2.1. proyek konstruksi - dewey.petra.ac.id · konstruksi fisik dilapangan. b. kontraktor ditunjuk...
TRANSCRIPT
2. LANDASAN TEORI
2.1. Proyek Konstruksi
2.1.1. Definisi Proyek
Proyek didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang berlangsung dalam
jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu, dan dimaksudkan
untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas
(Soeharto 1995:1). Proyek juga didefinisikan sebagai kegiatan tidak rutin, tidak
berulang, berlangsung sekali lewat yang dibatasi waktu, keuangan/biaya, dan
kinerja/kualitas (Harrison 1981:1).
Dari dua definisi tentang proyek diatas, dapat diperoleh beberapa
kesimpulan yaitu:
• Proyek merupakan suatu kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu
terbatas, tidak berulang.
• Proyek mempunyai tujuan tertentu yang telah ditentukan dalam spesifikasi
dengan memakai sumber daya tertentu.
• Sumber daya proyek dibatasi oleh tiga kendala utama (Triple Constraint),
yaitu biaya (anggaran), jadwal serta mutu.
2.1.2. Definisi Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi adalah proyek yang berkaitan dengan upaya
pembangunan bangunan infrastruktur. Proyek konstruksi pada umumnya
mencakup pekerjaan pokok yang termasuk dalam bidang teknik sipil dan
arsitektur serta disiplin ilmu dibidang lainnya. Proyek konstmksi dimulai dari
timbulnya prakarsa dari pemililc untuk membangun yang dalam proses selanjutnya
akan melibatkan berbagai unsur seperti konsultan, kontraktor, sub kontraktor,
maupun pemiliknya (Dipohusodo 1996:69).
Secara garis besar proyek kontruksi digolongkan dalam 2 (dua) lingkup
kerja yaitu lingkup kerja proyek I yang meliputi engineering dan konstruksi.
Lingkup kerja proyek II adalah pengadaan, manufaktur, dan subkontraktor
(Soeharto 1995:586-616). Dalam penelitian ini akan dibahas pekerjaan beton
konvensional baik dari segi lingkup proyek I (engineering dan konstruksi)
maupun dalam lingkup proyek II (pengadaan, manufaktur dan subkontrak).
2.1.3. Unsur-Unsur Pengelola Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi dimulai sejak timbulnya prakasa dari pemilik untuk
membangun yang dalam proses selanjutnya akan melibatkan dan sekaligus
dipengaruhi perilaku berbagai unsur seperti para konsultan, kontraktor, dan
pemiliknya sendiri (Dipohusodo 1996:70).
Gambar2.1
Unsur-Unsur Pengelola Proyek Konstruksi
(Sumber: Dipohusodo 1996:96)
Dalam kenyataannya proyek konstruksi tidak hanya melibatkan ketiga
unsur diatas tetapi ada unsur lain seperti halnya subkontraktor, supplier dan lain-
lain terlibat dalam proses pelaksanaan proyek konstruksi. Setiap unsur memiliki
tugas dan kewenangan yang berbeda-beda yang dikoordinasikan melalui sistem
manajemen proyek konstruksi (Dipohusodo 1996:117). Tugas dan wewenang
setiap unsur tersebut dijelaskan secara lebih terperinci sebagai berikut:
2.1.3.1. Pemilik Proyek (Owner)
Pemilik proyek (owner) disebut juga pemberi tugas, adalah bagian paling
utama dalam organisasi proyek konstruksi. Pemilik merupakan pengguna dari jasa
perusahaan konstruksi yang akan mengimplementasikan ide dan rancangan teknis
menjadi bangunan fisik (Dipohusodo 1996:117).
Pemilik atau pemberi tugas sebagai pemrakarsa proyek konstruksi dapat
berasal dari kalangan swasta atau pejabat yang mewakili kepentingan pemerintah.
Pemberi tugas dari kalangan swasta dapat selaku pemakai atau pemilik bangunan
atau dapat pula mewakili pihak pengembang kredit pinjaman yang lazim disebut
sebagai developer. Dalam organisasi proyek konstruksi, tugas dan wewenang
pemberi tugas umumnya adalah sebagai berikut:
a. Sebagai pemimpin proyek, khusus untuk proyek pemerintah dapat pula
bertindak selaku pemimpin bagian proyek.
b. Sebagai motivator dan katalisator dalam rangka mengupayakan agar
keseluruhan system manajemen dapat menghasilkan output yang baik.
c. Sebagai stabilitator dalam menyelesaikan perselisihan yang muncul selama
proses konstruksi.
2.1.3.2. Konsultan
Konsultan dalam bidang konstruksi adalah seseorang atau lembaga yang
secara profesional memberikan nasehat, pelayanan, atau pelatihan teknis yang
berhubungan dengan proses kontruksi dan perencanaan (Dipohusodo 1996:128-
135).
10
Kewajiban dan wewenang konsultan dalam proses konstruksi dari tahap
konsep sampai tahap implementasi fisik di lapangan, yaitu:
a. Konsultan bertanggung jawab untuk melindungi kepentingan yang bersifat
teknis bagi pemberi tugas/ pemilik dari proyek.
b. Konsultan berwenang untuk merencanakan, mengarahkan dan mengawasi
setiap tahapan dalam siklus sebuah proyek konstruksi mulai dari perencanaan,
manajemen konstruksi, implementasi sampai akhir proyek.
c. Konsultan berkewajiban untuk mengarahkan agar suatu proyek dapat
dilaksanakan sesuai dengan standar keamanan bangunan yang berlaku baik
dari segi perencanaan maupun segi implementasi fisik bangunan (Dipohusodo
1996:128-135).
2.1.3.3. Kontraktor
Kontraktor dalam daur konstruksi adalah sebagai manajer sumber daya
yang bertugas untuk mengubah dokumen perencanaan menjadi keluaran-keluaran
berupa bangunan fisik. Kontraktor biasanya baru ditunjuk oleh pihak pemberi
tugas setelah proses perencanaan selesai lengkap, sehingga kontraktor hanya
mempunyai sedikit pengaruh terhadap kelayakan suatu perencanaan (Dipohusodo
1996:120-128).
Beberapa hal penting tentang wewenang dan tanggung jawab kontraktor
antara lain:
a. Kontraktor merupakan suatu pihak rekanan dari pemilik proyek yang fungsi
utamanya adalah sebagai fasilitas implementasi lapangan dari hasil
perencanaan teknik. Kontraktor akan bekerja untuk menghasilkan kemajuan
konstruksi fisik dilapangan.
b. Kontraktor ditunjuk oleh pemilik atau pemberi tugas dengan ikatan sebuah
kontrak kerja yang didalamnya tercantum semua aturan yang berkenaan
dengan proses implementasi hasil perencanaan kedalam bentuk fisik lapangan.
c. Kontraktor mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya kepada pemilik atau
pemberi tugas dapat secara langsung atau melalui konsultan pengawas yang
telah ditunjuk oleh pemberi tugas.
n
2.1.3.4. Subkontraktor
Subkontraktor disebut juga sebagai kontraktor spesialis. Hal ini
disebabkan pada umumnya para subkrontraktor hanya bekerja pada satu atau
beberapa bagian dari bidang konstruksi yang mereka kuasai baik teknologi,
sumber daya manusia, maupun peralatannya. Sebagai contoh subkontraktor yang
mengkhususkan diri pada pekerjaan mechanical electrical, plambing, struktur
baja, pekerjaan pondasi, pengadukan beton, pekerjaan pancang, beton prategang,
bahkan pekerjaan perancah dan acuan beton (Dipohusodo 1996:135-137).
