnya dibutuhkan oleh masyarakat, dan terutama

oleh mereka yang lewat di jalan raya. Lalu lintas Denpasar-Gilimanuk dipenuhi oleh berbagai

kendaraan, mulai dari sepeda motor yang paling kecil sampai dengan mobil yang mempunyai

roda lebih dari 20. Dalam konteks jalan seperti yang disebutkan diatas, kemanfaatannya oleh

berbagai jenis jasa sudah dilakukan oleh masyarakat.

Kelemahan-kelemahan yang terlihat adalah bahwa, jasa-jasa yang dibuat oleh

masyarakat desa pakraman dan desa dinas itu, masih terlihat monoton, ikut-ikutan dengan apa

Page 31: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

28

yang dilakukan oleh anggota masyarakat lainnya. Sebagai contoh, saat ini sangat terkenal

warung nasi be guling. Sebagai bentuk dari aktivitas jasa ini, sepanjang jalan Denpasar-

Gilimanuk di Kecamatan Kerambitan ada sekian banyak warung nasi be guling (babi gulung) di

pinggir-pinggir jalan. Sampai saat ini memang warung tersebut kelihatan masih laris. Akan

tetapi, mendirikan warung demikian berjejer di satu sisi jalan belum tentu memberikan

keuntungan maksimal di masa mendatang. Persaingan akan semakin ketat dan semakin banyak

yang membuat daya jual semakin sedikit dan akibatnya, keuntungan juga akan semakin kecil.

Pada akhirnya semangat untuk berusaha juga akan semakin menipis. Keseragaman ini masih

dapat dilihat pada obyek jualan pada warung-warung yang lain, entah mereka yang berjualan

kelontong atau berjualan minuman.

Kelemahan lain yang terlihat terutama di jalur poros Denpasar-Gilimanuk adalah kurang

pahamnya anggota masyarakat tentang manajemen warung. Bagi mereka yang mempunyai

warung atau tempat usaha yang lebih besar, sangat kurang memperhatikan lokasi parkir. Mereka

membangun warung dengan memanfaatkan lahan secara penuh sehingga lahan parkir menjadi

kurang. Di tengah kecenderungan masyarakat memakai kendaraan bermotor, tempat parkir

merupakan hal paling wajib dalam satu warung. Parkir yang luas merupakan daya tarik pertama

bagi setiap pelanggan dan pembeli. Akan tetapi, sebagian dari warung-warung yang ada di

sepanjang jalan itu, masih belum memperhatikan hal ini. Fenomena demikian merupakan ciri

khas dari warung tradisional Bali masa lalu. Ini bisa dipahami karena di masa lalu masyarakat

lebih banyak berjalan kaki untuk berbelanja

Boleh dikatakan sepanjang jalan Denpasar-Gilimanuk, sudah semua dimanfaatkan

dengan berbagai jasa yang ada. Berbagai jenis jasa yang kelihatan adalah warung, toko,

perbankan, bengkel, kontrakan, perkantoran, jasa foto copy, tukang cukur, salon, pencucian

kendaraan sampai dengan penginapan. Ini menandakan bahwa pemanfaatan tersebut sudah

optimal di masyarakat yang ada di pnggir jalan tersebut. Yang masih belum maksimal dilakukan

adalah sikap profesional mereka dalam melakukan pengelolaan. Kalau tadi disebutkan tentang

sarana parkir yang masih belum menunjang, hal lain yang tidak terlihat adalah soal ruangan dan

kebersihan. Terutama bagi warung-warung yang tradisional, ruangannya masih penuh dijejali

dengan berbagai barang yang dijual. Akibatnya meja yang seharusnya dapat dipakai untuk duduk

menikmati makanan, misalnya rujak, sesak dan tidak memberikan kenyamanan untuk

menikmati suguhan. Ini juga terjadi pada hal-hal lainnya, misalnya bengkel yang tidak

Page 32: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

29

menyediakan kursi bagi pelanggan yang datang. Termasuk juga jasa foto copy yang tidak

memberikan ruang untuk duduk bagi pelanggan. Etika profesional hanya kelihatan pada kantor-

kantor yang bergerak pada bidang jasa, misalnya perbankan yang memang menyediakan kursi

bagi pelanggan dan pengguna jasa. Bagaimanapun, pelanggan akan merasa lebih nyaman datang

apabila kebutuhan primer fisiknya dipenuhi. Kebutuhan primer fisik ini diantaranya adalah

tempat duduk tadi. Kekurangan professional tersebut semakin terlihat apabila dilihat warung atau

jasa yang dibuka di jalan arteri dan bertambah lagi apabila memasuki wilayah pelosok.

Kebersihan dan penataan tempat berjualan juga kurang terlihat. Terutama di daerah-

daerah yang ada di pedesaan debu yang melekat pada barang-barang jualan masih menempel.

Ini merupakan bagian dari kebiasaan masa lalu yang masih belum dapat diperbaiki sampai

sekarang. Dalam arti kebiasaan tersebut masih melekat. Padahal, kesadaran soal kebersihan

sudah semakin sering dimunculkan di media massa. Disamping debu yang melekat pada barang-

barang, ornamen dari warung juga kelihatan masih kurang bersih.

IV. 2. 3 Sarjana dari Berbagai Disiplin Ilmu

Kecamatan Kerambitan dikenal mempunyai warga yang berpendidikan tinggi. Disamping

itu juga mempunyai semangat tinggi dalam berbagai bidang. Sebagai bagian dari Kabupaten

Tabanan, Kecamatan Kerambitan merupakan salah satu penghasil beras dan padi yang cukup

untuk memberikan kesejahteraan kepada keluarga. Di luar itu, yang patut juga dipertimbangkan

adalah semangat dan fanatisme terhadap daerah. Pada bidang olahraga sepakbola misalnya, di

masa lalu Kerambitan kerap menjadi juara se kabupaten Tabanan, mulai dari tingkat sekolah

dasar sampai kompetisi dewasa.

Di masa pendidikan bertambah maju, terutama dengan semakin terdidiknya mayarakat ke

perguruan tinggi, banyak sarjana juga berada di Kecamatan Kerambitan. Di desa Pakraman

Penyalin misalnya, jumlah sarjananya cukup signifikan. Akan tetapi, sarjana yang mampu

memanfaatkan alam desa pakraman untuk maju sangat sedikit. Yang paling cocok

dikembangkan di desa pakraman ini adalah sektor pertanian,, petkebunan dan persawahan.

Tetapi sarjana pertanian hanya satu dan kemudian telah merantau ke Pulau Jawa.

Sarjana merupakan produk perguruan tinggi yang secara formal diakui memiliki

kemampuan untuk menganalisa masalah tertentu. Kemampuan menganalisis ini merupakan

kelebihannya apabila dibandingkan dengan tamatan akademi atau diploma. Tamatan diploma

Page 33: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

30

dibekali oleh keterampilan mengolah atau membentuk suatu produk. Sedangkan sarjana

mempunyai kelebihan menganalisis. Obyek yang dianalisis itu bisa berupa produk, dimana

produk ini dihasilkan oleh sebuah keterampilan. Melalui analisislah kekurangan atau kelebihan

produk itu diketahui. Seorang yang mampu menghasilkan produk kue misalnya, akan dianalisis

oleh seorang sarjana ekonimi tentang pemasarannya, tentang bahan asalnya oleh sarjana kimia

atau potensi kebusukannya. Maka, seorang sarjana akan mampu membekali diri dan menambah

keterampilan, melalui kursus atau belajar secara mandiri untuk menghasilkan keterampilan.

Seorang sarjana ekonomi tidak akan salah apabila menambah wawasannya dengan terampil

membikin kue. Seorang sarjana teknik menambah keterampilannya dengan membikin produk

sepeda elektrik. Atau seorang sarjana pertanian tidak keliru juga apabila menggabungkan

keahliannya pada bidang manajemen.

Dalam hal ini, harus diakui bahwa sarjana yang banyak bertebaran di pedesaan dan

menjadi aset desa pakraman maupun desa dinas itu, kurang mampu menggerakkan dirinya untuk

menambah keterampilan produksi atau keterampilan lainnya sehingga keahlian yang dimiliki

tidak dapat digunakan secara maksimal. Akibatnya, mereka banyak menganggur atau datang

menjadi kaum urban di perkotaan dan banyak bekerja di sektor pariwisata di Denpasar atau

Badung. Waktu yang terbuang percuma untuk menempuh jarak yang lebih dari 70 kilometer

tersebut tidak dipikirkan secara matang sehingga terbuang percuma, disamping juga tidak baik

untuk kesehatan pribadi.

Suara-suara kritis tentang desa pakraman, yang kebanyakan bernuansa negatif, dapat

dikatakan sesungguhnya mempunyai hubungan dengan tidak dimanfaatkannya secara maksimal

potensi sarjana terhadap perkembangan dan pembaruan desa pakraman. Setidaknya secara

tekstual, desa pakraman itu mempunyai keterkaitan sangat kuat dengan sarjana hukum, terutama

dari kosentrasi hukum adat. Ini dikarenakan hukum adat itu merupakan pemikir dan otak dari

keberadaan desa pakraman tersebut. Sarjana hukum adat dididik untuk berfikir dan menganalisis

tentang sejarah adat, perkembangannya serta arah pembaruannya di masa depan. Ketika desa

pakraman berhadapan langsung dengan modernisasi, para sarjana yang mempunyai spesialisasi

hukum adat lah yang akan dapat mengembangkan dan memperbaiki hal seperti itu. Sekarang

jarang ada sarjana hukum adat yang memegang desa pakraman. Para sarjana ini tidak saja

mempunyai kemampuan untuk menganalisis sejarah dari hukum adat tersebut, tetapi juga secara

Page 34: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

31

jelas mengkaji norma-norma yang sudah tidak sepatutnya dipertahankan serta memperbarui

kebiasaan yang ada berdasarkan perbandingan yang ada.

Sebagai seorang yang belajar hukum, mereka akan mengetahui bagaimana norma-norma

yang mestinya berlaku di masyarakat dan bagaimana pelanggaran-pelanggaran yang terjadi.

Sebagai pembelajar adat, para sarjana ini tidak hanya mengetahui perkembangan hukum dan

norma-noma adat yang ada di daerahnya sendiri. Akan tetapi juga dari daerah-daerah lain di

Indonesia. Sebagai negara yang mempunyai banyak suku bangsa, maka tersedia demikian

banyak kebiasaan adat yang berlaku di berbagai wilayah Indonesia. Banyaknya kebiasaan inilah

yang sesungguhnya dapat dipakai sebagai perbandingan untuk memperbaiki segala kebiasaan

yang berlaku di desa pakraman di Bali. Ini sangat penting dilakukan di tengah perkembangan

jaman dan modernisasi yang demikian ketat di Bali.

Sarjana lain yang juga mempunyai keterkaitan dengan perkembangan desa pakraman di

Bali adalah sosiologi. Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari masyarakat dengan berbagai

aspek yang ada. Setiap aspek perkembangan masyarakat akan dipelajari dalam ilmu ini. Desa

pakraman tidak lain merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki perkembangan kompleks

di Bali. Secara sederhana, desa pakraman ini merupakan lembaga yang hampir mirip dengan

negara. Di samping mempunyai wilayah dengan penduduknya, juga mempunyai aturan hukum,

pemerintahan dengan berbagai strukturnya, kekuatan ekonomi sampai dengan memiliki penjaga

keamanan. Termasuk juga perbatasan. Dengan keberadaan seperti itu, segala aspek

perkembangan sosial terjadi di dalam desa pakraman. Secara mendasar, desa ini boleh dikatakan

sebagai komunitas yang mempunyai tugas menjalankan keagamaannya dan komunitas tersebut

berjalan berdasarkan pada keagamaan Hindu. Karena itulah, hubungan sosial, persaudaraan,

gotong-royong, subordinasi, kekuasaan, pengaruh, konflik dan sebagainya ada di dalam

lingkungan desa pakraman dengan segala aspek-aspeknya. Masing-masing desa pakraman di

Bali mempunyai banyak ragam gaya sesuai dengan budaya mereka di lingkungan tersebut.

Sosiologi mempelajari setiap aspek dari kehidupan sosial, termasuk perubahan sosial yang akan

terjadi beserta bagaimana cara mengantisipasinya. Karena itu, sarjana sosiologi sangat

diperlukan untuk mengembangkan desa pakraman.

Sarjana Antropologi juga sangat diperlukan. Antropologi merupakan ilmu yang mengalir

seperti air. Ilmu ini mempelajari kebudayaan dan kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok

masyarakat. Disebutkan juga apabila antropologi tersebut mempelajari suku bangsa. Akan

Page 35: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

32

tetapi, apabila dilihat secara lebih dalam, misalnya dengan ciri khas dan kebiasaan yang berlaku

di desa bersangkutan, desa pakraman sesungguhnya merupakan kelompok masyarakat yang

malah mirip dengan suku. Di Bali, desa pakraman tersebut mempunyai kebiasaan yang berbeda-

beda dalam penerapan ritual agama. Dan karena itu juga mempunyai kebiasaan yang berebeda

dalam menerapkan praktik kehidupan mereka. Sebanyak 1500 lebih ada desa pakraman di Bali,

yang tidak semuanya mempunyai praktik yang sama antara satu sama lain. Dengan kondisi

seperti itulah sesungguhnya antropologi merupakan ilmu yang pantas untuk dilibatkan dalam

proses pengembangan desa pakraman ini. Artinya baik para sarjana antropologi maupun desa

pakraman tidak saling menjaga jarak, melainkan saling meleburkan diri satu sama lain untuk

mengembangkan desa pakraman.

Sarjana Sastra Bali dan Jawa Kuno diperlukan untuk memberikan pemahaman-

pemahaman terhadap tafsir sastra yang dipakai sebagai dasar menjalankan ritual agama Hindu.

Agama Hindu di Bali dijalankan atas dasar sastra baik yang berasal dari bahasa sansekerta

maupun dari bahasa Jawa Kuno (Kawi). Dalam hal sastra yang telah diterjemahkan, seperti

misalnya Bhagavat Gita, yang dipandang sebagai Weda V, masyarakat memandang arti dari

bait-bait syair yang ada di dalam buku suci tersebut telah diketahui. Akan tetapi, pemaknaan dari

bait syair itu belum tentu diketahui secara matang. Ini disebabkan karena setiap bait syair itu

dapat ditafsirkan menjadi beragam makna. Untuk memahami pemaknaan yang lebih luas itulah

maka diperlukan adanya penafsir-penafsir terhadap ajaran Weda ini sehingga masyarakat dapat

menjalankan agama secara lebih luas dan bermakna. Secara lebih luas artinya mempunyai

pilihan yang lebih banyak, disesuaikan dengan konteks waktu, tempat dan keadaan. Sarjana

sastra Bali mempunyai kemampuan untuk melakukan penafsiran tersebut.

Disamping melakukan melakukan tafsiran atas pemaknaan tersebut, sarjana sastra Bali

tentu saja juga mampu melakukan penerjemahan terhadap sastra-sastra lain yang dipakai

landasan dalam menjalankan ritual agama di Bali.

Sarjana Agama Hindu sudah tentu juga diperlukan oleh desa pakraman. Seperti juga

halnya dengan sarjana sastra Bali Kuno atau Jawa Kuno, sarjana agama Hindu diperlukan untuk

menerjemahkan makna agama yang dapat disesuaikan dengan perkembangan jaman. Ritual

yang terlalu memberatkan masyarakat, yang menyita tenaga, waktu dan biaya, semestinya dapat

dikurangi agar masyarakat desa pakraman dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan

perekonomian yang demikian cepat di Bali. Sarjana agama Hindu ini diperlukan untuk

Page 36: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

33

menerjemahkan pemaknaan upacara sehingga desa pakraman di Bali dapat melakukan upacara

yang sesuai dengan pemaknaan itu agar tidak bertentangan dengan sebagian besar anggota

masyarakat. Sebuah pembaruan dari tradisi, misalnya menyederhakana upacara sampai 50

persen, berpotensi menimbulkan konflik. Karena itu, kerjasama antara sarjana agama Hindu

dengan sarjana sastra ini dalam menerjemahkan arti syair sastra dan menafsirkan pemaknaannya,

dapat diterima oleh sebagian besar masyarakat dan kemudian tidak menimbulkan konflik sosial.

Dalam kerangka menyongsong perkembangan sosial di Bali, dengan aspek

perekonomiannya yang demikian berkembang, desa pakraman mau tidak mau harus

memanfaatkan sarjana manajemen (ekonomi), atau teknik industri. Kedua sarjana ini mempunyai

keahlian dalam mengelola organisasi (perusahan) untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan. Teknik industri merupakan sarjana yang mempunyai kemampuan untuk mengelola

perusahan dan memikirkan berbagai kiat perkembangannya. Pengelolaan desa pakraman sesuai

dengan perkembangan jaman yang diatur dibawah Undang-Undang No. 6 Tahun 2014, tidak

lain menginginkan desa sebagai sebuah organisasi yang mampu mengelola dirinya sendiri

termasuk aset yang dimiliki. Dengan demikian, diperlukan kemampuan manajamen untuk

mengelola modal yang dimiliki tersebut.

Sebagai sebuah komunitas tradisional di Bali, desa pakraman mau tidak mau

mendasarkan diri pada lingkungan tradisional yang menjadi penopang hidup masyarakat. Bali,

sejak berabad-abad telah dikelola dengan dasar pertanian dan perkebunan. Pertanian, terutama

persawahan menjadi dasar dari perkembangan struktur sosial di Bali, termasuk juga desa

pakraman. Pada hakekatnya desa pakraman ini merupakan struktur sosial yang banyak mengatur

tentang kegiatan sosial yang berbasis pertanian. Upacara agama yang menjadi fungsi pokok dari

desa pakraman, sesungguhnya juga merupakan endapan dari budaya pertanian. Dengan alasan

tersebut maka desa pakraman sangat memerlukan sarjana pertanian untuk perkembangannya.

Sarjana dengan kualifikasi inilah yang akan dapat memberikan masukan-masukan kepada desa

pakraman, terutama dalam hal sejauh mana ritual yang bebasis pertanian itu dapat dipertahankan

bagi desa pakraman yang berada di lingkungan perkotaan. Sebaliknya bagi desa pakraman yang

masih ada di desa dan pegunungan, sarjana pertanian ini akan mampu memberikan saran, contoh

dan praktik mengembangkan model-model pertanian terbaru untuk memacu desa tersebut

berkembang, sesuai dengan perkembangan sosial paling modern.

Page 37: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

34

Sarjana-sarjana dari ilmu yang lain lain akan sangat membantu perkembangan desa

pakraman, terutama apabila dikaitkan dengan berbagai perkembangan kemajuan sosial di Bali.

Dengan pesatnya pariwisata yang ada di Kuta, Sanur, Gianyar dan lain-lain, cara pengelolaan

desa pakraman tentu akan sangat berbeda. Dengan otonomi yang dimilikinya serta gaya

manajemen yang berbeda-beda, desa pakraman akan dapat memanfaatkan sarjana dari berbagai

disiplin ilmu untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

IV. 2. 4 Potensi Pariwisata Laut

Bagian selatan dari Kecamatan Kerambitan, yaitu di Kelating dan Pasut, berbatasan

langsung dengan Samudra Indonesia yang mempunyai ombak besar. Potensi ombak yang besar

ini sesungguhnya dapat dimanfaatkan sebagai obyek rekreasi surving, terutama kepada turis-turis

maancanegara yang datang ke Bali. Transportasi menuju daerah ini sudah lumayan bagus karena

jalan rayanya sudah mulus dan memakai aspal hotmik. Tidak saja terhubung langsung ke kota

Kabupaten Tabanan, tetapi juga terhubung langsung dengan pusat pariwisata di Tabanan, yaitu

Tanah Lot, dan dari sini, langsung terhubung ke Denpasar. Sebagai kawasan rekreasi, laut

Samudra Indonesia tidak hanya menawarkan ombak yang besar tetapi juga pantai yang indah

dan pemandangan sunset yang memesona. Sebagai tawaran pemandangan yang luas dan segar di

pantai, Pantai Pasut dan Kelating memberikan harapan. Demikian juga sunset nya. Karena itu

dua pantai di Kecamatan Kerambitan ini memberikan potensi besar sebagai daerah yang

menghasilkan pendapatan.

Pasir laut di wilayah ini memang tidak seperti Pantai Kuta atau pantai di kawasan Selatan

Kabupaten Badung yang semuanya putih. Pantai di Kelating dan Pasut berwarna hitam pekat.

Akan tetapi, bukan sekedar itu yang ditawarkan. Seperti yang diutarakan tadi, kedua pantai ini

menawarkan atraksi alami sunset yang bebas pandang di sore hari, sama dengan pemandangan

yang dijanjikan oleh Pantai Kuta, Tanah Lot, Ulu Watu maupun pantai lain yang ada di kawasan

Badung bagian selatan.

Desa Pakraman Kelating telah memelopori untuk membuat telanjakan sebagai sarana

masyarakat untuk berjalan-jalan melihat matahari terbenam. Telanjakan tersebut sudah bagus.

Pantai Kelating juga menawarkan posisi pantai yang datar untuk berjualan sehingga para

pedagang dapat mempergunakan secara baik. Posisi pantai ini kondusif bagi pariwisata pantai

dan laut. Gelombang lautnya cukup tinggi untuk kegiatan surving. Pantainya mempunyai bagian

Page 38: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

35

datar untuk menyaksikan segala atraksi ke laut atau melihat pemandangan lain karena dari pantai

ini juga kelihatan kawasan Uluwatu, yang ada di Badung bagian selatan. Tebing curam dari

Uluwatu jelas kelihatan dari tempat ini, termasuk juga pemandangan malam harinya ke arah

Kuta. Lokasi untuk mandi secara umum juga ada pada sisi barat dari pantai tersebut yang tidak

terlalu dalam dengan ombak yang tidak terlalu besar. Bagi mereka yang menyukai kegiatan

jalan-jalan, dapat melakukan perjalanan menuju pantai Yeh Gangga ke timur dengan berjalan

kaki atau ke pantai Pasut ke arah barat juga dengan jalan kaki.

Pantai pasut juga mempunyai potensi yang sama seperti yang ditawarkan oleh Pantai

Kelating. Malah pantai ini mempunyai pasir yang padat dan lebih lebar sehingga bagi anak-anak

yang menyukai olahraga pantai, seperti sepakbola, dan volley dalam melakukannya baik di pagi

hari maupun sore hari. Pasir yang lebih padat memungkinkan olahraga ini dilakukan di Pantai

Pasut. Malah, anak-anak muda yang suka trek-trekan, memakai arena pasir Pantai Pasut sebagai

arena balap kendaraan, sebuah olahraga yang mengandung resiko cukup berbahaya.

Pantai Kelating dan Pasut ini dapat mencontoh apa yang ada di Pantai Kedonganan,

yaitu membuka warung untuk makanan ikan, yang khusus untuk disajikan secara segar kepada

para pembeli, baik berupa pembeli lokal maupun pembeli asing (turis).

IV. 2. 5 Kesenian dan Manajemen Kesenian Tradisionil

Kerambitan mempunyai salah satu unsur kesenian yang disebut dengan Tektekan.

Kesenian ini sudah berusia puluhan tahun, yang berasal dari tradisi masyarakat. Ia memakai

instrumen utama bambu yang dipukul. Pada awalnya, menjadi alat pengusir bala apabila

masyarakat terkena wabah penyakit. Masyarakat tradisionil Kerambitan, dan umumnya di Bali,

masih mempercayai bahwa penyakit itu disebabkan oleh gangguan-gangguan dari luar, dan

karena itu haruslah gangguan itu diusir dari lingkungan masyarakat. Cara mengusirnya adalah

melalui cara membisingkan lingkungan agar kekuatan-kekuatan tersebut keluar dari lingkungan.

