20150305_analisis kenaikan harga beras

4
Analisis Kenaikan Harga Beras Capaian produksi padi sepanjang 2014 menurut data kementerian pertanian sebesar 70,61 juta ton atau turun sebesar 0,94% dibanding tahun 2013 (71,28 juta ton) dengan besaran impor beras 405 ribu ton. Sementara menurut data BPS sebesar 70,83 juta ton atau turun sebesar 450 ribu ton (0,63 persen) dibanding tahun 2013. Penurunan produksi padi paling besar terjadi di Pulau Jawa hingga 830 ribu ton, sedangkan di luar Jawa mengalami kenaikan 390 ribu ton. 1 Produksi padi menurun karena terjadinya pengurangan luas panen sebesar 41,61 ribu hektar (ha) atau 0,30 persen dan penurunan produktivitas sebesar 0,17 kuintal atau 0,33 persen. Menurunnya produksi padi tersebut berimbas pada berkurangnya buffer stock beras, dimana seharusnya buffer stock beras tersebut mampu menjaga harga beras di awal tahun 2015 hingga panen raya. Selain itu, terjadi pula masa paceklik yang lebih lama sehingga jadwal tanam dan panen ikut mundur sekitar 1,5 bulan dari seharusnya Februari sampai dengan Mei menjadi akhir Maret 2015. Dalam hal ini kenaikan harga beras yang dibentuk oleh mekanisme pasar yakni besaran supply dan demand tidak dapat dihindarkan. Kenaikan harga beras tersebut sebenarnya mampu diantisipasi oleh Pemerintah melalui operasi pasar yang dilakukan sejak beberapa bulan lewat. Namun demikian, Pemerintah baru melakukan 1 BPS : Musim Kurang Bersahabat Sebab Produksi Beras 2014 Anjlok, http://bisnis.liputan6.com/read/2184179/bps-musim-kurang-bersahabat-sebab- produksi-beras-2014-anjlok

Upload: azizah-aj-amalia

Post on 29-Sep-2015

20 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Analisis singkat kenaikan beras yang terjadi di awal tahun 2015.

TRANSCRIPT

Analisis Kenaikan Harga Beras

Capaian produksi padi sepanjang 2014 menurut data kementerian pertanian sebesar 70,61 juta ton atau turun sebesar 0,94% dibanding tahun 2013 (71,28 juta ton) dengan besaran impor beras 405 ribu ton. Sementara menurut data BPS sebesar 70,83 juta ton atau turun sebesar 450 ribu ton (0,63 persen) dibanding tahun 2013. Penurunan produksi padi paling besar terjadi di Pulau Jawa hingga 830 ribu ton, sedangkan di luar Jawa mengalami kenaikan 390 ribu ton.[footnoteRef:2] Produksi padi menurun karena terjadinya pengurangan luas panen sebesar 41,61 ribu hektar (ha) atau 0,30 persen dan penurunan produktivitas sebesar 0,17 kuintal atau 0,33 persen. [2: BPS : Musim Kurang Bersahabat Sebab Produksi Beras 2014 Anjlok, http://bisnis.liputan6.com/read/2184179/bps-musim-kurang-bersahabat-sebab-produksi-beras-2014-anjlok]

