2015 laporan tahunan - djppr.kemenkeu.go.id · c. pengawasan dan penegakan disiplin 43 ......

156
LAPORAN TAHUNAN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO Bersama Membangun Indonesia

Upload: vuongquynh

Post on 03-May-2018

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

LAPORANTAHUNAN20

15DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO

Bersama Membangun Indonesia

Page 2: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015ii

Page 3: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

LAPORAN TAHUN

2015

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 iii

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 4: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Daftar IsiTable of Content

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO Preface by The Director General Of Financing and Risk Management

PROFIL ORGANISASI 6 Organization Profile

NILAI-NILAI 7 Values

TUJUAN DJPPR 8 Goals

SASARAN STRATEGIS 9 Strategic Strategies

KEBIJAKAN 10 Policies

STRATEGI 11 Strategies

SEJARAH DJPPR 12 The History of DJPPR

STRUKTUR ORGANISASI 15 Organizational Structure

PROFIL PEJABAT 16 Officials Profile

A. Pengelolaan Kinerja Organisasi 28 Organizational Performance Management

B. Highlight Laporan Keuangan 32 Financial Report Highlight

C. Peristiwa Penting 34 Main Event

D. Penghargaan 36 Award

A. Profil Sumber Daya Manusia 40 Human Resource Profile

B. Pendidikan dan Pelatihan 41 Training and Courses

C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 Monitoring and Disciplinary Action

PROFIL Profile

KILAS KINERJA 2015 Performance Review

SUMBER DAYA MANUSIA Human Resource

1

2

3

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015iv

Page 5: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

A. Perumusan Strategi Pengelolaan Pembiayaan 2015 46 Formulation of Debt Financing Management Strategy in 2015

B. Pengelolaan Pinjaman dan Hibah 63 Loan and Grant Management

C. Pengelolaan Surat Utang Negara 73 Government Debt Securities Management

D. Pengelolaan Pembiayaan Syariah 99 Sharia Financing Management

E. Pengelolaan Risiko Keuangan Negara 120 State Financial Risk Management

F. Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur 127 Management of Government Support and Infrastructure Funding

G. Pelaksanaan Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen 130 Implementation of Evaluation, Accounting, and Settlements

A. Sistem Pengendalian dan Manajemen Risiko 140 Control Systems and Risk Management

B. Keterbukaan Informasi Publik 144 Public Disclosure

ANALISIS KINERJA Performance Analisys

TATA KELOLA PEMERINTAH Governance

4

5

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 1

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 6: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Respected stakeholders of the Directorate General of Financing and Risk Management,

2015 was the first year for us to bear the new nomenclature of Directorate General of Financing and Risk Management, as a part of an institutional reform. Such reform was carried out by improving the duties and functions of the Directorate General of Debt Management and the pooling of risk management functions within a single organizational unit. We are very grateful that the implementation of these transformations had been done swiftly and has shown an increasingly significant role for the Indonesian economy.

The global and domestic financial market conditions, which had not shown signs of improvements and fraught with uncertainty, posed a significant challenge for fiscal managers in 2015. Similarly, the domestic financial market conditions were not favorable, and liquidity remains tight as a consequence of the tightening of monetary policies and unimproved trade balance. The pressure became more severe, as Indonesia is experiencing an economic slowdown coupled with falling commodity prices. The decline in commodity prices contributed to a decrease in state revenue. On the other side, the depreciation of Rupiah further increase the fiscal burdens, both in the payment of debt obligations and other expenditures. This condition forced the government to perform fiscal outlook adjustments, which could potentially worsen the deficit in the 2015 National Budget (APBN-P 2015). The latest adjustment was made through the Ministry of Finance Regulation No. 1275/KMK.05/2015, which set the amount of the estimated 2015 budget deficit amounting 386,231.60 billion rupiahs. Such amount of budget deficit, as dictated by Law No. 3. of 2015, will be financed through the issuance or procurement of debt.

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKOPreface by The Director General Of Financing and Risk ManagementSalam sejahtera untuk kita semua.Para stakeholder Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko kami hormati,

Tahun 2015 merupakan tahun pertama bagi kami dalam menyandang nomenklatur Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, sebagai bagian dari proses transformasi kelembagaan. Adapun proses transformasi tersebut dilakukan melalui penajaman tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang serta penyatuan fungsi pengelolaan risiko dalam satu pintu unit organisasi. Kami sangat bersyukur karena pelaksanaan transformasi tersebut dapat berjalan dengan baik dan telah menunjukkan peran yang semakin berarti bagi perekonomian Indonesia.

Tantangan cukup berat yang harus dihadapi bagi pengelola fiskal pada tahun 2015 adalah kondisi pasar keuangan baik global maupun domestik yang belum menunjukkan perbaikan dan masih penuh dengan ketidakpastian. Demikian pula dengan kondisi pasar keuangan domestik yang kurang kondusif,serta likuiditas yang masih ketat sebagai konsekuensi dari kebijakan pengetatan moneter dan situasi neraca transaksi berjalan yang belum ada perbaikan. Tekanan pun semakin berat, karena Indonesia mengalami perlambatan perekonomian yang diiringi dengan turunnya harga komoditas. Penurunan harga komoditas tersebut berkontribusi terhadap penurunan penerimaan Negara. Di sisi lain, pelemahan nilai tukar rupiah semakin menambah beban fiskal, baik dalam pembayaran kewajiban utang maupun belanja lainnya. Kondisi ini memaksa Pemerintah untuk beberapa kali melakukan penyesuaian outlook fiskal yang berpotensi memicu terjadinya pelebaran defisit APBN-P 2015. Penyesuaian terakhir dilakukan Pemerintah melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1275/KMK.05/2015 yang menetapkan besaran perkiraan defisit anggaran tahun 2015 yaitu sebesar Rp386.231,60 miliar. Besaran perkiraan defisit anggaran tersebut, sebagaimanan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2015, akan dibiayai melalui penerbitan/pengadaan utang.www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 20152

Page 7: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Based on the deficit estimation and taking into consideration the refinancing of maturing debt, portfolio management, and cash management, the Directorate General of Financing and Risk Management was mandated to provide the financing requirements through the issuance or procurement of gross debt for the fiscal year 2015 amounting 605,014.2 billion rupiahs.

Along with signs of recovery in late 2015, the realization of state revenue has improved. However, in the end of the year, government spending had not reached the target, which reduced the realization of the 2015 budget deficit to 2.23% from an estimate of 2.9%. Accordingly, the realization of gross debt of 569,682.8 billion rupiahs or 98.6% of target was considered sufficient for the provision of financing through debts.

The achievement of 2015 national budget financing targets as stated above was the result of the hard work and synergy in all ranks of the Directorate General of Financing and Risk Management and the exceptional contribution of stakeholders. Therefore, as a token of appreciation, this annual report was formulated to present and documenting the works of the Directorate General of Financing and Risk Management as an organizational unit in 2015, and will then be published as a manifestation of the principles of openness and accountability to stakeholders.

Finally, we express our gratitude and appreciation to all employees for their dedication and contribution and to all those who have supported the Directorate General of Financing and Risk Management. We hope the contributions, cooperation and support from all parties can continue to improve in the future.

Jakarta, May 2016

Berdasarkan perkiraan defisit tersebut dan dengan memperhitungkan pembiayaan kembali utang yang jatuh tempo (refinancing), pengelolaan portofolio, dan pengelolaan kas (cash management), maka Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko menerima amanah untuk menyediakan kebutuhan pembiayaan melalui penerbitan/pengadaan utang (utang gross) untuk tahun anggaran 2015 sebesar Rp605.014,2 miliar.

Seiring dengan adanya perbaikan kondisi perekonomian pada akhir tahun 2015, realisasi penerimaan Negara mengalami perbaikan. Namun demikian, realisasi belanja pemerintah pada akhirnya tidak mencapai target. Hal tersebut berimplikasi pada realisasi defisit anggaran tahun 2015 yang dapat ditekan menjadi 2,23% dari perkiraan sebesar 2,9%. Berdasarkan hal tersebut, penyediaan pembiayaan melalui utang dicukupkan pada posisi realisasi utang (gross) sebesar Rp569.682,8 miliar atau 98,6% dari target.

Tercapainya target pembiayaan APBN pada tahun 2015 sebagaimana telah dipaparkan di atas tentu tak lepas dari kerja keras dan sinergi segenap jajaran di Direktorat Jenderal Pengelolan Pembiayaan dan Risiko serta kontribusi yang luar biasa dari para stakeholder. Oleh karena itu, sebagai bentuk apresiasi, disusunlah laporan tahunan ini guna memrepresentasikan dan mendokumentasikan hasil kerja Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya akan dipublikasikan sebagai wujud dari prinsip keterbukaan dan akuntabilitas kepada para pemangku kepentingan.

Akhir kata, kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi tingginya kepada seluruh pegawai atas dedikasi dan kontribusi yang telah diberikan dan kepada para pihak yang telah bekerjasama dalam mendukung kinerja Direktorat Jenderal Pengelolan Pembiayaan dan Risiko selama ini. Semoga kontribusi, kerjasama dan dukungan dari semua pihak dapat terus dilanjutkan dan ditingkat di masa yang akan datang dan semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melindungi, mengiringi dan memudahkan langkah kita selanjutnya. Aamiin.

Jakarta, Mei 2016

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 3

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 8: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 20154

Page 9: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

PROFIL1 Profile

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 5

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 10: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

PROFIL ORGANISASIOrganization Profile

VISI DJPPR“Menjadi Unit yang Professional Dalam Mengelola Pembiayaan APBN dan Risiko Keuangan Negara Dalam Rangka Menjaga Kesinambungan Fiskal”

MISI DJPPR• Mewujudkan pengelolaan portofolio utang pemerintah

yang efektif, transparan, dan akuntabel;

• Mengendalikan pengadaan/penerbitan utang melalui penetapan kapasitas berutang yang mendukung stabilitas fiskal;

• Mengedepankan sumber-sumber pembiayaan dalam negeri dan mengembangkan pasar finansial domestik yang efisien dan stabil;

• Memperoleh sumber pembiayaan alternatif, sekaligus mendukung stabilitas pasar keuangan regional;

• Menjaga risiko finansial sovereign pemerintah dikelola secara pruden dan holistic.

MISION• Realize an effective, transparent, and accountable

government debt portfolio management;

• Control debt procurement / issuance through the establishment of debt capacity which supports fiscal stability;

• Develop domestic financing sources and a more efficient and stable domestic financial market;

• Obtain alternative financing sources and support the stability of regional finance market;

• Maintain the government’s sovereign financial risks with a prudent and holistic management

VISION“To Become a Professional Unit in the Management of State Budget and State Financial Risk in Order to Maintain Fiscal Sustainability”

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 20156

Page 11: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

NILAI-NILAIValues

NILAI-NILAIMenteri Keuangan telah melakukan Launching Nilai-Nilai Kementerian Keuangan pada tanggal 29 Juli 2011. Nilai-nilai ini menjadi penting karena dengan dasar itulah organisasi bergerak mencapai visi dan misinya. Sosialisasi Nilai-Nilai Kementerian Keuangan di lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko telah dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2011. Adapun Corporate value dimaksud terdiri dari 5 nilai dan 10 perilaku utama yaitu:

a. Integritas1. Bersikap jujur, tulus dan dapat dipercaya;2. Menjaga martabat dan tidak melakukan hal-hal

tercela;

b. Profesionalisme3. Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas;4. Bekerja dengan hati;

c. Sinergi5. Memiliki sangka baik, saling percaya dan

menghormati;6. Menemukan dan melaksanakan solusi terbaik;

d. Pelayanan7. Melayani dengan berorientasi pada kepuasan

pemangku kepentingan;8. Bersikap proaktif dan cepan tanggap;

e. Kesempurnaan9. Melakukan perbaikan terus menerus;10. Mengembangkan inovasi dan kreativitas.

VALUESThe Minister of Finance launched the Ministry of Finance Values on July 29, 2011. These values became important as they are the basis for the organization to strive to achieve its vision and missions. The socialization on the Ministry of Finance Values within the Directorate General of Financing and Risk Mitigation took place on October 11, 2011. These Corporate Values consist of 5 values and 10 key behaviors, namely:

a. Integrity1. Be honest, sincere and trustworthy;2. Maintain dignity and refrain from despicable acts;

b. Professionalism3. Have a wide range of expertise and knowledge;4. Work from the heart;

c. Synergy5. Positive thinking, mutual trust and respect;6. Find and implement the best solution;

d. Service7. Service oriented to stakeholder satisfaction;8. Be proactive and responsive;

e. Perfection9. Continuous improvement;10. Develop innovation and creativity.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 7

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 12: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

TUJUAN DJPPRBerdasarkan visi dan misi DJPPR tahun 2015-2019 serta arahan dari RPJMN dan Renstra tahun 2015-2019, maka ditetapkan tujuan pengelolaan pembiayaan dan risiko pada tahun 2015-2019 yaitu pembiayaan yang aman untuk mendukung kesinambungan fiskal. Untuk mencapai tujuan tersebut, pengelolaan pembiayaan difokuskan pada pengembangan pasar SBN domestik agar semakin dalam, aktif, dan likuid.

GOALSBased on DJPPR vision and mission for year 2015-2019, as well as the direction of RPJMN and Strategic Plan 2015-2019, the purpose of financing and risk management in 2015-2019 was determined that is to secure funding to support fiscal sustainability. As a result, financing management focused on the development of domestic securities (SBN) market so as to be depth, active and liquid.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 20158

Page 13: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

SASARAN STRATEGISSasaran strategis pengelolaan pembiayaan dan risiko untuk tahun 2015 sebagaimana tercantum dalam Peta Strategi Kemenkeu-One, adalah sebagai berikut:• Pembiayaan yang aman untuk mendukung

kesinambungan fiskal; • Risiko yang terkendali untuk mendukung

kesinambungan fiskal;• Pengelolaan utang, risiko keuangan negara dan

dukungan pemerintah yang kredibel;• Pasar SBN yang likuid, dalam, dan stabil;• Pinjaman yang efektif dan efisien;• Biaya dan risiko utang yang terkendali;• Pengelolaan risiko dan dukungan pemerintah yang

prudent;• Pengelolaan pembiayaan dan risiko yang taat posedur;• SDM yang kompetitif;• Organisasi yang kondusif;• Sistem informasi manajemen yang terintegrasi; dan• Pengelolaan anggaran yang optimal.

STRATEGIC STRATEGIESThe strategic goals of financing and risk management for 2015, as stated in the Roadmap MOF-One, are as follows:

• Secure funding to support fiscal sustainability;

• Control risk to support fiscal sustainability;

• Credible debt management, state financial risk, and government assistance;

• A liquid, depth, and stable government securities, and stable;

• Effective and efficient loans;

• Controllable costs and debt portfolio risks;

• Risk management and prudent government assistance;

• Financing and risk management that adhere to procedure;

• Competitive Human Resources;

• A conducive organizations;

• Integrated management information system; and

• Optimal budget implementation.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 9

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 14: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

KEBIJAKANKebijakan umum pengelolaan utang dalam strategi pengelolaan utang jangka menengah tahun 2014-2017 sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 113/KMK.08/2014 Tentang Strategi Pengelolaan Utang Tahun 2014 – 2017, adalah sebagai berikut:• Mengoptimalkan potensi pendanaan utang dari sumber

dalam negeri dan memanfaatkan sumber utang dari luar negeri sebagai pelengkap;

• Melakukan pengembangan instrumen dan perluasan basis investor utang agar diperoleh fleksibilitas dalam memilih sumber utang yang lebih sesuai kebutuhan dengan biaya yang minimal dan risiko terkendali;

• Memanfaatkan fleksibilitas pembiayaan utang untuk menjamin terpenuhinya pembiayaan APBN dengan biaya dan risiko yang optimal;

• Memaksimalkan pemanfaatan pinjaman untuk belanja modal terutama pembangunan infrastruktur;

• Melakukan pengelolaan utang secara aktif dalam kerangka ALM Negara; dan

• Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.

POLICIESGeneral policies of debt management, as stated in management strategy of medium-term debt year 2014-2017 within Ministry of Finance Decree No. 113 / KMK.08 / 2014 about Debt Management Strategy year 2014-2017, are as follows:

• Optimize potential debt financing from domestic sources and utilize debt from foreign sources as a complement;

• Develop instrument and expand investor debt basis to obtain flexibility in choosing sources of debt as needed with minimal cost and controlled risk;

• Leverage the flexibility of debt financing to ensure the fulfillment of state budget funding with optimal costs and risks;

• Maximize the utilization of loans for capital expenditures, mainly for infrastructure development;

• Manage the debt actively within the framework of ALM State; and

• Improve transparency and accountability.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201510

Page 15: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

STRATEGIUntuk mencapai tujuan tersebut diperlukan strategi-strategi yang efektif dan tepat sasaran, dimana di sisi lain dapat sekaligus mengatasi permasalahan yang ada. Strategi-strategi yang disusun harus dapat mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki, baik internal maupun eksternal. Adapun strategi DJPPR untuk periode tahun 2015 adalah sebagai berikut:• Mengoptimalkan penerbitan SBN di pasar domestik

untuk memenuhi pembiayaan APBN-P, sedangkan penerbitan SBN valas dilakukan sebagai komplementer;

• Penentuan instrumen yang akan diterbitkan memperhatikan kebutuhan pasar/investor SBN dalam rangka pengembangan pasar dan kebutuhan pengelolaan portofolio utang;

• Penerbitan SBN Ritel dalam rangka diversifikasi sumber pembiayaan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam berinvestasi (financial inclusion);

• Mengoptimalkan penggunaan pinjaman luar negeri dan pinjaman dalam negeri untuk mendukung pembiayaan belanja modal APBN-P;

• Melakukan pengelolaan portofolio SBN secara aktif antara lain melalui buyback dan debt switch untuk meningkatkan likuiditas dan stabilitas pasar;

• Memperkuat fungsi Investor Relation Unit, antara lain melalui diseminasi informasi secara proaktif, respon yang cepat dan efektif, dan komunikasi yang efektif dengan investor dan stakeholder lainnya.

STRATEGIESTo achieve these objectives, effective and targeted strategies are necessary. Moreover, the strategies should also simultaneously solve existing problems. Plans are arranged so as to optimize the potentials possessed by an organization, both internally and externally. DJPPR strategies for the year 2015 are as follows:

• Optimize government securities issuance in the domestic market to finance state budget, while the issuance of government securities in foreign currency done as a complement;

• Determine the issuance of instruments according to the needs of the government securities market/investor in order to develop the market and the need for debt portfolio

• management;

• Publish government securities retail to diversify sources of financing and increase public participation in investment (financial inclusion);

• Optimize the use of foreign loans and domestic loans to support funding for capital expenditures in APBN-P;

• Manage government securities portfolio actively through buybacks and debt switch to increase market liquidity and stability;

• Strengthen the function of Investor Relations Unit through proactive dissemination of information, fast and effective response, and effective communication with investors and other stakeholders.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 11

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 16: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Dalam rangka memenuhi kebutuhan pembiayaan APBN, dibentuklah suatu unit pengelola pembiayaan dan risiko, yaitu Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) yang berada di bawah naungan Kementerian Keuangan. DJPPR dibentuk berdasarkan PMK Nomor 206 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan sebagaimana diubah dengan PMK Nomor 234 tahun 2015. Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas dan mutu pelayanan kepada masyarakat, perlu diwujudkan suatu tata kelola yang baik di lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko. Unit pengelola utang telah mengalami beberapa kali perubahan seiring dengan semakin meningkatnya kompleksitas pengelolaan utang sebagai akibat semakin besar dan semakin beragamnya jumlah dan jenis utang Pemerintah. Perkembangan unit pengelola utang adalah sebagai berikut:

a. Sebelum tahun 1998, sebagian besar utang pemerintah dalam bentuk pinjaman luar negeri dikelola oleh Direktorat Dana Luar Negeri (DDLN) pada Direktorat Jenderal Anggaran;

b. Tahun 1999, dibentuk Tim Debt Management Unit (DMU) di bawah Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan yang mempunyai tugas mengelola obligasi negara yang diterbitkan untuk menyehatkan perbankan akibat krisis tahun 1998;

c. Tahun 2001, Tim DMU diubah menjadi Pusat Manajemen Obligasi Negara (PMON) di bawah Sekretariat Jenderal yang secara khusus mengelola Surat Utang Negara.

d. Tahun 2004, unit pengelolaan utang disatukan dalam Direktorat Jenderal Perbendaharaan. PMON menjadi Direktorat Pengelolaan SUN sedangkan DDLN menjadi Direktorat Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri;

In order to meet the financing needs of the state budget, a financing and risk management unit, the Directorate General of Financing and Risk Mitigation (DJPPR) was establishedunder the auspices of the Ministry of Finance. TheDJPPR was established by the Minister of Finance Regulation No. 206 of 2014 on the Organization and Administration of the Ministry of Finance as amended by the Minister of Finance Regulation No. 234 of 2015. To improve the execution of dutiesand the quality of service to the public, is necessary to realize a good governance within the Directorate General of Financing and RiskMitigation.The debt management unit has undergone several changes in line with the increasing complexity of debt management as a result of the larger and more diverse types of government debt.The development of the debt management unit is as follows:

a. Prior to 1998, most of the government’s debts in form of foreign loans was managed by the Directorate of Foreign Funds (DDLN) of the Directorate General of Budgeting;

b. In 1999, the Debt Management Unit (DMU) Team was established under the Directorate General of Financial Institution, which was mandated to manage state obligations issued to stabilize the banking industry due to the 1998 economic crisis;

c. In 2001, the DMU Team was changed into the State Obligation Management Center (PMON) under a Secretariat General which specifically managed State Bonds;

d. In 2004, the Debt Management Unit was merged into the Directorate General of the Treasury. The PMON became the Directorate of State Bond Management and the DDLN became the Directorate of Foreign Loan and Grant Management;

SEJARAH DJPPRThe History of DJPPR

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201512

Page 17: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

e. Tahun 2006, dengan berkembangnya ruang lingkup pengelolaan utang dan dalam rangka memusatkan pengelolaanya dalam unit tersendiri, dibentuk Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang;

f. Tahun 2007 s.d 2011, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang telah 2 kali melaksanakan penataan organisasi yang ditetapkan melalui:

• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan; dan

• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan.

g. Tahun 2012, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang kembali mengusulkan penataan organisasi sebagai dampak likuidasi Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan yang sebagian bergabung kedalam Otoritas Jasa Keuangan. Sebagai respon, dilakukan reposisi Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal untuk menjadi bagian dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko yang sebelumnya merupakan unit Eselon II pada Badan Kebijakan Fiskal. Hal tersebut juga ditujukan untuk melakukan integrasi pengelolaan risiko keuangan baik fiskal maupun utang.

h. Sebagai tindak lanjut dari butir g di atas, pada Tahun 2013, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang mengusulkan perubahan nama instansi menjadi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko. Nomenklatur nama tersebut dilatarbelakangi oleh penggabungan Pusat Pengelolaan Resiko Fiskal ke dalam unit DJPPR. Akhir tahun 2014, telah ditetapkan PMK 206 Tahun 2014 yang mengesahkan pembentukan DJPPR.

i. Pada tahun 2015, DJPPR kembali melakukan penataan organisasi dengan menambahkan Unit Hubungan Investor untuk melaksanakan perumusan, analisis dan rekomendasi terkait strategi, kebijakan, dan program kerja kehumasan dan hubungan investor; pemantauan, harmonisasi, dan evaluasi atas pelaksanaan program kehumasan dan hubungan investor; pengumpulan, pengolahan, dan pemutakhiran data informasi terkait hubungan investor; serta koordinasi dan harmonisasi rencana kerja dan program kehumasan dan hubungan investor dengan unit lain yang terkait. Dengan disahkannya PMK Nomor 234 Tahun 2015, penataan organisasi tersebut telah resmi.

Penataan organisasi tersebut dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.01/2009 tentang Pedoman Penataan Organisasi di Lingkungan Departemen Keuangan, dimana hal tersebut merupakan suatu proses yang dilakukan secara berkesinambungan untuk merespon dinamika perubahan lingkungan dan tuntutan publik, baik sebagai regulator maupun sebagai pemberi layanan kepada masyarakat. Penataan organisasi merupakan upaya untuk menyempurnakan tugas, fungsi dan struktur organisasi demi terwujudnya pencapaian visi dan misi organisasi secara efektif dan efisien.

e. In 2006, as the scope of debt management continue to grow, and to pool its management within a separate unit, the Directorate General of Debt Management was established;

f. fFrom 2007 until 2011, the Directorate General of Debt Management underwent 2 organizational restructuring as mandated by:

• The Minister of Finance Regulation No. 100/PMK.01/2008 on the Organization and Procedures of the Department of Finance; and

• The Minister of Finance Regulation No. 184/PMK.01/2010 on the Organization and Procedures of the Ministry of Finance.

g. In 2012, the Directorate General of Debt Management suggested another organizational restructuring as a result of the liquidation of the Capital Markets and Financial Institution Regulatory Body which was partially integrated into the Financial Services Authority (OJK). As a response, the Fiscal Risk Management Center was merged into the Directorate General of Financing and Risk Mitigation, which was previously a second-echelon unit within the Fiscal Policies Agency. The restructuring was also undertaken to integrate fiscal and debt risk mitigation;

h. In 2013, the Directorate General of Debt Management suggested a name change for the institution into the Directorate General of Financing and Risk Mitigation. The nomenclature was motivated by the merger of Fiscal Risk Management Center into the DJPPR. By the end of 2014, the Minister of Finance Regulation No. 206 no. 2014 was established to validate the formation of DJPPR.

i. In 2015, another organizational restructuring was undertaken by the DJPPR by adding the Investor Relations Unit to formulate, analyze, and create recommendations on investor relations strategies, policies, and work programs; monitor, harmonize, and evaluate investor relation programs; gather, process and update the data on investor relations; and coordinate with other related units in investor relations. With the Minister of Finance Regulation No. 234 of 2015, the organizational restructuring was made official.

These organizational restructuring were performed in accordance with the Minister of Finance Regulation No. 76/PMK.01/2009 on the Guidelines for Organizational Restructuring within the Department of Finance, as a continuous process to respond to financial dynamics and public demands, as a regulating body and a service provider for the public. Organizational restructures are efforts made to improve duties, functions, and organizational structure in order to achieve the organization’s vision and missions in an effective and efficient manner.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 13

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 18: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Dalam rangka penerapan international best practice organisasi pengelola utang, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko membagi struktur organisasinya berdasarkan:

1. Fungsi Front Office, dilaksanakan oleh:

a. Direktorat Pinjaman dan Hibah (Dit. PH);

b. Direktorat Surat Utang Negara (Dit. SUN);

c. Direktorat Pembiayaan Syariah (Dit. PS);

d. Direktorat Pengelolaan Risiko Keuangan Negara (Dit. PRKN);

e. Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur (Dit. PDPPI)

2. Fungsi Middle Office, dilaksanakan oleh Direktorat Strategi dan Portofolio Pembiayaan (Dit. SPP);

3. Fungsi Back Office dilaksanakan oleh Direktorat Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen (Dit. EAS); serta

4. Fungsi Supporting and Coordinating Unit (sebagai pendukung dan koordinator kegiatan teknis), dilaksanakan oleh Sekretariat Direktorat Jenderal.

In order to implement the international best practice for debt management organizations, the Directorate General of Financing and Risk Mitigation was structured into:

1. Front Office Function, carried out by:

a. Directorate of Loans and Grants (Dit. PH);

b. Directorate of State Bonds (Dit. SUN);

c. Directorate of Sharia Financing (Dit. PS);

d. Directorate of State Financial Risk Management (Dit. PRKN);

e. Directorate of Government Support and Infrastructure Funding Management (Dit. PDPPI)

2. Middle Office Function, carried out by the Directorate of Financing Strategy and Portfolio (Dit. SPP);

3. Back Office Function, carried out by the Directorate of Evaluation, Accounting, and Settlements (Dit. EAS);

4. Supporting and Coordinating Unit Function as a supporter and coordinator for technical activities, carried out by the Secretariat of the Directorate General

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201514

Page 19: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Sementara itu, struktur organisasi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berdasarkan PMK Nomor 234 Tahun 2015 yang disahkan tanggal 22 Desember 2015, dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

On the other hand, the Directorate General of Financing and Risk Mitigation organizational structure as stipulated in the Minister of Finance Regulation No. 234 of 2015, ratified on December 22, 2015, are detailed as follows:

STRUKTUR ORGANISASIOrganizational Structure

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 15

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 20: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

PROFIL PEJABATOfficials Profile

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201516

Page 21: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Direktur JenderalDr. Robert Pakpahan, Ak.

Mulai menjabat sebagai Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko pada tanggal

19 Maret 2015. Sebelumnya menjabat sebagai Staf Ahli Bidang Penerimaan Negara. Mendapatkan

gelar Doctor of Philosophy in Economics dari University of North Carolina At Chapel Hill, USA

pada tahun 1998

Has served as Director General of Budget Financing and Risk Management since 19 March 2015. Previously he served as Expert Staff in the State Revenue. Obtained Doctor of

Philosphy in Economics from University of North Carolina At Chapel Hill, USA in 199

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 17

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 22: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Sekretaris Direktorat JenderalSafuadi, ST., M.Sc.

Mulai menjabat sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko pada tanggal 6 Februari 2015. Sebelumnya menjabat sebagai Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Merupakan alumnus dari Universitas Syiah Kuala dan mendapatkan gelar Master of Science pada 2005.

Has served as Secretary of Directorate General of Budget Financing and Risk Management since 6 February 2015. Previously served as Head of Center for Education, Training, and Development of Human Resources. An Alumnus of Syiah Kuala University and obtained Master of Science in 2005.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201518

Page 23: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Direktur Pinjaman Hibah

Ayu Sukorini, S.E., M.A.

Mulai menjabat sebagai Direktur Pinjaman dan Hibah pada tanggal 12 Februari 2015.

Sebelumnya menjabat sebagai Direktur Strategi dan Portofolio Utang. Merupakan

alumnus dari University of Colorado at Denver dan meraih gelar Master of Arts in

Economics pada tahun 1998.

Has served as the Director of Loans and Grants since 12 February 2015. Previously served as the Director of Debt Strategy and Portfolio. An Alumnus of University of Colorado in Denver and obtained Master of Arts in

Economics in 1998.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 19

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 24: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Direktur Surat Utang NegaraLoto Srinaita Ginting, S.E., M.Comm.

Mulai menjabat sebagai Direktur Surat Utang Negara pada tanggal 12 Februari 2015. Sebelumnya menjabat sebagai Kepala Subdirektorat Pengelolaan Portofolio Surat Utang Negara. Merupakan alumnus dari University of New South Wales dan meraih gelar Master of Commerce in Management pada tahun 2000.

Has served as a Director of Government Debt Securities since 12 February 2015. Previously served as Head of Sub-directorate of Government Debt Securities Portfolio Management. An Alumnus of University of New South Wales and obtained Master of Commerce in Management in 2000.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201520

Page 25: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Direktur Pembiayaan Syariah

Suminto, S.Sos., M. Sc. Ph.D

Menjabat sebagai Direktur Pembiayaan Syariah sejak tanggal 12 Februari 2015. Sebelumnya menjabat sebagai Kepala

Subdirektorat Perencanaan Dan Strategi Utang. Mendapatkan gelar Doctor of

Philosophy in Development Studies dari Ritsumeikan Asia Pacific University pada

tahun 2012.

Has served as a Director of Islamic Financing since 12 February 2015. Previously served as Head of Sub-

directorate of Debt Strategy and Planning. Obtained Doctor of Philosophy in Development Studies from

Ritsumeikan Asia Pacific University in 2012.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 21

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 26: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Direktur Pengelolaan Risiko Keuangan NegaraIr. Brahmantio Isdijoso, M. S.

Menjabat sebagai Direktur Pengelolaan Risiko Keuangan Negara sejak tanggal 2 April 2015. Sebelumnya menjabat sebagai Kepala Bidang Pengelolaan Risiko Fiskal. Mendapatkan gelar Master Degree in Agriculture Economics dari Institut Pertanian Bogor pada tahun 1990.

Has served as a Director of State Financial Risk Management since 2 April 2015. Previously served as Head Division of Fiscal Risk Management. Obtained Master Degree in Agriculture Economics from Bogor Agricultural University in tahun 1990.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201522

Page 27: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Direktur Pengelolaan Dukungan Pemerintah

dan Pembiayaan Infrastruktur

Drs. Freddy Rickson Saragih, MPAcc

Mulai menjabat sebagai Direktur Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan

Infrastruktur sejak tanggal 6 Februari 2015. Sebelumnya menjabat sebagai Kepala Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal di Badan Kebijakan

Fiskal. Menyelesaikan pendidikan S1 Akuntansi di Universitas Gajah Mada dan meraih Master of Business Administration dari University of Texas

at Austin, Amerika Serikat pada tahun 1992.

Has served as a Director of Government Support and Infrastructure Financing Management since 6

February 2015. Previously served as Head of Center for Fiscal Risk Management. Obtained Master of

Business Administration from University of Texas at Austin, USA in 1992.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 23

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 28: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Direktur Strategi dan Portofolio PembiayaanScenaider Clasein. H. Siahaan, AK., M.Sc., CIA, FRM

Mulai menjabat sebagai Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan pada tanggal 12 February 2015 Sebelumnya menjabat sebagai Kepala Subdirektorat Kewajiban Kontinjensi pada Direktorat Strategi dan Portofolio Utang. Merupakan alumnus dari the George Washington University dan mendapatkan gelar Master of Science in Finance pada tahun 2001.

Has served as a Director of Financing Strategy and Portfolio since 12 February 2015. Previously served as Head of Sub-directorate Contingent Liabilities of the Directorate of Debt Strategy and Portfolio. An alumnus of the George Washington University, and obtained Master of Science in Finance in 2001.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201524

Page 29: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Direktur Evaluasi, Akuntansi, dan

SetelmenDrs. Widjanarko, M.Soc.Sc.

Menjabat sebagai Direktur Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen sejak tanggal 12

Februari 2015. Merupakan alumnus dari University of Birmingham dan meraih gelar

Master of Social Science, Development Finance pada tahun 1991.

Has served as a Director of Evaluation, Accounting, and Settlement since 12 February 2015. An alumnus of University of Birmingham and obtained Master of

Social Science, Development Finance in 1991.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 25

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 30: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201526

Page 31: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

KILAS KINERJA2 2015 Performance

Review

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 27

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 32: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

A. Pengelolaan Kinerja Organisasi Organizational Performance Management1. Perencanaan kinerja organisasi

Pada tahun 2015, DJPPR telah menetapkan target kinerja yang akan dicapai dalam bentuk kontrak kinerja antara Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko dengan Menteri Keuangan. Pada Kontrak kinerja tersebut terdapat peta strategi (strategy map) dengan 12 sasaran strategis (SS) yang ingin dicapai. Untuk setiap SS yang disusun dan ditetapkan memiliki ukuran yang disebut sebagai Indikator Kinerja Utama (IKU). Keseluruhan IKU DJPPR pada tahun 2015 untuk semua SS berjumlah 19 IKU. Selain itu ditetapkan pula Inisiatif Strategis Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko untuk Tahun 2015, yang terdiri dari 3 Inisiatif Strategis.

Peta strategi merupakan suatu dashboard (panel instrument) yang memetakan SS ke dalam suatu kerangka hubungan sebab akibat yang menggambarkan keseluruhan perjalanan strategi DJPPR. Peta strategi memudahkan DJPPR untuk mengkomunikasikan keseluruhan strateginya kepada seluruh pejabat/pegawai dalam rangka pemahaman demi suksesnya pencapaian visi, misi, dan tujuan DJPPR. Peta strategi DJPPR memetakan setiap SS yang disusun dalam rangka pencapaian tujuan organisasi sesuai visi dan misi yang diemban. Peta strategi DJPPR tahun 2015 yang disepakati antara Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko dengan Menteri Keuangan pada tahun 2015 ditunjukkan dalam bagan berikut:

1. Organizational Performance Planning

In 2015, DJPPR set performance targets to be achieved in the form of a performance contract between the Director General of Finance and Risk Management with Finance Minister. These performance contracts are on Strategy Map with 12 strategic objectives (SS) to be achieved. Each SS is measured using Key Performance Indicators (KPI). Overall, DJPPR KPI in 2015 for all SS amounted to 19 KPIs. Besides, Strategic Initiatives of Director General of Finance and Risk Management for 2015 also specified, which consists of three Strategic Initiatives.

Strategy Map is a dashboard (panel instrument) that maps the SS into a causal relationship framework that describes the entire journey of DJPPR strategy. The strategy map facilitates DJPPR to communicate their overall strategy to all authorities/employees so that they understand the strategies used for the achievement of the vision, mission, and goals of DJPPR. DJPPR strategy map depicts each SS that is arranged to achieve organizational objectives according to the vision and mission of the organization. DJPPR Strategy Map 2015, agreed by the Director General of Finance and Risk Management and Minister of Finance in 2015, is shown in the chart below:

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201528

Page 33: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Dengan menggunakan metodologi Balanced Scorecard, setiap SS dikelompokan kedalam empat perspektif, yaitu stakeholder perspective, customer perpective, internal process perspective, dan learning and growth perspective. Dari stakeholder perspective, terdapat SS yang disusun untuk mewujudkan pembiayaan yang aman untuk mendukung kesinambungan fiskal. Dari customer perpective terhadap investor, kreditor, donor dan kementerian/lembaga, terdapat SS yang disusun untuk mewujudkan pengelolaan utang dan hibah yang akuntabel dan kredibel.

Dari internal process perspective DJPPR, untuk mendukung pencapaian SS pada dua layer stakeholder perspective dan customer perpective tersebut diperlukan adanya dua faktor penting berupa pengelolaan dan pengembangan serta pengawasan terhadap core business DJPPR. Dalam hal ini, proses internal yang dimaksud terkait dengan proses pengelolaan biaya dan risiko portofolio utang yang terkendali, pengembangan pasar SBN yang likuid, dalam, dan stabil, pengadaan pinjaman yang efektif dan efisien, serta monitoring dan evaluasi pengelolaan utang yang taat prosedur.

Sedangkan dari learning and growth perspective, terdapat empat faktor penting yang harus dikelola dengan baik guna menciptakan modal utama untuk mencapai tujuan organisasi yaitu faktor pengembangan sumber daya manusia, faktor organisasi, faktor teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dan faktor pengelolaan anggaran.

Sebagai alat ukur pencapaian SS, target 19 IKU DJPPR yang ditetapkan pada awal tahun 2015 adalah sebagai berikut:

Using the Balanced Scorecard methodology, each SS grouped into four perspectives, namely stakeholder perspective, customer perspective, internal process perspective, and learning and growth perspective. From stakeholder perspectives, SS is prepared to realize secure financing to support fiscal sustainability. From customer perspective of investors, creditors, donors and ministries/agencies, SS is prepared to bring accountable and credible grants and debt management.

From the internal process perspective of DJPPR, two important factors in the form of management and development, and oversight of the core business of DJPPR are needed to support the achievement of SS at the two-layer of stakeholder and customer perspectives. In this case, the internal process associated with the process of cost management and controlled portfolio debt risk, liquidity, depth, and stable government securities market development, effective and efficient loan procurement, as well as monitoring and evaluating debt management that follows procedures.

From learning and growth perspective, four important factors must be managed properly to create the significant capital to achieve organizational goals. The four factors including human resource development factor, organizational factor, information and communication technology (ICT) factor, and budget management factor.

As a means of measuring SS achievement, DJPPR targets 19 KPIs at the beginning of 2015, which are:

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Realisasi 2014 Target Perspektif

1 Pembiayaan yang aman untuk mendukung kesinambungan fiskal

1a-CP Persentase pengadaan utang sesuai kebutuhan pembiayaan

100,19% 100,00%St

akeh

olde

rs P

ersp

ectiv

e

2 Risiko yang terkendali untuk mendukung kesinambungan fiskal

2a-N Persentase rekomendasi mitigasi risiko keuangan negara yang disetujui Menteri Keuangan

N/A 80%

2b-N Persentase pencapaian target pemenuhan dukungan pemerintah atas proyek KPBU infrastruktur prioritas

N/A 100%

3 Pengelolaan utang, risiko, dan dukungan pemerintah yang kredibel

3a-N Indeks kepuasan pengguna layanan

4,09 4

Stak

ehol

ders

Pe

rspe

ctive

3b-N Tingkat akurasi pembayaran kewajiban pembiayaan

N/A 100,00%

4 Pasar SBN yang likuid, dalam, dan stabil

4a-N Persentase pencapaian tingkat likuiditas pasar SBN

250,44% 100,00%

Inte

rnal

Pro

cess

Pe

rspe

ctive

4b-N Tingkat efektivitas edukasi dan komunikasi

76,83% 75,00%

4c-N Persentase pertumbuhan jumlah nominal kepemilikan SBN tradable oleh investor domestik

11,50% 9,00%

5 Pinjaman yang efektif dan efisien 5a-N Tingkat efektivitas dan efisiensi pinjaman

90% 70,00%

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 29

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 34: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Realisasi 2014 Target Perspektif

6 Biaya dan risiko utang yang terkendali

6a-N Persentase pencapaian efisiensi biaya utang

N/A 100,00%

Inte

rnal

Pro

cess

Per

spec

tive

6b-N Persentase pemenuhan target risiko portofolio utang

102,42% 100,00%

7 Pengelolaan risiko dan dukungan pemerintah yang prudent

7a-N Persentase penyelesaian kerangka pengelolaan risiko keuangan negara berbasis neraca keuangan negara

N/A 100,00%

7b-N Tingkat efektivitas pengendalian risiko default jaminan badan usaha yang dijamin

100,00% 100,00%

8 Pengelolaan pembiayaan dan risiko yang taat prosedur

8a-N Tingkat penerapan pengendalian intern

98.83% 95,00%

9 SDM yang kompetitif 9a-N Persentase pejabat yang telah memenuhi Standar Kompetensi Jabatan

98,31% 88,00%

Lear

ning

& G

rowt

h Pe

rspe

ctive10 Organisasi yang kondusif 10a-N Indeks kesehatan organisasi 76 72

10a-N Persentase implementasi inisiatif transformasi kelembagaan Direktorat Jenderal

100% 85,00%

11 Sistem informasi manajemen yang terintegrasi

11a-N Tingkat akurasi dan validasi data output

N/A 100,00%

12 Pelaksanaan anggaran yang optimal

12a-N Persentase penyerapan anggaran dan pencapaian output belanja

95,00% 95,00%

Berikut ini merupakan Inisiatif Strategis Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko untuk Tahun 2015:

No Indikator Kinerja Utama Inisiatif Strategis O u t p u t / Outcome

P e r i o d e Pelaksanaan

Penanggung Jawab

1 Persentase pencapaian tingkat likuiditas pasar SBN

Penyusunan Kajian atas efektivitas penerapan Dealer Utama

Kajian atas efektivitas penerapan Dealer Utama

Maret– Desember

Dit. SUN

Penyusunan Kajian atas seri benchmark SBSN

Kajian penetapan seri benchmark SBSN

Maret – Desember

Dit. PS

Penyusunan Kajian atas Pembentukan Dealer Utama SBSN

Kajian Pembentukan Dealer Utama SBSN

Maret – Desember

Dit. PS

2 Tingkat efektivitas dan efisiensi pinjaman

Penyusunan RPP Pemberian Hibah kepada Pemerintah/ Lembaga Asing

Draft RPP Pemberian Hibah kepada Pemerintah/ Lembaga Asing yang sudah disam-paikan kepada Kementerian Hukum dan HAM untu-diharmoni-sasikan

Maret – Desember

Dit. PH

Penerbitan Unguaranteed Samurai Bonds Unguaranteed Samurai Bonds

Maret – Juni Dit. SUN

Below is the General Directorate of Financing and Risk Management Strategic Initiative for the Year 2015:

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201530

Page 35: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

2. Capaian Kinerja Organisasi

Capaian IKU DJPPR tahun 2015 pada stakeholders perspective, customer perspective, internal process perspective, dan learning and growth perspective dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Kode SS/IKU Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target 2015 Realisasi 2015 Nilai

Stakeholder Perspective (25%) 114,831 Pembiayaan yang aman untuk mendukung kesinambungan fiskal 119,661a-CP Persentase pengadaan utang sesuai kebutuhan pembiayaan 100,00% 99,83% 119,662 Risiko yang terkendali untuk mendukung kesinambungan fiskal 1102a-N Persentase rekomendasi mitigasi risiko keuangan negara yang

disetujui Menteri Keuangan80% 100,00% 120

2b-N Persentase pencapaian target pemenuhan dukungan pemerintah atas proyek KPBU infrastruktur prioritas

100,00% 100,00% 100

Customer Perspective (15%) 107,493 Pengelolaan utang, risiko, dan dukungan pemerintah yang kredibel 107,493a-N Indeks kepuasan pengguna layanan 4 4,01 100,253b-N Tingkat akurasi pembayaran kewajiban pembiayaan 100,00% 100,00% 120Internal Process Perspective (30%) 112,814 Pasar SBN yang likuid, dalam, dan stabil 1174a-N Persentase pencapaian tingkat likuiditas pasar SBN 100,00% 155,56% 1204b-N Tingkat efektivitas edukasi dan komunikasi 75,00% 79,70% 106,274c-N Persentase pertumbuhan jumlah nominal kepemilikan SBN

tradable oleh investor domestik9,00% 15,99% 120

5 Pinjaman yang efektif dan efisien 1205a-N Tingkat efektivitas dan efisiensi pinjaman 70,00% 100,00% 1206 Biaya dan risiko utang yang terkendali 112,306a-N Persentase pencapaian efisiensi biaya utang 100,00% 93,01% 106,996b-N Persentase pemenuhan target risiko portofolio utang 100,00% 101,20% 117,607 Pengelolaan risiko dan dukungan pemerintah yang prudent 1107a-N Persentase penyelesaian kerangka pengelolaan risiko

keuangan negara berbasis neraca keuangan negara100,00% 100,00% 100

7b-N Tingkat efektivitas pengendalian risiko default jaminan badan usaha yang dijamin

100,00% 100,00% 120

8 Pengelolaan pembiayaan dan risiko yang taat prosedur 104,648a-N Tingkat penerapan pengendalian intern 95,00% 99,45% 104,64Learning and Growth Perspective (30%) 103,369 SDM yang kompetitif 99,439a-N Persentase pejabat yang telah memenuhi Standar Kompetensi

Jabatan88,00% 87,50% 99,43

10 Organisasi yang kondusif 97,9710a-N Indeks kesehatan organisasi 72 68 94,4410b-N Persentase implementasi inisiatif transformasi kelembagaan

Direktorat Jenderal85,00% 89,00% 104,71

11 Sistem informasi manajemen yang terintegrasi 12011a-N Tingkat akurasi dan validasi data output 100,00% 100,00% 12012 Pelaksanaan anggaran yang optimal12a-N Persentase penyerapan anggaran dan pencapaian output

belanja95,00% 99,77% 100

2. Organizational Performance Achievement

IKU DJPPR achievement in 2015 on stakeholder perspective, customer perspective, internal process perspective, and learning and growth perspective can be seen in the table below:

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 31

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 36: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

B. Highlight Laporan Keuangan Financial Report Highlight1. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya, yang mencakup unsur unsur pendapatan dan belanja selama periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2015

1. Budget Realization Report

Budget Realization Report illustrates the comparison between budget and realization, which includes elements of income and expenditure during January 1 to December 31, 2015

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201532

Page 37: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

2. NeracaNeraca menggambarkan posisi keuangan entitas akuntansi mengenai asset, kewajiban dan ekuitas dana pada 31 Desember 2015 dan 2014. Ringkasan Neraca per 31 Desember 2015 dan 2014 dapat disajikan sebagai berikut:

2. Balance SheetBalance of the financial position of the accounting entity’s assets, liabilities and equity at December 31, 2015 and 2014. Summary Balance Sheet as of December 31, 2015 and 2014 can be presented as follows:

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 33

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 38: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

C. Peristiwa Penting Main Event1. Menteri Keuangan Meresmikan Listing Sukuk Global Indonesia di Bursa Nasdaq Dubai

Pada tanggal 13 September 2015, Menteri Keuangan membuka perdagangan Bursa Nasdaq Dubai yang ditandai dengan pembunyian bel di lantai bursa. Acara pembukaan perdagangan tersebut sekaligus meresmikan pencatatan (listing) Global Sukuk Indonesia di Bursa Dubai yang dilakukan pada bulan Mei lalu. Sukuk yang dicatatkan adalah empat seri Global Sukuk senilai US$6 miliar diterbitkan sejak tahun 2012 dalam Trust Certificate Issuance Program. Pencatatan ini menjadikan Sukuk Global Indonesia sebagai the largest Sovereign Sukuk yang tercatat di Bursa Dubai. Hadir pula dalam acara tersebut beberapa pejabat dari Dubai International Financial Center (DIFC), Dubai Islamic Economy Development Centre (DIEDC), dan Dubai Financial Market (DFM).

Pencatatan ini mengikuti keberhasilan penerbitan Global Sukuk tahun 2015 dalam akad Wakalah senilai US$2 miliar dengan tenor 10 tahun. Penerbitan ini berhasil menyerap 41% dana dari investor syariah dan Timur Tengah dan merupakan penerbitan Global Sukuk dalam satu tranche (single-tranche)

1. The Minister of Finance Launches Indonesia Global Sukuk Listing on the Nasdaq Stock Market Dubai

On 13 September 2015, the Ministry of Finance opened the Nasdaq Dubai exchange trading characterized by phonation bell on the trading floor. The opening ceremony of the trade once inaugurated recording (listing) Indonesia Global Sukuk in Dubai Stock Exchange which conducted in May. Sukuk listed are four series of Global Sukuk amounting to the US $ 6 billion issued since 2012 in the Trust Certificate Issuance Programme. This recording makes Indonesia as the largest Sovereign Sukuk listed on Dubai Stock Exchange. Also presented in the event, some of the officials of the Dubai International Financial Center (DIFC), Dubai Islamic Economy Development Centre (DIEDC), and the Dubai Financial Market (DFM).

The listing follows the successful issuance of Global Bonds 2015 in Wakalah contract worth US $ 2 billion with a tenor of 10 years. This publication has managed to absorb 41% of funds from Islamic investors and the Middle East and the Global Sukuk issuance in a single tranche (single-tranche) in

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201534

Page 39: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

terbesar di dunia. Sebagai pusat perdagangan Sukuk dunia yang didukung oleh fasilitas infrastruktur modern dan akses langsung ke investor di kawasan Timur Tengah, pencatatan Global Sukuk Indonesia di Bursa Nasdaq Dubai diharapkan dapat memperluas basis investor Sukuk Negara di kawasan tersebut.2. Investor Gathering dan Pameran Investasi Keuangan 2015

Menteri Keuangan, Bambang P.S. Brodjonegoro menghadiri dan membuka penyelenggaraan Investor Gathering dan Pameran Investasi Keuangan yang berlangsung pada tanggal 7-8 Desember 2015 di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan. Dalam kesempatan ini turut hadir Pula Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, Menteri PPN/Kepala Bappenas, Sofyan Djalil, dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo.

Setiap tahun Kementerian Keuangan menggelar Investor Gathering untuk memperkuat hubungan dan sinergi antara pemerintah dengan investor, pelaku pasar keuangan dan pasar infrastruktur, serta stakeholder lainnya yang terlibat dalam pembiayaan APBN dan pengembangan pasar domestik. Di tahun ini kegiatan tersebut dikemas dalam bentuk Investor Gathering dan Pameran Investasi Keuangan Tahun 2015.

Investor Gathering ini bertujuan untuk meninjau pelaksanaan program kerja dan capaian-capaian tahun 2015 di bidang pembiayaan APBN termasuk pembiayaan proyek infrastruktur. Selain itu, menyosialisasikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan strategi pembiayaan tahun 2016, dan review terhadap market outlook tahun 2016.

Sejumlah kegiatan juga akan meramaikan Investor Gathering kali ini. Diantaranya rangkaian seminar dan diskusi panel dengan tema yang terkait pembiayaan APBN, pengembangan pasar, dan pembiayaan infrastruktur; pameran investasi keuangan yang diikuti oleh 22 peserta terdiri dari anggota dealer utama/peserta lelang surat berharga negara dan stakeholder lainnya; edutainment show berupa lomba Investor Indonesia Pintar dan lomba Cerdas Cermat Investasi Keuangan yang diikuti oleh mahasiswa dari Perguruan Tinggi ternama di Indonesia seperti, UI, IPB, UNDIP dll.

Dalam acara ini juga dilakukan pemberian award kepada stakeholder dari kalangan Dealer Utama Surat Utang Negara, Agen Penjual Sukuk Ritel, dan media dengan pemberitaan terkait kebijakan pembiayaan yang berimbang dan konstruktif. Selain itu, ada pula kegiatan seremonial terkait pembiayaan infrastruktur.

Pada kesempatan yang sama dilakukan penyerahan secara simbolis surat persetujuan pemerintah untuk pembiayaan proyek SPAM Umbulan kepada Gubernur Jawa Timur, penyerahan Keputusan Menteri Keuangan No 1156/KMK.08/2015 tentang penugasan khusus kepada LPEI untuk pembiayaan ekspor produk gerbong penumpang kereta api penumpang ke Bangladesh, dan penyerahan dokumen pemberian jaminan pemerintah atas pinjaman langsung PLN kepada Asian Development Bank untuk proyek pengembangan transmisi dan distribusi di Sumatera.

the world. As Sukuk world trade center that supported by modern infrastructure facilities and direct access to investors in the Middle East, Indonesia Global Sukuk listing on the Nasdaq Stock Market Dubai is expected to broaden the Sukuk investor base in the region.

2. Investor gathering and Financial Investment Fair 2015

Finance Minister, Bambang P.S. Brodjonegoro attended and opened Investor Gathering and Financial Investment Fair which took place on 7-8 December 2015 in Dhanapala Building, Ministry of Finance. The occasion also attended by Coordinating Minister for Economic Affairs, Nasution, Minister of PPN/Head of Bappenas, Sofyan Djalil, and the East Java governor, Soekarwo.

Every year the Ministry of Finance held Investor Gathering to strengthen the linkages and synergies between the government and investors, financial market participants and market infrastructure, and other stakeholders involved in the financing of the state budget and domestic markets. This year the event is packaged in the form of Investor Gathering and Financial Investment Fair 2015.

Investor Gathering aims to review the implementation of the work program and achievements in 2015 in the field of financing of the state budget includes infrastructure projects funding. Additionally, socialize specifics of fiscal policy and financing strategy in 2016, and a review of the market outlook for 2016.

Some activities will also enliven the Investor Gathering this time. Among those activities are series of seminars and panel discussions with themes related to state budget financing, market development, and infrastructure financing. There is also financial investment exhibition attended by 22 participants comprising members of the primary dealer/participant auction of government securities and other stakeholders. Moreover, edutainment show in the form of financial investment race quiz named Investor Indonesia Pintar is also held, it is an event participated by students from leading universities in Indonesia such as UI, IPB, UNDIP, and so on.

In this event, the award will be given to the stakeholders of the Primary Dealer of Government Securities, Sukuk Retail Sales Agent, and media with news coverage related to the balanced and constructive financing policy. In addition, there are also ceremonial activities related to infrastructure financing.

At the same time, other activities also held such as a symbolic handover of government approval letter for financing the Umbulan SPAM to the Governor of East Java, and submission of the Minister of Finance Decree No. 1156 / KMK.08 / 2015 about special assignment to finance the export of passenger railway carriages to Bangladesh. Additionally, there is also documents handover granting government guarantees on direct loans requested by PLN to Asian Development Bank for the development of transmission and distribution project in Sumatra.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 35

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 40: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Triple A Country Award dari The Asset 2015

Deal of The Year dari Islamic Finance News 2015

The Most Proffesional Borrowers in Asia dari Finance Asia (2015)

D. Penghargaan Award

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201536

Page 41: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 37

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 42: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201538

Page 43: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

SUMBER DAYA

MANUSIA3Human Resource

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 39

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 44: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

A. Profil Sumber Daya Manusia Human Resource Profile Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset yang paling penting bagi sebuah organisasi. Jumlah SDM yang dimiliki oleh DJPPR hingga akhir tahun 2015 adalah sebanyak 429 Pegawai dan merupakan jumlah yang paling kecil di antara unit Eselon I lainnya di Kementerian Keuangan. Data statistik dari Bagian SDM menunjukan jumlah pegawai dalam beberapa kategori sebagai berikut:

Human resource (HR) is the most valuable asset for an organization. Total of human resources in Directorate General of Financing and Risk Mitigation (DJPPR)until the end of 2015 was 429 employees and is the smallest number among other Echelon I units in the Ministry of Finance. Statistics from the Human Resource section shows the total employees in the following categories:

1. Komposisi Pegawai Menurut Unit Eselon II Composition of employees in Echelon Unit II

2. Komposisi Pegawai Menurut Jabatan Number of Employees based on Title

3. Komposisi Pegawai Menurut Pendidikan Number of Employees based on Education Level

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201540

Page 45: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

B. Pendidikan dan Pelatihan Training and Courses Guna tercapainya target- target DJPPR tentu dibutuhkan SDM yang berkualitas, professional, dan memiliki kapabilitas yang baik dalam mengemban setiap pekerjaan yang diberikan sesuai dengan tugas dan fungsinya untuk mendukung pencapaian visi dan misi organisasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, DJPPR melaksanakan beberapa program bidang pengelolaan dan pengembangan SDM diantaranya peningkatan hard competency dan soft competency dari para pegawai.

