2.1 kajian teori - institutional...

33
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Perubahan yang terjadi pada diri individu dari yang tidak mampu menjadi mampu dan membutuhkan proses pada jangka waktu tertentu merupakan suatu hasil belajar. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh pengalaman seseorang walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa proses belajar seseorang bisa disengaja maupun tidak disengaja. Seorang guru harus belajar mengadakan pembaruan pembelajaran dengan memasukkan pengalaman-pengalaman belajar yang menarik. Pembelajaran yang menarik adalah pembelajaran yang benar-benar membelajarkan siswa, semakin siswa terlibat aktif dalam pembelajaran akan semakin berkualitas hasil belajar siswa. Jadi siswa tidak sekedar datang, duduk, catat, dan pulang tanpa ada pengalaman belajar. Sehingga siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar atau aktivitas belajar (Anni 2005). Namun, faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar selain aktivitas siswa yaitu faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang, salah satunya adalah intelegensi dimana intelengensi merupakan suatu norma umum dalam menentukan keberhasilan belajar. Semakin tinggi intelegensi yang dimiliki semakin besar keberhasilannya dan sebaliknya (Dimyati 2009). Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu apabila siswa mempelajari suatu konsep atau suatu materi, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan materi. Untuk mengetahui seseorang telah berhasil atau tidak dalam belajar maka harus dilakukan kegiatan evaluasi (Rifai dan Anni 2009). Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sebagaimana yang dikemukan Hamalik (1995: 48) hasil

Upload: vuongtuyen

Post on 05-Mar-2018

220 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hasil Belajar

Perubahan yang terjadi pada diri individu dari yang tidak mampu menjadi

mampu dan membutuhkan proses pada jangka waktu tertentu merupakan suatu

hasil belajar. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh pengalaman seseorang walaupun

tidak menutup kemungkinan bahwa proses belajar seseorang bisa disengaja

maupun tidak disengaja.

Seorang guru harus belajar mengadakan pembaruan pembelajaran dengan

memasukkan pengalaman-pengalaman belajar yang menarik. Pembelajaran yang

menarik adalah pembelajaran yang benar-benar membelajarkan siswa, semakin

siswa terlibat aktif dalam pembelajaran akan semakin berkualitas hasil belajar

siswa. Jadi siswa tidak sekedar datang, duduk, catat, dan pulang tanpa ada

pengalaman belajar. Sehingga siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya.

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah

mengalami kegiatan belajar atau aktivitas belajar (Anni 2005). Namun, faktor lain

yang mempengaruhi hasil belajar selain aktivitas siswa yaitu faktor internal yang

mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang, salah satunya adalah intelegensi

dimana intelengensi merupakan suatu norma umum dalam menentukan

keberhasilan belajar. Semakin tinggi intelegensi yang dimiliki semakin besar

keberhasilannya dan sebaliknya (Dimyati 2009). Perolehan aspek-aspek

perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh

karena itu apabila siswa mempelajari suatu konsep atau suatu materi, maka

perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan materi. Untuk

mengetahui seseorang telah berhasil atau tidak dalam belajar maka harus

dilakukan kegiatan evaluasi (Rifai dan Anni 2009).

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah

proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik

pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih

baik dari sebelumnya. Sebagaimana yang dikemukan Hamalik (1995: 48) hasil

Page 2: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

10

belajar adalah “Perubahan tingkah laku subjek yang meliputi kemampuan

kognitif, afektif dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat

pengalamannyaberulang-ulang”. Pendapat tersebut didukung oleh Sudjana (2005:

3) hasil belajar adalah “perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif,

afektif dan psikomotor yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman

belajarnya”.

Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah sesuatu yang dapat diperoleh siswa dari proses pembelajaran dimana dapat

dilihat dari nilai hasil dari tes saat pembelajaran dan perubahan perilaku siswa.

Dalam penelitian ini dinyatakan bahwa hasil belajar siswa diperoleh dari hasil tes

tertulis dan penilaian proses saat penelitian. Hasil belajar dapat diukur dengan

ketuntasan siswa mencapai tujuan pembelajaran dengan indikator yang telah

ditentukan.

2.1.1.1 Hasil Belajar Kognitif

Ranah kognitif merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan

kemampuan intelektual. Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas

otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan

kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami,

mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Menurut

Sudjana (1995) dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses

berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi,

enam aspektersebut antara lain:

1) Pengetahuan (Knowledge), mencakup ingatan akal hal-hal yang

dipelajari dan disimpan dalam ingatan.

2) Pemahaman (Comprehension), mengacu pada kemampuan

memahami makna materi.

3) Penerapan (Application), mengacu pada kemampuan menggunakan

atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang

baru dan menyangkut penggunaan atau dan prinsip.

4) Analisis (Analysis), mengacu pada kemampuan menguraikan

materi ke dalam hubungan diantara bagian yang satu dengan

lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti.

Page 3: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

11

5) Sintesis (Synthesis), mengacu pada kemampuan memadukan

konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola

struktur atau bentuk baru.

6) Evaluasi (Evaluation), mengacu pada kemampuan memberikan

pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu.

Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat

rendah, sedangkan aspek aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi termasuk

kognitif tingkat tinggi. Diantara ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris,

maka ranah kognitif paling banyak digunakan oleh guru dalam

pembelajaran di sekolah. Hal ini, karena ranah kognitif berkaitan dengan

kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Hasil belajar

aspek pengetahuan termasuk tingkat kognitif yang paling rendah, meliputi

pengetahuan faktual dan pengetahuan hafalan atau untuk diingat.

Hasil belajar kognitif siswa dapat diukur melalui instrumen dalam

bentuk tes. Tes yang peneliti gunakan yaitu tes objektif dalam bentuk tes

pilihan ganda (multiple choice test). Menurut Suharsimi Arikunto (2007:

168), Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan

tentang suatu pengertian yang belum lengkap, dan untuk melengkapinya

harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah

disediakan. Multiple choice test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan

bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (options). Kemungkinan

jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban

dan beberapa pengecoh (distractor). Tes bentuk pilihan ganda (PG) ini

merupakan bentuk tes objektif yang paling banyak digunakan karena

banyak sekali materi yang dapat dicakup.Hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam tes pilihan ganda yaitu:

a) Instruksi pengerjaannya harus jelas, dan bila dipandang perlu baik

disertai contoh mengerjakannya.

b) Dalam multiple choice test hanya ada “satu” jawaban yang benar. Jadi

tidak mengenal tingkatan-tingkatan benar, misalnya benar nomor satu,

benar nomor dua, dan sebagainya.