Wewenang dan tanggung jawab subkontraktor antara lain sebagai
berikut:
a. Perusahaan subkontraktor mendapatkan kontrak dari bagian proyek yang oleh
kontraktor utama sengaja di subkontrakan dengan alasan tertentu.
b. Subkontraktor akan menanggung beban investasi awal yang akan ditanggung
oleh subkontraktor yang menerima bagian pekerjaan tersebut.
c. Subkontraktor harus mempertanggungjawabkan semua proses dan hasil
pekerjaannya kepada pemilik atau pemberi tugas melalui kontraktor utama.
2.1.3.5. Supplier atau Pemasok
Pemasok material adalah perusahaan atau perorangan yang bertanggung
jawab untuk mengelola dan memasok kebutuhan material. Dengan semakin
kompleksnya pekerjaan konstruksi, maka jenis dan jumlah material yang di
butuhkan akan sangat beragam baik jenis maupun mutunya. Hal ini menyebabkan
dalam satu proyek bisa terdapat puluhan atau lebih pemasok material. Mereka
harus bertanggung jawab memenuhi kontinuitas pemenuhan kebutuhan material
dan juga mutu material (Dipohusodo 1996:135-137).
2.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan Jasa Konstruksi
Organisasi adalah pengaturan terhadap unsur-unsur sumber daya
perusahaan yang terdiri dari tenaga kerja, tenaga ahli, material, dana dan lain-lain
12
dalam suatu gerak langkah yang sinkron untuk mencapai tujuan organisasi dengan
efektif dan efisien. Karena tujuan setiap perusahaan berbeda-beda maka susunan
organisasinya juga berbeda, dalam arti tidak ada satupun struktur organisasi yang
dapat digunakan untuk segala macam kegiatan dan situasi dengan hasil yang sama
(Soeharto 1995:56).
Struktur organisasi perusahaan jasa konstruksi dapat dibedakan menjadi
dua bagian pokok yang masing-masing mempunyai fungsi dan tujuan yang
berbeda, yaitu (Soeharto 1995:85-87):
a. Struktur Organisasi Kantor Pusat Perusahaan Jasa Konstruksi
• Kegiatan utama struktur organisasi adalah pada tahap desain engineering
atau perekayasaan teknik sebuah proyek konstruksi. Tahap ini dimulai
ketika kontrak telah disetujui antara perusahaan jasa konstruksi dan
pemilik proyek.
• Struktur organisasi ini bersifat permanen dan jangka waktunya tidak
terbatas. Struktur organisasi ini biasanya merupakan sebuah bentuk baku
dari perusahaan jasa konstruksi.
b. Struktur Organisasi Lapangan Perusahaan Jasa Konstruksi
• Kegiatan utamanya adalah pelaksanaan di lapangan atau pada tahap
implementasi proyek konstruksi.
• Struktur organisasi ini bersifat sementara dan besarnya tergantung pada
proyek yang dikerjakan. Semakin besar dan kompleks sebuah proyek,
maka struktur organisasi proyek perusahaan semakin besar pula (Soeharto
1995:85-87).
2.1.5. Tahap Siklus Proyek Konstruksi
Upaya dan kegiatan untuk mendirikan suatu bangunan merupakan proses
yang panjang, dimana mekanismenya tersusun dari banyak pekerjaan. Setiap
pekerjaan merupakan mata rantai hubungan kerja yang saling terkait membentuk
suatu sistem kerja yang saling berhubungan. Sebagai sebuah sistem yang dinamis,
proyek memiliki tahap-tahap perkembangan proyek. Pada masing-masing tahap
13
terdapat kegiatan yang dominan dengan tujuan yang khusus atau spesifik. Secara
umum proyek meliputi atas 4 (empat) tahapan yaitu (Soeharto 1995:8-9):
a. Tahapan konseptual
Pada tahap konseptual ini terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu menyusun dan
merumuskan gagasan, menganalisis pendahuluan dan melakukan studi
kelayakan guna mengetahui apakah gagasan/ide tersebut mungkin untuk
dilaksanakan baik ditinjau dari segi teknik, ekonomi maupun sosial.
b. Tahap PP atau Defmisi
Kegiatan utama dalam tahap PP atau Definisi adalah:
• Melanjutkan evaluasi hasil-hasil kegiatan tahap konseptual, dalam arti
lebih mendalam dan terinci.
• Menyiapkan perangkat, seperti data, kriteria dan spesifikasi teknik,
engineehng dan komersial, dokumen tender, dan kontrak.
• Menyusun perencanaan dan membuat keputusan strategis yang berkaitan
dengan garis besar penyelenggaraan proyek.
• Memilih peserta proyek yang terdiri dari staf pemilik, kontraktor,
konsultan, arsitek, dan lain-lain.
c. Tahap implementasi
Kegiatan utama dalam tahap implementasi adalah:
• Mengkaji lingkup kerja proyek, kemudian membuat program
implementasi dan mengkomunikasikan kepada peserta dan penanggung
jawab proyek.
• Melakukan pekerjaan desain engineering terinci, pengadaan material dan
peralatan, pabrikasi, instalasi (konstruksi).
• Melakukan perencanaan dan pengendalian pada aspek biaya, jadwal, dan
mutu.
• Menutup proyek, ini termasuk kegiatan inspeksi akhir, uju coba, start-up,
dan pra-operasi.
• Menyerahkan hasil proyek kepada pemilik dan menyelesaikan masalah
asuransi, klaim, dan keuangan proyek.
14
d. Tahap operasi atau utilisasi
Tahap operasi atau utilisasi atau aplikasi tidak termasuk dalam siklus proyek,
tetapi sudah merupakan kegiatan operasional (Soeharto 1995:8-9).
2.1.6. Lingkup Kegiatan Pekerjaan Proyek Konstruksi
Tahap konstruksi proyek di lapangan telah dimulai sejak ditetapkannya
pemenang lelang, dan diawali dengan menerbitkan Surat Perintah Kerja (SPK)
serta penyerahan lapangan dengan segala keadaannya kepada kontraktor. Secara
garis besar, tahapan pelaksanaan proyek konstruksi meliputi berbagai sub bidang
pekerjaan. Sub bidang pekerjaan yang umum dijumpai pekerjaan proyek
konstruksi meliputi:
a. Pekerjaan penataan lapangan.
b. Pekerjaan pengukuran.
c. Pekerjaan tanah.
d. Pekerjaan pondasi dan turap.
e. Pekerjaan beton.
f. Pekerjaan struktur baja.
g. Pekerjaan struktur kayu.
h, Pekerjaan pasangan batu dan bata.
i. Pekerjaan finishing dan plesteran.
j. Pekerjaan pelapisan lantai dan dinding.
k. Pekerjaan pengecatan.