Pemenuhan hard competency pegawai dilakukan melalui pengadaan diklat yang dibutuhkan pegawai guna meningkatkan kemampuan pegawai dalam bidang yang menjadi tanggungjawabnya, tercapainya hard competency pegawai diukur dengan beberapa macam standar, yaitu melalui: » Pengukuran IKU para pejabat melalui assessment center

untuk mengetahui apakah sudah memenuhi standar kompetensi jabatan yang telah ditentukan. Para pejabat dari eselon II hingga eselon IV wajib memenuhi standar JPM sebesar 72%. Data dari bagian SDM menunjukan bahwa sampai dengan bulan Desember tahun 2015 persentase pejabat yang telah memenuhi standar soft competency jabatannya selama tahun 2014 terealisasi sebesar 88% dari target sebesar 96% sehingga memperoleh capaian 91.6% dengan rincian sebagai berikut:

To achieve targets, DJPPR needs human resources that qualified, professional, and have an excellent capability in carrying out their duties to support achievement of vision and mission of the organization. To achieve these objectives, DJPPR had implemented some programs in the areas of management and human resources development including the improvement of hard competency and soft competency of employees.

Hard competency of employees obtained by providing training to increase the capability of employees in their area of responsibility. The attainment of hard competency measured by several standards, as follows:

» Measurement of Key Performance Indicators (KPI) through Assessment Center to determine whether employees meet the job competency standards in their respective position. Officials from Echelon II to echelon IV shall meet Job Person Matched (JPM) standard by 72%. Data from Human Resource Division shows that up to December 2015, the percentage of officials who have metsoft competency standards in 2014 is about 88% of 96% target, thus obtaining 91,6% output value, with detail as follow:

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 41

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 46: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

» Persentase pegawai yang telah memenuhi hard competency yaitu persentase pegawai di lingkungan DJPPR yang mengikuti diklat hard competency sesuai dengan standar kompetensi jabatan, dengan persentase kesesuaian diklat >= 75% dari pegawai yang memenuhi hard competency. Melalui pengukuran kesesuaian diklat dengan hard competency ini maka dapat diketahui diklat apa yang masih dibutuhkan para pegawai sesuai dengan ompetensi yang dibutuhkannya sehuingga dapat meningkatkan performanya dalam bekerja. Data dari bagian SDM menunjukan bahwa smapai dengan bulan Desember tahun 2015 persentase pagawi yang telah memenuhi standar hard competency selama tahun 2015 terealisasi sebesar 84.51% sari target sebesar 75% sehingga memperoleh nilai capaian 112.68%.

DJPPR terus memperbaharui dan mengembangkan program pelatihan agar para pegawai tetap menjadi yang terdepan dalam lingkungan bisnis yang dinamis, sepanjang tahun 2015 telah diselenggarakan sebanyak 119 diklat yang diikuti oleh pegawai DJPPR, baik diklat yang diselenggarakan oleh BPPK maupun diklat yang diselenggarakan bekerjasama dengan institusi lainnya, dengan rincian sebagai berikut:

Selain itu, Adanya reorganisasi DJPU menjadi DJPPR di tahun 2015 menimbulkan kebutuhan yang tinggi akan SDM yang kompeten dalam bidang pengelolaan risiko keuangan negara serta pengelolaan Public Private Partnership. Oleh karena itu, untuk memastikan ketersediaan sumber daya manusia yang siap dan mampu beradaptasi dengan cepat terhadap proses bisnis DJPPR, telah diselenggarakan diklat Project and Risk Management, Project Finance, Project Management, dan Certified Risk Management Professional.

» Percentage of employees who has met hard competency standard is the proportion of employees in DJPPR who attend hard skill training based on their job competency standard, with the percentage of suitability training ≥ 75% of total employees who have met hard competency standard. By measuring the suitability of hard competency, the organization could determine what training is needed for employees to improve their performance at work. Data from Human Resource Division shows that as of December 2015, the percentage of employees who has met hard competency standard during 2015 is 84,51% of 75% target, thus obtaining output value by 112,68%%.

DJPPR continues to renew and develop training programs for employees to stay ahead in a dynamic business environment. Throughout 2015, DJPPR has organized a total of 119 trainingsattended by employees of DJPPR, both training hosted by Educational and Financial Training Institution (BPPK) as well as trainingheld in cooperation with other institutions, with the details as follows:

Also, reorganization from DJPU to DJPPR in 2015 pose a high need for competent human resources in the field of state finance risk management and the management of Public Private Partnership. Therefore, training on Project and Risk Management, Project Finance, Project Management, and Risk Management Certified Professional had been organized to ensure the availability of human resources which are ready and able to adapt quickly to DJPPR business processes.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201542

Page 47: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin Monitoring and Disciplinary ActionDalam rangka meningkatkan disiplin para pegawai di lingkungan DJPPR, telah dilakukan berbagai upaya antara lain penyampaian peraturan terkait kode etik kepada para pegawai, sosialisasi Peraturan Menteri Keuangan nomor 83/PMK.01/2015 tentang program pengendalian gratifikasi di lingkungan Kementerian Keuangan dan penandatanganan pernyataan komitmen seluruh pegawai DJPPR terhadap program tersebut, penempatan banner anti korupsi dan pakaian seragam di tempat-tempat yang strategis, serta mekanisme coaching dan counseling dari para atasan langsung.

Dari sisi pengawasan dan penegakan disiplin, telah dilaksanakan beberapa kajian terkait kedisiplinan pegawai DJPPR dalam mematuhi ketentuan jam kerja dan ketertiban penyelenggaraan Rapat Dalam Kantor (RDK) dalam kaitannya dengan pertanggungjawaban keuangan. Selain itu, dilakukan pula monitoring pemenuhan kewajiban penyampaian Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), Laporan Harta Kekayaan Aparat Sipil Negara (LHKASN), Laporan Pajak-pajak Pribadi (LP2P), serta pelaporan SPT yang harus dilakukan oleh para pegawai DJPPR. Berdasarkan hasil kajian dan monitoring tersebut, disampaikan rekomendasi-rekomendasi dalam upaya peningkatan disiplin para pegawai DJPPR, sehingga dapat melaksanakan tugas dan fungsi secara optimal serta sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku.

To improve the discipline of employees, DJPPR has made various efforts including communicating code of conduct to employees, socialize Minister of Finance Regulation No. 83/PMK.01/2015 on gratuities control program in the Ministry of Finance and commitment signing from all DJPPR employees to the program, the placement of anti-corruption banners and uniforms in strategic places, as well as coaching and counseling mechanism of the direct supervisor.

Regarding supervision and disciplinary action, DJPPR has carried out several inspections related to employee discipline in complying with the provision of working hours and implementation of Meeting In Office (RDK) concerning financial accountability. Moreover, DJPPR also conducted monitoring related to employee obligation to submit the Wealth Report of State Officials (LHKPN), the Wealth Report of State Civil Officers (LHKASN), Personal Taxes Reports (LP2P), as well as tax return report (SPT). Based on the review results, DJPPR submitted the recommendations to improve DJPPR employee discipline, so as to carry out the duties and functions optimally and following current procedures and regulations.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 43

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 48: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201544

Page 49: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

ANALISIS KINERJA4Performance Analisys

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 45

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 50: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

A. Perumusan Strategi Pengelolaan Pembiayaan 2015 Formulation of Debt Financing Management Strategy in 2015Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan dengan mengoptimalkan sumber daya dan dengan mengelola faktor-faktor internal dan eksternal. Definisi tersebut menempatkan posisi strategi sebagai hal yang sangat penting dalam setiap kegiatan. Demikian pula dengan pengelolaan utang, diperlukan strategi yang memberikan arah pengelolaan utang dan sekaligus menjadi acuan operasional dalam mencapai tujuannya. Strategi tersebut disusun dengan mempertimbangkan seluruh aspek internal dan eksternal dalam bentuk dokumen strategi pengelolaan utang jangka menengah dan strategi pembiayaan tahunan.

Terdapat dua jenis dokumen strategi pengelolaan utang negara yang diterbitkan sebagai pedoman dalam pengelolaan utang, yaitu Strategi Pengelolaan Utang Jangka Menengah dan Strategi Pembiayaan Tahunan. Strategi Pengelolaan Utang Jangka Menengah terakhir yang diterbitkan mencakup periode 2014 – 2017 dan ditetapkan melalui Keputusan Menteri Keuangan (KMK) nomor 113/KMK.08/2014 tanggal 23 April 2014. Sedangkan dokumen Strategi Pembiayaan Tahunan merupakan pedoman operasional bagi pengelolaan utang dalam 1 (satu) tahun dan ditetapkan melalui Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko.

a. Review Strategi Pengelolaan Utang Jangka MenengahDalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 113/KMK.08/2014 tentang Strategi Pengelolaan Utang Negara (SPUN) Tahun 2014-2017 (KMK 113/2014), salah satu tujuan pengelolaan utang dalam jangka menengah adalah meminimalkan biaya utang pada tingkat risiko yang terkendali. Untuk mengetahui pemenuhan tujuan strategi dimaksud diperlukan evaluasi melalui pengukuran capaian target indikator portofolio utang dan faktor-faktor yang memengaruhinya.

Secara umum indikator portofolio utang yang ditargetkan pada akhir tahun 2015 diperkirakan semakin membaik dan berada dalam batasan yang ditargetkan sebagaimana disajikan dalam Tabel 1.

1. Strategi pengelolaan utang pemerintah

Strategy can be defined as means or tools to achieve specified goals by optimizing resources and managing internal and external factors. This definition has placed strategy as a vital part in any activities. The importance of strategy is also applied in debt management, where strategy is required to provide direction in debt management as well as to serve as operational guidance to achieve its goal. The debt management strategy is formulated by considering all relevant internal and external factors and has been available in the Medium-Term Debt Management Strategy document and Annual Financing Strategy document.

There are two types of government debt management strategy documents which have been issued as guidance in debt management, known as Medium-Term Debt Management Strategy document and Annual Debt Financing Strategy document. The last government debt management startegy covers the period of 2014-2017 and has been stipulated on Decree of Minister of Finance, KMK 113/2014 date 23 April 2014. Meanwhile, the Annual Debt Financing Startegy document is the operational guidance for debt management during 1 (one) year and has been stipulated on Decree of General Director of Budget Financing and Risk Management.

a. Review of Medium-Term Government Debt Management Strategy Under The Decree of Minister of Finance, KMK 113/2014 concerning Government Debt Management Strategy (SPUN) Year 2014-2017, one of the objectives of medium-term debt management is to minimize the cost of debt with certain level of risk. To assess the achievement of this objective, evaluation is required through the measurement target achievement of debt protfolio indicators and factors that affect this achievement.

In general, targeted debt portfolio indicators in 2015 is expected to be improved and still under the targeted limit as shown on Table 1.

1. Government Debt Management Strategy

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201546

Page 51: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

1) Risiko Nilai Tukar Meningkat

Risiko nilai tukar utang diukur dari rasio utang valas terhadap total utang, yang diproyeksikan pada akhir tahun 2015 sebesar 43,85%. Rasio tersebut melampaui kisaran yang ditetapkan pada KMK 113/2014 dengan penjelasan sebagai berikut. Pertama, kebijakan pelebaran defisit APBN Tahun 2015 dari 1,90% menjadi 2,90% dengan total tambahan pembiayaan utang diperkirakan sebesar Rp106,85 triliun. Selain itu, terdapat kebijakan pemenuhan pembiayaan PMN melalui utang. Pemenuhan tambahan pembiayaan utang tersebut didominasi oleh penerbitan SBN valas dan pemanfaatan pinjaman luar negeri yaitu sekitar Rp58,30 triliun equivalen USD4,19 miliar. Secara keseluruhan, porsi pengadaan utang valas meningkat dari 25% menjadi sekitar 35% dari total utang gross. Pemanfaatan utang valas yang lebih besar dilakukan dengan mempertimbangkan biaya yang lebih kompetitif, country limit oleh pemberi pinjaman, ketersediaan likuiditas di pasar global, dan untuk mendukung cadangan devisa negara.

Namun demikian, perlu diwaspadai adanya peningkatan risiko nilai tukar di atas, mengingat tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap berbagai mata uang utama. Dari awal tahun hingga November 2015, rupiah melemah terhadap USD sebesar 11,25% dan terhadap JPY sebesar 8,14%, yang memberikan kontribusi peningkatan porsi valas sebesar 4,36% dari total outstanding valas per akhir November 2015.

2) Risiko Tingkat Bunga Semakin Membaik

Rasio outstanding utang dengan tingkat bunga tetap naik dari 85,2% pada akhir tahun 2014 dan menjadi +86,15% pada akhir tahun 2015. Kondisi ini masih searah dengan target risiko utang pada akhir tahun 2015 yang diperkirakan pada kisaran 85% - 89%. Hal ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk memprioritaskan penerbitan/pengadaan utang baru dengan tingkat bunga tetap. Pada tahun 2015, porsi penerbitan/pengadaan utang dalam tingkat bunga tetap adalah 89,68% dari total gross penerbitan/pengadaan utang.

1) Exchange Rate Risk has Increased

Exchange rate risk can be measured byforeign debt to total debt ratio, which is projected 43.85% by the end of 2015. This ratio exceeded the targeted range stated on KMK 113/2014 with the following explanation. First, the policy on expansion of state budget deficit in 2015 from 1.90% to 2,90% with estimated additional total debt financing is IDR106,85 trillion. In addition, there is policy regarding PMN financing through debt issuance. The additional debt financing is dominated by government debt securities issuance and foreign debt of IDR58.30 trillion or equivalent to USD4.19 billion. Overall, the provision of foreign debt has increased from 25% to 35% of gross debt. The higher use of foreign debt has been undertaken by considering more competitive cost of debt, country limit by loan provider, global liquidity, and to support foreign exchange reserve.

However, increase in exchange rate risk explained above should be monitored as the trend shows the depreciation of IDR relative to main currencies. From the begining of 2015 to November 2015, IDR had been depreciated by 11.25% and 8.14% to USD and JPY respectively, which contribute to the increase in foreign exchange portion of 4.36% of total outstanding foreign exchange by the end of November 2015.

2) Interest Rate Risk has been Improved

The fixed-interest-rate-debt to outstanding debt ratio has increased from 85.2% at the end of 2014 to ± 86.15% by the end of 2015. This condition is still inline with end of 2015 targeted debt ratio which is estimated under the range of 85%-89%. This is the consequence of government policy to prioritize the issuance of new debt with fixed interest rate. In 2015, the percentage of fixed-rate-debt issuance is 89.68% of the gross total debt issuance.

Tabel 1: Realisasi dan Target Indikator Portofolio Utang

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 47

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 52: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Meskipun utang dengan tingkat bunga tetap relatif mudah dalam perencanaan penganggaran, besarnya porsi utang dengan tingkat bunga fixed menjadi relatif lebih mahal dari sisi pembayaran bunga. Sebagai gambaran, berdasarkan posisi akhir Desember 2015 rata-rata kupon SUN tradable adalah sekitar 8,46% sedangkan tingkat bunga SPN 3 bulan yang menjadi acuan SUN variabel adalah sekitar 6,28%. Untuk itu keseimbangan portofolio utang negara menurut tingkat bunga perlu dijaga agar risiko dan biaya utang tetap berada pada tingkat yang optimal.

3) Risiko Pembiayan Kembali (refinancing) yang Terkendali

Risiko refinancing dapat dilihat dari indikator average time to maturity (ATM) yang relatif stabil pada kisaran 9,70 tahun. Selain itu, indikator porsi utang jatuh tempo dalam 3 tahun masih dapat dijaga pada level yang aman meskipun mengalami sedikit peningkatan dari 20,20% menjadi 21,51% karena upaya pemerintah untuk mengendalikan biaya utang dengan memperpendek tenor SBN domestik. Upaya lain yang ditempuh pemerintah adalah melakukan debt switching dan buyback untuk mengurangi utang yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Realisasi debt switching pada tahun 2015 adalah Rp5,95 triliun, dengan rata-rata tenor seri yang ditukar sebesar 2,22 tahun menjadi tenor 11,69 tahun. Di sisi lain, realisasi buyback pada tahun 2015 adalah Rp1,40 triliun, dengan rata-rata tenor yang di buyback sebesar 1,92 tahun.

Dalam SPUN 2014-2017 juga ditetapkan 3 indikator risiko kesinambungan fiskal yang harus dimonitor, meliputi rasio utang terhadap PDB, rasio pembayaran bunga utang terhadap PDB, dan rasio SBN tradable terhadap PDB. Indikator kesinambungan fiskal ini dimonitor untuk melihat perkembangan risiko fiskal yang berkaitan dengan pengelolaan utang.

Realisasi indikator kesinambungan fiskal pada akhir tahun 2015 mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan akhir tahun 2014, yang dipengaruhi oleh:

1. Peningkatan outstanding utang akibat pelebaran defisit APBN dari 1,9% menjadi 2,9% terhadap PDB yang dibiayai melalui utang.

2. Peningkatan outstanding utang sebesar Rp104,24 triliun, akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang utama, terutama USD dan JPY;

Although debt with fixed interest rate is relatively easy in terms of budget planning, high portion of this debt will be more expensive in terms of interest payment. To illustrate, by the end of December 2015, the average coupon of tradable Government Debt Securities (SUN) is approximately 8.46% while the interest rate of 3-months SPN which is the reference for variable SUN is approximately 6.28%. Therefore, balance of government debt securities portfolio based on the interest rate should be maintained to ensure that the level of risks and cost of debt are in the optimal level.

3) Refinancing Risk is under Control

Refinancing risk can be measured by the average time to maturity (ATM) indicator which has been relatively stable in the range of 9.7 years. In addition, the proportion of 3-years YTM debt can be maintained at favourable level although it has increased slightly from 20.20% to 21.51% due to government attempts to control cost of debt by shortening the maturity of domestic SBN. Other attempt by government include debt switching and buyback program to reduce government debt with short term maturity. The realization of debt switching in 2015 was IDR5.95 trillion, with the average tenor that was being switched was from 2.22 years into 11.69 years. On the other side, the realization of buyback on 2015 was IDR1.4 trillion with the average tenor 1.92 years.

Under SPUN 2014-2017, three indicators of fiscal sustainability risks that should be monitored has also been articulated, includevdebt to GDP ratio,vinterest payment to GDP ratio, and tradable SBN to GDP ratio. These indicators of fiscal sustainability risks is monitored to assess the growth of fiscal risks which is related to debt management.

If compared to the end of 2014, the realization of fiscal sustainability indicators in 2015 has increased with the follwing factors:

1. Increase in debt outstanding as the result of state budget deficit expansion from 1.9% to 2.9% of GDP which is financed with debt.

2. Increase in debt outstanding debt of IDR104,24 trillion as the result of IDR depreciation to main currencies, particularly USD and JPY.

Tabel 2: Capaian Indikator Kesinambungan Fiskal

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201548

Page 53: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

3. Pertumbuhan ekonomi 2015 diperkirakan sebesar +4,7%, berada di bawah target pertumbuhan 2015 yang digunakan dalam penyusunan SPUN 2014-2017 sebesar 5,5% dan target pertumbuhan APBN-P 2015 yaitu sebesar 5,7%. Kondisi ini mengakibatkan penurunan PDB nominal dari Rp11.546,93 triliun yang digunakan dalam penyusunan SPUN dan Rp11.700,81 triliun yang merupakan asumsi APBN-P 2015 menjadi Rp11.357 triliun untuk proyeksi pelebaran defisit 2,9% dari PDB.

b. Strategi Pembiayaan Utang Tahunan

Sebagaimana amanat dari Undang-undang Nomor 27 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2015, kebutuhan pembiayaan defisit APBN dan investasi Pemerintah yang harus dipenuhi melalui utang pada Tahun 2015 adalah sebesar Rp246 triliun. Dengan memperhitungkan kewajiban pelunasan utang dan pengelolaan portofolio utang, serta kebutuhan pembiayaan non utang maka jumlah utang yang harus diterbitkan/diadakan menjadi sebesar Rp475 triliun. Untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan melalui utang tersebut maka disusunlah Strategi Pembiayaan Melalui Utang Tahun 2015 sebagaimana Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Nomor 38/PU/2014, sebagai upaya untuk mencapai portofolio utang yang optimum.

Pada tahun 2015 terdapat revisi strategi pembiayaan utang tahunan yang disebabkan oleh penyesuaian target defisit dalam APBNP yang ditetapkan melalui undang-undang No. 3 tahun 2015 dan perubahan outlook realisasi APBN yang ditetapkan melalui PMK nomor 163/PMK.05/2015 tahun 2015. Perubahan outlook APBNP disebabkan oleh realisasi pendapatan negara lebih rendah dibandingkan dengan targetnya yang berdampak pada peningkatan defisit APBN dari 1,9% pada APBNP 2015 menjadi 2,56% pada realisasi APBN 2015.

Strategi pembiayaan utang tahunan merupakan pedoman pemenuhan pembiayaan utang per instrumen (SBN maupun pinjaman) dan berisi target indikator risiko yang harus dicapai dalam satu tahun. Strategi Strategi Pembiayaan Melalui Utang Tahunan juga bertujuan untuk meningkatkan literasi keuangan bagi masyarakat melalui sarana investasi keuangan yang terjangkau dan dapat diakses secara mudah.

Untuk memenuhi kewajiban sebagaimana Undang-undang Nomor 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, maka mulai tahun 2014 Strategi Tahunan Pembiayaan Melalui Utang dapat diakses oleh publik. Sedangkan untuk memastikan tujuan Strategi Pembiayaan Tahunan Melalui Utang dan untuk melakukan kesesuaian dengan kondisi pasar keuangan maka dilakukan monitoring atas pelaksanaan strategi tersebut yang dilakukan setiap kuartal.

3. Economic growth in 2015was expected to be ± 4.7%, which was below 2015 targeted growth that is used in the formulation of SPUN 2014-2017 and targeted revised state budget (APBN-P) growth which is set 5.5% and 5.7% respectively. This situation has resulted in the decrease in nominal GDP from IDR11,546.93 trillion that is used in the formulation of SPUN and IDR 11,700.81 trillion that is the assumption of revised state budget (APBN-P) to IDR11,357 trillion for the deficit expansion projection of 2.9% of GDP.

b. Annual Debt Financing Strategy

As stated under Law 27/2014 concerning State Budget of 2015 Fiscal Year, the needs of financing for state budget deficit and government investment that must be covered by debt in 2015 was IDR246 trillion. Considering the paymemt of debt obligation, the management of debt portfolio, and the needs of non-debt financing, the total debt that must be issued was IDR475 trillion. To cover the needs of debt financing, the Debt Financing Strategy for 2015 has been prepared as stipulated on The Decree of General Director of Debt Management 38/2014, as an attempt to achieve optimum debt portfolio.

There was revision on annual debt financing strategy in 2015 due to the formulation of targeted deficit on APBN-P which is stated under Law 3/2015 and the change in state budget realization outlook stated under PMK 163/2015. The change in APBNP outlook is the result from low realization of state revenue compared to its target which has an impact on increasing APBN deficit from 1.9% on APBNP 2015 to 2.56% on the realization of 2015 APBN.

Annual debt financing strategy is a guidance for debt financing per instrument (SBN as well as loan) and specifies risk indicators target that should be achieved during one year. Annual debt financing strategy also aims to improve public financial literacy through affordable and accessible financial investment facilities.

To fulfill the obligation as stated under Law 14/2008 concerning Public Information Disclosure, Annual Debt Financing Strategy is publicly accessible since 2014. Meanwhile, to ensure the purposes of Annual Financing Strategy and to make financial market adjustment, the monitoring of strategy implementation has been conducted quarterly.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 49

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 54: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Sejalan dengan kebijakan umum pengelolaan utang, sebagian besar pembiayaan melalui utang pada tahun 2014 dipenuhi melalui sumber pembiayaan dalam negeri dengan tingkat bunga tetap dengan tujuan agar dapat menekan risiko nilai tukar dan risiko tingkat bunga. Monitoring tersebut juga dimaksudkan untuk melihat perkembangan portofolio utang baik dari sisi indikator risikonya maupun biaya.

Indikator Realisasi 2014 Target APBN-P 2015

Realisasi s.d Kuartal IV 2015

Interest Rate Risk

VR Proportion 14,8% 13.79% 14,0%Refinancing RiskATM (years) 9,74 9,68 9,31Average Maturity during 1 year 7,66% 8,64% 8,53%Exchange Rate RiskFX Proportion 43,28% 43,67% 43,85%

Dalam rangka pengendalian utang Pemerintah, diperlukan batasan-batasan kuantitatif dan kualitatif untuk setiap instrumen utang yang akan diadakan oleh pemerintah. Pada tahun 2015 telah disusun Batas Maksimal Pinjaman Luar Negeri, Batas Maksimal Pinjaman Dalam Negeri, dan Batas Maksimal Penerbitan SBSN untuk Pembiayaan Proyek. Dokumen-dokumen dimaksud disampaikan kepada Kementerian PPN/Bappenas sebagai pertimbangan dalam melakukan perencanaan kegiatan/proyek sesuai dengan ketersediaan masing-masing instrumen utang.

a. Batas Maksimal Pinjaman Luar NegeriBatas Maksimal Pinjaman Luar Negeri (BMPLN) merupakan indikasi batas tertinggi penarikan PLN setiap tahun yang dapat dialokasikan dalam APBN. BMPLN disusun dengan memperhatikan strategi utang jangka menengah yang berlaku dan menjadi salah satu pertimbangan dalam menyusun Rencana Pemanfaatan Pinjaman Luar Negeri (RPPLN).

Dalam pelaksanaannya, alokasi penarikan PLN dalam APBN tidak harus sama dengan angka BMP, tetapi harus sesuai dengan kebutuhan riil Kementerian/Lembaga dan penerima penerusan pinjaman. Hal ini bertujuan agar kualitas penyerapan PLN dapat semakin baik dan APBN semakin efisien.

BMPLN di-review secara periodik untuk menyesuaikan dengan kebutuhan pembiayaan tahunan, mengetahui jumlah komitmen dan progress penarikan yang telah dibuat, dan menyesuaikan dengan arahan kebijakan pengelolaan utang. Dari hasil review pada tahun 2015 dapat dilihat bahwa kebijakan negative net flow sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN 2010-2014 dan Strategi Pengelolaan Utang Negara Jangka Menengah sudah tidak relevan lagi dengan realisasi pembiayaan tahun 2015 dan rencana MTBF 2015-2019. Untuk itu perlu dilakukan penyesuaian terhadap BMPLN tersebut agar searah dengan kebijakan pemerintah yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019, yang merupakan visi dan misi pemerintahan.

In accordance with general policy in debt management, the majority of debt financing on 2014 was covered by domestic sources of financing with fixed interest rate with the purpose to minimize the exchange rate risks and interest rate risks. The monitoring activities also aims to assess the growth of debt portfolio both in terms of its risks and costs.

To control government debt, both quantitative and qualitative limits for each debt instrument that will be issued by government are required. The government has formulate Foreign Loan Maximum Limit, Domestic Loan MaximumLimit, and MaximumLimit for SBSN Issuance for Project Financing in 2015. These documents has been sent to National Development Planning Agency/Bappenas as consideration for activity/project planning based on the availability of each debt instrument.

a. Foreign Loan Maximum LimitForeign Loan Maximum Limit (BMPLN) indicates the highest amount of the highest amount of foriegn loan for every year that can be allocated in state budget. The formulation of BMPLN considers existing medium-term debt strategy and becomes one of considerations in formulating Foreign Loan Utilization Planning (RPPLN).

On its implementation, the allocation of foreign loan in APBN is not necessarily always the equal with BMP figure, however, it must based on the real needs of each Ministries/Agencies and the subsidiary loan recipients. The purpose of this mechanism is to improve the absorption of foreign loan and the efficiency of state budget.

Foreign Loan Maximum Limit is reviewed periodically in order to be adjusted with annual financing needs, the number of commitment and withdrawal progress that has been made, and debt management policy. From 2015 review, it can be infered that the negative net flow policy as stated on RJPMN 2010-2014 and Medium-Term Government Debt Management Strategy is no longer relevant with the 2015 financing realization and MTBF 2015-2019 Plan. Hence, the adjustment of Foreign Loan Maximum Limit (BMPLN) should be made in order to be inline with government policy stated in RPJMN 2015-2019, which is government’s vision and mission.

Tabel 2: Capaian Indikator Kesinambungan Fiskal

Sumber: Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

2. Pengendalian Utang Pemerintah 2. Government Debt Control

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201550

Page 55: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

b. Pengendalian Pinjaman Dalam NegeriDalam upaya meningkatkan peran pinjaman dalam negeri sebagai sumber pembiayaan, telah dilakukan evaluasi pelaksanaan PDN dengan hasil yang menunjukkan bahwa secara umum pelaksanaan PDN periode 2010-2015 masih mengalami berbagai hambatan yang mengakibatkan realisasi penyerapan tidak optimal. Permasalahan pelaksanaan PDN tersebut diantaranya adalah ketidaktersediaan teknologi di dalam negeri, terhambatnya pasokan bahan baku (khususnya kandungan impor), serta perubahan spesifikasi barang dari user.

Dalam mengatasi permasalahan tersebut DJPPR telah melakukan koordinasi dengan Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan kementerian/lembaga pelaksana kegiatan untuk mencari alternatif penyelesaian permasalahan-permasalahan tersebut. Salah satu solusinya adalah peningkatan koordinasi dengan para penyedia jasa dan mempercepat penyelesaian kontrak pengadaan barang/jasa.

Pada tahun 2015 dilakukan penyusunan dokumen Batas Maksimal Pinjaman Dalam Negeri untuk tahun anggaran 2016 yang ditetapkan melalui Surat Menteri Keuangan Nomor: S-207/MK.08/2015 tanggal 25 Maret 2015. Dokumen ini merupakan batas tertinggi rencana penarikan pinjaman dalam negeri tahun 2016 yang akan di masukan dalam APBN.

c. Batas Maksimal Penerbitan SBSN untuk Pembiayaan ProyekSalah satu pengembangan instrumen utang adalah penggunaan SBSN dengan skema project financing, yang mulai diperkenalkan sejak tahun 2010. Batas Maksimal Penerbitan SBSN untuk membiayai proyek (BMP-SBSN Proyek) bersifat tahunan dan digunakan sebagai dasar perencanaan kegiatan, penyusunan resource envelope, dan penetapan pagu anggaran.

Pemenuhan dan kesesuaian dengan prinsip-prinsip syariah merupakan salah satu kriteria proyek yang akan dibiayai dengan SBSN. Selain itu, proyek yang dibiayai harus memenuhi readiness criteria sesuai ketentuan yang berlaku dengan tetap memperhatikan kualitas penyiapannya. Keberhasilan penerbitan SBSN dengan skema project financing mensyaratkan koordinasi intensif dalam penyediaan pembiayaan, serta disiplin dalam pelaksanaan proyek secara tepat waktu.

Dokumen Batas Maksimal Penerbitan SBSN untuk Pembiayaan Proyek Tahun Anggaran 2015 telah ditetapkan melalui Surat Menteri Keuangan Nomor: S-175/MK.08/2014 tanggal 11 Maret 2015.

b. Domestic Loan ControlIn order to increase the role of domestic loan as the source of financing, the implementation of domestic loan has been evaluated which indicates that, in general, the implementation of domestic loan during the period of 2010-2015 still faced so many challenges that the realization loan absorption has not been optimal. Among challenges in the implementation of domestic loan are lack of technology in domestic, problem in the supply of raw material (in particular imported material), and changes in goods specification from user.

To overcome these problems, DJPU has coordinated with the National Development Planning Agency (Bappenas) and Ministry/Organizing Commitee to find out the alternative solutions for these challenges. One of the alternative solutions is to improve the coordination with service providers and fasten the settlement of goods/services procurement contracts.

In 2015 the document of Domestic Loan Maximum Limit has been prepared for the 2016 fiscal year which has been stated under The Letter of Minister of Fiannce No: S-207/MK.08/2015 date 25 March 2015. This document is the highest amount of domestic loan withdrawal planning in 2016 that will allocated in APBN.

c. Maximum Limit of SBSN Issuance for Project FinancingOne of debt instruments development is the use of SBSN with project financing scheme, that has been introduced since 2010. The Maximum Limit of SBSN Issuance for Project Financing (BMP-SBSN Proyek) is set annually and used as a base for activity planning, resource envelope formulation and determination of budget upper limit.

Compliance and confirmity to Shariah principles is one of criterias for projects funded with SBSN. In addition, the project must meet the readiness criteria based on current regulation and while maintaing the quality of its readiness. The success of SBSN issuance with project financing scheme requires intensive coordination in the provision of financing and timely project implementation.

The document Maximum Limit of SBSN Issuance for Project Financing for 2015 Fiscal Year has been stipulated on The Letter of Minister of Finance No: S-175/MK.08/2014 date 11 March 2015.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 51

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 56: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

3. Penerapan ALM Pemerintah

Dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan aset dan kewajiban pada neraca Pemerintah (Asset Liability Management/ALM) dibutuhkan koordinasi intensif dengan melibatkan jajaran pimpinan di lingkungan Kementerian Keuangan melalui forum Komite ALM. Komite ini melakukan pengkajian, pengembangan, dan penyempurnaan secara berkelanjutan atas komponen fiskal yang dapat mempengaruhi struktur aset dan kewajiban Pemerintah. Komponen tersebut antara lain meliputi pengendalian defisit, pengelolaan utang, dan pengelolaan kas Negara.

Dengan mengacu pada pasal 19 ayat (1) dan (4) Undang-Undang nomor 27 Tahun 2014 tentang Anggaran dan Pendapatan Belanja Tahun Anggaran 2015 yang berbunyi ”Dalam hal anggaran diperkirakan defisit melampaui target yang ditetapkan dalam APBN, Pemerintah dapat menggunakan dana SAL, penarikan pinjaman siaga dan/atau penerbitan SBN sebagai tambahan pembiayaan” dan “Ketentuan mengenai perkiraan defisit melampaui target serta penggunaan dana SAL, penarikan pinjaman siaga, dan/atau penerbitan SBN sebagai tambahan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan”, tugas komite ALM pada tahun 2015 adalah melakukan penyelarasan antara pengendalian defisit, pengelolaan kas, dan pemenuhan kebutuhan defisit khususnya yang bersumber dari utang.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko mempunyai peran penting dalam mendukung pengelolaan Aset dan Kewajiban Pemerintah. Sejak dibentuknya Komite ALM hingga saat ini, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko telah berperan sebagai sekretaris Komite ALM. Selain itu, Direktorat Strategi dan Portofolio Pembiayaan juga berperan sebagai koordinator kelompok kerja teknis yang bertugas mendukung pengambilan keputusan Komite ALM.

Secara garis besar fungsi komite ALM adalah membantu Menteri Keuangan dalam pengambilan keputusan dan menyelaraskan pelaksanaan tugas dari unit perumus kebijakan fiskal (BKF), unit pengelolaan utang (DJPPR), unit pengelola aset (DJPB dan DJKN), unit pengelola penerimaan negara (DJP, DJBC, DJA, DJPK), dan unit pelaksana anggaran (DJA dan DJPK). Komite ini juga dapat menjembatani perbaikan proses bisnis menjadi suatu fungsi yang lebih sinergis dan terintegrasi dengan pembagian kerja yang jelas. Sebagai gambaran adalah perbaikan outlook realisasi APBN menjadi lebih kredibel sehingga dapat melewati berbagai tantangan yang cukup berat, dibandingkan proses sebelumnya yang tidak dapat menghasilkan angka yang dapat diandalkan.

Adapun Komite ALM Kementerian Keuangan pada tahun 2015 dibentuk melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 743/KMK.08/2015 dengan struktur meliputi: a. Komite Pengarah, b. Komite Pelaksana,c. Sekretariat ALM /Kelompok Kerja Dukungan Teknis

yang terdiri dari sub Sekretariat sebagai berikut:

3. Government ALM (Assets Liabilities Management) PracticeIn order to optimize assets and liability management on Government Balance (Assets Liability Management/ALM), intensive coordination involving all directors at Ministry of Finance through ALM Committee forum is required. This committe conducts continuous study, development and improvemet on fiscal component that can affect government’s assets and liability structure. These components include deficit control, debt management, and state treasury management.

Refer to article 19 point (1) and (4) Law 27/2014 concerning 2015 State Budget stated “ in the case of budget deficit exceeds its target on state budget, the government can use SAL fund, standby loan withdrawal and/or SBN issuance as additional financing and “The regulation about the estimation of deficit exceed the target and the use of SAL fund, standby loan withdrawal, and/or SBN issuance as additional financing as stated in point (1) is further regulated in The Regulation of Minister of Finance. The responsibility of ALM Committee on 2015 is to allign control for deficit, treasury management and cover the deficit needs, in particular which comes from debt.

The Directorate General of Budget Financing and Risk Managemetn plays an important role to support the assets and libaility management. Since the establishment of ALM Committee, the Directorate General of Budget Financing and Risk has a role as the ALM Committee Secretary. In addition, Directorate of Financing Strategy and Portfolio has also played a role as technical teamwork coordinator which has responsibility to support ALM Committee in the decision making process.

In general the function of ALM Committee is to support the Ministry of Finance in the decision making process and to allign the work implementation from Fiscal Policy Agency (BKF), Debt Management Unit (DJPPR), Asset Management Unit (DJPB and DJKN), State Revenue Management Unit (DJP, DJBC, DJA, DJPK) and Budget Implementation Unit (DJA and DJPK). This committee is also bridging the business process improvement in order to be a synergized and integrated function with clear work division. As an example is the improvement of state budget realization outlook to be more credible so that it can overcome many challenges compared to the previous process which are unable to estimate reliable number.

ALM Committee of Ministry of Finance is established in 2015 under The Decree of Minister of Finance, KMK 743/2015 with the following structures:a. Supervisory Committteeb. Organizing Committeec. ALM Secretariat/Technical Support Teamwork

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201552

Page 57: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Selama tahun 2015, Komite ALM secara rutin telah melaksanakan Board Meeting dalam rangka pengambilan keputusan terkait pengelolaan Aset dan Kewajiban Pemerintah sebanyak 18 (delapan belas) kali dengan menghasilkan 4 (empat) Berita Acara Keputusan yang dijadikan sebagai dasar penyusunan Peraturan dan Keputusan Menteri Keuangan, yaitu:a. PMK Nomor 163/PMK.05/2015 tentang Pelebaran

Defisit yang Melampaui Target Defisit APBN TA 2015 dan Tambahan Pembiayaan Defisit yang Diperkirakan Melampaui Target Defisit APBN TA 2015

b. KMK Nomor 960/KMK.05/2015 tentang Besaran Perkiraan Defisit yang Melampaui Target Defisit APBN TA 2015 dan Besaran Tambahan Pembiayaan Defisit yang Diperkirakan Melampaui Target Defisit APBN TA 2015

c. KMK Nomor 1145/KMK.05/2015 tentang Perubahan atas KMK Nomor 960/KMK.05/2015 tentang Besaran Perkiraan Defisit yang Melampaui Target Defisit APBN TA 2015 dan Besaran Tambahan Pembiayaan Defisit yang Diperkirakan Melampaui Target Defisit APBN TA 2015

d. KMK Nomor 1236/KMK.05/2015 tentang Perubahan Kedua atas KMK Nomor 960/KMK.05/2015 tentang Besaran Perkiraan Defisit yang Melampaui Target Defisit APBN TA 2015 dan Besaran Tambahan Pembiayaan Defisit yang Diperkirakan Melampaui Target Defisit APBN TA 2015

e. KMK Nomor 1275/KMK.05/2015 tentang Perubahan Ketiga atas KMK Nomor 960/KMK.05/2015 tentang Besaran Perkiraan Defisit yang Melampaui Target Defisit APBN TA 2015 dan Besaran Tambahan Pembiayaan Defisit yang Diperkirakan Melampaui Target Defisit APBN TA 2015

ALM Committee has regularly conducted Board Meeting for 18 times during 2015 to make the decisions in government’s assets and liability management which produced 4 reports that is used as a base for the formulation of The Regulation of Minister of Finance and The Decee of Minister of Finance, include:

a. PMK No. 163/2015 concerning Deficit Expansion which Exceeds Targeted Deficit on State Budget 2015 Fiscal Year and Aditional Financing for Deficit which Exceeds Targeted Deficit on State Budget 2015 Fiscal Year.

b. KMK No. 960/2015 concerning The Estimation Amount of Deficit which Exceeds Targeted Deficit on State Budget 2015 Fiscal Year and The Amount of Aditional Financing for Deficit which Exceeds Targeted Deficit on State Budget 2015 Fiscal Year.

c. KMK No. 1145/2015 concerning The Amandement of KMK 960/2015 concerning Deficit which Exceeds Targeted Deficit on State Budget 2015 Fiscal Year and Aditional Financing for Deficit which Exceeds Targeted Deficit on State Budget 2015 Fiscal Year.

d. KMK No. 1236/2015 concerning The Second Amandement of KMK 960/2015 concerning Deficit which Exceeds Targeted Deficit on State Budget 2015 Fiscal Year and Aditional Financing for Deficit which Exceeds Targeted Deficit on State Budget 2015 Fiscal Year.

e. KMK No. 1275/2015 concerning The Third Amandement of KMK 960/2015 concerning Deficit which Exceeds Targeted Deficit on State Budget 2015 Fiscal Year and Aditional Financing for Deficit which Exceeds Targeted Deficit on State Budget 2015 Fiscal Year.

Foto 1: Pelaksanaan Rapat Komite ALM

Foto 2: Pelaksanaan Rapat Deputies ALM

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 53

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 58: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

4. Persiapan Penggunaan Instrument Derivative Dalam Pengelolaan Utang

Sebagai bagian dari pengelolaan risiko utang secara aktif, DJPPR berupaya melakukan Transaksi Lindung Lindung Nilai (Hedging) dengan menggunakan instrumen derivatif. Pemanfaatan instrumen derivatif dalam kegiatan hedging tersebut dilakukan dengan tujuan: 1) untuk memberikan kepastian pembayaran kewajiban utang pemerintah, baik pembayaran bunga maupun pembayaran cicilan pokok, dan melindungi dari volatilitas pasar uang utamanya variabel tingkat bunga dan nilai tukar dan 2) untuk mempercepat pencapaian portofolio utang yang optimum dalam target strategi pengelolaan utang Negara.

Sampai dengan awal tahun 2015, telah dipersiapkan beberapa infrastruktur pendukung antara lain: UU Nomor 27 Tahun 2014 tentang APBN Tahun Anggaran 2015 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12/PMK.08/2013 tentang Transaksi Lindung Nilai Dalam Pengelolaan Utang Negara. UU Nomor 27 Tahun 2014 menyatakan bahwa Pemerintah dapat melakukan transaksi lindung nilai dan kewajiban yang timbul akibat transaksi lindung nilai bukan merupakan kerugian negara. Klausa ini muncul dalam setiap penyusunan RUU APBN yang berawal dari UU Nomor 19 tahun 2012 tentang APBN Tahun Anggaran 2013. Sebagai aturan pelaksanaannya, Menteri Keuangan diamanatkan untuk menyusun Peraturan Menteri Keuangan sebagaimana termaktub dalam PMK Nomor 12 tahun 2013.

Di tahun 2015 terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan terkait dengan persiapan transaksi lindung nilai Pemerintah diantaranya penyusunan infrastruktur peraturan yang terdiri dari revisi PMK Nomor 12/PMK.08/2013 tentang Transaksi Lindung Nilai Dalam Pengelolaan Utang Pemerintah, penyusunan konsep kebijakan lindung nilai yang akan ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan tentang Kebijakan Lindung Nilai dalam Pengelolaan Utang Pemerintah, dan konsep kebutuhan lindung nilai yang akan ditetapkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko tentang Kebutuhan Transaksi Lindung Nilai Utang Pemerintah. Revisi terhadap PMK dimaksud ditujukan untuk menyesuaikan dengan perubahan organisasi dan tata laksana di lingkungan DJPPR serta menyempurnakan kembali proses bisnis transaksi lindung nilai sesuai dengan international best practice. Dalam revisi PMK dimaksud, juga terdapat amanat untuk menyusun Kebijakan Lindung Nilai dan menghitung Kebutuhan Lindung Nilai. Ketiga konsep dokumen dimaksud telah dipaparkan kepada Direktur Jenderal dan para Direktur serta perwakilan Direktorat terkait di lingkungan DJPPR. Pengesahan terhadap konsep dokumen tersebut diharapkan dapat dilakukan pada tahun 2016 dengan terlebih dahulu mengimplementasikannya dalam kegiatan simulasi transaksi lindung nilai.

Selain penyelesaian konsep dokumen tersebut, pada tahun 2015 telah dilakukan penandatanganan ISDA Master Agreement dengan World Bank untuk instrumen derivatif swap. Dengan ditandatanganinya ISDA Master Agreement tersebut diharapkan dapat dijadikan acuan untuk penyusunan Perjanjian Induk Lindung Nilai dengan calon counterparty lainnya.

4. Preparation to Use Derivate Instruments in Debt Management

As part of active debt-risk management, DJPPR attempts to conduct hedging transactions by using derivative instruments. The use of derivatives instruments in hedging activity aims to: 1) to give assurance on the payment of government’s obligation, both principal and interest payment and protect from money market volatility, in particular interest rate and exchange rate volatility and (2) To fasten the achievement of optimum debt portfolio targeted on the government debt management startegy.

Until the begining of 2015, supporting infrastructures has been prepared, includes: Law No. 27/2014 concerning State Budget 2015 Fiscal Year and The Regulation of Minister of Finance No. 12/2013 concerning Hedging Transaction in Government Debt Management. Law 27/2014 stated that the government can conduct hedging transaction and the liabilities comes fom hedging transaction is not considered as state loss. This clause will be stated in every formulation of RUU APBN which has been started from Law No. 19/2012 concerning State Budget 2013 Fiscal Year. As the technical guidance, Minister of Finance is mandated to prepare the The Regulation of Minister of Finance as stated on PMK No. 12/2013.

In 2015 there are some activities that are conducted in order to prepare the government’s hedging transactions that include the formulation of regulatory infrastructure which consists of The Amandement of PMK No. 12/2013 concerning the Hedging Transaction in Government Debt Management and the concept of the needs of hedging that will stated on Directorate General of Budget Financing and Risk concerning The Needs of Government’s Debt Hedging Transaction. The amandement of PMK aims to make necessary adjustments with organizational changes and procedures at DJPPR and to improve the business process of hedging transaction based on international based practice. Under The Amandement of PMK, it is also mandated to prepare the hedging policy and estimates the needs for hedging. Three documents has been delivered to General Director and the directors and the representatives of related directorate at DJPPR. The official approval of these documents are expected to be held on 2016 by implement these concepts firstly in hedging simulation activities.

In addition to the accomplishment of three documents explained above, in 2015 ISDA Master Agreement has been signed by World Bank as swap derivative instruments. The signing of ISDA Master Agreement is expected to be a reference in the formulation of Hedging Major (Induk) Agreement with the other prospective counterparty.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201554

Page 59: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Dari sisi penganggaran, pada tahun 2015 telah dipersiapkan anggaran untuk transaksi lindung nilai sebagai bagian dari belanja bunga utang. Namun demikian mengingat infrastruktur pendukung transaksi lindung nilai dianggap masih belum memadai maka pada tahun 2015 transaksi lindung nilai masih belum dapat dilaksanakan. Selain infrastruktur pendukung, counterparty transaksi lindung nilai sampai dengan akhir tahun baru ditetapkan 1 (satu) lembaga keuangan internasional sehingga tidak memungkinkan untuk memperoleh harga instrumen yang kompetitif.

5. Penyusunan Analisis dan Kajian Pengembangan Pengelolaan Pembiayaan

Penyusunan kajian pengembangan pengelolaan pembiayaan diperlukan untuk memberikan masukan dalam pengambilan kebijakan pengelolaan pembiayaan sekaligus dapat menjadi sarana yang berguna untuk memitigasi risiko pembiayaan.

a. Analisis Determinan Tingkat Imbal Hasil Surat Berharga Negara (SBN) DomestikPenyusunan kajian ini dilatarbelakangi oleh relatif tingginya yield Obligasi Domestik Indonesia apabila dibandingkan dengan negara-negara dengan profil serupa di Asia Tenggara maupun di kelompok Emerging Markets lainnya. Kajian ini menyimpulkan bahwa tingkat imbal hasil Obligasi Domestik sangat ditentukan oleh ekspektasi investor atas kondisi perekonomian suatu negara, sehingga untuk dapat menurunkan biaya penerbitan utang sangat diperlukan perbaikan performa indikator ekonomi makro seperti nilai tukar Rupiah terhadap USD dan tingkat inflasi serta memperbaiki persepsi investor asing atas risiko kredit Pemerintah.

b. Analisis Metodologi Internal Credit Rating Pemerintah (PDAM)PDAM merupakan salah satu sektor di bidang infrastruktur yang memerlukan investasi sangat besar dan tidak bisa hanya mengandalkan sumber pendanaan dari APBN atau APBD. Namun, dengan melihat kondisi keuangan PDAM yang sangat terbatas, para calon kreditor memerlukan penjaminan dari Pemerintah bagi pinjaman yang diberikannya. Sebagai penjamin, Pemerintah memiliki risiko yang harus dapat dikelola dan diukur secara berkelanjutan, salah satunya melalui pemantauan internal credit rating perusahaan air minum yang mendapatkan jaminan tersebut. Kajian ini dimaksudkan untuk menyusun metodologi penilaian dimaksud.

c. Kajian Perpajakan SBNPajak atas SBN di satu sisi menjadi sumber penerimaan Pemerintah namun pada saat yang sama turut berandil dalam meningkatkan biaya bunga. Peningkatan biaya bunga ini terjadi karena investor melakukan gross up atas yield SBN untuk mendapatkan kompensasi atas pajak yang dibayarkan. Bagi investor yang telah menetapkan target return, tarif pajak akan ditambahkan pada target yield-nya. Namun mengingat harga pasar yang terbentuk telah melekat pajak, investor yang pajaknya rendah dapat memanfaatkan kondisi pasar dengan tetap melakukan gross up sesuai dengan harga pasar sekunder yang mengandung PPh. Dengan demikian, kenaikan biaya bunga karena investor melakukan gross up terhadap yield SBN nilainya dapat

On the budgeting side, in 2015 the budget for hedging transaction has been allocated and as part of interest spending. However, considring that the supporting infrastructure for hedging transaction has not been sufficient, there is no hedging transaction on 2015. In addition to supporting infrastructure, by the end of the year there is only one international institution counterparty in hedging transaction so that it is impossible to obtain competitive price on the instrument.

5. Preparation of Analysis and Study on Financing Management Development

Preparation of study on financing management development is required in order to give input in policy making in financing management as well as to facilitate the financing risk mitigation.

a. Analysis of the Determinant of Domestic SBN Yield This study is motivated by the relatively high yield of Indonesian Domestic Bond compared to other countries with similar profile in the South East Region as well as to other emerging market. This study finds that the yield of domestic bond is determined by investors’ expectation on the economic condition of one particular country, so that in order to decrease the cost of debt issuance, the macroeconomy indicators performance such as the exchange rate of IDR to USD, inflation rate and perception on government credit risk should be improved.

b. Analysis of Government Internal Credit Rating Methodology (PDAM)PDAM is one of infrastructure sectors that requires huge amount of investmen that cannot only rely on APBN or APBD sources of fund. However, by considering limited financial condition of PDAM, the creditors require loan guarantee from the government. As guarantor, the government has risk exposure that should be managed and measured continuosly. This can be conducted through monitoring on the internal credit rating of PDAM that obtain the guarantee.

c. Study on SBN TaxAt one side, SBN tax is one of government sources of revenue. However, at the same time SBN tax has resulted in the increase of interest expense. The increase on the interest expense is the consequences of SBN yield gross-up by investorin to get the compensation for the tax that has been paid. For investors who have set targeted return, the SBN tax will be added on their targeted yield. However, since tax has been included in the market price, low-tax investor can gain benefit from the market condition by keep doing gross-up based on the secondary market price which has income tax. Hence, the increase in interest expense as the result of gross-up activities on SBN yields by investors exceeds the amount of state revenue from the SBN tax. This study recommend

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 55

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 60: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

treatment change on SBN tax in order to enhance the fiscal room and increase the overall economy.

d. Potency of Crowding-Out in Indonesia In financing management strategy, the issuance of SBN is conducted both in domestic and international primary market, by prioritizing domestic sources of financing and encourage the participation of domestic investor. At one side, the domination of source of financing by domestic sources has positive impacts, that is prioritizing domestic potency and minimize the exchange rate risk. However, the potency of crowding-out in the domestic market can reduce the liquidity which have an impact on the decrease of source of financing for private sector investment and hinder the economic growth. This study conclude that the issuance of SBN during 2003-2014 has not resulted in crowding out.

e. Result-based Financing as Alternative for Financing Modality in IndonesiaResult-based financing is a performance-based types of financing where the withdrawal of financing is tied to the achievement of specific achievement instead of the accomplishment progress as in the traditional financing scheme. Notwitstanding there are many result-based financing conducted by donor institutions, this types of financing is relatively new in Indonesia and becomes new modality and requires supporting infrastructure both in legal and operational aspects. This study aims to understand the scheme, benefit, and risk of result-based financing by studying the experiences of other countries which have applied this scheme of financing which include ADB and other international financial institutions.

6. Government Guarantee Liability Management

One of government important roles in accelerating infrastructure development is to provide guarantee facility for infrastructure project. The guarantee facility provided by government is in the form of credit and investment guarantee. The purpose of the guarantee facility is to give assurance on investment return in particular for investor in order to encourage the participation of creditor/investor in the infrastructure development. On the other hand, the guarantee facility has the consequency for the government in terms of contingent liability and increase in fiscal risk both in short term and long term. Hence, it is substantial to manage the contingent liability that arise from government guarantee prudently starting from the project candidate evaluation process, the formulation of risk mitigation plan, the issuance of government guarantee to the monitoring of the default potency.

lebih besar jika dibandingkan dengan penerimaan yang didapatkan dari Pajak SBN tersebut. Kajian ini mengusulkan rekomendasi perubahan perlakukan perpajakan atas SBN agar dapat meningkatkan ruang fiskal dan meningkatkan perekonomian nasional secara luas. d. Potensi Crowding-Out di IndonesiaDalam strategi pengelolaan pembiayaan, penerbitan SBN dilakukan di pasar perdana domestik maupun pasar perdana internasional, dengan semaksimal mungkin mengutamakan sumber pembiayaan dalam negeri, dan dengan mengusahakan peningkatan partisipasi investor domestik. Di satu sisi, dominasi sumber pembiayaan dalam negeri memiliki sisi positif antara lain mengutamakan potensi domestik serta mengurangi kemungkinan risiko dari perubahan nilai tukar. Namun di sisi lain, penarikan dana di pasar domestik yang berlebihan dapat berpotensi mengurangi likuiditas yang berdampak pada berkurangnya sumber dana untuk investasi sektor swasta dan menghambat pertumbuhan ekonomi (crowding out). Hasil kajian ini menyimpulkan bahwa penerbitan SBN domestik sejak tahun 2003 hingga tahun 2014 tidak terbukti telah menimbulkan crowding out.

e. Pembiayaan Berbasis Hasil (Result-Based Financing) sebagai Alternatif Modalitas Pembiayaan di IndonesiaPembiayaan berbasis hasil (result-based financing) adalah suatu bentuk pembiayaan berbasis kinerja dimana penarikan pinjaman lebih dikaitkan dengan pencapaian tertentu dibandingkan terhadap perkembangan penyelesaian sebagaimana umumnya terdapat pada skema pinjaman tradisional. Meskipun banyak skema pembiayaan berbasis hasil sedang dilaksanakan oleh beberapa lembaga donor, bagi Indonesia skema pembiayaan berbasis hasil merupakan modalitas baru yang memerlukan dukungan infrastruktur baik legal maupun operasional. Kajian ini dimaksudkan untuk memahami skema, manfaat dan risiko pembiayaan tersebut dengan belajar dari pengalaman negara lain yang sudah menggunakan skema pembiayaan sejenis baik dari ADB maupun dari lembaga keuangan internasional lainnya.

6. Pengelolaan Kewajiban Penjaminan Pemerintah

Salah satu peran penting Pemerintah dalam rangka mendukung percepatan pembangunan infrastruktur yaitu dengan menyediakan fasilitas penjaminan kepada proyek infrastruktur. Fasilitas penjaminan yang diberikan oleh Pemerintah adalah dalam bentuk penjaminan kredit dan penjaminan investasi. Tujuan pemberian penjaminan tersebut adalah untuk memberikan kepastian pengembalian investasi khususnya terhadap kreditur (credit worthiness) sehingga dapat meningkatkan minat investor/kreditur untuk berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur. Di sisi lain, dengan adanya pemberian penjaminan tersebut memiliki konsekuensi timbulnya kewajiban kontinjensi dan peningkatan risiko fiskal bagi pemerintah, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk itu, diperlukan pengelolaan kewajiban kontinjensi yang berasal dari penjaminan pemerintah secara prudent dimulai dari proses evaluasi proyek yang akan dijamin, penyusunan rencana mitigasi risiko, penerbitan jaminan Pemerintah, sampai monitoring potensi gagal bayar.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201556

Page 61: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Program yang mendapatkan penjaminan Pemerintah sampai dengan akhir tahun 2015 adalah sebagai berikut:

a. Pemberian jaminan penuh terhadap pembayaran kewajiban PT PLN (Persero) kepada kreditur yang menyediakan pendanaan Kredit Perbankan untuk pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW Tahap I yang menggunakan batubara dan transmisi terkait atau yab dikenal dengan Fast Track Program (FTP) I. Jumlah penjaminan program ini adalah sebagai berikut:

Number of Guarantee Letter

Curency Amount of Guarantee (billion)

Outstanding per 31 December 2015 (billion)

11 USD 3.96 2.7425 IDR 35,678.74 18,975.76

b. Pemberian jaminan sebesar 70% atas pembayaran kembali pokok kredit investasi PDAM kepada perbankan dalam program percepatan penyediaan air minum yang dilaksanakan oleh PDAM dengan nilai penjaminan sebagai berikut:

NoProject

Outstanding Per 31 December 2015Name of PDAM Location Amount

of Financing1 PDAM Tirta Kahuripan Kab. Bogor Bogor 24,312 13,109.512 PDAM Tirta Galuh Kab. Ciamis Ciamis 14,700 8,554.063 PDAM Lombok Timur Lombok 11,175 2,071.354 PDAM Kota Malang Malang 44,974 17,795.285 PDAM Bandarmasih Banjarmasin 110,000 90,588.246 PDAM Kota Denpasar Denpasar 32,350 20,988.137 PDAM Giri Menang Denpasar 45,000 -8 PDAM Tirta Satria Kab. Banyumas Banyumas 16,870 -9 PDAM Kab. Cilacap Cilacap 8,126 -10 PDAM Kota Palopo Palopo 17,294 101,129,8611 PDAM Kab. Buleleng Denpasar 3,500 -Total 328,301 163,236.42

c. Penjaminan kepada pengembang listrik swasta atas kelayakan usaha PT PLN (Persero) untuk membeli tenaga listrik berdasarkan Perjanjian Jual Beli Listrik pada program pembangunan pembangkit tenaga listrik 10.000 MW Tahap II dengan menggunakan energi terbarukan, batubara, dan gas (FTP II).