Dengan logika seperti inilah masyarakat befikir bahwa penyakit yang menjangkiti sebagian besar

anggota masyarakat, akan dapat hilang.

Melihat fenomena bunyi tektek yang keluar dari suara bambu yang dipukul tersebut,

tokoh masyarakat Baturiti di Kerambitan, yaitu Anak Agung Silagunada kemudian mempunyai

ide bahwa keramaian tersebut dapat dikelola dan kemudian dibentuk sebagai sebuah instrumen

seni. Maka, berbagai jenis suara yang muncul dari berbagai jenis pukulan bambu itu kemudian

Page 39: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

36

diubah menjadi seni dengan memasukkan unsur-unsur gong Bali. Unsur gong yang dimasukkan

itu adalah kendang sehingga melalui sebuah strategi seni, pada akhirnya mampu membentuk

untaian seni yang dapat dinikmati masyarakat banyak. Juga dimasukkan unsur-unsur dalam

kesenian drama yang lain, mislanya kisah tentang Mahabharata yang demikian pupuler di Bali.

Disamping itu, unsur lain yang dimasukkan adalah atraksi ngurek yang juga santat populer di

Bali. Atraksi tersebut berupa perkelahian antara kekuatan jahat yang disimbolkan dengan rangda

dengan kekuatan positif yang disimbolkan dengan barong. Atraksi ini akan berisi penusukan,

tetapi melalui kekuatan gaib tidak dapat tertembus. Bagi para penonton, disamping suara dari

tektekan tersebut yang agak aneh, atraksi ngurek ini juga mendapat perhatian yang banyak.

IV. 2. 6 Sumber Air

Salah satu aset yang dimiliki oleh desa adalah sumber air. Desa-desa yang ada di Bali

sesungguhnya sangat kaya dengan sumber air yang bersumber dari pegunungan. Bali bagian

tengah mempunyai pegunungan yang merupakan tempat penyimpanan air alami. Deretan

pegunungan ini membentang dari arah barat di Jembrana sampai ke timur di Karangansem, yang

secara simetris membelah Pulau Bali menjadi bagian utara dengan bagian selatan. Meskipun

dari sisi kontur tanah pegunungan itu kemungkinan merupakan hasil dari tumbukan lempeng

bumi di bawah, akan tetapi membawa manfaat besar bagi persediaan air di Bali. Yang menarik,

sumber air itu muncul tidak hanya langsung di lereng gunung seperti yang ada di wilayah

Jatiluwuh di Kabupaten Tabanan, atau di Kubu dan Tirtagangga di Karangsem, akan tetapi juga

muncul di daerah yang relatif jauh. Misalnya ada di Kebendesaan Samsam di Kecamatan

Kerambitan,Tabanan. Paling tidak empat dari lima banjar yang ada di Kebendesaan ini

mempunyai sumber air, yaitu Banjar Penyalin, Banjar Samsam, Kutuh Kelod, dan Kutuh Kaje.

Dalam ketentuan pada Undang-Undang No. 6 Tahun 2014, salah satu aset desa yang

dapat dimanfaatkan adalah sumber air tersebut. Dengan ketentuan itu, maka sumber air ini dapat

dikelola oleh BUM Desa secara cermat untuk kesejahteraan bersama. Dalam hal kebutuhan air

bersih, Bali sesungguhnya sekarang sudah mulai sangat memerlukan air bersih. Kota Denpasar,

wilayah Badung bagian selatan memerlukan air dari wilayah-wilayah kabupaten lain untuk

menyediakan warganya dengan kebutuhan air. Industri pariwisata memerlukan debit air dalam

jumlah banyak di wilayah-wilayah yang disebutkan tadi. Demikian juga dengan perumahan

Page 40: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

37

yang muncul di berbagai wilayah di Badung dan Denpasar. Karena itulah kemudian daerah

Tabanan menjadi alternatif untuk mencari ketersediaan air tersebut.

Dari sini apabila sumber air tersebut dikelola oleh BUM Desa, atau katakanlah oleh desa,

maka tidak ada individu atau pihak-pihak lain yang akan mampu membuat hal yang sifatnya

semena-mena terhadap penggunaan air. Desa akan membuat aturan tersendiri melalui BUM

Desa tersebut tentang pemanfaatan air dengan melibatkan masyarakat dan pengawasan dari

masyarakat dan pihak luar yang ditunjuk.

Air juga digunakan dalam lingkungan ekonomi sebagai sebuah obyek bisnis. Dengan

semakin dikenalnya air mineral serta air kemasan, berbagai perusahan yang bergerak di bidang

air, mencoba mencari-cari lahan untuk mengelola air yang kemudian diolah menjadi industri.

Kegiatan seperti ini seharusnya dapat dipergunakan oleh desa untuk kesejahteraan warganya

dengan cara mengelola bersama atau lewat BUM Desa. Seperti yang dikatakan tadi, Desa

Samsam di Kecamatan Kerambitan, Tabanan mempunyai sumber air dengan debit air yang

relatif besar.

Sebagai satu perbandingan, di daerah Tembuku, Bangli air yang ada di desa tersebut

dijual dengan menggunakan truk, untuk mengairi berbagai tempat yang kekurangan air. Akan

tetapi di Kecamatan Kerambitan, Tabanan, air tidaklah kurang. Namun, air ini dapat

dimanfaatkan untuk cadangan masa depan apabila misalnya kekurangan air melanda Bali. Posisi

kecamatan ini sekitar 40 kilometer dari Gunung Batukaru sehingga memungkinkan sebagai

rembesan air sumber yang berasal dari gunung tersebut di bawah tanah.

IV. 2. 7 Wilayah Luas

Satu hal yang tidak diperhitungkan oleh masyarakat ketika melihat keunggulan desa

dibandingkan dengan kota adalah keluasan ruangan yang dimiliki oleh desa. Sudah menjadi ciri

dari desa itu mempunyai ruang yang jauh lebih lapang dibandingkan dengan kota yang demikian

sesak. Akan tetapi, di jaman sekarang, terutama di kecamatan Kerambitan khususnya dan di Bali

pada umumnya, keluasan dan keleluasaan ruangan ini benar-benar mampu dipandang sebagai

modal dasar untuk melakukan aktivitas menguntungkan, apalagi dikaitkan dengan sumber daya

ekonomi. Ruang wilayah yang leluasa luas dan tidak sesak tersebut dapat diberdayakan sebagai

sumber ekonomi. Di kaitkan dengan potensi pariwisata yang ada, sesungguhnya tanah yang luas

dan lapang ini dapat digunakan sebagai area kuliner dengan berbagai atraksinya. Dari sisi

Page 41: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

38

pariwisata, akan dapat ditampilkan berbagai macam makanan khas Bali, dengan mengambil

tempat yang luas sehingga para turis dapat menikmati kuliner dengan nyaman. Termasuk juga

dengan penampilan atraksi apapun karena di desa dapat menggunakan ruangan dengan leluasa.

Kabupaten Tabanan, khsusunya Kecamatan Kerambitan mempunyai makanan khas lawar

anyang barak. Jika hal ini diperkenalkan dengan prinsip pariwisata, bukan saja menikmati lawar

yang diadon dengan darah hewan segar itu, akan tetapi proses pembuatannya dapat disuguhkan

kepada turis. Dengan menggunakan lahan yang luas, tidak sempit seperti yang ada di kota-kota,

masyarakat dapat melakukan atraksi tersebut mulai sejak awal, misalnya mulai menangkap babi,

kemudian proses lanjutannya sampai dengan selesai. Melalui ruangan terbuka juga para turis itu

akan dapat mengikuti segala prosesinya, termasuk mungkin dengan mempersembahkan sesajen,

sampai kemudian pengolahan.

Disamping itu, demi menambah semaraknya suasana, sambil menunggu racikannya

selesai, para guide juga dapat memberikan semacam kuliah penjelasan dengan asal-usul dari

kuliner ini, kemudian menjelaskan maknanya serta penggunannya bagi masyarakat. Kuliner Bali

mempunyai keterkaitan dengan ritual-ritual yang ada. Semasih menikmati, kuliner, dengan

keleluasan ruangan, dapat saja kemudian dipentaskan gong sebagai sebuah hiburan bagi para

tamu. Dan seusai pementasan dapat menyaksikan pertunjukan “tektekan”. Kerambitan

mempunyai seni khusus “tektekan” yang terkenal awalnya di wilayah itu yang sampai

kemudian terkenal di seluruh wilayah Bali. Atraksi ini dapat dilakukan seusai hidangan kuliner.

Dengan demikian, sesungguhnya dapat dikatakan bahwa potensi desa yang tidak terlihat

ini akan dapat dimaksimalkan dan kemudian dioptimalkan. Di masa lalu, luas wilayah desa

mungkin tidak mempunyai arti apa-apa dibandingkan dengan apa yang ada di perkotaan. Kini

setelah aliran listrik tersebut sudah sampai ke desa, dengan jalan-jalan juga sudah diaspal sampai

ke desa, seharusnya keleluasaan tempat ini sangat dapat dimanfaatkan oleh masyarakat desa.

Gabungan antara listrik dengan jalan raya yang bagus ini sangat membantu optimalisasi

pembangunan desa. Dari sisi pendidikan, boleh dikatakan tingkat pendidikan paling rendah dari

masyarakat desa adalah tingkat sekolah menengah atas. Pendidikan ini telah mampu

memberikan cara-cara berfikir kritis dan mengembangkan keterampilan sehingga sangat berguna

bagi pemberdayaan desa. Sikap kritis diperlukan untuk mengembangkan wisata kuliner.

Luas tanah dan ruang yang masih lapang di desa tersebut, tidak hanya dapat digunakan

untuk hal yang bersangkutan dengan kuliner saja, akan tetpi juga untuk berbagai kepentingan.

Page 42: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

39

Pada bidang seni misalnya dapat dipakai pameran. Memberikan pameran instalasi, atau pameran

khusus tentang keramik dan berbagai jenisnya, juga dapat dilakukan di pedesaan. Pameran yang

memerlukan ruangan besar tidak dapat dilakukan di kota, kecuali menyewa lahan yang sewanya

mahal. Maka desa merupakan solusi untuk lahan ini mengingat sewa yang dilakukan tidak

terlalu mahal. Para seniman maupun budayawan, mestinya mampu memanfaatkan hal ini secara

lebih baik. Di Kecamatan Kerambitan misalnya, dengan infrastruktur jalan yang sudah bagus,

tidak memerlukan waktu banyak untuk datang ke kecamatan ini mengajak turis untuk

mengunjungi kawasan pameran. Hanya diperlukan waktu sekitar satu jam untuk mengangkut

puluhan turis dengan kendaraan bus. Disamping itu, wilayah ini telah biasa dilalui melalui turis

yang ingin mengunjungi Bali secara cross country.

Kuntungan lain yang secara ekonomi dapat ditawarkan oleh desa adalah keaslian

produksinya. Di negara yang berbasis pertanian atau daerah yang berbasis pertanian dan

perkebunan, desa menduduki tempat yang vital karena di tempat inilah pertanian dan

perkebungan itu tumbuh dan berkembang. Demikian juga halnya dengan desa yang ada di

daerah pegunungan. Dari sinilah hasil kebun dan pertanian itu berasal. Dengan demikian,

keaslian produk pertanian dan perkebunan tersebut dapat dijamin. Hal ini dapat menjadi

keunggulan desa sekaligus mampu melakukan pemberdayaan kepada segala sumber daya yang

dimiliki tersebut. Sebab, di jaman modern sekarang, segala produk ekonomi yang dijual di pasar

kota, keasliannya sudah sangat dipertanyakan. Merebaknya produk kemasan yang bercampur

dengan pengawet buatan, sekarang banyak mendapat sorotan masyarakat. Demikian juga

produk-produk makanan dan ikan yang disimpan di tempat pengawet, termasuk juga dengan

sayur yang sudah dinyatakan tidak segar lagi.

Bahkan soal keaslian ini tidak saja dapat diperlihatkan oleh sektor pertanian dan

perkebunan, akan tetapi juga oleh sektor peternakan dan kehewanan. Produk daging yang dijual

di pasaran di kota atau yang dijual sekarang, lebih banyak memakai produk yang sudah diolah

dengan sarana modern. Misalnya daging ayam merupakan produk modern karena makanan yang

dipakai untuk membesarkan ayam, berasal dari industri. Dari kualitas daging, dinilai kurang

bagus dibanding dengan produk asli desa. Demikian juga dengan cara masyarakat membesarkan

babi, sapi dan lainnya. Maka, dalam konteks ini, desa dapat melakukan hal yang sebaliknya,

yaitu tetap mempertahankan nilai ketradisionalan mereka. Memelihara ayam tidak dengan

konsentrat tetapi membiarkan hidup liar di ladang sehingga kualitas daging dan telornya jauh

Page 43: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

40

lebih unggul di bidang rasa dengan ayam-ayam ras. Demikian juga beternak sapi sesuai dengan

apa yang dilakukan masyarakat di masa lalu, yakni memelihara sapi dengan pakan alami.

Desa, dapat memanfaatkan masalah orang kota ini dengan memproduksi barang-barangg

tersebut sesuai dengan keaslian dan kesegarannya. Dalam hal makanan ternak dan ayam, jelas

desa memberikan sumbangan besar karena kondisi alami desa dengan berbagai tumbuhan yang

ada. Tentu, desa yang ada di pantai, akan dapat menyumbangkan keasliannya dengan

menawarkan hasil ikan laut yang masih segar untuk dijual kepada masyarakat. Segala yang

menyangkut keaslian, seperti buah-buahan yang segar dapat langsung di petik dari desa,

terutama desa yang jauh dari perkotaan dan daerah pegunungan. Di wilayah Kintamani misalnya,

dengan kondisi wilayah yang luas serta hawanya yang sejuk, cara untuk menikmati minuman

kopi, langsung disuguhkan dengan cara menyeduh di tempat, sambil melihat-lihat kebun kopi

yang ada di tempat tersebut.

IV. 2. 8 Nilai dan Suasana Tradisional

Dalam hubungan dengan perkembangan pariwisata di Bali, desa sesungguhnya masih

mampu memberikan sumbangan yang lain dengan memberdayakan potensi dan sumber daya

yang dimiliki. Tentu hal ini dapat dilakukan dengan adanya lalu lintas dan sarana lalu-lintas yang

baik menuju ke pedesaan. Sebagai sebuah komunitas yang berbasis pertanian, masyarakat Bali

masih menyimpan budaya, barang, sampai dengan ritual yang mentradisi. Kehidupan pertanian

di Bali, boleh dikatakan belum sepenuhnya beranjak ke arah modern. Masyarakat yang memakai

traktor untuk mengolah sawahnya, baru diperkenalkan pada dekade tujuhpuluhan. Akan tetapi

perkenalan tersebut masih belum tuntas sampai ke desa di pelosok. Masih ada masyarakat yang

menggunakan alat bajak, sawah, maupun menggunakan sapi untuk mengolah tanah. Demikian

juga, perkenalan dengan mesin penggiling padi. Meskipun diperkenalkan pada dekade

tujuhpuluhan, tetapi tetap ada anggota masyarakat yang masih menggunakan lesung, alu dan niru

untuk memisahkan kulit padi dan membersihkan beras. Sebagai sebuah atraksi, ini sangat

menarik bagi wisatawan. Mengolah tanah sawah dengan kerbau atau sapi, membersihkan beras

dengan alu, merupakan atraksi menarik. Namun, haruslah kemudian hal ini dikemas dalam

bentuk profesional. Mereka-mereka itu harus mendapatkan bayaran sampingan sebagai sebuah

atraksi karena ditonton, bahkan difoto dan direkam oleh turis. Karena itu, haruslah dikenakan

Page 44: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

41

biaya untuk hal ini dari turis dan bayarannya itu diberikan kepada petani yang menjadi pelaku

langsung dari atraksi tersebut.

Kalaupun misalnya pengerjaan tersebut tidak dilakukan dengan cara tradisional, paling

tidak alat-alat untuk melakukan itu masih ada. Dan untuk itu, setiap desa tidak ada salahnya

membuka museum tradisi untuk memamerkan barang-barang yang dipakai untuk mengolah

sawah maupun untuk mengolah padi menjadi beras. Barang-barang tersebut terbuat dari barang-

barang pilihan pada masanya sehingga masih bertahan sampai sekarang. Pembuatan museum ini

sangat menarik untuk ditindaklanjuti karena desa mempunyai lahan yang luas untuk itu.

Cara memasak masyarakat Bali juga unik, demikian juga dengan alat memasak dan

tungku dapur yang digunakan. Setelah gas masuk sampai ke kampung-kampung, ada perubahan

sosial cukup pesat di masyarakat kampung dalam hal memasak, yaitu menggunakan kompor gas.

Sebelumnya, masyarakat juga banyak yang memakai kompor minyak tanah. Akan tetapi,

belakangan muncul kesadaran bahwa hasil masakan tradisional yang menggunakan kayu bakar

mempunyai cita rasa yang jauh lebih enak. Pada keluarga-keluarga tertentu juga, masih

menggunakan cara memasak tradisional dan menyajikannya dengan cara tradisional. Karena itu,

proses memasak yang ada pada masyarakat Bali ini, merupakan sebuah atraksi pengetahuan juga

bagi turis terutama yang sudah terlalu tersentuh dengan pola kehidupan masyarakat modern.

Mereka tentu akan mampu meningkatkan pengtahuannya terhadap masyarakat Bali dengan

melihat lesung, alu, nampan, sabit dan sebagainya sebagai alat-alat tradisionil sebagai penopang

kehidupan sosial.

Nilai tradisional yang paling sering dijual sebagai atraksi kepada turis, adalah atraksi

budaya yang dikaitkan dengan religiusitas. Masyarakat sembahyang di Pura, atau menghaturkan

sesaji di sawah, telah menjadi hal biasa untuk pariwisata di Bali. Namun kesadaran untuk

memungut biaya atas atraksi tersebut masih belum dilakukan. Masih terjadi pertetangan bagi

masyarakat, apakah seharusnya memungut biaya untuk upacara adat dan agama karena dinilai

sebagai merendahkan martabat ritual. Atraksi tersebut sudah menjadi turun temurun di Bali.

Bahwa sekarang ada turis yang menonton, itu merupakan konsekuensi dari konsepsi pariwisata

budaya yang dikembangkan di Bali. Akan tetapi, pada pihak lain, ada masyarakat yang

berpandangan bahwa turis yang melihat atraksi tersebut mendapatkan hiburan dan pengetahuan

sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup dan kualitas pengetahuan mereka. Peningkatan ini

haruslah dilakukan dengan transformasi untuk menghargai peningkatan pengetahuan dan

Page 45: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

42

kualitas hidup yang didapatkan. Uang adalah bentuk dari transformasi itu, seperti juga ketika kita

membeli makanan yang membuat kualitas hidup kita lebih baik, atau masuk ke sekolah yang

membayar jasa guru-guru yang mentransfer ilmu kepada murid-murid.

Dalam hal tradisionalitas dan keleluasaan ruangan ini, desa yang ada di kota tidak akan

mampu menyaingi desa yang ada di luar kota, apalagi yang di pedalaman dan pegunungan. Di

Bali, desa tidak hanya ada di pedalaman atau pegunungan tetapi juga di kota. Desa Pakraman

yang merupakan desa tradisional di Bali, ada juga di perkotaan. Sistem sosial di Bali, memang

tidak memandang adanya istilah kota, tetapi desa, yang kemudian terbagi-bagi menjadi banjar,

baik banjar pakraman maupun banjar dinas atau adminsitratif. Karena itulah di kota-kota yang

ada di Bali, dikenal juga keberadaan desa. Malah pola kehidupan sosial yang ada pada desa di

perkotaan sangat mirip dengan apa yang ada dipedesaan di pedalaman atau di luar kota.

Keterikatan kepada hinduisme dan desa pakraman tersebut, memungkinkan adanya kemiripan

pola-pola kehidupan sosial dan sistem sosial tersebut. Hanya saja dalam hal keleluasaan

ruangan, desa di kota tidak mampu menandingi desa yang ada di luar perkotaan. Ruang yang ada

di kota jauh lebih sesak karena adanya urbanisasi dan bangunan-bangunan untuk aktivitas

pendidikan, kebudayaan, pemerintahan serta perekonomian. Akan tetapi, keunggulan yang

dimiliki desa di perkotaan ada pada sektor sumber daya manusianya, yang jauh lebih terdidik dan

jauh lebih berpengalaman dengan hal-hal yang bersifat praktis. Dalam hal kepariwisataan dan

bisnis serta perekonomian, masyarakat di perkotaan jauh lebih berpengalaman.

Karena itu, ketimpangan ini sesungguhnya dapat dipakai sebagai saling-silang kebutuhan

antara masyarakat desa di luar perkotaan atau di pedalaman dengan masyarakat kota. Mereka

harus mampu saling bertukar pengalaman dan informasi termasuk keterampilan dan mampu

memberikan ruang kepada masyarakat desa kota untuk mengelola segala sumber daya yang ada

di pedesaan. Paling tidak masyarakat desa kota bersedia mentransfer pengetahuan dan

keterampilannya kepada masyarakat pedesaan yang letaknya jauh di luar kota.

Tetapi dalam hal mengolah nilai-nilai tradisionalis untuk kepentingan pariwisata, dan

dengan demikian mampu mengembangkan sumber daya yang ada, masyarakat desa di kota

masih mampu melakukannya. Karena masyarakat Bali berbasis pada kehinduan, tradisi tersebut

masih dapat dipakai untuk disajikan sebagai atraksi pariwisata. Dilihat dari hal itu, maka

ketradisionalan tidak hanya dapat dilihat dari perilaku masyarakat beserta dengan berbagai

artefak yang dimilikinya, tetapi juga produk-produk yang sifatnya tradisional. Kuliner tradisional

Page 46: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

43

misalnya, apabila dibandingkan dengan kuliner nasional atau internasional, tidak kalah

kualitasnya. Di desa, banyak kuliner tradisional yang dapat diolah mulai dari metode kulinernya

sampai dengan hasil masakannya untuk memberikan penghasilan kepada desa. Sebagai sebuah

hasil dari kreatifitas masyarakat, proses ini dapat dipertotonkan kepada turis. Atau apabila dilihat

dari nilai rasanya, dapat dijual tidak hanya di hotel tetapi juga untuk masyarakat desa sendiri.

Cara pengolahannya yang harus diperbaiki agar menjadi lebih bersih.

IV. 2. 9 Suasana Pedesaan

Banyak yang kurang memperhatikan bahwa suasana desa, sesungguhnya dapat dipakai

sebagai sebuah alternatif menikmati kehidupan di Bali. Apabila dilihat suasana kota Denpasar,

Badung dan Gianyar (terutama di Ubud) sudah demikian padat lalu lintasnya, perumahan yang

sudah sesak, dengan sawah yang sudah hampir tidak ada sisa, maka kondisi ini hampir sama

dengan apa yang ada di Jakarta. Persaingan hidup, terutama bagi mereka yang bekerja di

perhotelan, nampaknya sudah mulai sumpek. Bekerja mulai dari pukul 08.00 pagi sampai dengan

pukul 17.00 sore atau kalipatannya di sore dan malam hari, membuat pemikiran tidak selalu bisa

segar. Karena itu diperlukan suasana yang segar agar kosentrasi kerja dapat berlangsung dengan

baik dan kompetitif. Pantai mungkin sudah ditawarkan oleh daerah-daerah Badung dan Gianyar

bagian selatan. Akan tetapi, tetap diperlukan suasana alternatif untuk melepaskan ketegangan

tersebut.