1. Pekerjaan mekanikal dan elektrikal. (Dipohusodo 1996: 363-403)
Pada setiap sub bidang pekerjaan, perlu diadakan pengawasan dan
pengendalian atas kinerja dan mutu pelaksanaan dilapangan. Hal ini dikarenakan
mutu setiap sub bidang pekerjaan akan menentukan hasil pekerjaan proyek secara
keseluruhan. Dalam penelitian ini hanya akan membahas tentang pengendalian
mutu implementasi satu sub bidang pekerjaan yaitu pekerjaan beton konvensional.
2.1.7. Lingkup Pekerjaan Beton Konvensional
Dalam proyek konstruksi, sebenarnya lingkup pekerjaan beton sendiri
mempunyai berbagai macam jenis pekerjaan tergantung dari jenis konstruksi
beton yang digunakan. Pada masa sekarang ini beton telah berkembang jenisnya
seiring perkembangan teknologi. Kita mengenal beton prestressed (beton
pratekan), beton ringan, beton komposit, beton fiber dan lain-lain. Dalam
penelitian ini dibahas lingkup pekerjaan beton yang paling sederhana yaitu beton
konvensional atau beton sederhana yang sekarang masih merupakan jenis beton
yang dominan digunakan dalam proyek konstruksi. Pekerjaan beton konvensional
secara garis besarnya dapat dibagi menjadi beberapa elemen pekerjan dasar yaitu:
2.1.7.1. Pekerj aan Persiapan
Pekerjaan persiapan secara umum merupakan pekerjaan yang lebih
banyak berhubungan dengan persiapan lapangan dan mix design. Persiapan
lapangan meliputi pekerjaan sebagai berikut:
a. Pembersihan lapangan
Merupakan prosedur umum untuk mempersiapkan lahan yang akan
digunakan berupa pembersihan lokasi pekerjaan dari benda atau bangunan
yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
b. Pekerjaan pengukuran
Pekerjaan pengukuran merupakan pekerjaan penentuan titik-titik pelaksanaan
pekerjaan secara akurat sesuai dengan gatnbar rencana.
c. Pekerjaan tanah
Pekerjaan tanah meliputi baik pekerjaan galian maupun urugan. Sebagai
contoh pekerjaan pembuatan pondasi telapak dari beton bertulang akan
memerlukan pekerjaan galian maupun urugan.
d. Pekerjaan mix design
Pekerjaan mix design merupakan proses perencanaan campuran beton apabila
beton akan di buat di lokasi (cast inplace). Pekerjaan ini meliputi:
• Pencarian sumber material atau bahan serta penyerahan contoh material.
16
Pembuatan dan pengujian contoh beton dengan campuran yang
direncanakan (Trial mix).
Penyusunan laporan hasil pengujian beton yang direncanakan berserta
sertifikat pengujian kepada pengawas atau pemilik proyek.
2.1.7.2. Pekerjaan Pengadaan Bahan dan Alat
Di Indonesia untuk merencanakan kebutuhan bahan pembuatan
konstruksi beton bertulang digunakan acuan yang termuat dalarn Standar No.
SK.SNI.T-15-1990-03 pada buku berjudul "Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal". Standar ini ditetapkan sebagai standar perencanaan
oleh Departemen Pekerjaan Umum (Astanto 2001:33).
Pekerjaan pengadaan bahan dan alat meliputi pengadaan material beton
dan pengadaan peralatan penunjang pekerjaan beton. Pada tahap pekerjaan ini
pengendalian mutu atas material dan peralatan dimulai sejak pemesanan dan
penerimaan material dan peralatan.
2.1.7.3. Pekerjaan Perancah/Bekisting Beton
Pekerjaan bekisting/perancah/acuan//br7wwor& beton merupakan
pekerjaan penting dan strategis karena akan menentukan posisi, alinyemen,
ukuran dan bentuk beton yang dicetak. Bekisting berfungsi untuk menatnpung dan
menumpu beton basah yang sedang dicor berdasarkan tempat dan sesuai bentuk
yang diharapkan. Kekuatan bekisting dapat direncanakan dengan menghitung
jumlah beban dan gaya yang akan bekerja pada bekisting (Astanto 2001:1).
Perencanaan bekisting dan konstruksinya harus dapat menahan beban-beban
tekanan lateral yang diijinkan seperti pada "Recommendate Practice For
Concreate Formwork" (ACI347 - 368) dan peninjauan terhadap beban angin dan
lain-lain sesuai peraturan konstruksi kayu Indonesia (Spesifikasi Teknis PT. "X"
2002: 24).
Secara umum pekerjaan bekisting/perancah beton terdiri atas 3 (tiga)
pekerjaan dasar yaitu:
a. Pabrikasi bekisting
Pabrikasi bekisting dimulai dengan perencanaan sistem bekisting sedemikian
rupa sehingga dapat memenuhi persyaratan spesifikasi teknis yang berlaku
kemudian dilanjutkan dengan proses pabrikasi/pembentukan material
bekisting sesuai dengan model/bentuk yang direncanakan.
b. Pemasangan bekisting
Pemasangan bekisting dilakukan berdasarkan pedoman gambar kerja. Hal
yang perlu diperhatikan dalam pemasangan bekisting adalah bekisting harus
disusun sedemikian rupa sehingga pada waktu pembongkarannya tidak
menimbulkan kerusakan pada satu bagian maupun keseluruhan beton hasil
pengecoran.
c. Pembongkaran bekisting
Pembongkaran bekisting harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari
pengawas. Bekisting beton dapat dibongkar minimal apabila hasil tes beton
mencapai 70% dari standard design strength.
2.1.7.4. Pekerjaan Penulangan
Pekerjaan penulangan meliputi 3 (tiga) dasar yaitu pekerjaan pemotongan
dan pembengkokan tulangan serta perakitan atau pemasangan baja tulangan di
lapangan. Standar mutu pekerjaan penulangan dapat mengacu pada spesifikasi
teknis yang ada dengan berpedoman pada peraturan yang berlaku misalnya seperti
PBBI atau SK.SNI.
a. Pekerjaan pemotongan tulangan
Pekerjaan pemotongan tulangan merupakan pekerjaan awal dalam proses
pabrikasi tulangan beton. Pekerjaan ini akan menentukan kualitas bentuk
tulangan dari segi ukuran dan dimensi.
b. Pekerjaan pembengkokan tulangan
Pekerjaan pembengkokan tulangan baja pada umumnya tidak perlu diuji. Hal
yang perlu diperhatikan adalah kerapihan pekerjaan. Pekerjaan
pembengkokan yang menggunakan mesin akan lebih rapi dan menghemat
waktu.
c. Pengangkutan material dan perakitan atau pemasangan tulangan
Pemasangan atau perakitan tulangan baja merupakan tahap akhir pekerjaan
pembesian. Pada proses ini tulangan yang telah dipabrikasi dirangkai di
lapangan sesuai dengan gambar rencana. Untuk mendapatkan hasil maksimal
maka perlu adanya inspeksi pada titik-titik tertentu.