Programs that has obtained guarantee from government by the end of 2015 are as follows:

a. Full guarantee on the payment of PT PLN’s liabilities to its creditors who provide Banking Credit to build the Phase I Power Plant 10,000 MW using coal and related transmission known as Fast Track Program (FTP) I. The amount of this guarantee is presented on the following table:

b. A 70% guarantee on the repayment of the principle of PDAM investment credit to the bank to accelerate the drinking water supply program conducted by PDAM with the amount of this guarantee is presented on the following table:

c. Guarantee on Private Electricity Developer for The Feasibility of PT PLN’s Project to purchase electricity power based on Sales and Purchase Agreement in the Second Phase 10,000 MW Power Plant Building Program Using Renewable Energy, Coal and Gas (FTP II)

Tabel Eksposur Penjaminan Pemerintah pada Proyek FTP I

Tabel Eksposur Penjaminan Pemerintah terhadap Proyek Percepatan Penyediaan Air Minum

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 57

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 62: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

No Proyek Pelaksana Proyek/ Penerima Jaminan

Nilai Proyek ( juta USD)

1 PLTP Rajabasa PT Supreme Energy Rajabasa 663.332 PLTP Muaralaboh PT Supreme Energy Muaralaboh 602.673 PLTA Wampu PT Wampu Electric Power 174.174 PLTP Rantau Dedap PT Supreme Energy Rantau Dedap 664.055 PLTP Sarulla PT Sarulla Operation Ltd 1,399.496 PLTA Semangka PT. Tanggamus Electric Power 172.007 PLTU Kalsel PT. Tanjung Power Indonesia 390.008 PLTU Kaltim PT. Graha Power Kaltim 314.489 PLTP Ijen PT. Medco Cahaya Geothermal 568.99 Total 4,949.16

d. Penjaminan infrastruktur melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Pemerintah telah menerbitkan penjaminan untuk pembangunan PLTU Jawa Tengah yang dilaksanakan oleh PT Bhimasena Power Indonesia dengan proyek yang dijamin sebesar USD 3.200 juta.

Dalam Strategi Pengelolaan Utang Jangka Menengah Tahun 2014-2017 diatur mengenai pengelolaan kewajiban kontinjensi, antara lain mengenai batasan kewajiban penjaminan, mitigasi risiko penjaminan dan monitoring kewajiban penjaminan. Berikut capaian pelaksanaan pengelolaan kewajiban kontinjensi hingga akhir tahun 2015 terhadap strategi pengelolaan kewajiban kontinjensi sebagaimana diatur dalam Strategi Pengelolaan Utang Jangka Menengah Tahun 2014-2017.

1) Batasan kewajiban penjaminanBatas Maksimal Penjaminan yang diperkenankan untuk periode sampai dengan tahun 2017 adalah sebesar 2,57 persen terhadap PDB di akhir tahun 2017. Berdasarkan penetapan tersebut, maka nilai kumulatif jaminan Pemerintah yang diterbitkan selama tahun 2014 s.d. 2017 maksimal adalah sebesar 2,57% dari PDB tahun 2017 atau secara nominal sebesar Rp365,7 triliun, hingga akhir tahun 2015 realisasi penerbitan penjaminan baru sebesar 0,23 persen terhadap PDB atau secara nominal sebesar Rp33 triliun.

2) Upaya Mitigasi RisikoHal-hal yang sudah dilaksanakan untuk memitigasi risiko atas pemberian penjamian antara lain sebagai berikut:a. Penerbitan benchmark harga pinjaman sebagai

acuan harga pinjaman (pricing) terhadap pinjaman yang dijamin pemerintah terutama untuk program FTP I.

b. Evaluasi risiko melalui analisis kelayakan proyek dan review klausul-klausul dalam Perjanjian Kredit atau Perjanjian Kerjasama yang diusulkan untuk dijamin.

c. Penjaminan yang diberikan diarahkan agar tidak bersifat blanket guarantee.

d. Pengelolaan kewajiban penjaminan telah dipublikasikan secara triwulanan melalui website Kementerian Keuangan untuk memenuhi aspek

d. Infrastructure Guarantee through Government and Business Entity Collaboration. The government has issued guarantee on the construction of electric steam power plant (PLTU) in Central Java which conducted by PT Bhimasena Power Indonesia with the guarantee value of USD3,200 million.

On the Medium-Term Debt Management Strategy 2014-2017, management of contingent liability has been regulated, which includes the maximum limit of guarantee liabilities, guarantee risk mitigation, and the monitoring of guarantee liability. The following are the accomplishment of the implementation of contingent liability by the end of 2015 as stated on Medium-Term Debt Management Strategy 2014-2017.

1) The Maximum Limit of Guarantee LiabilityThe Maximum Limit of Guarantee Liability that has been allowed for the period of 2017 is 2.57% of GDP by the end of 2017. Based on this regulation, the maximum of cummulative government guarantee issuance during the period of 2014-2017 is 2.57% of 2017 GDP or approximately IDR365.7 trillion. By the end of 2015, the realization of government guarantee is still 0.25% of GDP or approximately IDR33 trillion.

2) Risk Mitigation EffortAttempts in risk mitigation on the government guarantee include:a. Launching financing price benchmark as reference

to the financing guaranteed by government, in particular for FTP I.

b. Risk Evaluation through project feasibility analysis and Credit Agreement or Partnership Agreement clauses review.

c. The guarantee is not intended to serve as blanket guarantee.

d. The guarantee liability management has been published quarterly on the Ministry of Finance website in order to meet transparent state budget management and to allow public control.

Tabel Eksposur Penjaminan Pemerintah pada Proyek FTP II

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201558

Page 63: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

transparansi pengelolaan keuangan negara dan sebagai wujud dari pengawasan masyarakat.

e. Mitigasi untuk usulan program penjaminan baru dilakukan dengan menyusun prinsip umum penjaminan untuk mengelola dan menurunkan risiko penjaminan bagi Pemerintah.

3) Monitoring Pelaksanaan Proyek yang Mendapat Jaminana) Pelaksanaan proyek FTP I, sampai dengan akhir tahun 2015 dapat dirinci sebagai berikut:• Dalam proyek percepatan PLTU 10.000 MW tahap 1

(FTP-1) yang ditugaskan pemerintah, sebanyak 36 PLTU sudah kontrak EPC dan 1 (satu) proyek PLTU yaitu PLTU Timika (2 x 7 MW) belum kontrak karena telah dilakukan tender sebanyak 2 kali namun gagal. Dari 36 PLTU yang sudah kontrak, 4 kontrak EPC diterminasi yaitu kontrak PLTU 2 Riau - Selat Panjang (2 x 7 MW), PLTU Gorontalo (2 X 25MW), PLTU 1 Riau – Bengkalis (2X10 MW), dan PLTU 1 NTB – Bima (2X10 MW). Penyelesaian pembangunan PLTU 1 NTB (2X10 MW) dan PLTU Gorontalo (2X25 MW) sedang dilaksanakan oleh PT Rekadaya Elektrika (Anak Perusahaan PT PJB), sedangkan PLTU 2 Riau – Selat Panjang (2X7MW) dan PLTU 1 Riau – Bengkalis (2X10 MW) tidak dilanjutkan pembangunannya. Sehingga total kapasitas pembangkit proyek FTP-1 sebesar 9.927 MW.

• PLTU Kaltim Balikpapan (2 x 110 MW), dan PLTU Riau Tenayan (2 x 110 MW) telah mendapatkan pendanaan dari konsorsium perbankan nasional, namun tersisa PLTU Maluku Ambon 2 x 15 MW yang belum mendapatkan pendanaan. Meskipun pendanaan baru telah didapat namun progress pembangunan pembangkit sudah mendekati masa akhir konstruksi.

• Sampai dengan bulan Desember tahun 2015 Pembangkit FTP-1 yang sudah beroperasi (COD) sebesar 7.895 MW atau 79,5 % dari target sebesar 9.927 MW.

• Permasalahan utama dalam pembangunan proyek FTP 1 antara lain keterlambatan pembangunan jaringan transmisi karena pembebasan lahan, beberapa perijinan penggunaan terminal untuk jetty belum selesai, proses konstruksi/komisioning terkendala perbaikan kerusakan pembangkit yang berkepanjangan dan/atau perubahan desain pembangkit serta kemampuan pendanaan kontraktor.

b) Adapun secara singkat hasil pemantuan gagal bayar dan mitigasi risiko sampai dengan Desember 2015 terhadap 11 PDAM tersebut dapat dirinci sebagai berikut:• PDAM Kota Banjarmasin dan Kab. Bogor telah

menyelesaikan pembangunan proyek dan telah menghasilkan tambahan pendapatan yang cukup signifikan.

• PDAM Kab. Ciamis telah selesai melaksanakan pembangunan proyek air minum namun belum dapat digunakan karena terkendala belum selesainya proyek air baku Ditjen Sumber Daya Air (SDA). Menindaklanjuti hal tersebut, DJPPR telah berkoordinasi dengan Ditjen SDA-KemenPUPR untuk penyelesaian masalah tersebut.

e. The mitigation of guarantee program proposal will be conducted by formulazing general principle on managing and minimizing the government’s guarantee risk.

3) Monitoring of Guaranteed Projecta) The implementation of FTP 1 project by the end of 2015 is as follow:

• In the acceleration of Phase I PLTU 10,000 MW project (FTP-1) that has been mandated by governement, there are 36 PLTU with EPC contract and 1 (one) PLTU, namely PLTU Timika (2 x 7 MW), that has not been contracted after conducting two biddings. From 36 contracted PLTU, 4 EPC contract has been terminated, that is PLTU 2 Riau contract, Selat Panjang (2 x 7 MW), PLTU Gorontalo (2 x 25 MW), PLTU 1 Riau – Bengkalis (2 x 10 MW), and PLTU 1 NTB (2 x 10 MW) – Bima (2 x 10 MW). The finishing of PLTU 1 NTB (2 x 10 MW) and PLTU Gorontalo (2 x 25) constructed is conducted by PT Rekadaya Elektrika (The subsidiary of PT PJB), meanwhile PLTU 2 Riau-Selat Panjang (2 x 7 MW) and PLTU 1 Riau - Bengkalis (2 x 10 MW) has been terminated. Hence, the total capacity of FTP-1 power plant project is 9,927 MW.

• PLTU Kaltim Balikpapan (2 x 110 MW) and PLTU Riau Tenayan (2 x 110 MW) has been financed by national bank concorcium. However, PLTU Maluku Ambon (2 x 15 MW) has not been financed. Although new financing has been obtained, however the progress of power plant construction has been reached its end.

• By the end of December 2015 FTP-1 Power Plant that has been operated (COD) has reached 7,895 MW or 79,5% of initial target of 9,927 MW.

• The main challenge in the FTP-1 construction are the delay on transmission network construction due to land acquisition, unfinished agreements on the use of terminal for jetty, problems in construction process due to the long-drawn repairement and/or changing in power plant desain and the contractor’s financing ability.

b) Monitoring on default payment and risk mitigation on 11 PDAM by Decemeber 2015 is as follow:

• PDAM Kota Banjamasin and PDAM Kab. Bogor has finished the project construction and generated additional revenue significantly

• PDAM Kab. Ciamis has finished the construction of drinking water project, however, this facility cannot be used due to unfinished raw water project conducted by Directorate General of Water Resource (SDA). As the follow up, DJPR has been coordinated with Directorate General of Water Resource and Ministry of Public Works and Public Housing to solve this problem.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 59

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 64: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

• PDAM Lombok Timur telah menyelesaikan sebagian proyek namun tambahan penghasilan tidak cukup membayar angsuran karena pembatalan kenaikan tarif PDAM akibat keberatan masyarakat. Menindaklanjuti hal tersebut, DJPPR berkoordinasi dengan Pemda setempat agar memberikan subsidi kepada PDAM tersebut.

• PDAM Kota Denpasar telah menyelesaikan proyek pinjaman yang dijamin sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

• PDAM Kab. Buleleng telah menyelesaikan proyek penyediaan air, namun pada akhirnya tidak menggunakan pinjaman yang telah dijamin.

• PDAM Giri Menang Mataram mengalami keterlambatan penyelesaian proyek selama 10 bulan karena penggantian spesifikasi pekerjaan dan saat ini sedang dalam proses pembangunan. Menindaklanjuti hal tersebut, DJPPR telah berkoordinasi dengan Ditjen Cipta Karya-KemenPUPR untuk penyelesaian perubahan perjanjian kredit PDAM tersebut.

• PDAM Kota Palopo telah menyelesaikan proyek pada akhir Desember 2015 meskipun masih terdapat beberapa bagian belum mendapat perijinan dari Ditjen Bina Marga-KemenPUPR. Menindaklanjuti hal tersebut, DJPPR telah berkoordinasi dengan Ditjen Cipta Karya-KemenPUPR untuk penyelesaian ijin tersebut.

• PDAM Kab. Banyumas dan PDAM Kab. Cilacap mengalami keterlambatan proyek karena terlambatnya proses lelang yang terintegrasi dengan proyek pengolahan air Dijen Cipta Karya. Menindaklanjuti hal tersebut, DJPPR telah berkoordinasi dengan Ditjen Cipta Karya dan Ditjen SDA untuk percepatan penyelesaian proyek PDAM tersebut.

c) Selama tahun 2015, proses pemantauan penyelesaian permasalahan tanah dan tenggat waktu tercapainya financial close proyek KPBU PLTU Jawa Tengah (2x1000MW) telah dilakukan bersama dengan PT. Pll selaku co-guarantor. Pemantauan ini dilakukan dengan melakukan rapat koordinasi bersama PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) dan PT PLN (Persero) secara berkala setiap bulan.

4) Di samping itu, sampai dengan akhir tahun 2015 terdapat beberapa proyek yang sedang dalam proses review untuk diberikan rekomendasi penerbitan jaminan, yaitu Program Penjaminan FTP II : PLTA Hasang (Rp1.68 triliun), PLTU Jawa 1 (Rp25 triliun), PLTU Jawa 5 (Rp43.7 triliun), PLTU Jawa 3 (Rp33 triliun) dan PLTU Jawa 4 (Rp43.7 triliun) serta Program Penjaminan proyek KPBU : PLTU mulut tambang Sumsel 9 (Rp34.1 triliun) dan PLTU mulut tambang Sumsel 10 (Rp18.7 triliun).

5) Pada tahun 2015 juga tengah disusun peraturan perundangan-undangan mengenai penjaminan Pemerintah untuk Program penjaminan pinjaman langsung BUMN kepada lembaga keuangan internasional (direct lending), penjaminan untuk pembangunan jalan tol di Sumatera dan revisi Peraturan Presiden untuk penjaminan PDAM.

• PDAM Lombok Timur has finished a part of projects but the additional revenue is not sufficient to make the installment payment due to the cancellation of increase in PDAM price due to public resistance. Following this problem, DJPR has been coordinated with local governmenet to provide subsidy for PDAM.

• PDAM Kota Denpasar has finished the financing

guaranteed project on schedule.

• PDAM Buleleng City has finished the drinking water project. However, this project does not use guaranteed financing.

• PDAM Giri Menang Mataram faces delay in finishing the project for 10 months due to change in job specification and currently is in the construction process. DJPR has been coordinated with Directorate General of Cipta Karya, Ministry of Public Works and Public Housing to finish the revision of PDAM loan agreement.

• PDAM Kota Palopo has finished the project at the end of December 2015 in spite of some part has not been authorized by General Director of Bina Marga Ministry of Public Works and Public Housing. DJPR has been coordinated with Directorate General of Cipta Karya, Ministry of Public Works and Public Housing to get the authorization.

• PDAM Banyumas City and PDAM Cilacap City face delay in finishing the project due to late auction process which is integrated with water processing project by Directorate General of Cipta Karya. As the response, DJPR has been coordinated with Directorate General of Cipta Karya and Directorate Natural Resources to accelerate the finishing process of the PDAM project.

c) During 2015, the monitoring process on land acquisition problem and the due date of financial close of KPBU PLTU Central Java (2x1000 MW) project has been conducted with PT PII as co-guarantor. This monitoring process is conducted by conducting coordination meeting with PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) and PT PLN (Persero) every month.

4) Furthermore, by the end of 2015 there are some projects which was still in the review process to be guaranteed, that is FTP II Guarantee Program: PLTA Hasang (IDR1.68 trillion), PLTU Jawa 1 (IDR25 trillion), PLTU Java 5 (IDR43.7 trillion), PLTU Java 3 (IDR33 trillion) and PLTU Java 4 (IDR43.7 trillion) and the guarantee program for KPBU project: PLTU Mulut Tambang Sumsel 9 (IDR34.1 trillion) and PLTU Mulut Tambang Sumsel 10(IDR18.7 trillion).

5) On 2015 Law Regulation concerning Government Guarantee for Direct Financing of BUMN from International Financial Institutions (Direct lending), guarantee for the construction of toll road in Sumatera and the amandement of President Decree about the guarantee of PDAM. 7. Guarantee Reserve Fund Management

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201560

Page 65: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

7. Pengelolaan Dana Cadangan Penjaminan

Sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 30 tahun 2012 tentang Tata Cara Pengelolaan Dana Cadangan Penjaminan Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Kewajiban Penjaminan Pemerintah, alokasi anggaran kewajiban penjaminan Pemerintah yang tidak dipergunakan sampai dengan akhir triwulan III dapat dipindahbukukan ke dalam rekening dana cadangan penjaminan Pemerintah.

Proses pemindahbukuan anggaran kewajiban penjaminan Pemerintah dalam APBN ke rekening dana cadangan penjaminan telah dilakukan sejak tahun 2013. Posisi saldo rekening dana cadangan per 31 Desember 2015 telah mencapai sebesar Rp.1.670.103.000.000,- (satu triliun enam ratus tujuh puluh miliar seratus tiga juta rupiah). Adapun saldo dimaksud merupakan akumulasi dari alokasi anggaran kewajiban APBN TA. 2013 sebesar Rp.706.035.000.000,- (tujuh ratus enam miliar tiga puluh lima juta rupiah) dan APBN TA. 2014 sebesar Rp.964.068.000.000,- (sembilan ratus enam puluh empat miliar enam puluh delapan juta rupiah). Sebagai informasi, untuk alokasi anggaran kewajiban penjaminan Pemerintah APBN TA. 2015 sebesar Rp.843.523.000.000,- (delapan ratus empat puluh tiga miliar lima ratus dua puluh tiga juta rupiah) tidak dipindahbukukan ke dalam Rekening Dana Cadangan Penjaminan Pemerintah dengan pertimbangan kondisi fiskal APBN hingga akhir tahun 2015.

8. Inisiatif Strategis Tahun 2015

Pengembangan metode Internal Credit Rating untuk analisis risiko Penjaminan PemerintahDalam rangka mengelola penjaminan Pemerintah, saat ini sedang dikembangkan metode internal credit rating sebagai salah satu tools dalam menghitung risiko penerbitan jaminan Pemerintah, menghitung alokasi dana penjaminan pemerintah dalam APBN, dan sebagai alat monitoring terhadap risiko gagal bayar. Metode ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai credit worthiness pihak yang dijamin sekaligus tingkat risiko atas penjaminan yang dilakukan oleh Pemerintah.

Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Nomor KEP-18/PR/2015 tanggal 27 April 2015 tentang Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Tahun 2015-2019, telah ditetapkan arahan pelaksanaan tugas DJPPR dalam periode 5 tahun ke depan yang dituangkan dalam Renstra. Penyusunan Renstra tersebut mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang mewajibkan setiap kementerian/lembaga menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan serta tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

7. Guarantee Reserve Fund Management

Based on regulation under Finance Minister Regulation 30/2012 concerning The Guideline of Guarantee Reserve Fund Management in order to Implement the Government Guarantee Liabilities Budget, the allocation of government guarantee liability budget that has not been used until the end of Quarter III can be transfered into government guarantee fund reserve account.

The transfer process of government guarantee liability budget on APBN into guarantee reserve fund account has been conducted since 2013. The balance of guarantee reserve fund by the end of December 2015 has reached IDR1,670,103,000000 (one trillion six hundreds seventy billion and three hundreds million rupiah). This balance is the accumulation of the allocation of State Budget liability Fiscal Year 2013 as amount of IDR706,035,000,000 (seven hundreds and six billion and thirty five million rupiah) and State Budget Fiscal Year 2014 as amount of IDR964,068,000,000 (nine hundreds sixty four billion and sixty eight million rupiah). For the information, the allocation of government guarantee liability for Fiscal Year 2015 as amount of IDR843,523,000,000 (eight hundreds and forty three billion and five hundreds and twenty three million rupiah) is not transfered into guarantee reserve fund considering the condition of state budget by the end of 2015.

8. Strategy Initiatives in 2015

The Development of Internal Credit Rating Method for Government Guarantee Risk AnalysisIn order to manage government guarantee, Internal Credit Rating Method is currently developed as one of tools in measuring the risk of government guarantee issuance, measuring the allocation of government guarantee on state budget, and as monitoring tools on default risk. This method is expected to provide information on the credit worthiness of guaranteed parties as weel as the risk of government guarantee.

Based on The Decree of General Director of Budget Financing and Risk Management Number KEP-18/PR/2015 27 April 2015 concerning Strategic Planning (Renstra) of Directorate General of Budget Financing and Risk Management Ministry of Finance Fiscal Year 2015-2019, the guideline of the implementation of DJPPR tasks during the next five years has been formulated in strategic planning (Renstra). The formulation of strategic planning considers several factors which includes:1. Law 25/2004 concerning National Development Planning

System, which required all Ministries/Agencies to formulize Ministries/Agencies Strategic Planning (Renstra-KL) to ensure the allignment and consistency among planning, budgeting, implementation, and controling and the efficient, effective, fair and sustainable use of resources.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 61

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 66: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

2. Salah satu prioritas bidang ekonomi dalam RPJMN tahun 2015-2019, yaitu Pengendalian Rasio Utang Terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), Utang baru hanya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang produktif serta Pemenuhan Dukungan dan Jaminan Pemerintah Terhadap Proyek KPS Infrastruktur Prioritas. Fokus prioritas tersebut ditujukan untuk mengoptimalkan pengelolaan pembiayaan pemerintah, baik yang berasal dari SBN, pinjaman maupun pembiayaan infrastruktur dengan biaya dan tingkat risiko yang terkelola dengan baik untuk mendukung kesinambungan fiskal.

3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 466/KMK.01/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2015-2019, yang mengamanatkan penyusunan Renstra kepada unit-unit organisasi (Eselon I, Eselon II, Instansi Vertikal, dan Unit Pelaksana Teknis/UPT) di lingkungan Kementerian Keuangan.

2. One of priorities in economic sector stated on RPJMN Year 2015-2019 is to control the Debt-to-Gross Domestic Bruto Ratio (PDB), new debt will only be issued to finance government spending in productive sector and to provide Government Guarantee and Support for Prioritized Infrastructure KPS Project. Focus on priority aims to optimize government budget financing management which comes from SBN, loan as well as infrastructure financing with controlable cost and risk level to support fiscal sustainability.

3. The Dcree of Misiter of Finance KMK 466/2015 concerning Ministry of Finance Strategic Planning Year 2015-2019 which mandates organization units under Ministry of Finance to formulate strategic planning (Echelon I, Echelon II, Vertical Institutions, and Technical Implementation Unit at Ministry of Finance)

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201562

Page 67: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

B. Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Loan and Grant Management

Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Pinjaman dan Hibah mempunyai fungsi, menyusun perumusan pelaksanaan kebijakan pinjaman dan hibah, melaksanakan kegiatan negosiasi, penyiapan dokumen dan penatausahaan perjanjian pinjaman dan hibah, menyusun naskah perjanjian pinjaman dan hibah, serta menyusun standardisasi materi perjanjian dan peraturan perundang-undangan dalam pengelolaan pinjaman dan hibah. Selama tahun 2015, Direktorat Pinjaman dan Hibah telah melakukan tugas dan fungsinya secara optimal dalam rangka mendukung pembiayaan APBN dan mengelola portofolio pinjaman.

1. Pengelolaan Pinjaman Tahun 2015Dalam menyiapkan pinjaman kegiatan (pinjaman proyek), Direktorat Pinjaman dan Hibah terlibat aktif bersama Bappenas sejak persiapan pengadaan pinjaman diusulkan masuk dalam Daftar Rencana Prioritas Pinjaman Luar Negeri (DRPPLN). Keterlibatan Direktorat Pinjaman dan Hibah diwujudkan dengan menghadiri berbagai forum koordinasi baik yang diselenggarakan oleh Bappenas, Kementerian/Lembaga ataupun pihak Lender dan secara aktif memberikan masukan terkait rencana pengadaan pinjaman yang akan dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan yang diusulkan. Sejalan dengan persiapan DRPPLN di Bappenas, Direktorat Pinjaman dan Hibah juga turut berperan aktif dalam tahap fact finding ataupun appraisal, yang dilakukan oleh calon lender. Pada tahapan tersebut, pembahasan dilaksanakan lebih rinci tidak hanya terkait proses persiapan pelaksanaan kegiatan seperti desain kegiatan, organisasi kegiatan, rencana akuisisi tanah dan safeguard yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan, fund chanelling, struktur/komposisi pembiayaan dan lain-lain namun juga membahas pemrosesan pinjaman termasuk jadwal negosiasi, penandatanganan dan tentatif pinjaman dinyatakan efektif.

In performing its responsibility, the Directorate of Loan and Grant has function to formulate policies on loan and grant implementation, negotiate, prepare the documents, administer loan and grant agreement, formulize the documents of loan and grant agreement, and formulize the standardization of agreement and regulation related to loan and grant management. During 2015, Directorate of Loan and Grant has performed its tasks and functions optimally in order to support State Budget Financing and manage financing portfolio.

1. The 2015 Budget Financing ManagementIn preparing project financing, Directorate of Loan and Grant has actively involved in National Development Planning Agency (Bappenas) since the preparation of loan provision has been proposed to be included on List of Priority Plan for Foreign Debt (DRPPLN). The involvement of Directorate of Loan and Grant is implemented by attending coordination forum conducted by National Development Planning Agency, Ministries/Agencies as well as lenders and actively providing suggesstion about the loan provision planning that will be used to finance proposed projects.

In accordance with the preparation of DRPPLN in Bappenas, the Directorate of Loan and Grant has also actively involved in fact finding or appraisal stage which is conducted by lender candidates. On this stage, the discussion will be in more detail which include not only the preparation process of project implementation such as project design, project organization, land acquisition planning, and required safeguard to implement the project, fund chanelling, financing structure/composition, but also the process of financing which include negotiation schedule, signing and tentative loan is declared effective.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 63

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 68: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Disamping pinjaman kegiatan (pinjaman proyek), Direktorat Pinjaman dan hibah juga mengelola Pinjaman Program, yaitu pinjaman tunai yang diberikan oleh lembaga pemberi pinjaman kepada Indonesia dengan persyaratan tertentu untuk pencairannya. Persyaratan tersebut dapat berbentuk policy matrix yaitu kebijakan yang telah dan akan diambil pemerintah untuk mendorong program/sektor tertentu yang menjadi tema dari pinjaman dimaksud, maupun dalam bentuk kegiatan tertentu yang dalam pelaksanaannya menggunakan pembiayaan dari rupiah murni terlebih dahulu untuk selanjutnya diganti (refinance) dengan pinjaman (refinancing modalities program loan). Selama tahun 2015, Direktorat Pinjaman dan Hibah menyelesaikan 76 perjanjian pinjaman dengan nilai setara dengan Rp 70,74 triliun. Sebanyak 32 perjanjian pinjaman digunakan untuk membiayai kegiatan di 5 Kementerian/Lembaga dan penerusan pinjaman pada PT PLN (Persero), dan 7 lainnya untuk pinjaman tunai. Untuk pinjaman proyek yang ditandatangani

In addition to Project Loan, Directortae of Loan and Grant also manage Program Loan, a loan that is provided by Lending Institutions to Government of Indonesia with spesific requirement before fund disbursement. The requirement involves policy matrix; that is policy which has been taken and will be taken by government to support specific program/sector that become the purpose of the loan; as well as in the form of specific program in which the implementaion of the program using pure IDR financing firstly and will be refinanced by loan ( refinancing modalities program loan).

During 2015, the Directorate of Loan and Grant has finished 76 loan agreement with amount of IDR70.74 trillion. of 32 loan agreement is used to finance projects in 5 Ministries/Agencies and loan extension to PT PLN (Persero), and the remaining of 7 is in the form of cash loan. For the signed project loan, the disbursement of fund is done through the loan period, which the period is varied from one to five year considering

Proses Bisnis Pinjaman Luar Negeri

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201564

Page 69: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

tersebut, penarikan dilakukan sepanjang masa laku pinjaman, yang jangka waktunya bervariasi antara satu hingga lima tahun menyesuaikan dengan pelaksanaan kegiatan. Khusus untuk pinjaman dalam negeri, selama tahun 2015 telah ditandatangani sebanyak 37 perjanjian pinjaman dengan nilai pinjaman sebesar Rp 2,84 trilyun, yang akan dimanfaatkan untuk menbiayai kegiatan pengadaan Alat Utama Sistem Pertahanan di Kementerian Pertahanan dan Alat Material Khusus di Kepolisian RI.

Secara ringkas pengadaan pinjaman yang ditandatangani pada tahun 2015 dapat dilihat sebagai berikut:

Adapun pengelompokan Pinjaman yang ditandatangani tahun 2015 apabila diklasifikasikan berdasarkan Jenis Lender/pemberi pinjaman adalah sebagai berikut:

the project implementation. Particularly, for domestic loan, there are 37 loan agreements that have been signed during 2015 with an amount of IDR2.84 trillion, that will be used to finance the provision of Main Defence Equipment (alutsista) at Ministry of Defence and Special Material Equipment (almatsus) at Indonesia National Police.

The details of loan provision that have been signed during 2015 is shown on the following table:

Based on its lender, the loan that has been signed during 2015 can be classifed as follows:

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 65

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 70: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Sesuai tabel tersebut, mayoritas pinjaman yang ditandatangani pada tahun 2015 bersumber dari lembaga bilateral (36,26%) disusul oleh pinjaman KSA/LPKE (32,84%) serta pinjaman multilateral (27,06%). Adapun pinjaman dari dalam negeri baru mencakup 3,83% dari keseluruhan nilai pinjaman.

Selain penandatanganan perjanjian Pinjaman baru, juga dilakukan proses perubahan perjanjian pinjaman. Hal ini dilakukan karena perlunya penyesuaian atas hambatan dan pelaksanaan kegiatan yang sebelumnya tidak dapat diprediksi, sehingga pekerjaan yang dibiayai dengan pinjaman tersebut tetap dapat diselesaikan.

Secara ringkas, kesepakatan amandemen perjanjian pinjaman yang ditandatangani pada tahun 2015 adalah sebagai berikut:

Selama tahun 2015 telah dilaksanakan 2 (dua) kali acara seremonial untuk perjanjian pinjaman antara Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko dengan Lender dan Donor, yaitu:

Based on the above table, the majority of loan that has been signed during 2015 comes from billateral institutions (36.26%) followed by KSA/LPKE loan (32.84%) and multilateral loan (27.06%). Domestic loan represents only 3.83% of the total loan.

In addition to loan agreement signing, the amadement of loan agreement is also conducted. This action must be taken in order to make some adjustments on unpredictable project challenges and implementation, so that the project that is financd by the loan still can be finished.

The details of loan agreeement amandement during 2015 is as follows:

During 2015, there has been 2 (two) ceremonial events for loan agreement between Directorate General of Budget Financing and Risk and Lender and Donor, that is:

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201566

Page 71: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

2. Pengelolaan Hibah Pemerintah Tahun 2015

Selama tahun 2015 Pemerintah Indonesia menyepakati 3 komitmen hibah senilai Rp123,67 milyar yang seluruhnya bersumber dari development partner multilateral, yaitu ADB dan UNDP. Rincian hibah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan kelompok pemberi hibah

b. Berdasarkan kelompok penerima hibah

Nilai hibah terbesar yang perjanjiannya ditandatangani pada tahun 2015 diterima oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yaitu sekitar USD6,47juta atau Ekuiv. Rp89.18 milyar berupa hibah multilateral dan kemudian Kemenko Perekonomian sebesar USD2,5 juta atau Ekuiv. Rp34,49 milyar.

Selain penandatanganan perjanjian Hibah baru, juga dilakukan proses perubahan perjanjian Hibah. Hal ini dilakukan karena perlunya penyesuaian atas hambatan dan pelaksanaan kegiatan yang sebelumnya tidak dapat diprediksi, sehingga pekerjaan yang dibiayai dengan Hibah tersebut tetap dapat diselesaikan.

Secara ringkas, kesepakatan amandemen perjanjian Hibah yang ditandatangani pada tahun 2015 adalah sebagai berikut:

2. Government Grant Management in 2015

During 2015, the Government of Indonesia has signed 3 grant commitments with amount of IDR123.67 billion in which the whole amount comes from multilateral development partner, that is ADB and UNDP. The detail of grant is shown on the following table:a. Based on Donors

b. Based on Recepients

The largest amount of grant that has been signed on 2015 is received by Ministry of Environment and Forestry with an amount of USD6.47 million or Eqv. IDR89.18 billion in the form of multilateral grant, followed by Coordinating Ministry for Economic Affairs with an amount of USD2.5 million or Eqv. IDR34.49 billion.

In addition to the signing of grant agreement, the amandement of grant agreement has also been conducted. This action must be taken due to some adjustment on unpredictable project challenges and implementation, so that the projects that financed by the grant still can be finished.

The details of loan agreeement amandement during 2015 is

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 67

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 72: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

3. Pengelolaan Debt Swap Tahun 2015

Debt Swap merupakan pengalihan pembayaran cicilan pinjaman yang diberikan oleh Lender kepada Pemerintah Indonesia kepada kegiatan atau lembaga yang telah disepakati.

Perjanjian Debt Swap yang telah disepakati untuk diamandemen adalah Debt2Health Swap Agreement dari Pemerintah Australia. Debt Swap tersebut dilakukan dengan mengalihkan pembayaran sebagian cicilan pinjaman Pemerintah Australia untuk membiayai kegiatan Global Fund guna pemberantasan penyakit TBC, Malaria, dan HIV AIDS di Indonesia.

4. Pelaksanaan Pengadaan Pinjaman Dalam Negeri Tahun 2015

Pinjaman Dalam Negeri (PDN) diadakan dalam mata uang rupiah untuk membiayai kegiatan tertentu di kementrian lembaga dan bersumber dari BUMN, Perusahaan Daerah, dan Pemerintah Daerah. Sejak tahun 2010 pengadaan PDN sebagai instrument pembiayaan kegiatan, dimanfaatkan untuk pengadaan alutsista Kementrian Pertahanan dan almatsus Polri.

Selama tahun 2015 Pemerintah melalui Panitia Seleksi telah mengadakan 3 (tiga) kali seleksi calon pemberi pinjaman dalam negeri, ketiga seleksi dimaksud dimenangkan oleh PT Bank Negara Indonesia dengan rincian pinjaman sebagai berikut:a. Seleksi Calon Pemberi PDN Tahun Anggaran 2015 Tahap

1 senilai Rp500.000.000.000. Seleksi ini merupakan bagian dari alokasi DKPPDN Tahun Anggaran 2015 untuk membiayai 12 kegiatan pengadaan Alat Material Khusus Kepolisian RI.

b. Seleksi Calon Pemberi PDN Tahun Anggaran 2015 Tahap 2 senilai Rp980.000.000.000. Seleksi ini merupakan bagian dari alokasi DKPPDN Tahun Anggaran 2015 untuk membiayai 21 kegiatan pengadaan Alat Utama Sistem Pertahanan di Kemenhan.

Selain penandatanganan perjanjian Pinjaman Dalam Negeri baru, selamata tahun 2015 juga telah dilakukan proses perubahan perjanjian Pinjaman Dalam Negeri.

Kesepakatan amandemen perjanjian Pinjaman Dalam Negeri yang ditandatangani pada tahun 2015 adalah sebagai berikut:

3. Debt Swap Management in 2015

Debt swap can be defined as the shift in installment payment from Lender to the Government of Indonesia to agreed projects or institutions.

Debt Swap Agreement that has been amanded is Debt2Health Swap Agreement from The Government of Australia. The Debt Swap is implemented by shifting part of The Government of Australia installment payment to finance Global Fund Project to combate TBC, malaria, and HIV AIDS in Indonesia.

4. Implementation of Domestic Loan Provision in 2015

Domestic Loan is implemented in IDR denomination to finance specific projects at institutions minstry and comes from State Owned Enterprise, Local Company, and Local Government. Since 2010, the provision of Domestic Loan as project financing instruments is used to provide Main Defence Equipment (alutsista) at Ministry of Defence and Special Material Equipment (almatsus) at Indonesia National Police.

During 2015 the government, through Selection Committee, has conducted 3 (three) selection processes for domestic lender candidates, with PT Bank Negara Indonesia as the winner, with following details of loan provision:

a. Selection for Domestic Lender Candidates Fiscal Year 2015 Phase I with an amount of IDR500,000,000. This selection is part of DKPPDN allocation Fiscal Year 2015 to finance 12 projects of the provision of almatsus at Indonesia National Police.

b. Selection for Domestic Lender Candidates Fiscal Year 2015 Phase II with an amount of IDR980,000,000. This selection is part of DKPPDN allocation Fiscal Year 2015 to finance 21 projects of the provision of alutsista at Ministry of Defence.

In addition to the signing of Domestic Loan Agreement, during 2015 the amadement of Domestic Loan Agreement is also conducted.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201568

Page 73: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

5. Implementation of Selection Process for Foreign Private Creditor in 2015

Selection for Foreign Private Creditor Candidates (KSA) which has been conducted in 2015 aims to finance provision projects at Ministry of Defense and Indonesia National Police. The provision is conducted based on Financing Source Determination (PSP) Fiscal Year 2011-2015 for each of Ministry of Defense and Indonesia National Police.

The details of the selection status for KSA candidates per 31 December 2015 for financing 19 projects of the provision of alutsista for Ministry of Defence and almatsus for Indonesia National Police with an amount of USD534.3 million is as follows:

6. Program Loan Management in 2015

Program Loan is loan with disbursement in cash and souced from Development Partners. Cash Loan can be classified into two categories; Cash Loan with Policy Matrix and Cash Loan with Refinancing Modalities. Development partners that have providde Program Loan include multilateral institutions (such as: World Bank and Asian Development Bank) and Billateral institutions (KfW adn AFD) that have development partnership

5. Pelaksanaan Seleksi Calon Kreditor Swasta Asing Tahun 2015

Seleksi Calon Kreditor Swasta Asing (KSA) yang dilaksanakan pada tahun 2015 ditujukan untuk membiayai proyek-proyek pengadaan di lingkungan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dan Kepolisian Negara RI (Polri). Pengadaan-pengadaan tersebut dilaksanakan berdasarkan Penetapan Sumber Pembiayaan (PSP) Tahun 2011-2015 untuk masing-masing Kemenhan dan Polri.

Adapun status Seleksi Calon KSA per 31 Desember 2015 untuk pembiayaan 19 kegiatan pengadaan Alutsista Kemenhan dan Almatsus POLRI senilai total USD534,3 juta dengan rincian sebagai berikut:

6. Pengelolaan Pinjaman Program Tahun 2015

Pinjaman Program adalah pinjaman yang pencairannya bersifat tunai dan bersumber dari Development Partners. Pinjaman Tunai dibedakan dalam dua bentuk yaitu Pinjaman Tunai dengan Policy Matrix dan Pinjaman Tunai dengan refinancing modalities. Development Partners yang selama ini dapat memberikan pinjaman program diantaranya adalah lembaga multilateral (misal: World Bank dan Asian

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 69

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 74: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Development Bank) dan lembaga bilateral (KfW dan AFD) yang mempunyai kerja sama pembangunan dengan Pemerintah Indonesia.

Target pembiayaan defisit melalui pinjaman program dalam APBNP 2015 semula adalah sebesar USD600 juta. Namun dalam perkembangannya, mengingat besarnya kebutuhan pembiayaan defisit APBNP 2015 dan rendahnya penerimaan pajak sebagai salah satu sumber pendanaan pada APBNP 2015, maka dilakukan upsize dalam rangka membiayai pelebaran defisit anggaran berupa pengadaan pinjaman program dengan tema Sustainable and Inclusive Program dari World Bank, ADB, KfW, dan AFD serta tema Financial market Development and Inclusion dari ADB. Terdapat juga tambahan program SIGAP dari KfW. dan penarikan pinjaman siaga PERISAI-DDO dari World Bank dan Precautionary Financing Facility dari ADB. Adapun dengan rincian sebagai berikut:

7. Inisiatif Strategis Tahun 2015

Dengan semakin meningkatnya tuntutan atas peningkatan kualitas pengelolaan pinjaman, Direktorat Pinjaman dan Hibah untuk tahun 2015 telah melaksanakan beberapa kegiatan yang menjadi prioritas terkait peningkatan kualitas pengelolaan pinjaman. Kegiatan-kegiatan dimaksud antara lain:

a. Penyusunan RPP tentang pemberian hibahDitjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko telah melaksanakan serangkaian pertemuan dengan Kementerian Luar Negeri, Bappenas, LKPP, Kementerian Hukum dan HAM, Sekretariat Negara, dan Sekretariat Kabinet. Sesuai dengan target penyusunan tahun 2015, draft RPP tersebut telah disampaikan kepada Menteri Hukum dan HAM untuk dilakukan harmonisasi dengan peraturan terkait.

with the Government of Indonesia.

In the begining, the target for deficit financing through program loan on the State Budget Revision (APBN-P) 2015 is USD600 million. However, following the high needs of deficit financing on APBNP 2015 and low tax revenue as one of source of financing on APBNP 2015, program loan has been upsized in order to finance the extension of budge deficit through the provision of program loan entitled Sustainable and Inclusive Program from World Bank, ADB, KfW, and AFD and Financial Market Development and Inclusion from ADB. There is additional program, SIGAP, from KfW and siaga PERISAI-DDO loan withdrawal from World Bank and Precautionary Financing Facility from ADB. The detail are as follows:

7. Strategic Initiatives in 2015

Following the increasing demand to improve the quality of debt management, the Directorate of Loan and Grants has conducted some prioritized program related to the improvement of debt management quality. The detail of program are as follows:

a. The Formulation of RPP related to Grant ProvisionDirectorte Budget Financing and Risk has held meetings with Ministry of Foreign Affairs, National Planning Agency, LKPP, Ministry of Law and Human Rights, State Secretary, and Cabinet Secretary. Based on 2015 target, RPP draft has been delivered to Minister of Law and Human Rights in order to harmonize with related regulation

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201570

Page 75: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Dalam penyusunan draft tersebut, Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunannya, terutama yang terkait dengan (1) Isu hibah berupa Barang Milik Negara; (2) Isu bantuan dalam kerangka Kerjasama Selatan-Selatan Triangular (KSST); dan (3) Konsolidasi dengan Kementerian Luar Negeri terkait pembaigain kewenangan dan tanggung jawab.

b. Kajian Result Based Lending (RBL)Result Based Lending (RBL) merupakan salah satu jenis Implementation Modality yang ditawarkan Asian Development Bank (ADB) dalam rangka membiayai pembangunan di Indonesia. Dengan mengutamakan capaian kinerja dari kegiatan yang dibiayai dengan instrumen ini. Hal ini merupakan terobosan baru mengingat selama ini penarikan fasilitas pinjaman dari ADB berpatokan pada pengeluaran yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan. Dengan ini, RBL dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif guna mendorong kegiatan yang lebih bersifat produktif yang membutuhkan pembiayaan dari ADB.

RBL memiliki beberapa features antara lain:• Procurement dan Safe guard menggunakan

Country System, sehingga dapat lebih mudah diimplementasikan

• RBL menyediakan Advance Financing sampai 25%-30% dari total loan sebagai fasilitas yang dapat digunakan untuk memenuhi capaian awal dari kegiatan tersebut.

Sebagai hasil dari kajian RBL ini, diperoleh kesimpulan sementara bahwa:• RBL dapat diimplementasikan sebagai Pinjaman

Kegiatan atau Pinjaman Tunai. Apabila RBL diimplementasikan sebagai pinjaman kegiatan, perlu dilakukan penyesuaian dalam proses penarikan

• Apabila RBL diimplementasikan sebagai pinjaman tunai, mutlak diperlukan program di Kementerian/Lembaga yang didanai Rupiah Murni sebagai underlying RBL

8. Tantangan dan Permasalahan Pengelolaah Pinjaman dan Hibah pada Tahun MEndatang

Dengan semakin dinamisnya perkembangan pengelolaan pembiayaan yang bersumber dari pinjaman baik dalam negeri maupun luar negeri, Direktorat Pinjaman dan Hibah akan mengalami cukup banyak tantangan. Beberapa tantangan dan permasalahan yang akan dihadapi diantaranya adalah :a. Konsistensi arah kebijakan pembiayaan jangka

panjang dan strategi pemanfaatan pinjaman luar negeriPerubahan kebijakan pengelolaan pinjaman luar negeri:• Pemanfaatan pinjaman luar negeri dari pemerintahan

semula mengurangi menjadi mengoptimalkan • Bluebook yang dituangkan dengan pendekatan

Program Based Approach • Diperlukannya keterlibatan yang lebih intensif dari

Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

In the process of formulazing the draft, Directorte Budget Financing and Risk faces many challenges, in particular related to (1) Issues on grant in the form of State Property, (2) Issues on assistant under Kerjasama Selatan-Selatan Triangular (KSST) framework, (3) Consolidation with Minitry of Foreign Affairs related to the division of authority and responsibility.

b. Study on Result Based Lending (RBL)Result Based Lending (RBL) is one types of Implementation Modality offered by Asian Development Bank (ADB) in order to finance the development in Indonesia by focusing on the performance achievemnt of projects that is financed by this instruments. This is a breakthrough since the withdrawal of ADB loan facility genrally is based on the spending during the projects. RBL can be used as one of alternatives to support more productive projects that requires ADB financing.

RBL has some features, which include:• The use of country system in procurement and

safeguard, so that it will be easier to be implemented• RBL provide Advance Financing upto 25%-30% of

total loan as facility that can be used to fulfil early achievement from the projects.

As the result of study on RBL, some conclussions can be derived as follows:• RBL can be implemented as Project Financing or

Cash Financing. In the case of RBL is implemented in the form of Project Financing, the adjustment of withdrawal process is required.

• In the case of RBL is implemented in the form of Cash Financing, it is obligatory to have program at Ministries/Institutions that is financed by IDR as RBL underlying.

8. Challenges And Problem in Managing Loan And Grants for the Following Year

Following the dynamic of financing management which is sourced from domestic and foreign debt, The Directorate of Loan and Grants will face many challenges. The following are challenges and problem:

a. he consistency of policy direction on long term financing and the strategy of foreign debt use. The policy change in foreign debt management includes:• The use of foreign debt by government that is set to

be reduced in the beginning, has changed to be set optimized.

• Bluebook with Program Based Approach• More intensive involvement from Directorate of Budget

Financing and Risk is required.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 71

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 76: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

b. Kebutuhan pembiayaan infrastruktur yang makin tinggi dengan Mode of Financing/Engagement yang makin beragam menuntut adanya arahan kebijakan, koordinasi, dan sinergi yang lebih kuat antar unit di DJPPR.

c. Kebutuhan pembiayaan Alutsista dan Alut Polri yang cukup besar dan berasal dari negara-negara yang pasar keuangannya sulit diakses : China, Ukraine, Rusia, Serbia.

d. Ownership dan komitmen Kementerian Lembaga yang masih kurang kuat.

e. Allignment dengan kebijakan fiskal/pembiayaan secara keseluruhan.

f. Kegiatan yang dibiayai dengan pinjaman masih dipandang sebagai pendanaan “on-top” dalam APBN karena prosesnya tidak secara eksplisit tergambar sebagai suatu siklus yang sama dengan APBN. Implikasi cukup serius muncul karena beberapa post APBN menggunakan total belanja sebagai alat untuk mengestimasi komitmen penganggaran.. Secara makro, estimasi yang kurang cermat yang cenderung overbudgeting akan mendorong makin besarnya komitmen anggaran yang harus disediakan.

g. Pemahaman stakeholder terhadap berbagai konsep dan sistem yang diterapkan dalam pinjaman luar negeri.

h. Komitmen stakeholder dalam pinjaman program.i. Keterbatasan SDM pendukung

b. The needs of infrastructure financing has increased with varied mode of financing/engagement requires strong policy direction, coordination, and synergy among unit at DJPR.

c. The needs of financing for defence equipment both for Ministry of Defence and Indonesia National Police is relatively high and comes from countries with financial markets that is difficult to be accessed such as China, Ukraine, Rusia and Siberia.

d. Weak ownership and commitment from ministry institutions

e. The whole allignment with fiscal policy/financingf. Project that is financed by loan is percived as “on-top”

financing on State Budget since the fianncing process is not explicitly described as same sequence with Sate Budget. Serious implication arise since some State Budget post use total spending as reference point to estimate budget commitment. On the macro level, inappropriate estimation that tend to be overbudgeting will push higher budget commitment that must be provided.

g. Stakeholders’ understanding on various concepts and system that is implemented abroad

h. Stakeholders’ commitment in program financingi. Lack of Supporting Human Resource

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201572

Page 77: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

C. Pengelolaan Surat Utang Negara Government Debt Securities Management

Dalam struktur organisasi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, pengelolaan Surat Utang Negara (SUN) diamanatkan pada Direktorat Surat Utang Negara. Dalam rangka memenuhi pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun anggaran 2015, telah ditetapkan salah satu sumber pembiayaan yang berasal dari utang yang meliputi Surat Berharga Negara (SBN) yang termasuk di dalamnya adalah SUN.

Berikut adalah capaian kinerja Direktorat SUN di tahun 2015:

1. Perencanaan Penerbitan SUN

Dalam rangka memenuhi pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015, telah ditetapkan salah satu sumber pembiayaan berasal dari utang yang berupa SUN. Untuk memenuhi pembiayaan tersebut khususnya melalui penerbitan SUN, telah disusun strategi tahunan yang bertujuan untuk meminimalkan biaya pada tingkat risiko yang terkendali. Strategi tersebut diterjemahkan dalam strategi operasional diantaranya dengan melakukan front loading strategy dan komposisi indikatif penerbitan SBN. Dengan berdasarkan target pembiayaan pada APBN 2015, serta mengacu pada beberapa poin strategi operasional pembiayaan melalui penerbitan SUN, maka disusun rencana penerbitan SUN selama tahun 2015.

Tabel Rencana & Realisasi Penerbitan SBN Tahun 2015(triliun rupiah)

In organization structure of Directorate General of Budget Financing and Risk Management, government debt securities (SUN) management is mandated to Directorate of Government Debt Securities. In order to fulfill funding of State Budget 2015, one source of funding comes from loans covering government securities including SUN.

Performance Achievements of Directorate of Government Debt Securitites in 2015 are as follow:

1. Issuing Plan

In order to finance State Budget 2015, one source comes from loan in form of SUN. To fulfill the financing, especially through issuance of SUN, annual strategy is created aiming to minimize cost in controlled risk level. The strategy is translated into operational strategy such as front loading strategy and indicative composition of SUN issuance. Based on target of financing in State Budget 2015, also referring to some points of operational financing strategy through SUN, SUN issuance planning for 2015 is created as follow.

Table Planning and Realization of Government Securities (SBN) Issuance Year 2015(trillion rupiah)

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 73

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 78: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Berdasarkan APBN-P tahun 2015 telah ditetapkan target penerbitan SBN netto sebesar Rp361,607 triliun, sedangkan SBN yang akan jatuh tempo pada tahun 2015 adalah sebesar Rp151,018 triliun dan rencana untuk melakukan buyback sebesar Rp1,401 triliun, sehingga secara gross SBN yang akan diterbitkan sebesar Rp514,026 triliun. Berdasarkan realisasi sampai akhir tahun 2015, SBN jatuh tempo sebesar Rp151,018 triliun, buyback sebesar Rp1,401 triliun sehingga secara realisasi gross SBN yang diterbitkan sebesar Rp514,026 triliun. Dari besaran tersebut porsi SUN yang diterbitkan sebesar Rp395,511 triliun. Untuk menerbitkan SUN secara gross tersebut direncanakan dengan melalui lelang maupun bookbuilding baik di pasar domestik maupun di pasar internasional.

Rencana penerbitan tersebut dituangkan dalam Calendar of Issuance yang telah dipublikasikan melalui website Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (http://www.djppr.kemenkeu.go.id). Publikasi Calendar of Issuance tersebut bertujuan untuk memberikan informasi jadwal penerbitan dan program pengelolaan SUN secara transparan kepada investor. Di dalam Calendar of Issuance terdapat informasi mengenai tanggal lelang, jenis SUN yang akan dilelang serta tenor SUN yang akan dilelang. Calendar of Issuance hanya mencakup jadwal penerbitan SUN melalui lelang, tidak termasuk penerbitan SUN ritel (Obligasi Negara Ritel dan Saving Bond Ritel) dan penerbitan SUN valas, atau penerbitan SUN lainnya.

Calender of Issuance 2015

Based on Revised State Budget 2015, it is determined that government securities issuance (net) target is IDR361.607 trillion, while government securities which are due date is IDR151.018 trillion and planning to do buyback is IDR1.401 trillion. Thus, in gross, government securities which will be issued are IDR514.026 trillion. Based on realization up to the end of 2015, matured government securities is IDR151.018 trillion and buyback is IDR1.401 triliun. Thus, the realization of gross government securities issued is IDR514.026 triliun. From that amount, proportion of SUN issued is IDR395.511 trillion. To issue SUN in gross, it is planned through auction or book building either in domestic market or international market.

The issuance plan is stated in Calendar of Issuance published in website Directorate General of Budget Financing and Risk Management (http://www.djppr.kemenkeu.go.id). Publication of Calendar of Issuance aims to give information about issuance schedule and program of government bond management transparently to investors. Calendar of Issuance consists of information about auction date, SUN types which will be auctioned, and its maturity. Calendar of Issuance only covers issuance date of SUN through auction, excluded retail SUN issuance (Retail Government Bonds and Retail Saving Bond) and issuance of SUN in foreign currency, or other SUN issuance.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201574

Page 79: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Selain program penerbitan, dalam rangka pengelolaan portofolio SUN yang lebih baik, juga telah ditetapkan strategi untuk mengkaji kemungkinan melakukan program buyback dan debt switching. Program buyback dan debt switching selain bertujuan untuk pengelolaan risiko portofolio dan stabilisasi pasar SUN, juga digunakan untuk memanfaatkan idle cash di awal tahun dengan melakukan early redemption terhadap seri-seri SUN yang akan jatuh tempo pada tahun berjalan, melakukan penarikan seri-seri SUN yang kurang likuid dan digunakan untuk melakukan buyback seri-seri SUN yang mengalami koreksi yang cukup dalam yang berpotensi mengganggu stabilitas pasar SUN.

2. Capaian realisasi penerbitan SUN Tahun 2015

Penerbitan SUN Tahun 2015 telah tercapai sesuai target dengan diwarnai oleh kelebihan penawaran pembelian yang signifikan. Dari hasil penerbitan tersebut, secara komposisi, penerbitan melalui lelang di pasar domestik dalam mata uang rupiah sebesar Rp254,3 triliun, sedangkan dalam denominasi USD sebesar USD500 juta (ekuivalen Rp6,7 triliun). Di samping itu, penerbitan global bond selama tahun 2015 yang terdiri atas SUN dalam denominasi USD sebesar USD4 miliar (ekuivalen Rp50,4 triliun) dan SUN dalam denominasi Euro sebesar EUR1,25 miliar (ekuivalen Rp18,5 triliun). Dalam rangka pengembangan basis investor domestik, pada tahun 2015 telah diterbitkan SUN ritel sebesar Rp27,4 triliun. Sementara itu dalam rangka menutup kekurangan kas jangka pendek, khususnya terkait dengan kebutuhan kas di awal tahun, Pemerintah menerbitkan SUN melalui private placement sebesar Rp27,2 triliun.

Tabel Hasil Penerbitan SUN Tahun 2015

a. Penerbitan SUN melalui lelang

Penerbitan SUN melalui lelang diawali dengan pelaksanaan rapat rencana lelang yang dilakukan beberapa hari sebelum pelaksanaan lelang dan dihadiri oleh unit-unit terkait, antara lain Bank Indonesia selaku agen lelang dan otoritas moneter; dan Direktorat Pengelolaan Kas, Ditjen Perbendaharaan. Sebagaimana yang tercantum dalam kalender penerbitan, seri-seri SUN yang ditawarkan pada saat lelang adalah SUN seri benchmark dan SUN dengan tenor 30 tahun yang ditujukan untuk long-term investor seperti dana pensiun dan perusahaan asuransi.