Suasana inilah yang mesti ditawarkan oleh desa. Dalam keadaan demikian, desa-desa

yang paling menguntungkan itu adalah yang berlokasi di pegunungan atau yang mempunyai

kedudukan tinggi diatas 500 meter diatas permukaan laut. Seharusnya, suasana pedesaan ini

tidak mesti dimanfaatkan oleh desa di pegunungan saja tetapi juga dapat di desa yang ada di

dataran rendah, asal mampu memelihara suasana desanya. Jadi, desa yang rimbun dengan

suasana asli dapat dipakai sebagai daya tarik untuk menarik masyarakat perkotaan untuk tinggal

di desa. Mungkin ini dipakai sebagai wisatawan domestik yang mencari suasana alternatif untuk

menyegarkan pikiran. Karena itu, penginapan temporer atau penyewaan tempat tinggal di desa,

menjadi salah satu cara untuk menambah penghasilan. Pada desa yang berada di pegunungan,

hal ini akan bertambah positif lagi karena mempunyai suasana yang sejuk. Dalam contoh yang

ada di Bali bagian tengah misalnya, suasana dari Desa Petang sampai dengan Kintamani,

mempunyai suasana sejuk sehingga iklim tersebut dapat diberdayakan untuk meningkatkan

Page 47: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

44

kesejahteraan desa. Beberapa desa di Badung bagian utara, misalnya di Auman, telah

menyediakan fasilitas trekking yang dapat tembus sampai di Bedugul Tabanan. Membuka lahan

warung makan juga tidak terlalu sulit dilakukan.

Dari skala jarak, Bali ini sesungguhnya relatif tidak terlalu melelahkan untuk dijelajah.

Satu putaran penuh Bali, memerlukan sekitar 12 sampai 13 jam untuk mengitari, dengan kondisi

jalan yang bagus, memakai kendaraan roda empat maupun kendaraan roda 2. Sedangkan jarak

dari Denpasar menuju Kintamani, sebagai obyek desa pegunungan, hanya memerlukan waktu

sekitar dua jam, dengan kondisi jalan yang bagus, beraspal hotmik. Dengan demikian,

menempuh perjalanan menuju desa-desa lain di Bali, relatif tidak terlalu sulit. Inilah tawaran

yang dapat dilakukan oleh desa, untuk meringankan beban kehidupan di kota. Masyarakat

Jakarta, setiap hari libur pasti akan menyerbu daerah puncak di Bandung, tidak lain tujuannya

adalah untuk menghilangkan rasa penat bekerja di tengah sesaknya Ibu Kota. Satu hal yang

sudah diperlihatkan oleh keunggulan desa saat ini adalah adanya wisatawan yang memakai mobil

savari,menembus desa-desa pedalaman yang ada di Bali. Seharusnya, ini dipungut biaya setiap

ada konvoi yang datang melewati desa. Demikian juga dengan gras track yang dilakukan oleh

anak-anak muda memakai sepeda motor modifikasi (trill). Banyak lahan yang hancur akibat

dilalui oleh sepeda motor modifikasi ini.

Untuk melaksanakan pembangunan desa, sesungguhnya masyarakat di Bali tidak perlu

jauh-jauh mencari percontohan. Kabaupaten Bangli di bawah kepemimpinan Bupati Made

Gianyar ternyata sudah menerapkan pembangunan dengan basis masyarakat pedesaan.

Pemerintah daerah ini, melalui pemikiran bupatinya meyakini bahwa untuk membangun

kesejahteraan rakyat, maka bantuan pembangunan tersebut harus dilakukan dimulai dari

pedesaan. Pemikiran ini dapat dibenarkan karena mayoritas masyarakat di Bali itu hidup di

pedesaan, bahkan dengan basis pertanian. Di Bangli, yang tidak mempunyai akomodasi

pariwisata, seperti hotel-hotel yang ada di Denpasar dan Badung, mempunyai basis perkebunan

sebagai sektor utama kehidupan sosialnya, terutama perkebunan jeruk. Bangli juga tidak

mempunyai destinasi pariwisata yang banyak, kecuali Penelokan di Kintamani. Karena itulah

cara untuk mensejahterakan rakyatnya hanya dengan memberikan basis pembangunan pada

pedesaan.

Cara yang ditempuh adalah dengan memberikan dana pembangunan desa yang disebut

dengan alokasi dana desa (ADB). Desa diberikan dana yang berasal dari anggaran pendapatan

Page 48: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

45

belanda daerah, yang kemudian dibagikan ke desa. Aparat desa lah yang kemudian memikirkan

apa yang harus dibangun demi memberdayakan masyarakat tersebut, termasuk juga untuk

mengatifkan berbagai sektor yang ada. Paling tidak hal ini sudah dilakukan selama empat tahun.

Apabila hal ini dibandingkan dengan tujuan dari Undang-Undang No. 6 Tahun 2014,

sesungguhnya mempunyai makna yang sama, yaitu memperkuat sektor pembangunan di desa,

dengan pembiayaan yang diberikan oleh pusat dan daerah, dimana dalam hal ini yang

dimaksudkan daerah itu adalah daerah tingkat I dan daerah tingkat II. Di Bali, dengan demikian,

boleh dikatakan Bangli dipandang sebagai proyek percontohan untuk menjalankan

operasionalisasi dana tersebut. Persoalan-persoalan yang muncul dari titik ini terletak pada

kemampuan dari aparat desa untuk mengelola keuangan itu dan membuat proposal. Dalam

konteks perkembangan kabupaten di Bali, pendapatan daerah Bangli boleh dikatakan tidak

terlalu besar apabila dibandingkan dengan Badung, Denpasar, Tabanan atau Gianyar. Akan

tetapi, kehidupan sosial masyarakat di desa ditopang oleh perkebunan, terutama kebun jeruk.

Disamping itu juga, banyak anggota masyarakat yang bekerja sebagai buruh, termasuk sopir

angkutan pasir yang dibawa ke proyek pembangunan di Denpasar dan Badung. Jarak antara

kabupaten Bangli dengan Denpasar dan Badung relative dapat ditempuh satu jam dengan

kendaraan. Truk dapat menempuh antara satu jam sampai dengan dua jam. Waktu tempuh ini

boleh dikatakan relatif tidak terlalu lama apabila dihubungkan dengan kondisi fisik sopir truk

yang mengantar pasir.

Dengan adanya aktivitas warga penghasil jeruk serta aktivitas buruh dan sopir dengan

penghasilan sampai 400 ribu per hari, cara memberikan dana langsung ke desa oleh bupati,

mungkin dapat membantu lebih menghidupkan pembangunan di desa, meningkatkan

kesejahteraan sosial serta kepentingan keluarga lainnya. Dilihat ke lapangan, di daerah

Kintamani, masyarakat mempunyai bentuk rumah yang mentereng. Boleh dikatakan tidak ada

lagi masyarakat miskin di wilayah Kintamani sisi selatan ini. Namun apabila dilihat dari

Kintamai di lereng kaldera Gunung Batur, seperti di darah Sebaya atau Kubusalya,

masyarakatnya masih miskin dengan sarana jalan yang sanagat tidak mendukung.

Page 49: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

46

IV. 3 Desa Pakraman

Desa pakraman adalah komunitas masyarakat Hindu di Bali yang menempati wilayah

tertentu, dipayungi oleh tempat persembahyangan yang disebut dengan Khayangan Tiga. Pada

Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2003, yang merupakan revisi dari Peraturan Daerah No. 3 Tahun

2001, dijelaskan bahwa desa pakraman adalah kesatuan masyarakat hukum adat di Propinsi Bali

yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup masyarakat umat Hindu

secara turun-temurun dalam ikatan khayangan tiga atau khayangan desa yang mempunyai

wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri

(pasal 1 angka 4).

Ada beberapa frase kunci yang dapat menjelaskan desa pakraman ini. Yang pertama

adalah “masyarakat hukum adat di Propinsi Bali”. Artinya bahwa desa pakraman ini, dalam

konteks keberadaannya pada kasanah wilayah Indonesia, hanya ada di Propinsi Bali, yang

bersumber pada kebiasaan-kebiasaan yang dilaksanakannya sehari-hari (adat). Desa yang ada di

luar propinsi Bali, tidaklah disebutkan dengan sebutan “desa pakraman”, meskipun desa tersebut

dilandaskan pembentukannya pada kebiasaan yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat.

Kedua, “mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup masyarakat

umat Hindu secara turun-temurun.” Paling tidak frase ini menekankan kepada identitas religius

yang melandasi desa pakraman itu, yaitu agama Hindu, yang mana identitas ini diikuti oleh

kebiasaan-kebiasaan yangtelah dilakukan turun temurun. Masyarakat yang keberadaannya di

luar agama Hindu, tidaklah termasuk dalam kesatuan masyarakat hukum yang disebut dengan

desa pakraman tersebut. Dalam konteks sosiologis dapat dikatakan bahwa kebiasaan yang turun-

temurun itu telah tercermin di dalam pergaulan, kontak sosial, termasuk norma-norma setempat

yang muncul sebagai akibat pergaulan tersebut. Apabila di Bali terdapat kebiasaan yang berbeda-

beda, tetapi sepanjang hal itu merupakan roh dari agama Hindu Bali, maka hal itupun juga

merupakan bagian dari desa pakraman. Fakta inilah yang kemudian membuat masing-masing

desa pakraman itu mempunyai alur praktik sosial, budaya dan religius yang berbeda-beda di

Bali. Awaig-awig yang ada di satu desa pakraman, tidak dapat disamakan dengan awaig-awig di

desa pakraman yang lain. Hanya, pengikat dari konteks ini adalah kehinduan atau praktik ritual

agama Hindu di Bali.

Ketiga, “dalam ikatan Khayangan Tiga atau Khayangan Desa”. Frase ini menegaskan

bahwa Khayangan Tiga merupakan hal kemutlakan di dalam desa pakraman tersebut. Artinya

Page 50: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

47

setiap desa pakraman harus mempunyai khayangan tiga atau khayangan desa tersebut. Di Bali,

yang disebut dengan khayangan tiga adalah tiga rangkaian kesatuan pura yang merupakan

simbolisasi kekuatan Tuhan, dimana masing-masing tempat sembahyang tersebut merupakan

manifestasi dari kekuatan Dewa Brahma, Wisnu dan Siwa. Pada Khayangan Tiga, Pura Desa

merupakan manifestasi dari Dewa Brahma, Pura Puseh merupakan manifestasi dari Dewa Wisnu

dan Pura Dalem merupakan manifestasi dari Dewa Siwa. Ketiga tempat sembahyang ini mutlak

dimiliki oleh komunitas yang disebut dengan Desa Pakraman, bagaimanapun wujud fisik dari

pura tersebut dan bagaimanapun lokasinya jaraknya. Desa yang tidak mempunyai tiga pura

tersebut, tidak dapat dikatakan sebagai desa pakraman. Sebaliknya apabila satu komunitas sosial

mempunyai tiga tempat persembahyangan tersebut, dia layak mendapat sebutan sebagai Desa

Pakaraman.

Keempat, mempunyai wilayah tertentu. Dapat dikatakan bahwa masyarakat yang

tergabung dalam Desa pakraman ini harus mempunyai wilayah tertentu. Pada peraturan daerah

ini tidak disebutkan secara pasti seberapa jauh wilayah yang ditempati oleh masyarakat yang

tergabung di dalam desa pakraman tersebut. Juga tidak disebutkan berapa jumlah penduduknya

dan bagaimana perbatasannya. Yang paling utama adalah keterikatan mereka dengan tempat

persembahyangan bersama yang disebut dengan khayangan tiga tersebut. Dengan demikian, bisa

saja keanggotaan desa pakraman itu berasal dari tiga banjar dinas, atau bahkan satu banjar dinas,

bahkan satu banjar dinas dapat terdiri dari dua desa pakraman dengan komposisi tempat tinggal

penduduknya selang- seling atau berdampingan dengan penduduk rumah tangga yang menjadi

anggota desa pakraman lain. Tidak ada kewajiban desa pakraman tersebut mempunyai kuburan.

Karena itu dimungkinkan desa pakraman itu berdiri dengan tanpa kuburan asal masyarakat

tersebut mempunyai tiga tempat sembahnya tersebut, yaitu Khayangan Tiga. Di jaman sekarang,

tahun 2015 ini, dengan adanya jasa penitipan jenazah di rumah sakit, jasa untuk mengkremasi

jenazah, sangat mungkin desa pakraman ini berdiri hanya dengan mengikatkan diri pada pura

khayangan tiga, tanpa mempunyai kuburan.

Kelima, “mempunyai harta kekayaan sendiri”. Frase ini mencirikan tentang kesejarahan

dari desa pakraman itu di Bali. Desa pakraman ini merupakan komunitas gotong-royong, saling

tolong menolong, yang amat mungkin di masa lalu terkosentrasi pada pelaksanaan ritual

keagamaan. Seperti yang sudah diketahui dan dirasakan masyarakat, ritual Hindu Bali, apalagi di

masa lalu, ritual tersebut cenderung kompleks. Kekompleksan ini membutuhkan waktu, tenaga

Page 51: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

48

dan biaya yang besar untuk menyelenggarakannya. Untuk pelaksanaan kompleksitas tersebut,

maka secara ekonomi memerlukan biaya yang besar. Maka untuk menutupi pembiayaan ini,

secara sosial desa pakraman mempunyai kekayaan yang dapat dikelola secara bersama. Inilah

barangkali yang menjadi dasar pemikiran munculnya harta benda yang dimiliki desa pakraman.

Yang paling terkenal, kekayaan ini adalah tanah laba pura, yang dipertahankan sampai sekarang.

Angka 10 pada pasal 1 Peraturan daerah No. 3 Tahun 2003 menyebutkan bahwa tanah ayahan

desa pakraman adalah tanah milik desa pakraman yang berada baik di dalam maupun di luar desa

pakraman. Ini juga menjadi kekayaan yang dapat dikelola oleh desa parkaran secara mandiri.

Tentu sekarang kekayaan tersebut berkembang semakin meluas seperti Lembaga Perkreditan

Rakyat dan sebagainya. Pura Khayangan Tiga tentu juga menjadi hak milik dari desa pakraman.

Keenam “ berhak mengurus rumah tangganya sendiri”. Dari sini dapat dikatakan bahwa

komunitas ini mempunyai kewenangan otonomi. Konstitusi Indonesia melindungi hal ini karena

masing-masing kebiasaan yang berupa adat tersebut mempunyai perwujudan praktik yang

berbeda-beda. Demikiann juga halnya di Bali. Meskipun mempunyai landasan keagamaan yang

sama, akan tetapi penafsiran atas ritual yang telah menjadi kebiasaan itu berbeda-beda. Dalam

hal desa pakraman, kepentingan mengurus rumah tangga sendiri yang bersendi otonomi itu

penting, demi mencegah konflik penafsiran.

Banyak yang menyebutkan secara satir bahwa desa pakaraman itu mirip seperti negara di

dalam negara. Mungkin ini hanya ungkapan lelucon yang ditujukan kepada lembaga ini karena

mempunyai fungsi, kewenangan serta kelengkapan organisasi mirip dengan negara. Pasal 5

Peraturan daerah No 3 Tahun 2003 mengatur tentang tugas desa pakraman sebagai berikut:

a. Membuat awig-awig

b. Mengatur karma desa

c. Mengatur pengelolaan harta kekayaan desa

d. Bersama-sama pemerintah melaksanakan pembangunan di segala bidang, terutama di

bidang keagamaan, kebudayaan dan kemasyarakatan,

e. Membina dan mengembangkan nilai-nilai budaya Bali dalam rangka memperkaya,

melestarikan dan mengembangkan kebudayaann nasional pada umumnya dan

kebudayaan daerah pada khususnya berdasarkan “paras paros, sagilik-saguluk

salunglung-sabayantaka” (musyawarah-mufakat).

Pasal 6 dari peraturan ini mengatur wewenang desa pakraman, yaitu:

Page 52: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

49

a. Menyelesaikan sengketa adat dan agama dalam lingkungan wilayahnya dengan tetap

membina kerukunan dan toleransi antarkrama desa sesuai dengan awaig-awig dan adat

kebiasaan setempat.

b. Turut serta menentukan setiap keputusan dalam pelaksanaan pembangunan yang ada di

wilayahnya, terutama yang berkaitan dengan tri hita karana,

c. Melakukan perbuatan hukum di dalam dan di luar desa pakraman.

Organisasi desa pakraman dalam menjalankan aktivitasnya mempunyai alat kelengkapan

yang disebut dengan prajuru. Dimana prajuru ini ditetapkan oleh masyarakat yang menjadi

anggota desa pakraman tersebut berdasarkan awig-awig yang dimilikinya (Pasal 7, Perda No. 3

Tahun 2003). Sedangkan pada bidang keamanan, dilengkapai dengan apa yang disebut pecalang

(pasal 17, Perda No. 3 Tahun 2003). Ketertiban dan keamanan di masyarakat dilaksanakan oleh

pecalang.

Dengan adanya fungsi, kewenangan dan kelengkapan seperti itu, ditambah dengan

kekayaan berupa barang bergerak maupun tidak bergerak, material maupun immaterial, serta

barang-barang yang memiliki makna magis dan religius, desa pakraman tersebut mirip dengan

negara di dalam negara. Apalagi kemudian lembaga ini mempunyai otoritas sendiri untuk

mengelolanya.

Desa pakraman merupakan sebutan untuk sistem kemasyarakatan asli dari masyarakat

Hindu di Bali. Akan tetapi, perhatian yang lebih menekankan kepada aspek hukum tentang

lembaga desa adat ini justru baru dimulai pada tahun 1986, ketika pemerintah daerah Bali

membuat Peraturan daerah No 6 Tahun 1986 tentang Kedudukan, Fungsi dan Peranan Desa Adat

sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dalam Propinsi daerah Tingkat I Bali. Ini boleh

dikatakan sebagai upaya pertama secara normative dalam mengatur, menegaskan eksistensi desa

adat di Bali, yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Dalam peraturan daerah ini kata “adat”

masih dipakai untuk menyebutkan pakraman seperti yang dirtulis sekarang. Adat, dengan

demikian mencerminkan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Bali, sesuai dengan

leluhurnya, dan menurun secara berkesinambungan. Munculnya aturan normatif ini, dapat

dipandang sebagai munculnya kesadaran baru dari kalangan elit dan intelektual Bali terhadap

perlindungan komunitas adat ini, baik secara hukum maupun dalam menghadapi perubahan

sosial. Aturan secara hukum perlu dibuat demi memberikan status yang jelas kedudukan, fungsi

dan eksistensi dari lembaga ini, baik bagi masyarakat Bali maupun masyarakat di luar Bali. Bagi

Page 53: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

50

masyarakat Bali hal ini akan menambah keyakinannya dalam negara Indonesia karena

kebiasaan-kebiasaan yang telah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dan turun-temurun telah

mempunyai payung hukum. Bagi kalangan di luar masyarakat Bali, akan mengetahui bagaimana

keberadaan desa tradisionil di Bali dan bagaimana posisinya di dalam hukum nasional. Akan

tetapi yang juga perlu dilihat adalah bahwa munculnya peraturan daerah ini amat mungkin

didorong oleh mulai terasakannya desakan-desakan kepada desa adat dari pengaruh-pengaruh

luar, terutama dari arus turisme yang demikian deras di Bali.

Peraturan daerah ini kemudian diubah menjadi Peraturan Daerah Propinsi Bali No 3

Tahun 2001 tentang Desa Pakraman, sebagaimana kemudian yang telah direvisi melalui

Peraturan Daerah Provinsi Bali No 3 Tahun 2003. Dua hal penting yang mesti dicatat dalam

perkembangan ini, terutama dari tahun 1986 dengan tahun 2001 adalah adanya bab khusus

tentang Pemberdayaan Desa Pakraman, Majelis Desa Pakraman serta bab tentang Pecalang.

Ketiga ketentuan ini tidak ada dalam peraturan daerah sebelumnya. Munculnya bab tentang

Pemberdayaan Desa Pakraman mencerminkan telah mulai ada kesadaran bahwa desa pakraman

ini dapat dibuat mandiri, maju dan menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Bahkan dalam

ketentuan pasal 1 angka 19 sengaja dijelaskan tentang maksud dari kata pemberdayaan itu, yaitu

rangkaian upaya aktif agar kondisi dan keberadaan desa pakraman dapat lestari dan kokoh

sehingga berperan positif dalam pembangunan. Dengan kata lain, desa pakraman ini dapat ikut

terlibat dalam perubahan sosial, membangun dirinya sendiri sesuai dengan perkembangan jaman

dan tetap eksis. Tidak lain, ini disebabkan karena desa pakraman mempunyai sumber daya atau

kepemilikan seperti yang disebutkan pada bab V tentang Harta Kekayaan Desa Pakraman dan

bab VI tentang Pendapatan Desa Pakraman.

Bab tentang Majelis Desa Pakraman boleh dikatakan sebagai sebuah lembaga yang

bermanfaat untuk menyelesaikan segala perbedaan-perbedaan yang ada di berbagai desa

pakraman di Bali dan menyamakan persepsi diantara sekian banyaknya desa pakraman yang

mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda meskipun dilandasi oleh agama Hindu. Sedangkan

Bab tentang Pecalang, merupakan antisipasi dari adanya konflik yang mungkin muncul intra

anggota desa pakraman tentang kesalahan penafsiran dari makna awaig-awig di tengah

perkembangan jaman serta antisipasi konflik yang mungkin terjadi di antara desa pakraman.

Konflik berpotensi muncul sebagai akibat perubahan sosial yang demikian deras di Bali dengan

industri pariwisatanya.

Page 54: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

51

IV. 3. 1 Hubungan antara Desa Dinas Dengan Desa Pakraman

Meskipun dua desa ini berada di dalam satu komunitas, dalam pelaksanaan praktik

sehari-hari kedua desa tersebut menjalankan fungsinya secara mandiri. Pada intinya, desa dinas

menjalankan fungsinya dalam rangka administratif kependudukan yang berhubungan dengan

kepemerintahan. Sedangkan desa pakraman, menjalankan fungsi yang berhubungan dengan adat

dan keagamaan seperti yang dilakukan oleh masyarakat Bali secara turun-temurun dan

berkelanjutan. Dari konteks tersebut, sesungguhnya tidak ada kaitan antara desa pakraman

dengan desa dinas karena masing-masing mempunyai peran tersendiri.