Page 4: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

12

c) Kalimat pokoknya hendaknya mencakup dan sesuai dengan rangkaian

manapun yang dapat dipilih.

d) Kalimat pada tiap butir soal hendaknya sesingkat mungkin.

e) Usahakan menghindarkan penggunaan bentuk negatif dalam kalimat

pokoknya.

f) Kalimat pokok dalam setiap butir soal, hendaknya tidak tergantung

pada butir-butir soal lain.

g) Gunakan kata-kata: “manakah jawaban yang paling baik”, “pilihlah satu

yang pasti lebih baik dari yang lain”, bilamana terdapat lebih dari satu

jawaban yang benar.

h) Jangan membuang bagian pertama dari suatu kalimat.

i) Dilihat dari segi bahasanya, butir-butir soal jangan terlalu sukar.

j) Tiap butir soal hendaknya hanya mengandung satu ide. Meskipun ide

tersebut dapat kompleks.

k) Bila dapat disusun urutan logis antar pilihan-pilihan, urutkanlan

(misalnya: urutan tahun, urutan alfabet, dan sebagainya).

l) Susunlah agar jawaban manapun mempunyai kesesuaian tata bahasa

dengan kalimat pokoknya.

m) Alternatif yang disajikan hendaknya agar seragam dalam panjangnya,

sifat uraianya maupun taraf teknis.

n) Alternatif-alternatif yang disajikan hendaknya agak bersifat homogen

mengenai isinya dan bentuknya.

o) Buatlah jumlah alternatif pilihan ganda sebanyak empat. Bilamana

terdapat kesukaran, buatlah pilihan-pilihan tambahan untuk mencapai

jumlah empat tersebut. Pilihan-pilihan tambahan hendaknya jangan

terlalu gampang diterka karena bentuknya atau isi.

p) Hindarkan pengulangan suara atau pengulangan kata pada kalimat

pokok di alternatif-alternatifnya, karena anak akan cenderung memilih

alternatif yang mengandung pengulangan tersebut. Hal ini disebabkan

karena dapat diduga itulah jawaban yang benar.

q) Hindarkan menggunakan susunan kalimat dalam buku pelajara. Karena

yang terungkap mungkin bukan pengertiannya melainkan hafalannya.

Page 5: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

13

r) Alternatif-alternatif hendaknya jangan tumpah-suh, jangan inklusif, dan

jangan sinonim.

s) Jangan gunakan kata-kata indikator seperti selalu, kadang-kadang, pada

umumnya.

Menulis soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan keterampilan

dan ketelitian. Hal yang paling sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk

pilihan ganda adalah menuliskan pengecohnya. Pengecoh yang baik adalah

pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaan, serta

panjang-pendeknya relatif sama dengan kunci jawaban. Oleh karena itu,

untuk memudahkan dalam penulisan soal bentuk pilihan ganda, maka

dalam penulisannya perlu mengikuti langkah-langkah berikut, langkah

pertama adalah menuliskan pokok soalnya, langkah kedua menuliskan

kunci jawabannya, langkah ketiga menuliskan pengecohnya.Soal bentuk

pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan jawabannya.

Peserta didik yang mengerjakan soal hanya memilih satu jawaban yang

benar dari pilihan jawaban yang disediakan. Soalnya mencakup: (1) dasar

pertanyaan/stimulus (bila ada), (2) pokok soal (stem), (3) pilihan jawaban

yang terdiri atas: kunci jawaban dan pengecoh. Kaidah penulisan soal

pilihan ganda adalah seperti berikut ini:

1) Materi

a. Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus

menanyakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai

dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi.

b. Pengecoh harus berfungsi.

c. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya,

satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban.

2) Konstruksi

a. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya,

kemampuan/ materi yang hendak diukur/ditanyakan harus jelas,

tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda dari

yang dimaksudkan penulis. Setiap butir soal hanya mengandung satu

persoalan/gagasan

Page 6: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

14

b. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan

pernyataan yang diperlukan saja. Artinya apabila terdapat rumusan

atau pernyataan yang sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan

atau pernyataan itu dihilangkan saja.

c. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.

Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat kata, kelompok

kata, atau ungkapan yang dapat memberikan petunjuk ke arah

jawaban yang benar.

d. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif

ganda. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata

atau lebih yang mengandung arti negatif. Hal ini untuk mencegah

terjadinya kesalahan penafsiran peserta didik terhadap arti

pernyataan yang dimaksud. Untuk keterampilan bahasa, penggunaan

negatif ganda diperbolehkan bila aspek yang akan diukur justru

pengertian tentang negatif ganda itu sendiri.

e. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.

Artinya, semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama

seperti yang ditanyakan oleh pokok soal, penulisannya harus setara,

dan semua pilihan jawaban harus berfungsi.

f. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini

diperlukan karena adanya kecenderungan peserta didik memilih

jawaban yang paling panjang karena seringkali jawaban yang lebih

panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.

g. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan

jawaban di atas salah” atau “Semua pilihan jawaban di atas benar”.

Artinya dengan adanya pilihan jawaban seperti ini, maka secara

materi pilihan jawaban berkurang satu karena pernyataan itu bukan

merupakan materi yang ditanyakan dan pernyataan itu menjadi tidak

homogen.

h. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun

berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis.

Artinya pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun dari

Page 7: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

15

nilai angka paling kecil berurutan sampai nilai angka yang paling

besar, dan sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban yang

menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis. Penyusunan

secara unit dimaksudkan untuk memudahkan peserta didik melihat

pilihan jawaban.

i. Gambar, grafik, tabel, Gambar, wacana, dan sejenisnya yang

terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja yang

menyertai suatu soal yang ditanyakan harus jelas, terbaca, dapat

dimengerti oleh peserta didik. Apabila soal bisa dijawab tanpa

melihat gambar, grafik, tabel atau sejenisnya yang terdapat pada

soal, berarti gambar, grafik, atau tabel itu tidak berfungsi.

j. Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang

bermakna tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.

k. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan peserta didik

yang tidak dapat menjawab benar soal pertama tidak akan dapat

menjawab benar soal berikutnya.