Lelang SUN dilakukan secara elektronik dengan menggunakan sistem lelang BI-SSSS (Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement System) dengan peserta PDs yang terdiri dari 15 bank dan 4 perusahaan sekuritas, Bank Indonesia dan Lembaga Penjamin Simpanan. Untuk

In addition to the issuance program, in order to have a better SUN portfolio management, new strategy is set to review probability of buyback and debt switching program. Buyback and debt switching program are not only for management of portfolio risk and stabilization of SUN market, but also for utilizing idle cash in early year by doing early redemption to SUN series which have maturity in current year, withdrawing the less-liquid SUN series and to buyback SUN series experiencing considerable correction that potentially disrupt the stability of SUN market.

2. Realization Achievement of SUN Issuance in 2015

The issuance of SUN in 2015 was achieved as targeted, characterized by significant excess bids. From the issuance, as for the composition, issuance through auction in domestic market in Rupiah is IDR254.3 trillion, while in USD is USD500 million (equivalent IDR6.7 trillion). Moreover, the issuance of global bond in 2015 consisted of SUN denominated in US dollar is USD4 billion (equivalent IDR50.4 trillion) and SUN denominated in Euro is EUR1.25 billion (equivalent IDR18.5 trillion). In order to develop domestic investor base, Retail SUN was issued for IDR27.4 trillion in 2015. On the other hand, in order to cover cash shortage for short-term, especially related to cash requirement in early year, The government issued SUN through private placement for IDR27,2 trillion.

Table of SUN Issuance Result in 2015(in billion Rupiah)

*) includes SUN denominated in USD auction in domestic market

a. SUN Issuance through Auction

SUN issuance through auction begins with the meeting of auction planning which is done every time before the auction is announced and participated by related units included Bank Indonesia as an auction agent and monetary authority and also Directorate of State Cash Management, Directorate General of Treasury. As stated in Calendar of Issuance, government offers SUN series benchmark in auction and SUN with maturity 30 years for long-term investor such as pension fund and insurance companies.

SUN auction is conducted electronically using auction system of BI-SSSS (Bank Indonesia – Scripless Securities Settlement System) with the participant pimary dealers (PD’s) which consisted of 15 banks and 4 securities companies, Bank Indonesia, and Indonesian Deposit Insurance Corporation

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 75

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 80: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

mengikuti lelang, peserta lelang harus memasukkan penawaran ke dalam terminal BI-SSSS yang telah tersedia pada Dealing Room masing-masing PDs. Penawaran berupa seri, yield/price dan volume, hanya dapat dimasukkan pada waktu lelang yaitu dari jam 10.00 WIB sampai dengan jam 12.00 WIB. Pemerintah menetapkan penawaran yang dimenangkan, mulai dari yield/price yang terbaik untuk Pemerintah.

Pada tahun 2015 di samping melakukan lelang SUN dalam mata uang rupiah, Pemerintah juga menerbitkan SUN berdenominasi USD melalui lelang di pasar perdana domestik sebanyak 1 (satu) kali dengan total penerbitan sebesar USD500 juta (ekuivalen Rp6,7 triliun) dengan tanggal setelmen pada 2 Juli 2015. Transaksi tersebut mengacu pada ketentuan dalam PMK Nomor 43/PMK.08/2013 tentang Lelang SUN dalam Mata Uang Rupiah dan Valuta Asing di Pasar Perdana Domestik, sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor 203/PMK.08/2015. Seperti halnya lelang SUN dalam mata uang rupiah, pelaksanaan lelang SUN dalam USD diikuti oleh PDs, BI dan LPS. Sedangkan investor yang dapat berpartisipasi di pasar perdana dibatasi hanya investor domestik yang telah melakukan registrasi terlebih dahulu sebelum pelaksanaan lelang.

b. Penerbitan SUN berdenominasi valuta asing

Sejak penerbitan Surat Berharga Negara (SBN), yang didalamnya termasuk SUN, menjadi sumber utama pemenuhan target pembiayaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Pemerintah berupaya semaksimal mungkin untuk menggali potensi sumber pembiayaan dalam negeri. Namun, dengan mempertimbangkan beberapa hal antara lain keterbatasan daya serap pasar SUN dalam negeri, pembentukan benchmark SUN dalam valuta asing di pasar internasional, kebutuhan untuk meningkatkan cadangan devisa, dan pembayaran kewajiban dalam valuta asing serta antisipasi terhadap kondisi pasar keuangan yang penuh ketidakpastian, maka sejak tahun 2004 Pemerintah menerbitkan SUN dalam valuta asing di Pasar Internasional.

Proses penerbitan SUN dalam valuta asing di pasar internasional dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu antara lain penyusunan rencana kegiatan, pembentukan panitia seleksi, pembentukan tim koordinasi, penyusunan request for proposal (RfP) dan terms of reference (ToR), proses seleksi dan penunjukan anggota Panel Agen Penjual dan Panel Konsultan Hukum, penyusunan Short RfP, proses seleksi dan penunjukan Agen Penjual (Joint Lead Managers) dan Konsultan Hukum, penyusunan base prospectus (offering memorandum), pelaksanaan due diligence, penyusunan dokumen hukum, nondeal roadshow, net roadshow, pelaksanaan bookbuilding, penentuan harga (pricing) dan pelaksanaan setelmen (closing transaction).

(LPS). To participate in auction, the participants shall enter bids for SUN through BI-SSSS terminal which are provided in each participant’s Dealing Room. Offering in form of series, yield/prices and volume can only be inputted during auction window time from 10 am until 12 am. The government determines the auction winner, starts from the best yield/price for government.

In 2015, government also issues SUN denominated in USD through auction in domestic primary market for once with total issuance of USD500 million (equivalent IDR6.7 trillion) with settlement date on 2nd of July 2015. The transaction refers to Regulation of the Minister of Finance No. 43/PMK.08/2013 concerning Government Debt Securities Auction in Rupiah and Foreign Currency in Domestic Primary Market as has been amended by Regulation of the Minister of Finance No. 203/PMK/08/2015. SUN auction in USD is also participated by PDs, Bank Indonesia, and Indonesia Deposit Insurance Corporation (LPS). On the other hand, investors who could participate in primary market are limited to domestic investors who have registered before the auction.

b. Issuance of SUN denominated in foreign currency

Since the issuance of government securities (SBN), including SUN, they become the primary resource of fulfilling financing target in State Budget, the Government attempt, to the greatest extent possible, to extract potentiality of domestic financing source. However, considering several things includes limitation of SUN absorption in domestic market, establishment of SUN benchmark in foreign currency in international market, the need to increase reserves, and payment of foreign exchange liabilities, as

well as anticipation for uncertain financial market condition, since 2004 the Government issued SUN in foreign currency in international market.

The issuance process of SUN in foreign currency in international market is conducted through some stages, that are creation of activities planning, formation of selection committee, formation of coordination team, arrangement of request for proposal (RfP) and terms of reference (ToR), selection process and appointment of Seller Agent Panel and Law Consultant Panel, creating short RfP, selection process and appointment of Joint Lead Managers and Law Consultant, creating base prospectus (offering memorandum), implementation of due diligence, creating legal document, nondeal roadshow, net roadshow, implementation of bookbuilding, pricing determination and implementation of settlement (closing transaction).

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201576

Page 81: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Pada tahun 2015, Pemerintah menerbitkan SUN berdenominasi USD di pasar perdana internasional sebanyak satu kali dengan total penerbitan sebesar USD4 miliar (ekuivalen Rp50,4 triliun) dengan tanggal setelmen pada 15 Januari 2015. Penerbitan sebesar USD4 miliar ini juga berhasil memperoleh penghargaan Triple A Country Award 2015 dari majalah keuangan internasional The Asset. Ringkasan hasil penerbitan SUN berdenominasi USD di pasar perdana internasional adalah sebagai berikut :

Tabel Penerbitan Surat Utang Negara Berdenominasi USDdi Pasar Perdana Internasional

Di samping itu pada tahun 2015, Pemerintah kembali melakukan penerbitan SUN dalam valuta asing denominasi Euro (seri RIEUR0725) pada tanggal 30 Juli 2015 (settlement date) dengan menggunakan format 144A/RegS dalam program Global Medium Term Notes (GMTN). Jumlah nominal penerbitan sebesar EUR1,25 miliar equivalen dengan Rp18,5 triliun (kurs Rp14.778,44/EUR), tingkat kupon 3,375%, yield 3,555% dan masa jatuh tempo 30 Juli 2025. Global Bonds denominasi Euro seri RIEUR0725 dicatatkan secara dual-listing di Singapore Stock Exchange (SGX) dan Frankfurt Open Market (FOM).

Selain USD dan EURO, pada tahun 2015 Pemerintah juga kembali menerbitkan SUN dalam valuta asing denominasi Yen (Samurai Bond). Terdapat 3 (tiga) seri Samurai Bonds yang diterbitkan, dimana dua diantaranya merupakan Unguaranteed Samurai Bond. Ringkasan hasil penerbitan Samurai Bonds tahun 2015 adalah sebagai berikut:

Tabel Penerbitan Surat Utang Negara Berdenominasi Yen

In 2015, Government issued SUN denominated in USD in international primary market for once with total issuance value of USD4 billion (equivalent IDR50.4 trillion) with settlement date on 15th January 2015. This issuance was awarded Triple A Country Award 2015 from international financial magazine The Asset. The summary of issuance of SUN denominated in USD is as follow:

Table of Issuance of SUN denominated in USD in International Primary Market

Moreover in 2015, Government also issued Euro denominated SUN (series RIEUR0725) on 30th July 2015 (settlement date) through 144A/RegS in Global Medium Term Notes (GMTN) program for EUR1.25 billion equivalent to ID18,5 trillion (at IDR Rp14.778,44/EUR), coupon rate 3,375%, yield 3,555% and maturity date on 30th July 2025. Global Bonds denominated in Euro series RIEUR0725 made a dual-listing on Singapore Stock Exchange (SGX) and Frankfurt Open Market (FOM).

Other than USD and EURO, in 2015 government also issued SUN denominated in Yen (Samurai Bond). There are 3(three) series of Samurai Bonds issued, which two of them is Unguaranteed Samurai Bond. The summary of issuance of

Samurai Bonds in 2015 is as follow:

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 77

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 82: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Dalam rangka penerbitan SUN dalam denominasi USD dan Euro tahun 2015, Pemerintah telah menunjuk 8 investment bank sebagai anggota Panel Agen Penjual, yaitu Deutsche Bank AG, Citigroup Global Market Inc., Merrill Lynch Singapore Pte. Ltd., Standard Chartered Bank, J.P. Morgan Securities (Asia Pacific) Ltd., The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Ltd., Goldman Sachs (Singapore) Pte., Societe Generale, dan Barclays Capital. Di samping itu, Pemerintah juga menunjuk anggota Panel Konsultan Hukum, yaitu K & L Gates dan Allen & Overy LLP sebagai anggota Panel Konsultan Hukum Internasional serta Marsinih Martoatmodjo Iskandar Kusdiharjo Law Office dan Ary Zulfikar & Partners sebagai anggota Panel Konsultan Hukum Lokal.

Untuk penerbitan SUN dalam denominasi Yen tahun 2016, Pemerintah menunjuk 6 investment bank sebagai anggota Panel Penjual, yaitu Barclays Securities Japan Ltd., Citigroup Global Market Japan Inc., Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Co.,Ltd., Mizuho Securities Co., Ltd., Nomura Securities Co., Ltd., SMBC Nikko Securities Inc.

Pada penerbitan SUN dalam denominasi USD, Pemerintah menyampaikan Short RFP kepada anggota Panel Agen Penjual dan Panel Konsultan Hukum. Selanjutnya berdasarkan hasil seleksi, Pemerintah menunjuk Citigroup Global Market Inc., The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Ltd., dan Standard Chartered Bank. sebagai Joint Lead Managers (JLMs), Allen & Overy LLP sebagai Konsultan Hukum Internasional dan Marsinih Martoatmodjo Iskandar Kusdiharjo Law Office sebagai Konsultan Hukum Lokal.

Sementara itu pada penerbitan SUN dalam denominasi Euro, Pemerintah menyampaikan kembali Short RFP kepada anggota Panel Agen Penjual dan Panel Konsultan Hukum. Selanjutnya berdasarkan hasil seleksi, Pemerintah menunjuk Standard Chartered Bank, Deutsche Bank AG dan Societe Generale sebagai JLMs, K&L Gates sebagai Konsultan Hukum Internasional dan Ary Zulfikar & Partners sebagai Konsultan Hukum Lokal dalam rangka penerbitan SUN dalam denominasi Euro (second drawdown) tahun 2015.

Untuk penerbitan SUN dalam denominasi Yen, Pemerintah menyampaikan Short RFP kepada anggota Panel Agen Penjual dan Panel Konsultan Hukum. Berdasarkan hasil seleksi, Pemerintah menunjuk Mizuho Securities Co., Ltd., Nomura Securities Co., Ltd., SMBC Nikko Securities Inc. sebagai Joint Lead Arrangers (JLAs), Clifford Chance Law Office sebagai Konsultan Hukum Internasional dan Marsinih Martoatmodjo Iskandar Kusdiharjo Law Office sebagai Konsultan Hukum Lokal.

c. Penerbitan Obligasi Negara kepada Investor Ritel (ORI012)

Dalam rangka perluasan basis investor serta untuk mendorong terciptanya investment-oriented society serta mendukung program financial inclusion, sejak tahun 2006, Pemerintah menerbitkan Obligasi Negara Ritel (ORI). ORI adalah obligasi negara yang dijual kepada individu atau orang perseorangan warga negara Indonesia

In order to issue SUN denominated in USD and Euro in 2015, Government appointed eight investment banks as members of Seller Agent Panel, which are Deutsche Bank AG, Citigroup Global Market Inc., Merrill Lynch Singapore Pte. Ltd., Standard Chartered Bank, J.P. Morgan Securities (Asia Pacific) Ltd., The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Ltd., Goldman Sachs (Singapore) Pte., Societe Generale, and Barclays Capital. In addition, Government also appointed members of Law Consultant Panel, which are K & L Gates dan Allen & Overy LLP as members of International Law Consultant Panel, and Marsinih Martoatmodjo Iskandar Kusdiharjo Law Office and Ary Zulfikar & Partners as Local Law Consultant.

For issuing Yen denominated SUN in 2016, Government appoints six investment banks as Seller Panel, which are Barclays Securities Japan Ltd., Citigroup Global Market Japan Inc., Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Co.,Ltd., Mizuho Securities Co., Ltd., Nomura Securities Co., Ltd., SMBC Nikko Securities Inc.

In issuing SUN denominated in USD, Government delivers Short RFP to members of Seller Agent Panel and Low Consultant Panel. Further, based on selection result, government appoints Citigroup Global Market Inc., The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Ltd., and Standard Chartered Bank as Joint Lead Managers (JLMs), Allen & Overy LLP as International Law Consultant and Marsinih Martoatmodjo Iskandar Kusdiharjo Law Office as Local Law Consultant.

On the other hand, in issuance of SUN denominated in Euro, Government delivers Short RFP to members of Seller Agent Panel and Law Consultant Panel. Next, based on selection result, Government appoints Standard Chartered Bank, Deutsche Bank AG and Societe Generale as JLMs, and K&L Gates as International Lawc Consultant and Ary Zulfikar & Partners as Local Law Consultant in order to issuing SUN denominated in Euro (second drawdown) in 2015.

In issuing Yen denominated SUN, Government delivers Short RFP to members of Seller Agent Panel and Law Consultant Panel. Based on selection process, Government appoints Mizuho Securities Co., Ltd., Nomura Securities Co., Ltd., SMBC Nikko Securities Inc. as Joint Lead Arrangers (JLAs), Clifford Chance Law Office as International Law Consultant and Marsinih Martoatmodjo Iskandar Kusdiharjo Law Office as Local Law Consultant.

c. Issuance of Retail Government Bond (ORI012)

In order to expand investor base, as well as to encourage the establishment of investment-oriented society and to support financial inclusion program, since 2006, Government issues Retail Government Bond (ORI). ORI is Government bond sold to individuals or Indonesian citizen individuals through selling agent. In 2015, Government issued new series of ORI, ORI012 with Minimum Holding

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201578

Page 83: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

melalui agen penjual. tahun 2015, Pemerintah kembali menerbitkan ORI dengan seri baru ORI012 dengan fitur Minimum Holding Periode (MHP). Kebijakan fitur MHP telah diberlakukan sejak penerbitan ORI009, namun untuk ORI012 MHP ditingkatkan menjadi 2 (dua) periode kupon. Berdasarkan ketentuan ini, pemilik ORI tidak dapat memindahbukukan kepemilikan ORI-nya selama 2 (dua) periode kupon pertama. Tujuan penerapan MHP ini adalah: (1) mengurangi laju perpindahan kepemilikan ORI dari investor individu ke investor institusi/lainnya, (2) memperluas basis investor ritel, dan (3) memperluas kesempatan investor ritel untuk memperoleh penjatahan ORI di pasar perdana. Dengan fitur ini diharapkan tujuan utama penerbitan ORI dapat lebih tepat sasaran. Untuk ORI012, MHP berlaku hingga tanggal 15 Desember 2015.

ORI02 diterbitkan dengan tenor 3 tahun dan tingkat kupon tetap sebesar 9,00% per tahun yang dibayarkan secara bulanan. Berdasarkan hasil penjatahan ORI012 ditetapkan nominal penerbitan ORI012 sebesar Rp27,4 triliun. Distribusi hasil penjualan ORI012 dapat dilihat dalam grafik sebagai berikut:

Dari grafik terlihat bahwa distribusi jumlah pemesanan ORI terbanyak berada pada kelompok pemesanan antara Rp100 juta s.d. Rp500 juta dengan total 18.163 pemesanan atau sekitar 36,68% dari total pemesanan. Pada grafik di atas terlihat bahwa pemesan ORI012 tersebar di seluruh provinsi (34 provinsi) di seluruh Indonesia. Nominal pemesanan ORI012 tertinggi masih berada di DKI Jakarta, dengan jumlah pemesanan senilai Rp11,03 triliun atau sekitar 40% dari total volume pemesanan ORI012 diikuti dengan provinsi Jawa Timur sebesar Rp4,34 triliun dan provinsi Jawa Barat dengan jumlah pemesanan Rp3,40 triliun. Sementara provinsi dengan volume pemesanan terendah adalah provinsi Sulawesi Barat dengan jumlah pemesanan sebesar Rp5,24 miliar.

Periode (MHP) feature. The MHP feature has been applied since the issuance of ORI009, but for ORI012, MHP increased to two periods of coupon. Under this provision, the holder of ORI did not allow to transfer ownership on two periods of the first coupon. The purposes of MHP are: (1) to reduce the movement of ORI holder from individual investor to institutional investor or other investor, (2) to expand retail investor base, and (3) to expand the chance of retail investor to acquire ORI allotment in primary market. With this feature, the main objective of ORI issuance is expected to right on the target. Furthermore, for ORI012, MHP is applicable to 15 December 2015.

ORI02 was issued with 3 years tenor and monthly fixed coupon rate at 9,00%. Based on ORI012 allotment, the nominal issuance of ORI012 was set ID27.4 trillion. The distribution of selling result of ORI012 can be seen in the following graph:

The graphic above shows that the highest number of order is between IDR100 million and IDR 500 million with 18,163 order or 36.68% of the total order. Based on the demographic, ORI012 buyers come from all provinces (34 Provinces) in Indonesia. The highest nominal order value is still in DKI Jakarta, with value IDR11.03 trillion or 40% of total order volume of ORI012, followed by East Java IDR4.34 trillion and West Java IDR3.40 trillion. On the other hand, the lowest order volume is from West Sulawesi with value IDR5.24 billion.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 79

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 84: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Berdasarkan sebaran wilayah, baik volume maupun jumlah pemesanan ORI012 terbesar ada di Wilayah Barat Indonesia Non-DKI (masing-masing 49% dan 54%) dan yang terkecil ada di daerah Wilayah Tengah dan Timur Indonesia (masing-masing 11% dan 9%).

Pada grafik di atas terlihat bahwa sebaran volume pemesanan ORI012 terbesar ada di kelompok umur diatas 55 tahun (40%) dan yang terkecil ada di di kelompok umur dibawah 25 tahun (2%). Sedangkan sebaran jumlah pemesanan ORI012 terbesar ada di kelompok umur 41-55 tahun (37%) dan yang terkecil ada di kelompok umur dibawah 25 tahun (3%).

d. Penerbitan SUN dengan metode private placement

Pada tahun 2015 penerbitan melalui metode private placement dilakukan sebanyak 7 kali transaksi yaitu dengan LPS, OJK, LPDP, JP Morgan, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit, PT Sarana Multi Infrastruktur, PT Penjamin Infrastruktur Indonesia dengan jumlah sebesar Rp41,194 triliun, yang terdiri dari: 1. FR0053 sebesar Rp1,5 triliun dengan 1 kali transaksi; 2. FR0053 sebesar Rp1,5 triliun dengan 1 kali transaksi;3. SPNNT20160401 sebesar Rp1,357 triliun dengan 1 kali

transaksi;4. FR0063 sebesar Rp0,9 triliun dengan 1 kali transaksi;5. SPNNT20160223 sebesar Rp10,168 triliun dengan 1 kali

transaksi;6. SPNNT20160902 sebesar Rp0,657 triliun dengan 1 kali

transaksi;7. FR0070 sebesar Rp7 triliun dengan 1 kali transaksi;8. FR0046 sebesar Rp7 triliun dengan 1 kali transaksi;9. FR0038 sebesar Rp0,86 triliun dengan 1 kali transaksi;10. SPNNT20160129 sebesar Rp1,5 triliun dengan 1 kali

transaksi;11. SPNNT20160229 sebesar Rp8,750 triliun dengan 1 kali

transaksi

Based on area distribution, the highest portion, both in terms of the volume and number of order, is from Western Indonesia non Jakarta (49% and 54% each) and the lowest number comes from Central and Eastern Indonesia (11% and 9% each)

The graphic shows that the highest order volume is in the age group of above 55 years old (40%) and the lowest is in age group of below 25 years old (2%). Meanwhile, the highest number of orders is in age group of 41-55 years old (37%) and the lowest is in age group of below 25 years old (3%).

d. Issuance of SUN through Private Placement Method

In 2015, SUN issuance through private placement method has been conducted for seven transactions with Indonesia Deposit Insurance Corporation (LPS), Financial Services Authority (OJK), Indonesia Endowment Fund for Education (LPDP), JP Morgan, Public Service Agency for Palm-Oil Pantation Fund Management (BPDPKS), PT Sarana Multi Infrastruktur, and Indonesia Infrastructure Guarantee Fund (PT PII) with total value IDR41,194 trillion, consist of: 1. FR0053 with total value IDR1.5 trillion, by one transaction; 2. FR0053 with total value IDR1.5 trillion, by one transaction;3. SPNNT20160401 with total value IDR1.357 trillion, by one

transaction;4. FR0063 with total value IDR0.9 trillion, by one transaction;5. SPNNT20160223 with total value IDR10.168 trillion, by

one transaction;6. SPNNT20160902 with total value IDR0.657 trillion, by one

transaction;7. FR0070 with total value IDR7 trillion, by one transaction;8. FR0046 with total value IDR7 trillion, by one transaction;9. FR0038 with total value IDR0.86 trillion, by one transaction;10. SPNNT20160129 with total value IDR1.5 trillion, by one

transaction;11. SPNNT20160229 with total value IDR8.750 trillion, by one

transaction

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201580

Page 85: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

3. Penataan struktur Portofolio SUN

Kebijakan Pemerintah yang dihasilkan melalui proses pembahasan bersama DPR untuk menerapkan mekanisme APBN defisit dengan menjadikan SBN sebagai sumber pembiayaan utama, mempunyai andil dalam meningkatkan total utang Pemerintah dalam bentuk SBN. Total Outstanding Utang dalam bentuk SBN yang jatuh tempo setiap tahunnya menjadi penambah SBN yang diterbitkan untuk melakukan refinancing. Dalam rangka menghindari refinancing risk, serta tujuan lain untuk stabilisasi pasar dan penataan struktur portofolio SUN, Pemerintah melakukan program buyback dan debt switching sesuai dengan strategi pengelolaan utang yang telah ditetapkan.

Grafik Nominal Penerbitan dan Jatuh Tempo SUN

Pemerintah secara konsisten dari tahun ke tahun melakukan program buyback maupun debt switching. Program buyback dan debt switching yang dilakukan selama ini terbukti sangat efektif tidak hanya untuk mengedalikan risiko refinancing, namun juga interest rate risk dan exchange rate risk, mengingat dalam portofolio SUN juga terdapat instrumen dengan variabel rate dan instrumen dalam denominasi valas. Hal tersebut tercermin dari indikator-indikator Average Time To Maturity yang terkendali, prosentase SUN yang jatuh tempo dibawah satu tahun yang cenderung turun dari tahun ke tahun.

Grafik Refinancing Risk dan Interest Rate Risk

Selain itu, interest rate risk juga semakin terkendali dari tahun ke tahun seiring dengan menurunnya proporsi SUN dalam variable rate terhadap keseluruhan total portofolio SUN. Hal tersebut tidak lepas dari tercapainya strategi pengelolaan portofolio dengan mengutamakan penerbitan SUN dengan kupon tetap dan mengurangi outstanding SUN dengan kupon variabel melalui program buyback dan debt switching.

3. Regulation of SUN Portfolio Structure

Government policy resulted from joint discussion process within Parliament to implement Deficit State Budget mechanism by using government securities (SBN) as primary source of financing, has role in increasing government debt in form of government securities. Total Debt Outstanding in form of government securities that has been matured every year is an enhancer to government securities issued for refinancing. In order to avoid refinancing risk, stabilize the SUN market and regulation of SUN portfolio structure, Government did buyback and debt switching program in accordance to debt management strategy.

Grafik Nominal Issuance and Maturity of SUN

The government has consistently conducted buyback as well as debt switching program from year to year. The buyback and debt switching program that has been conducted by the government, to this date, is proved to be very effective, not only to control refinancing risk, but also interest rate risk and exchange risk, by taking into an account that SUN portfolio consists of instrument with variable rate as well as instruments denominated in foreign currencies. This is shown by indicators such as manageable Average Time To Maturity, the percentage decrease in SUN with tenor less than one year from year to year.

Graph Refinancing Risk and Interest Rate Risk

Furthermore, interest rate risk has become more manageable from year to year following the decrease in the proportion of SUN with variable rate to total SUN portfolio. This is achieved by successful implementation of portfolio management strategies which prioritize the issuance of fixed coupon SUN while at the same time decreases the outstanding variable coupon SUN through buyback and debt switching program.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 81

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 86: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Hal yang masih perlu mendapatkan perhatian lebih dalam penataan portofolio SUN yang optimal dengan meminimalkan risiko adalah semakin tingginya proporsi SBN dalam denominasi valas yang sampai akhir tahun 2015 mencapai 26,02% dari total portofolio dibandingkan dengan 13,53% pada tahun 2008. Hal tersebut sejalan dengan meningkatnya risiko nilai tukar dicerminkan dari sensitivity analysis yang menunjukan kenaikan beban pembayaran bunga sebesar Rp247 miliar untuk setiap mata uang rupiah terdepresiasi sebesar Rp100,00 Untuk mengurangi risiko tersebut, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko mengantisipasinya melalui penyiapan infrastruktur program liabilities management untuk SUN valas pada tahun 2015 atau program hedging. Namun demikian, dari keseluruhan portofolio utang, currency risk dari total utang cenderung menurun dalam periode 2007 sampai dengan 2015.

Grafik Exchange Rate Risk dan Sensitivity Analysis

Berikut profil jatuh tempo SBN pada akhir tahun 2015 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sebagaimana disajikan pada grafik:

Grafik Profil Jatuh Tempo SBN (dalam triliun rupiah)

Profil jatuh tempo SUN saat ini terkonsentrasi dengan jumlah yang signifikan pada kurun waktu 2015-2025. Artinya dalam kurun waktu tersebut, terdapat SUN dalam jumlah besar yang jatuh tempo dan harus dilunasi oleh Pemerintah. Profil jatuh tempo tersebut sangat potensial menimbulkan refinancing risk yang cukup tinggi dan perlu dimitigasi. Untuk itu dalam rangka mengurangi beban dan risiko

The increase in the proportion of government securities denominated in foreign currency from 13.53% on 2008 to 26.02% by the end of 2015 is among other things should be on interest in managing optimal SUN portfolio by minimizing risk. This is in line with the increasing exchange rate risk represented by sensitivity analysis that shown the increase in interest expense payment of IDR247 billion for every IDR100.00 depreciation in Rupiah. In order to minimize this risk, Directorate General of Budget Financing and Risk Management has made the anticipation by preparing infrastructure for liabilities management program for SUN in foreign currency in 2015 or hedging program. However, from the total debt portfolio, there is a decrease in currency risk of the total debt during 2007-2015.

Graph Exchange Rate Risk and Sensitivity Analysis

The comparison of government securities tenor profile by the end of 2015 to the previous year is shown by the following graph:

Graph Government Securities Maturity Profile (in trillion IDR)

Currently, SUN tenor profile is highly concentrated during 2015-2015 with significanr amount. In other word, during that period, there is large amount of SUN that will mature and must be paid by the government. This tenor profile potentially lead to high refinancing risk and, thus, need to be mitigated. Therefore, in order to minimize the expenses and risk of SUN principal payment during 2015-2025, the government

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201582

Page 87: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

pelunasan pokok SUN pada kurun tahun 2015-2025 tersebut, Pemerintah berupaya untuk menata ulang struktur jatuh tempo SUN melalui debt switching, yaitu dengan membeli seri-seri SUN jangka pendek dan menukarkannya dengan SUN yang mempunyai jatuh tempo jangka menengah dan panjang. Kondisi ini juga memberikan keleluasaan bagi Pemerintah untuk menerbitkan instrumen SUN jangka pendek, baik berupa Obligasi Negara kepada Investor Ritel maupun Surat Perbendaharaan Negara. Upaya lain yang dilakukan oleh Pemerintah untuk mengurangi refinancing risk adalah dengan memberikan prioritas penerbitan SUN jangka menengah dan panjang.

4. Pembelian Kembali SUN di Pasar Sekunder

Pembelan Kembali SUN di pasar sekunder secara tunai (buyback) bertujuan selain untuk stabilisasi pasar, pengelolaan portofolio dan pemenuhan SBN neto dalam APBN tahun berjalan, juga dapat digunakan untuk pemanfaatan idle cash Pemerintah untuk melunasi SUN sebelum jatuh tempo di tahun berjalan. Pada pelaksanaannya, buyback dapat dilaksanakan dalam dua metode, yaitu metode lelang maupun transaksi langsung melalui Dealing Room.

a. Pembelian kembali melalui lelang

Program buyback melalui lelang dilakukan secara elektronik menggunakan sistem Ministry of Finance Dealing System (MOFIDS). Peserta lelang adalah Dealer Utama(PD’s) yang sudah ditunjuk sebelumnya oleh DJPPR. Paada prinsipnya seluruh investor SUN dapat mengikuti program buyback dengan menyampaikan penawaran kepada Pemerintah melalui PD’s. Pada umumnya seri-seri yang akan dibeli kembali adalah seri-seri dengan tenor dibawah lima tahun. Hal ini sejalan dengan strategi pengelolaan utang dengan mengurangi risiko refinancing. Pada Tahun 2015, DJPPR tidak melakukan transaksi buyback melalui lelang.

b. Pembelian kembali melalui transaksi langsung

Program buyback dengan transaksi langsung melalui Dealing Room lebih fleksibel dibandingkan dengan melalui lelang. Dengan transaksi langsung, DJPPR dapat masuk ke pasar setiap saat dibutuhkan. Hal ini sangat bermanfaat pada saat krisis atau kondisi pasar SUN sedang tidak stabil, DJPPR dapat dengan segera mengambil tindakan yang diperlukan untuk menstabilisasi pasar SUN sehingga kondisi pasar menjadi lebih tenang dalam melakukan kegiatan transaksi. Kondisi pasar yang berjalan stabil dan kondusif akan berujung pada kemudahkan Pemerintah dalam mencapai target pembiayaan defisit. Pada tahun 2015, DJPPR melakukan transaksi langsung melalui Dealing Room sebanyak tiga kali dengan total yang dimenangkan sebesar Rp1,401 triliun.

5. Pembelian Kembali SUN di Pasar Sekunder dengan cara penukaran melalui lelang Sistem MOFIDS

Program Pembelian Kembali SUN di Pasar Sekunder dengan cara penukaran melalui lelang sistem MOFIDS (debt switching) mempunyai tujuan yang relatif hampir sama dengan program buyback. Hal yang paling signifikan membedakannya adalah pada program buyback Pemerintah membayar dengan tunai, namun pada program (debt

attempts to restucture the SUN maturity though debt switching, that is, by purchasing short-term SUN and switch it by issuing SUN with medium and long tenor. This condition also offer flexibility to the government to issue short-term SUN instruments, both in the form of government bond to retail investor and Government Treasury Bills. Another solution to minimize refinancing risk is by prioritizing the issuance of SUN with medium and long tenor.

4. SUN Buyback in Secondary Market

In addition to achieve market stability, portfolio management, and the fulfillment of net government securities (SBN) in current State Budget, the purpose of SUN buyback is also to utilize government’s idle cash to service SUN repayment before its maturity on respected fiscal year. In its implementation, there are two methods on executing the buyback, that is, auction buyback and direct buyback through Dealing Room.

a. Auction Buyback

Auction buyback is conducted electronically using Ministry of Finance Dealing System (MOFIDS). The auction participants are Primary Dealers (PD’s) that has been appointed by DJPPR. Principally, all SUN investor is allowed to participate on the buyback program by making an offer to government through PD. Generally, the buyback program is conducted mainly for SUN series with tenor less than five years. This is accordance with debt management strategy which stresses on minimizing the refinancing risk. DJPPR did not conduct buyback auction mechanism in 2015.

b. Direct Buyback

Direct buyback through dealing room is more flexible compared to auction buyback. Through direct transaction, DJPPR can enter the market anytime when needed. This is very useful in the time of crisis or unstable SUN market, when DJPPR can take needed action immediately to stabilize SUN market so that the market condition become more condusive for transantion. Stable and condisive market will facilitate government to achieve targeted deficit financing. DJPPR has implemented three direct transactions via dealing room in 2015 with nominal won amount of IDR1.401 trillion.

5. SUN Debt Switching in Secondary Market with Exchange through MOFIDS System

SUN buyback in secondary market with exchange through MOFIDS system (debt switching) has similar purpose to the buyback program. The main difference is the government make cash payment in buyback program while in debt switching program, the government make repayment for the purchased SUN (source) by offering another SUN (destination)

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 83

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 88: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

switching), Pemerintah membayar SUN yang dibeli (source) dengan menerbitkan SUN pengganti (destination) sebagai penukar dengan nominal yang sama. Dalam transaksi debt switching, Pemerintah tidak menambah stok utang. Apabila terdapat perbedaan harga antara source dan destination, maka selisih harga tersebut akan dibayarkan secara tunai. Demikian halnya dengan selisih accrued interest antara source dan destination akan dibayarkan secara tunai. Total selisih harga dan total selisih accrued interest akan dibayarkan secara neto.

Pada umumnya seri-seri yang menjadi source merupakan seri-seri yang mempunyai tenor dibawah 5 tahun untuk ditukar dengan destination yang mempunyai tenor yang lebih panjang. Sampai dengan saat ini, strategi untuk malakukan transaksi debt switching terbukti sangat efektif dapat mengurangi risiko refinancing dan mengurangi seri-seri SUN yang kurang likuid. Selama tahun 2015, Pemerintah telah melaksanakan lelang debt switch many to many sebanyak dua frekuensi dengan jumlah nominal yang dimenangkan sebesar Rp3,005 triliun.

Tabel Hasil Lelang Debt Switch tahun 2015 (dalam juta rupiah)

6. Penerbitan SUN dalam Rangka Prefunding

Pada tahun 2015, tepatnya di bulan Desember, Pemerintah telah melakukan penerbitan SUN dalam rangka prefunding, yakni penerbitan SUN yang ditujukan untuk membiayai defisit tahun anggaran berikutnya. Penerbitan SUN dalam rangka prefunding ini adalah yang pertama kali dilakukan oleh Pemerintah. Kegiatan prefunding ini dilakukan melalui penerbitan SUN dalam valuta asing, yakni dollar Amerika, yang diterbitkan di pasar internasional dengan nilai penerbitan sebesar USD 3,5 milyar. Penerbitan ini dilakukan dalam 2 tranches, yakni tenor 10 tahun dan 30 tahun, dengan yield saat penerbitan, masing-masing sebesar 4,8% dan 6,0%. Nilai penerbitan untuk masing-masing tenor tersebut, yakni tenor 10 tahun sebesar USD 2,25 milyar dan tenor 30 tahun sebesar USD 1,25 milyar. Penerbitan SUN dalam valuta asing ini diterbitkan dengan format Reg S/ 144A under Global Medium Term Note (GMTN) Program dan dicatatkan di Singapore Stock Exchange.

7. Penyiapan Infrastruktur Pendukung

Dalam rangka mendukung transaksi SUN serta pengembangan metode lelang, dibangun aplikasi pendukung maupun pengembangan sarana sistem lelang. Pada tahun 2015 telah dicapai upaya-upaya untuk

as the replacement with the same nominal. In debt switching transaction, the government does not increase the stock of debt. If there is a different in price between source SUN and destination SUN, the different in price will be paid in cash. The same principle applied for the difference in accrued interest between source SUN and destination SUN which will be pain in cash. The sum of price and accrued interest difference will be paid in net.

In general, source SUN consists of series with tenor less than five years in which these series are exchanged by destination SUN which consists of series with longer tenor. By this time, debt switching strategy has been considered very effective in minimizing refinancing risk and reducing illiquid series of SUN. During 2015, the government has implemented many to many debt switch auction two times with nominal won amount IDR3.005 trillion.

Table Result of Debt Switch Year 2015 (in million IDR)

6. SUN Issuance for Prefunding

In December 2015, the government has issued SUN in order to prefunding to finance the budget deficit in the next fiscal year. This SUN issuance for prefunding was conducted the first time by the government. Prefunding acitivities was conducted by SUN issuance in foreign currency that is USD, which issued in international market with the issuance value of USD3.5 billion. This issuance has been implemented in two tranches, which are maturity 10 years and 30 years, with yield at issuance 4.8% and 6.0% respectively. Nominal amount of issuance for maturity 10 years is USD2.25 billion and USD 1.25 billion for maturity 30 years. The issuance of SUN denominated US dollar is issued with Reg S/ 144A format under Global Medium Term Note (GMTN) Program and listed on Singapore Stock Exchange.

7. Supporting Infrastructure Preparation

In order to support SUN transactions and develop auction method, application to support and develop the auction method has been launched. Attempts have been made to improve the features and facilities of auction system and its

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201584

Page 89: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

meningkatkan fitur dan fasilitas pada sistem lelang maupun pendukungnya. Kegiatan pengembangan infrastruktur Direktorat Surat Utang Negara (SUN) pada tahun 2015 diantaranya adalah pengembangan Debt Switch dengan mekanisme Staple Bonds. Debt Switch dengan mekanisme Staple Bonds adalah menukarkan dua seri SUN benchmark dengan satu seri SUN non benchmark (ilikuid/off the run) dengan tenor diantara tenor dua seri benchmark tersebut.

Pada tahun 2015 telah dilakukan pengembangan dengan time table sebagai berikut:• Kuartal 1 : Pengembangan Business Process • Kuartal 2: User Requirement dan Coding• Kuartal 3 dan Kuartal 4 : Pengembangan pemrograman

8. Monitoring Opini Publik

Menjaga kredibilitas pengelolaan SUN yang baik sangat penting untuk menunjang pengembangan pasar SUN untuk meningkatkan kepercayaan investor dalam berinvestasi di SUN. Salah satu cara untuk menjaga kredibilitas pengelolaan SUN tersebut adalah dengan melakukan monitoring opini publik agar pemberitaan yang beredar di media masa sesuai dengan fakta pengelolaan utang yang sebenarnya. Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menunjang proses monitoring opini publik adalah dengan melakukan analisis pemberitaan media.

Analisis pemberitaan media dilaksanakan dengan melakukan inventarisasi pemberitaan media masa terkait dengan pengelolaan utang secara harian untuk kemudian dianalisis secara berkala. Pelaksanaan analisis pemberitaan media dilakukan secara berkala tiap bulanan, dengan mempertimbangkan tingkat akurasi dan update analisis pemberitaan media tersebut.

9. Pengembangan Pasar Ritel

Dalam pembiayaan APBN, pengembangan pasar ritel memiliki nilai yang strategis karena dapat mendorong dan memfasilitasi peran serta masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan nasional melalui partisipasi dalam pembiayaan APBN. Selain itu, penerbitan ORI akan menambah kapitalisasi pasar modal (Bursa Efek Indonesia) yang dapat memperkuat pasar modal dan meningkatkan pengembangan masyarakat pasar modal menjadi lebih baik dan efektif. Dengan pasar modal yang kuat, aktif dan peranan investor domestik yang semakin meningkat, sistem keuangan dalam negeri akan menjadi lebih baik, stabil, kokoh dan semakin diminati pelaku pasar seiring semakin berkembangnya pasar SBN. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Direktorat SUN dalam usaha pengembangan pasar ritel pada tahun 2015 antara lain dengan melakukan Penerapan Minimum Holding Period (MHP) pada penerbitan ORI012.

Sebagaimana penerbitan ORI sebelumnya, ORI012 memiliki struktur Minimum Holding Period (MHP). Namun, untuk ORI012 ini diberlakukan MHP selama 2 (dua) periode pembayaran kupon pertama (23 Oktober s.d. 15 Desember 2015), sehingga ORI012 baru dapat diperdagangkan di pasar sekunder pada tanggal 15 Desember 2015. Meskipun penerapan MHP tersebut membatasi perdagangan ORI012 di pasar sekunder, namun demikian minat investor untuk

supporting infrastructure in 2015. Infrastructure development program at Directorate Government Debt Securities in 2015 includes Debt Switch Development through Staple Bonds method. Debt Switch through Staple Bonds method is conducted by exchanging a series of non-benchmark (illiquid/off the run) with two series of benchmarks on the same value with maturity between the maturity of two series benchmarks.

In 2015, the development has been conducted with following time table:• Quarter 1 : Business Process Development• Quarter 2: User Requirement and Coding• Quarter 3 and Quarter 4 : Programming Development

8. Public Opinion Monitoring

Maintaining the credibility of sound SUN management is critically important to support the development of SUN market in order to increase investor confident in investing in SUN. Attempt to maintain the credibility of SUN management has been conducted through public opinion monitoring with the purpose to ensure the publication on mass media reflect the real fact of debt management. One of activities to support to support public opinion monitoring process is conducted through media publication analysis.

The media publication analysis is conducted by inventorying the mass media publication related to the daily debt management in which this publication will be further analyzed regularly. The media publication analysis is conducted regularly every month, by taking into the account the level of accuracy and analysis update of the media publication.

9. Retail Market Development

In financing State Budget, the development of retail market has a strategic importance since it can encourage and facilitate public role to participate in national development by participating in State Budget financing. In addition, ORI issuance will increase the capital market capitalization (Indonesian Stock Exchange) which can strengthen the capital market and improve the development of more sound and effective capital market. With strong, active, and increasing domestic investor participation in capital market, followed by the development of government securities (SBN) market, domestic financial system will be improved, more stable, reliable, and attractive for the market participants. The activities conducted by Directorate Government Debt Securities in its attempts to develop retail market in 2015 includes the implementation of Minimun Holding Period (MHP) on ORI012 Issuance.

As the issuance of the previous ORI, ORI012 also has the Minimum Holding Period (MHP) structure. However, the implementation of MHP on ORI012 is applied for two periods of the first coupon payment (23 October to 15 December 2015). As the result, ORI012 could only be traded for the first time on the secondary market on 15 December 2015. Eventhough the implementation of MHP limit the trading of ORI012 in the secondary market, the investor interest to trade

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 85

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 90: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

memperdagangkan ORI012 masih cukup tinggi. Hal ini terbukti setelah berakhirnya MHP, ORI012 diperdagangkan di pasar sekunder mencapai Rp7,1 triliun. Perdagangan ORI012 setelah MHP berakhir dapat dilihat dari grafik perdagangan ORI012 sebagai berikut:

Grafik : Perdagangan ORI012 di Pasar Sekunder

Dari grafik di atas, terlihat bahwa pada hari pertama ORI012 dapat diperdagangkan di pasar sekunder (15 Desember 2015), terdapat volume perdagangan ORI012 sebesar Rp7,1 triliun yang berasal dari 3.710 transaksi. Volume dan frekuensi perdagangan ORI012 tersebut turun hingga menjadi Rp2,1 triliun pada hari kelima ORI012 dapat diperdagangkan di pasar sekunder (21 Desember 2015).

Grafik Kepemilikan Individu ORI011 dan ORI012

Dari grafik di atas terlihat bahwa pada hari ke lima ORI011 diperdagangkan di pasar sekunder, kepemilikan ORI011 oleh investor individu sebesar 41,95% dari total outstanding ORI011. Sedangkan kepemilikan investor individu atas ORI012 pada periode yang sama tinggal masih sebesar 68,06% dari total outstanding ORI012. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan MHP selama 2 (dua) bulan dapat menahan laju pelepasan kepemilikan investor individu atas ORI secara optimal.

ORI012 remained high. This is proven that after the end of MHP, the nominal amount of ORI012 traded in the secondary market is IDR7.1 trillion. The trading of ORI012 after MHP ends can be seen in the following graphs:

Graph: ORI012 Trading in the Secondary Maket

It can be observed from the graph above that on the first day ORI012 was traded in the secondary market (15 December 2015), the trading volume of ORI012 was IDR7.1 trillion from 3,710 transactions. The trading volume and frequencies of ORI012 decrease to IDR2.1 trillion on the fifth day ORI012 traded in the secondary market (21 December 2015).

Graph Individual Ownership of ORI011 and ORI012

The graph above shown that on the fifth day ORI011 traded in the secondary market, the individual ownership of ORI011 was 41.95% of total outstanding ORI011. Meanwhile, the individual ownership ORI012 at the same periode was 68.06% of total outstanding ORI012. This shows that the implementation of MHP for two months can hold sales by invidual ownership of ORI optimally.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201586

Page 91: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

10. Pengembangan Instrumen SUN

Secara berkelanjutan, Direktorat SUN terus berupaya melakukan pengembangan instrumen SUN melalui berbagai macam kajian pengembangan instrumen SUN untuk meningkatkan fleksibilitas Pemerintah dalam pembiayaan fiskal yang bersumber dari dalam negeri (SUN rupiah) dan dari luar negeri (SUN valas) sehingga dapat meningkatkan kapasitas sumber pembiayaan dan mengurangi ketergantungan pembiayaan dari instrumen pembiayaan tertentu.

Selama tahun 2015, Direktorat SUN berhasil menyusun dua kajian pengembangan instrumen SUN yaitu :

a. Pelaksanaan kajian mengenai perpajakan atas SBN

Latar belakang dilakukannya kajian mengenai perpajakan atas SBN ini adalah beberapa hal di dalam perpajakan atas SBN berpotensi menghambat pengembangan pasar SBN domestik, yaitu:• Pengenaan pajak menyebabkan biaya bunga dan

diskonto SBN yang harus ditanggung oleh pemerintah menjadi lebih tinggi dari seharusnya;

• Perbedaan perlakukan perpajakan atas pendapatan bunga dan diskonto/capital gain obligasi;

• Mekanisme pemotongan pajak penghasilan final atas pendapatan bunga dan diskonto/capital gain obligasi yang berlaku saat ini cukup menyulitkan sub-registry selaku wajib potong.

Oleh karena itu, sebagai bagian dari usaha untuk mengembangkan pasar SBN agar semakin aktif, dalam, dan likuid, dilakukan kajian untuk dapat menemukan alternatif solusi atas permasalahan yang ada pada perpajakan atas SBN yang saat ini. Dengan demikian, diharapkan isu perpajakan SBN dapat menjadi salah satu faktor yang berperan dalam meningkatkan likuiditas pasar dan memperluas basis investor SBN, bukan sebagai salah satu faktor yang dapat menghambat pengembangan pasar SBN.

Kajian ini menawarkan empat alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan perpajakan SBN yang ada saat ini. Alternatif pertama adalah tetap mengenakan pajak penghasilan final atas pendapatan bunga dan diskonto/capital gain SBN, tapi dengan tarif yang sama untuk semua kelompok investor. Alternatif kedua adalah mengenakan pajak penghasilan final atas pendapatan bunga dan diskonto/capital gain SBN dengan tarif yang sama kepada semua kelompok investor hanya pada saat pembayaran kupon dan jatuh tempo SBN. Alternatif ketiga adalah membebaskan pajak penghasilan final atas pendapatan bunga dan diskonto/capital gain SBN dan mengenakan pajak taransaksi atas penjualan SBN serta mengenakan pajak penghasilan akhir tahun. Alternatif keempat adalah membebaskan pajak penghasilan final atas pendapatan bunga dan diskonto/capital gain SBN dan mengenakan pajak penghasilan akhir tahun.

Dari keempat alternatif solusi tersebut, kajian ini merekomendasikan dua alternatif solusi atas permasalahan pada perpajakan SBN, yaitu: membebaskan pajak penghasilan final atas pendapatan bunga dan diskonto/capital gain SBN dan mengenakan pajak taransaksi atas penjualan SBN serta mengenakan pajak penghasilan akhir

10. SUN Instruments Development

Directorate Government Debt Securities has consistently developed SUN instruments through various study on the SUN development to enhance government flexibility in fiscal financing sourced both from domestic (SUN denominated in IDR) and foreign (SUN denominated in foreign currency) in order to increase the capacity of financing source and decrease dependency on certan financing instruments.

During 2015, Directorate Government Debt Securities held two studies on SUN instruments development:

a. Study on Taxation of government securities

The background in conducting study on taxation of government securities was that there was a potential threat in developing government securities domestic market in term of taxation of government securities that are:• Taxation cause higher interest expense and discount of

government securities borne by government;• The difference of taxation treatment on interest income

and discount/capital gain of bond; The current mechanism of final income tax cuts in interest income and discount/capital gain bond is difficult for sub-registry as tax cutter.

Thus, as part of attempt to develop government securities (SBN) market to be attractive, deep, and liquid, the study to find alternative solution for current problem on taxation of government securities was conducted. Therefore, SBN taxation issue is expected to be one of the factors that play a role in increasing market liquidity and expand the SBN investor base, not as one of the factors that can hinder the development of SBN market.

This study offers four alternative solutions to solve current SBN taxation problem. The first alternative is imposing the final income tax on interest income and discount/capital gain of SBN with the same tariff for all investor groups. The second alternative is imposing final income tax on interest income and discount/capital gain of SBN with the same tariff for all investor groups only at the time of coupon payment and SBN maturity date. The third alternative is to redeem final income tax on interest income and discount/capital gain of SBN and charge transaction tax on SBN sale as well as year-end income tax. The fourth alternative is to redeem final income tax on interest income and discount/capital gain of SBN and charge year-end income tax.

Of the four alternative solutions above, this study recommends two alternative solutions for the SBN taxation problem, that is: to redeem final income tax on interest income and discount/capital gain SBN and charge transaction tax on SBN sales, and also year-end income tax on nterest income and discount/capital gain of SBN and charge year-end income tax.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 87

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 92: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

tahun atau membebaskan pajak penghasilan final atas pendapatan bunga dan diskonto/capital gain SBN dan mengenakan pajak penghasilan akhir tahun.

Dari kedua rekomendasi solusi di atas, alternatif ke-2 merupakan solusi yang lebih mungkin untuk diterapkan dibanding alternatif ke-1, mengingat untuk dapat mengimplementasikan alternatif ke-1 diperlukan adanya penerapan ETP untuk pasar SBN terlebih dahulu dan mekanisme perhitungan pajak transaksi yang lebih tepat untuk SBN yang memiliki tenor yang berbeda-beda. Pengembangan dan penerapan ETP dapat memakan waktu beberapa tahun. Sementara itu, untuk mendukung implementasi alternatif ke-2, diperlukan adanya perubahan regulasi Pemerintah yang mengatur perpajakan obligasi saat ini. Selanjutnya, dalam regulasi baru yang khusus mengatur perpajakan SBN nanti, perlu adanya pembatasan bahwa pembebasan pajak penghasilan final atas pendapatan bunga dan diskonto/capital gain SBN tersebut hanya berlaku untuk SBN baru yang diterbitkan oleh pemerintah, tidak berlaku untuk SBN yang telah diterbitkan sebelumnya.

b. Kajian tentang Renminbi Denominated Bond

Dalam rangka mengatasi keterbatasan daya serap pasar SUN di dalam negeri, dan untuk melakukan diversifikasi instrumen pembiayaan, memperluas basis investor, serta menyediakan alternatif investasi bagi masyarakat internasional, maka Pemerintah membuka peluang penerbitan SUN dalam denominasi Renminbi (Renminbi Denominated Bonds/RMB Bonds).

Pasar obligasi Tiongkok saat ini merupakan pasar obligasi terbesar ke tiga di dunia setelah pasar obligasi Amerika Serikat dan Jepang. Demikian juga dengan mata uang Tiongkok, Renminbi (RMB/CNY) yang sudah menjadi mata uang internasional, dimana sekarang menduduki posisi ke empat sebagai mata uang yang paling banyak diperdagangkan di seluruh dunia setelah USD, Euro, dan Poundsterling dan merupakan mata uang yang paling banyak diperdagangkan di Asia. Hal ini mengindikasikan potensi pasar RMB Bonds yang besar sehingga menjadi elemen penting dari pasar modal internasional. Beberapa issuer dari Amerika, Eropa, dan Asia telah memanfaatkan potensi tersebut dengan menerbitkan RMB Bonds baik di pasar domestik China maupun internasional dalam beberapa tahun terakhir.

Mempertimbangkan beberapa hal tersebut di atas, Direktorat SUN melakukan kajian tentang Renminbi Denominated Bond. Kajian ini disusun untuk melihat potensi pasar, mekanisme penerbitan yang digunakan serta peluang penerbitan SUN dalam denominasi Renminbi baik di pasar domestik Tiongkok maupun pasar internasional.

Berdasarkan kajian mengenai Renminbi Denominated Bond diperoleh simpulan antara lain:

1. RMB Bonds dapat menjadi salah satu alternatif instrumen pembiayaan Pemerintah sekaligus memperluas basis investor, terutama di kawasan Asia. Beberapa faktor yang layak dipertimbangkan adalah pasar obligasi Tiongkok yang merupakan pasar obligasi terbesar ketiga di dunia, penerbitan RMB Bonds yang terus

Of two recommendation solutions above, the second alternative is the possible implemented solution compared to the first alternative, considering to be able to implement Alternative 1, the implementation of ETP in SBN market is required and the mechanism to calculate the transaction tax has to be right for SBN that has different tenor. The development and the implementation of ETP can take several years. On the other hand, to support the implementation of Alternative 2, the change of government regulation concerning bond government securities taxation is needed. Moreover, in the forthcoming regulation that specifically governs SBN taxation, the limitation of final income tax free on interest income and discount/capital gain of SBN only applied for new SBN that issued by government, not valid for previously issued SBN.

b. Study on Renminbi Denominated Bond

In order to overcome the limitation of the absorption capacity in the domestic SUN market, to diversify the financing instruments, and expand the investor base, as well as provide investment alternative for international investor/communities, the government open the opportunity of the issuance of Renminbi denominated SUN (RNM Bonds).

China’s bond market currently is the third lagest bond market in the world after the USA and Japan. Moreover, Renminbi (RMB/CNY), that become international currency, held as the fourth currency most widely traded after USD, Euro and Poundsterling, and currently is the most widely currency traded in Asia. This shows the big potential of RMB Bonds market so that becomes an important element of international capital markets. Several issuers from America, Europe, and Asia has utilized that potential by issuing RMB bonds in both China domestic market and international market in recent years.

Considering several factors above, Directorate of Government Debt Securities conducted the study on Renminbi Denominated Bond. This study is arranged to see the potential market, the issuance method used and the opportunities Renminbi denominated SUN issuance in both China domestic market and international market.

Based on the study on Renminbi Denominated Bond, the conclusions are as follow:

1. RMB Bonds can be one of alternative government financing instrument as well as to expand investor base, mainly in Asia region. Several factors are worthy of consideration are China bond market is the third largest in the world, the issuance of RMB bonds are constantly evolving, and RMB currency is the fourth most widely

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201588

Page 93: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

berkembang, dan mata uang RMB yang merupakan mata uang paling banyak digunakan keempat di dunia serta sudah dimasukkan IMF ke dalam mata uang SDR.

2. Penerbitan RMB Bonds, baik Panda Bonds maupun Dim Sum Bonds, umumnya memiliki tenor yang pendek sekitar 3 tahun, harga penerbitan 100%, dan volume penerbitan yang relatif kecil, yaitu RMB1 miliar (USD150 juta). Namun, pasar Panda Bonds lebih memungkinkan untuk penerbitan dengan tenor yang lebih panjang dan volume penerbitan yang lebih besar.

3. Seluruh dokumentasi penerbitan Panda Bonds harus diterjemahkan ke dalam Bahasa Mandarin, sedangkan dokumentasi penerbitan Dim Sum Bonds dengan menggunakan GMTN relatif sama dengan dokumentasi penerbitan Global Bonds dalam denominasi USD.

4. Metode penentuan harga/yield (pricing) penerbitan RMB Bonds umumnya menggunakan referensi penerbitan RMB Bonds sebelumnya oleh penerbit yang memiliki credit profile yang setara (peer group). Saat ini, untuk tenor yang sama, yield penerbitan Panda Bonds relatif lebih rendah daripada yield penerbitan Dim Sum Bonds, meskipun sebelumnya yield penerbitan Dim Sum Bonds lebih rendah daripada yield penerbitan Panda Bonds.