Namun demikian, kedua desa di Bali ini mempunyai hubungan yang unik yang kemudian

membentuk pola hubungan harmonis. Yang pertama adalah adanya satu banjar dinas yang

langsung menjadi satu desa pakraman. Ini merupakan hubungan menarik karena di lingkungan

banjar dinas itu juga berdiri Pura Khayangan Tiga sebagai tempat persembahyangan dari seluruh

masyarakat yang ada di banjar dinas itu. Dalam konteks sistem sosial tradisional di Bali, banjar

ini disebut dengan Desa Pakraman atau dulu disebut dengan desa adat karena mempunyai Pura

Khayangan Tiga tersendiri. Hubungan antara desa pakraman dengan banjar dinas boleh

dikatakan sejajar, tidak saling intervensi, dan saling bekerjasama. Dikatakan sejajar karena

masing-masing mempunyai legitimasi. Banjar dinas merupakan unsur paling rendah (dekat

dengan masyarakat) dalam sistem kepemerintahan Indonesia di Bali. Banjar inilah yang

mengurus administrasi kependudukan dalam kerangka hubungan penduduk dengan negara atau

pemerintah. Sedangkan desa pakraman merupakan desa tradisional di Bali sehingga dengan

keberadaan itu juga memiliki legitimasi sosial. Fungsi dari desa pakraman lebih banyak

mengatur soal hubungan sosial tradisional di Bali yang menyangkut kebudayaan dan ritual atau

berhubungan dengan sistem sosial ketradisionalan Bali. Dengan komposisi legistimasi seperti

itulah kemudian kedua sistem ini dapat hidup berdampingan tanpa harus mencampuri urusan

masing-masing lembaga. Keduanya mempunyai fungsi dan tugas masing-masing, dengan pokok

melayani masyarakat, akan tetapi dengan wujud yang berbeda. Akibat positif dari keberadaan

dua lembaga ini sering terlihat. Di darah-daerah rawan di Bali, terutama di desa atau lingkungan

yang dekat dengan perkotaan, desa pakraman dengan banjar dinas dapat melakukan kerjasama

dalam memelihara ketertiban dan keamanan. Satuan pecalang yang dimiliki oleh Desa

Pakraman dapat bersinergi melaksanakan tugas untuk menertibkan desa yang dengan demikian,

juga menciptakan ketertiban di banjar dinas. Dalam praktiknya pecalang melaksanakan tugas

Page 55: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

52

dengan melakukan sidak ke tempat-tempat yang dipandang rawan pelanggaran seperti kos-

kosan atau melakukan patroli ke wilayah lingkungan desa untuk memantau keamanan. Dalam

rapat yang dilakukan oleh desa pakraman misalnya, pimpinan (kelihan) banjar dinas dapat

memakai kesempatan memberikan pengumuman kepada warga tentang kebijakan-kebijakan

yang dilakukan pemerintah. Kerjasama antara kedua lembaga ini justru dapat memberikan saling

keberuntungan bagi warga.

Aparatur yang menjalankan desa dinas ada juga yang menjadi aparatur di desa pakraman

sehingga membuat segala perkembangan yang ada di kedua lingkungan lembaga tersebut, dapat

diketahui dan disikapi oleh aparatur yang sama. Atau sebaliknya aparatur yang secara struktural

mempunyai kedudukan tinggi di desa pakraman, mempunyai struktur juga di banjar dinas. Ini

membuat sikap saling hormat menghormati diantara kedua desa tersebut. Mau tidak mau, untuk

memelihara ketertiban lingkungan, baik desa pakraman maupun desa dinas (keperbekelan),

harus saling memberikan penilaian, bertukar informasi tentang segala potensi negatif yang ada di

desa untuk didiskusikan demi menciptakan ketertiban bersama.

Realitas adanya banjar dinas yang menjadi desa pakraman sesungguhnya merupakan

komposisi yang ideal karena kedua lembaga itu berada di dalam satu wilayah, satu lingkungan

dan dengan demikian juga aparaturnya dapat saling melengkapi. Harmonisasi dalam

menyelenggarakan pemerintahan relatif dapat dipelihara karena lingkungan perbatasan dari dua

lembaga komunal ini sama. Satu hal yang dapat menjadi pengganjal dari dua lembaga ini adalah

pada bidang keyakinan dari warganya. Karena desa pakraman merupakan lembaga yang menjadi

pengayom masyarakat Hindu (Bali), maka warga di banjar tersebut yang bukan pemeluk Hindu

bukan menjadi wadah dari desa pakraman. Perbedaan budaya karena kebanyakan masyarakat

non-Hindu berasal dari luar daerah Bali, dan juga perbedaan agama, akan menimbulkan

ketidakpahaman tentang pola ritual atau pelaksanaan agama yang digelar. Pada titik inilah

penting bagi banjar dinas dengan aparatnya menjadi penghubungan yang baik dan fungsional

untuk menjelaskan kebiasaan dan ritual dari masing-masing kepercayaan tersebut kepada

berbagai pihak agar dapat saling dimengerti. Norma-norma, kebiasaan dan budaya dari masing-

masing pihak harus dijelaskan oleh aparatur banjar dinas agar mampu memunculkan saling

pengertian. Dengan dasar saling pengertian inilah kemudian akan mampu diciptakan harmonisasi

di lingkungan tersebut. Tentu saja juga sosialisasi yang dilakukan oleh aparatur banjar dinas itu

Page 56: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

53

dilakukan secara bersama-sama oleh aparat (prajuru) desa pakraman. Cara ini akan menambah

kentalnya upaya harmonisasi tersebut.

Harus diakui bahwa ada perbedaan antara desa dinas (administratif) dengan desa

pakraman. Pada umumnya desa dinas itu terdiri dari beberapa banjar dinas yang kemudian

bersatu atau disatukan menjadi satu desa dinas, yang sekarang di Bali disebutkan dengan nama

keperbekelan. Misalnya Perbekel Samsam di Kecamatan Kerambitan, Tabanan, terdiri dari enam

banjar dinas, yaitu Banjar Penyalin, Banjar Kutuh Kelod, Kutuh Kaja, Samsam I, Samsam II dan

Banjar Dinas Lumajang. Akan tetapi di Keperbekelan Samsam terdapat Lima Desa Pakraman,

yaitu Samsam, Lumajang, Penyalin, Kutuh Kelod dan Kutuh Kaja. Dari sisi penyebutan anggota

masyarakat juga mempunyai perbedaan karena pada desa dinas (perbekel), disebut sebagai warga

dan desa pakraman, disebut dengan krama.

Dalam hal pengelompokan krama, desa pakraman mempunyai tingkatan-tingkatan

tertentu, sesuai dengan asal usul atau kepemilikan yang dikelola. Pembagian sebutan krama

(warga) pada desa pakraman ini setidaknya dikenal pada tiga kelompok, yaitu krama pengarep,

krama pangle, dan sekarang ada juga yang disebut dengan krama tamiu. Mereka yang disebut

dengan krama pengarep adalah orang yang terkena ayah-ayahan dan ikut bertanggung jawab

di dalam ritual yang dilakukan oleh desa. Di wilayah lain, misalnya di Karangasem, mereka yang

disebut dengan krama pengarep adalah pihak yang mendapatkan hak untuk mengolah tanah

milik desa pakraman (Stuart-Fox, 2010: 37). Sedangkan krama pangele adalah mereka yang

berasal dari desa pakraman bersangkutan, akan tetapi karena berdomisili di wilayah yang jauh,

dapat melakukan ganti terhadap kerja gotong royong yang dilakukan di desa pakraman tersebut.

Sedangkan krama tamiu merupakan warga lain yang berasal dari luar wilayah, berdomisili di

wilayah desa pakraman tersebut tetapi tidak bergabung dengan desa pakraman. Paling banyak

mereka yang disebut sebagai krama tamiu ini adalah mereka yang beragama di luar Hindu dan

berasal dari daerah lain. Dalam kasus di Bali, di awal millennium ke-21 ini cukup banyak

krama tamiu yang menduduki wilayah desa pakraman, terutama yang berdekatan dengan kota.

Dalam konteks demikian, desa administrative (keperbekelan), tidak mempunyai

pembedaan dalam penyebutan anggota masyarakat yang berdomisili di wilayahnya. Seluruh

warga yang menyatakan bertanggung jawab dan berdomisili di wilayah desa tersebut mempunyai

hak dan kewajiban yang sama, tidak mempunyai pembedaan sebutan. Semua warga wajib

membayar pajak apabila berada di wilayah keperbekelan itu dan juga berhak untuk mengelola

Page 57: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

54

tanah miliknya atas dasar pajak yang diserahkan, dan sebaliknya juga berhak mendapatkan

kepengurusan administrasi seperti memiliki KTP, mengurus kartu keluarga dan sebagainya.

Hubungan kerjasama antara desa pakraman dengan desa dinas atau banjar dinas, justru

semakin kental akhir-akhir ini ketika krama tamiu semakin banyak yang datang di Bali. Krama

tamiu tersebut bertempat tinggal di banjar-banjar yang menjadi wilayah desa dinas sekaligus

juga menjadi wilayah desa atau banjar pakraman. Datangnya krama tamiu ini memberikan

penghasilan tambahan bagi krama desa dengan penyediakan rumah-rumah kontrakan atau

tempat kost. Akibat dari itu, jumlah penduduk satu desa menjadi bertambah banyak dan

dipandang perlu untuk melakukan kontrol lapangan demi menjaga ketertiban lingkungan. Untuk

melakukan kontrol inilah kemudian desa dinas (keperbekelan), memerlukan peran dari desa

pakraman dengan memanfaatkan petugas keamanan dari desa pakraman, yang disebut dengan

pecalang. Petugas keamanan desa pakraman yang berfungsi menjaga keamanan.

Ada dua varian kerjasama yang dilakukan. Varian yang pertama adalah pimpinan desa

dinas meminta bantuan kepada pimpinan desa pakraman (disebut dengan kelihan) untuk

mengaktifkan pecalang di wilayahnya masing-masing. Dalam kerangka ini, desa pakraman akan

bertindak sendirian untuk memantau situasi lingkungan yang ada di desa pakraman

bersangkutan. Dalam praktik, pecalang biasanya berkeliling wilayah desa untuk memantau

situasi dan melakukan razia terhadap warga yang tidak jelas identitasnya. Sedangkan varian

kedua, akan ada gabungan tindakan baik yang dilakukan oleh desa pakraman maupun desa dinas

(administratif) untuk melakukan pemantauan lingkungan. Desa pakraman akan turun ke

lapangan dengan dilengkapi pecalang beserta jajaran pimpinan dan kelengkapan organisasi,

sedangkan jajaran pimpinan desa dinas juga melakukan hal yang sama. Karena garis komando

dari desa dinas ada di dalam pemerintahan negara, maka dalam konteks kerjasama ini, petugas

kepolisianlah yang akan mendampingi desa dinas dalam melakukan pemeriksanaan. Karena

itulah akan terlihat kerjasama koordinatif antara desa pakaraman dan dinas, yang dalam praktik

secara teknis akan mempunyai beragam metode untuk mengaplikasikannya. Misalnya, setiap

desa pakraman yang ada di desa dinas tersebut mendapat dampingan beberapa petugas kepolisian

saat melakukan sidak lingkungan.

Dalam kasus yang lain, bentuk kerjasama dan koordinasi antara desa dinas dengan desa

atau banjar pakraman itu sangat tergantung dari kebiasaan yang ada di wilayah bersangkutan. Di

Desa Pakaraman Eka Cita di Penyalin, Kecamatan Kerambitan, Tabanan misalnya, ketika desa

Page 58: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

55

pakraman mendapatkan bantuan keuangan dari pemerintah propinsi, dalam jumlah tertentu juga

disumbangkan kepada banjar dinas, yang penggunannya untuk perbaikan sarana di wilayah

banjar tersebut. Membangun jalan menuju sungai atau permandian umum, mempunyai dua cara

pandang karena dapat memperbaiki infrastrutur di desa pakraman sekaligus juga di desa dinas.

Bantuan juga diberikan untuk memperbaiki kantor dari banjar dinas, atau untuk memperbaiki

bale banjar yang dipakai sebagai kantor dari banjar dinas.

Undang-Undang Dasar 1945, pada pasal 18B menyebutkan pada angka 2). Negara

mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak

tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip

negara kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.

Ini menandakan bahwa kesatuan masyarakat adat tersebut, dengan berbagai kebiasannya

masih tetap mendapatkan pengakuan oleh negara di dalam negara Kesatuan Republik Indonesia.

Adat pada awalnya merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, yaitu “Adah” yang artinya

kebiasaan, yakni perilaku masyarakat yang selalu terjadi (Samosir, 2013: 8). Desa pakraman

yang sekarang berlaku di Bali, pada awalnya disebut dengan desa adat yang memang mengacu

kepada kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Bali. Kebiasaan ini lebih mengacu

kepada ritual agama yang telah dilakukan masyarakat Bali secara turun-temurun dan berabad-

abad. Akan tetapi setelah menemukan makna kata yang lebih sesuai dengan konteks Bali, maka

kata “adat” tersebut kemudian dihilangkan dan dipakailah kata pakraman sebagai pelengkap kata

“desa” untuk menyebutkan praktik kebiasaan masyarakat Bali, sesuai ritual Hindu yang

dilakukan dan berlangsung di desa, dan menjadi desa pakraman untuk mengganti sebutan desa

adat.

IV. 3. 2 Kelemahan Desa Pakraman

Dalam perjalanan desa pakraman, sifat ketradisionalannya tidak dapat dilepaskan sama

sekali karena desa ini merupakan turunan dari desa Bali kuno yang mengadaptasi model-model

pemerintahan di masa lalu. Dengan adaptasi seperti itu maka legitimasi dari keberadaan desa

pakraman, tidak lain adalah tradisi tersebut. Apabila dilihat ke belakang, tradisi Bali sangat lekat

dengan pola-pola ritual agama Hindu sesuai dengan penafsiran dari masyarakat setempat,

ditambah dengan penafsiran dari pendeta atau orang-orang yang berpengaruh pada saat itu. Desa

pakraman mempunyai dua kekuatan yang tertuju kepada sifat tradisinya itu, yaitu hal ritual yang

Page 59: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

56

berhubungan dengan agama (Hindu) dan para tokoh yang menjadi pembenar dari ritual

tersebut. Berhadapan dengan agama, masyarakat tidak mampu lagi menolak karena agama pada

masyarakat Indonesia, apalagi di Bali, agama merupakan keyakinan faktual dan ketundukan

yang mutlak. Kemudian ketika ritual agama tersebut dibenarkan oleh tokoh masyarakat, apalagi

raja dan para pendeta yang ada, maka ritual tersebut, tidak dapat dihindarkan lagi. Bagaimanapun

kompleksitasnya, pasti akan dijalankan. Desa pakraman merupakan sikretisme dari hal ini,

mekipun kini harus berhadapan dengan modernisasi di Bali. Dasar dari lembaga ini adalah

keterikatan warga dengan tempat persembahyangan masyarakat Hindu Bali yang percaya dengan

tiga sakti dari Tuhan, yaitu Brahma, Wisnu dan Syiwa yang kemudian diimplementasikan ke

dalam Pura Desa, Pura Puseh dan Pura Dalem.

Kelemahan lain dari desa pakraman adalah keberadaannya yang terpisah antara satu

dengan yang lain di Bali. Sejarah kemandirian lembaga ini ada di masing-masing desa. Kontak

yang terjadi jarang, kecuali pada desa pakraman yang berdekatan. Dan masing-masing desa

mempunyai wilayah yang luas sehingga harus mengadaptasi berbagai pendapat di wilayah yang

luas tersebut. Desa pakraman Bede di kabupaten Tabanan misalnya terdiri dari 39 banjar

pakraman yang membentang di dua Kecamatan, yaitu Kecamatan Tabanan dan Kerambitan.

Mencapai kata sepakat untuk satu model persembahyangan dan ritual memerlukan proses yang

cukup panjang disini.

Karena itulah kemudian munculnya lembaga yang mengayomi desa pakraman yang

berjenjang dari kecamatan sampai dengan propinsi, menjadi satu terobosan penting misalnya

untuk menghadapi kesenjangan dialog dan hubungan sosial antar desa pakraman tersebut di Bali.

Modernisasi memberikan dorongan yang sangat besar terhadap keberadaan desa pakraman ini.

Majelis desa pakraman yang berada pada tingkat kecamatan sampai di propinsi tersebut, akan

memberikan semacam informasi yang sangat berguna bagi perkembangan desa ini menghadapi

perubahan sosial. Kesamaan persepsi tentang perubahan sosial memberikan sumbangan penting

bagi keberadaan desa dan kemudian adanya persamaan-persmaan persepsi dengan bagaimana

pola ritual yang harus dilakukan oleh desa pakraman. Bentuk dari kemajuan itu sebagai akibat

adanya lembaga yang berjenjang ini adalah adanya kesepakatan untuk membuat awig-awig yang

secara umum mempunyai kesamaan. Pola ini paling tidak akan memberikan satu garis persepsi

yang sama terhadap pembuatan kelengkapan struktur maupun fungsi desa pakraman. Sekarang

misalnya kita lihat bahwa setiap desa pakraman telah memiliki pecalang, telah mempunyai LPD

Page 60: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

57

atau apabila tidak mampu secara mandiri, dapat melakukan gabungan untuk membuat Lembaga

Perkreditan Desa secara bersama-sama.

Undang Undang No. 6 Tahun 2014 menyebutkan tentang berdirinya Badan Usaha Milik

Desa (BUMDesa) yang dapat dikelola oleh desa untuk mensejahterakan rakyat serta mengelola

aset-aset yang dimiliki oleh desa bersangkutan. Meskipun tidak sama dengan apa yang

dilaksnakan oleh Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, akan tetapi BUM

Desa ini merupakan ide untuk mengelola usaha aset yang dimiliki oleh desa.

Ketika kemudian pilihan dijatuhkan kepada desa pakraman sebagai desa “perwakilan”

dari Bali, maka seperti yang dikatakan oleh Dr. I Nyoman Subanda, bahwa dalam konteks

pengalaman keadministrasian, hal ini akan berdampak besar. Para pengurus desa pakraman tidak

mempunyai pengalaman dalam membuat administrasi seperti laporan keuangan tahunan dan

sebagainya yang harus dilakukan oleh aparat desa. Bukan tidak mungkin hal ini akan menjadi

pekerjaan berat. Disamping itu karena ada laporan tahunan kepada pemerintah, desa adat atau

desa pakraman akan tunduk oleh instruksi aturan-aturan pusat yang memungkinkan tergerusnya

aturan adat asli sendiri. Originalitas adat bisa tergerus. (Fajar Bali, 30 September 2014. Hal 1-

11).

Harus juga dilihat, desa pakraman mempunyai nama sebutan desa adat di masa lalu.

Sebutan untuk pimpinan desa adat adalah kelihan adat. Kata kelihan ini berakar dari bahasa

daerah Bali, yang artinya “kelih”. Kata itu merujuk kepada orang yang lebih tua atau sudah tua.

Dalam pemahaman tradisional, seorang yang sudah tua dipandang mempunyai pengalaman yang

lebih banyak, baik di bidang sosial maupun kepemimpinan, termasuk juga pengetahuan. Karena

itu orang yang tua dipandang cocok untuk menjadi pemimpin. Apalagi dalam desa pakraman

atau desa adat di Bali, ritual upacara adat dan agama yang dilakukan, memerlukan “legitimasi”

dari orang-orang yang lebih tua. Ritual tersebut mempunyai perlengkapan, alat, tata krama yang

memerlukan pengalaman dalam arti luas. Di tengah kemampuan mencatat dan menulis

masyarakat di masa lalu yang belum baik, maka hanya orang tua yang berpengalamanlah

dipandang layak memimpin desa adat.

Meskipun di jaman modern ini sebagian pimpinan desa pakraman dipimpin oleh mereka

yang masih muda, akan tetapi sebagian lain masih dipimpin oleh mereka yang tua.

Konsekuensinya, masih banyak orang tua yang tidak mampu membaca dan menulis yang

memimpin desa pakraman. Apalagi apabila dikaitkan dengan kemampuan manajemen. Padahal,

Page 61: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

58

sesuai dengan Undang-undang No 6 tahun 2014, desa akan mendapatkan dana milyaran rupiah

untuk dikelola demi kesejahteraan rakyat. Mengelola uang yang banyaknya milyaran rupiah ini,

memerlukan keterampilan manajemen dari seorang pimpinan. Apabila desa pakraman kelak

menjadi desa terpilih di beberapa kabupaten di Bali, tantangannya terletak pada konteks ini.

Bahkan desa pakraman yang dipimpin oleh anak muda pun berpotensi tidak mempunyai

keterampilan manajemen. Pengelolaan keuangan yang jumlahnya sampai milyaran rupiah

tersebut, memerlukan keteramapilan di luar manajemen, seperti misalnya mengoperasikan

perangkat lunak komputer dan sejenisnya.

Dalam sejarahnya, pemilihan kepada desa pakraman atau kepala adat, selalu menjadi

momok bagi generasi baru. Ini disebabkan oleh dipandang ribetnya upacara agama yang

menjadi tanggung jawab desa pakraman, disamping juga mengelola keragaman masyarakat

dengan berbagai perangainya. Pada konteks seperti ini, kepala desa pakraman terpilih karena

terpaksa atau karena dipaksa. Dalam pandangan manajemen, ini merupakan kelemahan karena

tidak akan mungkin dapat dihasilkan pimpinan dan pekerja yang handal apabila dimunculkan

dari kondisi yang memaksa. Mengelola desa dengan tujuan-tujuan seperti yang terlihat dalam

Undang-undang No 6 Tahun 2014, cukup sulit untuk diwujudkan. Undang-undang ini

menginginkan tujuan idealis untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Salah satu caranya

adalah dengan memberikan bantuan keuangan, baik dari pusat maupun daerah. Bentuk

pertanggungjawaban dari ini adalah membuat perencanaan sosial agar uang itu mampu

dimanfaatkan dengan baik, serta sudah menjadi kewajiban administrasi untuk membuat laporan

ke berbagai instansi yang memberikan bantuan keuangan. Pimpinan yang merasa terpaksa untuk

menjadi kepala desa pasti akan kesulitan mengelola ini. Yang paling dikhawatirkan dari hal-hal

seperti ini adalah adanya penyimpangan-penyimpangan keuangan.

Dalam hubungan dengan penyimpangan ini, adanya bantuan keuangan kepada desa dari

pusat maupun daerah, juga potensial berbahaya apabila dikaitkan dengan kepemimpinan. Isu

paling utama dari Undang-Undnag Desa ini adalah bahwa desa akan mendapat bantuan uang

sampai lebih dari 1 milyar setiap tahun. Banyak pihak kemudian yang tiba-tiba tertarik menjadi

kepala desa. Kecurigaan yang muncul adalah bahwa meningkatnya animo tersebut disebabkan

oleh adanya jumlah yang yang banyak tersebut. Keinginan yang tiba-tiba ramai jika

dibandingkan dengan sepi sebelumnya, pantas dicurigai. Bukan tidak mungkin orang-otrang

Page 62: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

59

seperti itu adalah mereka yang mempunyai sifat avonturir, yakni mencoba mengintip uang

tersebut demi keuntungan-keuntungan pribadi.

Maka, desa dan pemerintah pada umumnya, harus mempunyai aturan tersendiri untuk

memilih kepala desa. Masyarakat juga harus ditingkatkan pengetahuannya.

IV. 4 Kerjasama antar Sektor

Undang-Undang No 6 Tahun 2014 ini jelas mempunyai tujuan memperbaiki kualitas

desa yang ada sekarang, dengan desa yang dimaksud baik desa dinas, desa adat atau desa dengan

sebutan lain di Indonesia. Artinya memaksimalkan peran desa dalam keberadaannya di Indonesia

maupun memperbaiki kedudukannya dilihat dari sejarah desa sebelumnya. Karena itulah,

disamping memperbaiki sistem pemerintahan desa, memperbaiki hubungan sosial dengan desa-

desa lainnya, pemerintah dari segala tingkatan memberikan bantuan kepada desa. Bantuan

tersebut baik berupa penasihatan maupun banatuan pada bidang keuangan. Disamping

memberikan bantuan pada bidang keuangan, dalam kerangka memaksimalkan peran desa,

melalui undang-undang ini pemerintah memberikan kesempatan kepada desa untuk

memaksimlakan segala sumber daya yang ada dan dimiliki oleh desa.