3) Bahasa/budaya

a. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah

bahasa Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal di

antaranya meliputi: a) pemakaian kalimat: (1) unsur subyek, (2)

unsur predikat, (3) anak kalimat; b) pemakaian kata: (1) pilihan

kata, (2) penulisan kata, dan c) pemakaian ejaan: (1) penulisan

huruf, (2) penggunaan tanda baca.

b. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga

pernyataannya mudah dimengerti warga belajar/peserta didik.

c. Pilihan jawaban jangan yang mengulang kata/frase yang bukan

merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada

pokok soal.

Berdasarkan uraian kaidah penulisan soal pilihan ganda diatas,

maka peneliti akan mengunakannya sebagai acuan dalam penyusunan

untuk lembar uji validasi pakar/ahli. Aspek-aspek yang akan peneliti

Page 8: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

16

gunakan kedalam lembar uji validasi pakar/ahli terdapat dalam tabel

berikut:

Tabel 2.1. Kisi-kisi Lembar Uji Validasi Pakar/Ahli

No. Aspek Kaidah Penulisan Soal Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)

1. Materi

a. Soal sesuai dengan indikator.

b. Pengecoh jawaban berfungsi.

c. Setiap soal mempunyai satu jawaban yang benar.

2. Konstruksi

a. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.

b. Pokok soal dirumuskan secara jelas dan tegas.

c. Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.

d. Pilihan jawaban homogen dan logis ditinjau dari segi materi.

e. Pokok soal tidak mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.

3. Bahasa/budaya

a. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah

bahasa Indonesia.

b. Bahasa yang digunakan pada setiap soal komunikatif

c. Pilihan jawaban tidak mengulang kata/frase yang bukan merupakan

satu kesatuan pengertian.

2.1.1.2 Hasil Belajar Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah

afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai”.

Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai

tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran, kedisiplinannya

dalam mengikuti mata pelajaran disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu

lebih banyak mengenai pelajaran yang di terimanya, penghargaan atau rasa

hormatnya terhadap guru dan sebagainya. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi

ke dalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving (2) responding (3) valueing (4)

organization (5) characterization by evalue or calue complex (Sudjana, 2006: 23).

1) Kemampuan menerima (Receiving), mengacu pada kesukarelaan dan

kemampuan memperhatikan respon terhadap stimulasi yang tepat.

2) Sambutan (Responding), merupakan sikap siswa dalam memberikan

respon aktif terhadap stimulus yang datang dari luar, mencakup

kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan perpartisipasi dalam

suatu kegiatan.

3) Penghargaan (Valueing), mengacu pada penilaian atau pentingnya kita

mengkaitkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-

Page 9: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

17

reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak memperhitungkan.

Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi sikap yang

apresiasi.

4) Pengorganisasian (Organizing), mengacu pada penyatuan nilai

sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.

5) Karakteristik nilai (Characerization by value), mencakup kemampuan

untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga

menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan

jelas dalam mengatur kehidupannya.

Ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap,

minat, konsep diri, nilai, dan moral.

1. Sikap

Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara

suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk

melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif,

kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal.

Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan

yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu.

Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui

sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran,

pendidik, dan sebagainya.

Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu

predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif

terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap peserta didik

terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata

pelajaran. Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan (Popham,

1999). Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, misalnya bahasa

Inggris, harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti

pembelajaran bahasa Inggris dibanding sebelum mengikuti

pembelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator

keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk

Page 10: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

18

pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta didik

terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.

2. Minat

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau

keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.

Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat

termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.

Penilaian minat dapat digunakan untuk:

a. mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan

dalam pembelajaran,

b. mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,

c. pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik,

d. menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas,

e. mengelompokkan peserta didik yang memiliki minat sama,

3. Konsep Diri

Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan

individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target,

arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif

yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi

seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan

intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu

mulai dari rendah sampai tinggi.

Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta

didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri,

dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu

informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi

belajar peserta didik dengan tepat.

Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri.

Kelebihan dari penilaian diri adalah sebagai berikut:

a) Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta

didik.

Page 11: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

19

b) Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah

dicapai.

c) Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.

d) Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta

didik.

e) Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses

pembelajaran.

f) Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan

mengetahui standar input peserta didik.

g) Peserta didik dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti

pembelajaran.

h) Peserta didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya.

i) Melatih kejujuran dan kemandirian peserta didik.

j) Peserta didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki.

k) Peserta didik memahami kemampuan dirinya.

l) Pendidik memperoleh masukan objektif tentang daya serap peserta

didik.

m) Mempermudah pendidik untuk melaksanakan remedial, hasilnya

dapat untuk instropeksi pembelajaran yang dilakukan.

n) Peserta didik belajar terbuka dengan orang lain.

o) Peserta didik mampu menilai dirinya.

p) Peserta didik dapat mencari materi sendiri.

q) Peserta didik dapat berkomunikasi dengan temannya.

4. Nilai

Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan

tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan

yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu

pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau

situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.

Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7),

yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh

individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya

Page 12: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

20

dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan

ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan

kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta

didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan

signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal

dan memberi konstribusi positif terhadap masyarakat.

5. Moral

Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang perkembangan

moral anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara

judgement moral dan tindakan moral. Ia hanya mempelajari prinsip

moral seseorang melalui penafsiran respon verbal terhadap dilema

hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana sesungguhnya

seseorang bertindak.

Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap

kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang

dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi

orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral

juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu

keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral

berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.

Ranah afektif lain yang penting adalah:

a. Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran

dalam berinteraksi dengan orang lain.

b. Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai,

misalnya moral dan artistik.

c. Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang

mendapat perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan.

d. Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang

demokratis memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara

maksimal kepada semua orang.

Page 13: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

21

Perubahan afektif merupakan suatu perubahan yang menyangkut

tujuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, perasaan, dan minat pada

diri siswa. Hasil belajar yang diharapakan dari perubahan afektif ini adalah

sikap yang berhubungan dengan menerima, menanggapi, menilai,

mengelola dan menghayati yang dapat mempengaruhi pikiran dan tindakan

siswa.

Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif,

untuk ranah afektif diperlukan alat ukur yang disebut dengan instrumen.