5. Untuk penerbitan Panda Bonds Pemerintah dapat menunjuk satu investment bank lokal Tiongkok sebagai lead underwriter dan satu investment bank lokal lain atau investment bank internasional yang berlokasi di daratan Tiongkok sebagai co-underwriter. Sedangkan penerbitan Dim Sum Bonds Pemerintah dapat melakukan seleksi lead manager dari anggota panel penerbitan Global Bonds 2016.

6. Penerbitan Panda Bonds mewajibkan penerbitnya untuk memiliki peringkat kredit dari lembaga credit rating internasional dan lokal, namun sangat direkomendasikan untuk menggunakan local rating. Sementara itu, penerbitan Dim Sum Bonds cukup menggunakan peringkat kredit dari lembaga credit rating internasional.

7. Penerbitan Panda Bonds akan memperluas basis investor baru yang berasal dari Tiongkok dan berbeda dari investor Global Bonds, sedangkan penerbitan Dim Sum Bonds akan menambah basis investor yang umumnya berasal dari Hong Kong dan Singapura dimana sebagian besarnya sudah familiar dengan penerbitan Global Bonds Indonesia dalam denominasi USD. Untuk menjangkau investor potensial RMB Bonds tersebut, roadshow penerbitan Panda Bonds direkomendasikan ke Beijing dan Shanghai, sedangkan roadshow penerbitan Dim Sum Bonds direkomendasikan ke Hong Kong, Singapura, dan Taipei.

8. Beberapa pertimbangan untuk menerbitkan RMB Bonds adalah:• Kewajiban Pemerintah dalam mata uang RMB yang

direpresentasikan oleh jumlah utang Pemerintah dalam mata uang RMB relatif kecil, sebesar RMB1,47 miliar (USD230 juta).

• Penerbitan RMB Bonds dapat memperluas basis investor Indonesia, terutama investor potensial Panda Bonds yang berbeda dengan investor Global Bonds dalam denominasi USD dan Euro, serta Samurai Bonds.

• Berdasarkan indikasi pasar, biaya penerbitan Panda Bonds saat ini relatif lebih murah jika dibandingkan

traded currency in the world and is already incorporated into SDR by IMF.

2. The issuance of RMB Bonds, both Panda Bonds and Dim Sum Bonds, generally has short tenor around 3 years, the issue price 100%, and volume issuance relatively low that is RMB 1 billion (USD150 mllion). However, Panda Bonds market is more likely to issuance with longer tenor and larger issuance volume.

3. All documentation of Panda Bonds issuance must be translated into Mandarin language, and documentation of Dim Sum Bonds with GMTN is similar with issuance of Global Bonds denominated in USD.

4. The determination method of issuance pricing of RMB Bonds refers to previous issuance of RMB Bonds by issuer that had similar credit profile (peer group). Currently, for the same maturity, issuance yield of Panda Bonds relatively lower than issuance yield of Dim Sum Bonds, although previous issuance yield of Dim Sum Bonds is lower than issuance yield of Panda Bonds.

5. To issue Panda Bonds, the government can appoint one local Chinese investment bank as lead underwriter and other local investment bank or international investment bank located in China mainland as co-underwriter. Meanwhile, for the issuance of Dim Sum Bonds, the government can select the lead manager from the panel member of Global Bonds issuance 2016.

6. The issuance of Panda Bonds required the issuer to have credit rating from international and local credit rating agency, with highly recommendation to use local credit rating agency. On the other hand, the issuance of Dim Sum Bonds required the issuer to have credit rating from international credit rating agency only.

7. he issuance of Panda Bonds will expand the new investor base from China and different from Global Bonds investor, while the issuance of Dim Sum Bonds will add investor base that generally from Hongkong and Singapore which most of them are familiar with the issuance of Indonesia Global Bonds denominated in USD. To reach potential investor in RMB Bonds, the roadshow of Panda Bonds issuance is recommended to Beijing and Shanghai, while the roadshow of Dim Sum Bonds is recommended to Hongkong, Singapore and Taipei.

8. Several considerations to issue RMB Bonds as follow:• The Government obligations in RMB currency

represented by government debt nominal in RMB currency is relatively low, that is RMB1.47 billion (USD230 million).

• The issuance of RMB Bonds can expand the Indonesian investor base, mainly potential investor of Panda Bonds that differ from Global Bonds denominated in USD and Euro investor, and Samurai Bonds investor.

• Based on market indicator, the issuance expense of Panda Bonds currently is relatively cheaper than the issuance expense of Global Bonds denominated in

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 89

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 94: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

dengan biaya penerbitan Global Bonds dalam denominasi USD.

• Nilai tukar RMB diprediksi akan melemah dalam jangka pendek, namun akan menguat dalam jangka panjang, sehingga perlu timing yang tepat untuk menerbitkan RMB Bonds.

11. Berperan Aktif Dalam Forum Kerjasama Domestik dan Internasional

Direktorat SUN juga melakukan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan hubungan kelembagaan dengan lembaga-lembaga terkait dengan pengelolaan SUN seperti lembaga rating, komunikasi dengan publik meliputi berbagai kalangan masyarakat mencakup akademisi, kalangan profesional, dan pelaku pasar terutama investor, serta pengembangan basis investor agar dapat menjaga debt sustainability. Selain itu, hal ini juga diharapkan agar Direktorat SUN dapat selalu mengetahui informasi yang berkembang baik dari internal Pemerintah maupun pihak eksternal.

Adapun rincian forum kerja sama domestik dan internasional pada tahun 2015 adalah sebagai berikut :

12. Koordinasi dengan Bank Indonesia

Sesuai ketentuan UU No. 24 tahun 2002 tentang Surat Utang Negara, dalam hal Pemerintah akan menerbitkan SUN maka Menteri Keuangan terlebih dahulu berkonsultasi dengan Bank Indonesia. Untuk itu Direktorat SUN telah mengorganisir pertemuan antara Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia sehingga dapat tercapai keselarasan antara kebijakan fiskal, termasuk manajemen utang, dan kebijakan moneter. Sepanjang tahun 2015 telah dilakukan 1 (satu) kali pertemuan Menteri Keuangan dengan Gubernur Bank Indonesia yakni pada tanggal 27 November 2015 untuk membahas program penerbitan Surat Berharga Negara Tahun 2016.

13. Komunikasi Aktif Dengan Pelaku Pasar, Analis, dan Pemangku Kepentingan Lainnya

Untuk dapat mengetahui kondisi terkini mengenai berbagai macam informasi terkait dengan pengelolaan SUN serta memberikan update kebijakan pengelolaan SUN kepada

USD.• The RMB exchange rate is expected to weaken in

the short term, but will be strengthened in the long-term, so it needs right timing to issue RMB Bonds.

11. Active Role in Domestic and International Cooperative Forum

Directorate of Government Debt Securities has also made attempts to improve the institutional relationship with institutions related to SUN management, such as rating isntitution, build public communication with academician, professionals, and market participants, in particular the investors, and investor basis enlargement to ensure the debt sustainability. In addition, it is expected that Directorate of Government Debt Securities remain update with the information both from internal government as well as external parties.

In addition the details of the international and domestic cooperation forums in 2015 is summarized on the following table:

12. Coordination with Bank Indonesia

As the implementation of Law 24/2002 concerning on Government Debt Securities (SUN), when Government plan to issue SUN, Minister of Finance has to consult with Bank Indonesia. Directorate of Government Debt Securities has been managed the forum between Minister of Finance and The Governor of Bank Indonesia. The meeting was aimed to ensure the alignment between fiscal policy; includes debt management, and monetary policy. Throughout 2015, there was one meeting meeting between Minister of Finance The and Governor of Bank Indonesia on 27 November 2015 to discuss the issuance of government securities Year 2016 program.

13. Active Communication with Market Participant, Analysts, and other Stakeholders

In order to keep update with the latest information about SUN management current condition and to provide information update about SUN to public, Directorate of Government Debt

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201590

Page 95: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

masyarakat luas, Direktorat SUN secara berkelanjutan melakukan komunikasi aktif dengan pelaku pasar dan analis keuangan baik secara formal maupun informal. Pada tahun 2015, terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Direktorat SUN untuk menunjang proses komunikasi aktif tersebut yaitu:

a. Dealers MeetingDirektorat SUN secara rutin menyelenggarakan pertemuan dengan dealer utama (dealers meeting) dengan tujuan untuk memberikan update informasi serta memperoleh masukan mengenai penerapan kebijakan baru baik yang masih dalam tataran proses pengambilan keputusan maupun yang telah ditetapkan terkait dengan pengelolaan SUN. Selain itu, pertemuan tersebut juga dimaksudkan untuk menyampaikan evaluasi kinerja dealer utama selama periode tertentu dan memperoleh informasi mengenai kondisi pasar terkini yang diharapkan dapat menunjang pengambilan keputusan dalam pengelolaan SUN. Adapun rincian penyelenggaraan dealers meeting pada tahun 2015 adalah sebagai berikut:

b. Analyst MeetingDalam rangka memperoleh informasi mengenai perkembangan pasar terkini serta outlook perekonomian global dan domestik, Direktorat SUN secara rutin mengadakan pertemuan dengan analis (analyst meeting). Pada tahun 2015, Direktorat SUN melaksanakan analyst meeting melalui kegiatan Forum Group Discussion pada tanggal 16 Maret 2015 dengan topik Perpajakan Obligasi Negara yang disampaikan oleh Nora Sutiono dari Standard Chartered – Sub Registry dan tanggal 3 September 2015

Securities has consistently built an active communication with market participants and financial analyst, both in formal and informal way. In 2015, there are some programs held held by Direcorate of Government Debt Securities to support this active communication, such as:

a. Dealers MeetingDirectorate of Government Debt Securities regularly held meeting with Primary Dealers (dealers meeting) with the purpose to provide an information update and to get suggestions regarding the implementation of new policy, which includes the policy that is still in consideration process as well as policies that have been implemented related to SUN management. In addition, this meeting is also aimed to present the performance of Primary Dealer during certain periode and to gather information about current market condition with the hope that these information is useful to support the decision making process in SUN management.Details on the execution of dealers meeting on 2015 are summarized on the following table:

b. Analyst MeetingTo gather information update on the development of current market and domestic and global economy outlook, Directorate of Government Debt Securities regularly held analyst meeting. In 2015, Directorate of Government Debt Securities held analyst meeting through Focus Group Discussion on 16 March 2015 with topic “Taxation on Government Bond” which was presented by Nora Sutiono from Standard Chartered – Sub Registry and on 3 September 2015 with topic “The Foreign Investor Behavior in SBN Domestic Market” by Helmi Arman

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 91

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 96: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

dengan topik Perilaku Investor Asing di Pasar SBN Domestik oleh helmi Arman selaku Economist Citibank.

c. Courtesy CallGuna menjalin hubungan dengan pelaku pasar baik dalam maupun luar negeri dan sebagai sarana bertukar informasi tentang situasi pasar terkini (market update) dengan para investor, Direktorat SUN secara rutin menerima kunjungan (courtesy call) dari para pelaku pasar dan investor luar negeri. Selama tahun 2015, Direktorat SUN telah menerima 136 courtesy call dengan investor dan pelaku pasar luar negeri, antara lain Westpac, ADB, Worldbank, ANZ, Daiwa, JBIC, Mizuho, SMBC Nikko, Nomura Research Institute, Deutsche Bank, Barclays, BNP Paribas, JP Morgan, UBS Securities, HSBC, Credit Agricole, Credit Suisse, Schroder, Citi dan Standard Chartered.

d. Investor GatheringInvestor Gathering adalah agenda tahunan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) yang diselenggarakan sebagai sarana untuk menyampaikan informasi mengenai pencapaian, arah kebijakan dan strategi pengelolaan pembiayaan serta untuk mengetahui tanggapan dari para pemangku kepentingan (stakeholder) DJPPR atas kebijakan tersebut. Pada kegiatan tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berperan sebagai koordinator pelaksana kegiatan. Investor Gathering tahun 2015 diselenggarakan pada tanggal 7 dan 8 Desember 2015 bertempat di Aula Dhanapala, Kementerian Keuangan Jalan Wahidin Raya Nomor 1 Jakarta Pusat.

Pelaksanaan investor gathering DJPPR tahun 2015 dengan dibuka keynote speech oleh Bapak Menteri Keuangan yang memaparkan terkait update perekonomian Indonesia terkini dalam menghadapi tantangan, respon pemerintah dalam menghadapi perkembangan perekonomian global. Setelah sesi tersebut, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko menyampaikan pemaparan mengenai capaian pembiayaan tahun 2015 dan rencana pembiayaan pada tahun 2016.

e. Roadshow ke investor-investor potensial di pasar domestikPada tahun 2015 telah dilakukan kunjungan ke beberapa investor potensial dalam negeri untuk menginformasikan perkembangan terkini terkait pengelolaan SUN. Adapun rincian kegiatan kunjungan dimaksud sebagai berikut:• BPJS Ketenagakerjaan pada tanggal 17 April 2015;• BPJS Kesehatan pada tanggal 22 April 2015;• LPS pada tanggal 7 Mei 2015;• Taspen pada tanggal 15 Mei 2015.

f. Roadshow Transformasi KelembagaanDirektorat SUN melakukan kegiatan Knowledge Sharing Pengelolaan SUN dan Transformasi Kelembagaan Untuk Fungsi-Fungsi DJPPR Wilayah Indonesia Tengah Dan Timur kepada unit-unit di lingkungan Kementerian Keuangan yang berlokasi di wilayah Indonesia Tengah dan Timur mengingat wilayah Indonesia Tengah dan Timur memiliki potensi basis investor yang sangat besar terutama investor ritel. Kegiatan ini bertujuan untuk: 1. Membangun koordinasi, sinergi, dan networking

dengan unit-unit di lingkungan Kementerian Keuangan di wilayah Indonesia Tengah dan Timur;

as Economist Citibank.

c. Courtesy CallIn order to maintain relationship between market participants, both both domestic and international, and to facilitate information exchange with investor about the market update, Directorate of Government Debt Securities regularly hosts courtesy call from foreign market participants and foreign investors. During 2015, Directorate of Government Debt Securities has been hosted 136 courtesy calls from foreign investors and market participants, includes Westpac, ADB, Worldbank, ANZ, Daiwa, JBIC, Mizuho, SMBC Nikko, Nomura Research Institute, Deutsche Bank, Barclays, BNP Paribas, JP Morgan, UBS Securities, HSBC, Credit Agricole, Credit Suisse, Schroder, Citi and Standard Chartered.

d. Investor GatheringAs one of annual agends, Directorate General of Budget Financing and Risk Management always held Investor Gathering to present the information about achievement, budget financing strategy, and policy direction and to hear the response from DJPPR stakeholders on the policy. Secretariat Directorate General of Budget Financing and Risk Management acted as the coordinator of Investor Gathering 2015 which was held on 7 and 8 December 2015 in Aula Dhanapala, Ministry of Finance, Wahidin Raya Street Number 1, Jakarta Pusat.

The DJPPR Investor Gathering 2015 was opened by keynote speech from Minister of Finance who explained Indonesian economy update in responding to the challenge and government response in facing global economy development. After keynote speech, Director General of Budget Financing and Risk Management delivered presentation on the budget financing achievement in 2015 and budget financing plan for 2016.

e. Roadshow to potential investors in domestic marketIn 2015, roadshow to potential domestic investors were held to provide information the current development of SUN management. The details of the roadshows are as follows:• Labour BPJS on 17 April 2015;• Health BPJS on 22 April 2015;• Indonesian Deposit Insurance Corporation (LPS) on 7

May 2015;• Taspen on 15 May 2015.

f. Roadshow of Institutional TransformationDirectorate of Government Debt Securities held Knowledge Sharing of SUN management and institutional transformation for DJPPR Functionals in Central and East Region to units in Ministry of Finance located in Central and East Regions, considering Central and East Regions have big potential investor base mainly retail investor. This program aims to: 1. Establish coordination, synergy, and networking with

units in Ministry of Finance in Central and East Regions;2. Disseminate information of SUN management and

institutional transformation held by Directorate of Government Debt Securities;

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201592

Page 97: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

2. Menyebarluaskan informasi mengenai pengelolaan SUN dan program tranformasi kelembagaan yang dijalankan oleh Direktorat SUN;

3. Meningkatkan basis investor SUN di wilayah Indonesia Tengah dan Timur.

4. Kegiatan ini akan diadakan pada hari Jumat tanggal 4 Desember 2015, dilaksanakan di Aula Basement Barat, Gedung Keuangan Negara Denpasar.

14. Penyusunan Peraturan Menteri Keuangan (PMK), Keputusan Menteri Keuangan (KMK) dan Keputusan dan Peraturan Dirjen Pengelolaan Utang

Guna memberikan kepastian dan landasan hukum dalam pengelolaan SUN baik di pasar domestik maupun internasional, di tahun 2015 Direktorat SUN telah menyusun beberapa PMK dan Peraturan/Keputusan Dirjen, antara lain:a. Peraturan Menteri Keuangan nomor 118/PMK.08/2015

tentang Penjualan SUN Dalam Mata Uang Rupiah dan Valuta Asing Di Pasar Perdana Domestik Dengan Cara Private Placement.

b. Peraturan Menteri Keuangan nomor 199/PMK.08/2015 tentang Perubahan atas PMK No. 134/PMK.08/2013 tentang Dealer Utama

c. Peraturan Menteri Keuangan nomor 203/PMK.08/2015 tentang Perubahan atas PMK No. 43/PMK.08/2013 tentang Lelang Surat Utang Negara Dalam Mata Uang Rupiah dan Valuta Asing di Pasar Perdana Domestik

d. Peraturan Menteri Keuangan nomor 264/PMK.08/2015 tentang Perubahan atas PMK No. 137/PMK.08/2013 tentang Penjualan dan Pembelian Kembali SUN dalam Valuta Asing Di Pasar Internasional

e. Kepdirjen Nomor 1/PU/2015 tentang SUN Seri Benchmark

f. Kepdirjen Nomor 24/PU/2015 tentang Pedoman Penyusunan Benchmark Yield/ Price Dalam Rangka Pelaksanaan Transaksi SUN Dalam Valuta Asing

g. Kepdirjen Nomor 37/PU/2015 tentang Penunjukan Pejabat/ Pegawai Yang Berwenang Melaksanakan Transaksi Dan Pejabat Yang Berwenang Memberikan Persetujuan Batasan Nilai Transaksi Dalam Rangka Pelaksanaan Transaksi SUN Secara Langsung.

15. Penyusunan Perjanjian dan Dokumen Hukum TransaksiPada tahun 2015 realisasi penyusunan dokumen hukum antara lain:a. Dokumen Hukum dalam rangka penjualan SUN valas

denominasi USD (First Drawdown) sebanyak 1 set.b. Perjanjian dengan Local Legal Counsel dalam rangka

penerbitan SUN valas denominasi USD (First Drawdown).c. Perjanjian dengan International Legal Counsel dalam

rangka penerbitan SUN valas denominasi USD (First Drawdown);

d. Perjanjian dengan JLM dalam rangka penerbitan SUN valas denominasi USD (First Drawdown);

e. Dokumen Hukum dalam rangka penjualan SUN valas denominasi Euro (Second Drawdown) sebanyak 1 set.

f. Perjanjian dengan Local Legal Counsel dalam rangka penerbitan SUN valas denominasi Euro (Second Drawdown).

g. Perjanjian dengan International Legal Counsel dalam rangka penerbitan SUN valas denominasi Euro (Second Drawdown).

3. Increase SUN investor base in Central and East Regions.4. This program was held on 4 December 2015 in Aula

Basement Barat, Gedung Keuangan Negara Denpasar.

14. The Formulation Regulation of The Minister of Finance (PMK), Decree of Minister of Finance (KMK), and Decree and Regulation of Directorate General Debt Management In order to provide legal security in SUN management, both domestic and international market, Directorate of Government Debt Securities has stipulated some Regulation of The Minister of Finance (PMK) and Regulation/Decree of Directorate General includes:a. Minister of Finance Regulation No. 118/PMK.08/2015

concerning on Sales of Government Bonds (SUN) in Rupiah and Foreign Currencies in the Domestic Primary Market through Private Placement.

b. Minister of Finance Regulation No. 199/PMK.08/2015 concerning on the Amendment of PMK No. 134/PMK.08/2013 about Primary Dealer

c. Minister of Finance Regulation No. 203/PMK.08/2015 concerning on the Amendment of PMK No. 43/PMK.08/2013 about Auction of SUN in Rupiah and Foreign Currencies in the Domestic Primary Market.

d. Minister of Finance Regulation no. 264/PMK.08/2015 concerning on the Amendment of PMK No. 137/PMK.08/2013 about Sales and Repurchase of SUN in Foreign Currencies in the International Market.

e. Decree of Directorate General No. 1/PU/2015 concerning on Benchmark Seri of SUN

f. Decree of Directorate General No. 24/PU/2015 concerning on Guidance of Preparation Benchmark Yield/Price to implement SUN Transaction in Foreign Currencies.

g. Decree of Directorate General No. 37/PU/2015 concerning on Appointment of authorized Officers/Employees to conduct transaction and authorized officer to approve limitation of transaction value to implement SUN transaction directly.

15. Agreement Framing and Transaction Legal Document The realization of legal document stipulation in 2015 is as follows: a. One (1) set Legal document of the issuance of SUN

denominated in USD (First Drawdown)b. Agreement with Local Legal Counsel in the issuance of

SUN denominated in USD (First Drawdown).c. Agreement with International Legal Counsel in the

issuance of SUN denominated USD (First Drawdown);d. Agreement with JLM in the issuance of SUN denominated

in USD (First Drawdown);e. One (1) set of legal document of the issuance of SUN

denominated in Euro (Second Drawdown).f. Agreement with Local Legal Counsel in the issuance of

SUN denominated in Euro (Second Drawdown).g. Agrement with International Legal Counsel in the issuance

of SUN denominated in Euro (Second Drawdown).

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 93

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 98: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

h. Perjanjian dengan JLM dalam rangka penerbitan SUN valas denominasi Euro (Second Drawdown).

i. Dokumen Hukum dalam rangka penerbitan SUN dalam denominasi Yen Jepang (Samurai Bonds) sebanyak 1 set.

j. Perjanjian dengan Local Legal Counsel dalam rangka penerbitan SUN dalam denominasi Yen Jepang (Samurai Bonds).

k. Perjanjian dengan International Legal Counsel dalam rangka penerbitan SUN dalam denominasi Yen Jepang (Samurai Bonds).

l. Perjanjian dengan JLM dalam rangka penerbitan SUN dalam denominasi Yen Jepang (Samurai Bonds).

m. Surat Perjanjian Kerja mengenai Penjualan Obligasi Negara kepada Investor Ritel Tahun 2015 antara Pemerintah dan Agen Penjual (sebanyak 22 Set).

16. Dokumen Perencanaan dan Evaluasi Organisasi

Dokumen tersebut terdiri dari dokumen perencanaan dan evaluasi yang disusun berdasarkan:a. UU nomor 25 Tahun 2005 tentang sistem perencanaan

pembangunan nasional dan Inpres 7 Tahun 1999 (renstra, road map, renja, RKA-K/L, RKT, PK, dan LAKIP);

b. PMK Nomor 140/PMK.01/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Analisis Beban Kerja (Workload Analysis) di Lingkungan Departemen Keuangan (ABK); dan

c. Dokumen lain yang terkait dengan kinerja dan organisasi yang disusun sesuai kebijakan/arahan pimpinanan Kementerian Keuangan.

17. Pelaksanaan Evaluasi atas Kepatuhan Dealer Utama dan Institusi Lainnya

Persentase tingkat Kepatuhan Dealer Utama dan Institusi lainnya terkait pengelolaan SUN terhadap kewajiban yang telah ditetapkan adalah persentase jumlah Dealer Utama dan institusi yang diberi peringatan/teguran tertulis dibandingkan dengan jumlah Dealer Utama dan institusi. Institusi selain Dealer Utama yang dievaluasi meliputi Agen Penjual dan Konsultan Hukum SUN dalam valuta asing, Agen Penjual ORI, dan Bursa Efek Indonesia (BEI).

Selama tahun 2015, Persentase tingkat kepatuhan Dealer Utama dan Institusi lainnya terkait pengelolaan SUN terhadap kewajiban yang telah ditetapkan tercapai sebesar 97,43% di atas target sebesar 90%.

18. Pelaksanaan Manajemen Risiko

Pelaksanaan manajemen risiko meliputi penyusunan profil risiko (konteks, identifikasi, analisis, dan evaluasi) dan monitoring penanganan risiko. Direktorat SUN telah melakukan seluruh tahapan dalam manajemen risiko, yang terdiri dari penyusunan profil risiko semester I 2015 dan monitoring penanganan risiko semester II 2014 serta penyusunan profil risiko semester II 2015 dan monitoring penanganan risiko semester I 2015.

Pada tahapan penanganan risiko selama Semester I 2015 pada Direktorat SUN terdapat 3 rencana penanganan/mitigasi risiko yang ditetapkan. Sementara itu, pada Semester II 2015 terdapat 1 rencana penanganan/mitigasi risiko dan seluruh rencana penanganan/mitigasi risiko tersebut telah dilaksanakan.

h. Agreement with dengan JLM in the issuance of SUN denominated in Euro (Second Drawdown).

i. One (1) set of legal document of the issuance of SUN denominated in Yen (Samurai Bonds).

j. Agreement with Local Legal Counsel in the issuance of SUN denominated in Yen (Samurai Bonds).

k. Agreement with International Legal Counsel in the issuacne of SUN denominated in Yen (Samurai Bonds).

l. Agreement with JLM in the issuance of SUN denominated in Yen (Samurai Bonds).

m. Twenty two (22) sets of letter of agreement on the issuance of Government Bond to Retail Investor 2015 between the Government and Dealers.

16. Organization Planning and Evaluation Documents

The documents consist of organization planning and evaluation documents which have been organized based on:a. Law 25/2005 concerning on The National Development

Planning System and Presidential Instruction 7/1999 (strategic planning, road map, working plan, Ministry Work Plan & Budget, Annual Work Plan, Performance Agreement, and Report on Accountability and Performance);

b. Ministry of Finance Regulation No 140/PMK.01/2006 concerning on Technical Guidance of Workload Analysis at Ministry of Finance (ABK); and

c. Other documents related to performance and organization which has been arranged based on policies/guidances directed by heads at Ministry of Finance.

17. The Implementation of Primary Dealer and Other Institutions Compliance Evaluation

The compliance level of Primary Dealer and other intitutions related to SUN management with the obligation set is the percentage of Primary Dealer and institutions with a warning/reprimand letter compared with the number of Primary Dealer and institutions. Other institutions consist of Sales Agent, Law Consultant SUN in Foreign Currency, ORI Sales Agent, and Indonesian Stock Exchange (BEI).

During 2015, the compliance level of Primary Dealer and institutions is 97.43%, above the target of 90%.

18. The Implementation of Risk Management

The implementation of risk management includes risk profile documentation (context, identificaion, analysis, and evaluation) and risk management monitoring. Directorate of Government Debt Securities has been conducted all steps in risk management, which includes risk profile documentation for semester I 2015 and risk management monitoring for Semester II 2014 as well as preparation of risk profile documentation for semester II 2015 and risk management monitoring for semester I 2015.

In the stage of risk management monitoring process during Semester I 2015, there are there (3) risk mitigation planning. Meanwhile, on semester II 20015, there is one (1) risk mitigation planning with all of this plans have been executed.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201594

Page 99: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

19. Pelaksanaan Monitoring atas Pelaksanaan SOP dalam Rangka Transaksi SUN.

Pelaksanaan monitoring atas SOP ini meliputi SOP lelang SUN dalam mata uang rupiah dan valuta asing di di pasar perdana domestik, SOP pembelian SUN secara langsung, SOP pembelian kembali (buyback) dan debt switch, SOP penjualan Obligasi Negara kepada Investor Ritel di pasar perdana, dan SOP penjualan SUN dalam valuta asing di pasar perdana internasional.

20. Akurasi Penetapan Yield/Imbalan SUN terhadap Benchmark

Pada setiap Lelang SUN, Direktorat SUN menyusun suatu benchmark yield SUN (owner’s estimate) sebagai dasar untuk penetapan yield/imbalan SUN yang akan dimenangkan dalam lelang dimaksud. Sepanjang tahun 2015, telah dilaksanakan lelang perdana SUN sebanyak 24 kali, dengan perhitungan nilai rata-rata selisih antara benchmark yield SUN terhadap yield SUN (awarded) untuk transaksi penerbitan ON pada periode ini adalah sebesar 7,98 bps dari target 10 bps.

21. Akurasi Penyusunan Proyeksi Arus Kas SUN

Proyeksi arus kas SUN disusun dalam rangka pembayaran bunga utang dan pembiayaan yang bersumber dari SUN, dan melakukan kompilasi terhadap proyeksi arus kas SBSN terkait pembayaran bunga utang dan pembiayaan dari SBSN. Proyeksi arus kas SUN dan SBSN yang selanjutnya disebut proyeksi arus kas SBN dikirim kepada Direktur PKN Ditjen Perbendaharaan Negara, baik melalui email ataupun surat. Bagitu pula untuk setiap perubahan proyeksi dan realisasi harus selalu di update secara mingguan melalui web dengan alamat www.cpin.djpbn.go.id dan/atau email kepada pengelola arus kas APBN di Direktorat Pengelolan Kas Negara Ditjen Perbendaharaan Negara. Proyeksi dan realisasi arus kas SBN yang dikirimkan kepada Tim CPIN di Direktorat Pengelolaan Kas Negara, akan dilakukan rekonsiliasi dengan data penerimaan dan pengeluaran kas negara yang terdapat pada SPAN dan akan dihitung tingkat akurasinya. Untuk tahun 2015, akurasi realisasi SPAN terhadap proyeksi Direktorat SUN rata-rata simpangan per bulan untuk SBN neto 0,61% dan pembayaran bunga sebesar 0,03%.

22. Pelaksanaan Riset Pasar SUN Pada tahun 2015 Direktorat SUN menyelenggarakan kegiatan riset pasar keuangan dan SUN dengan topik Efektivitas Penerapan Sistem Dealer Utama.

Riset ini bertujuan untuk mengetahui:• Efektivitas peranan Dealer Utama dalam penerbitan

Surat Utang Negara (SUN) di pasar perdana dan peningkatan likuiditas SUN di pasar sekunder.

• Metode penetapan dan kriteria perusahaan yang layak menjadi Dealer Utama.

• Jumlah dan komposisi Dealer Utama yang ideal.• Sistem pengawasan dan evaluasi atas pelaksanaan hak

dan kewajiban Dealer Utama.• Penerapan sistem Dealer Utama di beberapa Negara.

19. The implementation of Monitoring on SOP implementation regarding SUN Transaction

The SOP monitoring includes SUN Auction SOP, both denominated in IDR and foreign currencies in domestic primary market, SUN direct buying SOP, Buyback and debt switch SOP, SUN issuance to retail investor on primary market SOP, and SUN denominated in foreign currency issuance in international primary market SOP.

20. The Accuracy of Government Bond Yield relative to Benchmark

Directorate of Government Debt Securities set SUN benchmark yield (owner’s estimate) on every SUN auction that serves as the basis in determining SUN yield that will be awarded in that auction. During 2015, there are 24 SUN auctions, with the average difference between SUN benchmark yield and SUN yield (awarded) for SUN issuance transaction are 7.89 bps of trageted 10 bps.

21. The Accuracy of SUN Projected Cash Flow

SUN projected cash flow has been estimated in order to service SUN interest rate payment and financing sourced from SUN, and compile SBSN projected cash flow related to interest payment and financing sourced from SBSN. The projection of SUN and SBSN cash flow (hereafter called SBN cash flow projections) sent to Director of Directorate State Cash Management, Directorate General of Treasury. This projection has always been updated weekly for every change on official website www.cpin.djpbn.go.id and by email to Managing Cashflow State Budget in Directorate State Cash Management, Directorate General of Treasury.

SBN cash flow projection and realization sent to CPIN team in Directorate of State Cash Management will be reconciled with state cash revenue and state cash expenditure in SPAN and will be calculated the level of accuracy. The accuracy of SPAN realization to projection results the average deviation per month for SBN netto is 0.61% and for interest payment is 0.03%.

22. Government Bond Market ResearchIn 2015, Directorate of Gevernment Debt Securities has conducted research related to Government Securities and financial market with topic The Effectiveness of Primary Dealer System Determination.

The purpose of the research is to identify: • The effectiveness of primary dealer system in SUN

issuance on primary market and increasing liquidity of SUN in secondary market.

• The selection method and requirement for company to be eligible as Primary Dealer.

• Ideal number and composition of Primary Dealer. • Evaluation and monitoring system on the fulfillment of

Primary Dealers right and obligation.• The practice of Primary Dealer in some countries.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 95

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 100: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Kegiatan riset tersebut dilaksanakan bekerja sama dengan Fakultas Ekonomi dan Manjemen, Institut Pertanian Bogor sebagaimana dituangkan dalam surat perjanjian kerja Nomor SPK-01/PPK/RISET/2015-174/IT.3/KS/2015 tanggal 1 April 2015. Hasil riset tersebut merekomendasikan hal-hal sebagai berikut, antara lain:a. Delapan belas DU adalah jumlah DU minimal untuk

menghasilkan ketercapaian target indikatif 100% dengan pertimbangan bahwa tidak semua DU yang ikut bidding akan selalu memenangkan lelang, sedangkan untuk pencapaian 150% dari target, dibutuhkan sebanyak 18 – 26 DU.

b. Delapan komponen indikator penilaian kinerja DU baik di pasar perdana maupun pasar sekunder, yakni indeks komposit pengukuran kinerja DU di pasar perdana terdiri atas 4 komponen: (1) Awarded by Incoming Bid Ratio bobot 31 persen; (2) Frekuensi Bid bobot 18 persen; (3) Kualitas Yield, yang diwakili oleh persentase kejadian nilai incoming WAY lebih rendah dibandingkan awarded WAY, bobot 21 persen dan (4) Rentang Nilai Yield, yang diwakili oleh selisih antara highest yield dan WAY, bobot 30 persen dan 4 komponen untuk pengukuran kinerja DU di pasar sekunder, terdiri atas (1) Kepemilikan SUN oleh DU bobot 25 persen; (2) Volume SUN yang diperdagangkan di pasar sekunder bobot 30 persen; (3) Frekuensi transaksi SUN di pasar sekunder bobot 15 persen, dan (4) Spread antara bid dan ask price di pasar sekunder bobot 30 persen.

c. Untuk lebih meningkatkan peran DU bank domestik dan perusahaan sekuritas di pasar perdana dan di pasar sekunder maka pemerintah perlu memberlakukan kebijakan pajak yang sama dengan yang selama ini telah diterapkan kepada DU bank asing.

23. Rekomendasi Yield SUN Valas Sesuai dengan Kondisi Pasar

Pada tahun 2015, telah dilaksanakan 2 kali penerbitan SUN Valas. Pada penerbitan pertama yakni pada tanggal 15 Januari 2015, dimana SUN yang diterbitkan terdiri dari 2 seri. Untuk seri yang pertama dengan tenor 10 tahun (New Issuance RI0125), yield SUN Valas yang direkomendasikan adalah 4,125%, dengan realisasinya adalah 4,200%. Sementara untuk seri yang kedua dengan tenor 30 tahun (New Issuance RI0145), rekomendasi yield SUN Valas adalah 5,125% dengan realisasi 5,200%. Penerbitan kedua adalah pada tanggal 30 Juli 2015 dalam denominasi Euro tenor 10 tahun (New Issuance RIEUR0725), yield SUN Valas yang direkomendasikan adalah 3,375%, dengan realisasinya adalah 3,555%.

Selanjutnya penerbitan ketiga adalah pada tanggal 13 Agustus 2015 dalam denominasi Jepang Yen tenor 3 tahun (New Issuance RIJPY0818), tenor 5 tahun (New Issuance RIJPY0820), dan tenor 10 tahun (New Issuance RIJPY0825). Untuk penerbitan prefunding APBN 2016 yang dilakukan pada tanggal 8 Desember 2015 dalam denominasi USD tenor 10 tahun (New Issuance RI0126) yield SUN Valas yang direkomendasikan adalah 4,750%, dengan realisasinya adalah 4,800%, dan tenor 30 tahun (New Issuance RI0146) yield SUN Valas yang direkomendasikan adalah 5,950%, dengan realisasinya adalah 6,000%.

The research is conducted in cooperation with Faculty of Economics and Management, Institut Pertanian Bogor as stipulated on Agreement Letter No SPK-01/PPK/RISET/2015-174/IT.3/KS/2015 on 1 April 2015. The research results the following recommendation:a. Minimum eighteen (18) PDs are needed to achieve

indicative target 100%, considering that not all PDs participated in bidding will win the auction. Meanwhile to achieve 150% of the target, 18 to 26 PDs is needed.

b. Eight components of evaluation indicator of PDs performance in primary and secondary market, that is composite index measurement of PDs perfromance in primary market consist of 4 components: (1) Awarded by Incoming Bid Ratio weighted 31 percent; (2) Bid Frequency weighted 18 percent; (3) Yield Quality, as the percentage of event incoming WAY value is lower than awarded WAY, weighted 21 percent and (4) Span of Yield Value, as the difference between highest yield and WAY, weighted 30 percent and 4 components for measurement of PDs performance in secondary market consists of (1) SUN ownership by PDs weighted 25 percent; (2) SUN volume traded in secondary market weighted 30 percent; (3) Frequency of SUN transaction in secondary market weighted 15 percent, and (4) Spread between bid and ask price in secondary market weighted 30 percent.

c. To improve the role of domestic bank and Securities Company as PDs in both primary and secondary market, the government imposed similar tax policies to foreign bank’s PDs.

23. Recommendation on SUN denominated in Foreign Currency Yield based on Market Condition

There are two issuance of SUN denominated in foreign currencies in 2015. The first issuance was held on 15 January 2015 and include two series. The first seri has 10 years tenor (New Issuance RI0125) with SUN denominated in foreign currency recommmended yield is 4.125%, and the realization is 4.200%. Meanwhile, the second seri has 30 years tenor (New Issuance RI0145), recommended yield SUN in foreign currency is 5.125%, while the realization is 5.200%. The second issuance is SUN denominated in Euro on 30 July 2015, had 10 years tenor (New Issuance RIEUR0725), with SUN denominated in foreign currency recommmended yield is 3.375%, and the realization is 3.555%.

Moreover, the third issuance is SUN denominated in Yen on 13 August 2015, had 3 years tenor (New Issuance RIJPY0818), 5 years tenor (New Issuance RIJPY0820), and 10 years tenor (New Issuance RIJPY0825). The issuance of SUN for prefunding State Budget 2016 on 8 December 2015, SUN denominated in USD that had 10 years tenor (New Issuance RI0126), SUN in foreign currency recommended yield is 4.750%, and the realization is 4.800%, and with 30 years tenor (New Issuance RI0146) SUN in foreign currency recommended yield is 5.950%, and the realization is 6.000%.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201596

Page 101: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

24. Pelaksanaan Analisis Market Update dan Penyediaan Data

Analisis market update dan penyediaan data transaksi SUN di pasar sekunder telah dilakukan secara tepat waktu. Pada tahun 2015, realisasi pelaksanaan market update adalah sebanyak 242 market update atau sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Market update ini memuat informasi dan data mengenai yield curve SUN domestik dan valas, perkembangan price/yield SUN valas, yield curve UST, dan spread yield SUN emerging market.

25. Pelaksanaan Analisis Bahan Offering Memorandum penerbitan SUN Valas

Setiap kali melakukan penerbitan SUN Valas, Direktorat SUN melakukan analisis bahan offering memorandum dengan berkoordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait, serta Legal Counsel, yang ditargetkan dilaksanakan pada tiap semester. Pada tahun 2015, telah dilakukan analisis bahan offering memorandum penerbitan SUN Valas, yakni SUN Valas dengan format GMTN.

26. Pelaksanaan simulasi Bond Stabilization Framework (BSF)

Dalam rangka mengantisipasi kondisi pasar Surat Berharga Negara yang memburuk akibat dari kondisi pasar global dan domestik yang melemah dan untuk menguji peran masing-masing partisipan BSF agar sesuai dengan SOP penanganan kondisi pasar keuangan, pada tanggal 7 September 2015 telah dilakukan simulasi implementasi BSF. Simulasi ini diikuti oleh seluruh partisipan BSF yang terdiri dari: unit-unit terkait di lingkungan Kementerian Keuangan (DJPPR & DJPB), Badan Layanan Umum (BLU) di bawah Kementerian Keuangan, yakni PIP, BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, Kementerian BUMN, dan BUMN di bidang Asuransi dan Penjaminan di bawah koordinasi Kementerian BUMN, seperti Perusahaan Asuransi, serta BUMN di bidang sekuritas yang bertindak sebagai Arrangers.

Simulasi tersebut dilakukan dalam 2 skenario kondisi pasar, yakni kondisi pasar level Siaga dan Waspada dimana masing-masing partisipan memiliki peran yang berbeda di dalam kedua kondisi pasar dimaksud. Diawali dengan pengumuman tentang kondisi pasar SBN yang sudah menyentuh level Waspada, simulasi implementasi BSF dijalankan oleh seluruh partisipan dengan memperhatikan SOP mengenai penanganan kondisi pasar SBN. Pada simulasi ini diperankan bagaimana proses koordinasi antar institusi yang terlibat dalam BSF berlangsung, bagaimana proses pembelian SBN di pasar sekunder oleh para partisipan untuk meredam gejolak di pasar SBN dijalankan, dan bagaimana press conference (bila diperlukan) dilakukan oleh para pemangku kepentingan (Dirjen PPR, Deputi Bidang Usaha Jasa-BUMN, dan para partisipan BSF lainnya).

27. Perluasan Partisipasi Bond Stabilization Frame Work (BSF)

Untuk memperbesar sumber daya yang digunakan dalam penanganan kondisi tidak normal pada pasar SBN dan keuangan, Pemerintah terus memperluas cakupan peserta/partisipan BSF. Pada tahun 2015, Pemerintah berhasil

24. Market Update Analysis and Data Procurement

Market update analysis and data procurement for SUN transaction in the secondary market has been held in time. In 2015, there are 242 market update realization and this has met the target set. The market update analysis consists of information and data about SUN denominated in domestic and foreign currency yield curve, the growth of SUN denominated in foreign currency price/yield, UST yield curve, and emerging market government bond yield spread.

25. Offering Memorandum Analysis of the Issuance of SUN denominated foreign currencies

Directorate of Government Debt Securities conudcts offering memorandum analysis for every SUN denominated in foreign currencies issuance by coordinating with related Ministry/Institution and Legal Counsel, which has been targeted for every semester. In 2015, offering memorandum analysis has been made in the issuance of SUN denominated in foreign currencies with GMTN format.

26. The implementation of Bond Stabilization Framework (BSF) Simulation

In order to anticipate unstable Government Securities market condition as the result of weakening global and dometic market and to examine the role of each BSF participant in order to comply with financial market management SOP, BSF simulation has been conducted on 7 September 2015. This simulation followed by all BSF participant consist of: related units at Ministry of Finance (DJPPR & DJPB), Public Service Board (BLU) under Ministry of Finance, such as PIP, Health BPJS and Labour BPJS (Social Security Agency/BPJS), Minister of State-Owned Enterprise, and State-Owned Enterprise in Insurance and Guarantee sector under coordination of Minister of SOE, that is Insurance Companies, and SOEs in securities which acts as Arrangers.

The simulation held in 2 market condition scenarios, that is market at Aware level and Alert Level, where each participant has different role for both scenarios. The simulation began with the announcement of SBN market conditions that has been hit Alert level. In this simulation portrayed how the process of coordination between institutions involved in BSF, how purchasing process SBN in secondary market by the participant to dampen volatility in SBN market, and how press conference (if needed) is conducted by the stakeholders (Directorate General Budget Financing and Risk Management, the State-Owned Enterprises Deputy Minister for Services and other BSF participants)

27. Development of Participation Bond Stabilization Frame Work (BSF)

To increase resources used in managing abnormal condition in financial and SBN market, the government add BSF participants. In 2015, the government includes PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) became one of the BSF participants.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 97

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 102: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

mengikursertakan PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) menjadi salah satu partisipan BSF. Keikutsertaan PT SMI ini telah didukung oleh Dirjen Kekayaan Negara selaku pembina dari PT SMI melalui surat nomor S-1246/KN/2015 tanggal 16 September 2015. Dalam kerangka BSF, PT SMI mulai aktif terlibat sejak kondisi pasar menyentuh level Waspada.

28. Aktif terlibat dalam penerapan CMP Nation Wide dan Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK)

CMP Pasar SBN telah terintegrasi dengan CMP Nation Wide atau CMP Nasional. CMP Nasional merupakan pedoman dan tata cara dalam melaksanakan langkah-langkah pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan secara nasional. CMP Nasional merupakan integrasi dari CMP Nilai Tukar, Perbankan, Lembaga Keuangan Bukan Bank (asuransi, dana pensiun, dan perusahaan pembiayaan), Pasar Modal, Pasar Surat Berharga Negara (SBN), dan Fiskal. CMP Nasional diintegrasikan melalui peran koordinator di masing-masing lembaga yang berfungsi sebagai penghubung dalam pertukaran data dan informasi surveillance terhadap indikator CMP di masing-masing lembaga. Hasil surveillance tersebut mengindikasikan kondisi normal atau kondisi tidak normal (waspada, siaga, atau mengarah krisis). Indikasi kondisi dimaksud kemudian menjadi dasar pelaksanaan koordinasi antara Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan, serta menjadi dasar bagi proses pengambilan keputusan yang dilakukan melalui Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK).

Dalam kondisi normal, FKSSK wajib melakukan pemantauan dan evaluasi stabilitas sistem keuangan, melakukan rapat koordinasi, memberikan rekomendasi kepada setiap anggota untuk melakukan tindakan dan/atau membuat kebijakan dalam rangka memelihara stabilitas sistem keuangan, dan melakukan pertukaran informasi. Dalam kondisi tidak normal, tiap anggota FKSSK yang mengindikasikan adanya krisis pada sistem keuangan, dapat mengajukan ke FKSSK untuk mengadakan rapat koordinasi untuk memutuskan langkah-langkah pencegahan atau penanganan krisis.

DJPPR juga telah mempunyai Crisis Binder Pasar SBN yang merupakan panduan rinci dalam melakukan langkah pencegahan dan penanganan krisis pasar SBN. Crisis Binder Pasar SBN telah terintegrasi dengan Crisis Binder Sekretariat FKSSK yang merupakan gabungan crisis binder Kementerian Keuangan (Pasar SBN dan Fiskal), Bank Indonesia (Nilai Tukar dan Perbankan), OJK (Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Bukan Bank), dan LPS (Perbankan).

DJPPR telah terlibat secara aktif dalam memberikan kontribusi asesmen pasar SBN, market update harian CMP Pasar SBN, menghadiri pertemuan-pertemuan Tim Teknis Sekretariat FKSSK, Deputies Meeting, maupun pertemuan FKSSK antara Menteri Keuangan, Gubernur BI, Ketua Dewan Komisioner OJK, dan Ketua Dewan Komisioner LPS, menghadiri capacity building/seminar/workshop dalam stabilitas sistem keuangan, serta aktif dalam simulasi CMP nasional (fire drill).

The participation of PT SMI has been supported by Directorate General of State Assets Management as a developer of PT SMI through letter number S-1246/KN/2015 dated 16 September 2015. Within BSF framework, PT SMI is started to active participation when the market hit alert level.

28. Active Participation on CMP Nation Wide and the Financial Sector Stability Coordination Forum (FKSSK)

Government Securities Market CMP is an integrated part of Nation Wide CMP or national CMP. National CMP is a guideline or procedure and preventing financial crisis at national level. National CMP is an integration of exchange rate, banking, non-bank institution (insurance, pension fund, and finance company), capital market, government securities market, and fiscal. National CMP has been integrated through an active role from institution coordinators who serve as intermediator in the exchange of data and information about surveillance to CMP indicator in each institution. The surveillance will indicate whether the condition is normal or not (alert, aware, or crisis warning). This condition indication will be used as consideration in conducting further coordination among MoF, Bank Indonesia, Financial Service Authority, and Indonesian Deposit Insurance Corporatin (LPS), and as the consideration in decision making process on Financial Sector Stability Coordination Forum (FSSK).

In normal condition, FKSSK is obliged to monitor and evaluate financial system stability, conduct coordination meeting, give recommendation to members to take action and/or formulate policy in order to maintain financial system stability, and to exchange the information. In turmoil condition, each member of FKSSK who indicates the possibility of financial crisis can proposed FKSSK to held coordination meeting to formulate the steps in preventing and coping the crisis.

DJPPR also has Government Securities Market Crisis Binder which provide detail guideline in preventing and coping Government Securities market crisis. Government Securities market Crisis Binder is an integrated part of FKSSK Secretariat Crisis Binder which is the joint crisis binder of MoF (Government Securities market and fiscal), Bank Indonesia (exchange rate and banking), Financial Services Authority (capital market and non-bank institution) and Indonesian Deposit Insurance Corporation (banking).

DJPPR has been actively involved in providing Government Securities market assessment, Government Securities market CMP daily update, attending FKSSK technical team meeting, Deputies meeting as well as FKSSK meeting with Minister of Finance, Governor of Bank Indonesia, Financial Services Authority Chief Commisioner, Deposit Insurance Deposit Coorporation Chief Commissioner, attending capacity building/conference/workshop about financial system stability, and actively involed in national CMP simulation (fire drill).

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 201598

Page 103: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

D. Pengelolaan Pembiayaan Syariah Sharia Financing Management

Direktorat Pembiayaan Syariah merupakan salah satu unit organisasi Eselon ll di Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko yang berfungsi sebagai front office. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, Direktorat Pembiayaan Syariah mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembiayaan syariah berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

Dalam rangka menjalankan peran strategis tersebut, Direktorat Pembiayaan Syariah memiliki kewenangan untuk melakukan penerbitan dan pengelolaan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). SBSN adalah Surat Berharga Negara berbasis syariah yang diterbitkan oleh Pemerintah. Pemerintah mulai menerbitkan SBSN pada tahun 2008, yaitu setelah disahkannya Undang-undang No. 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.

Berdasarkan Undang-Undang tersebut, yang dimaksud dengan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau dapat disebut Sukuk Negara, adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.

Berdasarkan metode penerbitan, Pelaksanaan penerbitan SBSN tidak berbeda dengan Surat Berharga Negara konvensional yaitu SUN yang dapat diterbitkan dengan cara lelang, bookbuilding, maupun private placement. Yang membedakan adalah bahwa SBSN bukan surat pernyataan utang sehingga dalam penerbitannya dibutuhkan underlying transaction serta underlying asset sebagai objek transaksi. Adapun tujuan penerbitan SBSN sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 adalah membiayai APBN termasuk membiayai Proyek.

Directorate of Shariah Financing is one of organization unit Echelon II in Directorate General of Budget Financing and Risk Management and had role as front office. Based on Ministry of Finance Regulation Number 206/PMK.01/2014 concerning on Organization and Governance at Ministry of Finance, Directorate of Shariah Financing has been appointed to formulate and implement policies technical standardization in shariah financing based on technical policies set by Directorate General.

To do this strategic function, Directorate of Shariah Financing has authorities to issue and manage Sharia Government Bonds (SBSN). SBSN is governmet securities base on Sharia principle. Government has started issued SBSN since 2008 after Law 19/2008 concerning Sharia Government Bonds (SBSN) is stipulated.

Based on this Law, Sharia Government Bonds (SBSN) or Sukuk is defined as government bond issued based on sharia principle, as claim for equity participant of Sharia Government Bonds Asset, both denominated in IDR as well as foreign currencies.

Based on the issuance method, the execution of SBSN issuance is not different from SUN issuance, that is through auction, bookbuilding, and private placement. The main difference from Government Bond is that Sharia Government Bonds does not represent debt claim so that the issuance of Sharia Government Bonds underlying transaction and underlying assets are required as transaction object. The purpose of Sharia Government Securities issuance base don Law 19/2008 is to finance State Budget which included Project financing.Throughout 2015, Directorate of Sharia Financing has conducted its role and function optimally to suppot State

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 99

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 104: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Sepanjang tahun 2015, Direktorat Pembiayaan Syariah telah melakukan tugas dan fungsinya secara optimal dalam rangka mendukung pembiayaan APBN.

1. Realisasi Capaian Target Penerbitan SBSN tahun 2015

Realisasi penebitan SBSN tahun 2015 sampai dengan akhir bulan Desember adalah sebesar Rp 118,514 triliun, atau 104,99% dari target tahun 2015. Kelebihan jumlah realisasi penerbitan sebesar 0,553 triliun disebabkan oleh pelaksanaan penerbitan melalui metode private placement pada tahun 2015 relatif besar yaitu Rp14,837T dan besarnya pelemahan kurs rupiah terhadap USD. Realisasi penerbitan SBSN dengan cara lelang sebesar Rp56,29T.

Rincian realisasi penerbitan SBSN tahun 2015 sebagaimana terdapat pada tabel berikut:

* Penerbitan SBSN dalam valuta asing di pasar perdana internasional sebesar USD2 miliar dengan kurs setelah closing date Rp13.211,00

Total penerbitan SBSN pada tahun 2015 tersebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar Rp53,175 triliun dan tahun 2014 sebesar Rp75,541 triliun, dengan rincian sebagai berikut:

Budget.

1. Actual Achievement of Issuance of SBSN in 2015

Up to the end of Sharia Government Bonds issuance activities in 2015, the actual issuance of Sharia Government Bonds was achieved IDR118.514 trillion or 104.99% of total target in 2015. The excess actual issuance 0.553 trillion was from the issuance through private placement in 2015 which relatively in large amount IDR14.837 trillion and higher depreciation of Rupiah to USD. The actual Sharia Government Bonds issuance through auction was IDR56.29 trillion.

The details realization of Sharia Government Bonds issuance in 2015 are as follows:

* Issuance of SBSN denominated in foreign currency in international primary market at USD2 billion with post closing date rate at IDR13,211.00

Total Sharia Government Bonds issuance in 2015 has increased compare with 2013, which was IDR53.175 trillion and 2014, which was IDR75.541 trillion, with details as follows:

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015100

Page 105: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Peningkatan jumlah penerbitan terutama karena adanya penerbitan melalui metode private placement pada seri PBS, SPN-S, dan SDHI, serta peningkatan penerbitan seri SR dan SNI.

a. Penerbitan Sukuk Negara Ritel (SR)

Sejak tahun 2009, Pemerintah telah menerbitkan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk Negara Ritel yang dijual kepada individu atau orang perseorangan Warga Negara Indonesia melalui Agen Penjual. Tujuan penerbitan Sukuk Negara Ritel antara lain: 1. Diversifikasi sumber pembiayaan APBN, terutama yang

bersumber dari pasar domestik; 2. Memperluas basis investor Surat Berharga Negara di

pasar domestik; 3. Memberikan alternatif instrumen ritel yang berbasis

syariah bagi investor; 4. Mendukung pengembangan pasar keuangan syariah; 5. Memberikan kesempatan kepada investor individu

untuk berinvestasi dalam instrumen pasar modal; dan 6. Memperkuat pasar modal Indonesia dengan

mendorong transformasi dari savings-oriented society menjadi investment-oriented society.

Pada tahun 2015, Pemerintah kembali menerbitkan Sukuk Negara Ritel seri baru, yaitu seri SR-007, yang dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2015, dengan metode bookbuilding di pasar perdana dalam negeri. Adapun karakteristik SR-007 adalah sebagaimana tecantum pada tabel di bawah ini.

Kebijakan penerapan fitur Minimum Holding Periode (MHP) yang telah diberlakukan sejak penerbitan SR-005 masih tetap diberlakukan pada SR-007. Berdasarkan fitur tersebut, pemilik SR-007 tidak dapat memindahbukukan kepemilikannya selama 1 (satu) periode kupon pertama. Tujuannya adalah untuk mengurangi laju perpindahan

The issuance value was increasing especially as there was issuance of PBS, SPN-S and SDHI through private placement, and also an increasing issuance of SR and SNI series.

a. Issuance of Retail Sukuk (SR)

Since 2009, Government has issued Sharia Government Bonds/Retail Sukuk sold to to individual or Indonesian citizen individual through Sales Agent. The purposes of the Retail Government Sukuk issuance are:1. Diversify sources of financing for State, which especially

obtained from domestic market; 2. Expand investor basis for Govenrment Securities in

domestic market; 3. Provide alternative Sharia based retal instrument for

investor; 4. Support the development of Sharia financial market; 5. Provide opportunity to individual investor to invest in

capital market instrument; and 6. Strengthen Indonesia capital market by encouraging

transformation from savings-oriented society towards investment-oriented society.

During 2015, Government issues new series of Retail Sukuk which was series SR-007 on 11 March 2015, through bookbuilding di domestic primary market. The following table showed characteristics of Retail Sukuk Series SR-007.

Minimum Holding Periode (MHP) policy has been implemented since the issuance of SR-005 and still impelented in SR-007. This feature did not allow the holder of SR-007 to transfer ownership on the first coupon period so the movement of Retail Government Sukuk from individual investor to institution/others investor can be reduced. Therefore, the

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 101

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 106: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

kepemilikan Sukuk Negara Ritel dari investor individu ke investor institusi/lainnya, sehingga diharapkan agar tujuan utama penerbitan Sukuk Ritel akan dapat lebih tepat sasaran. Masa penawaran SR-007 berlangsung selama 11 hari kerja dari tanggal 23 Februari sampai dengan 6 Maret 2015. Target penerbitan SR-007 sesuai strategi pembiayaan dan kebutuhan APBN ditetapkan sebesar Rp20 triliun. Penjualan SR-007 dilakukan melalui 22 Agen Penjual yang terdiri dari 17 bank dan 5 perusahaan efek dari tanggal 23 Februari s.d. 6 Maret 2015.