2.1.7.5. Pekerjaan Pengadaan Campuran Beton
Dalam proses pekerjaan beton terdapat beberapa bagian pekerjaan yang
harus diperhatikan baik mengenai urutan, cara pelaksanaan dan kualitas
pelaksanaan pekerjaan itu sendiri. Sebagai contoh, ketelitian dalam memilih
proporsi campuran beton akan menjadi sia-sia jika teknik pengecoran beton yang
digunakan dilapangan tidak sesuai. Beton yang berkualitas dapat dihasilkan
apabila bahan-bahan campuran beton ditimbang, dicampur, ditempatkan,
dipadatkan, dan dirawat dengan benar. Standar mutu pekeijaan penuangan beton
dapat mengacu pada spesifikasi teknis yang ada dengan berpedoman pada
peraturan yang berlaku seperti misalnya PBBI atau SK.SNI.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam proses pengecoran
beton untuk menghasilkan beton yang baik dan sesuai standar adalah sebagai
berikut:
a. Penakaran (Batching)
Penakaran (batching) adalah suatu proses pengukuran proporsi bahan-bahan
campuran beton sebelum bahan-bahan tersebut dimuat ke dalam pengaduk
(mbcer). Besarnya proporsi masing-masing bahan dapat diketahui dari
perencanaan campuran (mix design).
b. Pencampuran (Mbcing)
Bahan-bahan campuran beton harus dicampur sampai rata. Bahan-bahan
campuran beton yang telah tercampur rata dapat dilihat dari warna dan
konsistensinya, dan campuran tersebut harus seragam dengan penakaran.
Dalam proses pencampuran beton ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan antara lain:
• Pemilihanjenis/mjcerataumolen
Pemilihan jenis mixer tergantung pada kapasitas dan volume pekerjaan
yang dilaksanakan. Dalam memilih mixer, hal yang harus diperhatikan
adalah keseragaman campuran yang dapat dihasilkan dari jenis mixer
yang dipilih.
• Kapasitas mixer beton
Campuran tidak diijinkan melebihi kapasitas pengaduk, karena akan
menghasilkan campuran beton yang tidak merata. Mixer hanis
dioperasikan pada kurang lebih kecepatan yang direncanakan
• Metode Pengangkutan {tansporting)
Beton diangkut dengan macam-macam cara, mulai dari kereta dorong,
kereta penuang (dumpers) dan truk ready-mix, sampai skip dan pompa.
Metode pengangkutan berpengaruh pada kualitas campuran beton.
2.1.7.6. Pekerjaan Penuangan Adukan Beton dan Finishing1 Beton merupakan campuran dari material-material agregat halus dan
kasar yaitu pasir, batu pecah, atau material penyusun lainnya. Sebagai alat bantu
keperluan reaksi kimia maka ditambahkan semen atau PC. Standar mutu
pekerjaan penuangan beton dapat mengacu pada spesifikasi teknis yang ada
dengan berpedoman pada peraturan yang ada seperti PBBI atau SK.SNI. Hasil
pekerjaan pengecoran tergantung banyak hal untuk mencapai mutu beton yang
diinginkan antara lain:
a. Persiapan sebelum pznuangan/placing
Persiapan yang perlu dilakukan adalah memadatkan, merapikan dan
membasahi subgrade, mendirikan acuan, memasang tulangan dan item-item
yang terbenam lainnya. Pada tahap ini juga perlu diperiksa ulang kesiapan
peralatan dan stabilitas bekisting.
b. Metode/cara penuangan beton
Metode penuangan beton dipilih berdasarkan keadaan lapangan, kondisi
tanah, besarnya pekerjaan, jarak yang ditempuh dan ketinggian pengisian dan
penuangan. Ukuran agregat dan workability juga menentukan. Untuk macam-
macam pekerjaan, beberapa metode harus dipakai, atau kombinasinya, pada
waktu beton diangkut secara vertikal dan horizontal.
d. Pemadatan (compacting) beton
Pemadatan bertujuan untuk mengeluarkan udara sebanyak mungkin (hingga
kurang dari 1%) dari beton baru karena setelah beton segar diaduk, diangkat
dan dituangkan, ia masih mengandung udara dalam bentuk rongga-rongga
udara. Rongga udara akan menambah permeabilitas, sehingga akan
mengurangi ketahanan. Kantong udara dapat juga mengurangi lekatan antara
beton dengan tulangan. Ada beberapa cara mengeluarkan udara dari beton
baru antara lain:
• Rongga udara dapat disingkirkan dengan sekop, dirojok, atau bahkan
dengan menginjak-injak.
• Dengan menggunakan penggetar (vibrator).
e. Penyelesaian (¥inishing)
Finishing adalah proses perapian permukaan beton yang baru selesai dituang
dan dipadatkan untuk menghasilkan permukaan yang baik. Ada beberapa cara
fmishing tergantung pada hasil akhir yang diinginkan. Tetapi proses tersebut
tidak dibahas lebih lanjut mengingat batasan pembahasan dalam skripsi.
2.1.7.7. Pekerj aan Perawatan Pengerasan Beton (Curing)
Curing adalah upaya mencegah kehilangan air dengan cepat yang
menyebabkan beton menyusut agar tidak terjadi tegangan tarik pada beton yang
sedang mengering, sehingga menimbulkan retak. Proses hidrasi pada beton segar
relatif cepat pada hari-hari pertama, perawatan paling penting adalah pada umur
mudanya. Standar mutu pekerjaan curing dapat mengacu pada spesifikasi teknis
yang ada dengan berpedoman pada peraturan yang ada seperti PBBI atau SK.SNI.
21
Perawatan beton yang perlu dilakukan adalah menjaga kelembaban beton
agar terus-menerus dalam keadaan basah selama beberapa hari dan mencegah
penguapan dan penyusutan awal. Perawatan yang teratur dan terjaga akan
memperbaiki kualitas beton itu sendiri yaitu membuat beton tahan terhadap agresi
kimia.
Secara umum terdapat 3 (tiga) jenis metode perawatan beton muda yang
paling sering digunakan di lapangan yaitu:
a. Dengan cara terus memberi air pada permukaan beton baru.
b. Dengan cara menutup permukaan beton untuk mencegah hilangnya air
dari permukaan karena penguapan menggunakan bahan penahan panas.
c. Mempercepat dicapainya kekuatan dengan memberi panas dan kelengasan
pada beton baru.
2.2, Pengendalian Mutu (Quality Controt)
Pengendalian mutu pekerjaan proyek konstruksi harus diarahkan pada
upaya untuk memenuhi persyaratan dan segenap kebutuhan pemberi tugas. Seperti
diketahui persyaratan tersebut dinyatakan dalam bentuk kriteria perencanaan
yang akan memandu keseluruhan proses rekayasa, perencanaan, dan penyusunan
spesifikasi teknis. Pengendalian mutu bersifat mendasar dan harus diterapkan
pada seluruh tahapan proyek, baik pada perencanaan maupun konstruksi fisiknya.