Ranah afektif yang diukur diantaranya sikap, minat, motivasi, dan bakat

yang diukur menggunakan instrumen dengan format penilaian dalam

bentuk kuesioner atau observasi. Instrumen bentuk kuesioner digunakan

bila akan menggali ranah afektif dari siswa, caranya kuesioner diberikan

kepada siswa dan siswa langsung mengisi pernyataan yang terdapat pada

kuesioner. Sedangkan instrumen berupa observasi dilakukan jika guru mau

mengamati langsung karakteristik afektif siswa.

Penilaian ranah afektif baik untuk mengukur sikap, minat,

motivasi, dan bakat diperlukan skala yang berbeda bergantung pada tujuan

yang ingin dicapai. Secara garis besar skala instrumen yang sering

digunakan yaitu skala Likert, skala Thurstone, skala semantik

berdiferensiasi. Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan skala

Likert, yaitu untuk menilai ranah afektif khusus sikap dan keaktifan siswa.

Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang

terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap. Sikap berangkat

dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan

bertindak seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai

ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh

seseorang. Sikap dapat dibentuk untuk terjadinya perilaku atau tindakan

yang diinginkan. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: komponen

afeksi, komponen kognisi, dan komponen konasi. Komponen afeksi adalah

perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu

objek. Komponen kognisi adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang

mengenai objek. Adapun komponen konasi adalah kecenderungan untuk

Page 14: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

22

berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan

kehadiran objek sikap.Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah

skala Likert. (http://srisuryantini.guru-indonesia.net/artikel_detail-

9316.html.

2.1.1 3 Faktor-Faktor Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2003:47) Faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu faktor internal

dan faktor eksternal.

a. Faktor internal

1) Faktor biologis (jasmaniah)

Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi

fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan

sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus

meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua,

kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat

mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan

fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan

dan minum yang teratur, olahraga serta cukup tidur.

2) Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar

ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental

seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan

belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor

psikologis ini meliputi hal-hal berikut. Pertama, intelegensi.

Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang

berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Kedua,

kemauan. Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu

keberhasilan belajar seseorang. Ketiga, bakat. Bakat ini bukan

menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang,

melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan

seseorang dalam suatu bidang.

Page 15: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

23

b. Faktor Eksternal

1) Faktor lingkungan keluarga

Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan

lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan

keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang

cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan

proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan

mempengaruhi keberhasilan belajarnya.

2) Faktor lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan

keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi

keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan

siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang

ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.

3) Faktor lingkungan masyarakat

Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan

masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakt

merupkan faktor ekstern yang juga berpengruh terhadap belajar

siswa karena keberadannya dalam masyarakat. Lingkungan yang

dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-

lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing,

bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain.

2.1.2 Aktivitas Belajar

Aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah serangkaian

kegiatan yang dilakukan siswa secara sadar untuk memperoleh

perubahan pengetahuan yang dimiliki. Kegiatan–kegiatan yang

dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti

bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas–tugas, dapat

menjawab pertanyaan guru dan bekerjasama dengan siswa lain, serta

tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan (Sriyono 2011).

Page 16: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

24

Aktivitas juga dapat diartikan sebagai proses interaksi yang

dilakukan antara guru dan siswa. Kegiatan ini berlangsung dalam

setiap proses pembelajaran sehingga dapat tercapai tujuan

pembelajaran. Aktivitas yang dimaksud disini penekanannya adalah

pada siswa sebab dengan adanya aktivitas maka dapat tercipta situasi

belajar aktif. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan

pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan

mengarah pada peningkatan prestasi.

“Aktivitas belajar adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun

mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang

tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2001: 98)”.

Keaktifan belajar terdiri dari kata kreativitas dan kata belajar. “

Keaktifan memiliki kata dasar aktif yang berarti giat dalam belajar

atau berusaha” (Ratmi, 2004). Keaktifan belajar suatu atau kerja

yang dilakukan dengan giat dalam belajar.

Belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas,

baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah siswa

giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain

ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan,

melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktivitas psikis

(kejiwaan) adalah, jika daya jiwanya bekerja sebanyak-

banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran.

Saat siswa aktif jasmaninya dengan sendirinya ia juga aktif

jiwanya, begitu juga sebaliknya (Rohani, 2004:6-7).

“Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah

untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif

membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang

mereka hadapi dalam kegiatan pembelajaran (Hermawan, 2007 :

83)”.

Menurut Nana Sudjana (2000:72) dikemukakan bahwa

keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat

dilihat dari:

a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.

b. Terlibat dalam pemecahan masalah.

Page 17: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

25

c. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak

memahami persoalan yang dihadapinya.

d. Berusaha mencaru berbagai informasi yang diperlukan untuk

memecahkan masalah.

e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk

gurunya dan hasil-hasil yang diperolehnya.

f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.

g. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang

sejenis.

h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah

diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang

dihadapinya.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2001: 24-25), aktif

adalah giat (bekerja, berusaha), sedangkan keaktifan adalah

suatu keadaan atau hal dimana siswa dapat aktif. Pada

penelitian ini keaktifan yang dimaksud adalah keaktifan belajar

siswa.Belajar adalah proses perubahan tingkah laku ke arah

yang lebih baik dan relatif tetap, serta ditunjukkan dalam

berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman,

sikap, dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan,

serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individuyang

belajar. Jadi keaktifan belajar siswa adalah suatu keadaan di

mana siswa aktif dalam belajar.

Keaktifan belajar siswa dapat kita lihat dari keterlibatan siswa

dalam proses belajar mengajar yang beraneka ragam seperti pada

saat siswa mendengarkan ceramah, mendiskusikan, membuat suatu

alat, membuat laporan pelaksanaan tugas dan sebagainya. Paul B.

Diedrich dalam Oemar Hamalik (2005:172) membagi kegiatan

belajar siswa dalam 8 kelompok, yaitu:

1. Visual activeties

(kegiatan-kegiatan visual) seperti membaca,

mengamatieksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati

orang lain bekerja atau bermain.

2. Oral Activities

Page 18: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

26

(kegiatan-kegiatan lisan) seperti mengemukakan suatu

fakta,menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan,

memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi,

dan interupsi.

3. Listening Activities

(kegiatan-kegiatan mendengarkan) seperti mendengarkan

uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, dan sebagainya.

4. Writing Activities

(kegiatan-kegiatan menulis) seperti menulis cerita karangan,

laporan, tes, angket, menyalin, dan sebagaianya.

5. Drawing activities

(kegiatan-kegiatanmenggambar)seperti menggambar,membuat

grafik, peta, diagaram, pola, dan sebagainya.