Upaya memaksimalkan peranan desa dalam kerangka memajukan Indonesia tersebut

boleh dikatakan sebagai upaya dasar bagi pembangunan negara karena desa merupakan basis

dasar dari negara Indonesia. Dengan memajukan desa maka secara simultan Indonesia maju

secara nasional sebab kemajuan itu akan merata, tidak hanya sepihak pada daerah-daerah

perkotaan atau desa yang berdekatan dengan kota. Kemajuan itupun sangat kuat mempunyai

dasar dalam berkompetisi dengan dunia internasional (globalisasi) karena keberhasilan

pembangunan di desa itu didasarkan pada potensi-potensi dan aset yang dimiliki oleh desa

bersangkutan. Potensi itulah yang diunggulkan untuk menopang kesejahteraan rakyat, sehingga

apabila kemakmuran rakyat berbasis kepada kemampuan dasar desa itu, maka potensi akan

semakin ditingkatkan kualitasnya oleh masyarakat di desa bersangkutan sehingga sumber daya

itu semakin hari kualitasnya semakin meningkat, semakin berkembang dan semakin menemukan

pembaruan. Misalnya, sebuah desa yang dikelilingi oleh sungai, maka sungai itu tidak hanya

dapat dimanfaatkan airnya untuk menyiram tanaman, akan tetapi juga dapat dipakai mengairi

persawahan, kemudian memelihara berbagai jenis ikan, wisata air untuk anak-anak, sumber air

Page 63: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

60

bersih, sampai pada akhirnya pembangkit tenaga listrik untuk mengairi desa. Apabila desa itu

cocok sebagai penghasil kayu jati karena tanahnya berkapur, masyarakat di sekitar desa itu tidak

saja memperluas perkebunan jatinya tetapi juga mengembangkan berbagai jenis varian tanaman

jati, mendirikan usaha ukir-ukiran sampai mebel dan menghidupakan upaya ekspor furniture.

Memaksimalkan peranan desa dalam pembangunan nasional dan memperkuat ketahanan

negara, dapat dilakukan melalui kerjasama dengan desa lain. Secara sosiologis, ini sangat

berguna. Cara melakukan kerjasama ini akan memunculkan interaksi dengan masyarakat lain,

baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok. Bagi Indonesia cara kerjasama ini penting

karena dasar dari masyarakat Indonesia itu adalah gotong royong. Akan tetapi bukan sekedar

gotong royong itu yang menjadi maanfaat utama dari kerjasama ini. Budaya Indonesia dalam

khasanah sosiologisnya adalah kontak sosial. Di dalam kontak sosial ini akan ditemui berbagai

macam manfaat. Yang pertama tentang pertukaran informasi. Baik di kota, desa maupun

pegunungan, informasi itu sangat penting untuk saling memahami perkembangan sosial yang

ada. Di desa perkembangan sosial itu berguna untuk saling memberikan pengetahuan. Informasi

pada hakekatnya adalah pengetahuan yang sudah dikemas. Bagaimanapun bentuk dan wujud

pengetahuan itu, apabila disebarkan akan dapat berguna bagi masyarakat. Misalnya tentang

kepenyakitan. Berjangkitnya penyakit rabies di Bali perlu diinformasikan ke desa lain agar desa

yang lain bersiaga menghadapi wabah ini. Informasi tersebut tentu juga diikuti dengan cara-cara

pencegahan dan teknik pertolongan pertama. Demikian juga informasi tentang kejahatan serta

informasi lain.

Kedua, kerjasama ini akan memberi manfaat mengetahui karakter dan kebiasaan dari

desa lain. Pengetahuan tentang karkater desa lain dengan sendirinya juga akan mengetahui sifat

secara umum dari desa tetangga dengan melihat kebiasaan yang dilakukan. Hal ini akan mampu

mencegah munculnya konflik antar desa. Di desa-desa yang berdekatan, konflik sering muncul

disebabkan oleh ketidakpahaman dari kebiasaan dari desa tetangga. Kerjasama yang akan

dilakukan, bagaimanapun akan memberikan kesempatan untuk mengetahui karakter desa

tersebut. Desa yang terbiasa menggelar ritual pertanian, pasti mempunyai mayoritas warga

petani. Demikian juga desa yang pemudanya mempunyai kegiatan olahraga sore hari,

menandakan kekompakan pada generasi muda.

Ketiga, memberikan kesempatan saling bertukar pengalaman dan pengetahuan. Masing-

masing desa mempunyai potensi yang berbeda-beda dan masing-masing penduduk mempunyai

Page 64: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

61

keterampilan yang juga berbeda-beda. Untuk memberikan manfaat yang lebih maksimal dari

potensi-potensi tersebut, maka kerjasama merupakan cara yang paling baik untuk

mengembangkannya. Desa yang mempunyai mayoritas penduduk sebagai petani, memerlukan

orang yang cakap untuk memasarkan hasil pertanian, atau memerlukan desa yang mempunyai

alat untuk mengolah gabah. Kerjasama yang saling menguntungkan ini tentu saja juga

memberikan sumbangan penting bagi saling meningkatnya pemahaman antar individu.

Keempat, bermanfaat untuk saling mengenal secara individual. Mengenal individu

masing-masing desa penting karena jalinan keakraban sesungguhnya berada pada tataran

individu. Kerjasama antar desa memberikan kesempatan untuk pengenalan individu ini.

Keakraman yang terjalin antar individu antar desa, mempunyai pengaruh besar kepada stabilitas

antar desa sebab hal ini dapat menurun pada generasi yang baru. Persahabatan yang dijalin oleh

orang tua, dapat menjalar menurun kepada anak-anak dan dari anak-anak kepada cucu.

Demikian seterusnya.

Pada masyarakat Bali masa lalu, paling tidak dekade tujuhpuluhan dan sebelumnya,

contoh kerjasama positif dapat dilihat pada lomba laying-layang. Lomba ini memberikan

kesempatan adanya pertemuan komunitas penggemar layang-layang dari satu desa dengan desa

lainnya. Juga memberikan kesempatan memunculkan rasa solidaritas dan persaudaraan yang

tinggi. Desa yang menggelar lomba layang-layang akan mengundang desa sekitar untuk

berlomba, meminta bantuan kepanitiaan, bantuan makanan berupa kue sampai nasi dan

minuman. Cara-cara seperti ini juga akan dilakukan oleh desa-desa lain yang menggelar lomba

laying-layang di waktu lain, dan demikian terus bergiliran setiap tahun manakala sudah ada

masa untuk lomba laying-layang. Cara meminta bantuan dan pelibatan seperti ini, sangat ampuh

untuk membina persahabatan serta menekan konflik.

Dalam konteks demikian, Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang desa ini memberikan

peluang untuk melakukan kerjasama dengan desa lainnya dalam hal upaya meningkatkan

potensi desa. Pasal 83 dari undang-undang ini menyebutkan tentang kawasan perdesaan.

Kawasan yang dimaksud merupakan perpaduan pembangunan antar desa dalam satu

kabupaten/kota. Basis dari pasal ini mempunyai tujuan agar pembangunan itu terpadu dan

disesuaikan dengan perencanaan-perencanaan yang telah dilakukan oleh pemerintah.

Perencanaan tersebut dibuat dengan memperhatikan potensi yang ada di masing-masing desa

yang dipandang mampu melaksanakan perpaduan tersebut, dengan titik pusat pada bidang

Page 65: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

62

pertanian. Untuk melaksanakan pembangunan yang terpadu ini, tidak lain harus dilakukan

dengan melakukan kerjasama antar desa dengan memanfaatkan aset-aset yang ada. Penggunaan

aset tersebut dapat saja dilakukan secara silang, dalam arti antara aset yang dimiliki oleh satu

desa akan dapat dimaksimalkan pemberdayaannya melalui tenaga terampil dari desa yang lain.

Dalam penafsiran dari undang-undang tersebut serta Peraturan pemerintah No 43 Tahun 2014

tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang No 6 tahun 2014, pemerintahlah, baik pusat

maupun daerah yang menentukan kawasan perdesaan itu, yang kemudian disosialisasikan. Desa

kemudian menyambutnya dengan membuat kajian dan kemudian usulan untuk menetapkan

kawasan perdesaan tersebut.

Dengan demikian, melalui kerjasama antar desa dapat dilakukan maksimalisasi manfaat

dari pembangunan desa ini. Dalam konteks pembangunan kawasan perdesaan, konsep awalnya

yang meliputi wilayah-wilayah yang ditetapkan itu, berasal dari pemerintah. Desa tetap

mempunyai peran untuk menginventarisasi aset dan potensi-potensi yang ada untuk

dikembangkan. Dalam kerangka inventarisasi inilah kemudian dimungkinkan lagi melakukan

kontak sosial dengan desa-desa lainnya untuk mencapai saling pengertian. Inventarisasi aset dan

potensi pengembangan ini perlu mendapatkan kerjasama untuk saling memudahkan. Pemerintah

akan mudah melakukan penilaian, dan ketika kerjasama antar kawasan perdesaan itu terjadi,

akan mudah melakukan tindakan baik untuk memngembangkan usaha maupun mencari solusi

masalah yang muncul.

Cara lain untuk memaksimalkan peranan desa untuk kesejahteraan rakyat itu adalah

dengan mengoptimalkan potensi dan sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh desa. Undang-

Undang No. 6 Tahun 2014 ini telah memberikan garis-garis besar upaya untuk memaksimalkan

potensi tersebut demi dapat mengejar kepentingan-kepentingan yang sifatnya ekonomis, dengan

tujuan utama demi meningkatkan kesejahteraan rakyat. Secara struktural, pemerintah telah

digariskan dalam undang-undang untuk memberikan bantuan kepada desa demi melakukan

pembangunan itu. Pemerintah yang dimaksudkan ini, tidak hanya pada pemerintah kabupaten

saja, akan tetapi juga pemerintah propinsi dan pemerintah pusat. Pasal 72 Undang-Undang itu

menyebutkan bahwa dana yang akan didapatkan oleh desa dari pemerintah dapat berupa alokasi

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah

Kabupaten/Kota, alokasi dana desa yang merupakan dana perimbangan yang diterima

Page 66: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

63

kabupaten/kota, bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan

belanja daerah Kabupaten/Kota.

Makna dari pernyataan dalam undang-undang ini adalah bahwa pemerintah tidak akan

membiarkan desa tersebut berjalan sendirian semata-mata hanya dengan mengolah asetnya

sendiri untuk mengembangkan diri, tetapi tetap memberikan dana rangsangan yang dapat

dipadukan dengan kekayaan serta kemampuan yang dimiliki oleh desa. Jika memang desa

mempunyai modal yang besar dan potensi besar pula untuk mengembangkannya, tentu hal ini

tidak masalah. Namun apabila dana yang besar tersebut kemudian dipadukan dengan bantuan

yang diberikan oleh pemerintah, akan menjadi sinergi positif untuk menjalankan fungsi desa

sebagai basis utama mensejahterakan masyarakat Indonesia. Keterlibatan pemerintah dalam

memberikan bantuan ini boleh dipandang sebagai hasil pemikiran yang menyadari bahwa tidak

seluruhnya desa-desa di Indonesia yang jumlahnya ribuan tersebut, mampu mengembangkan diri

secara mandiri. Bahkan sebagian besar desa-desa yang ada di Indonesia masih memerlukan dana

sebagai penopang melaksanakan pembangunan. Hal ini juga merupakan kewajiban dari

pemerintah untuk menyebarkan hasil pendapat negara kepada masyarakat melalui bantuan

kepada desa.

Keterlibatan pemerintah dalam memberikan bantuan itu dapat juga dibaca bahwa

pembangunan di pedesaan itu harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan normatif yang ditentukan

pemerintah. Dalam arti, sesuai dengan norma-norma yang ada di dalam koridor negara

Indonesia. Setiap perundang-undangan yang dikeluarkan pemerintah pasti menekankan hal ini,

termasuk juga dengan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014. Koridor utama yang harus ditaati

adalah tidak bertentangan dengan Pancasila dan sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.

Bantuan dari pemerintah tersebut juga dapat ditafsirkan sebagai adanya bentuk diksusi dua arah

antara pemerintah dengan desa dalam kerangka melakukan berbagai perencanaan-perencanaan

pembangunan di pedesaan. Ini misalnya terlihat jelas dalam hal pembentukan pembangunan

daerah perdesaan. Pembangunan ini berbasis pada pertanian antar desa yang ada di

kabupaten/kota. Perencanaan pembangunan ini mesti dkoordinasikan dengan pemerintah daerah

kabupaten/kota.

Upaya memaksimalkan pembangunan desa untuk kepentingan ekonomi demi

kesejahteraan rakyat, tidak hanya dilakukan melalui bantuan dari pemerintah tersebut. Ia juga

dapat dilakukan dengan memanfaatkan aset-aset desa yang sudah dimiliki. Karena itu aset desa

Page 67: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

64

harus diketahui dan digali keberadaannya. Cara paling bagus untuk memaksimalkan

pembangunan desa dalam konteks ini adalah dengan memadukan dua hal tadi, yaitu antara

bantuan dari pemerintah dengan aset yang dimiliki oleh desa. Bagi yang tidak mempunyai aset

dan potensi atau bagi desa yang masih belum menggali potensi desanya, bantuan dari

pemerintah itu masti dipandang sebagai rangsangan atau modal awal untuk menggerakkan

potensi dan aset yang ada, betapapun minimnya aset tersebut. Misalnya, bantuan itu dapat

digunakan sebagai upaya untuk membuat lokasi pengolahan air, yang mana akan dapat dipakai

untuk menjual air sumber kepada umum.

Oleh pemerintah, aset yang telah diakui oleh undang-undang sudah dinyatakan secara

jelas. Bahkan aset tersebut dapat diperluas lagi sepanjang itu dinyatakan sah. Aset itu

diantaranya adalah, seperti yang dinyatakan pada pasal 76, dapat berupa tanah kas desa, tanah

ulayat, pasar desa, pasar hewan, tambatan perahu, bangunan desa, pelelangan ikan, pelelangan

hasil pertanian, hutan milik desa, mata air milik desa, permaindian umum dan aset lainnya milik

desa. Juga dikatakan, bahwa aset pemerintah, termasuk pemerintah daerah, yang berskala desa

dapat dihibahkan kepemilikannya kepada desa. Kekayaan milik desa yang telah diambilalih oleh

pemerintah kabupaten/kota, dapat diambilalih lagi oleh desa sepanjang tidak dipakai untuk

kepentingan umum.

Untuk kepentingan kesejahteraan rakyat, segala aset yang disebutkan diatas, dapat diolah

dan dipakai untuk itu, dengan memadukan dana yang dimiliki desa dan bantuan pemerintah.

Sebutan yang diterakan pada undang-undang tentunya tidak dapat disamaratakan dengan

kepemilikan aset dari desa-desa yang ada di Indonesia. Karena itulah kemudian tetap ada

kemungkinan desa yang masih mempunyai kekayaan lain di luar yang ditentukan oleh undang-

undang. Aset ini dapat dimiliki apabila prosedurnya dilakukan dengan cara yang sah. Di Bali

misalnya, sangat jarang desa mempunyai tambatan perahu. Namun desa pakraman mempunyai

aset yang sering disebut dengan laba pura . Akhir-akhir ini desa pakraman juga mempunyai

pasar tradisional. Kecenderungan ini semakin banyak dilakukan oleh desa pakraman sebagai

akibat dari perubahan sosial yang ada. Bali pada dasawarsa kedua abad ke-21 ini terasa

mengalami urbanisasi yang besar dengan datangnya warga dari luar pulau. Di desa-desa di

Bali juga banyak dijumpai sumber air pegunungan. Akan tetapi sumber air ini banyak yang

terbuang atau dimiliki oleh perorangan karena ada di tanah yang dimiliki oleh perorangan.

Page 68: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

65

Aset yang dimiliki desa, seperti yang disebutkan pada undang-undang itulah yang

seharusnya dikelola, dikembangkan secara terus-menerus dengan memakai modal yang ada,

untuk mensejahterakan masyarakat yang ada di pedesaan. Ini yang menjadi tujuan dari

pemerintah untuk membentuk Undang-Undang No 6 tahun 2014. Pesan yang dikembangkan

dari perundangan ini dapat berupa menggugah masyarakat dan aparat desa tentang potensi yang

dimilikinya untuk dikembangkan secara mandiri, dengan perlindungan dan sokongan pemerintah

demi memperkuat ketahanan negara dan bangsa Indonesia. Sebagai wilayah organisasional yang

terletak pada struktur paling bawah, berhadapan langsung dengan rakyat, kesadaran kepemilikan

aset ini memang harus digugah. Sebelumnya tidak banyak desa yang sadar dengan berbagai

kekayaan yang dimiliki.

Yang selanjutnya adalah memaksimalkan sumber daya manusia. Intinya tentang potensi-

potensi yang dimiliki oleh sumber daya manusia itu guna mendukung maksimalisasi ekonomi

dan kerjasama dengan desa lain. Sumber daya manusia mempunyai karakter yang unik dan luar

biasa. Meskipun manusia tidak merasakan mempunyai keterampilan di dalam kehidupannya,

akan tetapi manakala ada seseorang yang menemukan keterampilan tersebut dan kemudian

mengasahnya, mereka akan menemukan kesenangan tersendiri untuk menekuni. Manusia juga

akan terbiasa dan menyesuaikan diri dengan keterampilan itu. Atau, keterampilan itu ditemukan

secara kebetulan dan merasa cocok, senang dan tidak terbebani dengan keterampilan tersebut.

Misalnya seseorang yang menemukan dirinya sebagai pedagang dan menemukan kenikmatan di

sana. Bukan tidak mungkin hal ini akan berlanjut terus dan semakin hari mengasahnya.

Demikian juga dengan keterampilan lain seperti menulis, melukis, membuat kue, memasak,

beternak dan sebagainya. Inilah keunikan dari manusia yang dapat mengerjakan apa saja,

menemukan apa saja di dalam perjalanan hidupnya dan kemudian menekuni profesi tersebut.

Dan apabila profesi dan kesenangan itu dikembangkan dengan kesediaan-kesediaan belajar,

maka hal ini akan menjadi luar biasa perkembangannya. Kepercayaan diri terhadap keterampilan

tersebut akan mampu membuat perkembangan luar biasa. Seseorang yang menemukan diri pada

keterampilan memperbaiki kendaraan (bengkel), akan dapat membuka cabang-cabang bengkel di

berbagai tempat dan akhirnya menyedot banyak lapangan pekerjaan.

Secara nasional, Indonesia sekarang dikatakan sebagai negara yang mempunyai bonus

demografi. Hal ini memberikan pemahaman bahwa diantara 250 juta penduduk Indonesia di

tahun 2015 ini, mayoritas dari penduduk itu mempunyai usia produktif, antara 17 sampai dengan

Page 69: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

66

50 tahun. Keadaan demikian merupakan keuntungan bagi suatu negara untuk menggerakkan

segala potensi yang dimiliki negara itu, entah potensi alam seperti pertanian, pertambangan dan

sebagainya. Atau potensi ekonomi perdagangan baik yang berskala domestik, nasional, bahkan

internasional. Bonus demografi tersebut terasa juga di pedesaan. Di Bali misalnya, rapat-rapat

di pedesaan banyak yang dikendalikan oleh anak-anak muda usia di bawah 50 tahun yang

mendominasi pendapat dan usulan. Tenaga kerja di pedesaan juga banyak yang berumber dari

anak-anak muda, bahkan di bawah 40 tahun. Lalu-lintas penglaju di pedesaan yang bekerja di

kota Denpasar dan Badung, membuktikan bahwa hanya usia-usia produktiflah yang mampu

melakukan aktivitas tersebut karena memerlukan tenaga ekstra untuk menempuh jarak antara 50

sampai 60 kilometer. Banyak warga pedesaan di Bali yang memilih cara menglaju untuk

bekerja pada rentang jarak antara 50 sampai 60 kilometer tersebut. Fenomena ini tidak hanya

terlihat pada siang hari tetapi juga malam hari, bahkan juga sampai dini hari.

Sekali lagi, hal itu membuktikan apabila memang bonus demografi ada di Indonesia,

termasuk juga pedesaan. Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa ini sesungguhnya

memberikan arahan memanfaatkan bonus demografi untuk memaksimalkan potensi sumber daya

manusia yang ada, memanfaatkan sumber daya yang ada di desa demi kemakmuran rakyat. Dari

sumber daya manusia itu sesungguhnya dapat digali berbagai macam potensi yang dapat

memanfaatkan aset dan sumber daya desa untuk kemakmuran rakyat. Undang-Undang ini,

termasuk peraturan pelaksanannya, sudah jelas tidak mencantumkan bagaimana aset sumber

daya manusia yang harus dimiliki oleh desa dalam rangka mengejar tujuan undang-undang

tersebut. Akan tetapi untuk mencapai kesejahteraan rakyat dengan strategi pemberdayaan, mau

tidak mau haruslah dilakukan oleh generasi aktif dan produktif.

Pasal 127 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 43 Tahun 2014 tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa memuat tentang upaya

pemberdayaan masyarakat desa. Hal penting yang harus dilihat dalam upaya pemberdayaan ini

adalah bahwa upaya itu mendorong partisipasi masyarakat membuat perencanaan pembangunan

desa, mengembangkan program pembangunan agar berkelanjutan; menyusun perancanaan yang

berpihak kepada masyarakat miskin, tidak mampu, berkebutuhan khusus, dan sebagainya;

menyelenggarakan peningkatan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia masyarakat desa;

melakukan pendampingan dan seterusnya. Semua kondisi-kondisi tersebut hanya dapat

dilakukan oleh anggota masyarakat yang masih aktif dan produktif. Potensi-potensi inilah yang

Page 70: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

67

kemudian harus digali oleh masyarakat desa demi mendapatkan kecocokan dalam

pembangunannya.

IV. 4. 1 Pendampingan

Upaya untuk memajukan negara dengan berbasiskan pada desa, boleh dikatakan sebagai

upaya pelaksanaan yang baru, meski ide tersebut sudah lama. Keinginan untuk membentuk desa

sebagai daerah tingkat III misalnya, boleh dikatakan sebagai keinginan untuk membangun desa

sejak jaman Orde Lama. Akan tetapi karena persoalan politik dan administrasi kenegaraan yang

belum tuntas, hal ini tidak sempat terlaksana. Harus jujur diakui bahwa perpaduan antara

keinginan yang tertunda dengan basis petani yang menjadi mayoritas penduduk desa di Indonesia

itu, mempunyai dampak kemana-mana. Pada tingkat kebijakan politik, pemerintah Orde Baru

sesungguhnya sudah mempunyai kebijakan yang bagus dalam garis-garis besar haluan negara,

dengan menetapkan proses pembangunan yang disebut Pelita. Mulai dari Pelita I sampai dengan

Pelita IV, kebijakan ini telah menetapkan pertanian sebagai basis pembangunan Indonesia.

Secara langsung dan tidak langsung, sesungguhnya langkah politis ini telah

memperhatikan desa sebagai pusat pembangunan karena basis pertanian itu ada di desa dan

rakyat Indonesia kebanyakan ada di pedesaan. Karena itu, langkah politis ini sudah benar. Pada

tingkatan akademis, pada pertengahan pemerintahan Orde Baru, perguruan tinggi juga telah

mencetak banyak sarjana pertanian. Bahkan dekade delapanpuluhan, sarjana pertanian menjadi

salah satu favorit bagi anak-anak sekolah lanjutan atas untuk kuliah di perguruan tinggi.

Pemerintah juga mulai mengembangkan fakultas dan program studi yang relatif baru, yaitu

Teknologi Pertanian. Akan tetapi perkembangan ini kemudian seolah berbenturan dengan

kenyataan yang ada karena pada saat itu kegiatan perekonomian yang berbasis industri sudah

mulai kelihatan di Indonesia, termasuk juga dengan barang-barang impornya. Jika dipakai kasus

Malari sebagai salah satu tolok ukur, maka boleh dikatakan bahwa impor barang-barang dari luar

negeri (Jepang) sudah mulai kelihatan pada awal dekade tujuhpuluhan.