Sejumlah 21 Agen Penjual m e n y a m p a i k a n permintaan tambahan kuota penjualan (upsize) sebesar Rp14,316 triliun (71,6% dari kuota penjualan awal), dan disetujui Rp2 triliun, sehingga total kuota penjualan setelah upsize ditetapkan Rp22 triliun. Atas kuota sebesar Rp22 triliun, 21 Agen Penjual dapat mencapai target dan 1 Agen Penjual, yaitu HSBC tidak dapat memenuhi target (kurang sebesar Rp3,245 miliar dari kuota sebesar Rp637,06 miliar). Namun demikian, sebagian Agen Penjual juga menyampaikan cadangan penjualan (waiting list) dengan total sebesar Rp442,175 miliar. Pada saat proses penjatahan, terdapat penjualan sebesar Rp58,340 miliar pada 19 Agen Penjual yang ditolak karena pemesanan dari individu investor pada beberapa Agen Penjual yang melampaui batas maksimal Rp5 miliar. Atas penjualan sebesar Rp58,340 miliar yang ditolak tersebut, terdapat Rp26,620 miliar yang bisa digantikan dengan waiting list karena Agen Penjual yang bersangkutan menyampaikan cadangan penjualan (waiting list) tersebut. Dengan demikian, penjualan yang dapat disetujui adalah sebesar Rp21.965.035.000.000,00.

Hasil penerbitan Sukuk Negara Ritel seri SR-007 yang merupakan penerbitan SR yang ketujuh sejak tahun 2009, adalah penerbitan Sukuk Negara Ritel dengan volume penerbitan dan jumlah investor yang terbesar. Peningkatan penerbitan Sukuk Negara Ritel dari SR-001 tahun 2009 sampai dengan SR-007 tahun 2015 sebagaimana terdapat pada grafik di bawah ini.

main objective of Retail Sukuk issuance is expected to aim the right target. Offering date of SR-007 was during for 11 work days from 23 February to 6 March 2015. The issuance target set of SR-007 is IDR20 trillion, in accordance to debt financing strategy and Stat Budget needs. The sale of SR-007 is conducted through 22 Sales Agent consisted of 17 banks and 5 securities companies from 23 February to 6 March 2015.

21 Sales Agents request additional sale quota (upsize) for IDR14.326 trillion (71.6% of initial sale quota), and is approved for IDR2 trillion, so that the total sale quota after upsize set is IDR22 trillion. Of quota IDR 22 trillion, 21 Sales Agents reached the target and 1 Sale Agent, HSBC, did not reach the target (less IDR3.245 billion of quota IDR637.06 billion). However, half of the Sales Agent reports the waiting list sale of IDR442.175 billion. At the time of allotment, the

sale amounted IDR58.340 billion from 19 Sales Agents are rejected due to the order from individual investors in some Salea Agent is exceed the maximum order IDR5 billion. Of that rejected sale, there is IDR26.620 billion can be replaced by waiting list sale because the related Sales Agent reports its waiting list sale. Therefore, the toal sale approved is IDR21,965,035,000,000.00.

Retail Sukuk series SR-007 was the seventh SR issuance since 2009 and became the largest volume issuance and generated the highest number of investor. The following graph showed the increasing issuance of Retail Sukuk from series SR-001 in 2009 until SR-007 in 2015.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015102

Page 107: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

b. Penerbitan Sukuk Global (SNI)

Pada tahun 2015, Pemerintah juga telah melakukan penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk Negara dalam valuta asing (valas) di pasar perdana internasional dengan menggunakan skema Islamic Global Medium Term Notes Program (Islamic GMTN Program). Penerbitan Sukuk Negara valas atau Sukuk Global pada tahun 2015 tersebut, merupakan kelanjutan program tahun 2012, dimana pada tahun 2012 telah diterbitkan seri SNI-22 (tenor 10 tahun) sebesar USD1 miliar, pada tahun 2013 telah diterbitkan seri SNI-19 (tenor 5,5 tahun) sebesar USD1,5 miliar, dan pada tahun 2014 telah diterbitkan seri SNI-24 (tenor 10 tahun) sebesar USD1,5 miliar.

Penerbitan Sukuk Global untuk yang keempat kalinya (fourth drawdown), dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2015 dengan menggunakan format Islamic GMTN Program dan Reg S/144 A. Sukuk Global yang diterbitkan dengan seri INDOIS-25 atau SNI-25 tersebut, memiliki tenor 10 tahun ( jatuh tempo pada tanggal 28 Mei 2025) dan tingkat imbalan sebesar 4,325% per tahun yang dibayarkan secara semesteran.

Penebitan SNI-25 dengan metode bookbuilding mendapat respon yang baik dari investor internasional, setelah Joint Lead Managers (JLM) mengumpulkan pemesanan dari para investor dan Pemerintah melakukan price whispering, price tightening dan kemudian pada tanggal 21 Mei 2015 dilakukan pricing, total pemesanan yang disampaikan melalui bookrunners oleh 240 investor mencapai lebih dari USD6,8 miliar atau mengalami oversubcribed sebesar 3,4 kali terhadap target yang ditetapkan sebesar USD2 miliar. Adapun pelaksanaan setelmen dilakukan pada tanggal 28 Mei 2015, dengan pokok-pokok hasil penerbitan sebagaimana terdapat berikut:

b. Issuance of Global Sukuk (SNI)

In 2015, Government also issues Sharia Government Bonds/Sukuk in foreign currency in international primary market through Islamic Global Medium Term Notes Program (Islamic GMTN Program) scheme. The issuance of Sukuk in foreign currency or Global Sukuk is a continuous program from 2012, where in 2012 issued series SNI-22 (tenor 10 years) for USD1 billion, in 2013 issued series SNI-19 (tenor 5.5 years) for USD1.5 billion, and in 2014 issued series SNI-24 (tenor 10 years) for USD1.5 billion.

The fourth issuance of Global Sukuk (fourth drawdown), were held on 28 May 2015 through Islamic GMTN Program and Reg S/144 A. Global Sukuk issued with series number INDOIS-25 or SNI-25 has tenor 10 years (maturity date on 28 May 2025) and equivalent yield of semi-annual 4.325%.

The issuance of SNI-25 through bookbuilding is responded very well from international investor, after Joint Lead Managers (JLM) collect the orderd from investor and Government conducted price whispering, price tightening and pricing on 21 May 2015, the total order from bookrunners by 240 investors reached around USD6.8 billion or oversubscribed for 3.4 times of the target set USD 2 billion.

The settlement was conducted on 28 May 2015 and the main issuance results were on the table below.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 103

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 108: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Dalam penerbitan Sukuk Global tersebut, untuk kedua kalinya Pemerintah menggunakan struktur akad yang baru, yaitu “Struktur SBSN Wakalah”.

Pada tanggal 13 September 2015, Menteri Keuangan membuka perdagangan Bursa Nasdaq Dubai yang ditandai dengan pembunyian bel di lantai bursa. Acara pembukaan perdagangan tersebut sekaligus meresmikan pencatatan (listing) Global Sukuk Indonesia di Bursa Dubai yang dilakukan pada bulan Mei lalu. Sukuk yang dicatatkan adalah empat seri Global Sukuk senilai US$6 miliar diterbitkan sejak tahun 2012 dalam Trust Certificate Issuance Program. Pencatatan ini menjadikan Sukuk Global Indonesia sebagai the largest Sovereign Sukuk yang tercatat di Bursa Dubai. Hadir pula dalam acara tersebut beberapa pejabat dari Dubai International Financial Center (DIFC), Dubai Islamic Economy Development Centre (DIEDC), dan Dubai Financial Market (DFM).

Pencatatan ini mengikuti keberhasilan penerbitan Global Sukuk tahun 2015 dalam akad Wakalah senilai US$2 miliar dengan tenor 10 tahun. Penerbitan ini berhasil menyerap 41% dana dari investor syariah dan Timur Tengah dan merupakan penerbitan Global Sukuk dalam satu tranche (single-tranche) terbesar di dunia. Sebagai pusat perdagangan Sukuk dunia yang didukung oleh fasilitas infrastruktur modern dan akses langsung ke investor di kawasan Timur Tengah, pencatatan Global Sukuk Indonesia di Bursa Nasdaq Dubai diharapkan dapat memperluas basis investor Sukuk Negara di kawasan tersebut.

In the second issuance of Global Sukuk, Government use new agreement (akad), that is “SBSN Wakalah Structure”.

On 13 September 2015, Minister of Finance opened trade Nasdaq Dubai Stock Exchange with phonation bell on the trading floor. The trade opening event also inaugurated the listing of Global Sukuk Indonesia on Dubai Exchange in May 2015. Sukuk listed are four series Global Sukuk of US$6 billion issued since 2013 in Trust Certificate Issuance Program. The listing made Global Sukuk Indonesia as the largest Sovereign Sukuk listed in Dubai Exchange. The officials from Dubai International Financial Center (DIFC), Dubai Islamic Economy Development Centre (DIEDC), and Dubai Financial Market (DFM) attended the event.

The listing is following the success of Globak Sukuk issuance in 2015 in form Wakalah agreement for US$2 billion with tenor 10 years. This issuance absorbs 41% of sharia and Middle East investor, and recorded as the largest Global Sukuk issuance in single tranche. As center of Sukuk world trade Sukuk supported by modern infrastructure and direct access to investor in Middle East region, the listing of Global Sukuk Indonesia in Nasdaq Dubai Stock Exchange is expected to expand the investor base for Sovereign Sukuk in that region.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015104

Page 109: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Menteri Keuangan, Dr. Bambang P.S. Brodjonegoro meresmikan Listing Sukuk Global Indonesia di Bursa Nasdaq Dubai

c. Penerbitan SBSN dengan Metode Lelang

Pada tahun 2015, Pemerintah masih tetap melaksanakan penerbitan SBSN seri PBS dan SPN-S dengan metode lelang di pasar perdana dalam negeri yang dilakukan secara reguler. Lelang SBSN, khususnya untuk instrumen SPN-S, selain dalam rangka pengelolaan cash mismatch, juga dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan operasi moneter oleh Bank Indonesia (market-based monetary policy). Disamping itu, penerbitan SPN-S akan mendorong pengembangan pasar keuangan, khususnya pasar uang syariah, optimalisasi operasional pengelolaan kas Negara dan penyediaan instrumen untuk mendukung pengelolaan likuiditas bagi perbankan syariah.

Kinerja lelang SBSN tahun 2015 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2014. Frekuensi lelang SBSN bertambah 3 kali menjadi sebanyak 22 kali, dan realisasi jumlah penerbitan SBSN melalui lelang naik signifikan menjadi sebesar 56,29 triliun dari Rp21,616 triliun pada tahun sebelumnya. Demikian juga dari jumlah penawaran (bid) pembelian yang memenuhi benchmark juga naik signifikan menjadi 98,08 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp42,19 triliun. Hal ini mencerminkan bahwa pembentukan harga SBSN yang semakin baik, namun Pemerintah tetap selalu memperhatikan cost and risk of borrowing, sehingga tidak selalu memenangkan seluruh bid yang masuk.

Minister of Finance, Dr. Bambang P.S. Brodjonegoro inaugurated Listing Indonesia Global Sukuk in Nasdaq DubaiExchange

c. Issuance of Sharia Government Bonds (SBSN) through Auction In 2015, Government still conducted the issuance of SBSN series PBS and SPN-S through auction in domestic primary market regularly. SBSN Auction, especially for Treasury Securities-s (SPN-S) instrument, is used for cash mismatch management and also to support market-based monetary policy by Bank Indonesia. The issuance of Treasury Securities-S will support the development of financial market, especially sharia financial market, optimalization of operational State cash management and providing instrument to support liquidity management for sharia banking.

The auction performance of SBSN in 2015 has increased compare with 2014. The auction frequency is 3 times multiple by 22 times, and realization of SBSN issuance number through auction is significantly increased by IDR56.29 trillion from IDR21.616 trillion in previous year. Bid value passing benchmark increased to IDR98.08 trillion from IDR42.19 trillion in the previous year. This implies that the development of SBSN price is better. As the Government always considering cost and risk of borrowing, this made all of bid submittes wil not always be awarded.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 105

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 110: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

d. Penerbitan SBSN dengan Metode Private Placement

Penerbitan SBSN melalui metode private placement dimulai pada tahun 2009, dimana sampai dengan tahun 2013, pihak yang menempatkan dananya pada SBSN melalui metode private placement masih terbatas pada Kementerian Agama, yaitu untuk menempatkan Dana Haji dan Dana Abadi Umat (DAU) pada instrumen SBSN sebagai implementasi dari Nota Kesepakatan Bersama antara Kementerian Keuangan dan Kementerian Agama, pada SBSN seri Sukuk Dana Haji Indonesia (SDHI). Pada tahun 2014, metode private placement juga dilakukan untuk seri SPN-S dan PBS dan dilakukan oleh pihak di luar Kementerian Agama.

Penerbitan SBSN dengan metode private placement semakin berkembang di tahun 2015 karena adanya seri baru yaitu SPN-SNT yang merupakan seri SPN-S yang tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Pada tahun 2015 penerbitan melalui metode private placement dilakukan sebanyak 7 kali transaksi dengan jumlah sebesar Rp13,837 triliun atau 11,67% dari total penerbitan SBSN, yang terdiri dari: 1. SDHI sebesar Rp4,5 triliun dengan 3 kali transaksi; 2. SPN-S sebesar Rp5,084 triliun dengan 1 kali transaksi; 3. PBS sebesar Rp4,253 triliun dengan 3 kali transaksi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian realisasi penerbitan SBSN tahun 2015, antara lain:1. Ketersediaan underlying asset, baik berupa BMN

maupun proyek K/L, yang memenuhi kebutuhan dalam jumlah dan waktu yang tepat;

2. Lelang SBSN yang dilaksanakan secara kontinyu serta tepat waktu sesuai dengan calendar of issuance yang dipublikasikan;

3. Minat yang tinggi terhadap Sukuk Ritel seri SR-006, baik peningkatan dari jumlah institusi yang berminat menjadi Agen Penjual maupun jumlah investor dan nominal penerbitan.

2. Sosialisasi Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)

Efektivitas edukasi dan komunikasi merupakan bentuk pengukuran tingkat keberhasilan peserta (stakeholders) dalam hal pemahaman substansi/materi pengelolaan SBSN yang disampaikan melalui pelaksanaan kegiatan Sosialisasi SBSN. lndikator ini hanya mengukur edukasi dan komunikasi yang disampaikan ke pihak eksternal. Variabel yang diukur dalam kuisioner adalah tingkat pemahaman peserta (bobot 70%), kualitas pembicara (bobot 25%), dan kualitas tempat pelaksanaan (bobot 5%). Tujuan indikator kinerja ini adalah memberikan informasi seluas-luasnya kepada masyarakat dan pelaku ekonomi mengenai pengelolaan SBSN.

Perhitungan indikator ini mempertimbangkan frekuensi maupun tingkat pemahaman masyarakat, sehingga sejak awal tahun sudah harus ditargetkan berapa frekuensi kegiatan peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi terhadap pengelolaan SBSN. Target peserta yang hadir minimal 50 peserta dan yang mengembalikan kuesioner minimal 50% dari peserta yang hadir, dan disesuaikan dengan daftar hadir.

Dalam rangka menyebarluaskan informasi dan pemahaman mengenai SBSN, Direktorat Pembiayaan Syariah secara

d. Issuance of SBSN through Private Placement

The issuance of SBSN through private placement started in 2009. Until 2013, only Ministry of Religious Affair who placed its Hajj Fund and Endowment Fund in SBSN as an implementation of Memorandum of Understanding between Ministry of Finance and Ministry of Religious Affairs concerning Procedure of Hajj Fund and Endowment Fund Placement in SBSN, in series Indonesia Hajj Fund Sukuk (SDHI). In 2014, the issuance thorugh private placement was also for series SPN-S and PBS and conducted with parties outside the ministry of religious affairs. The issuance of SBSN through private placement method

The issuance of SBSN through private placement method is more developed in 2015 since there are new series such as SPN-SNT which part of series SPN-S that not traded in secondary market. During 2015, the issuance through private placement were in 7 transactions with total value of IDR13.837 trillion or 11.67% of total SBSN issuance value, which consists of:1. Indonesia Hajj Fund Sukuk (SDHI) with total value IDR4.5

trillion, by three times transaction; 2. Treasury Securities-S (SPN-S) with total value IDR5.084

trillion, by one time transaction; 3. Project Based Sukuk (PBS) with total value IDR4.253

trillion, by three times transaction.

Factors affecting the realization of the issuance of SBSN in 2015 are:1. Availability of underlying asset, either in State Assets and

Ministry/Institution (K/L) project, that fulfil the needs in right number and right time;

2. SBSN Auction held continuously and as scheduled in published calendar of issuance;

3. High interest on Retail Sukuk series SR-006, either an increase of the number of instituions interested in becoming Sales Agent or investor and the nominal amount of the issuance.

2. Socialization of Sharia Government Bonds (SBSN)

Education and communication effectivity is the indicator of the stakeholder success rate in term of understanding the material of SBSN management in SBSN socialization event. This indicator is only measure education and communication delivered by external party. Variabel measured in the questionnaire is understanding level of participant (weighted 70%), quality of speaker (weighted 25%), and quality of venue (weighted 5%). The purpose of this performance indicator is to disseminate information widely to public and economic agents regarding SBSN management. The purpose of this performance indicator is to provide widespread information on SBSN management for the public and economic actors.

The calculations within this indicator took into account the frequency and level of understanding of the community, so that the target frequency of activities to improve the understanding of the community and economic actors could be set early in the year. The minimum number of participants is set to at least 50 participants with at least 50% returned questionnaire, adjusted to the attendance list.

In order to disseminate information and understanding of

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015106

Page 111: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

rutin melaksanakan program sosialisasi SBSN ke berbagai daerah di Indonesia. Di samping itu, terdapat pula kegiatan sosialisasi secara khusus kepada kalangan akademis yang dinamakan “Sukuk Negara Goes to Campus”.

a. Sosialisasi Daerah

Sosialisasi daerah adalah sosialisasi yang dilaksanakan di berbagai daerah di lndonesia dengan target perserta adalah masyarakat umum yang terdiri atas perwakilan dari kantor vertikal Kementerian Keuangan, Bank lndonesia, Pemerintah Daerah, bank, BPR, lembaga keuangan daerah non-bank, pondok pesantren, universitas/sekolah tinggi, media massa lokal, dll. Pemilihan lokasi pelaksanaan sosialisasi daerah didasarkan pada data bahwa di daerah tersebut belum pernah dilaksanakan sosialisasi SBSN sebelumnya. Dalam penyelenggaraan Sosialisasi SBSN di daerah, Direktorat Pembiayaan Syariah bekerjasama dengan dengan pihak-pihak terkait seperti Sekretariat Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kantor Pelayanan maupun Kantor Wilayah Instansi Vertikal Kementerian Keuangan di daerah.. Materi yang disampaikan pada acara sosialisasi daerah mencakup tema (i) Aspek Hukum & lnstrumen Pembiayaan APBN, (ii) Perkembangan Pasar SBSN, (iii) Sukuk Negara Ritel, yang seluruhnya disampaikan oleh pembicara dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko.

Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR, Dr. Suminto memberikan Keynote Speech dalam acara sosialisasi SBSN di Banda Aceh

Sesditjen PPR, Dr. Safuadi dan Kakanwil Perbendaharaan Prov. Aceh, Bakhtaruddin dalam seremoni pemberian plakat kerjasama penyelenggaraan sosialisasi daerah.

SBSN, the Directorate of Sharia Financing routinely carry out SBSN socialization programs in various regions in Indonesia. In addition, there are also specific socialization activities for the academic community which called “Sukuk Goes to Campus”.

a. Regional Socialization

Regional socializations are socialization programs conducted in various regions in Indonesia with the general public as the target audience, which encompass representatives from the vertical office of the Ministry of Finance, Bank Indonesia, local governments, banks, rural banks, non-bank regional financial institutions, boarding schools, universities / high schools, local mass media, etc. The socialization program will be performed on regions of which SBSN socialization had never been performed before. In the implementation of SBSN regional socialization, the Directorate of Sharia Financing cooperates with relevant parties such as the Secretariat of the Directorate General for Finance and Risk Management, service offices, and regional vertical offices of the Ministry of Finance. The material presented in regional socializations include the (i) State Budget Funding Instruments and Legal Aspects, (ii) SBSN Market Developments, (iii) National Retail Sukuk, which are all delivered by speakers from the Directorate General of Finance and Risk Mitigation.

DJPPR Sharia Financing Director, Dr. Suminto, delivering a Keynote Speech during SBSN socialization in Banda Aceh

Secretary of the DJPPR, Dr. Safuadi and the Chief of Aceh Province Regional Office of Treasury, Bakhtaruddin in SBSN regional socialization cooperation ceremony

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 107

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 112: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

b. Sosialisasi Kampus (Sukuk Negara Goes to Campus)

Sosialisasi kampus adalah pelaksanaan sosialisasi yang bekerjasama dengan perguruan tinggi di beberapa daerah di lndonesia dengan target peserta lebih spesifik, yaitu kalangan akademisi yang terdiri dari dosen dan mahasiswa. Target utama peserta sosialisasi kampus adalah dosen dan mahasiswa fakultas hukum, ekonomi dan pasca sarjana. Kampus yang dipilih sebagai tempat pelaksanaan adalah kampus yang dianggap memiliki perhatian khusus terhadap perkembangan pasar sukuk di lndonesia.

Materi yang disampaikan pada sosialisasi kampus hampir sama dengan materi sosialisasi daerah, namun lebih menekankan pada sisi akademis. Adapun pembicara yang menyampaikan materi adalah dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko untuk tema: (i) Sukuk Negara Sebagai Sumber Pembiayaan APBN dan lnstrumen lnvestasi, serta pembicara dari kampus untuk tema materi (ii) Keuangan Syariah: Perkembangan, Prospek dan Tantangan.Adapun terkait dengan pelaksanaan kegiatan Sosialisasi SBSN secara rinci dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

c. Sosialisasi Revisi PSAK (110) 2015 tentang Akuntansi Sukuk

Pada tanggal 9 Juli 2015 bertempat di Auditorium A Gedung Frans Seda Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko telah dilaksanakan sosialisasi Revisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 110 (2015) tentang Akuntansi Sukuk. Acara tersebut menghadirkan narasumber Ketua Dewan Standar Akuntansi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (DSAS IAI), M. Jusuf Wibisana M. Ec. Ak., CA., CPA. Selain para Peserta Lelang SBSN dan Agen Penjual Sukuk Ritel, acara tersebut dihadiri pula oleh Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Sebagaimana dimaklumi, selama ini terdapat perbedaan pemahaman mengenai akuntansi Sukuk di kalangan pelaku pasar, pengawas syariah, maupun lembaga audit. Dalam sosialisasi ini dipaparkan bahwa dengan adanya Revisi PSAK 110 (2015) diharapkan tidak ada lagi keraguan terkait pencatatan Sukuk, sehingga diharapkan dapat meningkatkan minat investor untuk berinvestasi pada Sukuk.

b. Campus Socialization (Sukuk Negara Goes to Campus)

Campus socializations are socialization programs in collaboration with universities in several regions in Indonesia with a more specific target audience, namely academics comprised of lecturers and university students. The main target participants are law and economics lecturers, students, and postgraduate students. The universities chosen for socialization are universities that are considered to have special attention to the development of the sukuk market in Indonesia.

Materials presented on campus socializations are similar to those in regional socializations, with an emphasis on academic aspects. The speakers for campus socializations came from the Directorate General of Financing and Risk Mitigation for the topic (i) Sukuk Negara as a Source of State Budget Funding and Investment Instrument; and from the university for the topic (ii) Sharia Finance: Developments, Prospects, and Challenges. The details of SBSN socialization activities in 2015 are presented in the following table:

c. Socialization of SFAS 110 (2015) Revision on Sukuk Accounting

On July 9, 2015, in the Directorate General of Financing and Risk Management Frans Seda Building Auditorium A, the directorate has conducted a socialization on the Statements of Financial Accounting Standards (SFAS) 110 (2015) Revision on Sukuk Accounting. The event keynote speaker is the Indonesian Institute of Accountants Islamic Accounting Standards Board Chairman, M. Jusuf Wibisana M.Ec.Ak., CA., CPA. In addition to the SBSN bidders and Sukuk Ritel sales agents, the event was also attended by representatives from Bank Indonesia (BI), Financial Services Authority (FSA) and the Deposit Insurance Agency (LPS).

Currently, there are differing opinions on sukuk accounting among market actors, sharia observers, and auditing institutions. With the SFAS 110 (2015) Revision, it was expected that there would be no more doubts on sukuk accounting, which could improve investors’ interest in sukuk investment.Socialization of SFAS 110 (2015) Revision on Sukuk Accounting

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015108

Page 113: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Direktur Pembiayaan Syariah, Dr. Suminto menjadi salah satu narasumber bersama dengan narasumber dari Ikatan Akuntan Indonesia

Peserta sosialisasi Revisi PSAK (110) 2015 tentang Akuntansi Sukuk mengikuti seluruh rangkaian cara dengan antusias.

d. Diseminasi Pengelolaan Underlying Asset Sukuk Negara

Pada tanggal 20 Agustus 2015, Direktorat Pembiayaan Syariah, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) menyelenggarakan acara Diseminasi Pengelolaan Underlying Asset Sukuk Negara yang diikuti oleh jajaran pejabat dan staf di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN), Direktorat Jenderal Anggaran (DJA), Inspektorat Jenderal, dan Biro Hukum, Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan.

The Director of Sharia Financing, Dr.Suminto, along with keynote speakers from the Indonesian Institute of Accountants

The SFAS (110) 2015 Revision socialization audience during the socialization event.

d. Dissemination of National Sukuk Underlying Asset Management

On August 20, 2015, the Directorate of Sharia Financing held the “Dissemination of National Sukuk Underlying Asset Management” event. The event was attended by the officers and staff members of the Directorate General of National Wealth, Directorate General of Budgeting, the General Inspectorate, and the Legal Bureau of the Secretariat General of the Ministry of Finance.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 109

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 114: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Penyelenggaraan acara Diseminasi Pengelolaan Underlying Asset Sukuk Negara ini ditujukan untuk membangun sinergi yang lebih erat terkait pengelolaan penerbitan Sukuk Negara. Acara ini diharapkan pula dapat menjadi forum diskusi yang baik antara unit-unit terkait dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan underlying asset Sukuk Negara. Selanjutnya, diharapkan acara ini dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kinerja di unit masing-masing, dan lebih luas lagi mendukung tugas dan fungsi Kementerian Keuangan di pemerintahan Republik Indonesia.

Acara yang bertempat di Aula Mezzanine, Gedung Djuanda I, Kementerian Keuangan ini dibuka oleh Menteri Keuangan. Dalam keynote speech-nya Menteri Keuangan menyampaikan semakin besarnya peran Sukuk Negara sebagai instrumen pembiayaan APBN, termasuk pembiayaan proyek infrastruktur. Ke depannya, pemerintah berkomitmen untuk mengembangkan Sukuk Negara untuk pembiayaan proyek infrastruktur. Capaian penerbitan Sukuk Negara juga telah mendapat banyak apresiasi baik di dalam maupun di luar negeri. Di dunia internasional, Indonesia harus menjadi acuan dalam hal penerbitan Sukuk Negara.

Acara Diseminasi ini diselenggarakan dalam empat sesi, yaitu Overview mengenai Sukuk Negara, Barang Milik Negara sebagai Underlying Asset Sukuk Negara, Proyek sebagai Underlying Asset Sukuk Negara dan diskusi panel mengenai Permasalahan dan Kendala dalam Pengelolaan BMN serta Proyek sebagai Underlying Asset Sukuk Negara. Dalam acara ini, selain pejabat Direktorat Pembiayaan Syariah, DJPPR, maupun pejabat dari DJKN dan DJA, dihadirkan pula narasumber dari luar Kementerian Keuangan yaitu Adiwarman A. Karim Wakil Ketua Badan Pelaksana Harian DSN-MUI dan Arief N. Wicaksono Partner Konsultan Hukum Thamrin dan Rachman.

Menteri Keuangan, Dr. Bambang P.S. Brodjonegoro membuka acara Diseminasi Pengelolaan Underlying Asset Sukuk Negara.

The event was intended to build upon synergy on the management of National Sukuk issuance. The event was also expected to be an effective discussion forum between relevant units in order to improve the efficiency and effectiveness of National Sukuk underlying asset management. Furthermore, the event was expected to be beneficial for improving the performance of each respective unit, and more broadly, to support the functions of the Ministry of Finance within the Indonesian government.

The event, which was held in the Mezzanine Hall, Djuanda Building I, Ministry of Finance, was opened by the Minister of Finance. In his keynote speech the Finance Minister expressed the growing role of National Sukuk as an instrument of state budget financing, including the financing of infrastructure projects. In the future, the government is committed to develop the National Sukuk as a mean to finance infrastructure projects. The achievements of National Sukuk issuance has also gained appreciation both at home and abroad. Internationally, Indonesia should be a reference in terms of National Sukuk issuance.

The Dissemination event was organized in four sessions, namely (1) Overview of National Sukuk, (2) State Property as an Underlying Asset of National Sukuk, (3) Projects as Underlying Assets of National Sukuk and (4) a panel discussion on Problems and Obstacles in State Property and Project Management as Underlying Assets of National Sukuk. In this event, in addition to officials of the Directorate of Sharia Financing, Directorate General of Financing and Risk Management, as well as officials from Directorate General of National Wealth and Directorate General of Budgeting, also presented speakers from outside the Ministry of Finance: Adiwarman A. Karim, Vice Chairman of the DSN-MUI Executive Agency and N. AriefWicaksono, a partner of Thamrin and Rachman Legal Consultants.

The Minister of Finance, Dr. Bambang P.S. Brodjonegoro, opening the Dissemination of National Sukuk Underlying Asset Management Event

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015110

Page 115: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

3. Peraturan Perundang-undangan terkait SBSNDalam rangka mendukung pengelolaan SBSN khususnya dari aspek legal, sepanjang tahun 2015 telah dilakukan beberapa penyusunan perangkat peraturan hukum. Sampai dengan 31 Desember 2015, Direktorat Pembiayaan Syariah telah menyelesaikan beberapa produk hukum yaitu berupa 65 Keputusan Menteri Keuangan yang bersifat menetapkan, 1 Peraturan Pemerintah dan 1 Peraturan Menteri Keuangan, sebagai berikut:a. Peraturan Pemerintah Nomor 127 Tahun 2015 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2008 Tentang Pendirian Perusahaan Penerbit SBSN Indonesia.

b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 220/PMK.08/2015 Tentang Tata Cara Pembiayaan Proyek/Kegiatan Melalui Penerbitan SBSN. PMK tersebut merupakan perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.08/2013 Tentang Tata Cara Pembiayaan Proyek/Kegiatan Melalui Penerbitan SBSN.

Selain itu, Direktorat Pembiayaan Syariah pada semester I tahun 2015 juga telah menyusun buku/mendokumentasikan peraturan terkait Penerbitan dan Underlying Aset SBSN dan buku terkait pengelolaan Project Based Sukuk.

4. Penyusunan Dokumen Hukum Penerbitan SBSNPenyediaan dokumen hukum penerbitan merupakan salah satu hal utama yang mendukung pengelolaan SBSN yang merupakan instrumen keuangan berbasis syariah. Dalam hal ini, penyusunan dokumen hukum dilakukan sesuai dengan struktur yang digunakan dalam penerbitan seri SBSN, yaitu apakah menggunakan struktur Ijarah Sale and Lease Back, Ijarah Al Khadamat atau Ijarah Asset To Be Leased.

Jika menggunakan struktur Ijarah Sale and Lease Back maka dokumen hukum yang disusun sebanyak 5 dokumen, untuk struktur Ijarah Al Khadamat sebanyak 2 dokumen dan jika menggunakan Ijarah Asset To Be Leased, dokumen yang disusun sebanyak 7 dokumen. Sepanjang tahun 2015, Realisasi penyediaan dokumen perjanjian/kerjasama dan dokumen hukum yang mendukung pengelolaan SBSN selama tahun 2015 adalah sebanyak 57 paket dokumen perjanjian/kerjasama dan dokumen hukum.

5. SBSN Jatuh TempoPada tahun 2015 terdapat 14 seri SBSN yang jatuh tempo dengan total nominal sebesar Rp35,975 triliun, dengan rincian sebagai berikut:

3. Legislations Related to SBSNIn order to support SBSN management, especially from the legal aspects, several legislations had been passed throughout 2015.As of December 31, 2015, the Directorate of Sharia Financing has completed several legal products in the form of 65 Minister of Finance Decrees, 1 Government Regulation, and 1 Minister of Finance Regulation, as follows: a. Government Regulation Number 127 Year 2015 on the

Amendment of Government Regulation No. 57 Year 2008 on the Establishment of Indonesian SBSN Issuing Enterprises.

b. Minister of Finance Regulation No. 220 / PMK.08 / 2015 on the Procedures for Project Financing / Activities Through SBSN Issuance.The regulation is a revision to the Minister of Finance Regulation No. 113 / PMK.08 / 2013 on the Procedures for Project Financing / Activities Through SBSN Issuance.

In addition, in the first half of 2015, the Directorate of Sharia Financing has also compiled a book / document on regulations related to the Issuance and Underlying Assets of SBSN and a book on the Management of Project-Based Sukuk.

4. Preparation of Legal Documents Regarding SBSN IssuanceThe provision of legal documents on SBSN issuance is one of the main aspects that support the management of SBSN as a sharia-based financial instrument. In this case, the preparation of legal documents was done in accordance to the structure used in SBSN series issuance, namely either using Sale and Lease Back Ijarah structure, Al-Khadamat Ijarah, or Asset to be Leased Ijarah.

There were 5 legal documents composed for the Sale and Lease Back Ijarah, 2 documents composed for Al-Khadamat Ijarah, and 7 documents for Asset to be Leased Ijarah. Throughout 2015, the total of documents provided to support SBSN management were 57 agreement/cooperation and legal documents.

5. Matured SBSNIn 2015, there were 14 matured SBSN series, with the total nominal of 35.975 trillion rupiahs, detailed as follows:

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 111

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 116: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah menyusun dokumen hukum SBSN yang jatuh tempo sesuai dengan struktur akad yang digunakan, yaitu:

a. Struktur Ijarah Sale and Lease Back (SPN-S)Dokumen yang disusun adalah Perjanjian Jual Beli (Akad Bai’) Barang Milik Negara yang Menjadi Aset SBSN. Adapun pihak yang menjadi penjual adalah Perusahaan Penerbit SBSN sedangkan yang menjadi pembeli adalah Pemerintah dengan obyek jual beli adalah obyek ijarah yaitu Barang Milik Negara untuk seri tertentu.

b. Struktur Ijarah Asset to be Leased (SR)Dokumen yang disusun adalah Perjanjian Jual Beli (Akad Bai’) Barang Milik Negara dan Proyek APBN 2015 yang Menjadi Aset SBSN. Adapun pihak yang menjadi penjual adalah Perusahaan Penerbit SBSN sedangkan yang menjadi pembeli adalah Pemerintah dengan obyek jual beli adalah obyek ijarah yaitu Barang Milik Negara dan Proyek APBN 2015 untuk seri tertentu.

c. Struktur Ijarah Al Khadamat (SDHI)Dokumen yang disiapkan adalah ”Berita Acara Serah Terima Jasa Layanan Haji (BAST)”. Dokumen tersebut pada intinya berisi serah-terima jasa berupa pengadaan obyek ijarah dari penyedia jasa (dalam hal ini adalah Perusahaan Penerbit SBSN Indonesia) kepada pengguna jasa (dalam hal ini adalah Pemerintah).

6. Pertumbuhan Jumlah Nominal Kepemilikan SBSN Tradable Oleh Investor Domestik

Pertumbuhan investor domestik diukur berdasarkan peningkatan jumlah nominal kepemilikan SBN tradable. Pertumbuhan investor domestik sangat tergantung pada jumlah peningkatan outstanding SBN setiap tahunnya serta menyesuaikan dengan strategi pengelolaan utang dan kebutuhan pembiayaan dalam APBN. Apabila penerbitan SBN tetap dilakukan seperti kondisi saat ini, maka Pemerintah berupaya untuk menjaga agar porsi kepemilikan SBN oleh investor domestik tetap dominan.

Penerbitan SBN di pasar domestik dilakukan dengan senantiasa melihat daya serap pasar domestik. Saat ini, pasar SBN domestik masih didominasi oleh investor domestik. Namun demikian, seiring dengan semakin baiknya kondisi fundamental perekonomian Indonesia (pulled factor) dan kebijakan bank sentral di beberapa advanced country serta kondisi perekonomian global yang masih belum pulih (pushed factor), membuat SBN di pasar domestik semakin diminati asing, khususnya dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Kenaikan kepemilikan SBN oleh investor asing yang signifikan di satu sisi memberikan dampak positif seperti cost of borrowing yang semakin rendah karena adanya permintaan yang sangat tinggi dari investor asing, tetapi di sisi yang lain dapat menimbulkan dampak negatif antara lain meningkatnya risiko terjadinya pembalikan arus dana keluar Indonesia secara tiba-tiba (sudden reversal), dengan indikasi melonjaknya imbal hasil (yield) SBN. Masuknya dana asing masih akan dibutuhkan dalam rangka memperluas basis invetor SBN dan memperdalam pasar SBN. Namun, Pemerintah perlu menyiapkan kebijakan untuk mengantisipasi hal tersebut, salah satunya dengan mengembangkan pasar domestik

One of the activities carried out was preparing legal documents on matured SBSN according to the akad structure used, namely:

a. Sale and Lease Back Ijarah (SPN-S)The composed document was the Trade Agreement (Akad Bai’) of State Properties Turned into SBSN Assets. The selling party were SBSN issuers, while the buying party is the government with the traded objects, or ijarah objects, of State Properties for a certain series.

b. Assets to be Leased Ijarah (SR)The composed document was the Trade Agreement (Akad Bai’) of State Properties and 2015 National Budget Projects Turned into SBSN Assets. The selling party were SBSN issuers, while the buying party is the government with the traded objects, or ijarah objects, of State Properties and 2015 National Budget Projects for a certain series.

c. Al-Khadamat Ijarah (SDHI)The composed document was the “Hajj Services Handover Report”. Essentially, the document contained service handovers in the form of ijarah object procurement from the service provider (which, in this case, is the Indonesian SBSN issuer) to the service user (in this case, the government).

6. The Growth of Tradable SBSN Ownership Nominal by Domestic Investors

The growth of domestic investors was measured by the increase in the nominal amount of tradable SBN ownership. The growth of domestic investors is highly dependent on the growth of annual outstanding SBN and is adjusted to debt management strategies and state budget financing needs. If the current trends in SBN issuance is continued, the government will try to keep the portion of SBN ownership by domestic investors remain dominant.

The issuance of SBN in the domestic market is consistently adjusted to the domestic market absorption rate. Currently, the domestic SBN market is still dominated by domestic investors. However, in line with the improving fundamental conditions of Indonesian economy (pulled factor), several central bank policies in advanced countries, and the global economic conditions which has yet to recover (pushed factor), the domestic SBN market becomes increasingly attractive to foreign investors, especially in the last few years. The significant increase of SBN ownership by foreign investors, on one hand, have a positive impact such as the lowered cost of borrowing, due to extremely high demand from foreign investors. On the other hand, negative effects of foreign SBN ownership include the risk of sudden fund outflow from Indonesia (sudden reversal), with the indication of soaring SBN yield. The influx of foreign funds is still needed to expand the base of SBN investors and deepen the SBN market. However, the government must prepare suitable policies to anticipate this, for example, by developing the domestic market, especially the development of domestic market industries such as retirement funds, insurance, mutual funds, and banking industries. These domestic markets are very important,

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015112

Page 117: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

terutama pengembangan industri pasar keuangan domestik seperti dana pensiun, asuransi, reksadana, dan perbankan. Hal ini penting mengingat pasar SBN yang andal harus ditopang oleh industri pasar keuangan yang cukup solid. Pengembangan pasar domestik melalui penguatan potensi investor domestik perlu dilakukan secara komprehensif.

Adapun upaya pemerintah untuk memperkuat investor domestik di pasar SBN antara lain dengan bekerja sama dengan semua otoritas/ regulator, komunikasi aktif dengan pelaku industri pasar keuangan domestik, serta peningkatan partisipasi investor ritel melalui penerbitan SBN ritel. Dengan menetapkan target pertumbuhan sebesar 7% setiap tahun, maka diharapkan upaya maksimal dari Pemerintah untuk tetap mempertahankan dominasi investor domestik pada SBN tradable di pasar domestik dapat terwujud. Jadi, IKU ini bertujuan untuk menggambarkan peningkatan basis investor domestik terhadap total kepemilikan investor pada SBN domestik yang diperdagangkan.

7. Pencapaian Target Effective Cost

Effective cost merefleksikan biaya riil yang harus dikeluarkan oleh Pemerintah dalam menerbitkan /menarik utang. IKU ini bertujuan agar Pemerintah dalam menerbitkan/menarik utang dengan biaya utang yang wajar sesuai target yang ditetapkan. Pencapaian target effective cost berarti kombinasi tingkat biaya utang yang diterbitkan dalam satu tahun sama dengan atau di bawah target effective cost yang ditetapkan. Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang lebih rendah dari target (minimize), dimana capaian yang semakin rendah dari target adalah capaian yang diharapkan.

Realisasi capaian target effective cost SBSN pada tahun 2015 sebesar 49,82% lebih rendah dari target yang ditetapkan dalam strategi utang tahunan lahun 2015 sebesar 100%, dengan target deviasi sebesar 5O bps berdasarkan referensi, untuk penerbitan SBSN dengan cara lelang. Pencapaian target yang lebih rendah tersebut karena penetapan owner’s estimate untuk lelang SPNS jauh lebih rendah dibandingkan batas atas kuotasi IDMA/Bloomberg yang dijadikan referensi, serta kondisi pasar keuangan yang membaik.

Beberapa tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target effective cost SBSN tahun 2015, antara lain:a. Kondisi pasar keuangan yang fluktuatif berpotensi

dapat meningkatkan yield SBSN, sehingga biaya utang yang ditanggung pemerintah meningkat.

b. Minat investor dan penawaran yang dimenangkan pada penerbitan SBSN dengan cara Lelang didominasi oleh instrumen SBSN dengan tenor panjang, sehingga yield yang dimenangkan cenderung tinggi.

c. Kondisi pasar keuangan domestik yang mengalami tekanan akibat kombinasi berbagai faktor domestik dan eksternal.

Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:1. Memperhatikan dan melakukan pemantauan kondisi

pasar keuangan untuk menentukan waktu penerbitan SBSN yang optimal sehingga dapat menurunkan yield penerbitan SBSN.

considering that a reliable SBN market must be supported by a solid financial market industry. The development of the domestic market through strengthening of potential domestic investors needs to be done comprehensively.

As for the government’s efforts to strengthen domestic investors in the SBN market, among others by cooperating with authorities/regulators, active communication with domestic financial market industry actors, and by increasing retail investor participation through the issuance of retail SBN. By setting a growth target of 7% per year, it is expected that the government’s efforts to maintain the dominance of tradable SBN ownership by domestic investors can be realized. Therefore, this key performance indicator aims to describe the increase in the domestic investor base compared to the total ownership by investors in traded domestic SBN.

7. Achievement of Effective Cost Targets

Effective cost reflects the real costs incurred by the government in issuing or attract debts. This IKU is intended to guide the government in issuing/attract debts at a reasonable cost according to the targets set.Achievement of the target means that the combination of debt cost rates issued in one year is equal to or lower than the target set effective cost.The achievement of this KPI leads to a lower-than-target achievement (minimize), where the achievement of lower than performance targets is expected.

The realization of SBSN effective cost targets in 2015 amounted to 49.82%, lower than the target set in the 2015 annual debt strategy of 100%, with a target deviation of 50 bps based on reference, for the issuance of SBSN by way of auction.The achievement of a lower target is due to the fixing of the owner’s estimate for the SPNS auction at a significantly lower value than the upper limit of the IDMA/Bloomberg quote as reference, as well as improved financial market conditions.

Some of the challenges faced in achieving 2015 SBSN effective cost targets, among others:a. Volatile financial market conditions which could potentially

increase SBSN yield, increasing the debt cost borne by the government.

b. The higher interest of investors to bid towards long-term SBSN instruments during SBSN issuance through auctioning, so that the winning bid tends to have higher yields.

c. Domestic financial market conditions which came under pressure from a combination of a variety of domestic and external factors

Efforts that are made to anticipate these challenges:1. Observing and monitoring financial market conditions

to determine the optimal time for SBSN issuance, which could decrease SBSN issuance yield.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 113

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 118: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

2. Memperhatikan rencana portofolio yang efektif untuk memenuhi kebutuhan Utang tahunan dengan melaksanakan penerbitan SBSN selain dengan cara lelang untuk tenor lebih pendek dengan optimal sehingga cost of fund dapat ditekan.

3. Terus melakukan pemantauan terhadap kondisi pasar keuangan domestik maupun global untuk mengantisipasi volatilitas pasar yang berakibat pada meningkatnya cost of fund.

8. Pemenuhan Struktur Portofolio SBSN Sesuai dengan Strategi

Persentase pemenuhan target risiko portofolio utang merefleksikan komposisi instrumen utang yang memiliki tingkat risiko yang terkendali. Tujuan dari IKU ini adalah dalam rangka mewujudkan struktur portofolio dan risiko utang yang optimal sesuai target yang ditetapkan dalam rangka mendukung kesinambungan fiskal. Adapun target risiko portofolio adalah sebagaimana tercantum pada Kepdirjen Pengelolaan Utang tentang Strategi Pembiayaan Tahunan Melalui Utang dan KMK tentang Strategi Pengelolaan Utang Jangka Menengah yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pengelolaan utang Pemerintah. Tingkat risiko utang yang terkendali tercermin pada struktur portofolio utang yang optimal, yang terdiri dari komposisi utang dalam valas/ currency risk (bobot 50%), dan utang dalam jangka pendek (Short Term Debt)/refinancing risk (bobot 50%). Pembobotan untuk risiko nilai tukar dan risiko refinancing yang lebih besar daripada risiko tingkat bunga, dikarenakan risiko nilai tukar dan risiko refinancing memiliki dampak yang lebih signifikan terhadap perubahan biaya dan risiko utang secara agregat dibanding risiko tingkat bunga.

Target struktur portofolio SBSN adalah sesuai dengan yang ditetapkan dalam strategi utangtahunan tahun 2015, sebagai berikut:a. Target Short Term Debt (STD) = 12%b. Target Valas = 27%

Penerbitan SBSN tahun 2015 telah dilakukan dengan memperhatikan strategi utang tahunan tahun 2015 terkait target pembiayaan dalam APBN-P 2015. Realisasi capaian struktur portofolio SBSN s.d. Desember tahun 2015 adalah sebesar 99,81%.

9. Fatwa dan Opini Syariah

Dalam rangka mendukung pengelolaan SBSN, sepanjang tahun 2015 Direktorat Pembiayaan Syariah telah melakukan koordinasi dengan Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dalam rangka penerbitan Opini Syariah (Pernyataan Kesesuaian Syariah). Di samping itu, telah pula dilakukan konsultasi secara aktif dengan DSN-MUI terkait persiapan penerbitan Sukuk Tabungan, diversifikasi underlying assets, kesesuaian syariah penerbitan dengan metode private placement, dan permintaan penjelasan Fatwa terkait Repo Surat Berharga Syariah.

Adapun Opini Syariah dan dokumen kesesuaian syariah lain yang dikeluarkan oleh DSN-MUI yang terkait dengan penerbitan SBSN sepanjang tahun 2015, adalah:a. Opini Syariah DSN-MUI Nomor B-043/DSN-MUI/

II/2015 untuk penerbitan SBSN Ritel seri SR-007 tahun

2. Noting effective portfolio plans to meet the needs of annual debt issuance by implementing SBSN issuance methods other than auction for shorter term SBSN instruments, which could suppress costs of fund.

3. Monitoring domestic and global financial market conditions to anticipate market volatility.

6. Fulfillment of SBSN Portfolio Structure in Accordance with Strategy

The percentage of fulfillment of debt risk portfolio targets reflects the composition of debt instruments with a controlled risk level. This KPI aims to realize an optimal debt risk portfolio according to the targets set in order to achieve fiscal sustainability. The target risk portfolio is stated in the Directorate General of Debt Management Decree on the Strategy of Annual Funding through Debt Issuance and the Ministry of Finance Decree on the Strategy of Medium Term Debt Management, which serve as guides for governmental debt management. The level of risk for controlled debt is reflected on an optimal debt structure portfolio, which consists of the composition of debt in foreign currencies/currency risk (weighted 50%) and short term debt/refinancing risk (50% weight). The higher weighting for foreign exchange risk and refinancing risk compared to interest rate risk, is due to the risk of foreign exchange and refinancing having a more significant impact on the aggregate cost change and debt risk than interest rate risk.

The SBSN portfolio structure targets are in accordance with the targets set in the 2015 annual debt strategy, as follows:

a. Target Short Term Debt (STD) = 12% b. Foreign Exchange Target = 27%

SBSN issuance throughout 2015 was conducted in accordance with the 2015 annual debt strategy related to the 2015 revised national budget financing targets. The realization of SBSN portfolio structure until December 2015 amounted to 99.81%.

7. Fatwa and Sharia Opinions

In order to support SBSN management, throughout 2015, the Directorate of Sharia Financing has been coordinating with the National Sharia Council – Indonesian Ulama Council (DSN-MUI) to publish Sharia Opinions (Sharia Compliance Statement). In addition, active consultation was carried out with the DSN-MUI concerning the preparation of Savings Sukuk issuance, diversification of underlying assets, sharia compliance of private placement publishing, and fatwa explanation regarding Sharia Securities Repossession.

Sharia Opinions and other sharia conformity documents issued by the DSN-MUI regarding SBSN issuance throughout 2015, are: a. DSN-MUI Sharia Opinion No. B-043 / DSN-MUI / II /

2015 on the Publication of Retail SBSN SR-007 series of

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015114

Page 119: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

2015 pada tanggal 17 Februari 2015, atau 15 hari kerja sebelum penerbitan SBSN Ritel SR-007 tanggal 11 Maret 2015;

b. Opini Syariah Sukuk Valas Nomor B-141/DSN-MUl/IV/2015 pada tanggal 24 April 2015, untuk penerbitan Sukuk Valas tahun 2015 pada tanggal 28 Mei 2015; dan

c. Surat Penjelasan DSN-MUI Nomor B-262/DSN-MUI/VIII/2015 tanggal 24 Agustus 2015 terkait penerbitan SBSN menggunakan metode Private Placement.

10. Kajian Pengembangan Instrumen

Dalam rangka pengembangan instrumen SBSN, selama tahun 2015 telah dilakukan beberapa analisis dan kegiatan untuk mendukung kegiatan pengembangan instrumen dimaksud, yaitu antara lain berupa:1. Laporan Global Sukuk Report semester I dan II tahun

2015.2. Laporan Analisis perkembangan instrumen sukuk di

pasar keuangan syariah internasional semester I dan II tahun 2015.

Seiring dengan semakin meningkatnya target pembiayaan APBN, porsi penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara) dalam penerbitan Surat Berharga Negara juga terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan strategi pembiayaan tahun 2016, target penerbitan Sukuk Negara tahun 2016 ditetapkan kurang lebih sebesar Rp130 triliun, atau meningkat 10,3% dari target penerbitan tahun 2015.

Untuk memenuhi target penerbitan tersebut, selain strategi penerbitan yang tepat juga dibutuhkan ketersediaan underlying asset yang memadai. Saat ini, jenis underlying asset yang dapat digunakan dalam penerbitan SBSN masih terbatas pada tiga jenis aset, yaitu Barang Milik Negara (BMN), proyek pembangunan/infrastruktur (Proyek), dan jasa layanan haji. Namun underlying asset jasa layanan haji terbatas peruntukannya hanya untuk penerbitan SBSN seri Sukuk Dana Haji Indonesia (SDHI) yang bersifat non-tradable.

Sebagai upaya me-manage risiko keterbatasan underlying asset, perlu kiranya dilakukan diversifikasi underlying asset dengan cara mengkaji alternatif aset lain yang belum diakomodir selama ini dalam penerbitan SBSN. Hal ini juga untuk mengantisipasi besarnya kebutuhan penerbitan SBSN pada tahun-tahun mendatang. Diversifikasi underlying asset SBSN kiranya dapat mengacu pada lingkup aset SBSN sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 3 UU Nomor 19/2008 tentang SBSN. Menurut ketentuan tersebut, aset SBSN selain dapat berupa BMN juga dapat berupa objek pembiayaan. Dan salah satu jenis obyek pembiayaan yang memiliki potensi yang cukup besar adalah pengadaan jasa dalam APBN.

Berdasarkan landasan pemikiran tersebut, dalam laporan ini akan akan dilakukan kajian mengenai potensi penggunaan pengadaan jasa dalam APBN sebagai underlying asset penerbitan SBSN.

Kajian ini bertujuan untuk memberikan masukan bagi Direktorat Pembiayaan Syariah – DJPPR, Kemenkeu dalam melaksanakan kebijakan diversifikasi dan pengembangan

2015 on February 17, 2015, or 15 working days before the publication of SBSN Retail SR-007 dated March 11, 2015;

b. Foreign Exchange Sukuk Sharia Opinion No. B-141 / DSN-MUI / IV / 2015 on April 24, 2015, on the issuance of Foreign Exchange Sukuk 2015 on May 28, 2015; and

c. DSN-MUI Letter of Explanation No. B-262 / DSN-MUI / VIII / 2015 dated August 24, 2015 on SBSN issuance with Private Placement method.

8. Instrument Development Analysis

In order to develop SBSN instruments, several analyses and activities were performed throughout 2015 to support said instrument development, which include:1. Global Sukuk Report on the first and second semester of

2015.2. Analysis Report on the development of Sukuk instruments

in the international sharia finance market on the first and second semester of 2015.

Along with the increasing state budget financing targets, the proportion of the Shariah Securities (Sukuk) in Government Securities also continues to increase every year. Based on the 2016 financing strategy, the target sukuk issuance was set at approximately Rp 130 trillion, an increase of 10.3% from 2015 issuance target.

To meet the issuance target, sufficient underlying assets are required in addition to appropriate issuance strategies. Currently, the type of underlying assets which can be used in the SBSN issuance is still limited to three types of assets, namely State Properties (BMN), project development / infrastructure (Projects), and hajj services. Unfortunately, the hajj services underlying asset may only be used for the issuance of Indonesian Hajj Fund Sukuk (SDHI), which are non-tradable.

As an effort to manage the underlying asset limitations, it is necessary to diversify the underlying assets by reviewing alternative assets which have not been accommodated in SBSN issuance. Diversification is also necessary to anticipate future SBSN issuance needs. The diversification of SBSN underlying assets must refer to the scope of SBSN assets as decreed in Article 1 No. 3 of Law No. 19/2008 on SBSN. According to the regulation, financing objects, in addition to state properties, may be turned into SBSN assets. One of the financing objects which has considerable potential is the procurement of services in the state budget.

Based on that premise, in this report, an analysis will be conducted on the potential use of service procurement within the state budget as an underlying asset for SBSN issuance.

This analysis aims to provide input for the Directorate of Sharia Financing – DJPPR and the Ministry of Finance in implementing the policy of diversification and development

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 115

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 120: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

underlying asset SBSN, dalam rangka mendukung pelaksanaan penerbitan SBSN. Tersedianya hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Direktorat Pembiayaan Syariah – DJPPR, Kemenkeu. Adapun manfaat dari penggunaan pengadaaan jasa dalam APBN sebagai underlying asset SBSN, antara lain:

1) Menambah ketersediaan underlying asset

Dapat digunakannya underlying asset berupa pengadaan jasa, diharapkan mampu menambah ketersediaan underlying asset dengan estimasi sebesar … triliun. Hal ini pada akhirnya diharapkan dapat mendukung strategi penerbitan Sukuk Negara.

2) Mendukung penerbitan Sukuk Negara non-tradable Dari ketiga jenis underlying asset yang digunakan dalam penerbitan Sukuk Negara (BMN, Proyek, dan Jasa layanan haji), hanya underlying asset jasa layanan haji dengan struktur Ijarah Al Khadamat yang bersifat tidak dapat diperdagangkan (non-tradable). Dengan tersedianya alternatif underlying asset baru, yaitu pengadaan jasa, diharapkan mampu menambah alternatif aset SBSN sekaligus mendukung penerbitan instrumen Sukuk Negara non-tradable.

Selain dapat mendukung penerbitan instrumen Sukuk Negara non-tradable, tersedianya alternatif underlying baru tersebut juga dapat memberikan alternatif dalam penerbitan Sukuk Negara tradable. Hal ini dapat dilakukan antara lain melalui penggunaan struktur SBSN yang memungkinkan digunakannya aset non-tradable sebagai bagian dari underlying asset penerbitan Sukuk Negarasecara keseluruhan.

3) Inovasi di pasar keuangan syariah

Inovasi merupakan hal sangat esensial di industri jasa keuangan, termasuk industri keuangan syariah. Di pasar domestik, inovasi instrumen keuangan syariah masih relatif terbatas baik dari segi instrumen, struktur akad, maupun underlying asset yang digunakan. Penerbitan Sukuk Negara yang menggunakan underlying asset berupa pengadaan jasa merupakan suatu inovasi yang diharapkan dapat menjadi benchmark/acuan, tidak hanya bagi penerbitan sukuk korporasi di pasar domestik namun juga bagi penerbitan sukuk di pasar keuangan secara global.