6. Motor Activities

(kegiatan-kegiatan motorik) seperti melakukan

percobaan,membuat konstruksi, model, bermain, berkebun,

memelihara binatang, dan sebagainya.

7. Mental activities

(kegiatan-kegiatan mental) seperti merenungkan, mengingat,

memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan,

mengambil keputusan, dan sebagainya.

8. Emotional activities

(kegiatan-kegiatan emosional) seperti menaruh minat,merasa

bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya.

Klasifikasi aktivitas belajar dari Diedrich di atas

menunjukkan bahwa aktivitas dalam pembelajaran cukup kompleks

dan bervariasi. Aktivitas disini tidak hanya terbatas pada aktivitas

jasmani saja yang dapat secara langsung diamati, tetapi juga

meliputi aktivitas rohani. Keadaan dimana siswa melaksanakan

aktivitas belajar inilah yang disebut keaktifan belajar. Menurut

Moh Uzer Usman (2002: 21), mengajar adalah membimbing

kegiatan siswa sehingga ia mau belajar. Untuk itu keaktifan siswa

Page 19: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

27

sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini

disebabkan karena siswa sebagai subjek didik itu sendiri yang

melaksanakan belajar, sehingga siswalahyang seharusnya lebih

banyak aktif, bukan gurunya.

http://www.scribd.com/doc/51704402/4/C-Keaktifan-Siswa

Setelah mencermati pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa keaktifan belajar adalah keterlibatan jasmani maupun rohani

dalam mengikuti pelajaran yaitu kesanggupan berbuat dan berpikir

untuk mengkonstruksi pengetahuan yang ditandai dengan usaha

mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan

masalah.

Berdasarkan uraian diatas, Paul B. Diedrich dalam Oemar

Hamalik (2005:172) membagi kegiatan belajar siswa dalam 8

kelompok maka peneliti membuat kisi-kisi instrumen

angket/kuesioner dengan menggunakan acuan tersebut. Aspek yang

akan diteliti beserta indikator yang tertuang dalam kisi-kisi angket

keaktifan tersebut dapat dilihat pada table 2.2. berikut:

Tabel 2.2. Aspek dan Indikator Kisi-Kisi Angket Keaktifan

No. Aspek yang diteliti Indikator

1. Kerjasama a. Berdiskusi dengan teman

b. Kompak dalam pelaksanaan

kegiatan

2. Keseriusan dalam Belajar a. Bertanya dan menjawab

pertanyaan

b. Membaca dan mencatat

c. Memberi pendapat

d. Mencari literatur

e. Mengerjakan tugas

3.

Tanggung Jawab a. Menjaga ketertiban kelas

b. Menjaga buku sumber ataupun

media yang digunakan

4. Perasaan a. Suka

b. Gembira

5. Pengamatan a. Melihat

b. Mendengar

Page 20: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

28

2.1.3 Pembelajaran

2.1.3.1 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang

untukmendukung proses belajar bagi peserta didik dengan

mempertimbangkan kejadian-kejadian eksternal yang berperan terhadap

serangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam diri

peserta didik.

Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas

pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan

pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah,

mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar

dilakukan oleh peserta didik atau murid.

Konsep pembelajaran menurut Corey (1986:195) adalah “suatu

proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk

memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-

kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu,

pembelajaran merupakan subjek khusus dari pendidikan”.

“Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses

pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,

serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata

lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat

belajar dengan baik (Wikipedia.com)”.

“Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu

proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang,

disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya

proses belajar siswa yang bersifat internal”.Gagne dan Briggs (1979:3)

Jadi, pembelajaran ialah proses belajar mengajar yang dilakukan

oleh guru terhadap peserta didik, sehingga tujuan dari pembelajaran dapat

tercapai. Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha

sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan

Page 21: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

29

tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan

didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative

lama dan karena adanya usaha.

2.1.3.2 Kegiatan Guru dalam Pembelajaran

Menurut M Sobry Sutikno,(2009:32) “dalam proses pembelajaran

kedudukan guru sebagai manager of learning (pengelola belajar) yang

senantiasa siap membimbinng dan membantu siswa dalam menuju

kedewasaan secara utuh dan menyeluruh. Dalam mengelola pembelajaran

pendidik lebih dituntut untuk berfungsi dalam melaksanakan 4 macam

kegiatan”, yaitu:

a. Merencanakan

Keberhasilan dalam pembelajaran sangat tergantung pada kemampuan

pendidik dalam menentukan tujuan belajar siswa, cara siswa untuk

mencapai tujuan, dan sarana yang digunakan.

b. Mengatur

Dalam tahap ini mencakup kegiatan merencanakan dan mengatur

bentuk dan macam kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

c. Mengarahkan

Dengan memberi motivasi, mengarahkan dan member inspirasi

kepada siswa untuk belajar.

d. Mengevaluasi

Merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui apakah hasil dari

perencanaan, pengaturan, dan pengarahan dapat berjalan dengan baik

atau masih memerlukan perbaikan.

2.1.3.3 Strategi Pembelajaran Cooperative Learning

“Pembelajaran Cooperative Learning adalah suatu strategi

pembelajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam

bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang

teratur dalam kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih (Surtikanti

dkk., 2007: 54)”.

Cooperatif learning mencapaikeberhasilan dalam belajar tidak

diperoleh dari guru melainkan dari pihak yang lain yang terlibat dalam

Page 22: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

30

proses pembelajaran, yaitu teman sebaya. Karena dalam strategi

pembelajaran cooperatif learning melibatkan siswa lain untuk belajar

kelompok. Dengan belajar kelompok atau diskusi dengan teman sebaya

akan menghasilkan pemikiran yang baru dalam memecahkan suatu

masalah.

Strategi pembelajaran cooperatif learning mampu melibatkan siswa

secara aktif dalam mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang

dimiliki melalui kerjasama dengan siswa yang lain bertujuan untuk

memberi kesempatan siswa memperoleh dan memahami ilmu

pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung sehingga apa yang

dipelajari lebih bermakna bagi dirinya.

Agus Suprijono (2009: 84) memberikan contoh teknik dalam

pembelajaran cooperative Learning yang sangat berguna untuk guru,

yaitu: (1). Jigsaw, (2). think pair share, (3). Numbered heads together,

(4). Group investigation, (5). Two stay twitray, (6). Make a match, (7).