Dalam penelitian ini, pengendalian mutu pekerjaan beton meliputi tahap
pengendalian mutu secara umum yang meliputi:
a. Pengendalian mutu desain engineering beton (mix desigri).
b. Pengendalian mutu dan pengadaan material beton.
c. Pengendalian mutu konstruksi beton.
22
2.2.1. Definisi Mutu
Mutu merupakan sasaran pengelolaan proyek di samping biaya dan
jadwal. Mutu dapat didefinisikan sebagai sifat dan karakteristik produk atau jasa
yang membuatnya memenuhi kebutuhan pemakai. Defmisi mutu yang sering
diasosiasikan dengan proyek adalah fitness for use. Istilah ini selain
memperhatikan sifat dan karakteristik obyek, juga memperhatikan masalah
tersedianya produk, keandalan dan masalah pemeliharaan.
2.2.2. Parameter Mutu Produk Kontraktor
Parameter mutu hasil kerja kontraktor secara umum ditentukan oleh
beberapa hal antara lain (Prijono et. Al. 1997:12):
a. Biaya pelaksanaan (bermutu bila biaya sesuai/dibawah rencana anggaran
biaya).
b. Waktu pelaksanaan (bermutu bila pelaksaan sesuai/dibawah batas time
schedule).
c. Karakteristik produk/mutu produk (bermutu bila sesuai gambar dan spesifikasi
teknis).
d. Keselamatan dan kesehatan kerja (bermutu bila tidak ada kecelakaan dan
penyakit akibat kerja).
e. Semangat kerja (Semangat kerja bermutu bila hubungan kerja ketiga unsur
SDM dalam proyek, tetap terjalin dengan baik).
Pembahasan mutu selanjutnya akan dititik beratkan pada masalah mutu
prosedur pelaksaan dan produk dalam hal ini mutu prosedur pelaksaan dan produk
pekerjaan beton.
2.2.3. Definisi Pengendalian Mutu (Quality Controt) Proyek
Dalam suatu proyek, untuk mencapai keadaan fitness for use perlu
adanya pengelolaan mutu dengan benar dan tepat yang bertujuan mencapai
persyaratan mutu proyek sesuai standar yang ada. Pengendalian mutu adalah
23
berbagai teknik dan kegiatan untuk memantau, mengevaluasi, dan
menindaklanjuti agar persyaratan mutu yang telah ditetapkan tercapai.
Pengendalian mutu (QC) adalah bagian dari penjaminan mutu (QA) yang
memberikan petunjuk dan cara-cara untuk mengontrol kualitas material, struktur,
komponen atau sistem agar memenuhi keperluan yang telah ditentukan (Soeharto
1997:304). Selebihnya pengendalian mutu meliputi tindakan-tindakan yang
berupa pengetesan, pengukuran, dan pemeriksaan untuk memantau apakah
kegiatan-kegiatan engineering, pembelian, manufaktur, konstruksi, dan kegiatan
lain untuk mewujudkan sistem (instalasi atau produk hasil proyek) telah dilakukan
sesuai dengan kriteria yang digariskan.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengendalian
mutu adalah suatu tindakan untuk memantau suatu proyek yang sedang berjalan
supaya proyek tersebut dapat terlaksana sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan.
2.2.4. Metode Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu merupakan sebuah proses yang berkesinambungan
yang terdiri dari 4 (empat) kegiatan utama. Keempat kegiatan utama tersebut
sering disebut PDCA yaitu plan, do, check dan action (ISO 2001:17). Keempat
kegiatan tersebut dalam proyek konstruksi dapat diuraikan secara lebih lanjut
sebagai berikut:
2.2.4.1 Perencanaan Pengendalian Mutu (Plan)
Pada tahap ini, di susun rencana pengendalian mutu suatu pekerjaan yang
secara spesifik ditujukan untuk pekerjaan yang dimaksud, dalam hal ini disusun
rencana pengendalian mutu pekerjaan beton konvensional. Pada tahap ini
dokumen atau peraturan mutu standar yang menjadi pedoman dasar, filosofi, dan
kebijakan mutu di rencanakan sesuai pekerjaan yang akan dilaksanakan.
24
Perencanaan pengendalian mutu meliputi:
a. Perencanaan pedoman standar mutu
Perencanaan pedoman standar mutu adalah perencanaan standar yang akan
diberlakukan. Semua standar dan kriteria yang berkaitan dengan inspeksi dan
tes serta prosedur yang menyertainya hendaknya dicantumkan didalam
program yang bersangkutan. Standar mutu dapat mengacu pada spesifikasi
teknis yang ada dengan berpedoman pada peraturan yang ada seperti PBBI atau
SK.SNI. Termasuk dalam hal ini adalah perencanaan pengadaan contoh
(sampling) yang memberikan penjelasan mengenai lokasi pengambilan contoh,
kuantitas, ukuran serta frekuensi selama siklus pabrikasi atau instalasi.
b. Perencanaan metode pengendalian mutu
Perencanaan metode pengendalian mutu termasuk rencana cara pengujian
mutu dan penentuan titik inspeksi. Perencanaan metode pengendalian mutu
pada umumnya meliputi hal-hal sebagai berikut (Soeharto 1995: 305):
• Perencanaan cara pengujian mutu
Cara pengendalian mutu yang sering di implementasikan dilapangan
secara garis besar dilakukan dalam 3 (tiga) cara yaitu:
1. Pengecekan dan Pengkajian di Lapangan
Hal ini dilakukan terhadap proses pelaksanaan konstruksi lapangan,
gambar untuk konstruksi, perhitungan yang berkaitan dengan desain
engineering.
2. Pemeriksaan dan Uji Kemampuan Peralatan
Pekerjaan ini berupa pemeriksaan fisik, termasuk menyaksikan uji
coba berfungsinya suatu peralatan. Kegiatan ini meliputi pemeriksaan
sewaktu menerima material peralatan termasuk, suku cadang, dan
lain-lain yang baru diterima dari pembelian.
3. Pengujian dengan Mengambil Contoh
Cara ini dimaksudkan untuk menguji apakah material/hasil pekerjaan
telah memenuhi spesifikasi atau kriteria yang ditentukan. Pengujian
dapat berupa test destruktif atau nondestruktif yang dilakukan
terhadap contoh yang diambil dari obyek yang diselidiki.
25
• Perencanaan titik inspeksi dan tes
Titik inspeksi dan tes ditentukan sepanjang siklus pekerjaan yang
dilaksanakan (dalam hal ini siklus pekerjaan beton). Pada setiap titik
tersebut diperinci apa yang akan dilakukan, misalnya menyebutkan
macam inspeksi dan tes serta metode atau referensi standar tertentu.