4) Mendukung posisi Indonesia sebagai the largest sovereign sukuk issuer

Hingga tahun 2015, Indonesia tercatat menjadi negara penerbit sovereign sukuk internasional (denominasi USD) terbesar di dunia, dengan outstanding sebesar USD7 miliar. Melalui diversifikasi underlying asset baru yaitu pengadaan jasa, diharapkan dapat semakin mendukung pencapaian Indonesia tersebut sekaligus memperkuat posisi Indonesia di pasar keuangan syariah global.

of SBSN underlying assets, in order to support SBSN issuance. The results of this analysis are expected to provide benefits for the Directorate of Sharia Financing – DJPPR and the Ministry of Finance. There are several benefits associated with the use of service procurement within the state budget as an underlying asset for SBSN issuance, among others:

1) Increase the Availability of Underlying Assets

The use of service procurement as an underlying asset is expected to increase the availability of underlying assetsby an estimate of . . . trillion. It is ultimately expected to support the National Sukuk issuance strategy.

2) Support the Issuance of Non-tradable Sukuk

Of the three types of underlying assets used in the issuance of Sukuk (state properties, projects, and Hajj services), only Hajj services with Al-Khadamat structure ijarah that are non-tradable. With the availability of alternative new underlying assets, namely service procurement, is expected to add alternative assets for SBSN issuance while supporting the issuance of non-tradable Sukuk instruments.

In addition to support the issuance of non-tradable Sukuk, the availability of alternative new underlying assets may also support the issuance of tradable Sukuk. This can be done through the use of SBSN structure which allows the use of non-tradable assets as part of underlying assets for National Sukuk issuance.

3) As an Innovation in the Sharia Financial Market

Innovation is essential in the financial services industry, including the sharia finance industry. In the domestic market, innovations in sharia financial instruments are still limited, both in terms of instruments, akad structure, and the utilized underlying assets. National Sukuk issuance with service procurement as an underlying asset is an innovation that is expected to become a benchmark / reference, not only for the issuance of corporate sukuk in the domestic market but also for the issuance of sukuk in the global financial market.

4) Support Indonesia’s Position as the Largest Sovereign Sukuk Issuer

Until 2015, Indonesia held the record as the largest issuer of international sovereign sukuk (denominated in USD) in the world, with an outstanding of 7 billion USD. The diversification of new underlying assets, namely service procurement, is expected to support the achievement of Indonesia as well as strengthening the position of Indonesia in the global sharia financial market.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015116

Page 121: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

11. Pengembangan Infrastruktur Pasar

Dalam rangka pengembangan infrastruktur pasar, pada tahun 2015 Direktorat Pembiayaan Syariah bersama dengan Bagian Teknologi Informasi Direktorat Evaluasi Akuntansi dan Setelmen dan Bank Indonesia melakukan pengembangan Decision Support System lelang SBSN dalam rangka penyesuaian dengan sistem BI-SSSS Generasi II. Selain itu, bersama Subdit Teknologi dan Informasi Direktorat Evaluasi Akuntansi dan Setelmen, juga dilakukan pengembangan Decision Support System penerbitan Sukuk Negara Ritel sehingga memungkinkan satu investor melakukan multiple bids namun secara total nominal tetap di bawah batas maksimal pemesanan Rp5 miliar.

12. Pre-Marketing Sukuk Negara Ritel seri SR-007

Dalam rangka menyebarluaskan informasi mengenai rencana penerbitan Sukuk Negara Ritel kepada calon investor dan masyarakat, Direktorat Pembiayaan Syariah menyelenggarakan kegiatan pre-marketing Sukuk Negara Ritel Seri SR-007. Kegiatan pre-marketing tersebut diselenggarakan oleh Direktorat Pembiayaan Syariah bekerja sama dengan Bursa Efek Indonesia, Agen Penjual, dan Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan. Untuk penerbitan Sukuk Negara Ritel seri SR-007 tahun 2015, Pre-marketing telah dilaksanakan di 6 kota di Indonesia mulai tanggal 8 Januari sampai dengan 12 Februari 2015 yang dimulai di Kota Banjarmasin, Bengkulu, Dumai, Kupang, Palu, Kudus.

13. Publikasi dan Siaran Pers

Untuk menyediakan data dan informasi mengenai SBSN kepada masyarakat, Direktorat Pembiayaan Syariah telah melakukan berbagai macam publikasi baik dalam bentuk upload di website Kementerian Keuangan, brosur, banner dan berbagai macam bentuk publikasi lainnya. Publikasi dan Siaran Pers dalam rangka transparansi pengelolaan SBSN bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan kredibilitas serta transparansi pengelolaan SBSN dengan menjaga kepercayaan publik atas pelaksanaan transaksi penerbitan SBSN serta menyediakan informasi terkait pengelolaan SBSN kepada publik secara transparan.

Pada tahun 2015 publikasi dan siaran pers adalah sejumlah 130 publikasi dengan rincian 76 Publikasi terkait penerbitan SBSN, 48 Publikasi Kepemilikan SBSN Domestik, 6 Publikasi lainnya. Sepanjang tahun 2015, Direktorat Pembiayaan Syariah juga telah menyusun 12 laporan analisis opini publik.

14. Riset Preferensi Investor dan Potensi Pasar Surat Berharga

Pada tahun 2015, Direktorat Pembiayaan Syariah melakukan riset Preferensi Investor dan Potensi Permintaan SBSN Tahun 2016 sebagai bagian dari upaya pengelolaan portofolio dan pengembangan pasar SBSN. Beberapa hal yang melatarbelakangi pelaksanaan riset ini adalah likuiditas SBSN di pasar sekunder yang masih perlu ditingkatkan, belum optimalnya partisipasi dari investor syariah, serta perlu digalinya informasi dari pelaku pasar terkait preferensi instrumen dan tenor SBSN yang diminati, PSAK 110, Green Shoe Option (GSO) dan switching SBSN.

11. Development of Market Infrastructures

In order to develop the market infrastructure, in 2015, the Directorate of Sharia Financing in conjunction with the Information Technology Section of the Directorate of Accounting and Settlement Evaluation and Bank Indonesia developed the SBSN Auction Decision Support System to comply with the Second Generation BI-SSSS system. In addition, together with Information Technology Sub-directorate and Directorate of Accounting and Settlement Evaluation, a Sukuk Issuance Decision Support System will also be developed to allow single investors to perform multiple bids with the total nominal value below the maximum limit of Rp 5 billion.

12. Pre-Marketing of SR-007 Series Retail SukukIn order to disseminate information on the planned issuance of National Retail Sukuk to potential investors and the general public, the Directorate of Sharia Financing conducted a pre-marketing of SR-007 Series Retail Sukuk. The pre-marketing activity was organized by the Directorate of Sharia Financing in cooperation with the Indonesian Stock Exchange, Selling Agents, and the Bureau of Communication and Information Services, Secretariat General of the Ministry of Finance. For the issuance of SR-007 Series Retail Sukuk in 2015, pre-marketing was implemented in six cities in Indonesia on January 8 until February 12, 2015 in Banjarmasin, Bengkulu, Dumai, Kupang, Palu, and Kudus.

13. Publications and Press Releases

To provide data and information to the public regarding SBSN, the Directorate of Sharia Financing has conducted a wide range of publications in the form of uploaded documents on the Ministry of Finance web site, brochures, banners and various other forms of publication. Publications and Press Releases in the context of transparency of SBSN management aims to maintain and enhance the credibility of SBSN management to maintain public confidence in the execution of SBSN issuance and provide pertinent information to the public on SBSN management in a transparent manner.

In 2015, there were some 130 publications and press releases, with 76 publications on SBSN issuance, 48 publications on SBSN Domestic Ownership, and 6 other publications. Throughout 2015, the Directorate of Sharia Financing has also compiled 12 reports on the analysis of public opinion.

12. Research on Investor Preferences and the Potential of Securities MarketIn 2015, the Directorate of Sharia Financing conducted a research on Investor Preferences and Potential SBSN Demand in 2016 as part of SBSN portfolio management and market development. Factors underlying this research is the liquidity of SBSN in the secondary market that still needs to be improved, suboptimal participation of sharia investors, as well as the need of opinions from market actors on instrument preferences and SBSN interest terms, SFAS 110, Green Shoe Option (GSO) and SBSN switching.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 117

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 122: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Secara umum, tujuan penyelenggaraan riset adalah untuk untuk menggali masukan atau feedback dari para investor SBSN sehingga dapat diperoleh gambaran dari 3 (tiga) hal penting yaitu: (1) persepsi dan preferensi investor terhadap produk SBSN, (2) kinerja pengelolaan SBSN selama tahun 2015 dari sudut pandang investor, dan (3) potensi permintaan SBSN yang diterbitkan secara lelang tahun 2016.

Riset ini dilaksanakan selama 6 bulan, yaitu Juni s.d Desember 2015. Pengumpulan data riset dilakukan melalui penyebaran kuesioner ke responden yang dipilih berdasarkan kepemilikannya atas SBSN per akhir Juli 2015 minimal sebesar Rp 10 miliar, atau pernah melakukan aktivitas transaksi SBSN (baik jual maupun beli) di sepanjang bulan Agustus 2014 s.d. Juli 2015 minimal sebesar Rp 20 miliar. Dari populasi sebanyak 150 institusi, diperoleh 66 kuesioner responden yang dianggap memenuhi kriteria, untuk kemudian diolah untuk memperoleh gambaran mengenai preferensi investor dan potensi permintaan SBSN.

Adapun beberapa kesimpulan yang diperoleh dari riset tersebut adalah:a. Target penyerapan melalui lelang SBSN pada tahun 2016

diperkirakan dapat dipenuhi berdasarkan perhitungan potensi permintaan investor.

b. Tenor SBSN yang paling diminati adalah tenor pendek (s.d. 5 tahun).

c. Likuiditas SBSN di pasar sekunder masih relatif kurang baik, sehingga Pemerintah perlu terus menambah oustanding SBSN, memberikan imbalan yang menarik dan menambah sosialisasi kepada masyarakat.

d. Hanya sedikit responden yang berminat mengikuti switching SBSN.

e. Pencatatan SBSN terkait PSAK 110 tidak lagi menjadi masalah bagi investor.

15. Inisiatif Strategis Tahun 2015

Pada tahun 2015, inisiatif strategis Direktorat Pembiayaan Syariah adalah sebagai berikut:

a. Penyusunan kajian atas efektivitas penerapan Dealer Utama Hal-hal yang telah dilaksanakan dalam rangka pencapaian inisiatif strategis tersebut adalah sebagai berikut:1. Menyusun kajian mengenai desain PD’s.2. Pembahasan dengan pelaku pasar mengenai design

privilige yang akan diberikan kepada peserta lelang.3. Penyusunan fungsi-fungsi dealership & market maker

direncanakan secara bertahap dengan voluntery basis.4. Formalisasi pelaksanaan fungsi-fungsi PD’s dalam

bentuk kelembagaan direncanakan akan dimulai tahun 2016.

b. Penyusunan kajian atas seri benchmark SBSNHal-hal yang telah dilaksanakan dalam rangka pencapaian inisiatif startegis tersebut adalah sebagai berikut:1. Menyusun kajian mengenai seri benchmark SBSN.2. Pada tahun 2015 telah mulai dilakukan penyiapan

benchmark series SBSN yaitu pada SBSN area 2 tahun. Sepanjang 2015 telah dilaksanakan reopening issuance policy atas SBSN PBS 008 dengan tenor 1,5 tahun (dari Januari s.d. September).

In general, the aim of the research is to obtain feedback from SBSN investors to obtain an overview of three (3) major issues: (1) the perception and preference of investors on the SBSN product, (2) the performance of SBSN management in 2015 from the standpoint of investors, and (3) the potential demand of SBSN issued by auction in 2016.

This research was conducted over 6 months, from June to December 2015. The data collection was conducted by distributing questionnaires to the respondents, which were selected based on an ownership of SBSN per end of July 2015 of at least Rp 10 billion, or conducted SBSN transaction activity (either sale or purchase) of at least Rp 20 billion within the period of August 2014 until July 2015. From a population of 150 institutions, 66 questionnaire respondents were deemed eligible, to then be analyzed to produce an overview of investor preferences and SBSN demand potential.

The conclusions derived from the research are: a. The target SBSN absorption through auctions in 2016 is

expected to be met, according to the calculation of the potential investor demand.

b. The most attractive SBSN term is short-term (up to 5 years).

c. SBSN liquidity in the secondary market is still relatively poor, so the government needs to continue adding oustanding SBSN, attractive rewards, and increase dissemination to the public.

d. Only a small proportion of respondents are interested in SBSN switching.

e. SBSN accounting related to SFAS 110 is no longer problematic for investors.

15. 2015 Strategic Iniciative

In 2015, the strategic initiatives of the Directorate of Sharia Financing are as follows:

a. Analysis on the Effectiveness of Main Dealer ImplementationActivities conducted in order to achieve the strategic initiative are as follows:1. Conducting studies on the design of PDs.2. Discussions with market actors regarding design privileges

to be awarded to a bidder. 3. Gradual preparation of dealership and market maker

functions on a voluntary basis. 4. The formalization of PD’s functions in an institutional form

is planned to start in 2016.

b. Analysis on SBSN Benchmark SeriesActivities conducted in order to achieve the strategic initiative are as follows:1. Conducting studies on SBSN benchmark series. 2. In 2015, preparations were made for the implementation

of SBSN benchmark series, which is the 2-year area SBSN. Throughout 2015 a reopening issuance policy was implemented on SBSN PBS 008 with a term of 1.5 years (from January to September).

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015118

Page 123: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

3. Bulan Oktober telah diterbitkan seri SBSN PBS 009 dengan tenor 2 tahun.

4. Pada periode selanjutnya akan tetap dilakukan penerbitan SBSN dengan tenor 2 tahun sebagai penyiapan benchmark series.

3. On October 2015, SBSN series PBS 009 was issued with a term of 2 years.

4. In subsequent periods, 2-year term SBSN will continue to be issued as a setup for the benchmark series.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 119

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 124: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

E. Pengelolaan Risiko Keuangan Negara State Financial Risk ManagementPerubahan kondisi perekonomian global maupun domestik yang dinamis telah memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap peningkatan tekanan pada Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN). Dalam rangka menjaga kesinambungan keuangan negara dan mengurangi dampak meningkatnya beban APBN, diperlukan pengelolaan risiko keuangan negara yang efektif dan sistematis.

Pengelolaan risiko keuangan dilaksanakan melalui identifikasi risiko keuangan yang ada saat ini maupun yang mungkin terjadi dimasa depan, serta menyiapkan langkah antisipasi untuk menghadapi exposure risiko melalui pemilihan kebijakan dan/atau instrumen mitigasi yang tepat.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 206/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, fungsi pengelolaan risiko keuangan negara pada Kementerian Keuangan dilaksanakan oleh Direktorat Pengelolaan Risiko Keuangan Negara (PRKN). Ruang lingkup tugas Direktorat PRKN antara lain mencakup pengelolaan risiko dukungan dan jaminan pemerintah, risiko jaminan sosial, risiko politik dan tuntutan hukum, risiko penugasan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), risiko lembaga keuangan, serta risiko aset dan kewajiban negara.

Sebagai unit baru di bawah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), tahun 2015 menjadi tantangan bagi Direktorat PRKN untuk melaksanakan pengelolaan risiko secara efektif sekaligus mengembangkan metode (tools) dalam pengelolaan risiko. Tantangan yang terbesar adalah dengan semakin meningkatnya kewajiban kontinjensi pemerintah, khususnya yang disebabkan oleh kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur Pemerintah.

Selama tahun 2015, pengelolaan risiko keuangan negara secara umum telah dilaksanakan dengan baik. Beberapa output utama pengelolaan risiko keuangan negara pada tahun 2015, adalah sebagai berikut:

The dynamic global and domestic economic conditions incurred a significant pressure on the state budget. In order to maintain the national financial sustainability and reduce the impact of burden on the state budget, an effective and systematic state financial risk management strategy is necessary.

Financial risk management is carried out through the identification of financial risks that exist today or that may occur in the future, as well as preparing measures to anticipate the risk of exposure through the selection of policies and appropriate mitigation instruments.

Based on the Minister of Finance Regulation (PMK) Number 206 / PMK.01 / 2014 on the Organization and Administration of the Ministry of Finance, the Ministry’s financial risk management function is carried out by the Directorate of State Financial Risk Management (PRKN). The scope of duties of the Directorate include the management of support risks and government securities, social security risk, political risk and litigation, assignment risk of State-Owned Enterprises (SOEs), risk of financial institutions, and the risk of state assets and liabilities.

As a new unit under the Directorate General of Financing and Risk Mitigation (DJPPR), 2015 became a challenge for the Directorate of State Financial Risk Management to implement effective risk management strategies and develop new tools in risk management. The biggest challenge is the increasing government contingency liabilities, especially those caused by the government infrastructure development acceleration policies.

During 2015, the state financial risk management in general have been improved. Some of the main outputs of the state financial risk management in 2015, are as follows:

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015120

Page 125: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

1. Pengungkapan Risiko Fiskal pada Nota Keuangan APBN Tahun Anggaran (TA) 2016

Pengungkapan Risiko Fiskal pada Nota Keuangan APBN telah dilaksanakan sejak tahun 2008. Dengan adanya Pengungkapan Risiko Fiskal diharapkan dapat meningkatkan kesadaran seluruh stakeholder atas risiko fiskal, meningkatkan transparansi dan akuntabilitas fiskal, serta mendukung kesinambungan fiskal. Pengungkapan Risiko Fiskal secara garis besar memuat pengungkapan risiko, mitigasi risiko, pengukuran probabilitas dan eksposur risiko, dan proyeksi tahun yang akan datang. Pernyataan risiko fiskal Pemerintah Indonesia telah mendapatkan apresiasi dari IMF dalam Report on the Observance of Standards and Codes (ROSC) - Fiscal Transparency Module (update tahun 2010), dimana Indonesia disebut sebagai salah satu pionir dalam penyusunan risiko fiskal.

Sumber risiko fiskal yang dicantumkan dalam Bagian III, Nota Keuangan APBN TA 2016 dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu risiko deviasi APBN, risiko kewajiban kontinjensi Pemerintah Pusat, dan risiko fiskal tertentu. Ikhtisar sumber risiko fiskal tahun 2016 ditunjukkan dalam Tabel berikut.

1. Fiscal Risk Disclosure on the Financial Budget Memorandum for Fiscal Year 2016

Fiscal Risk Disclosure on the State Budget Financial Memorandum has been implemented since 2008. The Fiscal Risk Disclosure is expected to improve stakeholders’ awareness on fiscal risks, increase transparency and fiscal accountability, and support fiscal sustainability. Fiscal Risk Disclosure outlines the disclosure of risks, risk mitigation, risk exposure and probability measurements, and projections for the following year. The Indonesian government’s statement of fiscal risks has received appreciation from the IMF in the Report on the Observance of Standards and Codes (ROSC) - Fiscal Transparency Module (updated in 2010), where Indonesia was stated as one of the pioneers in the preparation of fiscal risks.

Sources of fiscal risk stated in part III of the 2016 State Budget Financial Memorandum are grouped into 3 (three) sources, namely budget deviation risks, risk of central government contingent liabilities, and specific fiscal risks. An overview of the fiscal risk sources in 2016 is shown in the following table.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 121

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 126: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Keterangan:(1) sumber risiko fiskal di tahun 2008(2) sumber risiko fiskal di tahun 2010-2012(3) sumber risiko fiskal di tahun 2010-2013(4) sumber risiko fiskal mulai tahun 2013(5) sumber risiko fiskal mulai tahun 2015Sumber : Bagian III, Nota Keuangan APBN TA 2016

2. Analisis dan Penyampaian Rekomendasi Mitigasi Risiko

Salah satu output utama dalam pengelolaan risiko keuangan negara adalah adanya rekomendasi mitigasi risiko atas program/kebijakan pemerintah yang dapat memberikan dampak kepada APBN, yang antara lain meliputi risiko kewajiban kontinjensi, risiko tuntutan hukum, dan risiko atas kinerja BUMN. Proses penyusunan rekomendasi mitigasi risiko dilakukan melalui pengumpulan dan pengolahan data risiko serta identifikasi dan evaluasi risiko. Rekomendasi mitigasi risiko diusulkan kepada Menteri Keuangan untuk mendapatkan persetujuan, dan selanjutnya disampaikan kepada stakeholder atau pihak terkait. Pelaksanaan rekomendasi yang telah disampaikan kemudian dipantau dan direviu kembali.

Pada tahun 2015, rekomendasi mitigasi risiko yang disampaikan secara umum terkait dengan jaminan sosial, asuransi pertanian, penjaminan pemerintah, dan penyusunan kerangka kerja pengelolaan aset dan kewajiban negara. Rincian jenis rekomendasi yang telah disampaikan, yaitu sebagai berikut:a. Simulasi perhitungan besaran iuran Jaminan pensiun;b. Simulasi perhitungan besaran iuran Jaminan Kesehatan;c. Pelaksanaan Asuransi Pertanian secara nasional;d. Kendala pelaksanaan Program Asuransi Pertanian tahun

2015;e. Mekanisme penjaminan kepada PT. Sarana Multi

Infrastruktur atas penyaluran pinjaman ke Pemerintah Daerah;

f. Penjaminan pemerintah atas pinjaman PT. Hutama Karya untuk proyek Tol Trans Sumatera;

g. Pengalihan Barang Milik Negara sebagai Objek Pengadaan Tanah Untuk Proyek Ketenagalistrikan;

h. Dampak besaran subsidi listrik RAPBN-P 2015;i. Rekomendasi Paket Kebijakan Fiskal 2015;j. Penggunaan dana CTF (Clean Technology Fund) untuk

Pembiayaan Eksplorasi Panas Bumi;k. Perumusan kebijakan pemanfaatan panas bumi dengan

Fasilitas Dana Geothermal (FDG);l. Penetapan Rancangan Keputusan Menteri Keuangan

(KMK) tentang Penugasan Khusus kepada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia Untuk Menyediakan Pembiayaan Ekspor Produk Gerbong Penumpang Kereta Api;

m. Rekomendasi Penugasan Khusus Ekspor serta Permohonan Penetapan Rancangan KMK tentang Penugasan Khusus Kepada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia Untuk Mendukung Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah Tahun 2015;

n. Penyusunan Nota Kesepahaman mengenai Kerangka Kerja Pengelolaan Aset dan Kewajiban Negara;

o. Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) tentang Dukungan Likuiditas terhadap badan usaha penjaminan infrastuktur dalam rangka pemberian jaminan pemerintah proyek infrastruktur.

Note:(1) Fiscal risk source in 2008(2) Fiscal risk source in 2010-2012(3) Fiscal risk source in 2010-2013(4) Fiscal risk source from 2013(5) Fiscal risk source from 2015Source: Part III, 2016 State Budget Financial Memorandum

2. Analysis and Submission of Risk Mitigation Recommendations

One of the main outputs of the state financial risk management is the risk mitigation recommendations on government programs / policies that may affect the state budget, which include the risk of contingent liabilities, the risk of litigations, and risks arising from the performance of state-owned enterprises. The drafting of risk mitigation recommendations is done through data collection and processing as well as the risk identification and risk evaluation. Proposed risk mitigation recommendations are submitted to the Minister of Finance for approval, then subsequently submitted to stakeholders or related parties. Implementation of the recommendations were monitored and reviewed.

In 2015, risk mitigation recommendations that were submitted generally deals with social insurance, agricultural insurance, government guarantees, and the preparation of state asset and liability management frameworks. Details of the recommendations that have been submitted, are as follows: a. Simulated calculation of the amount of pension

contributions; b. Simulated calculation of the amount of health insurance

premiums; c. Implementation of the nationwide Agricultural Insurance; d. Problems on the implementation of the Agricultural

Insurance Program in 2015; e. Assurance mechanisms to PT. Sarana Multi Infrastruktur

on lending to regional governments; f. The government guaranteeon PT. Hutama’s loan to the

Trans Sumatra toll road project; g. Transfer of State Property as an object of Land Acquisition

for Electrification Projects; h. The impact of electricity subsidy in the 2015 Revised State

Budget; i. Recommendations on the 2015 Fiscal Policy Package;j. Use of Clean Technology Fund for Geothermal Exploration

Financing; k. Policy formulation for the utilization of geothermal energy

with Geothermal Fund Facility (FDG); l. Establishment of the Minister of Finance Decree (KMK) on

Special Assignments to the Indonesian Export Financing Agency to Support the Government’s 2015 Economic Policies Package;

m. Recommendations on Export Special Assignment and Request for the Establishment of Minister of Finance Decree on Special Assignments to the Indonesian Export Financing Agency to Support the 2015 Economic Policies Package;

n. Drafting of a Memorandum of Understanding on State Asset and Liability Management Frameworks;

o. Drafting of the Minister of Finance Regulation (PMK) on Liquidity Support for infrastructure guarantee enterprises for the provision of government guarantees for infrastructure projects;

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015122

Page 127: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

3. Penyusunan Landasan Hukum Pengelolaan Risiko Keuangan Negara

Pengelolaan risiko keuangan negara yang semakin berkembang memerlukan landasan hukum dalam pelaksanaannya, khususnya dengan adanya isu dan kebijakan pada tahun 2015 terkait percepatan proyek infrastruktur (antara lain kelistrikan dan pembangunan jalan tol Trans Sumatera), perubahan skema perhitungan subsidi listrik, dan Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah Tahun 2015.

Beberapa peraturan yang telah diterbitkan pada tahun 2015, yaitu:a. Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2015 tentang

Jaminan Pemerintah Pusat atas Pembiayaan Infrastruktur melalui Pinjaman Langsung dari Lembaga Keuangan Internasional kepada Badan Usaha Milik Negara;

b. PMK Nomor 189/PMK.08/2015 tentang Tata Cara Pemberian dan Pelaksanaan Jaminan Pemerintah atas Pembiayaan Infrastruktur melalui Pinjaman Langsung dari Lembaga Keuangan Internasional kepada Badan Usaha Milik Negara;

c. PMK Nomor 195/PMK.08/2015 tentang Tata Cara Penghitungan, Pengalokasian, Pembayaran, dan Pertanggungjawaban Subsidi Listrik;

d. PMK Nomor 134/PMK.08/2015 tentang Penugasan Khusus Kepada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia;

e. KMK Nomor 1231/KMK.08/2015 tentang Penugasan Khusus kepada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia untuk Mendukung Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah Tahun 2015;

f. PMK 253/PMK.08/2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Jaminan untuk Percepatan Proyek Pembangunan Jalan Tol di Sumatera.

4. Penerbitan Dukungan dan Penjaminan Pemerintah Tahun 2015

Penerbitan Penjaminan Pemerintah dilaksanakan sebagai salah satu upaya untuk dalam mendukung percepatan pembangunan infrastruktur. Pemberian jaminan dilakukan untuk memberikan kepastian keamanan dana yang diinvestasikan dalam mendukung percepatan pembangunan infrastruktur tersebut, yang diselenggarakan berdasarkan Perjanjian Kerjasama atas risiko-risiko yang diakibatkan oleh tindakan pemerintah, khususnya risiko fiskal dan risiko terjadinya gagal bayar (default). Jaminan Pemerintah diterbitkan setelah dilakukan evaluasi kelayakan proyek dan perjanjian kerjasama, analisis risiko jaminan terhadap kapasitas fiskal, serta penyampaian rekomendasi kepada Menteri Keuangan. Melakukan monitoring dan evaluasi atas kinerja (performance) proyek dan kondisi keuangan pihak terjamin.

Sampai dengan akhir tahun 2015, telah diterbitkan 57 surat jaminan, baik yang berupa jaminan kredit maupun jaminan investasi, dengan rincian sebagai berikut:

3. Preparations of the Legal Basis for State Financial Risk Management

A growing state financial risk management requires a solid legal basis for its implementation, especially with issues and policies in 2015 regarding the acceleration of infrastructure projects (among others, electricity and the Trans Sumatra highway construction), changes in calculation schemes of electricity subsidies, and the 2015 Economic Policy Package. Several regulations have been published in 2015, namely:

a. Presidential Regulation No. 82 Year 2015 on the Central Government Guarantee on Infrastructure Financing through Direct Loans from International Financial Institutions to State Owned Enterprises;

b. Minister of Finance Regulation Number 189 / PMK.08 / 2015 on Procedures for Granting and Implementing Government Guarantee on Infrastructure Financing through Direct Loan from International Financial Institutions to State Owned Enterprises;

c. c. Minister of Finance Regulation Number 195 / PMK.08 / 2015 on Procedures for Calculation, Allocation, Payment, and Accountability of Electricity Subsidy;

d. Minister of Finance Regulation Number 134 / PMK.08 / 2015 on Special Assignments to the Indonesian Export Financing Agency;

e. Minister of Finance Decree No. 1231 / KMK.08 / 2015 on Special Assignments to the Indonesian Export Financing Agency to Support 2015 Economic Policy Package;

f. Minister of Finance Regulation Number 253 / PMK.08 / 2015 on Implementation Procedures for Granting Guarantee for the Acceleration of the Highway Development Project in Sumatra.

4. Issuance of Government Support and Guarantees in 2015 Government guarantee issuance was carried out as an effort to support the acceleration of infrastructure development. The provision of guarantees assures the security of funds invested in supporting the acceleration of infrastructure development, organized by the Cooperation Agreement on the risks of government action, in particular fiscal risks and the risk of default. Government guarantees were issued after the evaluation of project feasibility and cooperation agreements, guarantee risk analysis against fiscal capacity, submission of recommendations to the Minister of Finance, monitoring and evaluation of project performance, and the financial condition is assured.

As of the end of 2015, the government has issued 57 letters of guarantee, either in the form of credit or investment guarantees, with details as follows:

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 123

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 128: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Keterangan:Belum terdapat nilai outstanding untuk Penjaminan Investasi hingga triwulan IV tahun 2015, dikarenakan belum tercapainya Financial Close (FC) untuk proyek Central Java Power Plant (CJPP) yang merupakan proyek KPU dan belum adanya realisasi penjualan tenaga listrik dan proyek IPP ke PT. PLN. Sumber: Pengelolaan Kewajiban Kontinjensi Triwulan IV 2015, DJPPR

Sedangkan dukungan dan jaminan Pemerintah yang diterbitkan tahun 2015, yaitu:a. Penerbitan 2 Surat Jaminan Kelayakan Usaha (SJKU)

PLTP Ijen dan PLTU Kalimantan Timur;b. Surat Jaminan PLTU Riau (FTP I);c. Penerbitan Consent Letter PLTA Semangka;d. Penugasan Khusus kepada Lembaga Pembiayaan

Ekspor Indonesia (LPEI) untuk menyediakan pembiayaan Ekspor Produk Gerbong Penumpang Kereta Api;

e. Penugasan Khusus kepada LPEI untuk mendukung Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah Tahun 2015;

f. Perjanjian Jaminan antara Pemerintah dengan Asian Development Bank (ADB) untuk menjamin pinjaman langsung dari ADB kepada PT. PLN (Persero) proyek Penguatan Jaringan Kelistrikan Sumatera.

Note:There is no outstanding value for Investment Guaranteesup to the fourth quarter of 2015, because the Financial Close (FC) for the Central Java Power Plant (CJPP) project had not been achieved, which is a project of the KPUand the lack of realization of the sale of electricity and IPP projects to PT. PLN.Source: 2015 Fourth Quarter Contingency Liability Management, Directorate General of Financing and Risk ManagementAs for government support and guarantees issued in 2015, were:a. Issuance of 2 Feasibility Guarantee Letters (SJKU) for the

Ijen Geothermal Power Plant and East Kalimantan Steam Power Plant;

b. Guarantee Letter for the Riau Steam Power Plant (FTP-1);c. Issuance of Consent Letter for the Semangka Hydroelectric

Power Plant;d. Special Assignment to the Indonesian Export Financing

Agency (LPEI) to provide financing for Passenger Train Carriage Product Export;

e. Special Assignment to the LPEI to support the Government’s 2015 Economic Policy Package;

f. Guarantee Agreement between the government and the Asian Development Bank (ADB) to guarantee direct loans from the ADB to PT. PLN (Persero) for the Sumatera Power Network Reinforcement Project.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015124

Page 129: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

5. Penyusunan Konsep Kerangka Kerja Pengelolaan Risiko Aset dan Kewajiban Negara (Asset Liability Management-ALM) pada Neraca Negara

Pengelolaan risiko berbasis ALM dilaksanakan untuk dapat memberikan gambaran secara menyeluruh (holistik) terkait kondisi risiko keuangan. Pengelolaan risiko di tingkat negara dilakukan melalui konsolidasi Neraca Negara yang terdiri dari Neraca Pemerintah Pusat, Neraca Bank Sentral (Bank Indonesia), Neraca BUMN dan lembaga seperti BPJS, LPS, dan LPEI.

Pengelolaan risiko pada Neraca Negara bertujuan untuk mengelola risiko jangka pendek seperti risiko likuiditas dan risiko pasar, sekaligus untuk mengelola risiko jangka panjang berupa kesinambungan keuangan negara. Tahapan awal dalam rangka pengelolaan risiko tersebut dilaksanakan melalui antara pengelolaan Neraca Pemerintah dan Neraca Bank Sentral, khususnya berkaitan dengan pengelolaan risiko likuiditas dan risiko pasar terutama yang terkait eksposur valuta asing.

Dalam rangka pelaksanaan koordinasi pengelolaan risiko aset dan kewajiban negara yang optimal pada Neraca Negara, diperlukan sebuah kerangka kerja yang mengatur tata kelola dan mekanisme koordinasi antara pengelola fiskal (Pemerintah) dan moneter (Bank Indonesia). Dalam proses penyusunan kerangka kerja ALM Negara tersebut, pada tahun 2015 telah mulai dilakukan penyusunan konsep Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding-MoU) antara Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia. Penandatanganan atas MoU tersebut ditargetkan akan dilaksanakan pada tahun 2016.

Secara umum, hal-hal yang telah dilakukan pada tahun 2015 adalah sebagai berikut :a. Pembentukan Direktorat Pengelolaan Risiko Keuangan

Negara (Dit.PRKN) dan unit Eselon III di bawahnya, yaitu Subdit Pengelolaan Risiko Aset dan Kewajiban Negara, yang bertugas merumuskan kebijakan dibidang pengelolaan risiko keuangan negara dan melaksanakan pengelolaan Rrisiko keuangan Negara, termasuk dalam menyusun kerangka kerja ALM Negara.

b. Identifikasi ruang lingkup ALM Negara dan pelaksanaan koordinasi awal dengan beberapa unit Eselon II terkait di lingkungan Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia.

c. Persetujuan ijin prinsip dari Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia terhadap penyusunan MoU.

6. Tantangan Pengelolaan Risiko Keuangan Negara ke Depan

Peningkatan kewajiban kontinjensi pemerintah, baik eksplisit maupun implisit, memberikan tantangan yang cukup besar dalam pengelolaan risiko keuangan negara. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya percepatan pembangunan infrastruktur yang membutuhkan dana yang besar, sedangkan di sisi lain pembiayaan dari APBN hanya dialokasikan sekitar 20%. Adanya kebutuhan dana tersebut memerlukan inovasi pembiayaan dengan melibatkan partisipasi dari BUMN dan swasta.

5. Preparation of Concept Framework for Asset Liability Management (ALM) in the State Balance.

ALM-based risk management was implemented to provide a holistic picture regarding the condition of financial risks. Risk management at the state level is done through the consolidation of the State Balance consisting of the Central Government Balance, Central Bank (Bank Indonesia) Balance, Balance of State-Owned Enterprises and institutions such as BPJS, LPS, and LPEI.

Risk management in the State Balance aims to manage short-term risks such as liquidity risks and market risks, as well as to manage the risks in the long-term sustainability of public finance. The early stages of the risk management framework were implemented by the management of the Government Balance and Central Bank Balance, particularly with regard to the management of liquidity risk and market risk exposure related to foreign exchange.

In order to coordinate an optimal risk management of State Balance assets and liabilities, a framework that regulates the governance and coordination mechanisms between fiscal (government) and monetary (Bank Indonesia) managers is necessary. In the process of preparing the State ALM framework, in 2015, a memorandum of understanding (MoU) was drafted between the Ministry of Finance and Bank Indonesia. The MoU signing is targeted in 2016.

In general, steps taken to prepare the State ALM Framework in 2015 are as follows: a. Establishment of the Directorate of State Financial Risk

Management (Dit.PRKN) and a Third Echelon unit under the directorate, the Sub-Directorate of State Asset and Liability Risk Management, which is responsible for formulating and implementing policies in state financial risk management, including preparing the framework of State ALM;

b. Identification of the scope and implementation of the State ALM and establishing an early coordination with several related Second Echelon units in the Ministry of Finance and Bank Indonesia;

c. Approval of primary licensefrom the Minister of Finance and the Governor of Bank Indonesia for the preparation of the MoU.

6. Challenges in Future Financial Risk Management

Increased government contingent liabilities, explicitly or implicitly, may cause considerable challenges in state financial risk management. This is primarily due to the acceleration of infrastructure development which requires substantial funds, while on the other hand, the allocated funding amounted to only 20% of the state budget. These funding needs requires innovation in financing with the participation of state-owned enterprises and private companies.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 125

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 130: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Fasilitas dukungan pemerintah yang diberikan kepada pihak-pihak tersebut tentunya dapat menimbulkan risiko yang cukup tinggi, yang berupa risiko likuiditas (atas pemenuhan kebutuhan Penyertaan Modal Negara serta fasilitas Viability Gap Fund dan Project Development Facility) maupun risiko kredit (risiko gagal bayar/default) atas pemberian jaminan pemerintah. Isu-isu lainnya, seperti perubahan skema perhitungan subsidi listrik menggunakan Performance Based Regulatory (PBR) dan peningkatan partisipasi jaminan sosial, juga menjadi tantangan ke depan dalam pengelolaan risiko keuangan negara.

Ruang lingkup pengelolaan risiko yang semakin berkembang tersebut memerlukan adanya kerangka pengelolaan risiko yang efektif serta didukung dengan sumber daya manusia yang kompeten dan memadai. Dalam rangka menghadapi tantangan tersebut, pada tahun 2016 ditargetkan dapat disusun kerangka pengelolaan kewajiban kontinjensi serta menyelesaikan penyusunan kerangka ALM Negara, yang akan menjadi kerangka pengelolaan risiko yang komprehensif.

Government support given to these parties could certainly pose a high risk, in the form of liquidity risk (on the fulfillment of the State Capital Investment and Viability Gap Fund and Project Development Facilities) and credit risk (the risk of default) on the provision of government guarantees. Other issues, such as changes in electricity subsidy calculation scheme using Performance Based Regulatory (PBR) and the increased participation of social security, also contribute to challenges in future state financial risk management.

The growing scope of risk management requires an effective risk management framework, supported by adequate and competent human resources. In order to face these challenges, the contingent liability management framework and the State ALM framework were slated for completion in 2016, which will be integrated into a comprehensive risk management framework.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015126

Page 131: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

F. Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan InfrastrukturManagement of Government Support and Infrastructure FundingDirektorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan yang secara resmi dibentuk pada tahun 2014 berdasarkan KMK Nomor 206 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Laksana Kementerian Keuangan dijalankan dengan struktur yang terdiri dari 3 Subdirektorat yakni: Penyiapan Proyek KPBU, Evaluasi Dukungan Pemerintah, dan Persetujuan Dukungan Pemerintah.

Subdirektorat Penyiapan Proyek melaksanakan identifikasi proyek kerja sama pemerintah dengan badan usaha dan penyediaan fasilitas pendanaan untuk bantuan teknis (Project Development Fund) berupa penyiapan kajian akhir Prastudi Kelayakan (Final Business Case) dan pendampingan transaksi proyek Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) atau Kerja sama Pemerintah dan Swasta (KPS) pada sektor sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Subdirektorat Evaluasi Dukungan Pemerintah melaksanakan analisis dan evaluasi dalam rangka pemberian fasilitas dukungan pemerintah pada proyek KPBU pada sektor sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Subdirektorat Persetujuan Dukungan Pemerintah melaksanakan penyusunan rekomendasi persetujuan pengadaan badan usaha dalam rangka kerja sama Pemerintah dengan Badan Usaha pada sektor sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sesuai dengan capaian indikator kinerja Direktorat tahun 2015, secara umum Direktorat PDPPI telah memenuhi target pemenuhan dukungan pemerintah atas proyek infrastruktur prioritas, penyusunan peraturan, dan penyediaan Dukungan Kelayakan atau VGF maupun PDF. Dalam tahun 2015 beberapa proyek mendapatkan penanganan terkait penggunaan skema KPBU dan pemberian dukungan pemerintah seperti:

1. Dikeluarkannya persetujuan besaran Dukungan Kelayakan untuk Proyek SPAM Umbulan berdasarkan Surat Menteri Keuangan kepada Gubernur Provinsi Jawa

The Directorate of Government Support and Financing Management was officially formed in 2014 by the Minister of Finance Decree No. 206 of 2014 on the Organization and Procedure of the Ministry of Finance, consisting of three sub-directorates, namely the Sub-directorate of KPBU Project Preparation, Sub-directorate of Government Support Evaluation and Sub-directorate of Government Support Approval.

The Sub-directorate of Project Preparation’s primary function is to identify cooperation projects between the government and business entities (KPBU), provide financing facilities for technical assistance (Project Development Fund) in the form of Feasibility Pre-study final review(Final Business Case), and accompany transactions in cooperation projects between the government and business entities or Public Private Partnership (PPP) in sectors stipulated in the legislation.

The Sub-directorate of Government Support Evaluation conducts analysis and evaluation in the context of government support issuance for KPBU projects in sectors stipulated in the legislation.

The Sub-directorate of Government Support Approval formulates recommendations and approval of business entity procurement in the context of government and business entity cooperation in sectors stipulated in the legislation. In accordance with the achievement of the Directorate’s 2015 performance indicators, the Directorate-General of PDPPI has met the government support target for priority infrastructure projects, drafting of regulations, and the provision of Feasibility Support or VGF or PDF. In 2015, some of the projects to be addressed related to the use of KPBU scheme and the provision of government support are:

1. Approval of the nominal of the Feasibility Support for SPAM Umbulan Project throughthe Minister of Finance Letter to the Governor of East Java Province No. S-759

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 127

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 132: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Timur Nomor S-759/MK.08/2015 tanggal 29 September 2015. Penyerahan secara simbolis persetujuan besaran tersebut telah dilakukan oleh Menteri Keuangan pada 7 Desember 2015 pada forum Investor Gathering 2015;

2. Dikeluarkannya persetujuan besaran Dukungan Kelayakan untuk Proyek SPAM Lampung melalui penerbitan Surat Menteri Keuangan kepada Walikota Bandar Lampung Nomor S- 362/MK.08/2015 tanggal 7 Mei 2015.

3. Telah diterbitkan persetujuan prinsip VGF untuk proyek SPAM Semarang Barat berdasarkan Surat Menteri Keuangan kepada Walikota Semarang Nomor S-353/MK.08/2015 tanggal 7 Mei 2015.

4. Dilaksanakannya penyusunan OBC untuk Proyek Kilang Minyak Bontang oleh PWC.

5. Potensi-potensi proyek Availability Payment seperti RS. Pringadi Medan, Stadion Olah Raga dan Aquatic Centre pada Provinsi Bali, Pembangunan RS di Sidoarjo, dan jalan provinsi di Sumatra Utara dengan jalur Tanjung Morawa-Saribu Dolok-Tongging, termasuk Palapa Ring.

6. Pleriminary discussion untuk pembangunan jalan tol di beberapa Pulau di Indonesia dengan jalur seperti:• Samarinda – Balikpapan• Manado – Bitung • Pandaan – Malang • Cileunyi – Sumedang – Dawuan

Selain teknis proyek, dalam melaksanakan skema KPBU dalam penyediaan infrastruktur Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur juga telah merampungkan penyusunan beberapa peraturan yang dapat menjadi payung hukum bagi penerapan skema KPBU maupun pemberian dukungan Pemerintah, yakni:

/ MK.08 / 2015 dated September 29, 2015. A symbolic handover of the approval was made by the Minister of Finance on December 7, 2015 in the 2015 Investor Gathering;

2. Approval of the nominal of the Feasibility Support for SPAM Lampung Project through the of Minister of Finance Letter to the Mayor of Bandar Lampung No. S-362 / MK.08 / 2015 dated May 7, 2015.

3. Approval of primary VGF for the SPAM Semarang Barat project through the Minister of Finance Letter to the Mayor of Semarang No. S-353 / MK.08 / 2015 dated May 7, 2015.

4. OBC drafting for the Bontang Oil Refinery Project by the PWC.

5. Potential Availability Payment projects such as RS. Pringadi Medan, Sports Stadium and Aquatic Centre projects in Bali, Hospital Development Project in Sidoarjo, and North Sumatra provincial roads with the route of Tanjung Morawa-Saribu Dolok-Tongging, including the Palapa Ring.

6. Pleriminary discussion for the construction of toll roads in some islands in Indonesia with routes of: • Samarinda – Balikpapan • Manado – Bitung • Pandaan – Malang • Cileunyi – Sumedang – Dawuan

In addition to the technical aspects of projects, in implementing the KPBU scheme for infrastructure provision, the Directorate of Government Support and Financing Infrastructure has also completed the compilation of several regulations that may become the legal basis for the implementation of the KPBU scheme and the issuance of government support, namely:

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015128

Page 133: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Terkait dengan reorganisasi Direktorat PDPPI, telah diubah juga KMK mengenai struktur komite VGF dan penunjukan KPA Penugasan PT. SMI untuk fasilitasi penyiapan proyek.

Mengenai pengelolaan dana penugasan PT. SMI untuk fasilitasi penyiapan proyek, pada tahun 2015 telah diselesaikan penggantian biaya penugasan PT.SMI untuk periode TA 2014 dan 2015, atas proyek SPAM Umbulan dan KA Bandara. Penggantian biaya penugasan tahun 2014 yang belum terbayar kerena kendala reorganisasi telah diselesaikan.

Pada 7 Desember 2015, telah dilaksanakan penyerahan secara simbolis surat persetujuan dukungan Pemerintah untuk pembiayaan proyek SPAM Umbulan Jawa Timur. Penyerahan tersebut dilakukan oleh Menteri Keuangan kepada Gubernur Jawa Timur di aula Gedung Dhanapala pada forum Investor Gathering 2015 yang diselenggarakan DJPPR. Dukungan Kelayakan yang diberikan kepada proyek KPBU SPAM Umbulan akan menjadi bagian dari nilai total pembiayaan proyek sebesar Rp.1,808 triliun yang akan didanai juga oleh ekuitas Badan Usaha yang dibentuk oleh konsorsium pemenang lelang dan pinjaman bank. Masa konsesi dari proyek ini sendiri adalah selama 25 tahun. Acara penyerahan simbolis ini sendiri diharapkan mampu memberikan keyakinan baik kepada calon investor maupun PJPK atas komitmen Pemerintah dalam membangun infrastruktur melalui proyek KPBU, di mana Pemerintah telah menghadirkan Dukungan Kelayakan sebagai instrumen untuk meningkatkan kelayakan finansial proyek yang masih marginal namun kehadirannya dibutuhkan bagi masyarakat luas. Serta untuk menyediakan layanan dengan tarif yang terjangkau bagi masyarakat.

Regarding the reorganization of the Directorate of PDPPI, the KMK on VGF committee structure and the appointment of KPA Assignment to PT. SMI to facilitate the preparation of projects was also amended. Regarding the fund management for the assignment of PT. SMI to facilitate the preparation of projects, in 2015, reimbursement for the assignment of PT.SMI for the period of FY 2014 and 2015 on the SPAM Umbulan Project and Airport Railway projects has been completed. Assignment fund reimbursements in 2014, which was unpaid due to reorganization issues had also been completed.

On December 7, 2015, a symbolic handover of the letter of approval of government support for the SPAM Umbulan East Java project was carried out. The handover was made by the Minister of Finance to the Governor of East Java in the Dhanapala Building auditorium on the 2015 Investor Gathering organized by the DJPPR. Feasibility support given to the SPAM Umbulan KPBU project will become part of the total project funding amounting Rp 1.808 trillion, which will be partially funded by Business Entity equities formed by winning auctioneers consortium and bank loans. The concession period of the project itself is over 25 years. This symbolic ceremony is expected to provide confidence to prospective investors and PJPK on the government’s commitment to build infrastructure through KPBU projects, in which the government has presented feasibility support as an instrument to improve the financial feasibility of projects and to provide services at an affordable rate for the community.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 129

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 134: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

G. Pelaksanaan Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen Implementation of Evaluation, Accounting, and Settlements

Pengelolaan pembiayaan yang dilaksanakan secara profesional, akuntabel, dan transparan dimaksudkan untuk mencapai kondisi keuangan negara yang sehat dan mempertahankan kemampuan negara dalam melaksanakan pembiayaan secara berkesinambungan. Pengelolaan pembiayaan yang tidak profesional akan berdampak negatif terhadap kondisi fiskal Pemerintah yang tercermin antara lain dalam ketidakmampuan Pemerintah membayar kewajiban utang secara tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran, membengkaknya kewajiban utang di luar perkiraan, dan terhambatnya kegiatan pemerintahan akibat tidak terjaminnya sumber pembiayaan. Selain itu, dampak selanjutnya dapat berupa menurunnya kepercayaan investor dan kreditor, terjadinya penurunan peringkat utang (sovereign credit rating), terhambatnya perkembangan pasar keuangan domestik, serta ekonomi biaya tinggi.

Sebagai gambaran, total jumlah nominal utang pada tanggal 31 Desember 2015 mencapai Rp 3.098,64 triliun. Jumlah utang yang relatif besar tersebut memerlukan pengelolaan secara cermat dan berhati-hati, karena utang mempunyai dimensi risiko yang berpotensi menimbulkan masalah terhadap kesinambungan fiskal, antara lain risiko nilai tukar, risiko tingkat bunga, dan risiko refinancing.

Posisi Utang Pemerintah Tahun 2010-2015

A professional, accountable, and transparent financial management is intended to achieve a healthy state finance and maintain the ability of the state to implement sustainable financing. Improper financial management will have a negative impact on the fiscal condition of the government which will be reflected in the government’s inability to pay its debt obligations on time, ballooning debt obligations exceeding estimates, and obstruction of governmental activities due to insecure financing sources. In addition, the subsequent impact may be declining investor and creditor confidence, debt downgrades (sovereign credit rating downgrade), inhibition of domestic financial market development, as well as high-cost economy.

As an illustration, the total nominal amount of debt per December 31, 2015 reached Rp 3,098.64 trillion. Such large amount of debt that will require careful management, because the debt has a dimension of risk which could potentially cause problems on fiscal sustainability, among others, exchange rate risk, interest rate risk, and the risk of refinancing.

Government Debt Position 2010-2015

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015130

Page 135: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Sumber : Buku Profil Utang Pemerintah Edisi Januari 2016Catatan:* Termasuk semi commercial #) Angka Sementara** Beberapa termasuk semi concessional ##) Termasuk SUN Valas Domestik*** Seluruhnya termasuk commercial

Oleh sebab itulah, pembiayaan APBN melalui utang harus didukung dengan pengelolaan berbagai risiko dimaksud melalui upaya antara lain dengan melakukan: debt securities buyback, loan prepayment, debt-switch/reprofiling, debt swap, restrukturisasi pinjaman, dan hedging.

1. Pelaksanaan evaluasi dan setelmen utang dan hibah

a. Pelaksanaan survey atas materi publikasi pembiayaan

Publikasi pembiayaan merupakan upaya penyampaian informasi terkait pembiayaan kepada publik dalam rangka mewujudkan pelaksanaan transaksi, pencatatan, dan pelaporan utang pemerintah yang professional, efektif, transparan, dan akuntabel. Publikasi ini dikeluarkan berdasarkan urgensi publikasi, kevalidan data publikasi, keefektifan publikasi dan updating publikasi serta ketepatan waktu publikasi. Jenis publikasi pembiayaan pada tahun 2015 terdiri dari:

b. Pelaksanaan edukasi dan komunikasi. Pada tahun 2015 Direktorat EAS melakukan 2 kegiatan sosialisasi dalam rangka memberikan pemahaman kepada stakeholders tentang mekanisme pengelolaan dan akuntansi hibah. Sosialisasi dilaksanakan sebanyak 2 kali di Yogyakarta, dan Denpasar. Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam atas pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan 191 PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pengelolaan Hibah dan Peraturan Menteri Keuangan nomor 230/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi Hibah.

Source: Government Debt Profile Book, January 2016 EditionNote:*) Includes semi-commercial #) Preliminary Figures**) Some include semi-concessional ##)Includes Domestic Forex SUN***) Entirely commercial

For that reason, state budget financing through debt must be supported with a variety of risk management through efforts such asdebt securities buyback, loan prepayment, debt-switch / reprofiling, debt swaps, restructuring loans, and hedging.

1. Implementation of the Evaluation and Settlement of Debt and Grants a. Implementation of Financing Publication MaterialsSurveyFinancing publication is an effort to deliver information related to financing to the public in order to realize the implementation of transaction, recording, and reporting of government debt that is professional, effective, transparent, and accountable. The publication is issued based on the urgency of publication, the validity of publication data, publication effectiveness, publication update, and publication timeliness. Financing publications issued in 2015 were:

b. Implementation of Education and CommunicationIn 2015, the Directorate of EAS organized 2 socialization events in order to provide insight to stakeholders on the mechanisms of management and accounting of grants. The events were held in Yogyakarta and Denpasar. These socialization events aimed to provide a deeper understanding on the implementation of the Minister of Finance Regulation No. 191 PMK.05 / 2011 on Grant Management Mechanism and Finance Minister Regulation No. 230 / PMK.05 / 2011 on Grant Accounting System.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 131

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 136: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Persentase pemahaman stakeholders terhadap pelaksanaan sosialisasi yang dilaksanakan oleh Direktorat EAS adalah sebesar 78.24% pada tahun 2015 dari target sebesar 75%.Pelaksanaan Edukasi dan komunikasi Dit. EAS

c. Penyelesaian registrasi dokumen perjanjian pinjaman dan hibah Penyelesaian registrasi dokumen perjanjian pinjaman dan hibah adalah penyelesaian permohonan penerbitan nomor register pinjaman dan hibah yang diajukan oleh kementerian/lembaga, dan Direktorat Pinjaman dan Hibah. Penyelesaian permohonan penerbitan nomor registrasi perjanjian pinjaman dan hibah tersebut harus diselesaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja efektif.

Jumlah penyelesaian registrasi dokumen yang dilakukan Dit. EAS s.d Desember 2015 adalah sebanyak 4.032 dokumen dengan indeks ketepatan waktunya mencapai 117.06 dari target 100.

Tantangan yang dihadapi dalam penyelesaian registrasi dokumen perjanjian pinjaman dan hibah antara lain keterlambatan penyampaian dokumen sumber serta kurang lengkapnya dokumen registrasi dan kurangnya pemahaman K/L dalam rangka proses registrasi.

2. Pelaksanaan setelmen dan akuntansi pembiayaan

a. Pembayaran kewajiban pembiayaan Pembayaran kewajiban pembayaran merupakan salah satu tahapan dari siklus pengelolaan pembiayaan melalui pembayaran kewajiban pokok utang, bunga, dan biaya pembiayaan secara tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran, sehingga dapat menghindari terjadinya potensi kerugian negara. Kegiatan penyelesaian pembayaran kewajiban utang meliputi penyelesaian pembayaran pokok, bunga dan biaya atas pinjaman, SBN dan pembiayaan lainnya.

Adapun yang dimaksud dengan tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran:1. Tingkat akurasi pembayaran kewajiban pembiayaan

adalah pembayaran kewajiban pokok utang, bunga, dan biaya sesuai ketentuan dan persyaratan yang berlaku dengan kriteria tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat sasaran.

The average understanding of stakeholders during the socialization events organized by the Directorate of EAS in 2015 amounted to 78.24%, higher than the expected target of 75%.

c. Completion of Loans and Grants Agreement Document RegistrationsCompletion of the loans and grants agreement document registration is the completion of the grant application for the issuance of loans and grants registration number submitted by ministries / agencies and the Directorate of Loans and Grants. The registration number issuance request of the loan or grant agreement must be completed no later than 5 (five) effective working days.

The total completion of the document registrations submitted to the Directorate of EAS till December 2015 amounted to 4,032 documents with a timeliness index of 117.06 from a target of 100.

Challenges faced in the completion of document registrations, among others, are late source document submissions, incomplete registration documents, and a lack of understanding of K / Lon the registration process.

2. Implementation of Settlements and Financial Accountinga. Financial Obligation PaymentsThe payment of obligations is one of the stages of the financing management cycle through the payment of principal debt, interest, and costs of financing in a timely manner, in the right amount, and on target, so as to avoid the potential state loss. The payment of debt obligations includes the the payment of principal debt, interest and fees on loans, government securities and other financing.

In this context, payment on time, in the right amount, and on target means:1. Financing obligation payment accuracy rate is the

payment of principal debt obligations, interest, and costs according to the terms and conditions applicable to the criteria of right amount, on time, and on target.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015132

Page 137: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

2. Tepat jumlah adalah kesesuaian jumlah pokok, bunga/imbalan, dan biaya yang dibayar dengan perhitungan tagihan dari lender, agen pembayar, bursa efek, lembaga pemeringkat, agen penjual sesuai Loan Agreement, perjanjian/terms and conditions.

3. Tepat waktu adalah kesesuaian pembayaran pokok, bunga/imbalan, dan biaya dengan jadual waktu yang diatur dalam Loan Agreement, perjanjian/terms and conditions.

4. Tepat sasaran adalah ketepatan pembayaran pokok, bunga/imbalan, dan biaya sesuai alamat penerima pembayaran sebagaimana diatur dalam Loan Agreement, perjanjian/terms and conditions.

5. Denda adalah tambahan pembayaran yang timbul karena keterlambatan/ kekurangan pembayaran yang diterima kreditur/lender atas realisasi tagihan yang tidak tepat jumlah, tidak tepat waktu dan/atau tidak tepat sasaran.