Inside outside circle, (8). Bamboo dancing, (9). Point counter point, (10).

The power of two, (11). Listening team.

Dari berbagai teknik atau metode pembelajaran kooperatif di atas

penelitian ini menggunakan metode Number Heads Togetheruntuk

meningkatkan hasil belajar kognitif dan afektif IPA pada siswa kelas V.

2.1.4 Numbered Heads Together (NHT)

2.1.4.1 Pengertian Numbered Heads Together (NHT)

“Numbered Heads Together(NHT) adalah suatu model pembelajaran yang

lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan

melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di

depan kelas (Nur, 2005:46)”.

Model Numbered Heads Together adalah bagian dari model pembelajaran

kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan

menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-

kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan

alternatif dari struktur kelas tradisional seperti mengacungkan tangan terlebih

Page 23: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

31

dahulu untuk ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah

dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para

siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan

peneliti.

Struktur Numbered Heads Together sering disebut berpikir secara

kelompok. Numbered Heads Together digunakan untuk melibatkan lebih banyak

siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pembelajaran dan

mengecek pemahaman mereka terhadp isis pembelajaran tersebut.

Numbered Heads Together sebagai model pmbelajaran kooperatif

merupakan sebuah variasi diskusi kelompok. Adapun ciri khas Numbered Heads

Together adalah guru hanya menunjuk salah seorang siswa mewakili

kelompoknya. Dalam menunjuk siswa tersebut, guru tanpa memberi tahu terlebih

dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut (Muhammad Nur, 2005).

Dengan cara tersebut akan menjamin keterlibatan total semua siswa dan

merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jwab individual

dalam diskusi kelompok. Selain itu model pembelajaran NHT memberi

kesempatan kepada siswa untuk membagi ide-idedan mempertimbangkan jawaban

yang paling tepat.Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan

berdampak positif terhadap motivasi belajar siswa. siswa akan berusaha

memahami konsep-konsep ataupun pemecahan permasalahan yang disajikan oleh

guru seperti diungkapkan oleh Ibrahim, dkk (2007) bahwa dengan belajar

kooperatif akan memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademik penting

lainya serta akan memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun

siswa kelompok atas yang bekerjasama menyelesaikan tugas-tugas akademisnya.

Metode Numbered Heads Together menurut Agus Suprijino (2009: 92),

adalah sebagai berikut:“Pembelajaran yang diawali dengan pembagian kelompok-

kelompok kecil, kemudian dari kelompok tersebut setiap orang mendapatkan

nomor menurut konsep yang dipelajari”. Sedangkan menurut Russ Frank (1993)

dalam Robert. E. Slavin (2009: 255), “Metode Numbered Heads Together adalah

teknik belajar mengajar yang diawali dengan pembagian kelompok dan pemberian

nomor untuk setiap siswa dari kelompok yang telah terbentuk”.

Page 24: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

32

Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode ini

memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling bekerjasama dan berfikir

secara aktif dalam mencari informasi mengenai materi, mengolah informasi,

membagikan ide-ide serta mempertimbangkan jawaban yang tepat dari lembar

kerja yang telah dibuat oleh guru, siswa dapat diperoleh dari berbagai sumber

buku pelajaran IPA yang akhirnya dipresentasikan siswa di depan kelas.

2.1.4.2 Langkah-langkah Numbered Heads Together (NHT)

Adapun tahapan dalam pembelajaran NHT antara lain yaitu penomoran,

mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab pertanyaan (Nur, 2005).

Tahap 1: Penomoran(Numbering)

Guru membagi siswa kedalam kelompok beranggotakan 3 - 4 orang dan

setiap anggota kelompok diberi nomor 1-4.

Tahap 2: Mengajukan pertanyaan(Questioning)

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa, pertanyaan dapat

bervairasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk tanya atau bentuk arahan.

Tahap 3: Berfikir bersama(Heads Together)

Pada tahap berfikir bersama siswa bekerjasama dengan anggota kelompok

untuk mencari informasi mengenai materi proses pembentukan tanah, mengolah

informasi yang telah di dapat dari berbagai sumber buku pelajaran IPA, kemudian

siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan yang telah di ajukan

oleh guru dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban

tersebut.

Tahap 4: Menjawab pertanyaan(Answering)

Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu kemudian siswa yang

nomornya disebut mngacungkan tanganya dan mencoba untuk menjawab

pertanyaan untuk seluruh kelas.

Adapun langkah-langkah pembelajaran Numbered Heads Together adalah:

a. Pendahuluan

Fase 1: Persiapan

a) Guru melakukan apersepsi

b) Guru menjelaskan tentang model pembelajaran NHT

c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

d) Guru memberikan motivasi kepada siswa

Page 25: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

33

b. Kegiatan inti

Fase 2: Pelaksanaan Pembelajaran dengan NHT

Tahap pertama: Penomoran(Numbering)

a) Guru membagi siswa dalam kelompok beranggotakan 4 orang dan kepada

setiap kelompok diberi nomor 1 – 4.

b) Siswa bergabung dengan anggotannya masing-masing.

Tahap kedua: Mengajukan Pertanyaan(Questioning)

a) Guru mengajukan pertnyaan berupa tugas untukmegerjakan di LKS

Tahap ketiga: Berfikir Bersama (Heads Together)

a) Siswa berfikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban

pertanyaan dalam LKS tersebut dan meyakinkan tiap anggota dalam

timnya mengetahui jawaban tersebut.

Tahap keempat: Menjawab Pertanyaan(Answering)

a) Guru memanggil nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai

mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan atau

mepresentasikan hasil kelompoknya untuk seluruh kelas. Kelompok lain

diberi kesempatan untuk berpendapat dan bertanya tehadap hasil diskusi

kelompok tersebut.

b) Guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing kelompok dan

memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhsail dengan baik.

c) Guru memberikan soal latihan sebagai pamantapan terhadap hasil dari

tugas yang diberikan oleh guru.

c. Penutup

Fase 3: Kegiatan Akhir

a) Siswa bersama gurumenyimpulkan materi yang telah diajarkan

b) Guru memberikan tugas rumah

c) Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah

diajarkan dan materi selanjutnya.

Jadi kepala bernomor terstruktur atau Numbered Heads Togetheryaitu

siswa menjadi beberapa kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari 4 siswa

dengan struktur siswa yang heterogen dan setiap siswa dalam kelompok mendapat

nomor kepala 1-4.