Demikian pula kriteria penerimaan dan penolakan (acceptance dan
rejectiori).
c. Perencanaan organisasi pengendalian mutu
Dalam program pengendalian mutu dibutuhkan sebuah bagian dari
organisasi perusahaan konstruksi yang bertugas khusus menangani masalah
mutu. Kegiatan bagian ini tidak langsung menangani kegiatan engineering,
pembelian, atau konstruksi, tetapi mengadakan pemantauan agar pekerjaan itu
memenuhi kriteria dan spesifikasi yang ditentukan (Soeharto 1995:301).
d. Perencanaan dokumen dan peralatan pendukung
Dokumen dan peralatan pendukung yang dimaksud disini adalah format
dokumen pengendalian mutu seperti check list, berita acara, panduan kerja
dan lain-lain. Peralatan pendukung misalnya alat pengujian seperti kerucut
slump test, peralatan dokumentasi (kamera) dan lain-lain.
2.2.4.2 Implementasi Pengendalian Mutu (Do)
Implementasi adalah penjabaran dari rencana pengendalian mutu menjadi
sebuah sistem atau metode yang dapat di aplikasikan dalam pekerjaan dilapangan.
Pada tahap ini semua rencana, pedoman jadwal dan aspek yang terkait
diwujudkan menjadi sebuah prosedur yang akan menjadi pedoman bagi
pelaksanaan lapangan.
Pada tahap ini semua dokumen, elemen yang terlibat dan peralatan yang
diperlukan disiapkan dan mulai diberikan kepada personil yang akan menerapkan
sistem pengendalian mutu dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Metode yang
dipakai dalam implementasi pengendalian mutu tergantung pada jenis obyek dan
ketetapan yang diinginkan (Soeharto 1995:305).
26
2.2.4.3 Kegiatan Inspeksi Hasil Pengendalian Mutu (Check)
Inspeksi sendiri merupakan kegiatan mengkaji karakteristik obyek dalam
aspek mutu sesuai dengan suatu standar yang telah ditentukan. Secara lengkap
kegiatan inspeksi meliputi (Soeharto 1995: 304):
a. Menentukan standar dan spesifikasi yang akan digunakan.
b. Mengukur dan menganalisa karakteristik obyek.
c. Menganalisa hasil pengukuran terhadap standar dan spesifikasi.
d. Membuat keputusan dan kesimpulan atas hasil analisa.
e. Membuat catatan atas proses inspeksi.
Pada akhimya inspeksi akan memberikan keputusan penilaian atas mutu
obyek yang diperiksa berdasarkan standar mutu yang ditentukan. Dengan
demikian akan diketahui apakah obyek memenuhi standar (conformance) atau
tidak memenuhi standar (non conformance). Suatu obyek yang telah memenuhi
spesifikasi berarti dimasa yang akan datang dapat terus digunakan, sedangkan
bagi obyek yang tidak memenuhi maka memerlukan analisa lebih lanjut mengenai
kemungkinan dilakukannya perbaikan untuk meningkatkan mutu dengan
mempertimbangkan aspekfitness for use dan aspek ekonomi.
2.2.4.4 Tindakan Lanjutan (Action)
Action atau tindakan lanjutan yang dimaksud disini adalah tindakan
koreksi yang perlu dilakukan apabila terdapat hasil pekerjaan yang tidak
memenuhi srandar mutu (non conforming produci). Action dapat berupa
bermacam-macam tindakan tergantung dari permasalahan yang di temukan di
lapangan.
2.3 Sistem Informasi Manajemen
2.3.1. Data dan Informasi
Informasi adalah data yang telah diproses, atau data yang memiliki arti.
Sedangkan data terdiri dari fakta-fakta dan angka-angka yang relatif tidak berarti
bagai pemakai (McLeod 1998:15). Sedangkan informasi adalah kumpulan fakta-
27
fakta yang diorganisir sedemikian rupa sehingga mempunyai nilai lebih dibanding
dengan nilai fakta-fakta itu sendiri (Stair 1996:5). Menurut Laudon, data adalah
fakta yang belum diolah yang menggambarkan kejadian dalam organisasi.
Sedangkan imformasi merupakan data yang telah dibentuk menjadi bentuk yang
lebih berarti bagi manusia (Laudon 1996:9). Berdasarkan beberapa definisi di atas
dapat disimpulkan sebagai berikut:
• Data adalah kumpulan fakta-fakta yang menggambarkan kejadian, yang
belum diolah dan tidak mempunyai makna bagi pengguna.
• Informasi adalah data yang telah ditransformasikan menjadi bentuk yang
mempunyai nilai lebih yang bermakna bagi pengguna.
Secara umum informasi yang dibutuhkan adalah informasi yang dapat
dipercaya. Ada beberapa karakteristik informasi yang baik antara lain sebagai
berikut: (Stair 1996:7)
• Akurat; Informasi harus bebas dari kesalahan.
• Lengkap; Informasi yang lengkap mengandung semua fakta yang penting.
• Ekonomis; Informasi seharusnya diperoleh secara relatif ekonomis.
• Fleksibel; Informasi dapat digunakan untuk berbagai tujuan.
• Relevan; Informasi harus sesuai atau relevan dengan kebutuhan.
• Sederhana; Terlalu banyak atau kompleks informasi dapat menyebabkan
pengambil keputusan tidak dapat menentukan informasi mana yang sangat
penting.
• Tepat waktu; Informasi tersedia ketika dibutuhkan dan tepat dengan
waktunya.
• Dapat dibuktikan atau diuji; Informasi harus dapat diperiksa kebenarannya.
2.3.2. Definisi Sistem
Sistetn didefmisikan sebagai suatu kebulatan atau totalitas yang berfungsi
secara utuh, disebabkan adanya saling ketergantungan di antara bagian-bagiannya
(Soeharto 1995:33). Sistem didefinisikan oleh McLeod sebagai kelompok dari
elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang umum yaitu mencapai
28
tujuan tertentu (McLeod 1998:12). Menurut Stair, sistem merupakan kumpulan
dari elemen-elemen atau komponen-komponen yang terintegrasi dan saling
berhubungan untuk mencapai suatu tujuan (Stair 1996:8).
Jadi, pada dasarnya sistem merupakan kumpulan dari elemen-elemen
atau komponen-komponen dari sistem yang saling berinteraksi dan terintegrasi
untuk suatu mencapai tujuan tertentu.
2.3.3. Definisi Sistem Informasi
Menurut Stair, sistem informasi merupakan suatu bentuk sistem yang
kegiatannya adalah mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan
mendistribusikan informasi untuk mendukung fungsi-fungsi manajemen dalam
suatu organisasi, dimana setiap organisasi mempunyai suatu tujuan tertentu (Stair
1996:16).
Menurut Senn, sistem informasi adalah kumpulan sumber daya-sumber
daya yang terkoordinasi dengan baik dimana aktivitasnya mengumpulkan dan
mentransformasikan data menjadi produk informasi dan layanan yang membantu
organisasi untuk mencapai tujuannya (Senn 1990:8-10).
Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa sistem informasi adalah sistem
yang menyediakan informasi melalui pengumpulan, pemrosesan, penyimpanan,
dan pendistribusian informasi guna mendukung fungsi-fungsi manajemen dalam
suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Dari segi tertentu, proyek dapat digambarkan sebagai sistem yang
bertujuan menghasilkan output tertentu dari suatu input. Output proyek berupa
produk atau instalasi. Adapun input terdiri dari sumber daya yang berupa tenaga
kerja, tenaga ahli, dana, material dan lain-lain yang kualitas maupun kuantitasnya
sesuai dengan ouiput yang akan dihasilkan. Manajemen bertugas mengatur
pemakaian sumbar daya secara optimal.
Sistem informasi tidak berbeda dengan pernyataan diatas, sistem
informasi adalah sistem yang bertujuan untuk menghasilkan output tertentu dari
suatu masukan (input) tertentu pula. Intput dari sistem informasi adalah data
sedangkan outputnya adalah informasi. Untuk merubah data menjadi informasi
maka dibutuhkan suatu proses yaitu proses tranformasi. Hal ini seperti terlihat
pada gambar 2.2.
Gambar 2.2. Transformasi Data Menjadi Informasi
(Sumber: Stairl996:5)
Proses transformasi data menjadi informasi dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
yaitu memasukkan data, mengolah data, dan mengeluarkan informasi dari sistem
(Martin 1997:42). Memasukkan data meliputi pencatatan, pengkodean,
penyimpanan, dan pemilihan data yang potensial untuk pengambilan keputusan.
Mengolah data meliputi mengkalkulasi, meringkas, mengklasifikasi,
mengurutkan, menggabung, dan mencocokkan data. Mengeluarkan data meliputi
menampilkan hasil modifikasi data, membuat salinan (copy), dan menyebarkan
informasi.
George M. Scott juga memberikan model sistem informasi sama seperti
halnya Stair yang mana dapat dilihat pada gambar 2.3. di bawah ini:
Gambar 2.3. Sistem Informasi Sederhana
Pada model ini semua masukan tiba pada saat yang bersamaan. Dalam
perkembangannya fungsi pengolahan sering membutuhkan data yang
dikumpulkan dan diolah pada periode sebelumnya. Karena itu dalam sebuah
30
model sistem dasar informasi ditambahkan sebuah penyimpanan data {dala file
storage). Dengan demikian fungsi pengolahan sistem bukan lagi hanya mengubah
data menjadi informasi tetapi juga menyimpan data untuk penggunaan kelak
seperti terlihat pada gambar 2.4. dibawah ini.
Gambar 2.4. Model Sistem Informasi dengan Penyimpanan Data
(Sumber: Davis 1984:56)
2.3.4. Elemen-Elemen Sistem Informasi
Sistem informasi mempunyai bagian atau elemen pendukung yang
membangun sistem tersebut menjadi sebuah sistem yang terintegrasi menjadi satu
sistem yang terarah (Stair 1996:16-17).
Elemen pendukung sistem informasi antara lain adalah:
• Input; Berupa kegiatan mengumpulkan data dari dalam maupun luar
organisasi untuk diproses dalam sistem informasi.
• Process; Berupa kegiatan mengubah atau transformasi data menjadi informasi.
• Output; Berupa kegiatan mendistribusikan informasi hasil proses kepada
orang atau aktivitas dimana informasi akan digunakan.
• Feedback; Berupa kegiatan kontrol dengan mengembalikan output untuk
memperbaiki atau mengevaluasi input.
• System Environment; Merupakan lingkungan yang mengelilingi, dipengaruhi
dan mempengaruhi sistem.
• System Boundary; Merupakan batasan yang memisahkan lingkungan dengan
sistem.
31
Gambar 2.5. Elemen-EIemen Sistem Informasi
(Sumber: Stair 1996:16-17)
2.3.5. Definisi Sistem Informasi Manajemen
Menurut Senn, sistem informasi manajemen adalah sistem yang
terintegrasi untuk menyediakan informasi dalam mendukung proses perencanaan,
kontrol, dan operasi dari suatu organisasi (Senn 1990:501). Menurut Laudon,
sistem informasi manajemen adalah sistem komputer pada level manajemen
organisasi, yang menyediakan informasi dalam bentuk laporan baik secara rutin
maupun tidak kepada manajer-manajer untuk mendukung fungsi perencanaan,
pengendalian, dan pengambilan keputusan (Laudon 1996:40). Menurut Stair,
sistem informasi manajemen merupakan kumpulan orang, prosedur, basis data,
dan alat yang terorganisasi, digunakan untuk menyediakan informasi rutin kepada
manajer dan pengambil keputusan (Stair 1996:60). Menurut Martin, sistem
informasi manajemen adalah sistem yang menyediakan informasi untuk
memecahkan masalah (Martin 1995:53).
Dari pengertian-pengertian sistem informasi manajemen di atas, sistem
informasi manajemen dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk dari sistem
informasi yang menyediakan informasi bagi manajer (level manajemen) dan
pengambil keputusan dalam bentuk laporan.
32
2.3.6. Tujuan sistem informasi Manajemen
Tujuan utama dari sistem infomasi manajemen adalah untuk membantu
organisasi untuk mencapai tujuannya dengan memberikan gambaran mengenai
kegiatan dalam organisasi kepada manajer dan pengambil keputusan melalui
informasi yang dihasilkannya agar mereka dapat melakukan fungsinya dengan
lebih efektif dan efisien (Stair 1995:60). Fokus sistem informasi manajemen
adalah efektifitas dimana dipakai pada level manajemen baik manajemen
operasional maupun taktis.
2.3.7. Pengembangan Sistem
Seperti sistem lain, sistem informasi mempunyai "daur hidup". Sistem
informasi tidak dapat selamanya berfungsi tanpa diganti atau dimodifikasi (Martin
1997:89). Dengan kata lain, jika suatu sistem informasi sudah tidak dapat
berfungsi dengan baik maka sistem informasi tersebut perlu dikembangkan.
Dalam mengembangkan sistem informasi, dilakukan perancangan sistem
informasi yang didasarkan pada analisa kebutuhan informasi organisasi (O'Brien
1999:91). Jadi, komponen utama dari proses pengembangan sistem adalah analisa
dan perancangan atau desain sistem.
2.3.7.1. Pengembangan Sistem Terstruktur
Dalam pengembangan sebuah sistem, ada beberapa metodologi yang
dapat digunakan untuk mengembangkan sistem. Salah satunya adalah metodologi
pengembangan terstruktur {structured development methodology), yaitu
metodologi yang menggunakan perangkat-perangkat dan teknik-teknik yang
sistematis dan terintegrasi untuk memudahkan analisa dan perancangan sistem
(Martin 1995:156). Metodologi ini menggunakan satu atau lebih perangkat-
perangkat pemodelan untuk mendefinisikan aliran informasi dan proses. Aliran-
aliran informasi utama dan proses-proses diidentifikasi dan dipecah menjadi
subproses-subproses yang lebih detail.