Inilah yang kemudian kiranya berdampak pada kosentrasi pembangunan pertanian, yang

juga pada akhirnya pada pembangunan di pedesaan. Sarjana-sarjana pertanian yang dihasilkan

oleh perguruan tinggi, bahkan perguruan tinggi ternama, tidak dapat bekerja secara maksimal

pada garis linear sesuai dengan jurusannya di kampus, tetapi malah terserap pada dunia kerja

yang berorientasi ekonomi, seperti perbankan, media massa atau sektor industri. Pemikiran-

Page 71: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

68

pemikiran mereka lebih banyak terserap kepada sektor industri dan bisnis. Dan secara pelan-

pelan juga, kebijakan nasional negara pada waktu itu kelihatan pada orientasi impor dan

dirgantara. Sektor pertanian dan pedesaan menjadi kurang terperhatikan.

Dari situlah kemudian dampak ini berkembang kemana-mana sampai dengan saat ini.

Industri menjadi lahan paling menonjol dalam kehidupan masyarakat dan pertanian semakin

tertinggalkan. Di Bali, dua dekade pertama abad ke-21 ini sangat kelihatan pengaruhnya.

Disamping lahan pertanian, perkebunan dan persawahan terkikis oleh perumahan, generasi muda

juga sudah mulai meninggalkan desa, beralih dari sektor pertanian menuju sektor jasa atau

industri. Sangat terlihat ladang menjadi semak dan sawah-sawah menjadi kering, sementara

generasi petani yang lebih tua, tidak mampu lagi bekerja di sawah. Desa relatif kosong

aktivitasnya karena kebanyakan generasi muda lari ke kota. Di perguruan tinggi, Fakultas

Pertanian tidak lagi menjadi favorit dan berpindah menuju Fakultas Ekonomi, Hukum dan

bahkan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Inilah yang menjadi persoalan untuk menerapkan pelaksanaan dari Undang-undang No. 6

Tahun 2014. Karena itu, ketika ada usulan tentang adanya pendampingan terhadap pelaksanaan

ini, menjadi ide yang positif untuk pengembangan mayarakat desa. Yang harus

dipertimbangkan adalah, bahwa pendampingan ini haruslah memakai pertimbangan model-

model perencanaan sosial. Perencanaan sosial merupakan suatu pertimbangan yang dilakukan

untuk mencapai tujuan-tujuan dari masyarakat. Pertimbangan yang dimaksudkan itu adalah

pergulatan pikiran yang berasal dari berbagai pihak, ditujukan untuk membangun masyarakat,

baik dalam bentuk kelompok maupun desa, dengan tujuan-tujuan tertentu. Tujuan itu ditetapkan

oleh masyarakat dengan sasaran yang sudah disepakati, juga dengan batasan waktu yang telah

ditetapkan. Karena itu merupakan perencanaan sosial, maka sasarannya tersebut haruslah

menguntungkan setiap komponen masyarakat yang ada. Pelibatan untuk menetapkan

perencanaan itu adalah seluruh anggota masyarakat.

Salah satu tugas pendamping desa itu adalah mendampingi dalam mengelola dana desa.

Dalam pandangan Padjung (Kompas, 6 Juli 2015, hal 7), tahun 2015 ini telah ada 13.000-an

fasilitator Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri), yang

sesungguhnya merupakan pendamping desa, yang kini telah melakukan pendampingan kepada

67.108 desa. Tahun 2015 ini pemerintah akan menambah 26.000 pendamping desa. Dengan

jumlah yang mencapai puluhan ribu tersebut, diharapkan desa akan mampu mengaktifkan

Page 72: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

69

kegiatannya. Namun, jika dilihat jumlah desa di Indonesia sekarang yang mencapai lebih dari

80.000, maka jumlah pendamping ini masih kurang. Paling pantas kalau pendamping tersebut

lebih dari satu orang dalam satu desa sehingga mampu mengeluarkan pendapat lebih banyak dan

berdikusi dengan cara yang lebih luas.

Pada masyarakat pedesaan, termasuk juga dengan kondisi yang ada sekarang, masih

banyak anggota masyarakat masih belum menguasai pengetahuan yang komprehensif, yang

mewakili untuk seluruh pencapaian tujuan tersebut. Perencanaan sosial, secara teoritis,

memerlukan banyak ahli untuk memberikan saran dan sumbangan pikiran untuk mengkaji

sasaran yang telah ditetapkan masyarakat tersebut. Pendampingan terhadap desa dalam kerangka

Undang-undang No. 6 Tahun 2014 ini haruslah melibatkan banyak ahli agar sasaran yang

ditetapkan desa bersangkutan bisa realistis dan tercapai dalam target waktu yang telah

ditetapkan.

Salah satu hal penting yang harus dijalankan oleh petugas pendamping desa ini adalah

kemampuannya untuk menyederhanakan pengertian berbagai peraturan tentang desa atau yang

mengenai desa agar masyarakat menjadi mengerti. Ada lebih dari satu peraturan yang mengenai

desa sehingga membuat masyarakat tidak memahami. Titik tolak kepentingan ini terdapat pada

upaya pemahaman sehingga masyarakat dapat terhindar dari berbagai penyalahgunaan

wewenang dan terutama dalam penyalahgunaan penggunaan keuangan desa. Besarnya dana

yang diberikan kepada desa (lebih dari 1 milyar), memungkinkan bagi munculnya berbagai

penyelewengan tersebut. Apabila dilihat dari pengalaman dan keterampilan aparat desa, apalagi

yang berasal dari desa tradisioni (seperti misalnya hukum adat), akan berpotensi menimbulkan

kesalahan administrasi keuangan sehingga dapat dipandang penyimpangan atau korupsi. Kajian-

kajian Komisi Pemberantasan Korupi (KPK) seperti yang diutarakan Padjung (2015), bahwa ada

14 persoalan pengelolaan dana desa yang berpotensi menjadi korupsi. Diantaranya adalah

berhubungan dengan pengawasan, pengaduan masyarakat, pertanggungjawaban, sumber daya

manusia, serta monitor dan evaluasi.

Pada tingkat pendidikan, sesungguhnya pada pertengahan pemerintahan Orde Baru,

pembangunan di Indonesia telah diisi dengan upaya-upaya peningkatan pendidikan seperti yang

telah terlihat, misalnya adanya pembangunan sekolah dasar yang disebut dengan Inpres. Sekolah

dasar yang mendasarkan pada instruksi presiden ini mempunyaai keterkaitan dengan upaya

pemerintah untuk menuntaskan pendidikan masyarakat enam tahun. Maksudnya seluruh

Page 73: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

70

masyarakat Indonesia paling tidak harus tamat sekolah dasar (yang kelak dilanjutkan menjadi

pendidikan sembilan dan 12 tahun). Akibat lanjutan dari kebijakan sekolah dasar Inpres ini

adalah munculnya sekolah-sekolahh dasar yang ada di pedesaan. Dengan demikian, juga ikut

membantu pembangunan desa serta memberantas buta huruf.

Sutoro Eko (Kompas, 2 Juli 2015, Pendampingan Desa, hal 7), menyatakan bahwa

dalam upaya pendampingan desa ini, masyarakat diharapkan pada konteks pro politik. Yang

dimaksudkan adalah bahwa pendampingan tersebut tidak dimaksudkan sebagai mesin politik

tetapi bahwa pendampingan tersebut harus mengandung jalan ideologis sesuai dengan Undang-

undang Desa, representasi politik, serta pemberdayaan dan edukasi politik. Dia selanjutnya

menyebutkan bahwa pendampingan tersebut mempunyai jalan ideologis yang memuliakan desa,

hendak mempromosikan desa sebagai masyarakat yang mempunyai pemerintahan yang maju

kuat, demokratis dan mandiri. Kedua disebutkan bahwa pendampingan tersebut mengandung

jalan repolitisi masyarakat. Artinya masyarakat mempunyai kesadaran sendiri dalam berpolitik,

kritis yang mengutamakan kedaulatan politik mereka. Eko menyebutkan, salah satu bentuk kritis

tersebut adalah rakyat secara berani menolak politik uang.

Ketiga, pendampingan tersebut tidak ditempuh dalam aras pembinaan tetapi

pemberdayaan. Dimaksudkan bahwa rakyat mampu memperkuat desanya secara ekonomi,

politik dan budaya. Pembinaan terlalu mengandung konotasi penerapan ekspansi atasan,

termasuk birokrasi pemerintah atasan kepada desa dan masyarakat. Yang keempat bahwa

pendampingan yang dilakukan tidak hanya menghasilkan alat dokumen semata tetapi harus

mempunyai sentuhan filosofis. Misalnya dalam setiap perencanaan yang dilakukan, ada

pembelajaran bagi masyarakat desa untuk membangun impian kolektif dan mandiri dalam

mengambil keputusan politik.

Dari empat hal yang dikemukakan diatas, harus diterjemahkan bahwa pendamping desa

harus mampu memberikan rasa percaya diri, kemampuan intelektual baik pada bidang politik,

budaya, ekonomi dan sosial untuk membangun desanya sesuai dengan karakter desa

bersangkutan. Dari sisi personil pendamping, ini tidak boleh dilakukan secara main-main karena

seorang pendamping, disamping mempunyai kemampuan yang luas, juga harus mempunyai

keterampilan mendorong aktivitas yang muncul di masyarakat. Ia adalah ahli yang mempuni

pada bidangnya sebagai pendamping. Tetapi juga harus mempunyai relasi sosial yang luas.

Relasi ini diperlukan untuk menjalin hubungan sekaligus menarik ahli lain memberikan dan

Page 74: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

71

mentransfer pengetahuan dan keterampilannya kepada desa, agar masyarakat memiliki

kemampuan untuk memberdayakan desa.

Di tengah iklim politik yang sekarang banyak mempengaruhi orang-orang desa, maka

seharusnya pendamping ini juga mampu memberikan pemahaman tentang politik dan sosiologi.

Pemahaman politik ini penting karena sampai sekarang budaya politik masyarakat itu masih

sederhana, dipengaruhi oleh kebiasaan yang terjadi pada jaman Orde Baru. Kebiasaan-kebiasaan

itu misalnya mudah terpengaruh oleh bujukan orang lain, masih mendukung politik kekerabatan

dalam praktik, sampai dengan mudah terkena suap menjelang pemilihan umum. Masyarakat

seperti ini harus disadarkan. Bahkan hal paling utama yang harus ditekankan oleh pendamping

justru harus memberikan kesadaran tentang politik tersebut. Dalam arti luas, kesadaran ini akan

mampu memberikan sumbangan kepada masyarakat desa untuk bersikap mandiri dalam

membuat keputusan dan melakukan bargaining dengan kekuatan pemerintah atau pada kelompok

politik. Tetapi kesadaran politik paling besar yang haarus ditanamkan adalah makna, tujuan dan

hakekat pembangunan desa serta apa yang tertera di dalam Undang-undang No. 6 Tahun 2014

ini. Pembangunan politik itu ilakukan dengan berbagai strategi, seperti memilih pendamping

yang berkomitmen membangun desa dan bersedia dalam jangka waktu yang lama tinggal

bersama masyarakat, melakukan diskusi serta memberikan berbagai keterangan berkaitan dengan

pembangunan desa.

Jalan paling penting untuk memuliakan desa, seperti yang dimaksudkan Sutoro Eko,

dapat ditafsirkan bahwa desa itu akan mendapat martabat yang lebih mulai apabila mampu

memanfaatkan segala sumber daya yang ada di desanya untuk kesejahteraan rakyat. Segenap

potensi desa yang ada, mulai dari kekayaan alam sampai dengan sumber daya manusianya

mampu mempunyai kesadaran dan kemudian mengembangkan sumberr daya itu untuk

kesejahteraan rakyat. Masyarakat menyadari kepentingan desa dan bersyukur atas adanya

berbagai sumber daya tersebut, yang dengan bantuan pemerintah mampu diolah. Kemampuan ini

kemudian dikembangkan kepada generasi berikut. Meskipun anggota masyarat di desa itu ada

berjauhan dan berkedudukan sebagai ahli, mereka tidak lepas dari desanya sendiri.

Budiman Sudjatmiko, Kompas 10 Juli 2015, menyebutkan bahwa dana desa tersebut,

secara umum mampu memberikan tiga jenis pertumbuhan, yaitu pertumbuhan alami,

pertumbuhan langsung dan pertumbuhan rentetan. Pertumbuhan alami dalam hal ini

dimaksudkan sebagai pertumbuhan yang terjadi secara mandiri tanpa adanya intervensi dari

Page 75: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

72

bantuan dana desa yang dikeluarkan oleh pemerintah. Sedangkan pertumbuhan langsung adalah

aktivitas ekonomi yang muncul sebagai akibat dari adanya bantuan dana desa dari pemerintah

tersebut. Sedangkan pertumbuhan rentetan adalah pertumbuhan yang memicu terjadinya efek

multiplier sebagai akibat bantuan pemerntah ini. Misalnya munculnya usaha baru sebagai akibat

timbuhnya sebuah usaha dan kemudian memunculkan usaha lainnya lagi.

Dalam konteks yang dikemukana oleh Sudjatmiko tersebut, pertumbuhan alami yang

ada di desa terletak pada upaya peningkatan kesejahteraan yang terjadi hanya karena potensi

desa yang ada. Pertumbuhan ini secara umum boleh dikatakan minim, dan karena itulah

kemudian muncul ide untuk membangun desa, yang salah satu cara untuk pembangunan itu

dilakukan dengan memberikan dana desa, sekitar 1,4 milyar rupiah (Sudjatmiko, 2015, Kompas

7 Juli). Pembangunan yang hanya mengandalkan potensi alami saat sekarang ini cukup sulit.

Karena kesulitan itulah kemudian memunculkan urbanisasi. Banyak faktor yang membuat

kesulitan itu, salah satunya adalah dana yang tidak dimiliki desa. Disamping itu juga adalah

kesadaran untuk membangun desa sudah dikalahkan oleh kenyataan bahwa hidup di kota akan

lebih mampu memberikan penghasilan yang lebih banyak. Disamping itu pekerjaan lebih banyak

terbuka di kota.

Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan langsung, seperti yang telah diungkapkan

diatas, merupakan ide dasar dari pembangunan desa serta diluncurkannya dana untuk

membangun desa. Diharapkan bantuan ini akan memberikan rangsangan pembangunan usaha di

desa. Pemberian bantuan ini seharusnya tidak saja memberikan rangsangan usaha saja tetapi

juga upaya rangsangan lain, pada bidang yang lain yang bukan sektor ekonomi. Inilah yang

kemudian dimaksudkan oleh Sudjatmiko sebagai efek rentetan dari bantuan dana desa tersebut.

Secara ekonomi jelas sebuah usaha akan memberikan rentetan lain. Misalnya seorang yang

membuka bengkel karoseri mobil, akan membuka usaha penjualan cat. Penjualan cat itu

berpotensi membuka jasa pengantaran dan seterusnya. Tentu ini akan mampu melibatkan banyak

orang. Akan tetapi dana desa ini seharusnya juga mampu mengaktifkan ide yang lain, misalnya

meningkatkan tingkat pendidikan. Bantuan dana tersebut harus dapat meningkatkan status

pendidikan pemuda, misalnya yang sebelumnya hanya tingkat sekolah menengah atas menuju

perguruan tinggi. Hal lain yang juga didorong oleh munculnya bantuan ini adalah kesadaran

tentang kesehatan, misalnya dengan memperbaiki kondisi kebersihan rumah, membuat kamar

mandi dan sejenisnya.

Page 76: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

73

Di negara yang terdiri dari kesatuan masyarakat yang berbasis kesamaan nilai, maka

akan muncul kearifan-kearifan lokal yang dipakai sebagai patokan hidup masyarakat. Indonesia

yang terdiri dari ratusan suku bangsa, dan bahkan mungkin ribuan, pasti memiliki kearifan yang

jumlahnya sama atau melebihi kesatuan budaya yang ada. Kearifan lokal ini muncul

berdasarkan atas cara pandang terbaik yang disepakati oleh masyarakat yang memilikii

kebudayaan tersebut. Ia mengendap berdasarkan sejarah perjalanan masyarakat itu, disarikan

berdasarkan berbagai pertimbangan yang ada dan kemudian menjadi persetujuan bersama.

Persetujuan ini bisa secara diam-diam maupun dengan kesepakatan dari anggota masyarakat.

Karena muncul berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, maka ia masuk wilayah

kognitif, yang artinya telah dipertimbangkan berdasarkan olah pikir dan olah otak manusia,

khususnya mereka yang memiliki kearifan tersebut. Jadi endapan ini sesungguhnya merupakan

intisari kepintaran dari budaya-budaya dalam hubungan dengan relasi sosial, kontak sosial

diantara penganut kebudayaan itu. Sebagai sebuah intisasi kepintaran, maka kearifan lokal

menjadi sumber daya yang mampu diberdayakan, sebuah sumber daya yang mampu

dimanfaatkan untuk kemajuan desa nanti.

Kearifan lokal, dalam konteks pengembangan sumber daya desa ini, bisa mempunyai

beberapa fungsi sekaligus. Yang pertama adalah sumber pengawas moral dan etika dalam

menjalankan tugas. Pemberdayaan desa seperti yang diamanatkan oleh Undang-undang No. 6

Tahun 2014 ini menjadi sangat menarik baik dalam pembahasan maupun oleh orang-orang yang

menginginkan keuntungan tertentu, karena menyediakan uang lebih dari 1 milyar rupiah untuk

memberdayakannya. Dari sisi ketertiban sosial, yang paling dikhawatirkan adalah adanya

penyimpangan penggunaan uang tersebut atas nama pemberdayaan desa. Dalam arti,

dikhawatirkan adanya banyak korupsi. Ini sesuatu yang harus diwaspadai dan nampaknya

rasional untuk dikemukakan saat ini. Boleh dikatakan, Indonesia saat ini sudah masuk ke dalam

kapitalis yang menawarkan banyak barang-barang mewah yang menjadi kebutuhan manusia,

seperti yang terlihat di televisi. Pada sisi lain, mencari pekerjaan saat ini sulit dan dengan

demikian, mencari penghasilan juga susah. Desa, sebagai bagian dari sistem keindonesiaan,

boleh ditakan jauh lebih miskin dibanding dengan masyarakat yang hidup di kota. Padahal,

kehidupan di kota tidak senyaman dengan kehidupan di pedesaan. Dengan konteks demikian,

Page 77: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

74

maka adanya kesempatan menjadi pengurus desa dengan pengeloaan uang sampai milyaran

rupiah, sangat potensial memunculkan adanya korupsi atau penyimpangan.

Disini, kearifan lokal mampu menjadi patokan bertindak bagi para aparat desa untuk

menjalankan tugasnya, menjadikannya rambu-rambu yang dapat menghindarkan aparat dari

penyelewengan tugas. Di Bali, secara umum kearifan lokal itu biasanya bertumpun pada phala

karma, kearifan lokal berbasisi Hindu yang membuat penyimpangan itu dapat direm. Maknanya

adalah bahwa segala perbuatan pasti ada hasilnya. Apabila kita berbuat baik, akan menghasilkan

produk positif dan sebaliknya apabila berbuat jahat, akan menghasilkan hasil yang negatif.

Kearifan ini sampai sekarang masih hidup dan dipercaya kehadirannya oleh masyarakat. Di

setiap desa pasti aka nada kearifan lokal yang mampu berfungsi untuk menjaga etika dan moral

dalam melakukan tindakan. Kearifan disini bersumber dari etika dan pergaulan sosial.

Kedua, kearifan lokal juga dapat diberdayakan sebagai sarana untuk menggerakkan

segala potensi desa. Misalnya di Bali ada konsepsi segalak saguluk salunglung sebayantaka.

Kearifan ini mempunyai akar pada kerjasama yang boleh disepadankan dengan berat sama

dipikul, ringan sama-sama dijinjing. Jadi boleh dikatakan kerjasama dalam bentuk yang lebih

erat tanpa membeda-bedakan golongan. Apabila hal ini mampu dijalankan, akan dihasilkan

produk yang berdaya untuk kepentingan sosial. Bahkan konsepsi tersebut mampu mengelola

konflik dan memecahkan masalah secara bersama-sama. Konflik harus dipecahkan bersama-

sama tanpa harus memberatkan pihak yang lain. Pekerjaan mengelola perbedaan secara bersama-

sama akan menghasilkan sesuatu yang sifatnya positif.

Kearifan lokal tersebut, dapat hidup melintasi kelompok, misalnya berlaku secara umum

di Bali oleh masyarakat Hindu, akan tetapi juga dapat hidup dan dipakai oleh satu kelompok

budaya tersendiri. Desa atau desa pakraman merupakan kelompok yang bisa jadi juga dilingkupi

oleh satu kesatuan budaya sehingga di dalamnya muncul satu kearifan tersendiri. Misalnya di

sebuah desa di Pupuan, ada kearifan yang menghargai segala bentuk kehidupan, sehingga apabila

ada salah satu mahluk hidup yang meninggal, pemiliknya tidak akan melakukan aktivitas apapun

pada satu satuan waktu. Sebelan misalnya, telah diterjemahkan ke dalam berbagai bentuk

penafsiran sehingga di setiap desa atau banjar di Bali mempunyai cara tersendiri untuk

menerapkannnya. Ada wilayah yang menerapkan hanya tiga hari sebagai bentuk berkabung

untuk seluruh komunitas tetapi juga ada yang sampai 12 hari.

Page 78: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

75

Selama ini, kearifan lokal yang ada di desa tersebut seolah berada dalam keadaan diam

sehingga lama-kelamaan akan tidak dikenal masyarakat, terutama generasi baru, yang pada

akhirnya dikhawatirkan akan mati tergerus oleh cara pandang modern. Menggunakan alat mesin

sebagai pengolah tanah di sawah jelas menguntungkan karena membuat pengerjaan lahan jauh

lebih cepat. Akan tetapi cara demikian menghilangkan kekerabatan antar desa. Karena itu

kerjasama yang dilakukan oleh masyarakat secara gotong-royong, akan mampu membangkitkan

atau mempertahankan kearifan tersebut sehingga dapat terbukti manfaatnya. Generasi baru akan

melihat bukti keampuan kearifan tersebut, khususnya dalam melaksanakan kerjasama antar desa.

Cara inilah yang akan mengawal pertumbuhan ekonomi dan segala penghasilan yang dapat

diraih oleh masing-masing desa untuk kepentingan bersama maupun secara sendiri-sendiri.

IV. 4. 2 Kerjasama dengan desa lain

Potensi yang juga dapat dipakai untuk meningkatkan peemberdayaan desa adalah

kerjasama dengan desa yang lain. Salah satu inti dari kerjasama adalah saling memberikan

dukungan atas kelamahan dan kelebihan yang ada. Dengan cara seperti ini kekurangan yang

dimiliki oleh satu desa akan dapat tertutupi oleh kelebihan yang dimiliki oleh desa lain. Dalam

konteks desa, kerjasama ini sesungguhnya bukanlah hal yang aneh.

Secara umum, kearifan lokal yang ada di Indonesia dan menjadi jiwa dari negara adalah

gotong-royong. Inti dari gotong royong tersebut tidak lain kerjasama yang di dalamnya

menyiratkan adanya upaya untuk saling membantu antar berbagai pihak serta menambah

kekurangan dengan kelebihan yang dimiliki pihak lain dan sebaliknya memberikan kelebihan

kita untuk menambal kekurangan yang kita miliki. Sebuah keluarga kaya, tetap memerlukan

orang lain dalam upacara pemakaman jenazah di Bali misalnya. Itu tidak lain merupakan cara

menambal kekurangan diri dari kelebihan yang dimiliki orang atau kelompok lain.