Page 26: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

34

2.1.5 Kelebihan Numbered Heads Together (NHT)

Kelebihan dari model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

antara lain:

a. Pembelajarannya menarik mendorong untuk dapat terjun ke

dalamnya.

b. Melatih kerjasama.

Dari hasil penelitian Lundgren (Ibrahim, 2000:18), pembelajaran dengan

model Numbered Heads Together memiliki sejumlah hal positif yang

meliputi:

a. Nilai-nilai kerjasama antar siswa lebih teruji

b. Kreativitas siswa termotivasi dan wawasan siswa menjadi

berkembang.

c. Memotivasi siswa yang berkemampuan lemah untuk memahami

materi dengan bekerja secara antusias dalam kelompoknya.

d. Meningkatkan kepercayaan diri

e. Meningkatkan hasil belajar.

2.1.6 Tinjauan Tentang Belajar IPA di SD

2.1.6.1 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

IPA atau sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun

secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-

gejala alam. Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya

kumpulan fakta saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya “metode ilmiah”

(scientific methods) yang terwujud melalui suatu rangkaian ”kerja ilmiah”

(working scientifically), nilai dan “sikap ilmiah” (scientific attitudes). Sejalan

dengan pengertian IPA tersebut, James B. Conant yang dikutip oleh Amien

(dalam Jatmiko, 2004) mendefinisikan IPA sebagai suatu rangkaian konsep yang

saling berkaitan dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai

suatu hasil eksperimen dan observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan

observasi lebih lanjut. Merujuk pada pengertian IPA di atas, maka hakikat IPA

meliputi empat unsur, yaitu: (1) produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;

(2) proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah

meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan

Page 27: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

35

atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi,

pengukuran, dan penarikan kesimpulan; (3)aplikasi: penerapan metode atau kerja

ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari; (4) sikap: rasa ingin tahu

tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang

menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar;

sains bersifat open ended.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Sains adalah suatu cara

atau metode untuk dapatkan pengetahuan dengan mengamati sesuatu yang ada di

dunia ini dan pengetahuan yang diperoleh tersebut dapat diuji kembali

kebenarannya melalui metode ilmiah. Pada hakekatnya IPA merupakan program

untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, sikap dan nilai-nilai

ilmiah pada siswa serta salah satu mata pelajaran yang menuntut keterlibatan

siswa secara aktif.

2.1.6.2 Pengajaran IPA di SD

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk Sekolah Dasar diberikan sejak kelas

I. Ruang lingkup dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas V SD adalah :

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan

interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

b. Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat, dan gas.

c. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya,

dan pesawat sederhana.

d. Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada Kelas V, Semester II

adalah sebagai berikut:

Page 28: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

36

Tabel 2.3.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V Semester II

Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar

Energi dan

Perubahannya

5. Memahami

hubungan

antara gaya,

gerak, dan

energi, serta

fungsinya

5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi

melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek,

pembentukan tanah)

5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat

pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat

6. Menerapkan

sifat-sifat

cahaya melalui

kegiatan

membuat suatu

karya/model

6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya

6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa

dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat

cahaya

Bumi dan Alam

Semesta

7. Memahami

perubahan

yang terjadi

dialam dan

hubungannya

dengan

penggunaan

sumber daya

alam

7.1.Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena

pelapukan

7.2.Mengidentifikasi jenis-jenis tanah

7.3.Mendeskripsikan struktur bumi

7.4.Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia

yang dapat mempengaruhinya

7.5.Mendeskripsikan perlunya penghematan air

7.6.Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia

dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan

7.7. Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat

mengubah permukaan bumi (pertanian, perkotaan, dsb).

2.1.6.3 Manfaat dan Tujuan Pengajaran IPA di SD

Dalam Permen no. 22 Tahun 2006 Mata Pelajaran IPA di SD bertujuan

agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 29: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

37

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan

melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Adapun manfaat mempelajari IPA dikemukakan oleh UNESCO yang

dikuti Asri Budiningsih (2002) sebagai berikut :

a. IPA menolong siswa untuk dapat berpikir secara logis terhadap kejadian-

kejadian sehari-hari dan memecahkan masalah sederhana yang dihadapinya

b. Aplikasi IPA dalam teknologi dapat menolong dan meningkatkankualitas hidup

manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

c. Dunia semakin berorientasi pada kehidupan dan teknologi melalui IPA siswa

memperoleh bekal yang sangat penting

d. Jika IPA diajarkan dengan baik akan menghasilkan pola pikir siswa yang baik

pula.

e. Melalui IPA secara positif membantu siswa untuk dapat mempelajari mata

pelajaran lain terutama bahasa dan matematika.

f. Karena sifat-sifat anak yang selalu tertarik dengan lingkungannya, melalui IPA

potensi anak akan dikembangkan.

Menurut Dede Awan ( 2009 ) “tujuan pengajaran IPA adalah untuk

memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan pengetahuan sehari-

hari, memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan gagasan

alam sekitar, mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda

serta kejadian dilingkungan sekitar, bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis,

mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama dan mandiri, mampu menerapakan

berbagai konsep IPA, mamapu menggunakan teknologi sederhana, mengenal dan

Page 30: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

38

memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan

keagungan Tuhan Yang Maha Esa”. Dari pernyataan tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa pengajaran IPA untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa

dan nilai positif melalui proses IPA dalam memecahkan masalah. Siswa akan

selalu tertarik dengan lingkungan dan siswa akan mengenal serta dapat

memanfaatkan teknologi sederhana dari aplikasi IPA.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu:

1. Penelitian Wijayanti Dwi Elvera (2011), mahasiswa Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, UKSW. Meneliti tentang Pengaruh Pengunaan Model

Pembelajaran Kooperatif Teknik Numbered Heads Together (NHT) Terhadap

Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran IPS Kelas V SDN Gladasari Tahun

Pelajaran 2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

hasil belajar IPS antara siswa yang diberi pengajaran menggunakan teknik

Numbered Heads Together (NHT) dengan siswa yang diberi pengajaran

konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan nilai sig, 0,000<0,05 H0 ditolak H1

diterima, ini berarti penggunaan teknik Numbered Heads Together (NHT) lebih

baik dalam meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga hasil belajar yang

dicapai lebih tinggi.