Menurunnya produksi padi tersebut berimbas pada berkurangnya buffer stock beras, dimana seharusnya buffer stock beras tersebut mampu menjaga harga beras di awal tahun 2015 hingga panen raya. Selain itu, terjadi pula masa paceklik yang lebih lama sehingga jadwal tanam dan panen ikut mundur sekitar 1,5 bulan dari seharusnya Februari sampai dengan Mei menjadi akhir Maret 2015. Dalam hal ini kenaikan harga beras yang dibentuk oleh mekanisme pasar yakni besaran supply dan demand tidak dapat dihindarkan.Kenaikan harga beras tersebut sebenarnya mampu diantisipasi oleh Pemerintah melalui operasi pasar yang dilakukan sejak beberapa bulan lewat. Namun demikian, Pemerintah baru melakukan operasi pasar setelah beras mengalami kenaikan harga sehingga hal tersebut kurang efektif. Dalam kasus Pasar Gintung, walaupun sudah dilakukan operasi pasar oleh Perum BULOG Divre Lampung hingga Kamis, 5 Maret 2015 harga beras masih tinggi yakni untuk kualitas super/premium Rp 12.500 - Rp 13 ribu per kg, sementara untuk jenis asalan masih bertahan Rp 9.000 - Rp 9.500 per kg dimana hal tersebut disebabkan pedagang sudah membeli stok beras dalam jumlah besar dengan harga tinggi dari distributor.Masalah lain yang timbul adalah, walaupun harga beras naik namun hal tersebut tidak diimbangi dengan meningkatnya kesejahteraan petani. Hal tersebut disebabkan oleh harga gabah kering panen (GKP) yang dijual petani pada bulan Februari 2015 justru mengalami penurunan sebesar Rp 105,37 per kilogram atau 2,1 persen menjadi Rp 4.922,52, sedangkan harga gabah kering giling (GKG) di tingkat petani turun sebesar Rp 90,14 per kilogram, atau 1,65 persen menjadi Rp 5.357 per kilogram. Hal tersebut tentunya berimbas pada kesejahteraan Petani karena pada akhir Maret 2015, panen raya akan mulai serentak dan harga gabah akan semakin menurun sebagai akibat dari melimpahnya stok gabah. Menurut catatan BPS, kenaikan harga beras belakangan mulai telihat dari level penggilingan.[footnoteRef:3] Ditemukan fakta bahwa, harga gabah di tingkat petani pada Februari 2015 turun 0,21 persen, tapi di tingkat penggilingan naik sebesar 0,33 persen.Berikutnya, di tingkat pedagang besar harga beras mengalami kenaikan 1,01 persen, dan terakhir di pedagang eceran harganya dinaikkan 2,88 persen. [3: Harga Gabah Petani Februari 2015 Turun Jadi Rp. 4.900 http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/03/02/171700526/Harga.Gabah.Petani.Februari.2015.Turun.Jadi.Rp.4.900?utm_campaign=related_left&utm_medium=bp&utm_source=bisniskeuangan]

Rekomendasi :1. Peningkatan peran BULOG untuk menjaga stabilitas harga melalui system distribusi raskin yang baik dan tepat sasaran sehingga tidak terjadi kekurangan stok di pasaran;2. Pemerintah harus memiliki rencana dalam menghadapi masa paceklik yang merupakan siklus tahunan antara Desember hingga Januari sehingga harga beras di pasaran dapat tetap stabil;3. Apabila berdasarkan penghitungan akhir tahun ketersediaan buffer minim, Pemerintah harus mengambil tindakan dini sebagai bentuk pengamanan terhadap harga beras di pasaran; 4. Pemerintah harus membuat kebijakan untuk meningkatkan jumlah lahan pertanian, kepastian suplai pupuk dan benih unggulan, sejalan dengan visi swasembada beras yang dicanangkan;5. Masalah harga yang meningkat dari level penggilingan, maka Pemerintah harus melakukan pengawasan tidak hanya di tingkat pasar melainkan juga rantai-rantai yang lebih rendah agar dapat diidentifikasi lebih mendalam mengenai penyebab kenaikan harga beras;6. Terkait dengan harga beras yang ditentukan oleh mekanisme pasar, operasi pasar seharusnya dilakukan secara rutin untuk memastikan harga beras di pasar tetap stabil; dan7. Masih terkait dengan mekanisme pasar dalam penetapan harga beras, Pemerintah harus membuat kebijakan yang melindungi Petani agar harga penjualan gabah dari Petani tetap stabil walaupun stok melimpah.