Secara tradisional, di Bali kekerabatan tersebut berlangsung lintas perbatasan. Ini

disebabkan oleh adanya pola pernikahan, kaitan sejarah masa lalu tentang silsilah, atau karena

pergerakan masyarakat seperti transmigrasi lokal di masa lalu, membentuk tempat tinggal baru di

tempat lain. Akan tetapi, pada upacara ritual adat, para kerabat tersebut akan datang untuk

memberikan bantuan kepada salah satu anggota keluarga yang menggelar upacara. Ini sering

disebut dengan metulungan yang artinya, saling membantu. Dengan demikian, pekerjaan yang

dilakukan, akan terselesaikan dengan baik dan acara yang hendak dilaksanakan terlenggaran.

Page 79: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

76

Satu aspek keuntungan yang telah terjalin disini adalah adanya perpaduan antara solidaritas,

keihklasan dan tanpa pamrih. Nilai-nilai tersebut, masih melekat pada kehidupan masyarakat

pedesaan hingga saat ini, dan menjadi sangat terlihat pada upacara agama, terutama kematian.

Di Bali, pada masa lalu, sekitar dekade tujuhpuluhan lomba layang-layang tradisionil sangat

memperlihatkan pola kerjasama seperti ini.

Nilai yang disebutkan diatas, menjadi modal dasar untuk melakukan kerjasama antar

desa, baik antar desa pakraman dengan desa dinas, desa pakraman dengan desa pakraman

maupun antar desa dinas. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk melakukan kerjasama tersebut,

bahkan dengan desa yang lokasinya berjauhan dengan desa lainnya. Kerjasama yang paling

memungkinkan dan paling baik adalah antar desa yang ada berdekatan karena pengotrolan

terhadap berbagai aset yang dikerjasamakan tersebut lebih mudah dilakukan. Pengelolaan air

sungai, perusahan, koperasi dan sebagainya dapat lebih mudah dilakukan dengan desa-desa yang

bersebelahan. Meski konflik pengelolaan berpotensi muncul, akan tetapi kerjasama ini pun dapat

menimalkan konflik asal sebelumnya ditetapkan dengan kesepakatan-kesepakatan yang

dituangkan dalam peraturan bersama.

Tidak dapat dilepaskan bahwa desa-desa yang berdekatan, apalagi berbatasan,

mempunyai keunggulan lain dalam melakukan kerjasama, yaitu hubungan sosial antara

penduduknya. Banyak yang tidak menyadari bahwa hubungan kekerabatan di desa-desa seperti

ini telah dibina sejak masih kecil, masih anak-anak melalui jenjang pendidikan. Taman kanak-

kanak, atau sekolah dasar, bahkan sekolah menengah pertama dan atas, menjadi wilayah yang

sangat potensial untuk mengeratkan hubungan persahabatan antar warga di berbagai desa

tersebut. Hubungan ini mempunyai dasar yang kuat karena dilalui dengan permainan-permainan

masa kecil yang masih melekat sampai dewasa. Karena itulah kemudian pertemanan ini dapat

dimanfaatkan sebagai salah satu cara untuk mengekalkan dan menertibkan kerjasama yang ada

diantara desa tersebut. Dalam arti, kalaupun konflik dan ketidaksepakatan yang muncul sebagai

akibat kerjasama ini, tidak akan muncul sebagai konflik terbuka yang dapat merugikan berbagai

pihak.

Page 80: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

77

BAB V

KESIMPULAN

Pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014, mempunyai manfaat untuk

menumbuhkan kepercayaan diri desa dalam melaksanakan pembangunan. Kepercayaan diri ini

akan tumbuh bersamaan dengan keberhasilan desa tersebut melaksanakan pembangunan yang

bersumber dan dimulai dari desa itu. Apabila Indonesia berhasil melaksanakan pembangunan

dari maka secara nasional memberikan ciri tersendiri bagi Indonesia apabila dibandingkan

dengan negara-negara lain. Pada umumnya pembangunan itu dimulai dari kota karena kota

merupakan pusat dari intelektual, gagasan, modal sampai dengan politik. Karena itulah, apabila

berhasil melakukan pembangunan dari desa ini, merupakan sukses tersendiri dan menjadi yang

pertama di dunia. Undang-undang Desa yang diluncurkan pemerintah memberikan semangat

sepert itu. Semangat itu diwujudkan, baik dalam ketentuan kesiapan pemerintah memberikan

bantuan keuangan, pendampingan serta mendorong adanya kerjasama antara satu desa dengan

desa lainnya serta memberikan pendampingan untuk menggali potensi desa yang ada.

Masing-masing desa sebenarnya mempunyai sumber daya sendiri yang dapat digali

potensinya untuk dikembangkan. Sampai saat ini, masih jarang potensi desa yang dimiliki

tersebut digali dan dikembangkan untuk pengembangan desa itu sendiri. Masih banyak para

pencari kerja di desa lebih menyukai pergi ke kota untuk mencari pekerjaan, meskipun cara

demikian sering merugikan masyarakat itu sendiri. Tidak disadari bahwa jauhnya jarak ke kota

dari desa, tenaga yang dikeluarkan, sampai biaya yang diperlukan memberikan tekanan tersendiri

kepada masyarakat, yang mengurangi modalnya untuk membangun kesejahteraan.

Di Kecamatan Kerambitan, desa-desa yang ada di desa tersebut mempunyai potensi

besar untuk maju, tetapi sekarang masih belum dimanfaatkan secara maksimal. Temuan di

lapangan memperlihatkan bahwa desa di wilayah kecamatan ini mempunyai sembilan sumber

daya yang dapat dikembangkan. Di Desa Timpag, ada bendungan yang dinamakan Embung

Telaga Tunjung. Sampai sekarang kondisi ini hanya dipakai untuk pengairan sawah saja. Padahal

sesungguhnya dapat dipakai lebih dari itu, misalnya untuk perikanan sampai dengan

kepariwisataan. Sebagian desa dari kecamatan ini terletak di jalur jalan raya Denpasar-

Gilimnuk. Jalur ini ramai sehingga dapat dimanfaatkan untuk potensi perdagangan. Kecamatan

Kerambitan terkenal dengan Seni Tektekan. Seni ini sekarang sudah mulai redup, dan kurang

Page 81: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

78

mendapat perhatian dari masyarakatnya. Kecamatan Kerambitan juga kaya dengan sumber air.

Kalau dimanfaatkan dapat digunakan untuk mengairi sawah, tegalan sampai dengan diolah

menjadi air kemasan. Desa-desa di wilayah ini cukup luas, dan relatif dekat dengan kota

sehingga berpotensi juga untuk dikembangkan perekonomian berbasis desa, yang pemasarannya

dilakukan di kota. Bagian selatan dari kecamatan ini berbatasan dengan Samudra Indonesia yang

dapat dipontensikan untuk olahraga laut. Seperti juga dengan wilayah lain, banyak sarjana yang

tinggal di pedesaan di Kerambitan. Nilai-nilai tradisional dan suasana tradisionil masih dijumpai

di desa-desa Kecamatan Kerambitan. Paling tidak hal ini dapat dikembangkan untuk potensi

kuliner yang asli desa. Tentu juga suasana pedesaan dapat dipergunakan untuk menambah

kemantapan pariwisata untuk nyamannya suasana.

Dengan demikian, apabila dimanafaatkan secara maksimal dan dicari secara kritis

potensi-potensi yang ada, masing-masing desa mempunyai sumber daya yang dapat

diberdayakan dengan baik. Desa akan menjadi pusat pembangunan. ****

Page 82: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

79

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Bryman, Alan, 2004, Social Research Methods, Great Britain, Oxford University Press

Catur Utama, Fransisca Romana, 2014, “Pemberdayaan dan Pemanfaatan Teknologi yang Mencerdaskan Masyarakat, dalam Menuju Teknologi Transkomunitas, Supraja, Muhamad (ed.), 2014, UGM, Lingkar Studi Mikrososiologi.

Gibbons,Michael T., Noer Zaman, Ali (Pen.), 2002, Telaah Hermeneutis Wacana Sosial-Politik Kontmporer: Tafsir Politik, Yogyakarta: Qalam

Mellor, Philip, A., 2000, “Rationali Choice or Sacred Contagion? ‘Rationality Non-Rationality and Religion” dalam Social Compas, 47 (2).

Pelly, Usman, Menanti, Asih, 1994, Teori-Teori Sosial Budaya, Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ritzer, George, Nurhadi (Pen.), 2011, Teori Sosiologi: Dari Teori Klasik sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern, Bantul, Kreasi Wacana

Samosir, Djamanat, 2013, Hukum Adat Indonesia: Eksistensi dalam Dinamika Perkembangan Hukum di Indonesia, Bandung, Nuansa Aulia

Stuart-Fox, David J., Putra Yadnya, I. B (terj), 2010, Pura Besakih: Pura, Agama, dan Masyarakat Bali, Udayana University Press.

Windya, Wayan P., 2014, Hukum Adat Bali: Aneka Kasus dan Penylesaiannya, Denpasar, Udayana University Press

Tulisan di Jurnal Ilmiah

Sarman, Mukhtar, 1997, “Kemiskinan dan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat: pelajaran dari Program IDT, dalam Prisma, 1, Januari 1997

Suka Arjawa, GPB, 2014, “Pilihan Rasional di Balik Pembebasan Corby”, dalam Global dan Strategis, Th. 8, No. 1, Januari-Juni 2014.

Page 83: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

80

Hasil Penelitian

Dharma Laksana, I Gusti Ngurah, 2011, ““Eksistensi Gotong Royong dan Tolong Menolong dalam Kehidupan masyarakat Adat dalam Perkembangan Pariwisata di Desa pakraman Penyaringan Desa Sanur Kauh”, Penelitian, Fakultas Hukum Universitas Udayana

Jayantiari, IGA Mas Rwa, et. All., 2011, “Otonomi Desa Adat dalam Kaitan dengan Eksistensi Tanah Adat di Desa Pakraman Kukuh Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan, Penelitian, Fakultas Hukum Universsitas Udayana.

Tim Peneliti Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, “Konflik Perbatasan Desa pakraman dalam perspektif Ekonomis Tanah serta Penyelesaiannya”, Penelitian, Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Perundang-Undangan dan Peraturan

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa

Undang-Undang No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 1965 tentang Desapraja

Peraturan Pemerintah No 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undng No 6 Tahun 2014 tentang Desa

Undang –Undang Republik Indonesia No 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 tahun 1965 tentang Desapraja sebagai Bentuk Peralihan untuk Mempercepat Terwujudnya daerah Tingkat III di Seluruh Wilayah Republik Indonesia.

Peraturan Daerah Propinsi daerah Tingkat I Bali, No. 6 Tahun 1986 tentang Kedudukan Fungsi dan Peranan Desa Adat sebagai Kesatuan masyarakat Hukum Adat dalam Propinsi Daerah Tingkat I Bali.

Peraturan Daerah Proinsi Bali No 3 tahun 2001 tentang Desa Pakraman

Peraturan Daaerah Propinsi Bali No.3 Tahun 2003 Tentang Revisi atas Perda No 3 Tahun 2001 tentang Desa Pakraman.

Koran

Setiawan, Bambang, 2014, “Kekuatan di Tengah Ikatan yang Melemah”, dalam Kompas, 28 November 2014, hal 63.

Page 84: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

81

Fajar Bali, 30 September 2014.

Padjung, Rusnadi, 2015, Khawatir Dana Desa Dikorupsi, dalam Kompas, 6 Juli 2015, hal. 7.

Kompas, 2 Juli 2015, hal 5 dan 6.

Kompas, 3 Juli 2015.

Kompas, 10 Juli 2015, hal 7.

Page 85: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

82

LAMPIRAN

BIODATA KETUA PENELITI

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap Dr. Drs. I Gst. Pt. Bagus Suka Arjawa, M.Si (L)

2 Jabatan Fungsional Lektor

3 Jabatan Struktural Dekan, Fisip Unud

4 Nip. 196407081992031003

5 NIDN 0008076403

6 Tempat dan Tanggal Lahir Tabanan, 8 Juli 1964

7 Alamat Rumah Perum Griya Tansa Trisna, Jl Cendana II/1 Dalung

8 No Hp 081.246 30 641

9 Alamat Kantor Fisip Unud, Jl. PB Sudirman, Denpasar

10 No Telpon/Faks 0361255378, 255916

11 Alamat E-Mail [email protected]

12 Lulusan yang telah dihasilkan S1. lebih dari 100 orang, termasuk di FH Unud

13 Mata Kuliah yang diampu 1. Sosiologi Kemiskinan2. Sosiologi Konflik3. Perubahan Sosial4. Pengantar Ilmu Politik5. Sosiologi Politik

Page 86: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

83

B. Riwayat Pendidikan

Program S1 S2 S3

Nama Perguruan Tinggi

Universitas Airlangga

Universitas Airlangga

Universitas Airlangga

Bidang Ilmu Sosial Politik Ilmu Sosial Ilmu Sosial

Tahun Masuk 1985 2004 2006

Tahun Lulus 1990 2006 2010

Judul Skripsi/Tesis/

Disertasi

Faktor-Faktor yang membuat Membaiknya Hubungan Cina-Uni Soviet

Konflik Antar Partai Politik Pra-Pemilu

Pergeseran Pelaksanaan Ritual Ngaben di Bali

Nama pembimbing/

Promotor

Drs. T Siedjadino, M.A.

Drs. Pratmoko, MA., Drs. Wisnu Pramutanto, M.Si.

Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH., MS, Prof. Dr. Drs. Laurentius Dyson P., MA.

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun terakhir

No Tahun Judul Penelitian Sumber Dana Jumlah

1 2011 Fungsi Konflik Sosial di Bali (Di Gianyar)

PNBP Rp.39.000.000,-

2 2011 Fenomena Sampah di Kota Denpasar

Mandiri

2 2012 Konflik Sosial di Banjar Pangkung Karung

Mandiri

3 2013 Penyelesaian Konflik Sosial PNBP Rp. 6.000.000,-

Page 87: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

84

di Desa Pakraman Gereseh

4 2014 Menekan Kemiskinan di Daerah Pariwisata dengan tanggung Jawab Sosial Perusahan (Studi di Badung Bagian Selatan)

Hibah Unggulan Udayana

Rp. 35.000.000,-

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat

Sumber Dana Jumlah

1 2013 Inventarisasi dan Katalogisasi Koleksi Pustaka

FISIP Rp. 4.000.000,-

2 2013 Kesadaran Hak Politik Perempuan

FISIP Rp. 4.000.000,-

3 2012 Pencegahan Konflik pada Anak Remaja

PNBP Rp. 4.000.000,-

4 2012 Pembersihan sampah di Sanur

PNBP

5 2011 Pengenalan Lingkungan Sehat di Panti Asuhan

PNBP Rp. 4.000.000,-

6 2011 Sosialisasi Prodi ke SMA FISIP

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun terakhir

No Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor Nama Jurnal

1 Modernisasi dan Rasionalitas dalam Pelaksanaan Upacara Agama di Bali

No. 1, Vo. 2 Tahun 2011

Widya Sosiopolitika

Page 88: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

85

2 Desa Pakraman dan kekuasaan terhadap Warga Masyarakat

No. 1, Vol.3 Tahun 2012

Widya Sosiopolitika

3 Konflik Kepentingan Antar Kelompok dan Satu Komunitas

Prosiding Seminar APSSI, 2013

Kecerdasan Sosial Mengelola Konflik

4 Ancaman Dinamit bagi Politisi dan Partai Politik

21 Februari 2014 Balipost

5 Elektabilitas Partai dan Elektabilitas Capres

24 Januari 2014 Balipost

6 Kesempatan untuk Perbaiki Kualitas Caleg

7 Februari 2014 Balipost

7 Penulis Kolom (Artikel) Tetap Sejak

Sejak Tahun 1990 Balipost

F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral pada pertemuan/Seminar Ilmiah dalam 5 tahun terakhir

No Nama Pertemuan Ilmiah/seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat

1 Seminar Konflik Sosial di Bali ”Mengurai Potensi Konflik Sosial di Bali”

Denpasar, 5 Maret 2012

2. Seminar Nasional KMHDI ”Membangun Budaya Politik santut Menuju Good Goverment”

Denpasar, 26 September 2011

3 Seminar sehari Kekerasan dan Anarkhisme

”Fenomena Kekerasan Anarkhisme Massa yang terjadi di Indoensia”

Jembrana, 27 Juni 2012

4 Pertemuan Balai Diklat Provinsi Jawa Tengah

”Sinergi Pemerintah dalam Penanggulangan Kemiskinan di Bali”

Kuta, 9 Juni 2011

Page 89: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

86

5 Focus Gorup Disscution Lembaga Administrasi Negara

”Grand Design Kelitbangan di BidangAdministrasi Negara”

Denpasar, 29 Agustus 2013

6 Indonesian Frontiers of Social Science Symposium”

“Konflik Sosial di Bali”

Lombok, 17-19 Oktober 2013

7 Dialog Publik LPP RRI “Optimalisasi Peran LPP RRI dalam Melayani Publik Melalui siaran dan Pemberitaan”

Denpasar, 23 September 2-13

8 Dialog Agama dan Masyarakat ”Agama dan Masyarakat”

Denpasar 3 Oktober 2012

9 Forum Komunikasi Kehumasan Kementerian Komunikasi dan Informatika

”Meningkatkan Ketahanan Sosial Menghadapi Tantangan Globalisasi ”

Denpasar, 25 April 2013

10 Seminar Nasional Konflik ”Mengurai Akar Permasalahan Konflik”

Denpasar, 20 Oktober 2011

11 Serasehat HUT Bayangkara Polda Bali

”Konflik Adat di Bali”

Denpasar, Juli 2013

12 Sosialisasi hasil_hasil DPD RI “Urgensi Perubahan Kelima UUD 1945”

Denpasar, 26 April 2013

13 Konferensi Nasional Sosiologi “Kecerdasan Sosial Mengelola Konflik”

Palembang, 23-25 April 2013

14 Diklat Kepemimpinan Propinsi Jawa Tengah

”Kepemimpinan Birokrasi dalam Mencegah Korupsi”

Denpasar, 8 November 2012

15. Seminar Nasional Tentang Kota ’Perluasan Wilayah Kota: Munculnya

Denpasar, 5

Page 90: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

87

Kota Satelit September 2012

G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Buku Tahun Jumlah Halaman

Penerbit

1 Novel Politik 2003 125 Belum diterbitkan

2 Kumpulan Tulisan soal Sampah

20011 80 Belum diterbitkan

3 Memiliki Ribuan Artikel Sosial dan Politik

Sejak tahun 1990

Yang Tercatat di internet (mulai tahun 2000) sekitar 2100 Artikel, masing-masing 4 halaman.

Belum Diterbitkan

H. Pengalaman Perolehan HKI dalam 5-10 Tahun Terakhir

No. Judul /Tema HKI Tahun Jenis No.P/ID

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekaysa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa sosial lainnya yang telah diterapkan

Tahun Tempat penerapan

Respon Masyarakat

Page 91: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

88

1 Penyederhanaan Sarana Upacara Banten

2013 Jembrana Positif

2 Mengubah Pola Pikiran Dalam Mencari Perguruan Tinggi

2012 Denpasar, Tabanan

Positif

J. Penghargaan yang pernah diraih dalam 10 Tahun terakhir (dari Pemerintah, Asosiasi, atau Institusi lainnya.

No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun

1 Penghargaan sebagai Juara III Menulis tentang Otonomi Daerah

Pemerintah Kabupaten (Bupati Isran Noor)

2013

2 Applied Aproach (AA) Universitas Airlangga 2006

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan penelitian Hibah Unggulan Udayana.

Denpasar, 16 Februari 2015Pengusul

Dr. I Gst. Pt. Bagus Suka Arjawa, M.SiNIP. 196407081992031003

Page 92: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

89

M.SBIODATA ANGGOTA PENELITI

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap Dr. Dra. Ni Luh Nyoman Kebayantini, M.Si

2 Jabatan Fungsional Lektor Kepala

3 Jabatan Struktural Ketua Prodi Sosiologi, Fisip Unud

4 Nip. 19570105 198601 2 001

5 NIDN 0005015713

6 Tempat dan Tanggal Lahir Tabanan, 5 Januari 1957.

7 Alamat Rumah Perumahan Taman Sekar, Tabanan

8 No Hp 08977027879

9 Alamat Kantor Jl. PB Sudirman Denpasar

10 No Telpon/Faks 0361255378, 255916

11 Alamat E-Mail

12 Lulusan yang telah dihasilkan S1. lebih dari 50 orang, termasuk di FS Unud

13 Mata Kuliah yang diampu 1. Sosiologi Kemiskinan

2. Sosiologi Konflik

3. Perubahan Sosial

4. Sosiologi Politik

Page 93: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

90

B. Riwayat Pendidikan

Program S1 S2 S3

Nama Perguruan Tinggi

Universitas Udayana

Universitas Padjadjaran

Universitas Udayana

Bidang Ilmu Antropologi Sosio Antropologi Kajian Budaya

Tahun Masuk 2008

Tahun Lulus 1985 2011

Judul Skripsi/Tesis/

Disertasi

Nama pembimbing/

Promotor

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun terakhir

No Tahun Judul Penelitian Sumber Dana Jumlah

1 2011 Fungsi Konflik Sosial di Bali (Di Gianyar)

PNBP Rp.39.000.000,-

2 2011

2 2012 Konflik Sosial di Banjar Pangkung Karung

Mandiri

3 2013 Penyelesaian Konflik Sosial di Desa Pakraman Gereseh

PNBP Rp. 6.000.000,-

Page 94: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

91

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat

Sumber Dana Jumlah

1 2013 Inventarisasi dan Katalogisasi Koleksi Pustaka

FISIP Rp. 4.000.000,-

2 2013 Kesadaran Hak Politik Perempuan

FISIP Rp. 4.000.000,-

3 2012 Pencegahan Konflik pada Anak Remaja

PNBP Rp. 4.000.000,-

4 2012 Pembersihan sampah di Sanur

PNBP

5 2011 Pengenalan Lingkungan Sehat di Panti Asuhan

PNBP Rp. 4.000.000,-

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun terakhir

No Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor Nama Jurnal

1

2

F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral pada pertemuan/Seminar Ilmiah dalam 5 tahun terakhir

No Nama Pertemuan Ilmiah/seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat

1

2.