33
2.3.7.2 Kelebihan Pengembangan Sistem Terstruktur
Perancangan sistem dengan metodologi pengembangan terstruktur
memiliki kelebihan antara laian: (Martin 1995:156)
• Pengurangan ke-kompleks-an; Masalah dipecah-pecah menjadi masalah yang
lebih kecil sehingga lebih mudah ditangani.
• Berfokus pada keadaan ideal; Metodologi ini memperbolehkan perancang
untuk merancang model sistem informasi ideal (logical) tanpa adanya batasan
pertimbangan fisik, seperti komputer, printer, dan sebagainya.
• Standarisasi; Adanya defmisi, perangkat, dan pendekatan yang standar
memungkinkan perancang sistem untuk bekerja secara terpisah dalam
subsistem-subsistem.
• Berorientasi pada masa depan; Spesifikasi sistem yang lengkap,
memungkinkan dilakukan perubahan dengan mudah.
• Lebih engineering oriented.
2.3.8. Pemodelan Sistem
Pemodelan sistem merupakan pembuatan model yang merupakan
abstraksi atau pendekatan yang digunakan untuk mensimulasi kenyataan (Stair
1996:14). Pemodelan digunakan pada analisa dan perancangan sistem dengan
perangkat pemodelan.
Proses pengendalian mutu pekerjaan beton konvensional mempunyai
karakteristik tertentu antara lain:
• Pekerjan beton terdiri atas beberapa proses pekerjaan yang saling berkaitan.
Proses-proses tersebut berawal dari gambaran besar proses pekerjaan beton
yang ada kemudian secara bertahap mengarah pekerjaan yang lebih terperinci.
• Dalam pengendalian mutu pekerjaan beton, setiap proses pekerjaan beton
melibatkan data yang terkait dengan proses tersebut. Data ini kemudian akan
diolah menjadi sebuah informasi yang dibutuhkan.
• Dalam proses pengendalian mutu pekerjaan beton, selain elemen data juga
terdapat elemen lingkungan yang mendukung proses. Elemen ini harus
digambarkan dalam sistem karena terlibat langsung dalam pekerjaan beton.
34
Disebabkan karakteristik sistem yang seperti ini maka dalam
mengembangkan model sistem informasi, perangkat pemodelan yang dipakai
harus sesuai dengan karakteristik dan tujuan perancangan sistem. Oleh karena itu
dalam tugas akhir ini perangkat pemodelan yang dipakai adalah pemodelan
prosGs/dalaflow diagaram (DFD).
DFD memberikan gambaran grafis tentang bagaimana data mengalir
melalui suatu proses yang saling berkaitan. DFD lebih menekankan aliran data
dan jenis data baik input data maupun output data, hal ini sangat sesuai bila
diterapkan pada sistem yang terdiri dari banyak proses yang saling berkaitan.
(McLeod 1998:316)
2,3.8.1 Data Flow Diagram (DFD)
DFD merupakan representasi grafik dari aliran data dalam sistem (Martin
1995:165). DFD juga menggambarkan bagaimana elemen-elemen sistem, proses,
dan data berhubungan satu dengan yang lain (McLeod 1998:243). DFD mungkin
cara paling alamiah untuk mendokumentasikan proses. Beberapa simbol dan
aturan untuk menjaga tiap DFD sesederhana mungkin membuat DFD menjadi
sarana komunikasi yang efektif. (McLeod 1998:322).
DFD dapat berupa physical DFD dan logical DFD. Physical DFD yaitu
DFD yang menggunakan atribut fisik seperti lokasi proses, orang yang melakukan
proses, dan alat yang dipakai. Sedangkan logical DFD menggambarkan datanya
saja, tidak tergantung pada alat, orang, atau atribut fisik lain (Martin 1995:173).
Dalam DFD terdapat hirarki, sebagai berikut:
• Context Diagram
Merupakan DFD level teratas, DFD level ini mendeskripsikan sistem dalam
konteks dengan lingkungannya. Context diagram hanya berisi tentang proses
tunggal. Lingkaran merepresentasikan sistem, bujursangkar
merepresentasikan elemen lingkungan sistem, dan panah merepresentasikan
alur data yang menghubungkan sistem dengan lingkungannya (McLeod
1998:244).
35
• DFD level
Merupakan tingkat tertinggi kedua dari DFD. DFD tingkat ini menunjukkan
proses-proses utama. DFD level 0 ini mencakup semua elemen lingkungan
dari conlexl diagram. DFD level 0 ini memakai simbol yang tidak ada dalam
context diagram yaitu persegi empat terbuka yang merepresentasikan data
slore (penyimpanan data), dimana data disimpan (McLeod 1998:244-245).
• DFD levelled
Merupakan tingkatan DFD yang lebih rendah. DFD tingkat ini terdiri dari
DFD level 1, DFD level 2 , DFD level 3, dan seterusnya. DFD level 1
menjabarkan proses dari DFD level 0, sedangkan DFD level 2 menjabarkan
proses DFD level 1, dan seterusnya (McLeod 1998:245-246).
Dalam penelitian ini simbol-simbol DFD yang digunakan adalah sebagai
berikut:
• Simbol proses
Proses merupakan transformasi data. Simbol proses biasanya diberi nama
kata kerja dan kata benda, akan tetapi untuk DFD level atas biasanya diberi
nama sistemnya (McLeod 1998:248).
Gambar 2.6. Simbol Proses
(Sumber: Mcleod 1998:248)
• Simbol entiti eksternal
Sistem berhubungan dengan elemen lingkungan seperti orang, organisasi,
lokasi, atau sistem lain. Elemen lingkungan sistem ini disebut terminator,
sering juga disebut sebagai entiti eksternal. Setiap entiti eksternal
36
digambarkan dengan persegi panjang yang diberi nama dengan kata benda
entiti (McLeod 1998:248).
Gambar 2.7. Entiti Eksternal
(Sumber: McLeod 1998:248)
Simbol aliran data
Data bergerak dari entiti eksternal ke proses, dari satu proses ke proses yang
lain, dari penyimpanan data ke proses, dan sebagainya. Aliran data ini
digambarkan dengan panah yang biasanya diberi nama khusus (McLeod
1998:248)
Gambar 2.8. Simbol Aliran Data
(Sumber. McLeod 1998:248)
Simbol Penyimpanan Data
Penyimpanan data merepresentasikan data yang disimpan pada lokasi yang
tetap, digambarkan dengan persegi panjang terbuka (McLeod 1998:249).
Gambar 2.9. Simbol Penyimpanan Data
(Sumber: McLeod 1998:249)
37
Simbol Penghubung
Untuk menghubungkan satu DFD dengan DFD lain (McLeod 1998:250).
Gambar 2.10. Simbol Penghubung
(sumber: McLeod 1998:250)
2.3.8.2 Bagan Hirarki
Merupakan alat bantu grafis yang mengidentifikasi semua proses-proses
dalam suatu sistem dan juga mengelompokkannya dalam tingkat-tingkat hirarki.
Gambar 2.11 Bagan Hirarki
(Sumber: Rusli 2001:59)