2. Penelitian Masruhab Mufid (2006), Mahasiswa program studi Matematika

membahas tentang Peningkatan hasil belajar matematika pada pokok bahasan

operasi hitung pada bentuk aljabar melalui pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together pada siswa kelas VII A MTs Islamiyah Sumpiuh –

Banyumas tahun pelajaran 2006/2007. Hasil penelitian pada siswa kelas VII A

SMP MTs Islamiyah Sumpiuh-Banyumas menunjukkan adanya peningkatan

motivasi dan prestasi Matematika dengan menerapkan Metode Numbered

Heads Together. Hal tersebut ditandai dengan ketercapaian indikator

keberhasilan penelitian tindakan kelas dan peningkatan rata-rata hasil belajar

dari siklus I 68,4%, siklus II sebesar 77,5%, dan siklus III 93,8%.

3. Penelitian Masrukah (2009), Mahasiswa program studi PGSD tentang

Implementasi metode Numbered Heads Together untuk meningkatkan hasil

belajar (Penelitian Tindakan Kelas Siswa VII C SMP N 3 Colomadu Tahun

Page 31: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

39

ajaran 2010). Dari hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa rata-rata hasil

belajar siswa pada siklus III lebih tinggi dari siklus I dan siklus II, baik dilihat

dari segi aspek kognitif (77,85> 69,625> 61,725) maupun aspek afektif

(17,875> 15,85> 15,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan

metode (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIIC

SMPN 3 Colomadu tahun ajaran.

4. Penelitian Dyah Ayu Fitriyana (2009), Mahasiswa Pendidikan Akuntansi

tentang Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Numbered

HeadsTogether (NHT) Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa

terhadap Materi Akuntansi Kelas XI-IS 1 di SMAN 1 Badegan Ponorogo.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan siklus I bahwa aktivitas siswa

menunjukkan taraf keberhasilan 75% dalam kategori cukup baik dan siklus II

97,5% dalam kategori sangat baik. Hasil tes akhir siswa siklus I mencapai

72,54 dan persentase jumlah siswa yang mencapai nilai lebih dari atau sama

dengan 70 adalah 69,23%. ini berarti bahwa kriteria keberhasilan yang

ditetapkan pada pelaksanaan siklus I belum tercapai secara maksimal. Hasil tes

akhir siswa siklus II mencapai 86,063 dan persentase jumlah siswa yang

mencapai nilai lebih dari atau sama dengan 70 adalah 90,625%. Ini berarti

bahwa kriteria keberhasilan yang ditetapkan pada pelaksanaan siklus II

tercapai. Respon siswa sangat positif yang diperoleh dari wawancara dan

angket respon siswa.

2.3 Kerangka Berpikir

Kondisi awal pada pembelajaran IPA pada kelas V yaitu pembelajaran

terkesan monoton, karena guru tidak menggunakan model pembelajaran yang

menarik. Hal ini berakibat pada aktivitas belajar siswa rendah. kurangnya

pemahaman siswa terhadap materi IPA dan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran IPA yang rendah. Padahal agar hasil belajar siswa meningkat guru

harus mampu membuat siswa senang pada pelajaran tersebut, menarik perhatian

dan antusias siswa pada saat pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran guru diharapkan mampu membuat siswa

menjadi tertarik dan antusias mengikuti pelajaran. Model pembelajaran adalah

salah satu cara yang digunakan guru untuk mengadakan hubungan dengan siswa

Page 32: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

40

pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk mencapai proses belajar

yang ideal, hendaknya digunakan model pembelajaran yang tepat. Model

pembelajaran NHT memberikan suasana baru dan cara baru yang menarik

khususnya pada mata pelajaran IPA . Model pembelajaran NHTmerupakan

pendekatan struktur informal dalam cooperative learning. Model pembelajaran

NHT merupakan struktur sederhana dan terdiri atas 4 tahap yaitu Penomoran

(Numbering), Mengajukan Pertanyaan (Questioning), Berpikir Bersama (Heads

Together), dan Menjawab (Answering) yang digunakan untuk mereview fakta-

fakta dan informasi dasar yang berfungsi untuk mengatur interaksi para siswa.

Dengan mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari dan pengalaman siswa

akan menmunculkan pembelajaran yang bermakana. Prinsipnya model ini

membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil, dan setiap siswa dalam

kelompok akan mendapatkan nomor, nomor inilah yang digunakan sebagai

patokan guru dalam menunjuk siswa untuk mengerjakan tugasnya. Selain itu

pembagian kelompok juga dimaksudkan agar setiap siswa dapat bertukar pikiran

dalam menyelesaikan semua permasalahan yang ditugaskan oleh guru secara

bersama-sama sehingga diharapkan setiap siswa akan aktif dalam kegiatan belajar

mengajar. Metode ini berupaya meningkatkan aktivitas siswa untuk aktif dalam

belajar secara kelompok, sehingga akan menimbulkan minat dan motivasi yang

tinggi dalam belajar baik secara individu maupun kelompok. Penerapan model

pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) diharapkan dapat meningkatkan

hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif siswa.Kerangka berfikir dapat dilihat

pada bagan gambar 2.1. berikut ini:

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir

Model Pembelajaran

Kooperatif

Heads Together

(Berfikir Bersama)

Answering

(Menjawab

Pertanyaan)

Numbering

(Penomoran)

Numbered Heads

Together (NHT)

Questioning

(Mengajukan

Pertanyaan)

Hasil Belajar

Kognitif dan Afektif

Page 33: 2.1 Kajian Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/846/12/T1_292008090_BAB II… · Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah,

41

2.4 Hipotesis Tindakan.

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Arikunto, 2002: 62). Berdasarkan kajian teori, maka hipotesis tindakan

penelitian ini adalah: Dengan menggunakan model pembelajaran Numbered

Head Together (NHT) pada mata pelajaran IPA materi Proses Pembentukan

Tanah siswa mampu memahami materi dengan baik dan diduga

meningkatkan hasil belajar kognitif dan afektif pada mata pelajaran IPA

siswa kelas V SD Negeri 03 Ngumbul Kecamatan Todanan Kabupaten Blora.

Penelitian ini akan berhasil bila semua siswa tuntas dengan KKM yang telah

ditetapkan yaitu 63. Sedangkan aktivitas belajar siswa (keaktifan siswa) dapat

diukur dari lembar observasi keaktifan siswa pada pembelajaran dan angket

keaktifan siswa.