Page 95: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

92

3

4

G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Buku Tahun Jumlah Halaman

Penerbit

1

2

3

H. Pengalaman Perolehan HKI dalam 5-10 Tahun Terakhir

No. Judul /Tema HKI Tahun Jenis No.P/ID

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekaysa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa sosial lainnya yang telah diterapkan

Tahun Tempat penerapan

Respon Masyarakat

1

2

Page 96: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

93

J. Penghargaan yang pernah diraih dalam 10 Tahun terakhir (dari Pemerintah, Asosiasi, atau Institusi lainnya.

No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan penelitian Hibah Unggulan Udayana

Denpasar, 21 Februari 2014

Pengusul

(Dr. Dra. Ni Nyoman Kebayantini, M.Si)

NIP. 19570105 198601 2 001

Page 97: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

94

BIODATA ANGGOTA PENELITI

A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap (dengan gelar)

Dr.drh.Tjok Gde Oka Pemayun,MS L

2. Jabatan Fungsional Lektor Kepala3. Jabatan Struktural Pembantu Dekan II4. NIP/NIK/No.Identitas lainnya 1957063019871010015. NIDN 00300657086. Tempat dan Tanggal Lahir Gianyar, 30 Juni 19577. Alamat Rumah Perum Padma Indah Blok/C 6. Peguyangan Kangin,

denpasar Utara, Bali8. Nomor Telepon/Faks /HP 08175677099. Alamat Kantor FKH –UNUD. Kampus Jl. Sudirman Denpasar10. Nomor Telepon/Faks (03610) 223791/ Faks (0361) 22379111. Alamat e-mail [email protected]. Lulusan yang telah dihasilkan S1 = 10 orang; S2 = 2 orang13. Mata Kuliah yang diampu 1. Fisiologi dan Teknologi Reproduksi

Veteriner2. Ilmu Kebidanan dan Kemajiran 3. Ilmu Teknologi Reproduksi Lanjutan

B. Riwayat Pendidikan

Program S-1 S-2 S-3Nama Perguruan Tinggi Univ. Airlangga Univ. Gajah

MadaUniv. Airlangga

Bidang Ilmu Kedokteran Hewan

Sain Veteriner Ilmu Kedokteran

Tahun Masuk 1979 1989 2001Tahun Lulus 1986 1991 2006JudulSkripsi/Thesis/Disertasi

Aktivitas ovarium sapi bali yang di potong di RPH Pesanggaran Denpasar Bali

Pengaruh Penyuntikan Gn-RH dan PMSG pada sapi perah yang mengalami anestrus postpartum

Kadar PG F2 α dari cairan vesikula seminalis produk sel monolayer , Produk sel monolayer vesikula seminalis dan endometrium sapi bali serta uji bioaktifitasnya

NamaPembimbing/Promotor

Prof.Dr.drh. Laba Mahaputra, MSc

Drh. Edy Mulyono, Ph.D

Prof.Dr.drh. Laba Mahaputra, MSc

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir

No.

Tahun Judul Penelitian Pendanaan

1 Hibah I 2008/2009

Produksi PGF2 dari Produk Sel Monolayer

Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen

Page 98: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

95

Vesikula Seminalis Dan Endometrium DalamUpaya Meningkatkan Efisiensi Reproduksi Sapi Bali

Pendidikan Nasional, Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian Nomor : 027/SP2H/PP/DP2M/III/2008; tanggal 6 Maret 2008

1. Hibah II 2009/2010

Produksi PGF2 dari Produk Sel Monolayer Vesikula Seminalis Dan Endometrium DalamUpaya Meningkatkan Efisiensi Reproduksi Sapi Bali

Dana DIPA Universitas Udayana Tahun Anggaran 2009 Surat Perjanjian Kontrak Nomor: 1491B.45/H14/HM/2009 Tanggal 16 April 2009

2 Hibah III 2010/2011

Produksi PGF2 dari Produk Sel Monolayer Vesikula Seminalis Dan Endometrium DalamUpaya Meningkatkan Efisiensi Reproduksi Sapi Bali

Dibiayai dari Dana DIPA Universitas Udayana Tahun Anggaran 2010 dengan Surat Perjanjian Kontrak Nomor: 1677A.17/H14/HM/2010

Hibah Penelitian Strategis Nasional Tahun 2009 UNUD

Gambaran Hormon Reproduksi Dan Induksi Berahi Pada Sapi Bali Yang Menderita Anestrus Postpartum Dalam Upaya Meningkatkan Populasi Sapi Bali

Dibiayai dari DIPA Universitas Udayana tahun 2009Nomor: 0229.0/023-04.2/XX/2009Tanggal 31 Desember 2008

D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul PengabdianKepada

Masyarakat

Pendanaan

1 2011 Penyuluhan Dan Pelayanan Kesehatan Ternak Sapi Di Desa Sanding, Kecamatan Tampaksiring Gianyar Dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Ternak Sapi

DIPA UNUD

2 2013 Penyuluhan dan Pelayanan Kesehatan Ternak Sapi di Desa Pejeng Kaja, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Peternak

PNBP UNUD

Page 99: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

96

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Artikel Ilmiah Vol/Nomor Nama Jurnal1 Penurunan kadar progesteron Kuda

Fase luteal setelah pemberian Prostaglandin F2 alpha Hasil ekstraksi Vesikula seminalis Sapi Bali

Vol.9, No.4, Desember 2008

Jurnal Veteriner

2 Kadar Progesteron Akibat Pemberian PMSG dan Gn-RH pada Sapi Perah Yang Mengalami Anestrus Postpartum

Vol.2(1):7-22. Februari Agustus 2010.

Buletin Veteriner Udayana

3 Kadar dan Daya Luteolitik PGF2α Produksi Sel Monolayer Vesikula Seminalis dan Endometrium Sapi Bali .

Vol.12, No.1, Maret 2011 Jurnal Veteriner

F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral pada Pertemuan/Seminar Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir

No. Nama Pertemuan ilmiah/ Seminar

Judul Artikel Ilmiah Waktu dan

1. Seminar Dosen FKH Unud Peranan Prostaglandin F 2 alfa Ruang Sidang Lt. I

G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No. JudulBuku

Tahun JumlahHalaman

Penerbit

1. Reproduksi Ternak Sapi 2010 160 Pelawa Sari

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan penelitian Hibah Unggulan Udayana

Denpasar, 16 Februari Pengusul

Dr.drh. Tjok Gde Oka Pemayun,MS

(NIP. 195706301987101001)

Page 100: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

97

BIODATA ANGGOTA PENELITI

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap I. B. Wicaksana Herlambang

2 Jabatan Fungsional

3 Jabatan Struktural Mahasiswa Prodi Sosiologi

4 NIM. 1021005009

5 NIDN

6 Tempat dan Tanggal Lahir Denpasar, 3 Februari 1993

7 Alamat Rumah Jl. Gunung Sari III/30 Denpasar

8 No Hp 081916424211

9 Alamat Kantor

10 No Telpon/Faks

11 Alamat E-Mail [email protected]

12 Lulusan yang telah dihasilkan

13 Mata Kuliah yang diampu

B. Riwayat Pendidikan

Program S1 S2 S3

Nama Perguruan Tinggi

Universitas Udayana

Page 101: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

98

Bidang Ilmu Sosiologi

Tahun Masuk 2010

Tahun Lulus

Judul Skripsi/Tesis/

Disertasi

Masyarakat Multikultur: Studi tentang Interaksi Sosial antara Masyarakat Etis Bali dan Etnis sasak di Kota Amlapura

Nama pembimbing/

Promotor

Dr. GPB Suka Arjawa, M.Si.

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun terakhir

No Tahun Judul Penelitian Sumber Dana Jumlah

Page 102: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

99

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat

Sumber Dana Jumlah

1 2012 Pembersihan sampah di Sanur

PNBP

2 2011 Pengenalan Lingkungan Sehat di Panti Asuhan

PNBP Rp. 4.000.000,-

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun terakhir

No Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor Nama Jurnal

1

2

F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral pada pertemuan/Seminar Ilmiah dalam 5 tahun terakhir

No Nama Pertemuan Ilmiah/seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat

1

2.

3

4

Page 103: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

100

G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Buku Tahun Jumlah Halaman

Penerbit

1

2

3

H. Pengalaman Perolehan HKI dalam 5-10 Tahun Terakhir

No. Judul /Tema HKI Tahun Jenis No.P/ID

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekaysa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa sosial lainnya yang telah diterapkan

Tahun Tempat penerapan

Respon Masyarakat

1

2

Page 104: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

101

J. Penghargaan yang pernah diraih dalam 10 Tahun terakhir (dari Pemerintah, Asosiasi, atau Institusi lainnya.

No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan penelitian Hibah Unggulan Udayana

Denpasar, 21 Februari 2014

Pengusul

(I. B. Wicaksana Herlambang)

NIM. 1021005009

Page 105: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

102

BIODATA ANGGOTA PENELITI

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap I Gusti Agung Istri Deviantari

2 Jabatan Fungsional

3 Jabatan Struktural

4 NIM 1121005011

5 NIDN

6 Tempat dan Tanggal Lahir Denpasar, 11 Mei 1993

7 Alamat Rumah Jalan Batuyang, Gang Elang IX, No. 18, Batubulan, Gianyar.

8 No Hp 085737618457

9 Alamat Kantor

10 No Telpon/Faks

11 Alamat E-Mail [email protected]

12 Lulusan yang telah dihasilkan

13 Mata Kuliah yang diampu

B. Riwayat Pendidikan

Program S1 S2 S3

Nama Perguruan Tinggi

Universitas Udayana

Page 106: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

103

Bidang Ilmu Sosiologi

Tahun Masuk 2010

Tahun Lulus

Judul Skripsi/Tesis/

Disertasi

Fotographer: Gerakan Sosial Lingkungan Hutan Bakau di Denpasar Selatan

Nama pembimbing/

Promotor

Ikma Citra ranteallo, S.Sos., MA. Dan I Gede Kamajaya, S.Pd., M.Si.

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun terakhir

No Tahun Judul Penelitian Sumber Dana Jumlah

Page 107: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

104

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat

Sumber Dana Jumlah

1 2012 Pembersihan sampah di Sanur

PNBP

2 2011 Pengenalan Lingkungan Sehat di Panti Asuhan

PNBP Rp. 4.000.000,-

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun terakhir

No Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor Nama Jurnal

1

2

F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral pada pertemuan/Seminar Ilmiah dalam 5 tahun terakhir

No Nama Pertemuan Ilmiah/seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat

1

2.

3

4

Page 108: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

105

G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Buku Tahun Jumlah Halaman

Penerbit

1

2

3

H. Pengalaman Perolehan HKI dalam 5-10 Tahun Terakhir

No. Judul /Tema HKI Tahun Jenis No.P/ID

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekaysa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa sosial lainnya yang telah diterapkan

Tahun Tempat penerapan

Respon Masyarakat

Page 109: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

106

1

2

J. Penghargaan yang pernah diraih dalam 10 Tahun terakhir (dari Pemerintah, Asosiasi, atau Institusi lainnya.

No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan penelitian Hibah Unggulan Udayana.

Denpasar, 21 Februari 2014

Pengusul

(I Gusti Agung Istri Deviantari)

NIM. 1021005011

Page 110: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

107

SURAT PERNYATAAN PERSONALIA PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, kami:

1. Nama Lengkap : Dr. Drs. I Gst. Pt. Bagus Suka Arjawa, M.Si.

NIP/NIDN : 196407081992031003 / 0008076403

Fakultas/Prodi. : FISIP/ Sosiologi

Status dalam Penelitian : Ketua Peneliti

2. Nama Lengkap : Dr. Dra. Ni Luh Nyoman Kebayantini, M.Si.

NIP/NIDN : 195701051986012001 / 0005015713

Fakultas/Prodi : FISIP / Sosiologi

Status dalam Penelitian : Anggota

3.Nama Lengkap : Dr.drh.Tjok Gde Oka Pemayun,MS

NIP/NIDN : 195706301987101001/0030065708

Fakultas/Prodi : Kedokteran Hewan

Status dalam Penelitian : Anggota

3. Nama Lengkap : I. B. Wicakasana Herlambang

NIM : 1021005009

Fakultas/Prodi : FISIP / Sosiologi

Status dalam Penelitian : Anggota

4. Nama Lengkap : I Gusti Agung Istri Deviantari

Page 111: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

108

NIM : 111005011

Fakultas/Prodi : FISIP / Sosiologi

Status dalam Penelitian : Anggota

Menyatakan bahwa kami secara bersama-sama telah menyusun proposal penelitian Hibah Unggulan Udayana yang berjudul: Identifikasi dan Pemberdayaan Sumberdaya Desa (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi UU No.6 Tahun 2014). Apabila Proposal ini disetujui, maka kami secara bersama-sama akan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan penelitian ini sampai tuntas sesuai dengan persyaratan yang dituangkan dalam Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian.

Demikian Surat Pernyataan ini kami buat dan ditandatangani bersama sehingga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Denpasar, 17 Februari 2015

Dr. Drs. I Gst. Pt. Bagus Suka Arjawa, M.Si.(NIP.196407081992031003) _________________________

Dr. Dra. Ni Luh Nyoman Kebayantini, M.Si.(NIP. 195701051986012001) _________________________

Dr.drh.Tjok Gde Oka Pemayun,MS(NIP.195706301987101001) _________________________

I. B. Wicakasana Herlambang(NIM. 1021005009) _________________________

I Gusti Agung Istri Deviantari(NIM. 111005011) _________________________

Page 112: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

109

Organisasi Penelitian

No. Nama/NIDN Instansi Asal

Bidang Ilmu Alokasi Jam/Minggu

Uraian Tugas

1 Dr. I Gst.Pt. Bagus Suka Arjawa

Prodi Sosiologi, Fisip Unud

Sosiologi 10 jam/Minggu

Peneliti utama, mengkoordinir penelitian dan melakukan observasi, anaalisis data dan membuat kesimpulan.-Mengobeservasi sumber-sumber daya yang Nampak maupun tidak namapak yang dapat dikembangkan sebagai sumber daya desa.

2. Dr. Ni Luh Nyoman Kebayantini, M.Si

Prodi Sosiologi, Fisip Unud

Sosiologi/Antropologi Budaya

10 jam / Minggu

Mengobservasi sumber-sumber budaya di desa yang dapat dikembangkan untuk memberdayakan masyarakat.

3. Dr. Cokorda Pemayun

Fakultas Kedokteran Hewan

Fakultas Kedokteran Hewan

10 jam per minggu

Mengidentifikasi sumber daya kehewanan, peternakan dan pertanian yang dapat dikembangkan di desa.

Mahasiswa Prodi Sosiologi Unud, semester 8

10 jam per minggu

Membantu melakukan wawancara dan mengobservasi sumber daya lingkungan

Mahasiswa 10 jam per Membantu

Page 113: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

110

Prodi Sosiologi Unud semester 9

minggu wawancara, mengidentitifikasi konflik dan kerjasama di desa.

Page 114: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

111

Foto-Foto Potensi Desa

Salah satu potensi desa yang belum dimaksimalkan, yaitu KUD Timpag yang ada di Kerambilan bagian utara.

Page 115: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

112

Foto Bendungan Telaga Tunjung, potensi pengairan dan pariwsata yang belum digarap.

Page 116: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

113

Daerah Persawahan sebagai potensi kemakmuran desa

Page 117: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

114

Sebagian wilayah Kecamatan Kerambitan, dilewati jalur utama Jawa-Bali yang kalau dimanfaatkan akan dapat meningkatkan potensi ekonomi desa.

Page 118: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

115

BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

JUSTIFIKASI PENGGUNAAN ANGGARAN

IV. 1 Gaji dan Upah

No Pelaksana Honor Jumlah

1. Satu orang peneliti utama. @, Rp. 800.000/bulan. Sepuluh Bulan , 6 x Rp. 750. 000,- = Rp. 5.250.000,-

Rp. 4800000,-

2. Dua orang peneliti @ Rp. 600.000,- /bulan.

2 x 6 x Rp. 600.000,- =

Rp. 7.000.000,-

Rp. 7200.000,-

3. Dua orang peneliti/petugas lapangan

@ Rp 250.000,-/bulan.

2 x 6 x 250.000=

Rp. 4.200.000,-

Rp. 3000000,-

4 Sub Total Biaya Rp. 15000000,-

2. Bahan Penunjang Penelitian dan Habis Pakai

No. Nama Bahan Justifikasi pemakaian

Biaya Satuan Jumlah

1. Kertas HVS 80 gram Kuarto 10 rim

Membuat proposal, laporan akhir, artikel untuk seminar serta jurnal.

@Rp. 60.000,- Rp. 600.000,-

2. Kertas HVS 80 gram folio Untuk laporan akhir @Rp. 60.000,- Rp. 300000,-

Page 119: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

116

sebanyak 5 rim. yang diminta oleh kepala desa maupun anggota masyarakat.

3. Flashdish sebanyak 7 biji Diberikan kepada peneliti untuk menyimpan berbagai data

@ Rp.70000,- Rp. 490000,-

4. Pembelian white board, pulfen, stabillo, pensil, boxi.

Untuk mencatatkan hasil penelitian serta memaparkan hasil penelitian saat melakukan diskusi

Rp. 975000

5. Buku harian untuk para peneliti dan petugas lapangan, masing-masing 3 buah

Untuk mencatat segala ide, gagasan dan peristiwa yang ada di lapangan

@Rp. 15.000,-

5 x 3 x Rp. 15.000,-

Rp. 225000,-

6. Pembelian termasuk fotocopy surat kabar dan majalah bekas.

Mencatat berbagai keluhan dan berbagai potensi desa yang ada di Bali.

Rp. 290000,- Rp. 290000,-

7. Toner Laser Jet warna Rp. 2.000.000,-

8. Tas komprehensif, sebanyak 6 buah.

Dipakai oleh peneliti ke lapangan

@ Rp 150000 Rp.900000,-

9. Map elit untuk diskusi kelompok, dan seminar sebanyak 60 lembar

Dipakai untuk menempatkan bahan-bahan diskusi

@ Rp. 12000,- Rp. 720000,-

10 Snack untuk diskusi sebanyak 60 bagian

Digunakan saat diskusi, termasuk diskusi terpusat (Focus Group Discution)

@ Rp. 15000,- Rp. 900000,-

11 Konsumsi (nasi) sebanyak 60 kotak

Digunakan saat diskusi, termasuk

@ Rp.25000,- Rp. 1500000,-

Page 120: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

117

diskusi terpusat (Focus Group Discution)

12 Membuat sertifikat sebanyak 75 lembar

Untuk dibagikan kepada peserta diskusi dan kepada anggota masyarakat di desa

@ Rp. 12000,- Rp.900000,-

13 Biaya menyewa jasa pengetikan selama penelitian

Untuk mengimbangi pengetikan kurang rapi dari peneliti

@ Rp. 2000,-, total sebanyak 250 halaman

Rp. 500000,-

14 Menyewa kamera selama 9 bulan penelitian

Memotret dan mendokumentasikan fenomena yang ada dalam penelitian

Rp 100000,- per bulan

Rp. 900000,-

15 Membuat spanduk Di pakai di desa-desa lokasipenelitian, sebanyak lima desa dan 1 saat melakukan diskusi

@ Rp. 400000,- Rp. 2400000,-

16 Menyewa LCD Untuk Diskusi kelompok dan Seminar

@ Rp 200000,- Rp. 400000,-

17 Membeli buku-buku penunjang penelitian, termasuk foto copy bahan-bahan yang berbentuk buku, sebanyak 50 buah

Untuk menunjang penelitian secara teoritik

@ Rp 60.000,- Rp. 6000000,-

18 Sub Total Biaya Bahan Habis Pakai /bahan penelitian

Rp.20000000,-

Page 121: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

118

3. Biaya Perjalanan

No. Uraian Satuan Jumlah

1. Biaya perjalanan observasi pada awal penelitian untuk empat lima orang, selama dua hari

@.Rp. 60000,-

2x 4 x 2 x Rp. 60000,- =

Rp. 960000,-

Rp. 960000,-

.2 Biaya Perjalanan 5 orang untuk melakukan wawancara selama penelitian, selama 10 kali

@ Rp. 50.000,-

5 x 10 x Rp, 50000,-=

Rp. 2500000,-

Rp. 2500000,-

3. Biaya ongkos kendaraan, ojek, pengantaran dan sebagainya selama penelitian. Untuk 5 orang

@. Rp 300000,-

5 x Rp. 300000,- =

Rp. 1500000,-

Rp. 1500000,-

4 Tip untuk perjalanan Rp. 40000,-

5. Sub Total Biaya Rp. 5000000,-

4. Pengeluaran Lain Lain

No. Uraian Satuan Jumlah

1. Fotocopy laporan dan penjilidan 24 eksemplar (sebagian diberikan

@ Rp. 40000,- Rp. 960000,-

Page 122: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

119

kepada masyarakat)

2. Biaya pertemuan rapat tim, dengan tokoh-tokoh di lapangan sebanyak dua kali

@ Rp.45000,-

2 x Rp. 450000=

Rp. 900000,-

3 Biaya rapat hasil observasi Rp. 950000,-

4 Biaya memberikan penjelasan kepada tokoh-tokoh desa

Rp. 950.000,-

5. Biaya pendokumentasian dalam bentuk foto

Rp. 500.000,-

6. Biaya seminar termasuk snack dan nasi

Rp.950000,-

7. Mengundang tokoh adat dan dinas Rp.900000,-

8. Temu muka dengan masyarakat menyampaikan terima kasih atas kesempatan penelitian

Rp. 750000,-

8 Biaya publikasi ilmiah Rp. 850000,-

9. Rapat pengolahan data dengan tim peneliti

@ Rp 175000,- Rp. 875000,-

10. Biaya pembelian banten dan persembahyangan selama di lapangan

@ Rp. 75000,- Rp. 900000,-

11 Membeli hiasan untuk pertemuan dan seminar

Rp 515000,-

Sub Total Biaya Rp. 10000000,-

Page 123: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

120

Total Biaya Keseluruhan pada satu tahun penelitian

No. Kegiatan Jumlah Biaya

1. Gaji dan Upah Rp. 15000.000,-

2. Biaya Habis Pakai / bahan penelitian Rp. 20.000.000,-

3 Biaya Perjalanan Rp. 5.000.000,-

4 Pengeluaran lain-lain Rp. 10.000.000,-

5. Jumlah total biaya per tahun Rp. 50.000.000,-

IV. 2 JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

No. Kegiatan Pelaksanaan Keterangan

1 Mencari dan pembuatan surat-surat ijin penelitian

Minggu pertama bulan April 1 – 5 April 2015

1 Persiapan Observasi di daerah tingkat Kecamatan

Minggu kedua bulan April 2015 Selama tujuh hari dilakkan di seluruh Kecamatan Kerambitan, Tabanan

2 Pembuatan daftar pertanyaan untuk wawancara

Minggu ketiga April 2015 Antara tanggal 20-26April 2015

3 Pembekalan dan pelatihan peneliti dan tenaga lapangan

Minggu keempat bulan April 2015

Tanggal 27 – 30 April 2015

4 Pembelian sarana penunjang penelitian

Minggu pertama bulan Mei Tanggal 3 – 6 Mei 2015

5 Menghubungi tokoh dan Minggu pertama dan kedua Tanggal 8 -11 Mei

Page 124: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

121

aparat desa di lapangan Bulan Mei 2015

3 Wawancara di lapangan Minggu kedua Mei sampai dengan akhir Mei dan awal juni sampai minggu kedua bulan Juni 2015

Tanggal 14 Mei sampai 31 Mei sampai dangan 8 Juni.

4. Diskusi dari temuan lapangan

Minggu kedua bulan Juni 2015 Tanggal 13 – 20 Juni 2015

5 Orientasi dengan desa-desa lain

Minggu ketiga bulan Juni 2015 Tanggal 22- 25 Juni 2015

5. Triangulasi ke lapangan Minggu keempat bulan Juli 2015 Tanggal 24-30 Juli2015.

6 Analisis data dan penulisan laporan

Bulan Agustus 2015 Bulan Agustus 2015

7. Seminar hasil penelitian Bulan September 2015 Minggu Ketiga September 2015

8. Laporan hasil penelitian Bulan Oktober 2015 Bulan Oktober 2015

Page 125: IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di … · 2017. 6. 6. · IDENTIFIKASI DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA DESA (Tinjauan Sosiologis Desa di Bali Menghadapi

122

No. Kegiatan April Mei Juni Juli Agustus September Oktober1 Mencari dan

pembuatan surat-surat ijin penelitian

2 Persiapan Observasi di daerah tingkat KecamatanPembuatan daftar pertanyaan untuk wawancaraPembekalan dan pelatihan peneliti dan tenaga lapanganPembelian sarana penunjang penelitianMenghubungi tokoh dan aparat desa di lapanganWawancara di lapanganDiskusi dari temuan lapanganOrientasi dengan desa-desa lainTriangulasi ke lapanganAnalisis data dan penulisan laporanSeminar hasil penelitianLaporan hasil penelitian