Pada tahun 2015 , realisasi pembayaran kewajiban utang pada tahun 2015 sebesar Rp. 382,27 T, yang diselesaikan melalui 3.617 SPM, terdiri atas :• pembayaran pokok sebesar Rp. 226,26 triliun;• pembayaran bunga sebesar Rp. 147,95 trilliun; dan• pembayaran biaya sebesar Rp. 8,06 triliun

b. Penyusunan laporan keuangan (LK BA 999.01, BA 999.02 dan BA 999.03) Laporan Keuangan BA Pengelolaan Utang dan Hibah adalah laporan keuangan pemerintah pusat bagian anggaran terkait fungsi Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara atas pengelolaan utang, hibah dan kewajiban penjaminan yang dikelola DJPPR. Setiap tahunnya LK diperiksa oleh BPK untuk mendapatkan opini yang menjadikan gambaran tingkat kewajaran, keakuratan dan transparansi laporan keuangan pemerintah. Terdapat 4 jenis opini yang dapat diberikan oleh BPK, yakni (i) opini wajar tanpa pengecualian (WTP/unqualified opinion), (ii) opini wajar dengan pengecualian (WDP/qualified opinion), (iii) opini tidak wajar (adversed opinion), dan (iv) pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of opinion).

Pada tahun 2015 , hasil opini BPK terhadap LK BUN TA 2014 adalah WDP. Akan tetapi, pengecualian tersebut bukan berasal dari BA 999.01, BA 999.02, dan BA 999.03 sehingga terkait Laporan Keuangan BA Pengelolaan Utang dan Hibah dapat dipersamakan memperoleh opini WTP.

Ket: Berdasarkan kesimpulan pada entry meeting antara BPK dengan Pemerintah tanggal 2 April 2014, bahwa BPK tidak lagi memberikan opini pada LK BA BUN, akan tetapi hanya LK BA K/L dan LK Konsolidasi BUN

3. Penatausahaan data utang Data utang mengandung informasi tentang data posisi utang (debt outstanding position) dari masing-masing kreditor. Untuk meningkatkan akurasi data utang maka dilakukan rekonsiliasi data utang dengan kreditor dengan mengirimkan surat konfirmasi debt outstanding position

2. Right amounts the suitability of the amount of principal obligation, interest / yield, and costs paid to the calculation of bills from lenders, the paying agent, stock exchanges, rating agencies, and realtors according to the Loan Agreement or terms and conditions.

3. On time is the suitability of the payment of principal obligation, interest / yield, and costs to the timetables set in the Loan Agreement or terms and conditions.

4. On target is the suitability of the payment of principal obligation, interest / yield, and costs to the recipient address set in the Loan Agreement or terms and conditions.

5. Fines are additional payments incurred because of delays / deficient payments received by the creditor / lender on the realization of the payment which are not in the right amount, not timely and / or not on target.

In 2015, the realization of debt obligation payments amounted to Rp 382.27 trillion, which was completed through 3,617 SPM, consisting of: • Principal obligation payments of Rp 226.26 trillion; • Interest payments of Rp. 147.95 trillion; and • Payment fee of Rp 8.06 trillion

b. Preparation of Financial Statements (LK BA 999.01, BA 999.02, and BA 999.03)The BA Financial Statements on Debt and Grant Management and Grant are the financial statements of the central government budget section related to the function of the Minister of Finance as State General Treasurer on debt management, grants and guarantees managed by the DJPPR. The financial statements are inspected annually by the Financial Audit Agency (BPK) to provide an overview of fairness, accuracy and transparency of government financial reports. There are four types of opinions that may be provided by the BPK, namely (i) unqualified opinion (WTP), (ii) reasonable with exception (WDP / qualified opinion), (iii) adverse opinion, and (iv) refusal to provide an opinion (disclaimer of opinion).

In 2015, the results of BPK opinion on the LK BUN FY 2014 was WDP. However, the exception is not from BA 999.01, BA 999.02, or BA 999.03,therefore the BA Financial Statement on Debt and Grant Management may be considered as WTP. Development of BPK Opinions on LK BUN

Note: Based on the conclusion of the entry meeting between the BPK and the government on April 2, 2014, BPK would no longer provide opinions on LK BA BUN, but only on LK BA K/L and Consolidated LK BUN.

3. Administration of Debt DataDebt data contains information about debt position (debt outstanding position) of each creditor. To improve debt data accuracy, a reconciliation of debt data with creditors was performed by sending a confirmation letter on debt outstanding position to each creditor on a quarterly basis.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 133

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 138: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

ke masing-masing kreditor secara triwulanan. Data utang yang akurat diukur dari persentase hasil konfirmasi data utang pemerintah yang sesuai dibanding dengan hasil konfirmasi data utang yang diterima dari kreditur/lender/agen penatausaha.

Pada tahun 2015, tingkat akurasi data utang sebesar 98.55% dari target yang ditetapkan sebesar 98%. dengan perincian capaian hasil sebagai berikut:

Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target tingkat akurasi data utang antara lain terdapatnya kreditur/lender yang tidak merespon surat konfirmasi data utang yang telah disampaikan, hasil konfirmasi data utang dari kreditur/lender yang belum sesuai dengan data pemerintah dan data penarikan (Notice of Disbursement) pinjaman luar negeri dari pemberi pinjaman yang diterima tidak tepat waktu, sehingga berpengaruh terhadap data outstanding pinjaman luar negeri yang dikirim kepada kreditur/lender.

Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah antara lain dengan menjalin koordinasi dan komunikasi secara internal maupun eksternal dengan pihak terkait, seperti DJPB, Bank Indonesia, maupun lender dalam rangka peningkatan akurasi data utang; melakukan rekonsiliasi data pembayaran dan posisi utang dengan DJPB dan Bank Indonesia secara rutin; dan melakukan updating database utang sesuai hasil rekonsiliasi data posisi utang dan data pembayaran utang.

4. Pemantauan dan evaluasi kinerja pinjaman dan hibah yang efektif

Pemantauan dan monitoring rutin dilakukan terhadap proyek Kementerian/Lembaga yang dibiayai pinjaman atau hibah. DJPPR akan mengeluarkan rekomendasi kepada Kementerian/Lembaga atas pelaksanaan proyek. Rekomendasi adalah saran dari DJPPR sebagai bentuk perbaikan pelaksanaan kegiatan yang dibiayai PHLN sebagai hasil atas pelaksanaan pemantauan.

Terhadap rekomendasi hasil pemantauan proyek dengan kategori at risk dinyatakan telah ditindaklanjuti apabila action plan telah dilaksanakan sesuai dengan rekomendasi yang telah ditetapkan kepada Kementerian/Lembaga dan diinformasikan kepada DJPPR dalam bentuk surat/laporan/risalah rapat koordinasi.

Pada tahun 2015, dari 21 rekomendasi yang disampaikan kepada Kementerian/Lembaga sebanyak 17 rekomendasi telah ditindaklanjuti (75% dari target 80%) sedangkan 6 rekomendasi tidak ditindaklanjuti oleh Kementerian/Lembaga yang proyeknya at risk yakni: Kementerian

Debt data are accurately measured by the percentage of confirmed data on the corresponding government debt compared with the confirmed results of the debt data received from the creditor / lender / administrative agents.

In 2015, the debt data accuracy rate amounted to 98.55% from the set target of 98%, with details as follows:

Challenges faced in achieving the target level of accuracy, among others, are the presence of creditors / lenders who did not respond to the debt data confirmation letters, mismatch between creditor / lender confirmation data and the government data and withdrawal data (Notice of Disbursement), and untimely reception of foreign loans, which contributes to the outstanding foreign loans that were sent to creditors / lenders.

Efforts made to face these challenges, among others are establishing coordination and communication internally and externally with stakeholders, such as the DJPB, Bank Indonesia, and lenders in order to improve debt data accuracy; reconciling payment and debt position data with the DJPB and Bank Indonesia on a regular basis; and performing debt database updates according to the results of data reconciliation.

4. Monitoring and Evaluation of Effective Loan and Grant Performance

Monitoring and evaluation are carried out routinely on projects of the Ministry of Finance / Agencies funded by loans or grants. The DJPPR issues recommendations to the Ministry / Agency for the project implementation. Recommendations are suggestions made by the DJPPR in order to improve activities funded by PHLN as a result of monitoring and evaluation.

During the monitoring, projects considered at risk are considered followed-up if the action plan has been implemented in accordance with the recommendation assigned to the Ministry/Agency and has been informed to the DJPPR in the form of a letter / report / minutes of coordination meetings.

In 2015, out of 21 recommendations assigned to Ministries / Agencies, 17 recommendations had been followed-up (75% out of 80% target), while 6 recommendations were not followed-up by the Ministries / Agencies whose projects were considered at risk: the Ministry of Labor, Ministry of Education

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015134

Page 139: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Ketenagakerjaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, BPS, Kepolisian, PT Pertamina PT PLN. Keenam Kementerian/Lembaga tidak menyampaikan tanggapan tindak lanjut rekomendasi sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan.

5. Pengelolaan sistem informasi

a. Penyelesaian peta proses bisnis Direktorat Jenderal berbasis sistem informasi Proses bisnis merupakan penghubung antara teknologi informasi dan nilai bisnis dari suatu organisasi. Teknologi Informasi tidak dapat secara langsung meningkatkan nilai bisnis suatu organisasi, namun terlebih dahulu melalui perubahan proses bisnis. Perubahan proses bisnis dari cara manual menjadi otomasi dengan intervensi teknologi informasi merupakan hal yang dapat membawa peningkatan efisiensi dari suatu organisasi.

Terdapat 3 tipe utama dari proses bisnis, yaitu :1. Proses Manajemen, yaitu proses yang mengelola

operasional dari suatu sistem (pengelolaan kinerja, manajemen strategis)

2. Proses operasional/inti merupakan proses yang membentuk bisnis inti dan menciptakan nilai tambah utama (divisi pembelian, penjualan, pemasaran, dll)

3. Proses pendukung, merupakan pendukung dari proses bisnis inti ( keuangan, sumber daya manusia/kepegawaian, teknologi informasi).

Hubungan antara 3 tipe proses tersebut tergambar sebagai berikut :

Pada tahun 2015, target pengembangan proses bisnis DJPPR selama tahun 2015 adalah terkait dengan integrasi core system DJPPR dengan SPAN. Kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

and Culture, BPS, the Police Department, PT. Pertamina, and PT. PLN. The six Ministries / Agencies had not submitted follow-up responses to recommendations by the deadline specified.

5. Management Information System

a. Completion of the Information System-Based Directorate General Business Process Map A business process is the link between information technology and the business value of an organization. Information technology cannot directly increase the business value of an organization, but must do so through changes in business processes. Changes in business processes from a manual to an automated manner with the intervention of information technology is expected to bring increased efficiency to an organization.

There are 3 main types of business processes, which are:1. Management Process, which is a process that manages

the operation of a system (performance management, strategic management);

2. Operational / Core Process, which is a process that forms the core business and adds the primary value (purchases division, sales, marketing, etc.); and

3. Supporting Process, which is a supporter of the core business process (finances, human resources / staffing, information technology).

The correlation between the 3 processes is illustrated as follows:

In 2015, the target of DJPPR business process development is primarily focused on the integration of DJPPR core system with SPAN. Activities that were undertaken in 2015 were:

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 135

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 140: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

b.Implementasi pelaksanaan strategi Teknologi Informasi

Teknologi Informasi sebagai business driver merupakan salah satu faktor penting dalam mensukseskan pencapaian visi, misi, tujuan serta sasaran strategis Kementerian Keuangan. Penerapan Good IT Governance (GIG) menjadi hal mutlak dilaksanakan dari tahun ke tahun, diawali dengan proses perencanaan, pengadaan, penerapan dan diakhiri dengan pengawasan serta evaluasi terhadap pelaksanaannya.

Kegiatan yang direncanakan pada tahun 2015 dirangkum pada Dokumen Rencana Tahunan TI 2015 yang selanjutnya menjadi fokus target penyelesaian pada tahun berjalan. Menurut standar pengelolaan teknologi informasi yaitu Control Objectives for Information and Related Technology (COBIT 4.1), siklus Monitor and Evaluate merupakan salah satu proses IT General Controls yang diperlukan dalam pengelolaan pelaksanaan kegiatan. Untuk itulah dokumen Monitoring dan Evaluasi TI 2015 disusun sebagai perwujudan komitmen dalam melaksanakan dan mengawasi kegiatan teknologi informasi serta dalam langkah menerapkan standar best practice yang juga diadopsi oleh Kementerian Keuangan.

Dalam dokumen Monitoring dan Evaluasi Kegiatan 2015 terdapat pembahasan kegiatan yang telah direncanakan, kegiatan yang telah direalisasikan serta evaluasi terhadap penyelesaian kegiatan. Dari proses evaluasi kegiatan, didapat data indeks penyelesaian kegiatan pada triwulan I,II,III masing-masing adalah sebesar 35%, 52% dan 71%. Sedangkan pada triwulan IV mencapai 100%. Secara keseluruhan, dari 31 jenis kegiatan proyek yang direncanakan pada awal tahun, menjadi 34 jenis kegiatan proyek yang telah dilaksanakan sepanjang tahun 2015. Capaian tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan di tahun 2015 dapat diselesaikan seluruhnya

Adapun target dan realisasi capaian IKU implementasi pelaksanaan strategi Teknologi Informasi adalah sebagai berikut:

Direktorat EAS dapat menyelesaikan kegiatan yang telah direncanakan sesuai dengan target nilai capaian yaitu 100%. Hal tersebut dapat dilihat pada indeks penyelesaian kegiatan di triwulan I sebesar 35%, triwulan II 52%, triwulan III 71%, dan triwulan IV 100%.

b. Implementation of Information Technology Strategy

Information technology as a business drivers an important factor in achieving the vision, mission, goals and strategic objectives of the Ministry of Finance. The implementation of Good IT Governance (GIG) becomes an absolute necessity over the years, beginning with the planning, procurement, implementation, and ending with monitoring and evaluation of its implementation.

Activities planned in 2015 are summarized in the 2015 Annual IT Plan Document which will subsequently become the completion focus in the current year. According to the information technology management standard Control Objectives for Information and Related Technology (COBIT 4.1), the Monitoring and Evaluation cycle is one of the IT General Controls needed in the management of activities. For that purpose, the 2015 IT Monitoring and Evaluation Document was compiled as part of the commitment to implement and supervise the activities of information technology and as a step to apply the standard best practice adopted by the Ministry of Finance.

In the 2015 Activity Monitoring and Evaluation Document, there were discussions of planned activities, activities that have been realized as well as an evaluation of the completion of activities. From the activity evaluation process, the activity completion index obtained in the first, second, and third quarter are 35%, 52% and 71% respectively. In the fourth quarter, the activity completion index reached 100%. Overall, the 31 types of project activities planned at the beginning of the year were expanded to 34 types of project activities implemented throughout 2015. The achievement shows that the implementation of activities in 2015 can be completed entirely.

The target and realization of Information Technology strategy implementation GPI achievements are detailed as follows:

The Directorate of EAS had completed all planned activities in accordance to the achievement indicator of 100%. The activity completion index obtained in the first, second, third, and fourth quarter are 35%, 52%, 71%, and 100% respectively.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015136

Page 141: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Terdapat beberapa kegiatan penting berupa kegiatan proyek yang dilakukan di tahun 2015 tetapi diluar kegiatan yang telah direncanakan, sehingga penyelesaian kegiatan lain memerlukan penyesuaian. Kegiatan tersebut ditambahkan ke dalam daftar kegiatan yang dipantau di tahun 2015. Kegiatan dimaksud yaitu: 1. Persiapan Implementasi BI-SSSS Generasi II2. Pengembangan Website DJPPR yang terdiri dari dua

fase yaitu Redesign Layout Website dan pembangunan helpdesk hibah, Penambahan Menu Direktorat PDPPI dan Direktorat PRKN pada Website

There were several important activities in the form of project activities undertaken in 2015 beyond those that have been planned, so that the completion of other activities require adjustment. The activities were added to the list of monitored activities in 2015. The activities in question are: 1. Preparation for the implementation of 2nd Generation

BI-SSSS2. DJPPR Website Development in two phases, which are

the Website Layout Redesign and the development of grant helpdesk and the addition of the Directorate of PDPPI and PRKN Menu on the website.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 137

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 142: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015138

Page 143: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

TATA KELOLA PEMERINTAH5 Governance

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 139

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 144: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

A. Sistem Pengendalian dan Manajemen Risiko Control Systems and Risk Management

1. Sistem Pengendalian Intern di Lingkungan DJPPR

Dalam rangka penerapan Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan Keputusan Menteri Keuangan nomor 152/KMK.09/2011 tentang Peningkatan Penerapan Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan, DJPPR telah menerapkan sistem pengendalian intern sebagai salah satu tools yang mendukung good governance. Terhadap pengendalian intern yang diterapkan dalam berbagai proses bisnis yang menjadi core business DJPPR telah dilakukan pemantauan secara periodik sejak tahun 2011. Pelaksanaan pemantauan pengendalian intern tersebut bertujuan antara lain: (1) menilai kualitas sistem pengendalian intern terhadap kegiatan tertentu sepanjang waktu, (2) memastikan bahwa pengendalian intern yang ditentukan telah dijalankan, dan (3) rancangan pengendalian intern telah memadai.

Pada tahun 2015, selain pemantauan pengendalian intern yang dilakukan pada berbagai kegiatan tersebut, dilakukan pula evaluasi pengendalian intern tingkat entitas dengan tujuan untuk mengukur efektivitas pengendalian DJPPR sebagai entitas dalam menciptakan lingkungan yang mendukung efektivitas pengendalian tingkat kegiatan/aktivitas. Evaluasi tersebut dilakukan terhadap lima unsur pengendalian intern, yaitu: a. Lingkungan Pengendalian; antara lain terkait integritas,

nilai-nilai etika, kompetensi, gaya, dan filosofi manajemen.

b. Penilaian Risiko; antara lain terkait mekanisme identifikasi dan analisis risiko dalam rangka pencapaian tujuan DJPPR.

c. Aktivitas Pengendalian; antara lain terkait kebijakan dan prosedur untuk memastikan dijalankannya arahan pimpinan.

d. Komunikasi dan Informasi; antara lain terkait akses informasi yang dapat dilakukan secara tepat waktu, terkini, akurat dan dilakukan oleh pihak yang tepat dengan dukungan komunikasi yang efektif.

e. Monitoring; antara lain terkait pemantauan yang berkelanjutan.

1. Internal Control Systems within the DJPPR

In order to implement the Government Regulation No. 60 of 2008 on the Internal Control Systems of the Government and the Minister of Finance Decree number 152 / KMK.09 / 2011 on the Improvement of Internal Control Implementation within the Ministry of Finance, the DJPPR has applied an internal control system as a tool to support good governance.Since 2011, periodic monitoring had been performed on DJPPR core business processes as a part of internal control. The implementation of the internal control monitoring aims to, among others: (1) assess the quality of the internal control system of certain activities over time, (2) ensure the determined internal controls have been implemented, and (3) ensure the design of internal controls is adequate.

In 2015, in addition to the monitoring of internal control systems in various activities, entity-level internal control evaluation was also conducted to measure the effectiveness of control within the DJPPR as an entity in creating an environment that supports the effectiveness of events / activity-level control. The evaluation was conducted on five elements of internal control, namely:a. Environmental Control; particularly related to integrity,

ethical values, competence, style, and management philosophy.

b. Risk Assessment; particularly related to the mechanism of risk identification and analysis in order to achieve the DJPPR’s objectives.

c. Activity Control; particularly relevant policies and procedures to ensure adherence to the direction of the leadership.

d. Communication and Information; particularly related to information access in a timely, up-to-date, accurate and carried out by the appropriate parties with the support of effective communication.

e. Monitoring; particularly related to continuous monitoring.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015140

Page 145: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Hasil pengukuran efektivitas pengendalian intern entitas DJPPR dalam mendukung pengendalian pada berbagai kegiatan, serta dikombinasikan dengan reviu kecukupan rancangan pengendalian, menunjukkan bahwa penerapan pengendalian intern di lingkuangn DJPPR berada pada level Efektif, dengan pengecualian pada aspek jumlah pegawai mengingat masih terdapat beberapa pegawai yang mengalami overload beban kerja. Melalui upaya pemantauan dan evaluasi secara berkelanjutan, diharapkan penerapan pengendalian intern di lingkungan DJPPR dapat terus ditingkatkan.

2. Manajemen RisikoPenerapan manajemen risiko merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Dengan mengantisipasi risiko yang mungkin terjadi, organisasi menyiapkan langkah antisipatif untuk mengurangi kemungkinan terjadinya risiko maupun menurunkan dampak yang ditimbulkan apabila suatu risiko terjadi. Saat ini ilmu manajemen risiko dan penerapannya mengalami perkembangan yang pesat, dimana manajemen risiko telah menjadi suatu langkah strategis yang terintegrasi dalam proses bisnis suatu organisasi, baik di sektor swasta maupun pemerintahan.

Penerapan manajemen risiko di lingkungan DJPPR mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 191/PMK.09/2008 tentang Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan Departemen Keuangan. Sesuai dengan amanat PMK tersebut, penerapan manajemen risiko dilaksanakan oleh seluruh unit Eselon II sebagai Unit Pemilik Risiko (UPR), yang bertujuan untuk mengantisipasi dan menangani segala bentuk risiko dengan cara mengidentifikasi, mengukur, dan mengendalikan risiko serta memantau kinerja manajemen risiko. Dengan diterapkannya manajemen risiko di lingkungan DJPPR diharapkan dapat menghindarkan terjadinya hal-hal yang diakibatkan oleh kegagalan manusia, proses, dan sistem pada saat pelaksanaan tugas. Hal tersebut akan meningkatkan efisiensi, reputasi, dan kepercayaan dari para pemangku kepentingan (stakeholders) DJPPR.

Sebagai UPR, Unit Eselon II di Lingkungan DJPPR mempunyai tujuan organisasi yang diterjemahkan dalam Sasaran-sasaran Strategis tingkat unit Eselon II. Mengingat manajemen risiko merupakan pendekatan sistematis yang bertujuan untuk menentukan tindakan terbaik dalam kondisi ketidakpastian, maka yang dilakukan oleh UPR adalah dengan memastikan bahwa segala risiko yang berpotensi menghambat pencapaian sasaran strategis telah dikelola menggunakan pendekatan yang sistematis.

Selain itu, untuk mendukung penerapan manajemen risiko di lingkungan DJPPR sebagaimana yang diharapkan, pada tahun 2015 ditetapkan 2 Indikator Kinerja Utama (IKU) terkait penerapan manajemen risiko, yaitu “Tingkat Kematangan Implementasi Manajemen Risiko” pada UPR yang menjadi objek penilaian TKPMR serta “Persentase mitigasi risiko yang dijalankan” untuk UPR yang tidak menjadi objek penilaian TKPMR. Penetapan IKU tersebut juga merupakan salah satu bentuk komitmen pimpinan DJPPR dalam penerapan manajemen risiko, dan mendorong agar penerapan manajemen risiko di lingkungan DJPPR dapat menjadi suatu program nyata yang membawa manfaat dalam mendukung pencapaian tujuan organisasi.

The results of internal control effectiveness measurement of the DJPPR entity, combined with the control design adequacy review, indicated that the application of internal control within the DJPPR is on an Effective level, with the exception of the number of employees since there are some employees with an overloaded work burden. Through continuous monitoring and evaluation, it was expected that the implementation of internal control within the DJPPR could be further improved.

2. Risk ManagementThe implementation of risk management is an important aspect to achieve organizational goals. By anticipating the risks that may occur, an organization could set up anticipatory measures to reduce the likelihood of risks and reducing the impact if a risk occurs. Currently, the science of risk management and its application are experiencing a rapid growth, where risk management has become an integrated strategic step within the business processes of an organization, both in private and public sectors.

The implementation of risk management within the DJPPR refers to the Minister of Finance Regulation No. 191 / PMK.09 / 2008 on the Implementation of Risk Management in the Ministry of Finance. In accordance with the mandate of the regulation, risk management practices are implemented by all second echelon units as the Risk Owners Unit (UPR), which aims to anticipate and handle all forms of risk by identifying, measuring, and controlling risks and monitoring the performance of risk management. With the implementation of risk management within the DJPPR, it is expected that the events that may be caused by human error, processes, and systems at the time of execution of tasks could be prevented. This,in turn, will increase the efficiency, reputation and trust of the DJPPR stakeholders.

As the UPR, the organizational goals of second-echelon units within the DJPPR has been translated into the Second Echelon Unit Strategic Objectives. Given that risk management is a systematic approach that aims to determine the best course of action under uncertain conditions, the UPR must ensure that all risks that could potentially hinder the achievement of strategic objectives has been managed using a systematic approach.

In addition, to support the implementation of risk management within the DJPPR, in 2015, 2 Key Performance Indicators related to the implementation of risk management was established, which are the “Risk Management Implementation Maturity Level (TPKMR)” on UPRs which are subjected toTKPMR assessmentand the “Percentage of Performed Risk Mitigation”for UPRs which are not subjected to TKPMRassessment. The establishment of the KPIs is also a commitment of the DJPPR leadership in the implementation of risk management, and encourage the implementation of risk management within DJPPR as a real program that supports the achievement of organizational goals.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 141

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 146: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Tahapan proses manajemen risiko yang dilakukan para UPR di lingkungan DJPPR sebagaimana diamanatkan dalam PMK Nomor 191/PMK.09/2008 dapat digambarkan sebagai berikut: Dalam mengidentifikasikan risiko, UPR menggunakan Sasaran Strategis pada Peta Strategi Kemenkeu-Two masing-masing UPR. Proses identifikasi risiko pada semester II tahun 2015 menghasilkan total 131 risiko secara keseluruhan. Jumlah risiko pada masing-masing UPR adalah sebagaimana grafik berikut.

Grafik Jumlah Risiko Masing-Masing UPR di Lingkungan DJPPR

Berdasarkan kategori risikonya, sebagian besar risiko yang dimiliki oleh UPR di lingkungan DJPPR adalah risiko operasional yaitu sebanyak 105 risiko atau 80,15% dari keseluruhan jumlah risiko. Jenis risiko yang lain adalah risiko strategis dan kebijakan yaitu sebanyak 11 risiko (8,40%), risiko kepatuhan sebanyak 7 risiko (5,34%), risiko finansial sebanyak 4 risiko (3,05%), serta risiko fraud sebanyak 4 risiko (3,05%). Kecenderungan banyaknya risiko operasional di lingkungan DJPPR menunjukkan bahwa sebagian besar risiko melekat pada proses bisnis yang dilaksanakan oleh masing-masing UPR. Jenis risiko ini dapat dikendalikan melalui penerapan SOP dan aturan yang berlaku, pengawasan pimpinan, peningkatan komunikasi dan koordinasi, serta peningkatan kompetensi pegawai.

The steps of risk management performed by UPRs within the DJPPR as stipulated in the Minister of Finance Regulation No. 191/PMK.09/2008 is illustrated as follows:

In identifying risks, the UPRs use the Strategic Objectives Roadmap of the Ministry of Finance Strategic Map-Two for the respective UPRs. Risk identification process in the second half of 2015 resulted in a total of 131 overall risks. The amount of risk in each UPR is illustrated as follows.

The Amount of Risks of Respective UPRs within the DJPPR

Based on the risk category, most of the risks faced by UPRswithin the DJPPR are operational risks, which amounted to 105 or 80.15% of the total amount of risk. Other types of risks are strategic risks and policy risksof 11 (8.40%) risks, compliance risksof 7 (5.34%) risks, financial risksof 4 (3.05%) risks, as well as the risk of fraudof 4 (3.05%) risks. The high amount of operational risks within DJPPR indicated that most of the risks are inherent to the business processes performed by each UPR. This type of risk can be controlled through the application of SOP and regulations, supervision of management, improved communication and coordination, as well as increased employee competence. The distribution of risks based on the measurement of risk levels in the second semester of 2015 indicated that out of the 131 identified risks, there were no high level risks, there were 37 intermediate level risks, and 94 low level risks. The

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015142

Page 147: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Sebaran risiko berdasarkan hasil pengukuran level risiko pada periode semester II 2015 menunjukkan bahwa dari 131 risiko yang teridentifikasi, tidak terdapat risiko dengan level tinggi, terdapat 37 risiko level sedang, dan 94 risiko level rendah. Hal tersebut dapat mengimplikasikan adanya penerapan sistem pengendalian yang memadai. Selain sistem pengendalian yang telah dilaksanakan, UPR di lingkungan DJPPR melakukan beberapa langkah penanganan risiko dengan tujuan untuk menurunkan level risiko, dari level sedang menjadi level rendah. Langkah penanganan risiko dapat bersifat mengurangi kemungkinan keterjadian risiko maupun menurunkan dampaknya.

Sesuai dengan program Kementerian Keuangan dalam menerapkan manajemen risiko, pada tahun 2015 telah dilaksanakan penilaian Tingkat Kematangan Penerapan Manajemen Risiko (TKPMR) oleh Tim Inspektorat Jenderal selaku Compliance Office of Risk Management (CORM) terhadap penerapan manajemen risiko di setiap unit Eselon I. TKPMR dinilai dengan mengevaluasi 4 (empat) komponen, yaitu (1) Kepemimpinan, (2) Proses Manajemen Risiko, (3) Aktivitas Penanganan Risiko, dan (4) Hasil Penerapan Manajemen Risiko. Dalam penilaian tersebut, ditetapkan target capaian Level 4 (Risk Managed dengan nilai minimal 75,00) dari 5 level kematangan terhadap pemilik risiko yang dijadikan objek penilaian TKPMR.

Penilaian TKPMR di lingkungan DJPPR dilaksanakan pada 2 UPR yang ditunjuk sebagai sampel, yaitu Setditjen dan Direktorat PS dengan periode penilaian manajemen risiko yang diterapkan pada semester I tahun 2015. Dalam upaya pencapaian target “risk managed” yang ditetapkan, DJPPR menetapkan target tersebut sebagai IKU Kemenkeu-Two unit terkait. Selain itu, dilaksanakan koordinasi dan komunikasi secara kontinyu dengan Tim Inspektorat Jenderal dalam bentuk sosialiasi pelaksanaan TKPMR, Sharing Session dan in-house training manajemen risiko sebagai sarana pengenalan manajemen risiko kepada seluruh pegawai, serta review profil risiko UPR.

Hasil penilaian TKPMR yang dilakukan oleh Tim Inspektorat Jenderal Kemenkeu terhadap Setditjen dan Direktorat PS menunjukkan bahwa UPR DJPPR berhasil mencapai target yang ditetapkan. Hasil penilaian TKPMR tersebut menyatakan bahwa UPR DJPPR berada pada Level 4 (Risk Managed) dengan nilai tertimbang 76,22. Nilai tersebut diperoleh dari rata-rata nilai TKPMR pada 2 sampel penilaian, yaitu Setditjen dengan nilai 76,29 (Level 4 – Risk Managed) dan Direktorat PS dengan nilai 76,14 (Level 4 – Risk Managed). Nilai TKPMR tahun 2015 mengalami peningkatan dari nilai TKPMR tahun 2014, dimana DJPPR memperoleh nilai 75,44.

Pelaksanaan manajemen risiko di lingkungan DJPPR akan terus mengalami penyempurnaan, seiring adanya perubahan proses bisnis, target pencapaian tujuan, perubahan kepentingan stakeholders, termasuk juga adanya perubahan risk appetite atau tingkat risiko yang bersedia diambil oleh unit organisasi.

data implied an adequate control system implementation. In addition to the implemented control systems, the UPRs within the DJPPR has implemented several risk management steps in order to reduce risk levels from intermediate to low. Risk management steps could be taken to reduce the probability of risks or reduce the impact of risks.

In accordance to the Ministry of Finance programs to implement risk management, in 2015, a Risk Management Implementation Maturity Level (TKPMR) assessment was performed by the Inspectorate General Team as the Compliance Office of Risk Management (CORM) on the implementation of risk management within all First Echelon units. The TPKMR was assessed by evaluating 4 components, which are (1) Leadership, (2) Risk Management Process, (3) Risk Management Activity, and (4) the Results of Risk Management Implementation. The assessment target is set at Level 4 (Risk Managed with a minimum score of 75.00) out of 5 maturity levels.

The TKPMR assessment within the DJPPR was performed on 2 UPRs designated as samples, which are the Secretariat of the Directorate General and the Directorate of PS, during the assessment period of the first semester of 2015. In order to achieve the “risk managed” target, the DJPPR set the target as the units’ Ministry of Finance-Two KPI. In addition, further coordination and communication were performed with the Inspectorate General Team in the form of TKPMR socializations, Sharing Sessions, in-house training on risk management as a means to introduce risk management to all employees, and reviewing UPR risk profiles.

The results of TKPMR assessment performed by the Ministry of Finance Inspectorate General Team on the Secretariat of the Directorate General and the Directora te of PR showed that the DJPPR’s UPRs could reach the set targets. The assessment showed that the DJPPR’s UPRs are at the Level 4 (Risk Managed) with a weighted score of 76.22. The score was obtained from the average TKPMR score on 2 assessment samples, which are the Secretariat with the score of 76.14 (Level 4 – Risk Managed) and the Directorate of PS with the score of 76.14 (Level 4 – Risk Managed). The 2015 TKPMR score showed an improvement from the last year’s score of 75.44.

The implementation of risk management within the DJPPR will continue to experience improvementsin line with the changes in business processes, the target objectives, and changes within the stakeholders, including their risk appetite or the level of risk the organizationis willing to undertake.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 143

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 148: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

B. Keterbukaan Informasi Publik Public Disclosure

Salah satu unsur perwujudan tata kelola pemerintahan yang demokratis, adalah pelayanan keterbukaan informasi kepada publik. Untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP), yang secara komprehensif mengatur mengenai kewajiban badan publik negara dan badan publik non negara untuk memberikan pelayanan informasi yang terbuka, transparan dan bertanggung jawab kepada masyarakat.

Pelaksanaan keterbukaan informasi publik tidak hanya merupakan tanggung jawab PPID, namun merupakan tanggung jawab Badan Publik beserta sumber daya manusianya. Untuk itu, seluruh jajaran pejabat publik di lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko akan berusaha untuk memberikan informasi dan memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya, sehingga tata kelola demokratis dapat dicapai.

DJPPR dalam memberikan layanan informasi dapat melalui PPID-DJPPR dan melalui Layanan Informasi DJPPR (halo DJPPR, webmaster, helpdesk hibah). Terkait dengan laporan yang disusun merupakan pelaksanaan kegiatan PPID maka isi dari laporan ini merupakan kegiatan yang dilakukan PPID-DJPPR.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pengelolaan pembiayaan dan risiko, stakeholder DJPPR dapat dibedakan menjadi dua yaitu internal Kementerian Keuangan dan eksternal Kementerian Keuangan. Adapun yang merupakan pihak eksternal Kementerian Keuangan antara lain:1. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)2. Bank Indonesia (BI) 3. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 4. Pelaku pasar/investor termasuk dealer utama/primary

dealers dan peserta lelang, 5. Investment Bank dan International/Local Legal Counsel,

dalam hal pelaksanaan transaksi penerbitan SBN valas;6. Lembaga Pemeringkat/Rating Agencies;

Information disclosure to the public is an important aspect of a democratic governance. The government sets to achieve this goal through Law No. 14 of 2008 on Public Information Disclosure (UU KIP), which comprehensively regulates the obligations of state and non-state public insitutions to provide an open, transparent, and accountable information service to the public.

Public information disclosure is not only the responsibility of the PPID, but also the Public Institutions and their human resources. To achieve the goal, all public officers within the DJPPR must try to provide information and information services to the public to the furthest extent, so that a democratic governance may be achieved.

The DJPPR provides information services through the PPID-DJPPR and the DJPPR Information Services (halo DJPPR, webmaster, grant helpdesk). Related to the report regarding the activities of the PPID, the contents reflect the activities of the PPID-DJPPR.

The Directorate General of Financing and Risk Mitigation formulates and implement policies and technical standardization in financing and risk management. The DJPPR stakeholders can be divided into Ministry of Finance internals and Ministry of Finance externals. Stakeholders which are classified into Ministry of Finance externals are:1. The House of Representatives (DPR) 2. Bank Indonesia (BI) 3. Financial Services Authority (OJK) 4. Market participants / investors including major dealers /

primary dealers and auction participants, 5. Investment Bank and the International / Local Legal

Counsel, in terms of the implementation of SBN issuance transactions in foreign currency;

6. Agencies / Rating Agencies;

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015144

Page 149: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

7. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas); 8. Kementerian/Lembaga;9. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;10. Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia;11. Pemberi Pinjaman/Lender; 12. Lembaga atau negara pemberi donor;13. Masyarakat;

Sebagaimana Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik seluruh stakeholder tersebut baik dari internal maupun eksternal Kementerian Keuangan mempunyai hak yang sama dalam memperoleh informasi.

1. Kinerja Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Pada tahun 2015, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, maka terdapat perubahan nomenklatur yaitu unit eselon I Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang menjadi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko. Perubahan tersebut menyebabkan perubahan lingkup kerja sehingga perlu melakukan perubahan-perubahan yang terkait dengan tanggung jawab Pejabat Pengelola Informasi.

a. Hal pokok yang perlu dilakukan dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 14 tahun 2008

1. Pembentukan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID). Sejalan dengan arah reformasi dan tata kelola pemerintahan yang baik dari prinsip transparansi, Kementerian Keuangan Republik Indonesia sebagai salah satu kementerian/lembaga melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 278/KMK.01/2012 tentang Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi di Lingkungan Kementerian Keuangan, tanggal 3 Agustus 2012 telah menunjuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di setiap unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan. Adapun Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) (d/h Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang) adalah Sekretaris Direktorat Jenderal. Adapun tugas PPID adalah bertanggung jawab dalam penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan dan pelayanan informasi publik terkait tugas dan fungsinya sebagai unit pengelola pembiayaan dan risiko.

Selain itu pula untuk membantu pengelolaan kegiatan PPID-DJPPR berdasarkan PMK Nomor 206/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja kementerian Keuangan, Pasal 1314 angka 3, antara lain menyebutkan bahwa salah satu tugas Subbagian Layanan informasi adalah pelaksanaan tugas Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID).

2. Pengklasifikasian dan penyediaan informasi oleh Badan Publik; Dengan bertambahnya 2 Direktorat baru di DJPPR yaitu Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur dan Direktorat Pengelolaan Risiko Keuangan Negara, maka harus dilakukan pengklasifikasian informasi. Proses pengklasifikasian

7. National Development Planning Agency (Bappenas); 8. Ministres / Agencies; 9. Ministry of Law and Human Rights; 10. National Sharia Council –Indonesian Ulama Council; 11. Lenders; 12. Donor countries or institutions; 13. The community;

The Public Information Disclosure Law stipulated that all stakeholders, both internal and external from the Ministry of Finance has the same right to obtain information.

1. Performance of Information Management and Documentation OfficersIn 2015, in accordance with the Minister of Finance Regulation No. 206/PMK,01/2014 on the Organization and Procedures of the Ministry of Finance, the nomenclature of the first echelon unit Directorate General of Debt Management was changed into the Directorate General of Financing and Risk Mitigation. The change lead to a shift in scope of duties, so that several adjustments must be made to the responsibilities of Information Management Officer.

a. Primary Activities to Implement the Law No. 14 of 2008

1. Establishment of Information Management and Documentation Officer (PPID)In line with the direction of reform and good governance with the principle of transparency, the Ministry of Finance of the Republic of Indonesia as one of the ministries / institutions through the Minister of Finance Decree No. 278 / KMK.01 / 2012 on Information Management and Documentation Officer within the Ministry of Finance, dated August 3, 2012 has appointed an Information Management and Documentation Officer (PPID) in each of the first echelon unit within the Ministry of Finance. The PPID of the Directorate General of Financing and Risk Mitigation (DJPPR) (previously the Directorate General of Debt Management) is the Secretary of the Directorate General. The task of the PPID is the storage, documentation, and provision of public information services related to their duties and functions as a finance and risk management unit.

In addition, to help manage the activities of PPID-DJPPR, the Minister of Finance Regulation No. 206 / PMK.01 / 2014 on the Organization and Procedures of the Ministry of Finance, Article 1314 number 3, states that one of the tasks of the Information Services Subdivision is the implementation of tasks of the PPID.

2. The Classification and Provision of Information by Public InstitutionsWith the addition of 2 new directorates within the DJPPR, which are the Directorate of Government Support and Infrastructure Financing Management and the Directorate of State Financial Risk Management, information classification must be performed. The classification

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 145

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 150: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

antara lain yaitu uji konsekuensi telah diselesaikan pada bulan Oktober 2015. Selanjutnya, Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) – DJPPR pada tanggal 5 Oktober 2015 menetapkan Keputusan Pejabat Pengelolan Informasi dan Dokumentasi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko:• Nomor KEP.1/PPID.DJPPR/2015 tentang Daftar

Informasi di Lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko; dan

• Nomor KEP.2/PPID.DJPPR/2015 tentang Klasifiksi Informasi Publik Yang Dikecualikan di Lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko.

• Penyusunan SOP layanan informasi.

Pelaksanaan kegiatan pengelolaan informasi dan dokumentasi agar dapat berjalan bain dan dapat dipertanggungjawabkan, maka dalam pelaksanaannya mengacu dengan Standar Opersional Prosedur. Adapun SOP Layanan Informasi dalam rangka kegiatan PPID menggunakan SOP sebagai berikut:• SOP-1/PPID.PU Pengklasifikasian informasi• SOP-2/PPID.PU Pelayanan Informasi Publik• SOP-3/PPID.PU Penanganan Keberatan• SOP-4/PPID.PU Penanganan Sengketa Informasi

melalui Mediasi• SOP-5/PPID.PU Penanganan Sengketa Informasi

melalui Sidang Ajudikasi Non Litigasi• SOP-6/PPID.PU Penyusunan dan Penyampaian

Laporan Informasi Publik• SOP-7/PPID.PU Pelayananan Pengaduan PPID

Sekretariat Jenderal

Dengan telah ditetapkannya Pengklasifikasian Informasi dan Standar Prosedur Operasi (SOP) diharapkan pelayanan informasi kepada publik dapat berjalan dengan baik dan pada akhirnya akan turut mendukung perwujudan pemerintahan yang baik (good governance) pada Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko.

2. Sarana dan Prasarana

Sesuai dengan rencana aksi implentasi UU KIP No.14 Tahun 2008 yang telah ditetapkan oleh Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP-PPP) kepada seluruh K/L melalui surat S-331/SJ.6/2012 tanggal 20 Juni 2012 hal Arahan Presiden Melalui Kementerian Kominfo dan UKP-PPP terkait Rencana Aksi Implementasi UU KIP, masing-masing unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan diharapkan dapat menyediakan Infrastruktur fisik dan publikasi berupa Ruangan Layanan Informasi Publik yang dilengkapi sarana pendukung seperti jaringan telepon dan internet.

Sejalan dengan hal tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko sebagai unit pelaksanaan tugas Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID), dalam memberikan informasi pengelolaan dan pelayanan informasi publik di dukung dengan prasarana, antara lain:

a. Ruang Pelayanan Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) DJPPR yang berada di lantai 1 Gedung Frans Seda, Jl. Dr. Wahidin Raya No1, Jakarta 10710.

process involves among others a consequence test, completed on October 2015. Subsequently, the PPID-DJPPR on October 5, 2015, established the PPID-DJPPR Decrees:• Number KEP.1 / PPID.DJPPR / 2015 on Information

Lists within the Directorate General of Financing and Risk Mitigation;

• Number KEP.2 / PPID.DJPPR / 2015 on the Classification of Excluded Public Information within the Directorate General of Finance and Risk Mitigation;

• SOP on information services.

In order to implement accountable information management activities and documentation, the implementation must refer to Standard Operational Procedures. The SOP on Information Services within the framework of PPID uses the following SOPs: • SOP-1 / PPID.PU on Information Classification• SOP-2 / PPID.PU on Public Information Services • SOP-3 / PPID.PU on Handling Objections • SOP-4 / PPID.PU on Handling Information Disputes

through Mediation • SOP-5 / PPID.PU on Handling Information Disputes

with Non-Litigation Adjudication Hearing • SOP-6 / PPID.PU on Preparation and Submission of

Public Information Reports• SOP-7 / PPID.PU on the Secretariat General PPID

Complaints Services With the enactment of Information Classification and

Standard Operating Procedures (SOP), it is expected that information services for the public would be improved and will ultimately contribute to the manifestation of good governance in the Directorate General of Financing and Risk Mitigation.

2. Facilities and Infrastructure

In accordance with the Public Information Disclosure Law 14 of 2008 implementation action plan, which was established by the Presidential Work Unit for Development Supervision and Control (UKP-PPP) to the entire Ministries/Institutions through the Letter No. S-331 / SJ.6 / 2012 dated June 20, 2012 on the Presidential Direction Through the Ministry of Communications and UKP-PPP related to the Action Plan for the Implementation of Public Information Disclosure Law, each of the first echelon unit within the Ministry of Finance is expected to provide the physical infrastructure and publications such as Public Information Services Room including supporting facilities such as telephone and internet.

In line with this, the Secretariat of the Directorate General of Financing and Risk Mitigation as an Information Management and Documentation Officer execution unit, in providing information management and public information services are supported with several infrastructures, among others: a. The Information Management and Documentation (PPID)

Room located on the 1st floor of Frans Seda Building, Jl. Dr. Wahidin Street No. 1, Jakarta 10710.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015146

Page 151: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

b. Website, DJPPR memberikan kesempatan kepada seluruh masyarakat untuk dapat mengakses informasi melalui website (http://www.djppr.kemenkeu.go.id) sesuai dengan Undang-Undang dan peraturan yang berlaku. Untuk menu Layanan Informasi Publik diberikan shortcut tersendiri yaitu “Layanan Informasi” sehingga pencarian data dan informasi serta layanan publik yang dibutuhkan masyarakat dengan lebih cepat dan mudah.

Bagi pemohon informasi sesuai dengan haknya dapat memperoleh informasi publik yang dihasilkan oleh DJPPR sesuai dengan ketentuan dalam UU No. 14 Tahun 2008. Pemohon informasi publik tersebut dapat memperoleh informasi melalui beberapa saluran informasi yang dapat dipergunakan oleh Pemohon Informasi Publik, antara lain:

a. Datang langsung (on-the-spot) ke alamat:

b. Persuratan yang ditujukan kepada:

Dalam penyediaan infrastruktur fisik, penyediaan konten dan jenis informasi yang diperlukan untuk Layanan Informasi Publik sesuai dengan UU-KIP No.14 Tahun 2008, PPID DJPPR melakukan koordinasi dengan Biro Komunikasi dan Layanan Informasi, Setjen Kementerian Keuangan. Sehingga sehingga saat ini DJPPR telah memenuhi pengadaan ruangan layanan informasi publik yang telah dilengkapi sarana pendukung seperti jaringan telepon, internet dan website yang akan memudahkan masyarakat mengakses informasi.

Selain itu, DJPPR saat ini telah memiliki perpustakaan yang dilengkapi dengan buku-buku pengetahuan umum maupun buku yang terkait dengan bidang tugas Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko yang bisa digunakan sebagai sarana pendukung keterbukaan informasi publik.

3. Pelaksanaan Pelayanan Informasi Publik

Pendokumentasian permintaan informasi publik dan pelaporan pelayanan Permintaan informasi publik baik melalui media elektronik maupun nonelektronik, tidak tertulis maupun yang tertulis diupayakan untuk didokumentasikan. Pelayanan atas permintaan informasi publik selama tahun 2015 yang berdasarkan UU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik di Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko sebagai berikut:

b. The DJPPR Website, the DJPPR givesan opportunity to all members of the public to access information via the website http://www.djppr.kemenkeu.go.idin accordance with the law and regulations. A separate shortcut was provided for the Public Information Services menu, namely “Information Service” so data, information, and public services search can be performed more quickly and easily.

Information petitioners have a right to obtain public information produced by the DJPPR as stipulated in the Law No. 14 of 2008. Petitioners can obtain information through multiple channels, among others:

a. On-the-spot to the address:

b. Letter addressed to:

In order to provide physical infrastructure, content, and type of information required for the Public Information Service in accordance with Law No.14 of 2008, the PPID-DJPPR coordinates with the Bureau of Communication and Information Services, the Secretariat General of the Ministry of Finance. Today, the DJPPR procured a public information service room equipped with supporting facilities such as telephone, internet and website that will facilitate public access to information.

Additionally, the DJPPR also has a library equipped with books on general knowledge related to the tasks of the Directorate General of Financing and Risk Mitigation which can be used as a means of supporting public information disclosure.

3. Realization of Public Information Services

Public information requests and reports on request services for the public through electronic and non-electronic media are documented. Services on public information disclosure requests during the year 2015, based on the Law No. 14 of 2008 on Public Information Disclosure at the Directorate General of Financing and Risk Mitigation, are detailed as follows:

PPID-Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan RisikoSekretariat Direktorat JenderalGedung Frans Seda Lantai 1, Jl. Dr. Wahidin Raya No. 1Jakarta 10710

Sekretaris Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko selaku PPID-DJPPRGedung Frans Seda Lantai 2, Jl. Dr. Wahidin Raya No. 1Jakarta 10710 • E-mail melalui alamat : [email protected]• Telepon melalui nomor : 021-3505052 • Faksimile : 021-3512095• Website : djppr.kemenkeu.go.id

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 147

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 152: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Informasi melalui PPID-DJPPR tersebut merupakan penerusan pertanyaan dari PPID-Kemenkeu, dengan kronologis sebagai berikut:

Pada tahun 2015 terdapat 1 permohonan informasi publik berdasarkan UU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Berdasarkan kronologis sebagaimana tabel 2 di atas, maka waktu rata-rata layanan penyampaian informasi di PPID-DJPPR adalah 2 hari.

4. Data Penyelesaian Sengketa Informasi

Sampai dengan saat ini PPID-DJPPR tidak memiliki sengketa atas pelayanan informasi publik, namun demikian untuk mencegah terjadinya sengketa terkait pelayanan informasi kepada publik, maka disusun Daftar informasi publik yang dikecualikan yang telah ditetapkan oleh PPID-DJPPR dengan persetujuan Atasan PPID yang akan menjadi dasar pengecualian penyebaran informasi kepada publik, namun demikian dengan berkembangnya organisasi dan proses bisnisnya DJPPR akan selalu melakukan update atas informasi yang dikecualikan tersebut dengan berkoordinasi dengan Biro KLI, Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan selaku koordinator PPID Pusat Kementerian Keuangan.

5. Kendala dan Hambatan Yang Dihadapai Dalam Memberikan Pelayanan Informasi Publik

Dalam pelaksanaan pelayanan informasi publik selama Tahun 2015, beberapa kekurangan dan hambatan yang dihadapi dalam pengelolaan, pelayanan serta pemenuhan informasi di lingkungan DJPPR, antara lain:

a. Kendala eksternal yang dihadapi oleh unit DJPPR dalam melaksanakan implementasi kegiatan memberikan Informasi Publik:1. Belum meratanya pemahaman dari para pegawai DJPPR

tentang Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, sedangkan Layanan Informasi tidak hanya merupakan tanggung jawab PPID namun seluruh pegawai sebagai pejabat publik, untuk itu diperlukan kompetensi di bidang pengelolaan data, informasi dan dokumentasi lembaga publik.

2. Minimnya jumlah SDM di DJPPR yang mempunyai kompetensi khusus untuk Pengelolaan Layanan Informasi Publik (pranata kehumasan, pranata komputer, arsip, pustakawan, dan perancang peraturan perundang-undangan).

The information request to the PPID-DJPPR was a continuance of a query from the PPID-Ministry of Finance (PPID-Kemenkeu), with the following chronology:

In 2015, there was 1 public information disclosure request based on the Law No. 14 of 2008 on Public Information Disclosure. Based on the chronology detailed in the previous table, the average time for the provision of information by the PPID-DJPPR is 2 days.

4. Data on Information Dispute Settlements

Currently, the PPID-DJPPR does not have any dispute over public information services. However, to prevent disputes related to public information services, a list of excluded public information was set by the PPID-DJPPR with the approval of PPID Superiors that would be a basis for exclusion of information dissemination to the public. However, with the development of the organization and its business processes, the DJPPR will always update the information exclusion list in coordination with the Bureau of KLI, the Secretariat General of the Ministry of Finance as the PPID coordinator of the Ministry of Finance.

5. Problems Faced in the Provision of Public Information Services

During the realization of public information provision throughout 2015, several problems in the management, service, and provision of information within the DJPPR were identified, among others:

a. Internal problems faced by the DJPPR unit in implementing the Public Information Disclosure:

1. The uneven understanding of DJPPR employees on the Law No. 14 of 2008 on Public Information Disclosure. Since Information Services is not only the responsibility of the PPID but also all employees as a public official, competence in the field of data and information management and documentation is necessary.

2. The lack of human resources within the DJPPR who have special competence for the Management of Public Information Services (public relations, computer personnel, archivists, librarians, and legislation drafters).

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015148

Page 153: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

3. Informasi Publik yang ditampilkan di situseb djppr.kemenkeu.go.id masih terbatas pada kegiatan utama/tupoksi belum secara keseluruhan menampilkan berbagai jenis informasi publik yang diamanahkan oleh Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik

4. Belum memadainya anggaran bagi pelaksanaan kegiatan kehumasan dan informasi publik dikarenakan paradigma lama yang beranggapan bahwa kegiatan informasi publik kurang penting.

b. Kendala eksternal yang dihadapi oleh unit DJPPR dalam melaksanakan implementasi kegiatan kegiatan memberikan Informasi Publik:1. Kurangnya pemahaman masyarakat akan kegiatan

pengelolaan pembiayaan dan risiko sehingga cenderung berfikiran negatif atas unit DJPPR, oleh karena itu diperlukan sosialisasi tentang pengelolaan pembiayaan dan risiko yang lebih intensif;

2. Kurangnya akses ke media masa dalam penyampaian informasi publik yang diperlukan oleh masyarakat terkait pengelolaan pembiayaan dan risiko.

6. Rekomendasi dan Rencana Tindak Lanjut Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi

Dalam rangka melaksanakan amanah Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, maka DJPPR berkomitmen untuk selalu memperbaiki Pelayanan Informasi Publik sebagai bentuk pelayanan informasi kepada masyarakat, pemangku kepentingan maupun semua pihak yang memerlukan.

Terkait hal tersebut, maka beberapa langkah rencana tindak lanjut pada periode kegiatan mendatang antara lain:a. Perlu peningkatan sosialisasi dan pengenalan Standar

Operasi Prosedur (SOP) informasi publik sehingga dapat mengintegrasikan kegiatan penyampaian informasi publik antar unit di lingkungan Kementerian Keuangan dan masyarakat luas;

b. Perlunya peningkatan kemampuan SDM di bidang komunikasi publik yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan informasi publik/masyarakat saat ini melalui pelatihan, seminar, workshop maupun sosialisasi terkait komunikasi publik;

c. Perlu penambahan anggaran yang memadai bagi pelaksanaan kegiatan kehumasan dan informasi publik dengan merubah paradigma lama ke paradigma yang baru yang beranggapan bahwa kegiatan informasi publik merupakan suatu kegiatan yang penting dalam menyukseskan pencapaian tujuan organisasi.,

d. Perlu adanya kegiatan sosialisasi yang lebih intensif atas materi Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) nomor 14 tahun 2008 untuk meningkatkan pemahaman pegawai akan pentingnya implementasi undang-undang tersebut.

e. Perlu diupayakan langkah-langkah yang efektif yang mempermudah jalur akses ke media masa dalam penyampaian informasi publik yang diperlukan oleh masyarakat terkait pengelolaan pembiayaan dan risiko.

3. Public Information displayed in the website djppr.kemenkeu.go.id still limited to major activities, and does not reflect the various types of public information mandated by the Law of Public Information Disclosure.

4. Budget constraints for the implementation of public relations activities and public information due to the old paradigm that assumes that public information is of less importance.

b. External problems faced by the DJPPR unit in implementing the Public Information Disclosure:1. Lack of public understanding on financing and risk

management activities of the DJPPR unit, therefore a more intensive socialization on financing and risk management is necessary.

2. Lack of access to the mass media in disseminating public information related to financing and risk management.

6. Recommendations and Action Plans for the Improvement of Information Service Quality

In order to carry out the mandate of the Law No. 14 of 2008 on Public Information Disclosure, the DJPPR is committed to constantly improving the Information Services for the public, stakeholders, and all related parties.

Several follow-up steps planned in the upcoming period of activity include: a. Improving socializations on Standard Operation

Procedures (SOP) on public information to integrate information dissemination between units within the Ministry of Finance and the general public;

b. Improving the human resources in the field of public communication in accordance with the general public’s information demands through trainings, seminars, workshops, or socializations on public communication;

c. Increasing the budget for the realization of public relation and information activities and creating a paradigm of public information as an important aspect to achieve organizational goals;

d. Improving socialization activities on the Law No. 14 of 2008 on Public Information Disclosure to increase the understanding of employees on the implementation of the law;

e. Improving the access to mass media to disseminate information to the general public on financing and risk mitigation.

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 149

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 154: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

LAPORAN TAHUN

2015

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015150

Page 155: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

www.djppr .kemenkeu.go.id Annual Report 2015 151

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKODIREKTORAT GENERAL BUDGET FINANCING AND RISK MANAGEMENT

Page 156: 2015 LAPORAN TAHUNAN - djppr.kemenkeu.go.id · C. Pengawasan dan Penegakan Disiplin 43 ... disusunlah laporan tahunan ini guna ... sebagai unit organisasi pada tahun 2015. yang selanjutnya

Direktorat Jenderal PengelolaanPembiayaan dan Risiko

Kementerian Keuangan

Gd. Frans SedaJl. Dr. Wahidin Raya No. 1 Jakarta Pusat -10710

Tel. (62-21) 3865330

Email. [email protected]